PENGEMBANGAN PERANGKAT KOMPUTER DAN PELATIHAN ANALISIS BUTIR BAGI GURU SMP DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

(1)

LAPORAN PPM

JUDUL

PENGEMBANGAN PERANGKAT KOMPUTER

DAN PELATIHAN ANALISIS BUTIR BAGI GURU SMP

DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Disusun Oleh: Dr. Heri Retnawati

Dr. Samsul Hadi Rahmania Utari, M.Pd Hanna Sri Mudjilah, M.Pd


(2)

TAHUN 2014

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENGEMBANGAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

__________________________________________________________________ 1. Judul Kegiatan : Pengembangan Perangkat Komputer dan

Pelatihan Analisis Butir Bagi Guru SMP di Kabupaten Gunung Kidul

2. Ketua Pelaksana:

a. Nama Lengkap : Dr. Heri Retnawati b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 197301032000032001

d. Jabatan Fungsional : Dosen e. Jabatan Struktural :

-f. Bidang Keahlian : Asesmen Pendidikan Matematika g. Fakultas/Jurusan : MIPA/Pendidikan Matematika h. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta l. Telepon rumah/kantor/HP : 08122774435

3. Tim Pelaksana :

Ketua : Dr. Heri Retnowati

Anggota : 1. Dr. Samsul Hadi

2. Rahmania Utari, M.Pd 3. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd 4. Pendanaan dan jangka waktu penelitian

a. Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 6 bulan

b. Biaya total yang diusulkan : Rp. 10.000.000,00

Yogyakarta, 28 Oktober 2014 Mengetahui,

Ketua Puslit KSPP Ketua Tim Pelaksana,

Prof. Dr. Sudji Munadi Dr. Heri Retnawati

NIP. 19530310 107803 1 003 NIP. 19730103 200003 2 01

Menyetujui, Ketua LPPM


(3)

NIP. 19621111 198803 1 001

A. Judul

Pengembangan Perangkat Komputer dan Pelatihan Analisis Butir Bagi Guru SMP di Kabupaten Gunung Kidul

B. Analisis Situasi

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan negara Indonesia, yang intinya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Meningkatkan berkualitas sumber daya manusia ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Wacana mengenai pendidikan yang berkualitas merupakan kajian yang sangat menarik dan menjadi perhatian oleh berbagai institusi dan negara-negara di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Selain pembangunan fisik berupa pemberian sarana dan pasarana untuk pelaksanaan pendidikan, pemerintah juga mengeluarkan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan yang peraturan perundangan. Peraturan perundangan tersebut diantaranya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan.

Seperti yang diatur dalam UU No.20 tahun 2003 Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan yang dilaksanakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Agar pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan dan memperoleh hasil yang standar, pemerintah mengatur Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam PP 19 Tahun 2005. Standar pelaksanaan pendidikan melingkupi Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana. Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian Pendidikan. Standar ini merupakan ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh penyelenggara di satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan atau sekolah harus dapat mencapai kualitas minimal sama dengan standar tersebut atau lebih tinggi dari standar tersebut. Untuk memenuhi tujuan tersebut perlu ada penjaminan mutu yang berkelanjutan, untuk memastikan bahwa proses pendidikan akan menghasilkan output dan outcome yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan.


(4)

Salah satu yang menjadi indikator mutu pendidikan adalah keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran sesuai dengan standar isi. Keberhasilan ini diketahui melalui evaluasi seperti yang diatur dalam UU No 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Evaluasi ini meliputi (1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan; dan (2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik, untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Evaluasi oleh pendidik yang dilakukan pada proses pembelajaran sehari-hari disebut penilaian kelas, dan evaluasi oleh pendidik pada akhir satuan pendidikan disebut ujian sekolah. Kedua jenis penilaian tersebut disebut Evaluasi Internal. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan pemerintah dalam rangka menilai pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional (salah satu standar nasional pendidikan) disebut Evaluasi Eksternal.

Ujung tombak pelaksanaan evaluasi internal adalah guru. Pada evaluasi internal, guru memiliki tanggungjawab merencanakan, melakukan evaluasi, dan menganalisis evaluasi. Berdasarkan hasil penelitan Pujiati, Djemari Mardapi, Badrun Karto Wagiran, dan Heri Retnawati (2009), dapat diperoleh bahwa sebagian guru belum melakukan analisis setelah melakukan evaluasi. Analisis yang belum dilakukan oleh pendidik adalah instrumen tes, maupun instrumen nontes. Berdasarkan pra-pengabdian yang telah dilakukan, guru belum melakukan kegiatan ini karena analisis butir terlalu rumit. Beberapa perangkat lunak yang telah ada, sebagian besar berbahasa Inggris sehingga guru mengalami kesulitan mengaplikasikannya. Hal lain yang menjadi penyebab pula yakni guru belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan analisis perangkat yang digunakan untuk evaluasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan pelatihan terkait dengan analisis perangkat evaluasi yang digunakan oleh guru sekaligus melaksanakan analisis, dan memanfaatkannya untuk perbaikan pendidikan. Selain itu diperlukan pula pengembangan perangkat komputer sederhana untuk membantu pelaksanaan analisis perangkat tes untuk perbaikan pendidikan.

C. Landasan Teori

Teori tes klasik atau disebut teori skor murni klasik (Allen & Yen, 1979:57) didasarkan pada suatu model aditif, yakni skor amatan merupakan penjumlahan dari skor sebenarnya dan skor kesalahan pengukuran. Jika dituliskan dengan pernyataan matematis, maka kalimat tersebut menjadi


(5)

D. X = T + E……….. (1) dengan :

X : skor amatan, T : skor sebenarnya,

E : skor kesalahan pengukuran (error score).

Kesalahan pengukuran yang dimaksudkan dalam teori ini merupakan kesalahan yang tidak sistematis atau acak. Kesalahan ini merupakan penyimpangan secara teoritis dari skor amatan yang diperoleh dengan skor amatan yang diharapkan. Kesalahan pengukuran yang sistematis dianggap bukan merupakan kesalahan pengukuran.

Ada beberapa asumsi dalam teori tes klasik. Skor kesalahan pengukuran tidak berinteraksi dengan skor sebenarnya, merupakan asumsi yang pertama. Asumsi yang kedua adalah skor kesalahan tidak berkorelasi dengan skor sebenarnya dan skor-skor kesalahan pada tes-tes yang lain untuk peserta tes (testee) yang sama. Ketiga, rata-rata dari skor kesalahan ini sama dengan nol. Asumsi-asumsi pada teori tes klasik ini dijadikan dasar untuk mengembangkan formula-formula dalam menentukan validitas dan reliabilitas tes.

Validitas dan reliabilitas pada perangkat tes digunakan untuk menentukan kualitas tes. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tes adalah indeks kesukaran dan daya pembeda.

1. Reliabilitas

Mehrens & Lehmann (1973: 102) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajegan (consistency) di antara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama. Definisi ini dapat diilustrasikan dengan seseorang yang diukur tinggi badannya akan diperoleh hasil yang tidak berubah walaupun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, prestasi atau kemampuan seorang siswa dikatakan reliabel jika dilakukan pengukuran, hasil pengukuran akan sama informasinya, walaupun penguji berbeda, korektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama.

Allen & Yen (1979: 62) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa reliabilitas merupakan koefisien korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian yang dapat diperoleh dari pernyatan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jika hasil pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.


(6)

Dalam pendidikan, pengukuran tidak dapat langsung dilakukan pada ciri atau karakter yang akan diukur. Ciri atau karakter ini bersifat abstrak. Hal ini menyebabkan sulitnya memperoleh alat ukur yang stabil untuk mengukur karakteristik seseorang (Mehrens & Lehmann, 1973: 103).

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur dalam dunia pendidikan harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang pendidikan. Untuk melihat reliabilitas suatu alat ukur, yang berupa suatu indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan secara statistik. Harga ini biasa dinamakan dengan koefisien reliabilitas (reliability coefficient).

Untuk menentukan harga reliabilitas suatu tes (butir soal berbentuk pilihan ganda

(multiple choice)) dapat digunakan formula sebagai berikut .

2

2 ^

1

1

x i

R

R

……….(2) dengan :

R : banyaknya butir soal, 2 : varians.

Mehrens & Lehmann (1973: 104) menyatakan bahwa meskipun tidak ada perjanjian secara umum, tetapi secara luas dapat diterima bahwa untuk tes yang digunakan untuk membuat keputusan pada siswa secara perorangan harus memiliki koefisien reliabilitas minimal sebesar 0,85. Dengan demikian, pada penelitian ini, tes seleksi digunakan untuk menentukan keputusan peda siswa secara perorangan, sehingga indeks koefisien reliabilitasnya diharapkan minimal sebesar 0,85.

2. Validitas

Validitas suatu perangkat tes dapat diartikan merupakan kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Allen & Yen, 1979: 97; Syaifudin Azwar, 2000: 45; Kerlinger, 1986). Ada tiga tipe validitas, yaitu validitas isi, validitas konstruk dan validitas kriteria (Allen & Yen, 1979: 97; Syaifudin Azwar, 2000: 45 ; Kerlinger, 1986 : 731).

Ada dua macam validitas isi , yaitu validitas kenampakan dan validitas logika (Syaifudin Azwar, 2000: 45-47). Validitas isi berarti sejauh mana suatu perangkat tes


(7)

mencerminkan keseluruhan trait yang hendak diukur (Syaifudin Azwar, 2000: 45), yang berupa analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur. Validitas kenampakan didasarkan pada pertanyaan apakah suatu butir-butir dalam perangkat tes mengukur aspek yang relevan dengan domainnya. Validitas logika berkaitan dengan keseksamaan batasan pada domain yang hendak diukur, dan merupakan jawaban apakah keseluruhan butir merupakan sampel representatif dari keseluruhan butir yang mungkin dibuat.

Validitas kriteria, disebut juga validitas prediktif, merupakan kesahihan suatu perangkat tes dalam membuat prediksi, dapat meramalkan keberhasilan siswa pada masa yang akan datang. Validitas prediktif suatu perangkat tes dapat diketahui dari korelasi antara perangkat tes dengan kriteria tertentu yang dikehendaki, yang disebut dengan variabel kriteria (Allen & Yen, 1979 : 97; Syaifudin Azwar, 2000: 51).

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir soal, yang disimbolkan denan pi, merupakan salah satu

parameter butir soal yang sangat berguna dalam penganalisian suatu tes. Hal ini disebabkan karena dengan melihat parameter butir ini, akan diketahui seberapa baiknya kualitas suatu butir soal. Jika harga pi mendekati 0, maka soal tersebut terlalu sukar, sedangkan jika pi

mendekati 1, maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga perlu dibuang. Hal ini disebabkan karena butir tersebut tidak dapat membedakan kemampuan seorang siswa dengan siswa lainnya.

Allen dan Yen (1979 : 122) menyatakan bahwa secara umum indeks kesukaran suatu butir sebaiknya terletak pada interval 0,3 –0,7. Pada interval ini, informasi tentang kemampuan siswa akan diperoleh secara maksimal. Dalam merancang indeks kesukaran suatu perangkat tes, perlu dipertimbangkan tujuan penyusunan perangkat tes tersebut. Untuk menentukan indeks kesukaran dari suatu butir pada perangkat tes pilihan ganda, digunakan persamaan sebagai berikut :

pi =

N B

………(3)

dengan :

p = proporsi menjawab benar pada butir soal tertentu. B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar. N = jumlah peserta tes yang menjawab.


(8)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal (di) merupakan parameter tes yang memberikan informasi

seberapa besar daya soal itu untuk dapat membedakan peserta tes yang jumlah skornya tinggi dan peserta tes yang jumlah skornya rendah (Allen & Yen, 1979 : 122). Dengan demikian besaran ini akan dapat digunakan untuk melihat kemampuan butir soal itu dalam membedakan peserta yang mampu dan yang tidak mampu memahami materi yang ditanyakan dalam butir tersebut. Semakin besar indeks daya pembeda butir soal maka semakin besar kemampuan butir soal membedakan peserta yang mampu dan tidak mampu.

Untuk menentukan daya pembeda, dapat digunakan indeks diskriminasi, indeks korelasi biserial, indeks korelasi point biserial, dan indeks keselarasan. Pada analisis butir dalam penelitian ini, hanya digunakan indeks korelasi point biserial. Koefisien korelasinya untuk suatu butir tes ditentukan dengan rumus:

rpbis =

1 1 1 1 p p s X X X         ………...….…(4)

dengan rpbis = koefisien korelasi point biserial, Xi merupakan variabel kontinu, X1

merupakan rerata skor X untuk peserta tes yang menjawab benar butir tersebut, X

merupakan rerata skor X , sX merupakan standar deviasi dari skor X , dan p1 merupakan

proporsi peserta tes yang menjawab benar butir tersebut.

Pada suatu butir soal, indeks daya beda dikatakan baik jika lebih besar atau sama dengan 0,3. Indeks daya pembeda suatu butir yang kecil nilainya akan menyebabkan butir tersebut tidak dapat membedakan siswa yang kemampuannya tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah. Pada analisis tes dengan

Content-Referenced Measures, indeks daya pembeda butir tidak terlalu perlu menjadi

perhatian, asalkan tidak negatif (Ebel & Frisbie, 1986; Frisbie, 2005). Jika nilainya kecil, menunjukkan bahwa kemencengan distribusi skor dari populasi, yang juga mengakibatkan validitas tes menjadi rendah.

5. Kesalahan Pengukuran

Kesalahan Pengukuran (Standard Error of Measurement, SEM) dapat digunakan untuk mamahami kesalahan yang bersifat acak/random yang mempengaruhi skor peserta tes dalam pelaksanaan tes. Kesalahan pengukuran, yang disimbulkan dengan E , dapat dihitung dengan


(9)

E = x 1 xx, ……….(5)

dengan x merupakan standar deviasi dari skor total dan xx’ merupakan koefisien

reliabilitas.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada kajian di muka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah mengembangkan perangkat komputer sederhana untuk membantu

pelaksanaan analisis perangkat evaluasi?

2. Bagaimanakah mengembangkan pelatihan terkait dengan analisis perangkat evaluasi yang digunakan oleh guru sekaligus melaksanakan analisis perangkat evaluasi?

E. Manfaat Pengabdian

Pengabdian ini diharapkan memiliki manfaat untuk

1. Mengembangkan perangkat komputer sederhana untuk membantu pelaksanaan analisis perangkat evaluasi yang dapat digunakan oleh seluruh pendidik untuk melakukan analisis masyarakat pada umumnya.

2. mengembangkan pelatihan terkait dengan analisis perangkat evaluasi yang digunakan oleh guru sekaligus melaksanakan analisis perangkat evaluasi.

F. Kerangka Pemecahan Masalah 1. Pendekatan

Pengabdian ini menggunakan pendekatan pengembangan dan pelatihan. Pada kegiatan pengembangan, pengabdi mengembangkan software sederhana untuk menganalisis perangkat evaluasi, khususnya tes. Kegiatan pelatihan dilakukan setelah mengembangkan software, berupa pelatihan analisis perangkat evaluasi bagi guru.

2. Sasaran Pengabdian

Sasaran pengabdian yaitu guru-guru SMP di kabupaten Gunungkidul sebanyak 40 orang, khususnya guru mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional.

3. Tempat Pengabdian


(10)

4. Waktu Kegiatan

Kegiatan ini akan dilakukan selama 6 bulan, dengan tahapan pengembangan software sederhana selama 2 bulan, persiapan pelatihan 1 bulan, pelaksanaan dan analisis masing-masing 1 bulan.

5. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan pelatihan ini yakni banyaknya peserta yang mengikuti pelatihan (80% dari yang diundang), meningkatnya pemahaman guru mengenai analisis pangkat tes, meningkatnya kemampuan guru menganalisis perangkat tes.


(11)

G. Rencana dan Jadwal Kegiatan

No Kegiatan 1 2 Bulan Ke3 4 5 6

1 Persiapan

2 Identifikasi dan analisis kebutuhan guru-guru SMP di Kabupaten Gunungkidul 3 Penyusunan proposal

4 Seminar awal

5 Pelaksanaan kegiatan 6 Seminar hasil

7 Penyusunan laporan akhir dan penyerahan laporan

8 Revisi dan penyusunan laporan final

9 Penggandaan laporan akhir dan penyerahan

H. Organisasi dan Tim Pelaksana Ketua Tim Pelaksana

1)Nama dan Gelar Akademik: Dr. Heri Retnawati 2)NIP: 19730103 19990

3)Pangkat/Golongan: Lektor/IIIc 4)Jabatan Fungsional: Asisten Ahli

5)Fakultas/Program Studi: MIPA/Pendidikan Matematika 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

Anggota 1

1)Nama dan Gelar Akademik: Dr. Samsul Hadi 2)NIP: 19600529 198403 1 003

3)Pangkat/Golongan: Pembina/IVa 4)Jabatan Fungsional: Lektor Kepala

5)Fakultas/Program Studi: Teknik/Pendidikan Teknik Elektro 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

Anggota 2

1)Nama dan Gelar Akademik: Rahmania Utari, M.Pd 2)NIP: 198209182005012001

3)Pangkat/Golongan: Penata Muda Tingkat I/IIIb 4)Jabatan Fungsional:


(12)

6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu Anggota 2

1)Nama dan Gelar Akademik: Hanna Sri Mudjilah, M.Pd 2)NIP: 196012011988032001

3)Pangkat/Golongan: Penata/IIIc 4)Jabatan Fungsional: Lektor

5)Fakultas/Program Studi: FBS/Pendidikan Seni Musik 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

I. Rencana Anggaran

No Uraian Biaya Satuan Total

1 Honorarium

Ketua 1 x 6 bln x Rp.150.000,00 Rp. 900.000,00 Anggota 3 orang 3x 6 bln x Rp.100.000,00 Rp. 1.800.000,00 Tenaga lapangan 1x 6 bln x Rp.50.000,00 Rp. 300.000,00

2 Bahan dan Alat Pelatihan Rp. 1.050.000,00

3 Transpot

Peserta (40 orang 2 hari) 40 x 2 xRp. 50.000,00 Rp. 4.000.000,00 Tim Pengabdi (3 orang 2 kali) 3 x2 x Rp.100.000,00 Rp. 600.000,00 4 Komsumsi (45 orang 2 hari) 45 x 2 x Rp. 15.000,00 Rp. 1.350.000,00


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. User' manual for ITEMAN, RASCAL and ASCAL. N.C. ASCAR

Allen, M.J.& Yen, W.M. (1979). Introduction to measurement theory. Belmont, CA: Wadsworth, Inc.

Kerlinger, F.N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (Terjemahan L.R. Simatupang). Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. (1973) Measurement and evaluation in education and

psychology. New York : Hold, Rinehart and Wiston,Inc.

Syaifudin Azwar (1997). Reliabilitas dan validitas (Edisi 3). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Tim. 1999. Manual ITEMAN. Jakarta: Pusisjian Balitbang Depdiknas.


(1)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal (di) merupakan parameter tes yang memberikan informasi seberapa besar daya soal itu untuk dapat membedakan peserta tes yang jumlah skornya tinggi dan peserta tes yang jumlah skornya rendah (Allen & Yen, 1979 : 122). Dengan demikian besaran ini akan dapat digunakan untuk melihat kemampuan butir soal itu dalam membedakan peserta yang mampu dan yang tidak mampu memahami materi yang ditanyakan dalam butir tersebut. Semakin besar indeks daya pembeda butir soal maka semakin besar kemampuan butir soal membedakan peserta yang mampu dan tidak mampu.

Untuk menentukan daya pembeda, dapat digunakan indeks diskriminasi, indeks korelasi biserial, indeks korelasi point biserial, dan indeks keselarasan. Pada analisis butir dalam penelitian ini, hanya digunakan indeks korelasi point biserial. Koefisien korelasinya untuk suatu butir tes ditentukan dengan rumus:

rpbis = 1 1 1 1 p p s X X X         ………...….…(4)

dengan rpbis = koefisien korelasi point biserial, Xi merupakan variabel kontinu, X1 merupakan rerata skor X untuk peserta tes yang menjawab benar butir tersebut, X

merupakan rerata skor X , sX merupakan standar deviasi dari skor X , dan p1 merupakan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir tersebut.

Pada suatu butir soal, indeks daya beda dikatakan baik jika lebih besar atau sama dengan 0,3. Indeks daya pembeda suatu butir yang kecil nilainya akan menyebabkan butir tersebut tidak dapat membedakan siswa yang kemampuannya tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah. Pada analisis tes dengan

Content-Referenced Measures, indeks daya pembeda butir tidak terlalu perlu menjadi

perhatian, asalkan tidak negatif (Ebel & Frisbie, 1986; Frisbie, 2005). Jika nilainya kecil, menunjukkan bahwa kemencengan distribusi skor dari populasi, yang juga mengakibatkan validitas tes menjadi rendah.

5. Kesalahan Pengukuran

Kesalahan Pengukuran (Standard Error of Measurement, SEM) dapat digunakan untuk mamahami kesalahan yang bersifat acak/random yang mempengaruhi skor peserta tes dalam


(2)

E = x 1 xx, ……….(5)

dengan x merupakan standar deviasi dari skor total dan xx’ merupakan koefisien reliabilitas.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada kajian di muka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah mengembangkan perangkat komputer sederhana untuk membantu

pelaksanaan analisis perangkat evaluasi?

2. Bagaimanakah mengembangkan pelatihan terkait dengan analisis perangkat evaluasi yang digunakan oleh guru sekaligus melaksanakan analisis perangkat evaluasi?

E. Manfaat Pengabdian

Pengabdian ini diharapkan memiliki manfaat untuk

1. Mengembangkan perangkat komputer sederhana untuk membantu pelaksanaan analisis perangkat evaluasi yang dapat digunakan oleh seluruh pendidik untuk melakukan analisis masyarakat pada umumnya.

2. mengembangkan pelatihan terkait dengan analisis perangkat evaluasi yang digunakan oleh guru sekaligus melaksanakan analisis perangkat evaluasi.

F. Kerangka Pemecahan Masalah 1. Pendekatan

Pengabdian ini menggunakan pendekatan pengembangan dan pelatihan. Pada kegiatan pengembangan, pengabdi mengembangkan software sederhana untuk menganalisis perangkat evaluasi, khususnya tes. Kegiatan pelatihan dilakukan setelah mengembangkan software, berupa pelatihan analisis perangkat evaluasi bagi guru.

2. Sasaran Pengabdian

Sasaran pengabdian yaitu guru-guru SMP di kabupaten Gunungkidul sebanyak 40 orang, khususnya guru mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional.

3. Tempat Pengabdian

Pengabdian akan dilakukan di Gunungkidul Yogyakarta.


(3)

4. Waktu Kegiatan

Kegiatan ini akan dilakukan selama 6 bulan, dengan tahapan pengembangan software sederhana selama 2 bulan, persiapan pelatihan 1 bulan, pelaksanaan dan analisis masing-masing 1 bulan.

5. Kriteria Keberhasilan


(4)

G. Rencana dan Jadwal Kegiatan

No Kegiatan 1 2 Bulan Ke3 4 5 6

1 Persiapan

2 Identifikasi dan analisis kebutuhan guru-guru SMP di Kabupaten Gunungkidul 3 Penyusunan proposal

4 Seminar awal

5 Pelaksanaan kegiatan 6 Seminar hasil

7 Penyusunan laporan akhir dan penyerahan laporan

8 Revisi dan penyusunan laporan final

9 Penggandaan laporan akhir dan penyerahan

H. Organisasi dan Tim Pelaksana Ketua Tim Pelaksana

1)Nama dan Gelar Akademik: Dr. Heri Retnawati 2)NIP: 19730103 19990

3)Pangkat/Golongan: Lektor/IIIc 4)Jabatan Fungsional: Asisten Ahli

5)Fakultas/Program Studi: MIPA/Pendidikan Matematika 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

Anggota 1

1)Nama dan Gelar Akademik: Dr. Samsul Hadi 2)NIP: 19600529 198403 1 003

3)Pangkat/Golongan: Pembina/IVa 4)Jabatan Fungsional: Lektor Kepala

5)Fakultas/Program Studi: Teknik/Pendidikan Teknik Elektro 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

Anggota 2

1)Nama dan Gelar Akademik: Rahmania Utari, M.Pd 2)NIP: 198209182005012001

3)Pangkat/Golongan: Penata Muda Tingkat I/IIIb 4)Jabatan Fungsional:

5)Fakultas/Program Studi: FIP/Administrasi Pendidikan


(5)

6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu Anggota 2

1)Nama dan Gelar Akademik: Hanna Sri Mudjilah, M.Pd 2)NIP: 196012011988032001

3)Pangkat/Golongan: Penata/IIIc 4)Jabatan Fungsional: Lektor

5)Fakultas/Program Studi: FBS/Pendidikan Seni Musik 6)Waktu yang disediakan: 12 jam/minggu

I. Rencana Anggaran

No Uraian Biaya Satuan Total

1 Honorarium

Ketua 1 x 6 bln x Rp.150.000,00 Rp. 900.000,00

Anggota 3 orang 3x 6 bln x Rp.100.000,00 Rp. 1.800.000,00 Tenaga lapangan 1x 6 bln x Rp.50.000,00 Rp. 300.000,00

2 Bahan dan Alat Pelatihan Rp. 1.050.000,00

3 Transpot

Peserta (40 orang 2 hari) 40 x 2 xRp. 50.000,00 Rp. 4.000.000,00 Tim Pengabdi (3 orang 2 kali) 3 x2 x Rp.100.000,00 Rp. 600.000,00


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. User' manual for ITEMAN, RASCAL and ASCAL. N.C. ASCAR

Allen, M.J.& Yen, W.M. (1979). Introduction to measurement theory. Belmont, CA: Wadsworth, Inc.

Kerlinger, F.N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (Terjemahan L.R. Simatupang). Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. (1973) Measurement and evaluation in education and

psychology. New York : Hold, Rinehart and Wiston,Inc.

Syaifudin Azwar (1997). Reliabilitas dan validitas (Edisi 3). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Tim. 1999. Manual ITEMAN. Jakarta: Pusisjian Balitbang Depdiknas.