medikora skripsi dwi riyan

PROFIL DAYA TAHAN JANTUNG PARU, KEKUATAN OTOT PUNGGUNG,
KEKUATAN OTOT TUNGKAI, FLEKSIBILITAS, KOMPOSISI TUBUH DAN
SOMATOTYPE PEMAIN SEPAK BOLA U-17 ROMBERZ FC
BANTUL YOGYAKARTA

Oleh: Dwi Riyan Susanto dan Fatkurahman Arjuna/Arjuna@uny.ac.id
Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil daya tahan jantung paru,
kekuatan otot punggug, kekuatan otot tungkai, fleksibilitas, komposisi tubuh dan
somatotype pemain sepak bola U-17 Romberz FC.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah
metode survei dengan teknik pengambilan datanya menggunakan tes pengukuran.
Penelitian ini merupakan penelitian study kasus dengan subjek pemain Romberz U 17
yang berjumlah 21 pemain. Teknik analisis data yang dilakukan adalah menuangkan
frekuensi ke dalam bentuk presentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya tahan jantung paru pemain U-17
Romberz FC berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 9 pemain (42,86 %).
Kekuatan otot punggung pemain U-17 Romberz FC berada dalam kategori kurang
sebanyak 21 pemain (100 %). Kekuatan otot tungkai berada dalam kategori kurang
sebanyak 10 pemain (47,62 %). Fleksibilitas pemain U 17 Romberz FC berada dalam

kategori cukup dan kurang, masing-masing sebanyak 7 pemain(33,33 %). Profil
komposisi tubuh pemain U-17 Romberz FC yng berkaitan dengan indek massa tubuh
berada lam kategori berat badan normal atau ideal sebanyak 9 pemain (42,86 %).
Lemak tubuh berada dalam kategori baik sebanyak 10 pemain (47,62 %). Somatotype
pemain U-17 Romerz FC beradadalam kategori tipe tubuh balanced ectomorph
sebanyak 13 pemain (61,90 %).
Kata Kunci: daya tahan jantung paru, kekuatan otot punggung, kekuatan otot tungkai,
fleksibilitas, komposisi tubuh, somatotype,
Dalam permainan sepakbola sangat dibutuhkan kondisi fisik yang prima untuk menunjang
ketrampilan bermain sepakbola seperti kecepatan, kelincahan, daya tahan dan sebagainya,
(M. Sajoto, 1988: 10). Tujuan permainan sepak bola sendiri yaitu memasukkan bola
sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mencegah lawan agar tidak bisa memasukkan
bola ke gawang tim yang dibela. Untuk dapat bermain sepak bola dengan baik harus
melakukan latihan yang teratur dan berkesinambungan. Latihannya juga tidak hanya

1

mengenai teknik saja melainkan harus lebih kompleks terkait kondisi fisik dan mental. Hal
tersebut merupakan subjek yang akan menentukan prestasi yang lebih cepat berkembang.
Prestasi puncak pada cabang olahraga sepakbola memerlukan latihan yang terprogram,

kebugaran fisik yang baik, diperlukan pula bentuk tubuh atau anggota badan yang khas.
Menurut Soeharsono (1993:1), untuk pencapaian prestasi puncak bagi setiap cabang
olahraga diperlukan bentuk tubuh yang khas. Menurut Sheldon yang dikutip oleh Kevin
Norton dan Tim Olds (1996: 152), secara garis besar bentuk tubuh manusia dibagi kedalam
tiga tipe:
1. Tipe Endomorph, yaitu tipe tubuh yang gemuk.
2. Tipe Mesomorph, yaitu tipe tubuh yang besar dan kuat.
3. Tipe Ectomorph, yaitu tipe tubuh yang kurus dan tinggi.
Ketiga tipe ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi dalam dunia
olahraga pada umumnya dan persepakbolaan khususnya. Namun demikian umumnya
bentuk tubuh manusia merupakan gabungan dari ketiga tipe diatas, tetapi besar pula
kemungkinannya bahwa salah satu lebih dominan, (Yusuf Hadi Sasmita dan A.
Syarifuddin, 1996: 23).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dalam sepakbola sangat dibutuhkan kebugaran
fisik dan bentuk tubuh yang khas (somatotype) untuk menunjang penampilan dan prestasi
yang akan dicapai dari setiap individu maupun dalam sebuah tim. Romberz FC merupakan
salah satu tim amatir yang bernaung di bawah Pengcab PSSI Bantul. Selain mengandalkan
pemain senior, Romberz FC juga mendidik para pemain muda dengan tujuan untuk
mengembangkan bakat sepakbola yang ada di Kabupaten Bantul pada umumnya serta desa
Pandak khususnya. Bermain pada kompetisi divisi utama dengan target naik ke divisi

Bantul Super League (BSL) sangatlah penting untuk selalu meninjau kebugaran fisik para
pemainnya.
Banyak variasi latihan dan teknik bermain sepakbola yang lebih menarik perhatian
para pemain U-17 Romberz FC dari pada harus melakukan latihan kondisi fisik yang
tentunya sangat menguras tenaga. Sebagai contoh pada sesi latihan teknik shooting ke
gawang, antusias para pemain U-17 Romberz FC lebih terlihat, para pemain terlihat senang
dan semangat untuk melakukan latihan tersebut, hal itu terbukti dengan banyaknya pemain

2

yang datang untuk mengikuti sesi latihan. Namun di sisi lain ketika pelatih menjadwalkan
sesi latihan kondisi fisik (lari 8 km) untuk meningkatkan daya tahan paru jantung, para
pemain terkesan kurang tertarik, terbukti dengan banyaknya jumlah pemain yang tidak
datang dengan berbagai macam alasan.
Tidak hanya itu, para pemain U-17 Romberz FC saat bertanding pada kenyataannya
sering terjadi kesalahan-kesalahan mendasar saat melakukan umpan silang ataupun
penyelesaian akhir di depan gawang. Bola yang seharusnya bisa diumpankan dan
dimanfaatkan dengan baik menjadi sia-sia karena kurangnya kekuatan untuk menendang
bola sehingga bolanya tidak sampai ke sasaran dan dapat dengan mudah dihalau oleh
lawan. Kesalahan tersebut dapat diperbaiki jika dalam sebuah tim benar-benar menerapkan

porsi latihan yang pas untuk membangun kekuatan dan daya tahan otot. Pada kenyataannya
tim U-17 Romberz FC belum melakukan langkah tersebut, mungkin karena kurang
tersedianya sarana latihan yang baik dan tim pelatih kurang mengetahui bentuk variasi
latihan dengan menggunakan beban tubuh sendiri untuk melatih kekuatan otot.
Permainan sepakbola mengharuskan para pelakukanya untuk terjadi kontak fisik baik
di level senior bahkan di level junior sekalipun. Untuk memenangkan suatu duel kontak
fisik tentunya pemain sepakbola harus mempunyai bentuk tubuh yang proporsional. Para
pemain U-17 Romberz FC mempunyai bentuk tubuh yang beragam, ada yang kurus,
pendek, gemuk, dll. Hal tersebut mengakibatkan para pemain U-17 Romberz FC sering kali
kalah saat terjadi kontak fisik, sering dialami oleh pemain gelandang yang mengharuskan
menghalau serangan lawan sebelum masuk ke daerah pertahanan tim. Selain di area
gelandang, masalah yang harus dibenahi adalah pada pemain belakang. Pemain belakang
yang dimiliki tim U-17 Romberz FC berbadan gemuk sehingga terkesan lamban dalam
bergerak dan mudah dilewati pemain tim lawan. Dengan adanya masalah tersebut tentunya
pelatih harus bijak dalam menentukan porsi latihan.
M. Sajoto, (1988: 10) menyebutkan bahwa keterampilan ataupun keahlian akan
menjadi terbatas oleh kondisi fisik yang lemah. Latihan teknik saja tidak akan cukup untuk
menambah keterampilan bermain sepakbola, namun hendaknya juga harus melakukan
latihan kondisi fisik dan memperhatikan bentuk tubuh. Khusus untuk latihan kebugaran


3

fisik yang menunjang penampilan dalam permainan sepakbola jarang sekali dilakukan oleh
para pemain U-17 Romberz FC.
Berkaitan dengan uraian di atas peneliti akan mencoba meneliti tentang “Profil Daya
Tahan Jantung Paru, Kekuatan Otot Punggung, Kekuatan Otot Tungkai, Fleksibilitas,
Komposisi Tubuh dan Somatotype Pemain Sepakbola U-17 Romberz Fc Bantul
Yogyakarta”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dalam penelitian hanya ingin
menggambarkan situasi yang ada pada saat ini tanpa mengadakan pengujian hipotesis
(Sugiyono, 2009: 147). Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik tes
dan pengukuran.
Subjek dalam penelitian ini adalah semua pemain sepakbola U-17 Romberz FC yang
berjumlah 21 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah daya tahan jantung paru
merupakan kemampuan atau kesanggupan fisik pemain U-17 Romberz FC melakukan lari
multi stage, kemudian jumlah balikan yang diperoleh dikonversikan ke dalam tabel.
Kekuatan otot merupakan kemampuan otot pemain U-17 Romberz FC untuk melawan
beban pada otot tungkai dan punggung dengan menggunakan alat leg and back

dynamometer. Untuk mengetahui Fleksibilitas pemain U-17 Romberz FC diukur dengan
menggunakan fleksometer. Komposisi tubuh merupakan perbandingan berat tubuh tanpa
lemak dengan berat tubuh dengan lemak pemain U-17 Romberz FC yang diukur dengan
Indeks Massa Tubuh dan Pengukuran Lemak. Somatotype merupakan bentuk tubuh pemain
U-17 Romberz FC yang diukur dengan menggunakan metode anthropometri Heath-Carter
yang kemudian akan diketahui kategorinya. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah adalah deskriptif persentase. Instrumen yang digunakan menggunakan
tes dan pengukuran.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di lapangan sepakbola Jodog, Desa Pandak, Kecamatan
Gilangharjo, Kabupaten Bantul. Subjek penelitian yang digunakan adalah pemain
4

sepakbola U-17 Romberz FC yang berjumlah 21 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada
hari Minggu, 11 Mei 2014 pukul 06.30 WIB – 10.00 WIB.
Hasil penelitian tentang tingkat daya tahan jantung paru, kekuatan, fleksibilitas,
komposisi tubuh dan somatotype pemain sepakbola u-17 Romberz fc yang datanya diambil
pada hari Minggu 11 Mei 2014 terhadap 21 subjek akan dideskripsikan sebagai berikut :
1. Deskripsi Hasil Penelitian Daya Tahan Jantung Paru

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan, dapat dideskripsikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Penghitungan Tingkat Daya Tahan Jantung Paru
Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

Rendah sekali

0

0

Rendah

3

14,29


Sedang

9

42,86

Rata – rata

6

28,57

Baik

2

9,52

Baik sekali


1

4,76

Sempurna

0

0

Jumlah

21

100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat daya tahan jantung paru yang
rendah sebesar 14,29 % (3 pemain), sedang sebesar 42,86 % (9 pemain), rata-rata
sebesar 28,57 % (6 pemain), baik sebesar 9,52 % (2 pemain), baik sekali sebesar 4,76

% 91 pemain).
2. Deskripsi Hasil Penelitian Kekuatan Otot
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat
dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

5

Tabel 4. Penghitungan Tingkat Kekuatan Otot Punggung
Batasan

Frekuensi

Persentase (%)

> 177

0

0


126 – 176

0

0

< 125

21

100

Jumlah

21

Kategori
Baik
Sedang
Kurang

100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kekuatan otot punggung yang
dalam kategori baik sebesar 0 %, kategori sedang sebesar 0 %, kategori kurang 100 %
(21 pemain).
Tabel 5. Penghitungan Tingkat Kekuatan Otot Tungkai
N

Batasan

Frekuensi Persentase (%)

1

> 214

5

23,81

2

160 - 213

6

28,57

3

< 159

10

47,62

Jumlah

21

100

Kategori
Baik
Sedang
Kurang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kekuatan otot tungkai
yang baik sebesar 23,81 % (5 pemain), sedang sebesar 28,57 % (6 pemain), kurang
47,62 % (10 pemain).
3.

Deskripsi Hasil Penelitian Fleksibilitas
Dari hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat dideskripsikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :

6

Tabel 6. Penghitungan Tingkat Fleksibilitas
Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Baik

1

4,76

Baik

4

19,05

Cukup

7

33,33

Kurang

7

33,33

Sangat Kurang

2

9,52

21

100

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat fleksibilitas yang
berkategori sangat baik sebesar 4,76 % (1 pemain), baik sebesar 19,05 % (4 pemain),
cukup sebesar 33,33 % (7 pemain), kurang sebesar 33,33 % (7 pemain), sangat kurang
sebesar 9,52 % (2 pemain).

4. Deskripsi Hasil Penelitian Komposisi Tubuh
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat
dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Penghitungan Tingkat Indeks Massa Tubuh
No

Batasan

Frekuensi

Persentase

< 17.0

4

19,05

17.0 - 18.5

6

28,57

9

42,86

1

4,76

1

4,76

18.5 - 25.0
25.0 - 27.0
> 27.0

Jumlah 21

100

7

Kategori
Kekurangan berat badan
tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat tingka
ringan
Berat badan normal /
Normal
ideal
Kelebihan berat badan
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan
tingkat berat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat indeks massa tubuh yang
kekurangan berat badan tingkat berat sebesar 19,05 % (4 pemain), kekurangan berat
tingkat ringan sebesar 28,57 % (6 pemain), berat badan normal / ideal 42,86 % (9
pemain), Kelebihan berat badan tingkat ringan sebesar 4,76 % (1 pemain), kelebihan
berat badan tingkat berat 4,76 % (1 pemain).
Tabel 8. Penghitungan Tingkat Lemak Tubuh
Kategori

Frekuensi

Persentase

Sangat baik

3

14,29

Baik

10

47,62

Cukup

3

14,29

Kurang

2

9,52

3

14,29

21

100

Kurang sekali
Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat lemak tubuh yang kategori
sangat baik sebesar 14,29 % (3 pemain), baik sebesar 47,62 % (10 pemain), cukup
adalah 14,29 % (3 pemain), kurang sebesar 9,52 % (2 pemain), kurang sekali sebesar
14,29 % (3 pemain).
5. Deskripsi Hasil Penelitian Somatotype
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka ditentukan kategori
somatotype yang diperlukan secara umum. Hasil ini nantinya akan digunakan dalam
menentukan letak koordinat dan kategori somatotype secara khusus. Deskripsi nalaisis hasil
penelitian yang dilakukan dengan perhitungan manual didapatkan hasil sebagai berikut:

8

Tabel 9. Hasil Perhitungan Somatotype secara Manual
No Responden Endomorphy
Mesomorph
Ectomorph
1
3,5
0,5
3,00
2
2
1
3,00
3
2
1
3,50
4
2,5
2
2,00
5
1,5
0,5
4,00
6
2
0,5
4,50
7
1,5
0,5
4,50
8
1,5
0,5
5,50
9
1,5
0,5
4,50
10
1,5
0,5
4,00
11
1
0,5
5,00
12
4,5
1
1,00
13
5
4
0,50
14
4
2,5
1,00
15
1,5
0,5
5,50
16
2
0,5
5,00
17
1,5
0,5
4,50
18
1,5
0,5
6,00
19
2,5
0,5
3,50
20
1,5
0,5
4,00
21
2
0,5
5,00

Berdasarkan hasil perhitungan somatotype secara manual di atas dapat diperoleh
hasil kategori somatotype dari pemain Romberz Fc sebagai berikut:
a. Endomorphic Ectomorph
Endomorphic Ectomorph adalah ectomorph lebih dominan dan endomorph lebih
besar daripada mesomorph. Pada pengambilan data yang berjumlah 21 orang, terdapat 4
pemain yang mempunyai tipe tubuh endomorphic ectomorph. Untuk mencari tipe tubuh
di atas menggunakan koordinat somatocart seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 10. Koordinat Endomorphic Ectomorph
No
Nama Sampel
Koordinat
6
Septian
X=2,5 Y=-5,5
16
Dimas
X=3 Y=-6
19
Reza
X=1 Y=-5
21
Yosafat
X=3 Y=-6
Jumlah : 19,05%

9

Kategori
Endomorphic Ectomorph
Endomorphic Ectomorph
Endomorphic Ectomorph
Endomorphic Ectomorph

b. Balanced Ectomorph
Balanced ectomorph adalah ectomorph lebih dominan endomorph dan mesomorph
sama rendahnya. Pada pengambilan data yang berjumlah 21 orang, terdapat 13 pemain
yang mempunyai tipe tubuh balanced Ectomorph. Untuk mencari tipe tubuh di atas
menggunakan koordinat somatocart seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 11. Koordinat Balanced Ectomorph
No
Nama Sampel
Koordinat
2
Bagas
X=1 Y=-3
3
Joko
X=1,5 Y=-3,5
5
Budi
X=2,5 Y=-4,5
7
Apri
X=3 Y=-5
8
Arfian
X=4 Y=-6
9
Dhika
X=3 Y=-5
10
Dwi
X=2,5 Y=-4,5
11
Deni
X=4 Y=-5
14
Dhani
X=-3 Y=0
15
Faisal
X=4 Y=-6
17
Gatot
X=3 Y=-5
18
Ifan
X=4,5 Y=-6,5
20
Husni
X=2,5 Y=-4,5
Jumlah : 61,90%

Kategori
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph
Balanced Ectomorph

c. Balanced Endomorph
Balanced endomorph adalah endomorph lebih dominan dan ectomorph dan
mesomorph sama rendahnya. Pada pengambilan data yang berjumlah 21 orang, terdapat
2 pemain yang mempunyai tipe tubuh balanced endomorph. Untuk mencari tipe tubuh
di atas menggunakan koordinat somatocart seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 12. Koordinat Balanced Endomorphic
No
Nama Sampel
Koordinat
Nanda
X=-0,5 Y=-0,5
Arif
X=-3,5 Y=-3,5
Jumlah : 9,52%

Kategori
Balanced Endomorphic
Balanced Endomorphic

d. Balanced Mesomorph
Balanced mesomorph adalah mesomorph lebih dominan dan ectomorph dan
endomorph sama rendahnya. Pada pengambilan data yang berjumlah 21 orang, terdapat

10

1 pemain yang mempunyai tipe tubuh balanced mesomorph. Untuk mencari tipe tubuh
di atas menggunakan koordinat somatocart seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 13. Koordinat Balanced Mesomorph
No
Nama Sampel
Koordinat
1
Wahyu
X=-0,5 Y=-5,5
Jumlah : 4,76%

Kategori
Balanced Mesomorphic

e. Mesomorph Endomorph
Mesomorph endomorph adalah endomorph lebih dominan dan mesomorph lebih
besar daripada ectomorph. Pada pengambilan data yang berjumlah 21 orang, terdapat 1
pemain yang mempunyai tipe tubuh mesomorph endomorph. Untuk mencari tipe tubuh
di atas menggunakan koordinat somatocart seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 14. Koordinat Mesomorphic Endomorph
No
Nama Sampel
Koordinat
13 Nanang
X=-4,5 Y=2,5
Jumlah : 4,76%

Kategori
Mesomorphic Endomorph

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa somatotype pemain u-17
romberz FC mempunyai tipe tubuh endomorph ectomorph sebanyak 4 pemain atau
sebesar 19,05 %, tipe tubuh balanced ectomorph sebanyak 13 pemain atau sebesar
61,90 %, tipe tubuh balanced endomorph sebanyak 2 pemain atau 9,52 %, tipe tubuh
balanced mesomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %, dan tipe tubuh mesomorph
endomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 15. Kategori Somatotype
No
Kategori Somatotype
11
Endomorph Ectomorph
22
balanced ectomorph
33
balanced endomorph
44
balanced mesomorph
55
mesomorph endomorph

11

Jumlah
4
13
2
1
1

Persentase (%)
19,05
61,90
9,52
4,76
4,76

PEMABHASAN
1. Daya Tahan Jantung Paru
Daya tahan paru pemain U-17 Romberz FC yang berada dalam kategori rendah
sebesar 14,29 %, sedang sebesar 42,86 %, rata-rata sebesar 28,57 %, baik sebesar 9,52
%, baik sekali sebesar 4,76 %. Daya tahan jantung paru akan mempengaruhi berapa
lama pemain akan mampu bermain dalam lapangan. Pemain yang mempunyai daya
tahan jantung paru yang baik akan mampu untuk bermain selama 90 menit sebaliknya
jika seorang pemain mempunyai daya tahan jantung paru rendah maka akan cepat
kehabisan tenaga sebelum pertandingan selesai.
Dari hasil penelitian di atas masih ada pemain yang memiliki kategori yang
rendah. Hal ini mengharuskan bagi pemain maupun pelatih untuk memperbaiki dan
meningkatkan daya tahan jantung paru tersebut. Secara keseluruhan pemain Romberz
FC memiliki daya tahan jantung paru yang sedang, dikarenakan kurangnya sesi latihan
khusus untuk program latihan daya tahan jantung paru. Jika dilihat dari angka VO2
Max nya rata-rata pemain U-17 Romberz FC hanya dibawah 45 ml/kg/min, masih
terpaut jauh dari rata-rata ukuran VO2max pemain sepakbola Indonesia yaitu sekitar 55
ml/kg/min. Sehingga sangat perlu adanya peningkatkan intensitas latihan daya tahan
jantung paru untuk meningkatkan VO2 max agar mampu bertanding selama 90 menit
secara total.

2. Kekuatan Otot Punggung dan Otot Tungkai
Kekuatan otot punggung

pemain sepakbola U-17 Romberz FC berada dalam

kategori kurang 100 %. Sedangkan tingkat kekuatan otot tungkai yang dalam kategori
baik sebesar 23,81 %, sedang sebesar 28,57 %, kurang 47,62 %.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa kekuatan otot punggung dan otot
tungkai berada kategori kurang dan sedang. Keadaan ini masih jauh dari harapan untuk
dapat memiliki kekuatan otot punggung dan kekuatan otot tungkai yang baik sebagai
pemain sepakbola. Kurangnya tingkat kekuatan otot para pemain U-17 Romberz FC
sangatlah bisa dimaklumi, dikarenakan sesi latihan yang dilakukan hanya tiga kali
dalam seminggu. Hal tersebut menyebabkan porsi-porsi latihan kekuatan otot sangat

12

kurang, karena pada sesi latihan sering kali lebih mengutamakan latihan tekhnik dan
taktik. Padahal latihan kekuatan otot tungkai dan punggung bisa dilakukan dengan cara
sederhana yakni dengan gerakan lunge, squat, back up, dll.
Pemain harus mampu berdiri kuat dan seimbang dalam melakukan gerak yang luas
dalam permainan sepakbola. Kekuatan yang baik akan mendorong pemain bergerak dan
bertahan dengan baik. Kekuatan otot tungkai akan berpengaruh pada kecepatan lari
kelincahan, shooting dan kemampuan melakukan teknik dasar dengan bola. Otot
tungkai menjadi tumpuan yang utama dala permainan sepakbola. Pemain harus mampu
melakukan umpan dan tembakan agar mampu memainkan permainan bola yang baik
dan melakukan penyelesaian ke gawang dengan baik pula.

3. Fleksibilitas
Fleksibilitas pemain U-17 Romberz FC yang berkategori sangat baik sebesar 4,76
%, baik sebesar 19,05 %, cukup sebesar 33,33 %, kurang sebesar 33,33 %, sangat
kurang sebesar 9,52 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat fleksibilitas masih
diantara kategori kurang dan cukup. Hal tersebut bisa terjadi pada pemain sepakbola U17 Romberz FC dikarenakan kurangnya arahan stretching saat memulai dan mengakhiri
sesi latihan maupun pertandingan. Selama ini yang terlihat di lapangan setiap kali
selesai latihan maupun pertandingan para pemain hanya duduk-duduk di pinggir
lapangan sambil menunggu evaluasi yang akan dilakukan tanpa melakukan cooling
down dan stretching. Hal tersebut sangatlah jelas akan mempengaruhi fleksibilitas para
pemain, karena untuk melatih fleksibilitas salah satunya adalah dengan stretching.
Menurut beberapa ahli mengungkapkan bahwa fleksibilitas yang baik akan
memberikan keluasaan dalam bergerak. Komponen–komponen biomotor akan sangat
dipengaruhi oleh tingkat fleksibilitas. Pemain yang memiliki tingkat fleksibilitas yang
baik maka pemain tersebut akan bergerak dengan nyaman dalam ruang gerak yang
maksimal. Fleksibilitas ini sebagian besar dimiliki oleh pemain yang masih berusia
muda. Pergerakan antar sendi, otot, ligamen dan tendo pun masih memiliki
kemungkinan untuk lebih diingkatkan, sehingga sangat mencolok jika pemain
sepakbola yang masih muda sebagian besar memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih

13

baik dibandingkan dengan seniornya. Pergerakan yang leluasa dan lincah ini akan
membantu pemain untuk dapat memindahkan bola dengan baik.

4. Komposisi Tubuh
Indeks massa tubuh pemain sepakbola U-17 Romberz FC yang kekurangan berat
badan tingkat berat sebesar 19,05 %, kekurangan berat tingkat ringan sebesar 28,57 %,
berat badan normal / ideal 42,86 %, kelebihan berat badan tingkat ringan sebesar 4,76
%, kelebihan berat badan tingkat berat 4,76 %. Sedangkan tingkat lemak tubuh pemain
U-17 Romberz FC yang masuk dalam kategori sangat baik sebesar 14,29 %, baik
sebesar 47,62 %, cukup adalah 14,29 %, kurang sebesar 9,52 %, kurang sekali sebesar
14,29 %.
Tingkat masa tubuh akan menjadi modal awal untuk dapat bermain sepakbola
dengan baik. Banyak orang memandang orang gemuk akan mengalami kesulitan untuk
bergerak dan mengubah arah secara eksplosif sehingga orang gemuk identik dengan
gerakan yang lambat. Kemampuan bergerak dengan cepat menjadi faktor pendukung
permainan sepakbola yang cepat. Berbeda dengan pemain yang memiliki tubuh yang
kurus, mereka pasti lebih diuntungkan dengan pergerakan yang lebih eksplosif. Akan
tetapi pemain tersebut akan cenderung dipandang sebelah mata oleh pemain lawan
karena mudah untuk ditaklukkan. Maka dari itu seorang pemain sepakbola seharusnya
memiliki perpaduan tubuh yang ideal untuk menyelaraskan antara pergerakan eksplosif
dan kontak fisik yang pasti terjadi dalam permainan sepakbola.

5. Somatotype
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa somatotype pemain U-17
Romberz FC mempunyai tipe tubuh endomorph ectomorph sebanyak 4 pemain atau
sebesar 19,05 %, tipe tubuh balanced ectomorph sebanyak 13 pemain atau sebesar
61,90 %, tipe tubuh balanced endomorph sebanyak 2 pemain atau 9,52 %, tipe tubuh
balanced mesomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %, dan tipe tubuh mesomorph
endomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %. Secara keseluruhan pemain U-17 Romberz
FC memiliki tipe tubuh balanced ectomorph yang lebih dominan. Hal tersebut kurang

14

ideal untuk ukuran pemain sepakbola. Seorang pemain sepakbola seharusnya lebih
condong bertipe tubuh mesomorph endomorph seperti yang diungkapkan oleh (Kevin
Norton, 1996: 163). Sehingga dengan adanya hasil tersebut pemain U-17 Romberz FC
harus memeperhatikan pola makan dan gizi yang baik agar mencapai bentuk tubuh
yang ideal dan proporsional.
Pemain sepakbola U-17 Romberz FC menunjukan hasil somatotype yang sebagian
besar bertipe balanced ectomorph. Tipe tubuh tersebut cenderung memiliki tubuh yang
langsing, lemah dan tubuh kecil halus. Dalam hal ini pemain sepakbola dengan posisi
tertentu memiliki kecenderungan tipe tubuh yang berbeda dikarenakan adanya
perbedaan tugas dalam permainan. Perbedaan tipe tubuh antara penjaga gawang,
pemain belakang, pemain tengah dan penyerang wajar terjadi. Hal ini dikarenakan
mereka meiliki fungsi dan tugas yang berbeda.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profil daya tahan jantung paru pemain U-17 Romberz FC yang berada dalam kategori
rendah sebesar 14,29 %, sedang sebesar 42,86 %, rata-rata sebesar 28,57%, baik
sebesar 9,52 %, baik sekali sebesar 4,76%.
2. Profil kekuatan otot punggung pemain U-17 Romberz FC yang berada dalam kategori
kurang yaitu sebesar 100%. Sedangkan tingkat kekuatan otot tungkai yang berada
dalam kategori baik sebesar 23,81 %, sedang sebesar 28,57 %, kurang 47,62 %.
3. Profil fleksibilitas pemain U-17 Romberz FC yang berada dalam kategori sangat baik
sebesar 4,76 %, baik sebesar 19,05 %, cukup sebesar 33,33 %, kurang sebesar 33,33 %,
sangat kurang sebesar 9,52 %.
4. Profil komposisi tubuh pemain U-17 Romberz FC ditinjau dari tingkat indeks massa
tubuh yang berada dalam kategori kekurangan berat badan tingkat berat sebesar 19,05
%, kekurangan berat tingkat ringan sebesar 28,57 %, berat badan normal/ideal 42,86 %,
kelebihan berat badan tingkat ringan sebesar 4,76 %, Kelebihan berat badan tingkat
berat 4,76 %. Tingkat lemak tubuh berada dalam kategori sangat baik sebesar 14,29 %,

15

baik sebesar 47,62 %, cukup adalah 14,29 %, kurang sebesar 9,52 %, kurang sekali
sebesar 14,29 %.
5. Profil somatotype

pemain U-17 Romberz FC mempunyai tipe tubuh endomorph

ectomorph sebanyak 4 pemain atau sebesar 19,05 %, tipe tubuh balanced ectomorph
sebanyak 13 pemain atau sebesar 61,90 %, tipe tubuh balanced endomorph sebanyak 2
pemain atau 9,52 %, tipe tubuh balanced mesomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %,
dan tipe tubuh mesomorph endomorph sebanyak 1 pemain atau 4,76 %.

DAFTAR PUSTAKA
Bompa. (1994). Periodization Theory and Metodology of Training. New York: Hull
Publishing Company.
Mochammad Sajoto. (1988). Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Obyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan .
Kevin Norton & Tim Olds.(1996). Anthropometrica. Sydney: University of New South
Wales Press.
Soeharsono. (1993). Penelitian Calon Atlet dengan Anthropometri. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Yusuf Hadisasmita dan Arip Syarifuddin. (1996). Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Depdikbud.

16