M01576

A. PELATIHAN LOGO KONSELING

Panduan pelatihan model logo konseling merupakan teknik pelaksanaan
program intervensi logo konseling untuk memperbaiki permasalahan perkembangan
dan dimensi low spiritual self-esteem klien. Panduan pelatihan model logo konseling
meliputi pelaksanaan layanan dan pelaksanaan sesi-sesi program intervensi logo
konseling.

1. Pelaksanaan Layanan Program Intervensi Logo Konseling
Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri dari tujuh sesi,
yang meliputi nama kegiatan dan tujuannya sebagai berikut:
a. Sesi satu, nama kegiatannya adalah adakah yang salah dengan aku? Tujuan agar
klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem yang mereka alami.
b. Sesi dua, nama kegiatannya adalah aku adalah aku. Tujuan agar klien
mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan.
c. Sesi tiga, nama kegiatannya adalah bereksperimen dengan situasi. Tujuan agar
klien memiliki kehendak bebas untuk menyikapi situasi yang dihadapinya.
d. Sesi empat, nama kegiatannya adalah transendensi diri. Tujuan agar klien dapat
memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien
untuk makna.
e. Sesi lima, nama kegiatannya adalah nilai-nilai sikap. Tujuan agar klien dapat

mengubah penderitaan dan rasa bersalah.
f. Sesi enam, nama kegiatannya adalah integritas diri. Tujuan agar klien dapat
mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya.
g. Sesi tujuh, nama kegiatannya adalah realisasi makna. Tujuan agar klien
menemukan makna hidup dibalik kontrol emosi terhadap penderitaan yang
dihadapinya.

1

2

2. Pelaksanaan Sesi-Sesi Intervensi Logo Konseling
Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri atas sesi satu
sampai sesi tujuh, meliputi nama kegiatan, tujuan, teknik, aktivitas, stimulasi,
personalisasi, tujuan teknik dan sasaran pencapaian media serta evaluasi keberhasilan
untuk setiap sesi, dideskripsikan sebagai berikut.

Sesi 1
Nama Kegiatan


: Adakah yang salah dengan aku?

Tujuan

: Klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual selfesteem yang mereka alami.

Teknik

: Self-exploration.

Waktu

: 60 menit

Aktivitas/stimulasi/

:
1. Konselor bersama klien melakukan komitmen perilaku
secara tertulis menyangkut kesediaan konseli mengikuti
keseluruhan sesi intervensi konseling.

2. Konselor meminta klien mengidentifikasi pikiran-pikiran,
perasaan dan perilaku tidak rasional yang menyebabkan
konseli mengalami low spiritual self-esteem dalam
bentuk outwork task.
3. Konselor menjelaskan tentang konsep self-esteem dan
karakteristik healthy spiritual self-esteem.
4. Konselor menjelaskan tentang konsep low spiritual selfesteem dan karakteristik low spiritual self-esteem.

5. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik
eksplorasi diri sebagai penjelajahan masalah klien
mengatasi low spiritual self-esteem.
6. Proses Konseling

3

Materi Layanan

:
1.


KOMITMEN PERILAKU

Yang berkomitmen dibawah ini:
Nama
: …………………………………………..
Tempat / Tanggal Lahir
: ...................................................................
Status
: Nikah / Belum
Dengan ini menyatakan:
1. Bersedia mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling
2. Bersedia menceriterakan latar belakang kehidupan yang berhubungan dengan
Area permasalahan low spiritual self-esteem.
3. Bersedia mengungkapkan faktor penyebab menjadi korban trafficking
perempuan dengan permasalahan low spiritual self-esteem.
4. Bersedia share tentang indikator permasalahan low spiritual self-esteem yang
dialaminya.
5. Bersedia mencari solusi bersama konselor untuk berbagai hambatan selama
intervensi konseling berlangsung.
6. Bersedia membuka diri untuk berubah dan memperbaiki diri melalui

intervensi konseling.
7. Bersedia menemukan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya,
sebagai tujuan akhir proses intervensi konseling.
Komitmen ini saya lakukan secara sadar dengan tulus, jujur dan benar.

Ttd
(……………Nama Konseli…………………………….)
2.

Outwork task untuk klien

Identivikasi Perasaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apakah anda merasa diri anda berharga? Dalam hal apa?

Pernahkah anda merasa tidak berguna? Dalam hal apa?
Apakah anda mempunyai kemampuan? Seperti apa kemampuan anda
itu?
Apakah anda merasa dicintai?
Pernahkah tidak dicintai oleh seseorang?
Apa tujuan hidup anda?

4

7.
8.

Apakah anda puas dengan seluruh hidup anda? Seperti apa kepuasan
anda itu?
Pernah merasa tidak bahagia? Seperti apa ketidakbahagia anda?

Identivikasi Pikiran
Apa kata-kata yang Anda gunakan untuk menggambarkan diri anda?
Berharga? Ya / tidak
Berkompoten? Ya / tidak

Dicintai? Ya / tidak
Realistis? Ya / tidak
Identivikasi Perilaku
Apakah deskripsi Anda tentang diri Anda umumnya positif atau negatif?
Penampilan fisik anda! Positip / negatip
Kemampuan diri anda! Positip / negatip
Perasaan diri anda! Positip / negatip
Identivikasi Nilai Diri
Apa nilai yang Anda tempatkan pada diri sendiri atau aspek-aspek diri?
Bahagia? Ya / tidak
Senang? Ya / tidak
Sukacita? Ya / tidak
Penuh damai? Ya / tidak
3. Konsep Self-Esteem dan Karakteristik Healthy Self-Esteem
Menuut Lim et al. (2005, Modul 1:1), self-esteem memandang dan berpikir
tentang diri kita sendiri. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk tidak
hanya menyadari diri kita sendiri tetapi juga untuk menempatkan nilai atau ukuran
yang layak untuk diri kita atau aspek-aspek diri. Jadi, harga diri biasanya mengacu
pada bagaimana kita memandang dan berpikir tentang diri sendiri dan nilai yang kita
tempatkan pada diri kita sebagai pribadi.

Self-esteem adalah persepsi tentang citra diri seseorang yang dikembangkan

dari waktu ke waktu. Itu berarti bahwa citra diri seseorang sangat bergantung pada
hubungan keluarga maupun lingkungan yang turut mencitrakan diri seseorang (Eating

5

Disorders, 2006:1). Hubungan keluarga selama masa kanak-kanak diyakini
memainkan peran penting dalam perkembangannya. Orang tua dapat menumbuhkan
self-esteem dengan mengekspresikan kasih sayang dan dukungan bagi anak serta

dengan membantu anak menetapkan tujuan yang realistis untuk membangun suatu
persepsi tentang citra diri anak.
Self-esteem menggambarkan suatu penilaian positip maupun negatip

berdasarkan nilai-nilai, keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri. Self-esteem
mencerminkan evaluasi secara keseluruhan seseorang atau penilaian dari dirinya
sendiri (Queensland University, 2008:1). Self-esteem adalah cara individu
memandang dirinya dan menempatkan nilai pada dirinya sendiri. Self-esteem
mendekripsikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya tentang dirinya sendiri

(Answer, 2012:2).
Menurut Plummer (Ganly, 2009:1, 2) healthy self-esteem adalah perpaduan
pikiran dan perasaan sebagai kompetensi diri untuk menjalani hidup sehat.
Kompetensi diri tersebut dibangun berdasarkan tujuh komponen harga diri sebagai
karakteristik hidup sehat yaitu: (1) pengetahuan diri untuk memahami apa dan siapa
saya, (2) diri dan orang lain untuk memahami bagaimana saya berinteraksi,
mengungkapkan diri dengan dan dalam perspektif orang lain, (3) penerimaan diri
untuk mengetahui dan menerima kekuatan dan kelemahan saya, (4) kemandirian
untuk management, memotivasi dan menguasai diri, (5) ekspresi diri untuk
mengembangkan komunkasi yang produktif, jati diri dan gaya hidup yang
konstruktif, (6) kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan untuk
menciptakan idea, karya, membuat keputusan dan kemampuan untuk mengatasi
masalah, (7) kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan
perilaku sehat.
Heinz (2006:1, 2) memahami healthy self-esteem sebagai pola hidup dalam
kebaikan, mencintai diri dan orang lain, tidak menghakimi, bahagia serta
berpengharapan. Pola hidup tersebut memiliki 7 karakteristik harga diri sehat yaitu:

6


(1) pilihan untuk belajar, mengendalikan diri, percaya diri, management hidup dan
masa depan, (2) evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, (3) ketegasan
untuk memiliki kepribadian yang kuat, (4) memaafkan untuk memahami orang lain
dan optimis untuk masa depan yang lebih baik, (5) mengendalikan diri untuk
memperlakukan diri dan orang lain dengan baik dan benar, (6) bersyukur untuk
karunia, talenta, berkat, setiap kesempatan suka maupun duka dengan hati yang
penuh cinta dan damai, (7) penerimaan diri untuk kebaikan dan tekad, mencapai
kesuksesan dan hidup sehat.
Barb (2012:1, 2) memaparkan delapan karakteristik healthy self-esteem
sebagai berikut: (1) hidup secara sadar sesuai suara hati, (2) belajar dari kesalahan
untuk memperbaiki dan mengembangkan diri, (3) mendengarkan pendapat dari sudut
pandang orang lain sebagai penghargaan terhadap diri dan orang lain, (4) Merawat
dan menjaga keseimbangan fisik, emosional, mental dan spiritual, (5) menghormati
perbedaan orang lain bahwa mereka mempunyai hak untuk berbeda dan layak

dihormati, (6) mengambil tanggung jawab atas kelalaian, kegagalan dan kesalahan
dalam kehidupan sendiri, (7) Mampu berbicara dan bertindak dari keyakinan diri
sebagai pengembangan kualitas hidup, (8) memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas.
Branden (1990:6, 7, 15) menjelaskan bahwa healthy self-esteem terintegrasi
dalam aspek self-efficacy sebagai kemampuan pribadi dan self-respect sebagai nilai

pribadi. Self-efficacy berhubungan dengan keyakinan kemampuan berpikir untuk
mengatasi tantangan hidup yang menggambarkan tingkat rasionalitas seseorang,
sedangkan self-respect berhubungan dengan kepercayaan nilai diri bahwa setiap
orang layak bahagia yang menggambarkan tingkat integritas seseorang. Tingkat
rasionalitas dan integritas seseorang menggambarkan reputasi dirinya. Membahas
self-esteem menurut Branden berarti berbicara tentang reputasi kita dengan diri kita

sendiri.
Reputasi diri dibangun dalam enam pilar harga diri sebagai karakteristik
healthy spiritual self-esteem sekaligus menurut Branden Blog (2008:14-15)

7

menggambarkan perkembangan spiritual seseorang sebagai berikut: 1) hidup secara
sadar berhubungan dengan pengetahuann dan nilai diri 2)

penerimaan diri

berhubungan dengan komitmen terhadap kekuatan dan kekurangan diri 3) tanggung
jawab diri berhubungan dengan komitmen terhadap keberhasilan maupun kegagalan

4) ketegasan diri berhubungan dengan spiritualitas yang lebih terkait dengan
keterbukaan diri 5) tujuan hidup berhubungan dengan pengembangkan disiplin
spiritual diri; 6) integritas diri berhubungan dengan keutuhan dalam

sikap dan

perasaan secara tulus, jujur dan benar.

4. Konsep dan Karakteristik Low Self-Esteem
Psycholog

Amerika

Serikat

Abraham

Maslow

(Answer,

2012:13)

mendeskrepsikan ada dua macam kebutuhan esteem yaitu kebutuhan untuk rasa
hormat dari orang lain dan kebutuhan untuk menghormati diri sendiri. Sedangkan
self-esteem mengacu pada bagaimana individu memandang dan berpikir tentang

dirinya, dan nilai yang ditempatkan pada dirinya sendiri sebagai pribadi. Rasa hormat
dari orang lain melahirkan pengakuan, penerimaan, kedudukan dan penghargaan.
Tanpa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Maslow katakan seseorang akan
mengalami low self-esteem dengan karakteristik yang berbeda-beda seperti; merasa
kehilangan semangat hidup, pesimis, citra diri buruk, menyalahkan diri, rendah diri
dan lain-lain.
Lim et al. (2005, Module 1:2) memahami Low self-esteem sebagai keyakinan
negatif yang menempatkan nilai negatif secara umum pada diri sendiri. Low selfesteem bisa menjadi masalah dalam dirinya sendiri dan menjadi faktor risiko untuk

masalah lain seperti depresi, bunuh diri, memiliki pikiran negatif yang terus-menerus,
gangguan makan, dan fobia sosial. Suasana hati yang sering berfluktuasi dengan
harapan kosong, merasa diri tidak berharga, hampa karena pernah mengalai hal-hal
buruk yang sama di masa lalu, maka hal ini dapat menempatkan individu pada risiko
mengalami stress, kecemaan, ketakutan dan depresi lagi. Dengan demikian, low self-

8

esteem adalah memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri, merasa bersalah dan

tidak berharga, selalu mengingat dan memikirkan kritik sementara mengabaikan dan
melupakan pujian.
Menurut Sorensen (2012:4), Low self-esteem sebenarnya merupakan
gangguan berpikir, pandangan individu yang menganggap diri sebagai tidak
memadai, tidak dapat diterima, tidak layak dicintai, dan atau tidak kompeten dalam
pemikiran yang menembus setiap aspek kehidupan seseorang. Low self-esteem dapat
dipahami sebagai pandangan irasional yang terdistorsi diri dan mempengaruhi asumsi
orang tersebut, interpretasi, persepsi, kesimpulan & keyakinan tentang dirinya sendiri
serta yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi sangat kritis terhadap
diri dan orang lain dan atau menggunakan penilaian buruk dalam pengambilan
keputusan. Dengan demikian low self-esteem adalah memiliki pendapat negatif
tentang diri sendiri, menilai atau mengevaluasi diri sendiri negatif, dan menempatkan
nilai negatif secara umum pada diri sendiri sebagai pribadi. Pada intinya, individu
dengan low self-esteem biasanya memiliki, keyakinan negatif yang mendalam tentang
diri mereka sendiri dan orang lain.
Tyrrell (2011:1, 2) melihat low self-esteem dari cara individu memperlakukan
dirinya secara buruk karena merasa jelek, bodoh dari kebanyakan orang lain. Individu
selalu menahan diri untuk melakukan hal-hal yang benar dan baik bagi dirinya sendiri
karena selalu merasa tidak layak dan pantas untuk melakukannya. Dengan demikian
low self-esteem adalah persepsi yang salah tentang diri sendiri dengan selalu

menggeneralisasi semua orang, situasi, peristiwa, tempat, sifat atau karakter apapun
memandangnya buruk. Individu selalu memperbesar kegagalan dan kesalahan pribadi
dan meminimalkan keberhasilan dan kekuatan pribadinya. Individu cenderung tidak
jujur dan tidak mau mengakui kemampuan, potensi diri, dan nilai yang imilikinya.
Low self-esteem adalah kebiasaan memperlakukan diri sendiri tidak layak, karena

percaya bahwa dirinya tidak cukup baik dalam pandangan orang lain.

9

Theravive (2011:2) low self-esteem merupakan gejolak emosi berupa
kecemasan, selalu menonjolkan yang negatif, tidak bisa menerima pujian, terlalu
khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan, tidak percaya pada pendapat sendiri,
terus tertekan, suka menarik diri, tidak mampu untuk menghadapi tantangan, selalu
berhenti dan mengundurkan diri, perfeksionisme berlebihan. Low self-esteem sering
terlihat dalam kondisi serius seperti depresi, anoreksia, masalah tubuh dismorfik,
perilaku anti-sosial, dan kekerasan. Dengan itu, low self-esteem adalah pola pikir
yang terus-menerus dihantui dengan perasaan tidak berharga, dan merasa benar-benar
tidak berdaya melakukan apa saja untuk kehidupan yang lebih baik. Individu sering
merasa kalah untuk berpikir bahwa ia bisa mengubah orang lain menjadi baik apalagi
dirinya sendiri, maka kepribadiannya didorong ke dalam dan bukan ke luar.
Mental Health Centre (2012: 3) mengkategorikan masalah low self esteem
dalam tiga karakteristik yaitu: (1) penipu (the imposter ), yaitu karakteristik orang
dengan gaya hidup mewah tetapi hidup dengan ketakutan bahwa dia akan ketahuan;
(2) pemberontak (the rebel), yaitu karakteristik orang dengan gaya hidup suka
menyalahkan orang lain berlebihan, melanggar peraturan atau hukum, atau
menentang otoritas; (3) korban (the victim) bertindak tak berdaya dan tidak mampu
mengatasi stres, depresi, trauma, kecemasan, ketakutan dan semacamnya karena
perlakuan kekerasan fisik, psikis maupun seksual dan lain sebagainya.
Queensland University (2008: 3, 4) menggolongkan masalah low self esteem
dalam lima karakteristik yaitu: (1) kegelisahan untuk suatu kesimpulan negatif
tentang dirinya . Orang dengan karakteristik seperti ini, biasanya gelisah untuk reaksi

buruk tentang dirinya; (2) standard hidup yang tidak terjangkau. Orang dengan
karakteristik seperti ini, biasanya tidak bisa menerima keadaan dirinya, karena
mempunyai standard pola hidup tinggi, tetapi kondisi ekonomi rendah; (3) berpikir
hitam dan putih. Orang dengan karakteristik seperti ini, pola hidupnya tidak

semuanya baik tetapi tidak semuanya juga buruk, dan biasanya ada ditengah-tengah
kedua pola hidup tersebut; (4) diskualifikasi positif. Orang dengan karakteristik

10

seperti ini, biasanya tidak menginginkan orang lain mengetahui jati dirinya. Hal ini
juga bisa menyangkut

pengalaman-pengalaman bisnis

yang sukses untuk

diceriterakan kepada orang lain; (5) kehilangan perspektif (losing perspective). Orang
dengan karakteristik seperti ini, biasanya menilai dirinya hanya dari satu aspek saja.
Saya tidak berguna, saya tidak berharga hanya karena jeratan ekonomi, terjebak
trafficking perempuan. Orang yang menjadi korban trafficking perempuan biasanya

merasa kehilangan harga diri, dengan mengganggap dirinya kotor, tidak layak, tidak
berguna, dan lain sebagainya.

5. Konsep dan Teknik Self-Exploration
Teknik self-exploration (eksplorasi diri) adalah penjelajahan masalah klien
mengatasi low self-esteem. Maksudnya mengeksplorasi hubungan, kebiasaan, pola
berpikir, perasaan, perilaku, pilihan, dan pengalaman yang mungkin menjadi sumber
low self esteem. Teknik ini menyangkut eksplorasi diri, dapat dilakukan melalui

proses reframing thought, emotional dan behaviour, mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan, serta mengembangkan kesadaran diri dan penerimaan diri (Center for
Healing & Change, 2012: 1). Dalam konteks penjelajahan masalah klien mengatasi
low self-esteem proses eksplorasi yang dipergunakan adalah reframing thought of low
self-esteem, reframing emotional of low self-esteem, reframing behaviour of low selfesteem dan reframing of healthy self-esteem. Tujuannya adalah meningkatkan

kesadaran diri klien. Sasarannya adalah klien mencapai keyakinan diri seimbang.
Steven (2012: 9) eksplorasi diri berhubungan dengan suara hati untuk mengontrol
pikiran positif atau negatif, perasaan, tindakan, atau peristiwa.

Arahan untuk konseling

Langkah pertama: Suara hati memberikan sensasi yang berbeda antara, pikiran,
emosi, dan tindakan yang terjadi dalam kesadaran diri. Saat mencoba menutup mata

11

anda dan dengan "suara hati" anda mencoba mengamati semua sensasi tubuh anda,
emosi anda, dan pikiran anda. Cobalah hanya mengamati tanpa mengendalikan atau
menghakiminya. Terutama memperhatikan urutan dan pola peristiwa internal. Saat
anda merasa emosi,selama tahap eksplorasi diri berusaha untuk tidak mengubahnya.
Mengamati hubungan antara emosi dan pikiran anda.

Langkah kedua: Fokus pada situasi saat terjadi masalah, untuk membantu konseli
menemukan penyebab masalah mereka. Berdiam diri, tanpa bicara. Pikirkan tentang
saat-saat ketika anda mengalami masalah. Carilah urutan peristiwa. Kapan masalah
mulai dan apa kondisi saat itu? Bagaimana perasaan anda saat itu? Bayangkan kalau
masalah itu terjadi sekarang apa perasaan yang anda alami sekarang? Perasaan apa
saja yang anda rasakan sekarang? Apa yang menyebabkan anda mengalami perasaan
yang demikian? Apa yang dapat anda lakukan agar dapat keluar dari perasaan
tersebut?

12

6. Proses Konseling
TAHAP AWAL

TAHAP EKSPLORASI DIRI

a. Konselor

mengarahkan a. Coba memperhatikan urutan
peristiwa dan masalah yang
tidak
perlu
anda alami.
memandang diri secara
negatif dan mengkritik diri b. Saat anda merasa emosi pada
tahap eksplorasi diri berusaha
sendiri,
karena
dibalik
untuk
tidak
mengubah
kekurangan dirimu, anda
hubungan antara emosi dan
punya kelebihan.
pikiran anda.
b. Konselor meyakinkan klien,
bahwa anda dapat menerima c. Bayangkan kalau masalah itu
terjadi sekarang, perasaan apa
sesuatu yang anda benci
saja yang anda rasakan
sebagai kenyataan dirimu.
sekarang?
c. Menutup mata anda dan
dengan "suara hati" anda d. Apa saja yang menyebabkan
anda mengalami perasaan yang
mencoba
mengamati
demikian? Itulah kelemahan
semua sensasi
tubuh
anda.
anda, emosi anda, dan e. Apa yang dapat anda lakukan
pikiran
anda
(lampu
agar dapat keluar dari perasaan
dimatikan, instrument lagu
tersebut? Itulah kekuatan anda.
yang syahdu)

klien,

TUJUAN TEKNIK DAN

MEDIA

TAHAP AKHIR
a. Anda berpotensi
mendapatkan kontrol dalam
situasi yang paling sulit.
b. Anda bisa mengendalikan
pikiran anda,
tindakan, dan perasaan.
c. Anda bertanggung jawab
atas pikiran, tindakan, dan
perasaan anda.
d. Anda bertanggung jawab
untuk dirinya sendiri dan
memilih
bagaimana
menangani masalah anda.

EVALUASI

SASARAN PENCAPAIAN
a. Tujuannya adalah
a. Kertas kerja komitmen perilaku Keberhasilan sesi ini termengidentifikasi kekuatan
dan outwork task.
pantau dari kemampuan klien
dan kelemahan klien.
b. Instrumen lagu yang syahdu
mengidentifikasi
pikiranb. Sasarannya adalah
pikiran, perasaan dan perilaku
mengembangkan kesadaran
sehat dan yang tidak rasional
diri klien.
yang menyebabkan konseli
mengalami low self-esteem.

13

Sesi 2
Nama Kegiatan

: Aku adalah aku

Tujuan

: Klien mengembangkan kekuatan untuk mengelola
kelemahan.

Teknik

: Self-acceptance

Waktu

: 60 menit

Aktivitas/stimulasi/

:
1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kekuatan
yang dapat menjadi kelemahan, kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan klien melalui outwork task.
2.

Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik selfacceptance sebagai penerimaan diri klien mengatasi

masalah low spiritual self-esteem yang dialaminya.
3. Proses Konseling
Materi Layanan

:

1. Outwork task untuk klien

Strengths and weaknes chart, strength chart, dan weaknes chart.

Menurut Chuch (2011a:10, 11) kekuatan yang dimiliki setiap individu harus
selalu dikontrol agar tidak berubah menjadi kelemahan. Beberapa kekuatan yang bisa
menjadi kelemahan setiap individu. Jawablah pertanyaan dalam chart sebagai
berikut.
a. Nomor 1 – 10 tentang kekuatan yang bisa menjadi kelemahan, kalau ya atau
tidak mengapa? Jelaskan secara singkat alasannya.
b. Nomor 11 – 18 tentang kekuatan yang anda miliki, kalau ya atau tidak,
jelaskan secara singkat dalam hal apa.

14

c. Nomor 19 – 30 tentang kelemahan yang anda miliki, kalau ya atau tidak,
jelaskan secara singkat dalam hal apa.

No

Kekuatan & Kelemahan

1

Terlalu percaya diri, kita berhenti belajar.

2

Terlalu khawatir tentang masalah pribadi, kita
menjadi buta terhadap masalah-masalah lain.

3

Ketegasan adalah suatu kekuatan, tetapi tidak
ketika anda gagal untuk mempertimbangkan
sudut pandang lain.

4

Bertindak positif, namun bertindak gegabah
dapat menyebabkan kejatuhan.

5

Disiplin diri, dapat membawa anda untuk
mengharapkan terlalu banyak dari orang lain.

6

Ketelitian yang tinggi, tetapi bisa berubah
menjadi perfeksionis.

7

Diplomasi, tetapi tidak ketika anda mengizinkan
orang lain untuk mengambil keuntungan dari
anda.

8

Antusiasme, bisa terlalu kuat.

9

Pendukung, tetapi tidak ketika anda mengiyakan

Ya Tidak

Mengapa?

15

semua keinginan orang lain.

10

Terlalu sabar, jadi pesimis

No

Kekuatan

11

Iman & keyakinan

12

Gembira dengan kehidupan

13

Hidup dengan berani

14

Bergaul dengan orang lain

15

Disiplin diri

16

Optimis untuk mengembangkan diri

17

Cinta dan kasih sayang

18

Tanggung jawab

No

Kelemahan

19

Cemburu dan iri hati

20

Kemarahan dan kebencian

21

Kurang bersyukur dan berterima kasih

22

Sombong

23

Mudah tertipu dan dipengaruhi orang lain

24

Kurang nyaman dan tidak aman

25

Suka menyalahkan dan mengkritik diri sendiri

Ya Tidak

Dalam Hal Apa?

Ya Tidak

Dalam Hal Apa?

16

27

Merasa diri tidak berguna dan tidak berharga

28

Merasa diri kotor dan tidak layak

29

Merasa gagal dan tidak punya harapan hidup

30

Bosan dan cepat jenuh

2. Konsep dan Teknik Self-Acceptance
Penerimaan diri berarti menerima keberadaan diri, penampilan fisik,
kepribadian, emosi, pengalaman menyakitkan, sensasi menyenangkan, reaksi,
keterampilan, bakat, kekuatan bersama dengan kelemahan dan penderitaan.
Penerimaan diri tidak berarti menerima nasib dan hidup apa adanya, tetapi sadar dan
mengakui perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, dan tidak takut untuk mengenali
kekurangan dirinya adalah langkah pertama untuk penerimaan diri (Sasson, 2012:1).
Mengenali diri sendiri memberi kemungkinan untuk melihat apa yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kehidupan diri sendiri. Memahami karakter dan
kebiasaan, berhenti membandingkan diri dan prestasi dengan orang lain, mengakui
kebiasaan baik dan buruk dapat meringankan perasaan ketidakpuasan, kebencian
kemarahan, atau ketidakbahagiaan (Sasson, 2012:1). Jadi yang dimaksud dengan
penerimaan diri adalah menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan untuk
mengatasi masalah hidup. Memiliki kesalahan dan momen sukses dalam hidup
didapatkan melalui kehidupan bahagia dan damai mengharuskan individu untuk
memahami keseimbangan positif dan negatif.
Arahan untuk konseling
a. Membuat Perdamaian dengan Diri Sendiri
Tidak perlu memandang secara negatif dan mengkritik diri sendiri. Hal
tersebut bertujuan untuk menghapus kritik internal dan mengumpulkan ide-ide baru
tentang kesadaran dan cinta untuk rileks, tenang, dan mengintegrasikan semua tingkat

17

keberadaan diri. Dengan memiliki cinta, hidup itu indah dan damai, penuh sukacita
dan kasih.
b. Lihat dalam Cermin
Buatlah langkah berani untuk memiliki kemurahan hati tulus untuk hidup.
Luangkan waktu sejenak untuk melihat ke dalam cermin, menegaskan seberapa baik,
mengagumi dan menghargai hidup anda. Lihatlah semua yang anda miliki - berwujud
maupun tidak berwujud dan merasa bersyukur atas kehidupan fisik anda. Hidup anda
mungkin tidak semua baik, tetapi tentu tidak semua buruk juga. Rasakan betapa
indahnya itu hanya mungkin merasa mereda pada diri sendiri, meskipun anda tidak
sempurna. Biarkan diri anda untuk menjadi jelas bahwa itu adalah rasa percaya diri
dan penerimaan diri bahwa anda benar-benar ingin hidup layak dan lebih baik.
c. Live In The Now

Adalah harapan untuk mencapai tujuan anda. Merasakan kegembiraan
mengisi hidup anda saat anda membayangkan memiliki apa yang anda inginkan. Hal
ini diperlukan untuk membawa sukacita anda ke dalam saat sekarang dan kehidupan
anda saat ini. Tanyakan pada diri anda bagaimana anda dapat membawa lebih banyak
makna atau kepenuhan ke dalam hidup anda hari ini. Apa tindakan praktis yang bisa
anda lakukan yang akan membuat hari ini lebih baik?
d. Menerima kelebihan dan kekurangan diri
Bagi kebanyakan orang, menerima kekuatan dan kelemahan mereka saat ini
adalah hal terakhir yang mereka ingin pertimbangkan. Bagaimana bisa anda
menerima sesuatu yang anda ingin ubah atau sesuatu yang anda benci? Anda tidak
ingin menerima diri anda sekarang. Sebaliknya, anda ingin mengubah diri atau
melarikan diri dari anda. Hanya dengan membiarkan diri anda untuk menerima
kenyataan anda kemudian menciptakan sesuatu yang baru. Bertanya pada diri sendiri,
"Apa perasaan dalam diri anda yang telah menciptakan situasi ini?" Tujuannya adalah
menemukan harmoni kehidupan, menciptakan kesempatan untuk tahu lebih banyak
tentang kekurangan dan kelebihan dirimu.

18

e. Katakan sesuatu sampai hal itu terwujud
Semua manusia memiliki kelemahan yang dirasakan atau ketidaksempurnaan,
dan sering membenci serta menyalahkan dirinya. Untuk membentuk hubungan yang
lebih baik berbicaralah, ceritakan hal-hal baik, katakan padanya bahwa anda
melakukan pekerjaan yang baik. Artinya, mengatakan dan melakukan perilaku yang
anda ingin wujudkan sampai hal itu menjadi kenyataan. Anda bisa mengatakan,
"Meskipun saya tidak suka hidup saya dalam kondisi saat ini, saya tetap memilih
untuk mengembangkan hubungan baru dengan diri saya sendiri."
f. Perlakukan hidup seperti yang diinginkan
Ketika anda menghargai hidup, anda dapat bekerja dalam kemitraan dengan
kelebihan yang anda miliki, sebagai lawan untuk memerangi kekurangan anda.
Belajar untuk mencintai dalam penerimaan diri anda sendiri. Anda pantas
mendapatkan apa yang anda minta, dan anda berhak untuk tahu dan menghargai siapa
anda. Mengambil kesempatan dan mulai bermain di bumi ini sementara anda berada
dalam dunia anda. Sebagai contoh:
1) Libatkan diri anda dalam kegiatan yang mengangkat anda ke atas. Lepaskan apa
yang menarik anda ke bawah.
2) Mencari pengalaman dimana anda merasa lebih baik.
3) Fokus mata anda pada apa yang optimistis lebih pada apa yang pesimis.
4) Tertawa sehingga air mata deras datang dari mata anda.
5) Mari dan bernyanyi dengan meninggalkan beban anda sambil mendengarkan
lagu favorit anda.
6) Katakan pada diri anda hal yang paling indah.
7) Bermain ayunan di taman bermain.
8) Bersihkan lemari anda dan menyingkirkan setiap pakaian yang tidak cocok bagi
anda.
9) Kenakan pakaian yang anda merasa nyaman

19

10) Mengembangkan kemitraan dengan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang anda
suka.
Ketika anda mulai menerima diri sendiri apa adanya sekarang, anda memulai
hidup baru dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan mengembangkan
penerimaan diri anda memberdayakan diri Anda untuk mencapai tujuan anda dan
menjalani kehidupan, lebih kaya dan lebih berharga.

20

3. Prosers Konseling
TAHAP AWAL

TAHAP PENERIMAAN

TAHAP AKHIR

DIRI
a. Konselor mengarahkan
a. Konselor
memberi a. Terus bertanya pada diri
kesempatan klien untuk
sendiri, "Apa yang paling saya
klien,
tidak
perlu
tahu lebih banyak tentang
takuti?" “Apa hal terburuk
memandang diri secara
kekurangan dan kelebihan
yang bisa terjadi?" Pertanyaandirinya.
pertanyaan
ini
dapat
negatif dan mengkritik
b. Menempatkan
sebuah
membantu anda membuka
diri
sendiri,
karena
cermin dalam ukuran besar
misteri
yang
mungkin
didepan klien. Konselor
menghantui
anda
selama
dibalik
kekurangan
meminta
klien
untuk
bertahun-tahun.
dirimu,
anda
punya
melihat ke dalam cermin, b. Ketakutan mendorong banyak
coba
mengungkapkan
kecemasan,
depresi,
dan
kelebihan.
perasaanmu
tentang
kemarahan.
Menemukan,
b. Konselor
meyakinkan
kekurangan dan kelebihan
menghadapi, dan mengatasi
klien, bahwa anda dapat
dirimu.
ketakutan
terburuk
akan
menerima sesuatu yang
c. Konselor meminta klien
memecahkan masalah anda.
anda
benci
sebagai
mengenali kelemahan diri c. Ketika
anda
akhirnya
kenyataan dirimu.
dan mengelolahnya sebagai
menghadapi ketakutan ini, bisa
kekuatan dan penerimaan
membebaskan anda keluar dari
diri terhadap masalah yang
keterpurukan ini dan punya
dihadapinya
keberanian bahwa hidup ini
layak diperjuangkan.
TUJUAN TEKNIK DAN

MEDIA

EVALUASI

SASARAN
PENCAPAIAN
a. Tujuannya adalah klien
dapat mengembangkan
keyakinan inti seimbang
b. Sasarannya
adalah
penerimaan diri klien.

a. Daftar 1 tentang Kekuatan Keberhasilan sesi ini terpantau
dan kelemahan
dari kemampuan klien menerima
b. Daftar 2 tentang kekuatan
c. Daftar 3 tentang kelemahan kekurangan dan prestasi sebagai
d. Cermin
kekuatan dan penerimaan diri
terhadap
dihadapinya.

masalah

yang

21

Sesi 3
Nama Kegiatan

: Bereksperimen dengan situasi

Tujuan

: Klien memiliki kehendak bebas untuk mengambil jarak dan
sikap (self-detachment) terhadap gejala-gejala dan masalahmasalah yang berhubungan dengan asumsi negatif.

Teknik

: Intensi paradoksikal

Waktu

: 60 menit

Aktivitas/stimulasi
Personalisasi

:
1. Konselor meminta klien mengidentifikasi anggapan yang
salah, perilaku negatif terhadap dirinya dan orang lain, serta
mengikatkan diri pada

perspektif baru yang perlu

dikembangkan, melalui outwork task.
2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik intensi
Paradoksikal.
3. Proses konseling.

Materi layanan

:

1. Outwork task untuk konseli
a. Identifikasi Bias Harapan Anda
Apakah anda korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda
alami? (ya / tidak). Apakah anda mengalami trauma dengan peristiwa tersebut? (ya
/ tidak). Apakah anda merasa kosong, hampa dan hilang harapan karena preseden
buruk tersebut? (ya / tidak). Apakah perasaan tidak berguna selalu menghantui
hidup anda? (ya / tidak). Apakah takut gagal adalah hal terburuk yang akan terjadi
atas anda? (ya / tidak). Apakah anda kehilangan kesempatan bermain, belajar dan
bekerja? (ya / tidak). Apakah anda gagal menjadi tulang punggung keluarga? (ya /
tidak). Apakah anda tidak mengharapkan sesuatu dari hidup ini lagi? (ya / tidak).

22

b. Identifikasi Perilaku Anda yang Tidak Membantu
Apakah anda sering menghindari tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan
pada preseden buruk? (ya / tidak). Apakah anda sering merokok, alkohol,
penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang sebagai tindakan menyelamatkan
diri dari masa lalu yang buruk? (ya / tidak). Apakah anda sadar bahwa merokok,
alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang bukanlah jalan keluar dari
masa lalu yang buruk? (ya / tidak). ). Bukankah hal tersebut hanya merusak hidup
dan masa depan anda? (ya / tidak). Apakah anda pernah berpikir untuk bunuh diri,
sebagai bentuk pelarian dari masalah? (ya / tidak).
c. Mengembangkan Harapan Realistis
Apakah anda sadar dan menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban
kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda alami? Apakah anda
merasakan ada hikmat dengan peristiwa tersebut? Apakah ada makna yang anda
temukan melalui preseden buruk tersebut? Apakah anda berharga dan berguna
setelah anda diterima oleh keluarga dan teman? Apakah bersama keluarga dan
teman adalah hal yang terindah dalam hidup anda? Apakah harapan anda memiliki
tujuan hidup tercapai, apabila mendapat kesempatan bermain, belajar dan bekerja?
Apakah anda optimis menjadi tulang punggung keluarga yang sukses? Apakah
hidup yang anda jalani sungguh bermakna bagi anda dan keluarga?
d. Identifikasi Perilaku yang Membantu
Apakah anda menyukai tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada
preseden buruk, setelah anda memaafkan orang-orang yang menyebabkan anda
jatuh dalam masalah? Yakinkah anda bahwa tanpa merokok, alkohol,
penyalahgunaan

zat

dan

obat-obatan

terlarang,

anda

tetap

optimis

memperjuangkan dan melanjutkan hidup ini? Bukankah dengan berperan sebagai
istri/suami pendamping suami/istri dan orang tua bagi anak-anak anda berharga
bagi mereka? Yakinkah anda memiliki harapan masa depan bersama keluarga?

23

Apakah bersama keluarga, anda mengembangkan harapan realistis, untuk
mencapai tujuan dan menemukan makna hidup?
2. Konsep dan Teknik Intensi Paradoksikal
Teknik

intensi

paradoksikal

menurut

Frankl

(1985a:145)

dibangun

berdasarkan kemampuan manusia untuk menjauhkan diri dan mengambil jarak (selfdetachment) terhadap keinginan dan ketakutan yang berlebihan. Tujuan teknik ini

adalah untuk membantu klien membuat jarak antara dirinya dengan gejala dari
masalah yang dialaminya, dengan kata lain mengambil jarak atas symptom (gejala).
Klien dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak identik dengan ketakutan masa
lalunya, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan, penyakit fisik, atau
ledakan emosional. Klien didorong untuk melihat bahwa mereka bukanlah korban
yang tak berdaya secara biologis, psikologis, dan sosial, tetapi punya power yang
dapat mengambil jarak dan sikap terhadap keadaan mereka. Teknik ini sangat
individual, dan dapat dilakukan dengan cara (a) menjelaskan keberadaan klien
tentang kebebasan dan tanggung jawab; (b) menjelaskan faktor negatif dan positif
keadaan klien; (c) menjelaskan apa yang ada di masa lalu dan apa yang mungkin
dapat dicapai klien dimasa depan; (d) menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab
dan tidak menjadi tanggungjawab klien.
Tujuan dari teknik ini adalah membantu klien untuk tidak menghindari rasa
takut, tetapi menghadapinya dengan humor yang merupakan salah satu sumber daya
spirit manusia. Teknik ini juga memungkinkan klien mengadopsi sikap baru, untuk
memobilisasi dan memanfaatkan kapasitas manusia secara eksklusif dengan
menertawakan dirinya sendiri, sebagai upaya mengatasi sendiri penyakitnya, yang
mungkin mengarah pada kesembuhan (Wong, 2007:7). Selain itu, klien dapat
mengembangkan harapan realistis. Dengan demikian, kapasitas untuk melakukan
self-detachment dimungkinkan hanya karena setiap individu memiliki kehendak

bebas, dalam pengertian bahwa setiap individu tidak bebas dari situasi dan kondisi,
tetapi ia bebas menentukan sikapnya atau menyikapi situasi dan kondisi tersebut.

24

Marshall (2009:59) mengatakan bahwa intensi paradoksikal dapat juga
digunakan untuk masalah klien dengan gangguan kecemasan. Untuk penanganan
masalah kecemasan, menurut Marshall perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut: Pertama, harus ada konfirmasi bahwa kecemasan klien tidak terkait dengan
beberapa penyakit lain, seperti hasil dari endogen, hipotiroidisme depresi, diabetes,
penyakit infeksi, atau penyakit lain yang memerlukan penanganan secara langsung.
Kedua, self-detachment dapat dilakukan dengan tujuan membantu klien untuk
bersantai, dan penataan dirinya secara relaksasi. Inti dari self-detachment juga
memperbaiki dan mengatasi keadaan dan gejala-gejala yang menakutkan. Prinsip ini
sejalan dengan teknik "diagnostik alternatif" dari Lukas (Marshall, 2009:50), yang
menggabungkan gejala-gejala dan kecemasan yang berhubungan dengan sumber daya
dan

pengalaman-pengalaman

positif.

Ketiga,

metode

tersebut

bertujuan

mengidentifikasi gejala-gejala kepanikan dan sumber daya, potensi, kekuatan yang
dimiliki klien untuk meningkatkan efektivitas dan mengembangkan harapan realistis,
serta rasa percaya diri dalam menangani kecemasan.
Arahan untuk konseling
Intensi paradoksikal dapat digunakan sebagai teknik untuk melakukan
konfrontasi terhadap bias harapan yang dialami korban trafficking perempuan. Teknik
tersebut bertujuan mengembangkan harapan yang realistis. Intensi paradoksikal pada
dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak dan kemampuan mengambil
sikap terhadap kondisi yang dialami para korban dan lingkungannya. Dengan teknik
ini, konselor mengupayakan agar para korban yang mengalami bias harapan dapat
mengembangkan harapan yang realistis. Untuk mencapai tujuan tersebut para korban
juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang positif dalam rangka mengubah
perilaku dan meningkatkan kualitas hidup positif, serta bereksperimen dengan bias
harapan untuk mengembangkan keyakinan diri dan mengembangkan harapan yang
realistis.

25

3. Proses Konseling
TAHAP AWAL

TAHAP PENGAMBILAN SIKAP

TAHAP AKHIR

DAN JARAK
a. Konselor menjelaskan
keberadaan
klien
tentang kebebasan dan
tanggung jawab
b. Konselor menjelaskan
faktor negatif dan positif
keadaan klien.
c. Konselor menjelaskan
apa yang ada di masa
lalu dan apa yang
mungkin dapat dicapai
konseli dimasa depan.
d. Konselor menjelaskan
apa
yang
menjadi
tanggungjawab
dan
tidak
menjadi
tanggungjawab klien.

a. Konselor menyadarkan klien
untuk menerima kenyataan bahwa
anda pernah menjadi korban
kekerasan dari jaringan trafficking
perempuan.
b. Konselor
meyakinkan
klien,
bahwa ada makna yang anda
temukan melalui preseden buruk
tersebut.
c. Konselor mengarahkan klien
untuk menyukai tempat, orang,
atau pikiran yang mengingatkan
pada preseden buruk.
d. Konselor meyakinkan klien bahwa
ia punya kebebasan berperan dan
bertanggung
jawab
sebagai
istri/suami pendamping suami/istri
dan orang tua bagi anak-anak.

a. Yakinlah bahwa anda
berharga bagi mereka.
b. Pastikan bahwa anda
memiliki harapan masa
depan bersama keluarga.
c. Bersama keluarga, anda
bisa
mengembangkan
harapan realistis, untuk
mencapai tujuan dan
menemukan
makna
hidupmu.
d. Ternyata anda berharga
dibalik semua situasi
yang anda alami saat ini.

TUJUAN TEKNIK

MEDIA

EVALUASI

DAN SASARAN
PENCAPAIAN
a. Tujuannya adalah klien Bereksperimen dengan situasi.
dapat mengembangkan
asumsi berpikir positif.
b. Sasarannya
adalah
ketegasan diri klien.

Sesi ini berhasil apabila
ketegasan
memisahkan

klien
dirinya

dengan berbagai fenomena
masalah
mengembangkan
berpikir positif.

dapat
asumsi

26

Sesi 4
Nama Kegiatan

: Transendensi diri

Tujuan

: Klien dapat memanfaatkan sumber daya batin yang
memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna

Teknik

: De-refleksi

Waktu

: 60 menit

Aktivitas/stimulasi

:
1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kualitas perilaku
hidup positif dalam pencapaian tujuan hidupnya melalui
jurnal kegiatan.
2. Klien diajak menonton bersama film menggunakan
kekuatan menantang jiwanya kondisi saat itu dan bergerak
ke arah kegiatan positif, tujuannya adalah membantu klien
mengatasi dirinya sendiri dan bergerak ke arah nilai-nilai
kreatif dan pengalaman yang positip.
3. Konselor menjelaskan konsep dateknik derefleksi dengan
memanfaatkan

kemampuan

transendensi

diri

(self-

transcendence) yang dimiliki klien.

4. Proses konseling
Materi Layanan
1.

:

Outwork task untuk konseli

Jurnal kegiatan positif anda setiap hari
(1) Untuk setiap hari dalam seminggu, memikirkan satu kegiatan sebagai kualitas
perilaku positif anda.
(2) Tulis hari dan tanggal, apa yang anda lakukan pada siang hari, dan kualitas
positif perilaku/tindakan apa yang anda tunjukkan.

27

Tanggal/Hari Apa yang anda buat di siang hari

Duduk di tepi sungai

Kualitas positifnya
apa?
Untuk mengagumi
Keindahan alam

2. Slide film tentang “Brought to you ”
Transendensi diri sebagai kekuatan pada model logo konseling mampu
memenuhi kebutuhan penanganan yang diperlukan pada tingkat tujuan hidup yaitu
klien harus mengembangkan seperangkat nilai keikatan diri (self commitment),
melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan
tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan figur klien yang mempunyai harkat
dan martabat unuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya. Nilai-nilai
itu terlihat pada saat para korban menonton slide film tentang “Brought to you” yang
mengkisahkan seorang Kenny Easterday yang buntung kedua tangannya tetapi bisa
melakukan aktivitas menikah dan punya anak, merawat anaknya sendiri, menyetir
mobil, olah raga fitness, dan banyak hal yang dapat dilakukan sama seperti seorang
yang normal. Komitmen bahwa klien bisa melakukan lebih dari yang dilakukan
Kenny Easterday, terlihat dari pola perilaku dan skill yang diminati klien.

28

3. Konsep dan Teknik De-refleksi
De-reflection dalam pemikiran Frankl (2010:2, 3) diindikasikan pada kasus
hyperreflection (terlalu fokus pada pengamatan-diri). Ketika seseorang terlalu egois,

perhatian diambil dari fokus diri dan diarahkan ke arah fokus pada orang lain untuk
mencintai atau nilai untuk merespon. Klien yang dalam krisis sangat egois, karena
penderitaannya terlihat dalam konteks esensi spiritual dari orang yang "di belakang"
masalah. Makna dalam situasi ini memberi isyarat klien keluar dari masalah. Situasi
ini dilihat sebagai tantangan dan undangan untuk mengubah penderitaan manusia
menjadi prestasi manusia. Salah satu tema sentral dari logoterapi adalah transendensidiri sebagai inti dari keberadaan manusia. Melalui dereflection klien melampaui
dirinya untuk fokus pada makna dan nilai. Frankl menjelaskan bahwa dereflection
efektif karena klien memanfaatkan sumber daya batinnya, khususnya kemampuannya
untuk transendensi-diri. Dengan transendensi-diri, klien dapat menjangkau keluar,
dan benar-benar mencapai dunia, menghadapi makhluk lain untuk memenuhi dan
menemukan makna. Dengan demikian transendensi-diri adalah sumber daya batin
yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna.
Menurut Wong (2007:8) melalui de-reflection klien diminta untuk
mengarahkan perhatiannya jauh dari masalah dengan aspek yang lebih positif dari
kehidupannya. Klien dibantu untuk membuat jarak dengan gejala-gejala yang
dialaminya, bahwa klien tidak identik dengan ketakutan, masa lalu, obsesi, rendah
diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan, penyakit fisik, atau ledakan emosional.
Kemudian klien diajak menggunakan kekuatan menantang jiwanya melampaui
kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan positif. Kegiatan tersebut akan
mengurangi gejala dengan membenamkan diri dalam pekerjaan atau dengan memilih
sikap yang benar, sehingga klien tidak hanya mengatasi kondisi eksternal tetapi juga
kondisi dalam dirinya sendiri. Tujuannya adalah membantu klien mengatasi dirinya
sendiri dan bergerak ke arah nilai-nilai kreatif dan pengalaman yang positip.

29

Dengan de-reflection, para korban memanfaatkan kemampuan transendensi
diri (self-transcendence) yang dimilikinya. Para korban memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi
mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada kualitas perilaku positif
dan bermanfaat (Frankl Institute, 2011). Para korban pertama-tama dibantu untuk
menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan. Ini
merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai para korban yang terpendam.
Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan
muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri para korban
trafficking perempuan.

Arahan untuk Konseling
a. Daftar Hal-Hal Positif yang Anda Miliki
Hal ini sebagai langkah pertama untuk mengubah cara anda memperlakukan diri
sendiri adalah untuk pertama mengamati bagaimana hidup anda saat ini. Untuk
membantu anda membuat daftar kualitas perilaku positif anda, tanyakan diri
sendiri pertanyaan berikut ini.
• Apa yang anda suka tentang anda?
• Apa saja perilaku positif yang anda miliki?
• Apa saja prestasi anda?
• Ada berapa tantangan yang telah anda kalahkan?
• Ada berapa keterampilan atau bakat yang anda miliki?
• Apa yang orang lain katakan dan mereka suka tentang anda?
• Konselor membantu klien menjelaskan hal-hal yang anda suka pada orang lain
bahwa anda juga memiliki kesamaan dengan mereka?
• Bagaimana seseorang yang peduli pada anda menggambarkan tentang anda?
• Apa yang anda anggap tentang hidup bahagia? Apa sifat baik yang anda miliki?

30

b. Melakukan Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Transendensi Diri
Transendensi diri berhubungan dengan kemampuan klien mengabaikan
fenomena masalah yang dialaminya dan melampauinya untuk melakukan suatu
perhubungan dengan orang lain. Berhubungan dengan orang lain, dapat dilakukan
melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari
keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk,
dari keluarga miskin dan kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses
dengan integritas dan kompetensi diri yang baik.
Transendensi diri sebagai kekuatan pada pengembangan model logo konseling
membuktikan bahwa klien mempunyai kemampuan mengembangkan harapan
realistik dengan sasaran pencapaian adalah tujuan hidup positif. Hal tersebut
memungkinkan klien untuk meningkatkan harapan realistik dan mengembangkan
seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), dengan indikatornya adalah
melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah, memperbaiki bias harapan
klien tentang dirinya yang terburuk, kritik diri dan masa depan suram, dengan cara
menyikapi situasi dengan pikiran terbuka, mencoba hal-hal baru, mengabaikan opini
negatif yang membuat klien cemas, gelisah dan tidak pasti, atau meragukan diri
sendiri dan kemampuan mereka, untuk menemukan nilai-nilai hidup dibalik opini
tersebut.
Ada nila-nilai yang sangat berharga sehubungan dengan harapan dan tujuan
hidup klien, yaitu sebagai tulang punggung keluarga, sebagai orang tua yang
melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anak, suami/istri pendamping
istri/suami yang setia dalam suka dan duka, guna mencapai makna dan tujuan
hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan figur klien yang mempunyai harkat dan
martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya. Pemaknaan
hidup yang berhasil dihayati klien dengan memaknai penderitaan tersebut, merupakan
suatu proses pencapaian tujuan hidup dan penghargaan atas diri klien.

31

4. Proses Konseling
TAHAP AWAL
TAHAP TRANSENDENSI

TAHAP AKHIR

DIRI
a. Konselor sharing dengan klien tentang
a. Konselor
membantu a. Konselor membantu klien
memanfaatkan
kemampuan
cerita dalam film tadi, sebagai daya
klien untuk menyadari
transendensi diri (selfpenarik terhadap nilai-nilai klien yang
kemampuan
atau
transcendence
)
yang
terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut
potensinya yang tidak
dimilikinya
untuk
dapat diungkapkan dalam proses
digunakan
atau
membebaskan diri dan tidak
konseling maka muncul suatu
terlupakan,
melalui
lagi
memperhatikan
kondisi
perasaan unik, berguna dan berharga
tahapan
konseling
yang tidak nyaman, tetapi
dari dalam diri klien.
sebagai berikut.
mampu
mengalihkan
dan
b.
Klien dapat menjangkau keluar, dan
b. Apa yang anda suka
mencurahkan perhatiannya
benar-benar
mencapai
dunia,
tentang diri anda?
kepada
kualitas
perilaku
hidup
menghadapi
makhluk
lain
untuk
c. Apa saja perilaku positif
positif, melalui tahapan
memenuhi dan menemukan makna
yang anda miliki?
konseling
sebagai
berikut.
hidupnya.
d. Apa saja prestasi anda?
c. Klien dapat mempergunakan sumber
e. Ada berapa tantangan b. Jika seseorang berbagi cerita
tentang
masalahnya
yang
daya batin yang memberdayakan
yang
telah
anda
identik
bahkan
lebih
berat
dari
kapasitas
kehendaknya
untuk
kalahkan?
yang anda alami. Apa yang
melakukan transformasi nilai dan
f. Ada berapa keterampilan
anda
kagumi
di
dalamnya?
modifikasi sikap melalui sharing
atau bakat yang anda
c. Ternyata orang itu sukses
pengalaman, peristiwa-peristiwa yang
miliki?
dalam
karir
dan
pekerjaannya.
dapat
menyelamatkan
dari
g. Apa saja yang orang lain
Apakah anda juga mau sepeti
keterpurukan, menonton slide film
katakan dan mereka suka
orang
tersebut,keluar
dari
tentang pengalaman orang-orang yang
tentang anda?
keterpurukan, kejar cita-cita
terpuruk, dari keluarga miskin dan
h. Konselor
membantu
dan
menjadi
orang
yang
kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi
konseli menjelaskan halsukses?
Apa
yang
akan
anda
menjadi
orang
sukses
dengan
hal yang konseli suka
lakukan? Sukses dan karir
integritas dan kompetensi diri yang
pada orang lain bahwa
bagaimana
yang
anda
baik.
klien
juga
memiliki
inginkan?
kesamaan
dengan
mereka.
TUJUAN TEKNIK DAN

MEDIA

EVALUASI

SASARAN
PENCAPAIAN
a. Tujuannya adalah klien Jurnal kegiatan untuk kualitas Sesi ini berhasil apabila klien berhasil
dapat
mengembangkan
perilaku positif
menggunakan kekuatan menantang
harapan realistik
b. Sasarannya
adalah

32

pencapaian tujuan hidup

jiwanya melampaui kondisi saat itu dan
bergerak
positif.

ke

arah

kegiatan-kegiatan

Sesi 5
Nama Kegiatan

: Nilai-nilai sikap

Tujuan

: Klien dapat mengubah penderitaan dan rasa bersalah.

Teknik

: Modifikasi sikap

Waktu

: 60 menit

Aktivitas/stimulasi

:
1. Konselor meminta klien mengidentifikasi, mengko

Dokumen yang terkait

M01576

0 0 52