RIYAN HERDYANTO F3108007
commit to user
i
METODE COST PLUS & MARK UP
DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR
PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO
Tugas Akhir Diajukan Untuk melengkapi Tugas-Tugas Prasyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RIYAN HERDYANTO NIM : F3108007
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
iv MOTTO
Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan
(Amsal 21:5)
Jangan suka menggampangkan hal yang sulit, dan janganlah mempersulit kemudahan
(Riyan Herdyanto)
Hidupmu bukan untuk satu hal saja, tetapi hidupmu sekarang adalah hasil pemikiranmu di masa lalu. Ciptakan masa depan dengan pikiran yang positif
dimasa kini (Riyan Herdyanto)
Bersyukurlah karena Anda tidak memiliki semua yang diinginkan, jika anda memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari?
(5)
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Ini Kupersembahkan Kepada :
- Tuhan Yesus Kristus, whitout You, I’m
nothing
- Bapak dan Ibuku terkasih, karena
kasihmu tak pernah surut dalam hidupku
- Adikku Rulynda tersayang
- Teman-Temanku
(6)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO”.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada program D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Meret Surakarta. Dalam kesempatan ini, penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya Tugas Akhir ini, khususnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Hari Murti, M.Si selaku Ketua Program DIII Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Sutomo, M. Si selaku dosen pembimbing lapangan yang telah banyak
memberikan pengarahan, petunjuk, nasehat, bimbingan hingga tersusunnya laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya maupun ilmu ekonomi pada khususnya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penulisan tugas akhir dan dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.
(7)
commit to user
vii
5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bantuan administrasi kepada penulis.
6. Pak Djowo, Pak Wahyu Hanggono, serta Bu Isye yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan magang kerja di PT. Indonesia Antique.
7. Pak Tigor, Pak Danur, Mas Harto, Mas Irwan, Mbak Santi, Mbak Tika,
Mbak Ika, Bu Novita, Pak Becky, Mas Sur dan seluruh staff maupun karyawan PT. Indonesia Antique yang sudah memberikan informasi yang diperlukan penulis.
8. Bapak dan Ibu dirumah yang tak lelahnya memberikan doa, nafkah,
nasehat, semangat, dan kasih sayang selalu kepadaku.
9. Sahabatku Andika Pratama Yuda Murdiatno, Bambang Pramono, Winge
Benanya Adi Guna Pranata yang sudah rela membantuku dalam
menyelesaikan Tugas akhir ini, entah apapun bantuan kalian. Thank’s for
everything dan selamat berkarya.
10. Teman-teman Bisnis Internasional 2008 Riki, Coza, Ocha, Woro, Lia, Ima,
Maya, Diva, Puput, Voni, Pepi, Tamon, Puteri dan teman-teman lainnya yang ga bisa disebutin satu persatu.
11. Teman-teman komsel Pras, Sandoz, Dewi, Dian, Margo, Bitha, Eko, Dimas
dll yang selalu dukung doa buat aku.
12. Pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
(8)
commit to user
viii
13. Teman-teman PMK FE UNS Septian, Chandra, Andi, Mba Indri, Mas
Tomo, Mba Yessy, dan semua teman-teman seperjuangan dalam pelayanan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan Tugas Akhir ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat Konstruktif dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Biarlah Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun pembacanya terutama untuk kalangan akademisi, praktisi serta masyarakat luas.
Surakarta, 21 Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
(9)
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DOKUMEN - DOKUMEN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Perdagangan Internasional ... 8
B. Pengertian Ekspor ... 9
C. Tahapan-Tahapan Ekspor ... 10
D. Biaya ... 13
E. Komponen Biaya Ekspor ... 18
F. Penentuan Harga Jual Ekspor ... 21
(10)
commit to user
x
BAB III. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 32
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 32
2. Tujuan Perusahaan ... 33
3. Lokasi Perusahaan ... 34
4. Produk yang Dihasilkan ... 35
5. Proses Produksi ... 43
6. Struktur Organisasi ... 53
7. Sistem Kerja dan Jam Kerja ... 60
B. Pembahasan ... 62
1. Komponen Biaya Ekspor yang Dikeluarkan oleh Indoantique ... 62
2. Menentukan Harga Jual Ekspor ... 63
3. Incoterms yang Digunakan Indoantique ... 67
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(11)
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penjualan Kotor Indoantique Tahun 2010 ... 51
Tabel 3.2 Penjualan Bersih Indoantique Tahun 2010 ... 52
Tabel 3.3 Jumlah Container Indoantique Tahun 2010 ... 52
Tabel 3.4 Jumlah Karyawan Indoantique ... 60
Tabel 3.5 Jam Kerja Indoantique ... 61
Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Bahan Baku Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.7 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.8 Perhitungan Biaya Packing Untuk Produk SF-01BED ... 65
Tabel 3.9 Perhitungan Biaya Overhead Untuk Produk SF-01BED ... 66
Tabel 3.10 Perhitungan Biaya Finishing Untuk Produk SF-01BED ... 66
Tabel 3.11 Perhitungan Biaya Handling Charge Untuk Produk SF-01BED ... 66
(12)
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Barang Setengah Jadi dari Supplier / Gudang Unfinished ... 44
Gambar 3.2 Proses Pengamplasan ... 44
Gambar 3.3 Proses Pewarnaan ... 45
Gambar 3.4 Top Cut ... 46
Gambar 3.5 Sanding Sealer ... 46
Gambar 3.6 Proses Pengeringan ... 47
Gambar 3.7 Pemberian Assesoris ... 48
Gambar 3.8 Packing Single Face & Carton Box ... 49
Gambar 3.9 Stuffing ... 50
(13)
commit to user
xiii
DOKUMEN - DOKUMEN
1. Surat Pernyataan
2. Surat Keterangan Magang
3. Beneficiary’s Certificate
4. Sales Confirmation
5. Letter of Credit
6. Packing and Weight List
7. Commercial Invoice
8. Container Release Order
9. Shipping Instruction
10.Certificate of Origin
11.Certificate of Fumigation
12.Ocean Bill of Lading
(14)
commit to user
ii ABSTRAKSI
METODE COST PLUS & MARK UP
DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO
RIYAN HERDYANTO F3108007
Tujuan dari penelitian Tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai sistem penentuan harga jual produk ekspor pada PT. Indonesia Antique sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung pada bagian HRD, RnD, PPIC, Produksi, Marketing, Divisi Ekspor Impor serta karyawan PT. Indonesia Antique. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lainnya.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sistem penentuan harga jual
yang dilakukan oleh PT. Indonesia Antique yaitu : metode Cost Plus & Mark Up
dan Incoterms yang digunakan adalah FOB sebagaimana seperti yang diajukan
oleh penjual dan disepakati bersama. PT. Indonesia Antique menggunakan FOB
karena resiko yang ditanggungnya lebih rendah serta tanggung jawab terhadap barang berpindah setelah barang melewati pagar kapal.
Saran yang dapat diajukan adalah dalam penentuan biaya, staff PPIC PT. Indonesia Antique sudah cukup rinci dan detail. Akan tetapi lebih baik lagi kalau dalam menentukan biaya lebih hati-hati agar tidak timbul kerugian.
(15)
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekspor merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Kegiatan ekspor memberikan lapangan kerja bagi banyak orang serta menghasilkan devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan ekspor sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan perekonomian, perlu mendapatkan perhatian yang layak. Dampak krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih terasa. Walaupun berbagai upaya dan strategi telah dilaksanakan, namun keberhasilannya belum memenuhi harapan sebagian besar penduduk. Prosentase kemiskinan rakyat Indonesia masih cukup besar, karena diterjang krisis ekonomi. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi di dalam dan di luar negeri. Salah satu diantaranya adalah kekurangan dana, untuk membiayai pembangunan.
Pemulihan ekonomi berdasarkan pengalaman beberapa negara, dapat dipercepat melalui dua faktor yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Sejalan dengan tugas dan fungsi melakukan upaya pemulihan ekonomi tersebut dilakukan melalui usaha peningkatan ekspor. Melalui peningkatan dan pengembangan ekspor, diharapkan dan dapat memperoleh devisa. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa ekspor adalah penggerak perekonomian. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya Kementrian Perdagangan telah dan terus berupaya mencari berbagai
(16)
commit to user
terobosan dan kebijaksanaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor ke mancanegara atau pasar internasional. Kesempatan melakukan ekspor semakin terbuka, sejalan dengan pengembangan liberalisasi perdagangan yang sudah merupakan fenomena dunia dan nyaris tak dapat dihindari oleh semua negara sebagai anggota masyarakat internasional. Fenomena ini ditandai dengan terbentuknya blok-blok perdagangan bebas, misalnya ASEAN Free Trade Area (AFTA), North America Free Trade Area (NAFTA) dan Uni Eropa. Perkembangan pesat perdagangan bebas membawa dampak ekspansi perdagangan dunia, menghilangkan hambatan perdagangan dan bertujuan meningkatkan perdagangan antar negara.
Didalam kegiatan ekspor,eksportir harus dapat menetapkan dengan teliti berapa harga produk yang diekspor tersebut. Agar harga tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah sehingga dapat bersaing dipasar internasional. Maka eksportir harus memahami dan mampu mengendalikan harga jual dengan mengendalikan biaya, volume penjualan, dengan mempertimbangkan kesepakatan incoterm yang telah disepakati antara eksportir dan importir. Dengan begitu eksportir akan mampu menghadapi pesaing dalam memasuki pasar ekspor dengan memperoleh tingkat keuntungan yang dijadikan sasaran usaha. Akan tetapi adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008 membuat perekonomian hampir semua negara mengalami penurunan. Hal ini juga membuat kegiatan ekspor menurun, terutama kegiatan ekspor di Indonesia. Demikian juga dengan PT. INDONESIA ANTIQUE, perusahaan yang sudah berjalan lebih dari 15 tahun, bergerak dibidang furniture meubel
(17)
commit to user
dan beralamat di Desa Luwang RT 02 RW 05 Luwang, Gatak, Sukoharjo 57557 juga mengalami penurunan order. Akan tetapi seiring jalannya waktu, sedikit demi sedikit mengalami kenaikan order. Dengan order yang menjanjikan dan kondisi perekonomian yang seperti sekarang, PT. INDONESIA ANTIQUE harus memperhatikan dengan teliti penetapan-penetapan tersebut diatas.
Maka berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui dan mempelajari tentang komponen biaya dan penentuan harga ekspor yang dilakukan PT. INDONESIA ANTIQUE dalam melakukan perdagangan internasional untuk meningkatkan laba. Penulis ingin mengangkatnya
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian yang berjudul “METODE
COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO”
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui obyek-obyek yang diteliti, serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas dan terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
(18)
commit to user
1. Komponen biaya ekspor apa yang dikeluarkan oleh PT. INDONESIA
ANTIQUE?
2. Bagaimana penentuan harga jual ekspor pada PT. INDONESIA
ANTIQUE?
3. Incoterm apa yang digunakan oleh PT. INDONESIA ANTIQUE?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen biaya ekspor yang dikeluarkan PT.
INDONESIA ANTIQUE dalam melakukan ekspor.
2. Untuk mengetahui penentuan harga jual ekspor pada PT. INDONESIA
ANTIQUE.
3. Untuk mengetahui Incoterm yang digunakan oleh PT. INDONESIA
(19)
commit to user D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat sesuai dengan yang dikehendaki, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini beberapa manfaat yang diperoleh beberapa pihak yaitu :
1. Bagi Akademisi
Dapat lebih memahami keadaan di lapangan sehingga dengan cepat memahami permasalahan – permasalahan yang mungkin timbul dan mencari solusi yang terbaik dengan menerapkan semua bidang keilmuan yang telah dipelajari. Mahasiswa dapat membandingkan keadaan yang terjadi di lapangan dengan teori yang telah diperoleh di perkuliahan.
2. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, pertimbangan dan perbandingan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan komponen biaya dan penentuan harga jual produk ekspor. Sehingga perusahaan dapat lebih baik dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi untuk meningkatkan aktifitas ekspor di sector pengembangan usaha.
3. Bagi Pemerintah
Diharapkan dengan adanya aktifitas ekspor baik kualitas barang di perusahaan dengan peralatan yang memadai maka dapat meningkatkan hasil produksi, dengan demikian pemerintah akan menerima devisa yang lebih besar. Selain itu dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh
(20)
commit to user
pemerintah dalam menerapkan strategi dan proses produksi pada perusahaan ekspor.
E. Metode Penelitian
Suatu penelitian pada dasarnya adalah mencari, mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Penelitian ini tidak ada tendensi lainnya selain bersifat ilmiah.
Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu penelitian. Metode ini terdiri dari :
1. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah.
2. Jenis dan Alat Pengumpulan Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung pada bagian HRD, RnD, PPIC, Produksi, Marketing, Divisi Ekspor Impor serta karyawan PT. Indonesia Antique di Sukoharjo.
(21)
commit to user
2) Data Sekunder
Data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Seperti buku dan sumber bacaan lainnya. Data ini digunakan sebagai pendukung dalam penyusunan hasil laporan.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan dengan tatap muka bersama staff dan karyawan PT. Indonesia Antique.
2) Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dan melibatkan diri secara langsung dengan objek yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3) Studi Pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, dan mempelajari buku dan referensi serta sumber bacaan lain yang berkaitan dengan penelitian.
(22)
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional atau International Business dapat
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal
(country of origin) yang melintasi perbatasan menuju negara tujuan (country of destination) yang dilakukan oleh perusahaan Multinational Corporation
(MNC) (Harry Waluya, 2003:3)
Dari pengertian tersebut, kegiatan-kegiatan perdagangan internasional dapat dirinci sebagai berikut:
1. Perdagangan Internasional melalui perpindahan barang-barang,
perpindahan jasa-jasa dari suatu negara ke negara lain (transfer of good
and service).
2. Perdagangan Internasional melalui perpindahan modal yaitu masuknya
investasi asing dari luar negeri (transfer of capital).
3. Tenaga kerja juga merupakan objek dalam perdagangan internasional.
Dalam perdagangan internasional (transfer of labour) mendorong
masuknya tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Dalam
transfer of labour memerlukan adanya pengawasan terhadap pekerja baik
dalam penetapan upah (wage rate) maupun perlindungannya.
4. Perdagangan Internasional melalui transfer of technology yaitu dengan
(23)
commit to user
5. Dari berbagai kegiatan diatas, suatu perdagangan internasional
tergantung dari transfer of data dan informasi terutama dalam
penyampaian informasi tentang kepastian tersedianya bahan baku dari pangsa pasar.
B. Pengertian Ekspor
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, MS, 2004:1).
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda (Roselyne Hutabarat, 1992:1)
Menurut (Berry Punan, 1996:1) ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dari dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah proses perdagangan/keluarnya barang dan jasa dari daerah pabean satu kedaerah pabean lain dengan memenuhi ketentuan yang sudah ditetapkan.
(24)
commit to user C. Tahapan-Tahapan Ekspor
Menurut sumber (Hamdani, 2003:50) tahapan-tahapan ekspor adalah sebagai berikut:
1. Korespondensi
Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya.
2. Pembuatan Kontrak Dagang
Jika importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir, maka eksportir dan importir membuat dan menandatangani kontak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati bersama.
3. Penerbitan Letter Of Credit
Setelah kontrak dagang ditandatangani maka importir membuka L/C melalui bank korespondensi di negaranya dan mengirim L/C tersebut ke bank devisa di negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir.
4. Eksportir Menyiapkan Barang Ekspor
Dengan diterimanya L/C tersebut, eksportir mempersiapkan barang-barang yang dipesan importir. Keadaan barang-barang-barang-barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C.
(25)
commit to user
5. Eksportir Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke bank devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila ekspornya terkena pajak.
6. Pemesanan Ruang Kapal
Eksportir memesan ruang kapal dengan mengirim Shipping
Instruction ke perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran melakukan
pengecekan ketersediaan ruang kapal, kemudian memberikan D/O
(Delivery Order) untuk mengambil kontainer di depo kontainer yang
ditunjuk. Sedangkan untuk Less Container Load (LCL) barang
dikirimkan ke Container Freight Station (CFS).
7. Pengiriman Barang ke Pelabuhan
Eksportir sendiri dapat mengirimkan barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan menuju kapal dapat
juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (freight
forwarding/EMKL). Dokumen-dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan menuju ke atas kapal.
8. Pemeriksaan Bea Cukai
Dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan, barang-barang yang akan diekspor diperiksa oleh Bea Cukai. Apabila barang dan dokumen sudah sesuai dengan ketentuan, maka Bea Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.
(26)
commit to user
9. Pemuatan Barang ke Kapal
Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang sudah dapat dimuat keatas kapal. Segera setelah barang dimuat diatas kapal,
pihak pelayaran menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian di
serahkan kepada eksportir.
10. Surat Keterangan Asal Barang (SKA)
Eksportir sendiri atau freight forwarding atau EMKL/EMKU
memfiat muatkan barangnya dan mengajukan permohonan ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian untuk memperoleh SKA apabila diperlukan.
11. Pencairan L/C
Setelah barang dikapalkan, maka eksportir dapat mencairkan L/C ke
bank. Bila At Sight L/C maka dokumen-dokumen yang diserahkan adalah
Bill of Lading (B/L), Commercial Invoice, Packing List dll.
12. Pengiriman Barang ke Importir
Barang dalam perjalanan dengan kapal dari negara eksportir menuju pelabuhan negara importir.
(27)
commit to user D. Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Robert T. Sprouse dan Maurice Moonitz biaya dapat diartikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat (Carter and Usry, 2006:25). Istilah biaya umumnya digunakan untuk pengorbanan ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya.
Sedangkan menurut Supriyono, biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan
(revenues) dan akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan (Supriyono, 1992:16)
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sitematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih penting. Penggolongan biaya yang sering dilakukan adalah : (Supriyono, 1992:18)
a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan /
aktivitas perusahaan. Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat digolongkan kedalam:
1) Fungsi Produksi
Yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
(28)
commit to user
2) Fungsi Penawaran
Yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk jadi yang siap untuk dijual dengan cara yang memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dari hasil penjualan.
3) Fungsi Administrasi
Fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaan, pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berhasil dan berdaya guna.
4) Fungsi Keuangan
Fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan
Atas dasar fungsi diatas, biaya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Biaya Produksi
Biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Biaya produksi dapat digolongkan kedalam:
(1)Biaya Bahan Baku
Bahan baku menurut (Carter and Usry, 2006) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan dapat dimasukkan secara eksplisit dalam penghitungan biaya produk (harga pokok produksi)
(29)
commit to user
(2)Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak kedalam produk tertentu (Carter and Usry, 2006).
Jadi, biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang secara langsung ikut mengerjakan produk barang / jasa.
Contoh biaya tenaga kerja langsung adalah gaji dan upah yang diberikan kepada karyawan bagian produksi.
(3)Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi (Carter and Usry, 2006).
Yang termasuk dalam klasifikasi overhead pabrik yaitu antara lain adalah bahan tidak langsung, upah tidak langsung, penyusutan peralatan dan mesin pabrik, penyusutan gudang pabrik, pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk gedung pabrik, biaya pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan pabrik dan biaya listrik untuk penerangan dan pembangkit tenaga pabrik.
(4)Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
(30)
commit to user
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan karyawan.
b) Biaya Non Produksi
Semua biaya yang tidak berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Pada prinsipnya biaya non produksi digolongkan menjadi 2 kategori yaitu:
(1)Biaya Pemasaran atau Penjualan
Meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pesanan pelanggan atau menyerahkan produk jadi ke tangan pelanggan.
(2)Biaya Umum dan Administrasi
Semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan kebijakan pengarahan, dan pengawasan kebijakan perusahaan secara keseluruhan.
b. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap
aktivitas atau kegiatan dapat dikelompokkan menjadi:
1) Biaya Tetap
(31)
commit to user
a) Jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
b) Biaya satuan akan perubahan berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya variabel.
b) Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan,
jadi biaya satuan konstan.
3) Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, akan tetapi sifat perubahan tidak seimbang. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya totalnya, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya totalnya, akan tetapi tidak seimbang perubahannya.
b) Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan
(32)
commit to user
sampai dengan tingkatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
c. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang
dibiayai. Penggolongan biaya atas dasar objek atau pusat biaya, dibagi menjadi:
1) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu.
2) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dapat dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.
E. Komponen Biaya Ekspor
Yang termasuk komponen biaya ekspor adalah seluruh biaya yang dibutuhkan dari membeli bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran,
overhead, biaya bunga, biaya bank, biaya transportasi, pajak-pajak, biaya administrasi, biaya sertifikasi, biaya pengapalan dan biaya asuransi. Bagian dari biaya tersebut apabila dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang menjadi landasan bagi perhitungan harga pokok. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut (Amir MS, 2004:109)
(33)
commit to user
1. Biaya Pengadaan (purchasing cost)
Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya langsung bahan baku, bahan pembantu dan upah. Biaya tidak langsung karyawan dan pabrik
yang selanjutnya disebut sebagai FOC (Factory overhead cost). Apabila
biaya-biaya tersebut dijumlahkan, maka akan diketahui Harga Pokok Produksi (HPP) atau biaya pengadaan tersebut.
2. Biaya Pemasaran dan Administrasi Umum (marketing and admin cost)
Yang dimaksud biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi dengan adanya aktivitas pemasaran pada bagian ekspor, dalam kurun waktu tertentu.
3. Biaya Bank (bank charges)
Biaya yang berasal dari bank yang dibebankan ke perusahaan akibat dari penggunaan jasa bank oleh perusahaan. Biaya bank yang dikenakan ini, antara satu dengan yang lain tentu berbeda.
4. Biaya Bunga (interest)
Biaya bunga atau yang sering disebut interest jangka waktu
pembebanannya dihitung sejak mulai dilakukannya pembelian bahan baku sampai dengan penerimaan pembayaran dari pelanggan. Besarnya bunga dihitung berdasarkan bunga pinjaman yang berlaku pada saat ini.
5. Biaya Pengelolaan (handling charges)
Yang dimaksud biaya pengelolaan adalah seluruh biaya yang dibutuhkan pada proses pengiriman barang ekspor. Biaya ini meliputi
(34)
commit to user
biaya pengepakan, upah pemindahan barang dari dalam gudang ke pintu gudang, upah muat barang dari pintu gudang ke atas alat angkut dll.
6. Pungutan-Pungutan Negara (export taxes)
Pajak ekspor dikenakan oleh pemerintah untuk barang tertentu dan tiap komoditi pajaknya berbeda antara satu dengan yang lain.
7. Jasa Pihak Ketiga (third party services)
Biaya yang dikeluarkan apabila kita menggunakan jasa pihak ketiga dalam melakukan penjualan ekspor. Jasa pihak ketiga ini dibutuhkan antara lain untuk membantu dalam proses pemasaran atau distribusi. Biaya ini meliputi biaya jasa transportasi, biaya surveyor, biaya sertifikasi, biaya karantina.
8. Biaya Pengapalan (freight cost)
Biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut barang yang akan diekspor dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan. Besarnya biaya ini tergantung besarnya container yang dipakai (20”/40”) dan jarak antara pelabuhan tujuan dengan pelabuhan muat. Informasi ini dapat diperoleh dari perusahaan-perusahaan EMKL setempat.
9. Biaya Asuransi (insurance cost)
Beberapa perusahaan buyer luar negeri lebih suka mengasuransikan
barangnya untuk mengurangi resiko kehilangan atau kerusakan selama proses pengapalan. Besarnya harga asuransi tergantung pada jenis pertanggungjawaban yang diinginkan dan jenis komoditi yang dipertanggungkan.
(35)
commit to user F. Penentuan Harga Jual Ekspor
1. Pengertian Harga Jual
Harga jual bisa diungkapkan dalam berbagai istilah, misalnya tarif, sewa, bunga, premi, upah, gaji dan sebagainya. Harga jual adalah jumlah moneter yang dikorbankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau
pelanggan atas suatu barang atau jasa yang dijual atau
disewakan.(Supriyono, 1991:32)
Harga jual biasanya dibuat berulang-ulang, karena harga jual dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal dan internal. Perubahan harga jual tersebut dimaksudkan agar harga jual yang baru dapat mencerminkan biaya saat ini atau bahkan biaya masa depan, kondisi
pasar, reaksi persaingan, laba dan return yang diinginkan dan
sebagainya.
2. Perhitungan Harga Pokok
a. Direct Costing
Perhitungan harga pokok dengan direct costing yaitu hanya
biaya-biaya variabel produksi saja yang diperhitungkan pada harga pokok produksi.
b. Full Costing
Perhitungan harga pokok dengan metode full costing yaitu
menghitung seluruh biaya produksi dari biaya variabel sampai biaya tetap diperhitungkan pada harga pokok produksi.
(36)
commit to user 3. Penentuan Harga Jual Ekspor
Ada beberapa cara dalam menentukan harga jual ekspor:
a. Cost Plus Mark Up
Yaitu metode penentuan harga jual ekspor berdasarkan total perhitungan biaya ( penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan mulai
dari pengadaan bahan, tenaga kerja, freight, dan lain-lain dalam
rangka ekspor) ditambah dengan prosentase laba / profit yang diinginkan.
Harga jual = Harga Pokok + Profit Contoh:
Biaya pengadaan Rp 100.000,00
Biaya pengelolaan Rp 15.000,00
Pungutan-pungutan Rp 20.000,00
Jasa pihak ketiga Rp 12.500,00
Total biaya (cost) Rp 147.500,00
Mark up (profit) 10% Rp 14.750,00
Harga jual ekspor Rp 162.250,00
b. Current Market Place
Metode ini merupakan kebalikan dari cost plus mark up yaitu bila
penetapan harga jual ekspor disesuaikan dengan harga jual dipasar internasional pada saat itu atau harga ditentukan oleh pembeli.
(37)
commit to user
Asumsi dari metode ini yaitu, importir memiliki peran yang kuat dalam menentukan harga, sehingga eksportir harus menyesuaikan
dengan harga yang ditentukan oleh buyer.
c. Subsidized Price
Penentuan harga jual ekspor yang didasarkan pada total biaya
sebagaimana dalam cost plus mark up dikurangi komponen biaya
tertentu (overhead cost). Tujuan dari subsidi ini untuk menekan harga
pokok produksi sehingga memperkuat daya saing di pasar internasional.
Harga Jual = Harga Pokok - Subsidi
d. Market Penetration Price (Dumping)
Harga dumping adalah harga jual ekspor ditetapkan lebih rendah dari harga jual komoditi yang sama untuk pasar dalam negeri. Dalam praktek, hal ini dimungkinkan bila didalam negeri produsen itu memegang monopoli, sehingga dapat menjual komoditi itu dengan harga lebih tinggi didalam negeri dan harga yang wajar diluar negeri. Memungkinkan juga eksportir sengaja menjual untuk pasar ekspor
dengan harga yang rendah dengan tujuan penetrasi (memasuki) pasar
yang baru. Cara ini biasanya dipakai untuk penjualan jangka pendek. Sebagai ilustrasi bahwa secara teori hasil industri Indonesia, mestinya
(38)
commit to user
dapat mengekspor dengan harga dumping, akan tetapi kenyataanya berbalik dengan teori.
G. INCOTERMS 2000
“Incoterms adalah kodefikasi dari peraturan-peraturan internasional untuk keseragamam interpretasi pasal-pasal kontrak dalam perdagangan internasional.”(Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:55)
1. Struktur Incoterms 2000
Dalam Incoterms 2000 skemanya adalah sebagai berikut::
a. Group E => Pemberangkatan.
Penjual menyerahkan barang ditempatnya sendiri hanya ada satu term pada kelompok ini yaitu:
1) EXW => Ex Works (...disebut tempat) dengan persyaratan
sebagai berikut :
a) Penjual hanya menyediakan barang ditempatnya (gudang atau
pabrik), prangko gudang penjual.
b) Pembeli harus mengatur pengangkutannya berarti menanggung
biaya dan resiko termasuk izin ekspor.
c) Tanggung jawab penjual minimum karena importir membeli
barang digudang penjual (cash and carry).
d) Bagi pembeli, cara ini kurang menyenangkan karena seolah-olah
(39)
commit to user
e) Syarat ini jangan dipakai bila pembeli tidak mungkin mengurus
formalitas ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Group F => Angkutan umum belum dibayar.
Penjual menyerahkan barang ditempat yang ditunjuk oleh pembeli. Terdapat tiga term untuk kelompok ini, yaitu :
1) FCA => Free Carrier (...disebut tempat)
Pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin ekspor dan menyerahkan barang kepada pihak pengangkut di tempat yang sudah ditentukan.
Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut :
a) Untuk memenuhi persyaratan modern seperti multi modal
transport, kontainer, roll on dan roll off dengan trailer dan ferry.
b) Menyerahkan barang ditempat yang telah ditunjuk oleh pembeli
dalam keadaan Clear for Export.
c) Penjual tidak menanggung asuransi
d) Disebut juga “Free Carriage Name Point”. Ditempat (titik)
tersebut tanggung jawab penjual berakhir.
2) FAS => Free Along Ship (...disebut pelabuhan pengapalan)
Pihak penjual bertanggung jawab sampai barang berada dipelabuhan keberangkatan dan siap disamping kapal untuk dimuat. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut :
(40)
commit to user
a) Kewajiban penjual untuk menyerahkan barangnya Clear for
Export di sisi kapal di pelabuhan muat.
b) Pembeli menanggung biaya kerusakan atau kehilangan setelah
barang berada di sisi kapal.
c) Penjual memberitahukan kedatangan barang dan meyerahkan
dokumen-dokumen yang diperlukan.
3) FOB => Free on Board (...disebut pelabuhan pengapalan)
Pihak penjual bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai memuat barang ke atas kapal yang siap berangkat. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, adalah :
a) Penjual menyerahkan barang nya di atas kapal Clean on Board.
b) Pembeli mengurus angkutan, membayar freight, dan
menanggung asuransi.
c) Resiko pindah dari penjual ke pembeli setelah barang pindah
pagar.
c. Group C => Angkutan utama dibayar.
Penjual menandatangani kontrak angkutan tanpa menanggung resiko kerusakan atau kehilangan. Terdapat empat term untuk kelompok ini, yaitu :
1) CFR => Cost and Freight (...disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual menanggung biaya sampai kapal yang memuat barang merapat dipelabuhan tujuan. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
(41)
commit to user
a) Penjual menanggung biaya freight sampai tempat tujuan yang
ditunjuk buyer.
b) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke penjual mulai
saat barang melewati pagar kapal.
c) Menguntungkan pembeli karena penjual mengurusi angkutannya
dan menghindari fluktuasi rate.
2) CIF => Cost Insurance and Freight (.disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual menanggung biaya sampai kapal yang memuat barang merapat dipelabuhan tujuan serta ditambah biaya asuransi. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Penjual menanggung biaya freight sampai tempat tujuan yang
ditunjuk buyer.
b) Penjual menanggung biaya asuransi
c) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke penjual mulai
saat barang melewati pagar kapal.
d) Menguntungkan pembeli karena penjual mengurusi angkutannya
dan menghindari fluktuasi rate.
3) CPT => Carrier Paid to...(...disebut tempat tujuan)
Pihak pembeli menanggung biaya sampai kapal yang memuat barang merapat dipelabuhan tujuan, resiko kehilangan atau kerusakan ditanggung oleh pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
(42)
commit to user
a) Pembeli menanggung biaya freight sampai tempat tujuan.
b) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke pembeli mulai
saat barang melewati pagar kapal.
4) CIP => Carrier and Insurance Paid to (...disebut tempat tujuan)
Pihak pembeli menanggung biaya sampai kapal yang memuat barang merapat dipelabuhan tujuan serta asuransi, resiko kehilangan atau kerusakan ditanggung oleh pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Pembeli menanggung biaya freight sampai tempat tujuan.
b) Pembeli menanggung biaya asuransi
c) Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke pembeli mulai
saat barang melewati pagar kapal.
d. Group D => Sampai tujuan.
Penjual menanggung semua biaya dan resiko yang diperlukan atau timbul dalam pengangkutan. Terdapat lima term dalam kelompok ini, yaitu :
1) DAF => Delivered at Frontier (...disebut tempat)
Pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung jawab sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi tanggung jawab pembeli. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Angkutan yang digunakan kereta api atau truk (land transport)
(43)
commit to user
b) Kewajiban penjual menyerahkan barang sampai batas negara
sebelum batas pabean dengan menyerahkan dokumen-dokumen
untuk custom clearance.
2) DES => Delivered Ex Ship (...disebut pelabuhan tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan siap dibongkar. Hanya berlaku untuk transportasi air. Syarat dan ketentuaannya, yaitu :
a) Penjual menyerahkan barang kepada pembeli diatas kapal
negara tujuan, atas biaya dan resiko penjual.
b) Pembeli menerima penyerahan barang dari kapal, menanggung
biaya bongkar, izin impor, bea masuk, pajak dan biaya lainnya.
3) DEQ => Delivered Ex Quary (...disebut pelabuhan tujuan)
Penjual bertanggung jawab sampai kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan barang telah dibongkar dan disimpan di dermaga. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Kewajiban utama penjual mengangkut barangnya dan
menyerahkan barang tersebut kepada pembeli di dermaga pelabuhan tujuan.
b) Penjual menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi.
c) Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
4) DDU => Deluvered Duty Unpaid (...disebut tempat tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai ditempat tujuan. Syarat dan ketentuanya, yaitu :
(44)
commit to user
a) Penjual menyerahkan barangnya di pelabuhan pembeli dan
menanggung biaya angkutan dan resikonya.
b) Menanggung biaya pembongkaran sampai di darat Unclear for
Import
c) Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
5) DDP => Delivered Duty Paid (...disebut tempat tujuan)
Pihak penjual bertanggung jawab mengantar barang sampai ditempat tujuan, termasuk biaya asuransi dan biaya lain-lain yang muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pembeli. Izin impor juga menjadi tanggung jawab pihak penjual. Syarat dan ketentuannya, yaitu :
a) Kewajiban penjual adalah maksimum, penjual menyerahkan
barang di negara pembeli dengan menanggung semua biaya impor.
b) Pembeli menerima barangnya dengan kondisi Clear for Import.
2. Kewajiban Eksportir
Sesuai Incoterms 2000, kewajiban eksportir di dalam syarat perdagangan (Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:56)
a. Group E : Penjual berkewajiban menempatkan barang ke
dalam kewenangan pembeli di tempat yang disepakati (di kantor, di pabrik / gudang)
b. Group F : Penjual menyerahkan barang kepada pengangkut sesuai
(45)
commit to user
c. Group C : Penjual menyerahkan kontrak angkutan dengan
syarat-syarat yang lazim atas biaya penjual sendiri.
d. Group D : Penjual bertanggungjawab atas sampainya barang di
tempat yang disepakati atau titik tujuan di perbatasan atau di dalam negara importir (termasuk resiko / biaya sampai dengan tujuan).
Pada setiap transaksi paling sedikit melibatkan dua belah pihak dan masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda, yang setiap saat sanggup berubah atau diubah. Untuk mengamankan resiko kerja dari suatu transaksi terhadap kerugian perlu adanya kesepakatan, sanksi / memegang jaminan. Perdagangan baik dalam maupun luar negeri sama-sama berpeluang untuk menimbulkan sengketa, sehingga lebih aman jika disepakati dengan perjanjian dan sanksi hukum.
(46)
commit to user BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Indonesia Antique (PT IA) adalah perusahaan hasil “reinkarnasi” dari PT. Hanggajaya Waskita Nugraha (PT HWN) yang berdiri pada 2 Februari 1996. Fokus usaha PT HWN adalah memproduksi dan memasarkan furniture ke pasar ekspor. Selama tujuh tahun beroperasi, PT HWN telah berhasil membentuk jaringan pasar dengan konsumen di luar negeri. Inilah sebenarnya misi utama yang dicita-citakan para pendiri PT HWN sejak awal mereka mendirikan perusahaan.
Perubahan terjadi pada PT HWN ketika para pengurusnya menyadari bahwa memproduksi meubel sendiri membutuhkan investasi yang besar dan penanganan yang lebih baik serius menyangkut bahan baku dan pasar ekspor. Seperti dketahui bersama, kayu sebagai bahan baku utama furniture adalah barang yang sulit diprediksi keberadaanya. Selain itu harganyapun tidak stabil,kadang murah dan kadang harganya melambung tinggi. Inilah yang dirasa sebagai kendala perkembangan PT HWN di masa yang akan datang.
(47)
commit to user
Untunglah para pemegang saham PT HWN segera melakukan reorganisasi perusahaan pada tahun 2003 setelah mereka mendengar masukan dari konsumen. Analisis yang tepat terhadap keadaan di masa sekarang dan prediksi di masa yang akan datang menyebabkan PT HWN harus melakukan perubahan anggaran dasar dan mengganti nama perusahaan menjadi PT. Indonesia Antique. Nama ini diambil karena dirasa lebih cocok untuk menunjukkan fokus utama perusahaan di bidang perdagangan meubel antik untuk pasar luar negeri atau ekspor.
PT. Indonesia Antique lebih lanjut akan dipopulerkan dengan nama Indoantique, sebuah nama yang singkat namun sangat menonjol sisi keIndonesiaan dan keantikan furniture yang dipasarkannya. Perubahan ini disyahkan dengan Akta Perubahan No. 7 tanggal 26 februari 2003 di hadapan Notaris dan PPAT Muhammad Budiman SH.,Sp.N yang berkantor di Surakarta, Jawa Tengah.
2. Tujuan Perusahaan
Visi dari Indoantique yaitu Mewujudkan Indoantique sebagai industri furniture indoor 5 besar di Indonesia pada tahun 2020.
Visi dibuat tentu dengan misi-misi yang berguna untuk mencapai target visi tersebut. Adapun misi dari Indoantique yaitu:
a. Membangun perusahaan yang sehat bertumpu dengan keuntungan
(48)
commit to user
b. Menciptakan produk yang berkualitas bertumpu pada praktek
manajemen yang terbaik
c. Mengembangkan jaringan pasar global bertumpu pada pengembangan
desain yang inovatif
Visi dan misi perusahaan dengan didorongnya semangat perusahaan demi tercapainya suatu hasil yang memuaskan. Maka telah terciptanya suatu strategi bisnis di Indoantique yang disebut 6M. Strategi bisnis 6M yaitu :
a. Money : Efisiensi Modal b. Material : Kualitas Produk c. Market : Inovasi Pasar
d. Method : Sistem Pengendalian Mutu e. Machine : Efektifitas Asset
f. Man : Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
3. Lokasi Perusahaan
Perusahaan Indoantique berlokasi di sentra Industri mebel dan rotan Desa Luwang RT 02 RW 05 Luwang, Gatak, Sukoharjo 57557. Dilokasi
inilah tahap finishing dilakukan dari produk setengah jadi yang diterima
dari pabrik unfinishing yang berada di Gumpang, Kartasura dan dari
supplier. Kesuksesan perusahaan dalam menjalani operasionalnya, sangat dipengaruhi oleh lokasi perusahaan dan perencanaan lokasi perusahaan.
(49)
commit to user
Dengan pemilihan lokasi yang tepat, perusahaan akan memperoleh keuntungan tersendiri
4. Produk yang Dihasilkan
a. Produk
Indoantique memproduksi furniture berdasarkan pengalaman serta analisis trend dan gaya furniture yang disukai oleh konsumen dan calon konsumen di luar negeri, seperti dari Eropa, Asia, dan Amerika.
Indoantique selalu berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan standar kualitas produknya dengan harga yang kompetitif sehingga bisa menjalin hubungan bisnis jangka panjang. Indoantique juga sangat peduli dengan tren furniture dan bahkan sangat memperhatikan saran dari konsumennya dalam hal desain dan variasi produk.
Berdasarkan penempatan produk tersebut di konsumen akhir, maka Indoantique mengkategorikan produknya dalam dua jenis, yaitu
indoor furniture dan outdoor furniture. Selain itu Indoantique juga memilah konsumennya berdasarkan kemampuan keuangan konsumen
menjadi tiga tingkat, yaitu low quality, middle quality, dan high
quality.
Setelah melakukan analisis pasar dengan jeli dan mendalam, Indoantique memutuskan untuk berkonsentrasi pada furniture indoor dengan middle quality, sebab : jenis dan jumlah furniture indoor lebih
(50)
commit to user
beragam dan dapat berkembang terus sehingga inovasi produk dapat dilakukan dengan mudah. Inovasi inilah yang menjadi kunci utama peningkatan penjualan sehingga Indoantique dapat terus beroperasi dalam jangka panjang. Jumlah konsumen dengan kemampuan keuangan menengah lebih banyak daripada konsumen dengan kemampuan keuangan tinggi. Indoantique menyimpulkan bahwa penyerapan produk dengan kualitas menengah jumlahnya lebih besar dibanding penyerapan produk dengan kualitas tinggi. Produk indoor dengan middle quality dapat diserap oleh semua konsumen, bahkan oleh konsumen dengan kemampuan keuangan rendah sekalipun, tentu dengan tambahan sedikit upaya. Dengan demikian produk indoor dengan middle quality dirasa akan diserap oleh pasar secara maksimal. Analisis terhadap perkembangan ekonomi menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang mapan semakin bertambah sehingga kebutuhan indoor furniture pun semakin meningkat.
b. Material
Bahan baku utama furniture produksi Indoantique adalah kayu jati, kayu mahoni, kayu mindi, kayu paulina, dan kayu lenga karena jenis kayu itulah yang sangat diminati oleh konsumen di luar negeri. Di samping itu ketersediaannya pun di Indonesia relatif lebih tejaga dengan dilakukannya peremajaan dan penanaman kembali jenis kayu ini oleh penduduk di pedesaan.
(51)
commit to user
c. Proses Produksi
Seteleh melakukan repositioning sebagai perusahaan yang memfokuskan pada pemasaran produk furniture ke pasar ekspor maka sebagian besar produksi sekarang dikerjakan oleh para pengrajin di sekitar Surakarta sebagai mitra Indoantique. Kini Indoantique menugaskan Staff Quality Control untuk mengawasi dengan ketat kualitas produk yang dihasilkan oleh para mitra pengrajin.
Sebagai petugas lapangan, Staff Quality Control adalah personel yang telah mempunyai dan memiliki kemampuan menilai kualitas produk. Kemampuan mereka ini selalu ditingkatkan oleh Manajer Produksi dengan cara memberi masukkan dan arahan kepada para pengrajin untuk selalu meningkatkan kualitas produknya. Inilah yang selalu diperhatikan oleh Indoantique karena sejalan dengan visi dan misi perusahaan untuk memberikan mutu terbagus bagi para konsumennya.
Proses produksi di Indoantique dimulai ketika ada pesanan dari konsumen. Order ini kemudian dialirkan ke para pengrajin sebagai mitra Indoantique. Setelah selesai sesuai dengan pesanan, barang langsung dikirim ke konsumen oleh Indoantique. Proses ini menguntungkan bagi Indoantique karena perusahaan tidak harus memiliki banyak stok barang dalam waktu yang lama. Semua pesanan ke para pengrajin adalah order yang didapat Indoantique dari para konsumen di luar negeri.
(52)
commit to user
Meskipun cara ini sangat efisien, namun sisa produksi masih tetap ada sebagai akibat dari adanya kesalahan produksi. Untunglah jumlah sisa produksi ini sangat kecil dan dapat dikendalikan dengan baik. Indoantique memasarkan sisa produksi ini ke pasar lokal dengan tetap memperhatikan biaya produksi yang telah dikeluarkan sehingga kerugian akibat kesalahan produksi bisa ditekan.
d. Kapasitas Produksi
Kapasitas yang berlaku sekarang berkisar pada sekitar 35 peti kemas per bulannya dengan nilai sekitar US$ 450 ribu - US$ 550 ribu.
e. Persaingan
Persaingan bisnis adalah hal yang wajar sepanjang dilakukan denga cara yang sehat, jujur, dan sportif. Indoantique pun memandang persaingan sebagai sarana untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan dalam mencapai misi dan visi perusahaan. Kunci untuk memenangkan persaingan itu adalah dengan cara memberikan produk yang berkualitas, pengiriman tepat waktu, dan komunikasi yang lancar dengan konsumen. Semua hal tersebut telah dilakukan dengan maksimal oleh Indoantique sehingga perusahaan yakin bahwa konsumen akan loyal dalam melakukan pembelian.
f. Sumber Daya Manusia
Manajemen Indoantique yakin bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar perusahaan untuk mewujudkan misi dan visi
(53)
commit to user
perusahaan. Selama ini Indoantique selalu berhati-hati dan terseleksi dalam melakukan perekrutan karyawan.
Bila diperlukan Indoantique akan meminta bantuan dari pihak ketiga yang lebih memahami sumber daya manusia sehingga Indoantique selalu mendapatkan personel yang kompeten di bidangnya. Tidak berhenti sampai di situ saja, Indoantique selalu melakukan upgrading terhadap karyawan yang telah direkrut sehingga kemampuan teknis dan manajerial mereka pun selalu meningkat.
Selain sumber daya yang berkompeten, Indoantique juga telah menyiapkan struktur organisasi yang rapi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk itu dalam menjalankan operasionalnya, Indoantique dibagi dalam lima segmen, yaitu :
1) Bagian Pemasaran, bertugas menawarkan produk dan mendapatkan
order dari konsumen, mencari konsumen potensial yang diperkirakan akan melakukan pembelian di masa mendatang dan kerjasama jangka panjang.
2) Bagian Product, Planning and Inventory Control, bertugas
menerjemahkan pesanan produk dari konsumen, menghitung biaya produksi, menentukan harga jual. Setelah itu bagian ini akan melakukan perencanaan produksi, memilih pengrajin yang cocok sebagai mitra yang akan melakukan proses produksi. Bagian ini bersama dengan bagian produksi juga bertanggung jawab terhadap kontrol produksi. Pencarian dan pengembangan jaringan pengrajin
(54)
commit to user
yang akan dijadikan mitra untuk meningkatkan kemampuan produksi perusahaan juga dikoordinir oleh bagian penting ini.
3) Bagian Produksi, bertugas melakukan pengawasan produksi,
melakukan supervisi, meneliti kualitas produk, memberikan masukan dan saran kepada pengrajin mitra agar kualitas produk bisa ditingkatkan.
4) Bagian Akuntansi dan Keuangan, bertugas untuk mencatat dan
mengendalikan keuangan perusahaan sehingga kemampuan perusahaan dalam mencetak laba dapat dikendalikan dengan baik. Informasi dari bagian ini digunakan oleh manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan strategis perusahaan.
5) Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), bertugas untuk melakukan
perekrutan dan pembinaan SDM yang dimiliki perusahaan.
g. Resiko Usaha
Sebagaimana jenis usaha lainnya, Indoantique pun memiliki resiko dalam menjalankan bisnisnya. Resiko, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun yang sumbernya berada diluar perusahaan, pasti memberikan dampak kepada perkembangan perusahaan.
Resiko dari dalam perusahaan diupayakan untuk dikendalikan oleh manajemen sehingga memberi dampak sekecil mungkin. Sementera itu keadaan makro seperti situasi ekonomi global, situasi sosial, politik, dan kebijakan pemerintah akan lebih sulit dihadapi atau kalaupun dapat diatas tentu membutuhkan waktu yang lebih lama.
(55)
commit to user
Indoantique membagi resiko ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Resiko yang berasal dari konsumen, yang dapat berupa pembatalan
pesanan barang kemungkinan bisa dilakukan oleh konsumen. Untuk mencegah terjadinya hal ini maka Indoantique menetapkan adanya uang muka tunai dari pemesan. Uang tunai ini akan hangus jika konsumen membatalakan pesanan sebelum pesanan dikirim. Kesulitan penagihan piutang. Untuk mencegah terjadinya kesulitan penagihan piutang akan Indoantique hanya menerima pembayaran dengan menggunakan L/C sehingga tidak ada alasan bagi konsumen untuk tidak melakukan pembayaran jika semua kondisi di L/C telah terpenuhi komplain produk. Untuk mengantisipasi hal ini Indoantique melakukan komunikasi sejak awal dengan konsumen melakukan pemesanan, selama proses produksi, saat pengiriman, dan setelah barang diterima. Proses quality control juga selalu dijalankan sehingga hasil produksi sesuai dengan kualitas yang diminta konsumen.
2) Resiko yang berasal dari dalam Indoantique, keterlambatan proses
produksi dapat terjadi akibat kurang koordinasi antar bagian. Untuk mengantisipasi hal ini maka Indoantique telah menyusun sistem informasi manajemen sehingga ada kontrol antar bagian untuk semua order yang diperoleh. Keterlambatan juga bisa diakibatkan oleh mitra pengrajin yang gagal menepati tenggang waktu proses produksi yang telah disetujui. Untuk mengantisipasi hal ini maka
(56)
commit to user
Indoantique selalu berusaha untuk memantau proses produksi yang dilakukan oleh pengrajin. Keterbatasan finansial Indoantique Antique diantisipasi dengan cara melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan kemampuan pendanaan sehingga proses produksi tidak terhambat.
h. Prospek Usaha Perusahaan
PT. Indonesia Antique bersama seluruh manajemen dan karyawan mempunyai komitmen yang tinggi untuk maju dengan tetap mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi. Dengan pengalaman selama tujuh tahun mengelola bisnis pemasaran furniture ke pasar ekspor, PT. Indonesia Antique yakin bahwa bisnis ini memiliki prospek yang sangat menguntungkan. Lebih dari pada itu, PT. Indonesia Antique juga berniat menjadi yang terbaik dikawasan Asia Tenggara dengan cara melakukan pemberdayaan seluruh sumber ekonomi yang dimiliki serta berusaha untuk meningkatkan kemampuan pendanaan untuk proses produksi.
Untuk meningkatkan kinerja PT. Indonesia Antique, sumberdaya manusia menjadi kunci yang utama. Caranya adalah dengan pembinaan intensif yang dilakukan oleh masing-masing manajer sehingga syarat minimal yang ditentukan oleh PT. Indonesia Antique terpenuhi.
Selain itu PT. Indonesia Antique juga merekrut advisor / konsultan yang berkompeten di bidang sistem informasi manajemen
(57)
commit to user
dan keuangan perusahaan. Semua usaha ini berhasil meningkatkan kinerja PT. Indonesia Antique meskipun belum maksimal.
Di masa yang akan datang PT. Indonesia Antique berusaha untuk mendapatkan tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mempersiapkan tempat usaha yang lebih nyaman sehingga citra PT. Indonesia Antique di mata konsumen juga meningkat dan memudahkan kendali produksi.
5. Proses Produksi
a. Dalam proses produksi Indoantique tidaklah sendiri melainkan
melakukan mitra kerja dengan beberapa pengrajin yang ada di Sumber, Trangsan, dan Serenan. Perusahaan mengambil produk dan barang setengah jadi menjadi barang jadi siap untuk diekspor
b. Proses produksi dari barang setengah jadi menjadi barang jadi
1) Barang Setengah Jadi dari Supplier
Barang setengah jadi dari supplier sesuai dengan instruksi
manajer produksi berdasar atas purchase order, barang setengah jadi
tersebut dikumpulkan digudang untuk kemudian dilakukan
pengecekan dibawah tanggung jawab Quality Control kegiatannya
adalah memilih produk yang sesuai dengan standar perusahaan atau pesanan. Meliputi ketepatan ukuran, kontruksi kayu, kekuatan kayu, daya tahan, kualitas kayu dan kekeringan kayu.
(58)
commit to user
Gambar 3.1 Barang Setengah Jadi dari Supplier / Gudang Unfinished
2) Proses Pengamplasan
Pengamplasan barang setengah jadi bermanfaat untuk membuat tekstur kayu menjadi halus dan mudah untuk diberi warna. Menghindari tekstur yang tidak diinginkan.
(59)
commit to user
3) Proses Pewarnaan
a) Pemberian warna dasar menggunakan cat warna yang
disesuaikan dengan warna pesanan buyer. Untuk warna dasar
tidak sama antara produk satu dengan yang lainnya.
Gambar 3.3 Pemberian Warna Dasar
b) Top cut atau pemberian double colour menggunakan melamin atau thiner.
(60)
commit to user
Gambar 3.4 Top Cut
c) Sanding Sealer
Pelapisan warna, biasanya menggunakan sanding sealer
agar warna menjadi berkesan mengkilat
(61)
commit to user
4) Pengeringan (Oven)
Setelah semua proses pewarnaan selesai, barang memerlukan proses pengeringan. Dengan menggunakan lampu berdaya tinggi dan ruangan yang dipenuhi dengan panel-panel, barang diletakkan dalam ruangan tersebut agar proses pengeringan sempurna.
Gambar 3.6 Proses Pengeringan (Oven)
5) Pemberian Assesoris
Setelah semua selesai, dilakukan pemberian assesoris seperti
(62)
commit to user
Gambar 3.7 Pemberian Assesoris
6) Packing
Pembungkusan produk dengan menggunakan kertas
(63)
commit to user
Gambar 3.8 Packing Single Face & Carton Box
7) Stuffing
Proses menaikkan barang yang sudah di packing kedalam
container dengan disertai kode-kode tertentu agar jumlahnya sesuai
(64)
commit to user
Gambar 3.9 Stuffing
c. Pemasaran Produk
Dalam pemasaran produk, Indoantique memilih mengutamakan pasaran ekspor dibanding pasar lokal. Ini terjadi karena pasar dalam negeri kurang begitu prospek dan pada umumnya kurang tertarik
dikarenakan daya beli yang rendah pada produk furniture.
Oleh sebab itu, Indoantique memilih jalur produksi yang sesuai
dengan order. Karena hal itu sudah pasti dan jelas memenuhi selera
konsumen. Selain memenuhi pesanan, perusahaan juga mempunyai
stok barang yang ada digudang atau showroom. Penyimpanan ini
bertujuan untuk membuat koleksi / display produk yang bertujuan
untuk menambah koleksi dan variasi produk, hal ini juga bisa
digunakan sebagai sample produk ketika buyer datang langsung ke
perusahaan dan sebagai acuan buyer dalam memilih dan menentukan
(65)
commit to user
d. Volume Penjualan Ekspor
Rekapitulasi jumlah container dan volume penjualan PT.
INDONESIA ANTIQUE pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.2; tabel 3.3 dan tabel 3.4
Tabel 3.1
Penjualan Kotor Indoantique Tahun 2010
Bulan USD $ Rp
Januari 424,609.17 3.821.482.530
Februari 473,867.04 4.264.803.360
Maret 407,523.42 3.667.710.780
April 241,029.16 2.169.262.440
Mei 408,929.34 3.680.364.060
Juni 357,782.34 3.220.041.060
Juli 332,898.00 2.996.082.000
Agustus 404,360.19 3.639.241.710
September 236,807.10 2.131.263.900
Oktober 437,732.40 3.939.591.600
November 323,728.59 2.913.557.310
Desember 403,054.76 3.627.492.840
TOTAL 4,452,321.51 40.070.893.590
Kurs 1$ = Rp. 9.000
(66)
commit to user
Tabel 3.2
Penjualan Bersih Indoantique Tahun 2010
Bulan USD $ Rp
Januari 412,576.83 3.713.191.470
Februari 467,733.12 4.209.598.080
Maret 395,325.84 3.557.932.560
April 219,998.84 1.979.989.560
Mei 406,234.14 3.656.107.260
Juni 349,259.42 3.143.334.780
Juli 332,728.00 2.994.552.000
Agustus 387,568.38 3.488.115.420
September 220,201.08 1.981.809.720
Oktober 424,078.84 3.816.709.560
November 323,728.59 2.913.557.310
Desember 387,341.08 3.486.069.720
TOTAL 4,326,774.16 38.940.967.440
Kurs 1$ = Rp. 9.000
Tabel 3.3
Jumlah Container Indoantique Tahun 2010
Bulan Shipment
Januari 30
Februari 27
Maret 30
April 16
Mei 24
Juni 24
Juli 20
Agustus 27
September 12
Oktober 26
November 24
Desember 24
TOTAL 284
(67)
commit to user 6. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah gambaran sistematis tentang hubungan kerja sama dari orang-orang dalam rangka mencapai suatu tujuan. Merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kedalam fungsi-fungsi tertentu. Organisasi sangat penting sebab dengan adanya organisasi mekanisme lalu lintas kegiatan menjadi jelas pekerjaan lancar, tujuan perusahaan dapat dicapai secara efisien dan pengawasan terhadap tenaga kerja pun lebih mudah dilakukan.
Perusahaan yang sudah go public memiliki struktur organisasi yang
tersusun rapi. Karena segala kegiatan ekspor bisa berjalan lancar bila memiliki manajemen yang saling terkait dan mampu melengkapi.
Struktur organisasi pada Indoantique berbentuk garis, sehingga komunikasi ataupun laporan-laporan jalannya bertahap sesuai dengan jenjang kepemimpinannya. Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan di sesuaikan tingkatnya dalam struktur organisasi perusahaan
Salah satu jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan adalah dengan menentukan struktur organisasi yang menetapkan bagian dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Struktur Indoantique yaitu :
(68)
commit to user
Gambar 3.10 Bagan Struktur Organisasi Indoantique Sumber : Bagian HRD Indoantique
Direktur Utama Wahyu Hanggono Finance Director and Controller Accounting & Tax Manager Sales & Marketing Manager Finance Manager Operation Director Factory Deputy Division Head Production Manager Unfinished Collection and Treasury Manager Production Manager Finished PPIC Manager Purchasing Manager QC Human Reseach Develompment Research & Design IT Warehouse
(69)
commit to user
Keterangan :
a. Direktur Utama
Tugas dari Dirut yaitu :
1) Membuat kebijakan-kebijakan dengan sistem manajemen
ketenagakerjaan, target penjualan, serta membuat keputusan final /
akhir
2) Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen perusahaan
3) Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap kelangsungan
hidup perusahaan
b. Finance Director and Controler
Tugas dari Finance Director and Controler yaitu
1) Mengawasi sistem dan prosedur keuangan dan akuntansi
2) Mengawasi fungsi pelaporan bidang controller, keuangan
3) Bertanggung jawab atas fungsi pemeriksaan atas transaksi
keuangan
c. Accounting & Tax Manajer
Tugas dari Accounting & Tax Manajer yaitu :
1) Menyusun dan mengonstruksi pajak bersama dengan konsultan
pajak
2) Menyusun laporan keuangan perusahaan
(70)
commit to user
d. Manajer Keuangan (Financial Manager)
Tugas dari Manajer Keuangan yaitu :
1) Melaksanakan sistem dan prosedur keuangan dan akuntansi
2) Mengawasi pelaksanaan dan perencanaan yang berhubungan
dengan keuangan perusahaan
3) Membuat anggaran belanja perusahaan
e. Collection and Treasury Manager
Tugas dari Collection and Treasury Manager yaitu :
1) Mengawasi dan mengcontrol aset yang dimiliki oleh perusahaan
2) Bertanggung jawab dalam pengadaan perlengkapan perusahaan
f. Purchasing
Tugas dari Purchasing yaitu :
1) Pengadaan barang pembantu, pelengkap produksi
2) Menerima kebutuhan indent dari bagian produksi
g. Manajer HRD (Human Research an Development)
Tugas dari HRD yaitu :
1) Mengangkat dan memberhentikan pegawai
2) Membuat jadwal pekerjaan
3) Memberi upah pada pekerja harian dan borongan
(71)
commit to user
h. IT
Tugas dari IT yaitu :
1) Bertanggung jawab atas fungsi pelayanan EDP (Electronic Data
Processing) dan LAN (local Area Network)
2) Memberikan fasilitas internet kepada semua staff yang memerlukan
3) Membuat sistem atau database yang diperlukan perusahaan
4) Memperbaiki komputer yang rusak
i. Warehouse (Gudang)
Tugas dari Warehouse yaitu :
1) Mendata barang masuk dan menyediakan bahan-bahan pembantu
produksi (misal : Thinner, Methanol dan lain-lain)
2) Memberi laporan data barang yang sudah siap dikirim ke bagian
produksi
3) Mengkoordinasi dan melakukan stuffing
j. Operation Director
Tugas dari Operation Director yaitu :
1) Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja sales marketing
2) Bertanggung jawab memastikan pencapaian kapasitas produksi
sesuai target
k. Manajer Pemasaran (Sales and Marketing Manager)
Tugas dari manajer Pemasaran yaitu :
1) Menetapkan strategi pemasaran (menawarkan produk sampai
(72)
commit to user
2) Melakukan negosiasi dengan pelanggan
3) Memberi informasi produk pada pelanggan
4) Bertanggung jawab atas shipment
l. Factory Deputy Division Head
Tugas dari Factory Deputy Division Head yaitu :
1) Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja departemen production
manager unfinished, production manager finished, PPIC manager, QC, dan prod. Eng. / R & D
2) Mengendalikan proses produksi secara kualitas dan kuantitas.
3) Memastikan pencapaian kapasitas produksi sesuai target / planning
4) Mengendalikan biaya sesuai budget perusahaan.
5) Melakukan sesuatu perbaikan untuk meningkatkan produktifitas
dan efisiensi secara continouse improvement.
6) Menjalankan efisiensi baik SDM maupun material
m. Manajer PPIC (Program Planning Inventory Control)
Tugas dari manajer PPIC yaitu :
1) Membuat design dan mengkalkulasi harga
2) Bertugas mengontrol perkembangan produksi barang dari barang
mentah sampai siap packing n. Production ManagerUnfinished
Tugas dari Production Manager Unfinished yaitu :
1) Bertanggung jawab mengkoordinasi dengan manajemen produksi
(73)
commit to user
3) Memesan barang ke supplier
4) Menetapkan standar produk
5) Membina pengrajin dan karyawan harian serta pemborong agar
mampu menghasilkan produk dengan kualitas, bentuk dan ukuran sesuai standar produk
6) Bertanggung jawab melakukan jam lembur untuk mengejar target
yang sudah ditetapkan o. Production Manager Finished
Tugas dari Production Manager Finished yaitu :
1) Menjalankan proses finishing
2) Membuat perencanaan dan mendata stock kebutuhan bahan
finishing
3) Memberlakukan jam lembur bagi karyawan harian untuk mengejar
target volume yang ditentukan.
4) Mengawasi tugas bagian Finishing, Quality Control, dan Packing
p. Research and Design (R n D)
Tugas dari Research and Design (R n D) yaitu :
1) Membuat desain produk-produk baru
2) Bertanggung jawab kepada manajer produksi berkaitan dengan
desain yang telah dibuat q. Quality Control
(74)
commit to user
1) Bertanggung jawab terhadap manajer produksi dengan memberikan
laporan kualitas dan kuantitas barang
2) Koordinasi dengan manajer keuangan untuk tagihan jatuh tempo
barang yang lolos uji
3) Memberikan masukan yang signifikan kepada manajer produksi
tentang kondisi kualitas barang dengan pengrajin terkait.
7. Sistem Kerja dan Jam Kerja
a. Jumlah Tenaga Kerja / Karyawan
Indoantique memiliki jumlah tenaga kerja / karyawan di masing-masing bagiannya antara lain :
Tabel 3.4
Jumlah Karyawan Indoantique
Jenis dan Bagian Jumlah
Direktur Utama 1 orang
Direktur 2 orang
Manager dan Staff 135 orang
Harian Produksi 60 orang
Tenaga Kerja Borongan 300 orang
(75)
commit to user
b. Sistem Jam Kerja
Dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan setiap hari maka diperlukan peraturan jam kerja agar tercapai efisiensi dan efektivitas. Berikut ini adalah jam kerja Indoantique :
Tabel 3.5 Jam Kerja Indoantique
c. Sistem Pembayaran Tenaga Kerja (penggajian)
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh Indoantique dibagi menjadi dua yaitu gaji tetap dan upah. Gaji tetap diberikan kepada karyawan tetap (Direktur, Manager dan Staff), sedangkan upah diberikan kepada karyawan tidak tetap (Harian Produksi dan Tenaga Borongan). Sistem upah ini berdasarkan harian. Besarnya pembayaran upah pada Indoantique berdasarkan standart Upah Minimum Regional (UMR). Sistem pembayaran (penggajian) pada Indoantique berupa pembayaran secara bulanan, harian, dan borongan. Masing-masing sebagai berikut :
1) Sistem pembayaran secara bulanan.
Sistem pembayaran ini diberikan kepada karyawan tetap (Direktur, Manager dan Staff) yang diberikan di akhir bulan. Besar
HARI JAM KERJA ISTIRAHAT
1
ISTIRAHAT 2 SENIN - KAMIS 08.00 – 16.30 12.00 – 13.00 15.00 – 15.15 JUM’AT 08.00 – 16.30 11.45 – 13.00 15.00 – 15.15
(1)
Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Bahan Baku Untuk Produk SF-01BED
Kayu Paulina Lenga
a. Harga per Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
b. Jumlah 0.0131 0.1334
c. Harga (a x b) Rp 65.284 Rp 800.475
TOTAL Rp 865.759 x 1.05 (profit) Rp 909.047
Sumber : Bagian PPIC Indoantique
Tabel 3.7 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Untuk Produk SF-01BED
Tenaga Kerja Partmaking Assembling Amplas Pasang fitting
a. Harga per 조 Rp 45.000 Rp 30.000 Rp 5.000 Rp 500
b. Jumlah 조 2.14757 2.14757 9.1877413 26 (pcs)
c. Harga (a x b) Rp 96.641 Rp 64.427 Rp 45.939 Rp 13.000
TOTAL Rp 220.007 x 1.05 (profit) Rp 231.007
Sumber : Bagian PPIC Indoantique
Tabel 3.8 Perhitungan Biaya Packing Untuk Produk SF-01BED
Packing Fitting Packing
a. Harga per Rp 101.575 Rp 12.500
b. Jumlah 1 5.758
c. Harga (a x b) Rp 101.575 Rp 71.975
(2)
commit to user
Tabel 3.9 Perhitungan Biaya Overhead Untuk Produk SF-01BED
Overhead Jumlah
TOTAL Rp 166.958
Sumber : Bagian PPIC Indoantique
Tabel 3.10 Perhitungan Biaya Finishing Untuk Produk SF-01BED
Finishing Material Tenaga Kerja
a. Pemilihan Material 9.1877413 9.1877413
b. Harga per unit Rp 21.000 Rp 15.000
c. Harga (a x b) Rp 192.943 Rp 137.816
TOTAL Rp 330.759 x 1.05 Rp 347.297
Sumber : Bagian PPIC Indoantique
Tabel 3.11 Perhitungan Biaya Handling Charge Untuk Produk SF-01BED
Trucking ( ) Biaya 40” (68 ) Biaya Handling Charge
0.9144 ( ) Rp 8.000.000 .�auu
F x Rp 8.000.000
TOTAL Rp 107.576
Sumber : Bagian PPIC Indoantique
Tabel 3.12 Profit Untuk Produk SF-01BED
Profit HPP Profit 40%
Jumlah Rp 1.836.537 40% x Rp 1.836.537
TOTAL Rp 734.614
(3)
3. Incoterms yang digunakan Indoantique
Indoantique menggunakan Incoterms 2000 yang disesuaikan dengan kesepakatan antara buyer dengan seller yang tertulis dalam sales
contract yaitu menggunakan Incoterms kelompok ”F” tepatnya FOB.
Dalam hal ini semua biaya sampai barang selesai dimuat diatas kapal, sudah termasuk dalam harga. Biaya pengepakan, pengangkutan ke pelabuhan, dan ongkos muat ke atas kapal, disamping harga itu sendiri. (Amir MS. 2000:176)
Syarat penyerahan barang dengan FOB memuat kondisi sebagai berikut :
d) Penjual menyerahkan barang nya di atas kapal Clean on Board.
e) Pembeli mengurus angkutan, membayar freight, dan menanggung asuransi.
f) Resiko pindah dari penjual ke pembeli setelah barang melewati atau pindah pagar
Keterangan diatas merupakan alasan mengapa Indoantique menggunakan Incoterms FOB. Dengan resiko yang minimal, diharapkan profit dapat meningkat.
(4)
commit to user BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset atau penelitian pada PT. Indonesia Antique, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen Biaya yang dikeluarkan oleh PT. Indonesia Antique antara lain : Biaya pengadaan (purchasing cost) berupa biaya bahan baku seperti kayu dan biaya bahan pembantu misalnya thiner, metanol, bahan pewarna dan bahan kimia lainnya. Biaya pengelolaan(handling charge)
yang termasuk didalamnya yaitu biaya pengepakan (single face atau
carton box), biaya trucking dari pabrik menuju pelabuhan Tanjung Emas,
biaya pembuatan dokumen pengapalan ( Certificate of Origin, L/C,
Ocean Bill of Lading), biaya fumigasi, biaya courier (upah pemindahan
barang dari gudang ke pintu gudang, upah pemindahan barang dari pintu gudang ke atas alat angkut atau petikemas). Ongkos angkut dari gudang eksportir, ongkos bongkar dari alat angkut, ongkos muat barang dari dermaga keatas kapal seperti pungutan-pungutan yang terdiri dari pajak dalam rangka ekspor dan bea statistik. Jasa-jasa dari pihak ketiga berupa jasa transportasi dan biaya bank.
(5)
2. PT. Indonesia Antique menggunakan cara Cost Plus Mark Up dalam menentukan penetapan harga jual yang mempunyai pengertian metode penentuan harga jual ekspor berdasarkan total perhitungan biaya (penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari pengadaan bahan, tenaga kerja, freight, dan lain-lain dalam rangka ekspor) ditambah dengan prosentase laba / profit yang diinginkan. Seperti contoh item
Louveren Queen Bed dengan harga pokok produksi sebesar Rp.
1.836.537 ditambah biaya handling charge sebesar Rp. 107.576 dan
Profit sebesar 40 % maka diketahui harga jual ekspor sebesar Rp.
2.678.727 dengan syarat FOB.
3. PT. Indonesia Antique menggunakan Incoterms 2000 yang disesuaikan dengan kesepakatan antara buyer dengan seller yang tertulis dalam sales
contract yaitu menggunakan Incoterms kelompok ”F” tepatnya FOB.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan mengambil kesimpulan, penulis memberikan saran-saran yang mungkin berguna bagi
perusahaan antara lain :
1. Faktor penentuan biaya, staff PPIC PT. Indonesia Antique sudah cukup rinci dan detail. Akan tetapi lebih baik lagi kalau dalam menentukan biaya lebih hati-hati agar tidak timbul kerugian.
(6)
commit to user
berani dan bervariasi dalam menggunakan Incoterms tersebut. Karena semakin panjang term yang digunakan, maka perolehan laba akan semakin besar. Misalnya laba pengangkutan dari pelabuhan eksportir menuju pelabuhan importir. Disamping laba ada juga resiko yang harus ditanggung. Akan tetapi semua itu tidak terlepas dari kesepakatan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam sales contract.
3. Memacu para pengrajin dan tenaga kerja yang dirasa berpotensi agar mampu memenuhi pesanan buyer dengan tepat waktu, salah satunya dengan training yang sudah dilakukan oleh PT. Indonesia Antique 4. Komunikasi lebih efektif dan evaluasi monitoring atas pekerjaan dalam