2016 06 23 09 26 32 Rancangan Qanun Aceh 2016 tentang Pilkada EDIT 17 Juni

-1-

RANCANGAN QANUN ACEH
NOMOR

TAHUN 2016

TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI DAN
WALIKOTA/WAKIL WALIKOTA
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR ACEH,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
(Memorandum of Understanding Between The Government of
Republic of Indonesia and The Free Aceh Movement Helsinki
15 Agustus 2005), Pemerintah Republik Indonesia dan
Gerakan Aceh Merdeka menegaskan komitmen mereka untuk
menyelesaikan konflik Aceh secara damai, menyeluruh,

berkelanjutan dan bermartabat bagi semua, dan para pihak
bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga Pemerintahan
Rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang
demokratis dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil
Bupati, Walikota/Wakil Walikota dilakukan oleh rakyat secara
langsung yang merupakan perwujudan hak demokratis,
partisipasitif
dan
aspiratif
untuk
mendapatkan
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota yang terbaik dan amanah serta memiliki legitimasi
dalam menjalankan pemerintahan;
c. bahwa pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil
Bupati, Walikota/Wakil Walikota berlangsung secara efektif,
efisien, demokratis dan dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil;

d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 sampai
dengan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi UndangUndang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
Undang-Undang, perlu diharmonisasikan pengaturan tentang
pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, bupati/wakil bupati dan
walikota/wakil walikota;

-2e. bahwa Qanun Aceh tentang Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan
Walikota/Wakil Walikota, masih terdapat kekurangan dan
belum sepenuhnya menampung perkembangan peraturan
perundang-undangan mengenai pemilihan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota

sehingga perlu diganti;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf e, perlu membentuk
Qanun Aceh tentang Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota,
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6), Pasal 18B dan Pasal 29 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nomor
24
Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan
Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);
3. Undang-Undang
Nomor
44
Tahun

1999
tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa
Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3893);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah
Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4633);
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
4801), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 5189);
6. Undang-Undang

Nomor
15
Tahun
2011
tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 5246);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

-38. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
menjadi
Undang-Undang
(Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5678),
9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 tentang Partai
Politik Lokal Di Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4711);
10. Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum di Aceh (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2007 Nomor 07 Tambahan Lembaran
Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 07);
11. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2008 tentang Partai Lokal Peserta
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (Lembaran Daerah
Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan
Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 13);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH
dan
GUBERNUR ACEH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: QANUN
ACEH
TENTANG
GUBERNUR,
BUPATI/WAKIL
WALIKOTA.

PEMILIHAN

GUBERNUR/WAKIL
BUPATI
DAN
WALIKOTA/WAKIL

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan:
1. Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi
kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip
negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
dipimpin oleh seorang Gubernur.

-42. Kabupaten/Kota adalah bagian dari daerah provinsi sebagai
suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan
khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang dipimpin oleh seorang Bupati/Walikota.
3. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi
dalam
sistem
negara
kesatuan
Republik
Indonesia
berdasarkan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi

dan kewenangan masing-masing.
4. Pemerintahan Kabupaten/Kota adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahaan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing.
5. Gubernur adalah kepala Pemerintah Aceh yang dipilih melalui
suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
6. Bupati/Walikota
adalah
kepala
pemerintah
daerah
kabupaten/kota yang dipilih melalui suatu proses demokratis
yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
7. Dewan Perwakilan Rakyat Aceh yang selanjutnya disingkat
DPRA adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Aceh
yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

8. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota selanjutnya
disingkat DPRK adalah unsur penyelenggara pemerintahan
daerah kabupaten/kota yang anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
9. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
10. Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,
serta Walikota/Wakil Walikota yang selanjutnya disebut
Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Aceh dan
Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, serta Walikota/Wakil Walikota secara
langsung dan demokratis.

11. Bakal Calon Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Bupati/Calon
Wakil Bupati, Calon Walikota/Calon Wakil Walikota adalah

-5pasangan bakal calon yang dijaring oleh partai politik, atau
gabungan partai politik, atau partai politik lokal, atau
gabungan partai politik lokal, atau gabungan partai politik
dan partai politik lokal, atau perseorangan yang didaftarkan
kepada KIP Aceh untuk Bakal Calon Gubernur/Bakal Calon
Wakil Gubernur dan KIP Kabupaten/Kota untuk Bakal Calon
Bupati/Bakal Calon Wakil Bupati, Bakal Calon Walikota/Bakal
Calon Wakil Walikota belum ditetapkan sebagai pasangan
calon.
12. Calon Gubernur/ Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon
Wakil Bupati, Calon Walikota/Calon Wakil Walikota adalah
peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, atau
gabungan partai politik, atau partai politik lokal,
atau
gabungan partai politik lokal, atau partai politik dan partai
politik lokal atau perseorangan yang didaftarkan atau
mendaftar di KIP Aceh untuk Calon Gubernur/Calon Wakil
Gubernur, KIP Kabupaten/Kota Calon Bupati/Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota/Calon Wakil Walikota dan sudah
ditetapkan sebagai pasangan calon.
13. Komisi Independen Pemilihan yang selanjutnya disingkat KIP
adalah KIP Aceh dan KIP kabupaten/kota yang merupakan
bagian dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diberi
wewenang oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan
Pemilihan Presiden/Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Pemilihan
Anggota DPRA dan DPRK, serta Pemilihan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota.
14. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disingkat PPK
adalah bagian dari KIP Kabupaten/Kota, sebagai pelaksana
pemilihan di wilayah Kecamatan yang dibentuk oleh KIP
Kabupaten/Kota.
15. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat PPS
adalah panitia yang dibentuk oleh KIP Kabupaten/Kota untuk
menyelenggara pemilu ditingkat Gampong atau nama lain.
16. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya
disingkat KPPS adalah kelompok yang dibentuk PPS untuk
menyelenggara pemungutan suara di tempat pemungutan
suara.
17. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS
adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
18. Panitia Pengawas Pemilihan Aceh dan Panitia Pengawas
Pemilihan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Panwaslih
Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota adalah panitia yang
bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilihan di seluruh
Aceh dan Kabupaten/Kota.
19. Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya
disingkat Panwaslih Kecamatan adalah Panitia yang bertugas
untuk mengawasi jalannya pemilihan di wilayah Kecamatan.
20. Pengawas Pemilihan Lapangan yang selanjutnya disingkat PPL
adalah petugas yang mengawasi pemilihan di Gampong atau
nama lain.
21. Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh
sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela

-6atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa,
dan negara melalui pemilihan umum.
22. Partai politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia yang berdomisili di
Aceh secara suka rela atas dasar persamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan anggota
DPRA/DPRK, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,
dan Walikota/Wakil Walikota.
23. Gabungan Partai Politik adalah dua atau lebih partai politik
peserta pemilihan yang secara bersama-sama bersepakat
mencalonkan 1 (satu) pasangan calon Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.
24. Pasangan Calon Perseorangan adalah peserta pemilihan
Gubernur/Wakil
Gubernur,
Bupati/Wakil
Bupati,
dan
Walikota/Wakil Walikota yang didukung oleh sejumlah orang
yang memenuhi syarat sebagai pemilih berdasarkan UndangUndang.
25. Daerah pemilihan untuk pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur
adalah wilayah Aceh, sedangkan daerah pemilihan untuk
pemilihan Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota
adalah wilayah Kabupaten/Kota.
26. Kampanye pemilihan yang selanjutnya disebut kampanye
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon atau tim
kampanye dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan
menawarkan visi dan misi pasangan calon.
27. Tim Pelaksana Kampanye yang selanjutnya disebut Tim
Kampanye adalah Tim yang dibentuk oleh pasangan calon
bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik,
partai politik lokal atau gabungan partai politik lokal atau
gabungan partai politik dengan partai politik lokal yang
mengusulkan atau oleh bakal calon perseorangan yang
susunan nama-namanya didaftarkan ke KIP Aceh dan/atau KIP
Kaupaten/Kota bersamaan dengan pendaftaran bakal
pasangan calon yang bertugas dan berkewengan membantu
penyelenggaraan kampanye serta bertanggung jawab atas
pelaksanaan teknis penyelenggaraan kampanye.
28. Juru Kampanye adalah pasangan calon dan orang-orang yang
terdaftar pada tim kampanye pasangan calon yang bertugas
meyakinkan calon pemilih untuk memberikan suara kepada
pasangan calon.
29. Tingkatan Kampanye adalah tingkatan yang didasarkan pada
wilayah administrasi pemerintahan dimana Juru Kampanye
dibolehkan berkampanye.

30. Verifikasi adalah penelitian mengenai keabsahan surat
pernyataan dukungan, fotocopi kartu tanda penduduk,
pembuktian tidak adanya dukungan ganda, tidak adanya

-7pendukung yang telah meninggal dunia, tidak adanya
pendukung yang sudah tidak lagi menjadi penduduk di
wilayah bersangkutan, atau tidak adanya pendukung yang
tidak mempunyai hak pilih.
BAB II
ASAS, PELAKSANAAN DAN
LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILIHAN
Pasal 2
Pemilihan dilaksanakan secara efektif, efisien dan demokratis
berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
Pasal 3
(1) Pemilihan dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara
serentak di Aceh.
(2) Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur dilaksanakan di seluruh
Aceh sebagai satu kesatuan daerah Pemilihan.
(3) Pemilihan Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota
dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota masing-masing
sebagai satu kesatuan daerah Pemilihan.
(4) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama
KPU, KIP Aceh, KIP Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, dan
petugas pemutakhiran data Pemilih.
(2) KPU ikut bertanggung
pemilihan di Aceh.

jawab

dalam

penyelenggaraan

Pasal 5
(1) Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, diselenggarakan oleh KIP
Aceh.
(2) Pemilihan Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota
diselenggarakan oleh KIP Kabupaten/Kota.
(3) Dalam hal Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), KIP Kabupaten/Kota merupakan
bagian
dari
penyelenggara
Pemilihan
Gubernur/Wakil
Gubernur.
Pasal 6
(1) Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung
jawab bersama Bawaslu, Panwaslih Aceh, Panwaslih
Kabupaten/Kota, Panwaslih Kecamatan, dan PPL.
(2) Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan
Gubernur dilaksanakan oleh Panwaslih Aceh.

Gubernur/Wakil

(3) Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati, serta Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
dilaksanakan oleh Panwaslih Kabupaten/Kota.

-8(4) Bawaslu memegang tanggung jawab akhir atas pengawasan
penyelenggaraan Pemilihan oleh Panwaslih Aceh, Panwaslih
Kabupaten/Kota, Panwaslih Kecamatan, dan PPL.
BAB III
PEMANTAU PEMILIHAN
Pasal 7
(1) Pelaksanaan
Pemilihan.

Pemilihan

dapat

dipantau

oleh

Pemantau

(2) Pemantau Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. organisasi kemasyarakatan pemantau Pemilihan dalam
negeri; dan
b. lembaga pemantau Pemilihan asing.
(3) Ketentuan mengenai Pemantau sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
(1) Pemantau Pemilihan harus memenuhi persyaratan:
a. bersifat independen;
b. mempunyai sumber dana yang jelas; dan
c. terdaftar dan memperoleh izin dari KIP Aceh untuk
pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur dan melapor kepada
KIP Kabupaten/Kota; dan
d. terdaftar dan memperoleh izin dari KIP Kabupaten/Kota
untuk pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil
Walikota.
(2) Syarat untuk memperoleh izin dan tata cara pemantau
pemilihan diatur oleh KIP dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
(3) Setiap pemantau asing harus memenuhi prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TAHAPAN PEMILIHAN
Pasal 9
(1) Tahapan dan jadwal Pemilihan ditetapkan oleh KIP.
(2) Pemilihan dilakukan melalui tahapan persiapan dan tahapan
penyelenggaraan.
Pasal 10
(1) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) meliputi:
a. pemberitahuan DPRA kepada KIP Aceh mengenai
berakhirnya masa jabatan Gubernur/Wakil Gubernur;

-9b. pemberitahuan
DPRK
kepada
KIP
Kabupaten/Kota
mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati/Wakil Bupati,
dan Walikota/Wakil Walikota;
c. perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata
cara dan jadwal tahapan pelaksanaan Pemilihan;
d. perencanaan program dan anggaran;
e. penyusunan peraturan penyelenggaraan Pemilihan;
f.

sosialisasi, penyuluhan dan bimbingan teknis;

g. pembentukan PPK, Panitia Pemilihan Gampong, dan KPPS;
h. pembentukan Panwaslih Aceh, Panwaslih Kabupaten/Kota,
Panwaslih Kecamatan, dan PPL;
i.

pemberitahuan dan pendaftaran pemantau Pemilihan; dan

j.

penyerahan daftar penduduk potensial Pemilih.

(2) Tahapan dan jadwal Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 sebelum ditetapkan terlebih dahulu diberitahukan
kepada DPRA/DPRK.
Pasal 11
(1) Tahapan penyelenggaraan Pemilihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 10 ayat (1) meliputi :
a. pendaftaran dan penetapan daftar pemilih;
b. pengumuman pembukaan pendaftaran pasangan Bakal
Calon Gubernur/Bakal Calon Wakil Gubernur, pasangan
bakal calon bupati/bakal calon wakil bupati, serta
pasangan bakal calon Walikota/Bakal calon Wakil Walikota;
c. pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Bakal Calon
Wakil Gubernur, pasangan bakal calon bupati/Bakal Calon
Wakil Bupati, serta Pasangan Bakal Calon Walikota/Bakal
Calon Wakil Walikota;
d. penelitian
persyaratan
pasangan
Bakal
Calon
Gubernur/Bakal Calon Wakil Gubernur, pasangan Bakal
Calon Bupati/Bakal Calon Wakil Bupati, serta pasangan
Bakal Calon Walikota/Bakal Calon Wakil Walikota;
e. penetapan pasangan Bakal Calon Gubernur/Bakal Calon
Wakil Gubernur, pasangan Bakal Calon Bupati/Bakal Calon
Wakil Bupati, serta pasangan Bakal Calon Walikota/Bakal
Calon
Wakil
Walikota
menjadi
pasangan
Calon
Gubernur/Wakil Gubernur, pasangan calon Bupati/Wakil
Bupati dan pasangan calon Walikota/Wakil Walikota;
f.

sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan;

g. pelaksanaan kampanye;
h. masa tenang;
i.

pelaksanaan pemungutan suara;

j.

penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan
suara;

k. penetapan pasangan calon terpilih;
l.

penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan;

m. pengusulan pengesahan pengangkatan calon terpilih; dan

-10n. pelantikan calon terpilih.
(2) Pendaftaran dan penetapan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, huruf d dan huruf e meliputi :
a. pemeriksaan administrasi pasangan bakal calon oleh KIP;
b. penetapan pasangan calon oleh KIP; dan
c. pemaparan visi dan misi pasangan bakal calon dalam
rapat paripurna istimewa DPRA/DPRK.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian tahapan persiapan
dan penyelenggaraan Pemilihan ditetapkan oleh KIP.
Pasal 12
(1) KIP Aceh menyampaikan laporan kegiatan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur kepada
DPRA dan KPU dengan tembusan kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri.
(2) KIP Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kegiatan setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilihan Bupati/Wakil Bupati serta
Pemilihan Walikota/Wakil Walikota kepada DPRK dengan
tembusan kepada KIP Aceh dan Gubernur.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh KIP Aceh
diteruskan kepada KPU dan oleh Gubernur diteruskan kepada
Menteri Dalam Negeri.
BAB V
HAK PILIH DAN PENETAPAN PEMILIH
Pasal 13
(1) Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang berumur genap
17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah pernah menikah
pada hari pemungutan suara.
(2) Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didaftar oleh penyelenggara Pemilihan dan terdaftar dalam
daftar pemilih.
(3) Jika pemilih mempunyai lebih dari 1 (satu) tempat tinggal
pemilih tersebut harus memilih salah satu tempat tinggalnya
yang dicantumkan dalam daftar pemilih berdasarkan Kartu
Tanda Penduduk elektronik dan/atau surat keterangan domisili
dari Keuchik atau sebutan lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) diatur oleh KIP Aceh.
Pasal 14
(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara
Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.
(2) Untuk dapat didaftar sebagai pemilih, Warga Negara
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat:
a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
dan

-11c. berdomisili di daerah pemilihan paling kurang 6 (enam)
bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara
yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.
(3) Seorang Warga Negara Indonesia yang telah terdaftar dalam
daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
menggunakan hak memilihnya.
Pasal 15
(1) Daftar pemilih pada saat pelaksanaan Pemilu terakhir di Aceh
digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan.
(2) Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimutakhirkan dan divalidasi, ditambah dengan daftar pemilih
yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih digunakan
sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara.
(3) Pemutakhiran sebagaimana
dilakukan karena:

dimaksud

pada

ayat

(2),

a. memenuhi syarat usia pemilih yang sampai dengan hari
dan tanggal pemungutan suara pemilih sudah berumur 17
(tujuh belas) tahun;
b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah
menikah;
c. perubahan status anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi status sipil
atau purnatugas;
d. tidak terdaftar dalam Daftar Penduduk Potensial Pemilih
Pemilu (DP4);
e. telah meninggal dunia;
f.

pindah domisili ke daerah lain; atau

g. perubahan status dari sipil menjadi anggota Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 16
(1) Pemilih yang telah terdaftar sebagai pemilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 diberi tanda bukti pendaftaran.
(2) Seorang pemilih hanya didaftar 1 (satu) kali dalam daftar
pemilih.
(3) Ketentuan mengenai pemilih berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Pasal 17
(1) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, PPS menyusun dan menetapkan daftar pemilih
sementara.
(2) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diumumkan oleh PPS untuk mendapat tanggapan
masyarakat.
(3) Pemilih yang belum terdaftar dalam daftar pemilih sementara
wajib didaftarkan kembali oleh PPS dan dicatat dalam daftar
pemilih tambahan.

-12(4) Daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tambahan oleh
PPS ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap.
(5) Tata cara pelaksanaan pendaftaran pemilih ditetapkan oleh
KIP Aceh.
Pasal 18
Berdasarkan daftar pemilih tetap yang diterima dari PPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4), PPK membuat
rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS dalam
wilayah kerja PPK.
Pasal 19
(1) KIP Aceh menetapkan rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar
dan jumlah TPS dalam wilayah Aceh untuk Pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur.
(2) KIP Kabupaten/Kota menetapkan rekapitulasi jumlah pemilih
terdaftar dan jumlah TPS dalam wilayah Kabupaten/Kota
untuk Pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil
Walikota.
Pasal 20
(1) Rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 dan Pasal 19, digunakan sebagai bahan
penyusunan kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan
pemilihan serta pendistribusiannya.
(2) Rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 dan Pasal 19, juga disampaikan kepada calon
peserta pemilihan dan Partai Politik/Gabungan Partai Politik,
Partai Politik /Gabungan Partai Politik Lokal, Partai Politik
Lokal/Gabungan Partai Politik Lokal yang mengusungnya dan
disertai dengan berita acara penyerahan.
BAB VI
PENDAFTARAN DAN PENETAPAN PASANGAN CALON
Bagian Pertama
Peserta Pemilihan
Pasal 21
(1)

Peserta Pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan
oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Partai Politik
Lokal atau Gabungan Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai
Politik dengan Partai Politik Lokal secara berpasangan.

(2)

Pasangan calon perseorangan Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota yang
didukung oleh sejumlah orang yang telah memenuhi
persyaratan secara berpasangan sebagai satu kesatuan.

Bagian Kedua
Persyaratan Pengajuan Bakal Calon oleh Partai Poltik atau

-13Gabungan Partai Politik
Pasal 22
(1) Partai Politik atau Partai Politik Lokal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1), dapat mendaftarkan pasangan calon
apabila memenuhi persyaratan perolehan paling kurang 15%
(lima belas persen) dari jumlah kursi DPRA/DPRK atau 15%
(lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam
pemilihan anggota DPRA/DPRK di daerah yang bersangkutan
dalam Pemilu terakhir.
(2) Dalam hal Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Partai
Politik Lokal atau Gabungan Partai Politik lokal atau Gabungan
Partai Politik dan Partai Politik Lokal dalam mengusulkan
pasangan calon menggunakan ketentuan memperoleh paling
kurang 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRA/DPRK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila hasil bagi
jumlah kursi DPRA/DPRK menghasilkan angka pecahan, maka
perolehan 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi dihitung
dengan pembulatan ke atas.
Pasal 23
(1) Partai politik atau Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal
atau Gabungan Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai
Politik dan Partai Politik Lokal hanya dapat mengusulkan 1
(satu) pasangan calon.
(2) Calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan
Walikota/Wakil Walikota yang telah diusulkan dalam 1 (satu)
pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik,
Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai Politik Lokal atau
Gabungan Partai Politik dan Partai Politik Lokal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak boleh dicalonkan lagi oleh
Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal
atau Gabungan Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai
Politik dan Partai Politik Lokal lainnya.
(3) Partai politik atau Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal
atau Gabungan Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai
Politik dan Partai Politik Lokal sebelum menetapkan pasangan
calon wajib membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi
tokoh-tokoh masyarakat yang memenuhi syarat untuk
dilakukan penyaringan sebagai bakal calon.
(4) Kesempatan yang seluas-luasnya sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(3),
paling
lambat
sejak
DPRA/DPRK
memberitahukan berakhimya masa jabatan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota
sampai dengan pengumuman pendaftaran pasangan calon.
(5) Proses penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dilakukan secara demokratis dan transparan sesuai
dengan mekanisme yang berlaku dalam Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal atau Gabungan
Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai Politik dan Partai
Politik Lokal.
(6) Dalam proses penetapan pasangan calon, Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal atau Gabungan
Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai Politik dan Partai

-14Politik Lokal wajib memperhatikan pendapat dan tanggapan
masyarakat.
Pasal 24
Pasangan bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil
Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. warga Negara Republik Indonesia;
b. orang Aceh;
c. beragama Islam, taat menjalankan syari'at Islam dan mampu
membaca Al-Qur'an dengan baik;
d. taat pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
e. bersedia menjalankan butir-butir MoU Helsinki dan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
serta peraturan pelaksanaannya yang dibuktikan dengan
surat pernyataan yang ditanda tangani di depan lembaga
DPRA/DPRK;
f.

pendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas
atau yang sederajat;

g. berumur sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun pada saat
pendaftaran;
h. sehat jasmani, rohani dan bebas narkoba berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter
pemerintah di ibukota Pemerintahan Aceh;
i.

tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan
kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara paling
kurang 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali tindak
pidana
makar
atau
politik
yang
telah
mendapat
amnesti/rehabilitasi;

j.

tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

k. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
l.

mengenal
daerah
pencalonannya
masyarakat di daerah pencalonannya;

dan

dikenal

oleh

m. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk
diumumkan;
n. tidak
dalam
Bupati/Walikota;

status

sebagai

penjabat

Gubernur/

o. tidak sedang
memiliki
tanggungan
utang secara
perseorangan dan/atau secara
badan
hukum
yang
menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan
Negara;
p. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
q. memiliki nomor pokok wajib pajak dan memiliki laporan pajak
pribadi;
r.

belum pernah menjabat sebagai Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota selama 2

-15(dua) kali masa jabatan yang sama untuk calon
Gubernur/Wakil Gubernur, calon Bupati/Wakil Bupati dan calon
Walikota/Wakil Walikota;
s. belum pernah menjabat sebagai :
1. Gubernur untuk Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota;
2. Wakil Gubernur untuk Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
3. Bupati untuk Calon Wakil Bupati dan Calon Wakil Walikota;
4. Walikota untuk Calon Wakil Walikota dan Calon Wakil
Bupati;
5. Bupati untuk Calon Walikota dan Walikota untuk Calon
Bupati yang sudah pernah menjabat dua periode jabatan;
t.

berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang
mencalonkan diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai
calon;

u. memberitahukan pencalonannya sebagai Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bagi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, kepada Pimpinan Dewan
Perwakilan Daerah bagi anggota Dewan Perwakilan Daerah,
kepada Pimpinan DPRA bagi anggota DPRA, atau kepada
Pimpinan DPRK bagi anggota DPRK, dan mengundurkan diri
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, DPRA atau DPRK yang tidak dapat ditarik kembali
sejak ditetapkan sebagai calon;
v. mengundurkan diri sebagai anggota Tentara
Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara
Republik
Indonesia,
dan
Pegawai Negeri Sipil yang tidak dapat ditarik kembali sejak
ditetapkan sebagai calon;
w. mengundurkan diri sebagai pejabat atau pegawai dari badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang tidak
ditarik kembali sejak ditetapkan sebagai calon;
x. berhenti sebagai anggota KPU, KIP Aceh, KIP Kabupaten/Kota,
Bawaslu, Bawaslu Aceh, Panwaslih Aceh, Panwaslih
Kabupaten/Kota sebelum pembentukan PPK dan PPS.
Pasal 25
(1) Syarat sehat jasmani dan rohani sebagaimana dimaksud Pasal
24 huruf h tidak menghalangi penyandang disabilitas.
(2) Persyaratan bagi calon yang pernah dijatuhi pidana penjara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 huruf i, dikecualikan
bagi :
a. calon yang dipidana karena kealpaan ringan (culva levis);
b. calon yang dipidana penjara karena alasan politik;
(3) Calon yang dipidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b adalah orang yang memperjuangkan keyakinan politik

-16yang memiliki tujuan kebaikan masyarakat banyak dan
dilakukan tanpa kekerasan atau menggunakan senjata.
Pasal 26
(1) Penghitungan 2 (dua) kali masa jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 huruf r, dihitung berdasarkan
jumlah pelantikan dalam jabatan yang sama, yaitu masa
jabatan pertama selama 5 (lima) tahun penuh dan masa
jabatan kedua paling singkat selama 2 ½ (dua setengah)
tahun dan sebaliknya.
(2) Jabatan yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah jabatan Gubernur dengan Gubernur, Jabatan Wakil
Gubernur dengan Wakil Gubernur, Jabatan Bupati/ Walikota
dengan Bupati/Walikota, dan jabatan Wakil Bupati/Walikota
dengan Wakil Bupati/Walikota.
(3) 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf r, meliputi :
a. telah dua kali berturut dalam jabatan yang sama;
b. telah dua kali dalam jabatan yang sama tidak berturutturut;
c. 2 (dua) kali dalam jabatan yang sama di daerah yang
sama atau di daerah yang berbeda.
(4) Perhitungan 5 (lima) tahun masa jabatan atau 2 ½ (dua
setengah) tahun masa jabatan sebagaimana maksud pada
ayat (1) dihitung sejak tanggal pelantikan sampai dengan
akhir masa jabatan Gubernur/Wakil Gubernur,
atau
Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota yang
bersangkutan.
Pasal 27
(1) Penjabat Gubernur/Bupati/Walikota tidak dapat menjadi Calon
Gubernur/Wakil
Gubernur,
Bupati/Wakil
Bupati
dan
Walikota/Wakil Walikota.
(2) Anggota KIP dan Anggota Panitia Pengawas yang dicalonkan
menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati
dan Walikota/Wakil Walikota, wajib mengundurkan diri dari
keanggotaan KIP dan anggota Panitia Pengawas sejak
pemberitahuan berakhirnya masa jabatan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota
dari DPRA/DPRK kepada KIP.
Bagian Ketiga
Persyaratan Pengajuan Bakal Pasangan Calon Perseorangan
Pasal 28
Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, bakal pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota dari calon
perseorangan harus memenuhi persyaratan:
a. memperoleh dukungan paling rendah 3% (tiga persen) dari
jumlah penduduk yang tersebar di paling rendah 50% (lima

-17puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota untuk pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur dan 50% (lima puluh persen) dari
jumlah kecamatan untuk pemilihan Bupati/Wakil Bupati, atau
Walikota/Wakil Walikota;
b. dukungan sebagaimana dimaksud pada huruf a disertai
dengan identitas bukti diri dan pernyataan tertulis;
c. identitas bukti diri sebagaimana dimaksud pada huruf b
berupa Kartu Tanda Penduduk, Paspor Republik Indonesia,
Surat Izin Mengemudi (SIM) atau identitas kependudukan lain;
d. pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf b
harus ditandatangani atau dibubuhi cap jempol dalam hal
yang bersangkutan tidak dapat menandatangani;
e. pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf d
dibuat secara individu atau kolektif diberi materai dan
mengetahui keuchik setempat atau nama lain;
f.

setiap pemilih hanya boleh memberikan dukungan kepada
satu pasangan calon; dan

g. dukungan yang diberikan lebih dari satu pasangan calon
dinyatakan tidak sah.
Bagian Keempat
Pendaftaran Pasangan Calon Partai Politik dan
Gabungan Partai Politik
Pasal 29
(1) Partai politik, gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal,
gabungan Partai Politik dan Partai Politik Lokal, gabungan
Partai Politik Lokal atau calon perseorangan didaftarkan atau
mendaftar sebagai pasangan bakal calon kepada KIP.
(2) Masa pendaftaran pasangan bakal Calon Gubernur/Wakil
Gubernur, pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati, serta
pasangan bakal calon Walikota/Wakil Walikota paling lama
3x24 jam terhitung sejak pengumuman pendaftaran pasangan
bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur, pasangan bakal calon
bupati/wakil bupati, serta pasangan bakal calon walikota/wakil
walikota.
(3) KIP wajib mengumumkan pendaftaran pasangan Bakal Calon
Gubernur/Wakil Gubernur, bakal Bupati/Wakil Bupati, dan
Walikota/Wakil Walikota paling kurang 4 (empat) media massa
yang diatur oleh KIP.
Pasal 30
(1) Pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur
oleh Partai Politik ditandatangani oleh ketua Partai Politik dan
sekretaris Partai Politik tingkat provinsi disertai surat
keputusan pengurus Partai Politik tingkat pusat tentang
persetujuan atas calon yang diusulkan oleh pengurus Partai
Politik tingkat provinsi.
(2) Pendaftaran pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati serta
pasangan bakal calon Walikota/Wakil Walikota oleh Partai
Politik ditandatangani oleh ketua Partai Politik dan sekretaris

-18Partai Politik tingkat Kabupaten/Kota disertai surat keputusan
pengurus Partai Politik tingkat pusat tentang persetujuan atas
calon yang diusulkan oleh pengurus Partai Politik tingkat
provinsi.
(3) Pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur,
pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati, serta pasangan
bakal calon Walikota/Wakil Walikota oleh Gabungan Partai
Politik ditandatangani oleh para ketua Partai Politik dan para
sekretaris Partai Politik di tingkat provinsi atau para ketua
Partai Politik dan para sekretaris Partai Politik di tingkat
Kabupaten/Kota disertai surat keputusan masing-masing
pengurus Partai Politik tingkat pusat tentang persetujuan atas
calon yang diusulkan oleh pengurus Partai Politik tingkat
provinsi
dan/atau
pengurus
Partai
Politik
tingkat
Kabupaten/Kota.
Pasal 31
(1) Pendaftaran pasangan bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur
oleh Partai Politik Lokal ditandatangani oleh ketua Partai Politik
Lokal dan sekretaris Partai Politik Lokal tingkat Aceh, disertai
Surat Keputusan Pengurus Partai Politik Lokal tingkat Aceh.
(2) Pendaftaran pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati dan
pasangan bakal calon Walikota/Wakil Walikota oleh Partai
Politik Lokal ditandatangani oleh ketua Partai Politik Lokal dan
sekretaris Partai Politik Lokal tingkat Kabupaten/Kota, disertai
surat keputusan pengurus Partai Politik Lokal tingkat Aceh
tentang persetujuan atas calon yang diusulkan oleh pengurus
Partai Politik Lokal tingkat Kabupaten/Kota.
(3) Pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur,
pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati dan pasangan bakal
calon Walikota/Wakil Walikota oleh Gabungan Partai Politik dan
Partai Politik Lokal ditandatangani oleh para ketua Partai
Politik dan para sekretaris Partai Politik di tingkat provinsi dan
ditingkat Aceh bagi Partai Politik Lokal untuk pasangan Bakal
Calon Gubernur/Wakil Gubernur, dan ditandatangi oleh ketua
Partai Politik Lokal dan sekretaris Partai Politik Lokal di tingkat
Kabupaten/Kota untuk pasangan bakal calon Bupati/Wakil
Bupati dan pasangan bakal calon Walikota/Wakil Walikota,
disertai surat keputusan masing-masing pengurus Partai
Politik tingkat pusat tentang persetujuan atas calon yang
diusulkan oleh pengurus Partai Politik tingkat provinsi
dan/atau surat keputusan masing-masing pengurus Partai
Politik Lokal tingkat Aceh tentang persetujuan atas calon
yang diusulkan oleh pengurus Partai Politik Lokal tingkat
Kabupaten/Kota.

(4) Pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur,
pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati, dan pasangan
bakal calon Walikota/Wakil Walikota oleh Gabungan Partai
Politik Lokal ditandatangani oleh para ketua Partai Politik Lokal

-19dan para sekretaris Partai Politik Lokal di tingkat Aceh bagi
pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur dan
ditandatangani oleh para ketua Partai Politik Lokal dan para
sekretaris Partai Politik Lokal di tingkat Kabupaten/Kota,
disertai surat keputusan masing-masing pengurus Partai
Politik Lokal tingkat pusat tentang persetujuan atas calon
yang diusulkan oleh pengurus Partai Politik Lokal tingkat
Kabupaten/Kota.
Pasal 32
(1) Pendaftaran pasangan Bakal Calon Gubernur/Wakil Gubernur,
pasangan bakal calon Bupati/Wakil Bupati dan pasangan bakal
calon Walikota/Wakil Walikota disertai dengan penyampaian
kelengkapan dokumen persyaratan.
(2) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. keputusan Partai Politik, Gabungan Partai Politik, Partai
Politik Lokal, Gabungan Partai Politik Lokal, Gabungan
Partai Politik dan Partai Politik Lokal sebagaimana
dimaksud pada Pasal 30 dan Pasal 31;
b. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas
pasangan bakal calon yang dicalonkan dan ditandatangani
oleh ketua Partai Politik dan sekretaris Partai Politik,
Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal, Gabungan
Partai Politik dan Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai
Politik Lokal;
c. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai
pasangan calon;
d. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
pasangan calon;
e. surat keterangan mampu membaca Al-Qur’an yang
dikeluarkan dari tim berwenang yang ditetapkan oleh KIP
Aceh atau KIP Kabupaten/Kota;
f.

surat keterangan hasil pemeriksaan kemampuan secara
rohani, jasmani dan bebas narkoba dari tim dokter yang
ditetapkan oleh KIP Aceh atau KIP Kabupaten/Kota;

g. surat tanda terima laporan kekayaan bakal calon dari
instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan
penyelenggara negara;
h. surat keterangan tidak sedang memiliki tanggungan utang
secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang
menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan
negara, dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya
meliputi tempat tinggal bakal calon;
i.

surat keterangan tidak dinyatakan pailit dari Pengadilan
Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal
bakal calon;

j.

surat keterangan tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, dari Pengadilan Negeri yang
wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal bakal calon;

-20k. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama bakal
calon, tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas
nama bakal calon, untuk masa 5 (lima) tahun terakhir, dan
tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak dari Kantor
Pelayanan Pajak tempat bakal calon yang bersangkutan
terdaftar;
l.

daftar riwayat hidup bakal calon yang dibuat dan
ditandatangani oleh bakal calon perseorangan dan bagi
bakal calon yang diusulkan dari Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik ditandatangani oleh bakal calon,
pimpinan Partai Politik atau pimpinan Gabungan Partai
Politik, Partai Politik Lokal dan Gabungan Partai Politik
Lokal;

m. fotokopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik dengan Nomor
Induk Kependudukan;
n. fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh pihak yang
berwenang;
o. surat keterangan tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya
meliputi tempat tinggal bakal calon;
p. pas foto terbaru bakal calon;
q. surat pernyataan mengundurkan diri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS), anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak
ditetapkan sebagai calon;
r.

surat pernyataan pengunduran diri dari anggota DPR,
DPD, DPRA dan DPRK sejak ditetapkan sebagai calon;

s. surat Keputusan pemberhentian sebagai anggota KPU/KIP
dan Bawaslu/Panwaslih bagi anggota KPU/KIP dan
Bawaslu/Panwaslih yang menjadi pasangan bakal calon;
t.

surat pernyataan berhenti dari BUMN dan BUMD sejak
ditetapkan sebagai calon;

u. surat keputusan pemberhentian sebagai Gubernur, Wakil
Gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil
walikota yang mencalonkan diri di daerah lain sejak
ditetapkan sebagai calon;
v. naskah visi dan misi dari pasangan bakal calon yang
disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Aceh atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten/Kota yang ditandatangani oleh pasangan bakal
calon.

Bagian kelima
Pendaftaran Pasangan Calon Perseorangan
Pasal 33

-21(1) Pasangan calon perseorangan mendaftarkan diri kepada KIP
paling lama 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam terhitung
sejak pengumuman pendaftaran pasangan calon.
(2) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan yang
dilampiri dengan identitas diri berupa photo copy KTP
elektronik atau surat keterangan tanda penduduk; dan
b. dokumen persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c sampai dengan huruf v.
Pasal 34
(1) Pasangan calon yang didaftarkan, harus hadir pada saat
pendaftaran.
(2) KIP memberikan tanda terima kepada Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal atau Gabungan
Partai Politik Lokal atau Gabungan Partai Politik dan Partai
Politik Lokal dan bakal pasangan calon yang mendaftarkan.
Bagian Keenam
Penelitian Pasangan Calon
Pasal 35
(1) KIP melakukan penelitian terhadap surat pencalonan beserta
lampirannya.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat(1), meliputi
penelitian
kelengkapan
dan
keabsahan
administrasi
pencalonan, serta klarifikasi pada instansi yang berwenang
memberikan surat keterangan.
(3) KIP melakukan verifikasi dukungan bakal calon perseorangan.
(4) Hasil penelitian dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3), diumumkan kepada masyarakat melalui
media massa paling kurang 4 (empat) media massa.
(5) Masyarakat dapat memberikan masukan kepada KIP
mengenai hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat
(4).
(6) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
wajib diproses dan ditindaklanjuti oleh KIP.
(7) Tata cara penelitian dan pengumuman sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh
KIP dengan berpedoman pada peraturan perundangundangan.

Pasal 36
(1) KIP menetapkan paling kurang 2 (dua) pasangan calon setelah
melakukan pemeriksaan administrasi dan persyaratan calon

-22sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31,
Pasal 32 dan Pasal 33.
(2)Apabila sampai batas waktu yang ditetapkan telah berakhir
dan pasangan bakal calon kurang dari 2 (dua) pasangan,
maka akan dilakukan penundaan selama 10 (sepuluh) hari
dan perpanjangan masa pendaftaran dilakukan selama 3x24
(tiga kali dua puluh empat) jam.
(3) Apabila waktu perpanjangan masa pendaftaran telah berakhir
dan pasangan bakal calon belum terpenuhi, tahapan
Pemilihan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(4) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menyampaikan visi dan misi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf v dan Pasal 33 dalam Rapat Paripurna Istimewa
DPRA/DPRK yang diadakan khusus untuk itu dan dinyatakan
terbuka untuk umum.
(5) Apabila pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terpilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati
atau Walikota/Wakil Walikota maka visi dan misi menjadi
bahan pertimbangan dokumen resmi daerah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian visi
dan misi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
oleh KIP.
Pasal 37
(2) Apabila salah satu atau pasangan bakal calon meninggal
dunia, berhalangan tetap atau tidak memenuhi syarat
pasangan bakal calon, maka Partai Politik, Gabungan Partai
Politik, Partai Politik Lokal, Gabungan Partai Politik Lokal,
Gabungan Partai Politik dan Partai Politik Lokal dan pasangan
bakal calon perseorangan yang bersangkutan dapat
mengajukan penggantinya paling lambat 7x24 jam sebelum
penetapan dan peresmian sebagai pasangan calon oleh KIP
dengan mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 dan Pasal 28.
(3) Partai Politik, Gabungan Partai Politik, Partai Politik Lokal,
Gabungan Partai Politik Lokal, Gabungan Partai Politik dan
Partai Politik Lokal atau perseorangan tidak boleh menarik
calonnya setelah penetapan dan peresmian pasangan calon
oleh KIP.
(4) Apabila pada saat menjelang pemungutan suara jumlah
pasangan calon kurang dari 2 (dua), maka pemungutan suara
ditunda dan proses pencalonan dimulai kembali dengan
ketentuan, pasangan calon yang telah ditetapkan tetap
berlaku.
(5) Dalam hal terjadinya keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), maka proses Pemilihan diperpanjang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

(6) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon meninggal
dunia sejak penetapan calon sampai pada saat dimulainya
hari kampanye, Partai Politik, Gabungan Partai Politik, Partai
Politik Lokal, Gabungan Partai Politik Lokal, Gabungan Partai

-23Politik dan Partai Politik Lokal yang pasangan calonnya
meninggal dunia dapat mengusulkan pasangan bakal calon
pengganti paling lama 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak pasangan calon meninggal dunia.
(7) KIP Aceh dan/atau KIP Kabupaten/Kota melakukan penelitian
persyaratan administrasi pasangan bakal calon pengganti
sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan menetapkan
paling lama 4x24 (empat kali dua puluh empat) jam terhitung
sejak tanggal pendaftaran.
(8) Dalam hal salah satu calon atau
pasangan calon
meninggal dunia pada saat dimulainya kampanye sampai hari
pemungutan suara dan masih terdapat 2