HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU Hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu Pkk di desa gentan kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN

KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PKK DI DESA GENTAN KECAMATAN BENDOSARI

KABPUATEN SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SUSANTI NURPATMININGSIH J 210.120.012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN

KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PKK DI DESA GENTAN KECAMATAN BENDOSARI

KABPUATEN SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SUSANTI NURPATMININGSIH J 210 120 012

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

H.M Abi Muhlisin, SKM., M.Kep. NIK. 629


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN

KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PKK DI DESA GENTAN KECAMATAN BENDOSARI

KABUPATEN SUKOHARJO

OLEH

SUSANTI NURPATMININGSIH J 210 120 012

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari selasa, 28 Juni 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.H.M Abi Muhlisin, SKM., M.Kep. (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

2.Sulastri, S.Kp., M.kes. (………) (Anggota I Dewan Penguji)

3.Arief W Jadmiko, S.Kep., Ns., M.kep. (……….) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 28 Juni 2016

Penulis

SUSANTI NURPATMININGSIH


(5)

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PKK DI DESA GENTAN

KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO Abstrak

Menopause merupakan masa yang penting bagi wanita. Perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis maupun seksual akan menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause khawatir dan cemas. Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi. Wanita seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional. Umumnya wanita tersebut kurang mendapat informasi yang benar sehingga dibayangannya yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah masa menopause. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause Pada Ibu di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi korelasi dan rancangan cross sectional. Sample penelitian adalah perempuan usia 40 – 50 tahun yang akan memasuki masa menopause di Kelurahan Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo yakni sebanyak 54 responden dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianaliswas menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh 2hitung 15,832 (p-value = 0,000), sehingga H0 ditolak. Kesimpulan penelitian adalah (1) kesiapan pra menopause sebagian besar adalah siap, (2) kecemasan menghadapi menopause sebagian besar adalah kecemasan ringan, (3) Terdapat hubungan Kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

Kata kunci: ibu menopause, kesiapan menopause, kecemasan

RELATIONSHIP BETWEEN MENOPAUSAL READINESS OF ANXIETY DEALING WITH MENOPAUSE WOMEN IN VILLAGES GENTAN PKK SUB

BENDOSARI DISTRICT SUKOHARJO Abstracts

Menopause was an important time for women. The changes that occur both physically, psychologically and sexually will lead to women facing menopause worried and anxious. Anxiety that they experience was often linked to concerns in the face of a situation that had never occurred before. Women like thwas are usually very sensitive to the emotional impact. The women generally lack the correct information there was only the negative effects that will be experienced after menopause. Thwas study aims to determine the relationship between the readiness of pre-menopause to menopause anxiety faced Mom On Gentan Village, District Bendosari, Sukoharjo. Thwas research was a descriptive study of correlation and cross-sectional design. Sample of research was women aged 40-50 years who will enter menopause in the Village Gentan, District Bendosari, Sukoharjo that as many as 54 respondent’s with simple random sampling technique. Collecting data using

questionnaires were analyzed using chi square test. The results were obtained 2obs 15.832

(p-value = 0.000), thus H0 was rejected. Conclusion of the study are (1) the readiness of


(6)

There was a relationship Readiness pre-menopausal women with anxiety facing menopause on the PKK in the village Gentan, District Bendosari, Sukoharjo.

Keywords: mother menopause, pre-menopause readiness, anxiety

1. PENDAHULUAN

Pada era Globalisasi sekarang ini kesehatan menjadi hal yang sangat berharga. Terutama pada kesehatan reproduksi yang sekarang ini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai menopause.

Sebagian besar wanita merasa gelisah saat menghadapi masa-masa menopause, sehingga banyak masalah yang sederhana menjadi hal yang begitu besar dan bahkan bisa membuat putus asa seorang wanita saat menghadapi menopause.

Menopause merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, berasal dari bahasa yunani yang berarti berhenti haid (apause in the menses) (Lannywati, 2009). Menopause merupakan peristiwa biologis yang terkait berhentinya reproduksi wanita sebagai konsekuensi dari proses penuaan fisiologis (Sylwia, et.al, 2014).

Menopause menandai akhir masa reproduksi seorang wanita dan biasanya terjadi pada wanita berusia antara 45 dan 55 tahun dengan usia rata – rata 51 tahun (Irianto, 2014). Berhentinya menstruasi disebabkan oleh berkurangnya sekresi hormon ovarium yang terjadi secara alami atau disebabkan oleh operasi, kemoterapi, atau radiasi (Elsayed & shokry, 2012).

Menopause terjadi pada perempuan yang memasuki usia menjelang 50 tahun. Melalui usia tersebut bagian universal dan irreversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi dimana siklus haid setiap bulannya mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid pada wanita tersebut disebabkan penurunan dan hilangnya hormon estrogen, hal ini merupakan masalah yang normal, yang sadar atau tidak akan dilalui oleh perempuan dalam kehidupannya. Sehubungan menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbeda – beda diantara para perempuan maka alangkah baiknya masalah ini diketahui secara jelas oleh setiap perempuan (Lannywati, 2009). Menopause ini disebabkan oleh penuaan ovarium yang mengarah ke penurunan produksi ovarium Gonadotropin, Estrogen, dan Progesteron. Kekurangan hormon ini memunculkan berbagai somatik, vasomotor, seksual dan gejala psikologis lainnya yang mengganggu (Elsayed & shokry, 2012).


(7)

Kecemasan akan datangnya masa menopause umumnya terjadi pada perempuan yang memasuki usia 50 tahun. Rasa takut yang dialami oleh wanita antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami karena gairah seksual menurun. Setelah usia 45 tahun, seorang perempuan masih mengalami menstruasi tetapi tidak teratur lagi, sebagian perempuan telah mengalami gejala pre menopause. Masa menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang berupa penurunan produksi hormon estrogen dari indung telur karena ovarium yang sudah tua (Pribakti, 2012).

Menurut WHO, di Asia pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia lanjut akan meningkat dari 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Menurut Purwatyastuti dalam Lombogia (2014) sindroma pramenopause dan menopause dialami oleh banyak wanita di dunia, sekitar 70-80% di Eropa, 60 % di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Julianto dalam Lombogia (2014) mengemukakan bahwa gejala yang paling banyak dari seluruh jumlah wanita premenopause yaitu 40% merasa hot flashes, 38 % mengalami susah tidur, 37 % mengalami lebih cepat lelah dalam bekerja, 35 % mengatakan menjadi lebih sering lupa, 33 % mengatakan mudah tersinggung, 26 % mengatakan mengalami nyeri sendi dan 21 % mengatakan sering sakit kepala berlebihan.

Berdasarkan data dari profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menurut jenis kelaminnya jumlah penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014, terdapat 118,010 juta penduduk perempan, pada tahun 2011 sebesar 119,768 juta penduduk perempuan, pada tahun 2012 sebesar 121,553 juta penduduk perempuan, pada tahun 2013 sebesar 123,364 juta penduduk perempuan dan pada tahun 2014 sebesar 125.202 juta penduduk perempuan. (Depkes RI, 2014). Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 jumlah perempuan di Indonesia yang hidup pada masa pre menopause (umur 40 – 50) sebanyak 17,21 juta jiwa, sedangkan yang memasuki menopause (umur 50 tahun keatas) mencapai 21,22 juta jiwa. Diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penduduk perempuan di Indonesia akan mencapai 152,69 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam umur pra menopause sekitar 20,36 juta jiwa dari jumlah tersebut mengalami gejala-gejala menopause. Gejala ini merupakan gejala fisik dan psikis (Bappenas, 2013).

Beberapa gejala fisik yang dialami oleh seorang perempuan yang memasuki fase menopause yaitu rasa panas atau hot flues yang merupakan sensasi tiba – tiba panas dan berkeringat terutama pada tubuh bagian atas. Hot flashes terutama dan yang paling intensif terjadi pada wanita peri dan pasca menopause (Kronenberg, 2016), berkeringat


(8)

saat malam hari, susah tidur, sakit kepala, kesusahan menahan buang air kecil, detak jantung meningkat, dan peningkatan berat badan (Spencer & Brown, 2007). Selain itu juga disertai dengan beberapa gejala psikis yang menonjol berupa suasana hati yang berubah ubah, mudah tersinggung, emosi labil, merasa tidak berharga, dan munclnya kecemasan yang dapat mengganggu aktifitas sehari- hari (Proverawati & Sulistiyawati, 2010).

Perubahan – perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis maupun seksual akan menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause cemas dan khawatir. Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi. Wanita seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional. Umumnya wanita tersebut kurang mendapat informasi yang benar sehingga dibayangannya yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah masa menopause (Rostiana, 2009).

Dari data yang ada di Desa Gentan pada bulan November ini jumlah wanita secara keseluruhan mencapai 3.631 orang, dan pada data yang diperoleh dari PKK Desa Gentan jumlah perempuan sebanyak 162 dengan jumlah wanita usia antara 40 – 50 sebanyak 117 orang.

Berdasarkan wawancara pada 10 perempuan yang menjelang menopause pada usia 40 – 50 tahun, untuk kecemasan 4 orang mengalami mengatakan menopause merupakan hal yang wajar karena akan dialami pada setiap perempuan, 4 orang mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang masa menopause, dan 2 orang mengatakan takut tidak bisa membahagiakan pasangannya, sedangkan untuk kesiapan menghadapi menopause 5 diantaranya mengatakan mengkonsumsi makanan bergizi, 3 orang perempuan mengatakan sudah siap menghadapi menopause, dengan cara olah raga teratur, dan 2 diantaranya mengatakan tidak ada kesiapan.

Dari uraian dan pengamatan peneliti di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, karena warga di daerah tersebut masih banyak yang belum ada kesiapan untuk menghadapi masa menopause.


(9)

2. METODELOGI PENELITIAN

2.1Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan studi korelasi. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat bersamaan (Hidayat, 2014). Penelitian ini menjelaskan hubungan antara 2 variabel yaitu variabel bebas dan variablel terikat. Variabel adalah kesiapan pra menopause dan variabel terikat adalah kecemasan menghadapi menopause.

2.2Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan usia 40 – 50 tahun yang akan memasuki masa menopause di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Jumlah populasi sebesar 117 orang yang ada di Desa Gentan. Sampel penelitian sebanyak 54 responden dengan teknik simple random sampling.

2.3Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. 2.4Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat menggunakan Chi Square.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Univariat

Distribusi Frekuensi Kesiapan pra menopause

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kesiapan menopause

No Kesiapan menopause Frekuensi Persentase (%) 1 2 Tidak siap Siap 19 35 35 65

Total 54 100

Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

No Kecemasan menghadapi menopause Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 Tidak cemas Kecemasan ringan Kecemasan sedang 15 23 16 28 43 29


(10)

3.2 Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Chi Square Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Kesiapan

Kecemasan menghadapi menopause Tidak cemas Kecemasan

ringan

Kecemasan

sedang Total Frek % Frek % Frek % Frek %

Tidak 3 1 4 21 12 63 19 100 2

hitung =15,832 Siap 12 34 19 54 4 11 35 100 p-value = 0,000 Total 15 28 23 43 16 29 54 100 Keputusan= H0 ditolak

Tabulasi silang hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause menunjukkan pada responden dengan kategori tidak siap sebagian besar memiliki kecemasan sedang yaitu sebanyak 12 responden (63%) Hal ini dapat disebabkan karena bebrapa factor. Factor yang dapat mendukung hal tersebut diantaranya adalah adanya dukungan dari keluarga responden dan status ekonomi responden yang tergolong menengah. Dukungan keluarga mempengaruhi psikis responden dalam menghadapi perubahan yang terjadi selama masa menopause.

Sedangkan pada responden dengan kategori siap sebagian besar memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Tabulasi silang hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause tersebut menunjukkan bahwa responden yang siap menghadapi pra menopause cenderung memiliki kecemasan lebih ringan dibandingkan responden yang tidak siap menghadapi pra menopause. Hal ini disebabkan beberapa diantaranya adalah social ekonomi Pengaruh social ekonomi terhadap tingkat kesiapan dan kecemasan responden dalam menghadapi menopuseterkait erat dengan kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selanjutnya hasil uji Chi Square diperoleh nilai 2hitung sebesar 15,832 dengan tingkat signifikansi (p-value = 0,000). Keputusan uji adalah H0 ditolak (p-value < 0,05) sehingga disimpulkan terdapat hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi pra menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan.

4. PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Frekuensi Kesiapan menopause

Distribusi frekuensi kesiapan menopause menunjukkan distribusi tertinggi adalah siap yaitu sebanyak 35 responden (65%). Kesiapan ibu terhadap pra menopause merupakan kondisi ibu untuk mempersiapkan diri baik psikologis maupun fisik dalam menghadapi masa menopause.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause pada wanita antara lain tingkat pendidikan responden. Tingkat pendidikan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah lulus SMA/sederajat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, sehingga dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya kesiapan ibu dalam menghadapi menopause. Ibu yang memiliki pengetahuan kesehatan lebih baik akan lebih siap dalam menghadapi menopause sehingga terjadi perubahan yang baik atau positif. Pengetahuan yang baik membantu ibu memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani menopause.


(11)

Faktor lain yang berpengaruh dengan kesiapan seseorang menghadapi menopause yaitu kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kesiapannya menghadapi masa menopause. Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang menopause. Selain itu, kondisi kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kesiapan seorang wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasdu (2002) dimana keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan.

Umur seseorang juga berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi menopause. Umur seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan. Ada wanita yang merasa senang dan bahagia menempuh umur setengah baya dan peristiwa menopause. Keadaan ini disebabkan karena wanita yang sudah maupun menjelang menopause mempunyai anggapan bahwa menopause merupakan peristiwa alami dan akan dialami oleh semua wanita, sehingga mereka menganggap sebagai hal biasa. Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2010).

4.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

Distribusi frekuensi kecemasan menghadapi menopause menunjukkan distribusi tertinggi adalah kecemasan ringan sebanyak 23 responden (43%), selanjutnya kecemasan sedang sebanyak 16 responden (29%), dan tidak cemas sebanyak 15 responden (28%).

Masalah-masalah psikologis termasuk kecemasan muncul lebih banyak pada wanita usia menopause dibandingkan pada usia lainnya. Berkurangnya kemampuan wanita pada masa menopause menyebabkan terjadinya perubahan sosial wanita yang berdampak pada munculnya kecemasan terhadap peran wanita menopause di masa yang akan datang. (Nehle, et.al, 2014).

Tingkat kecemasan responden dalam menghadapi menopause dalam penelitian ini sebagian besar adalah ringan, hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi menopause. Kecemasan ibu dalam menghadapi menopause dapat dipengaruhi oleh faktor sikap, dukungan keluarga, pengetahuan dan gaya hidup. Sikap yaitu individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi positif, maka akan memberikan pengaruh positif kepada dirinya dan individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka akan memberikan pengaruh negatif pula pada dirinya termasuk kecemasannya. Dukungan keluarga berhubungan dengan seberapa banyak keluarga memahami dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu dalam menghadapi menopause. Sedangkan gaya hidup merupakan bagaimana pola hidup yang dilakukan oleh seorang individu salah satunya gaya hidup yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat (Farida, 2007).

Faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan responden adalah tingkat pendidikan responden. Aprilia dan Puspitasari (2007) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin mudah dalam memperoleh informasi.


(12)

Pengetahuan yang dimiliki oleh responden membantu responden untuk mengetahui segala sesuatu tentang menopause sehingga mereka dapat mempersiapkan lebih dini dan berdampak pada penurunan tingkat kecemasannya. Namun demikian tidak berarti bahwa orang yang berpendidikan rendah selalu berpengetahuan rendah, sebab pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh umur, pengalaman, pekerjaan, dan perolehan informasi.

4.3 Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Hasil uji Chi Square hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo diperoleh nilai 2hitung sebesar 15,832 (p-value = 0,000 < 0,05) sehingga disimpulkan terdapat hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan.

Kecemasan akan datangnya masa menopause umumnya terjadi pada perempuan yang memasuki usia 50 tahun. Rasa takut yang dialami oleh wanita antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami karena gairah seksual menurun. Setelah usia 45 tahun, seorang perempuan masih mengalami menstruasi tetapi tidak teratur lagi, sebagian perempuan telah mengalami gejala pre menopause. Masa menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang berupa penurunan produksi hormon estrogen dari indung telur karena ovarium yang sudah tua (Pribakti, 2012).

Pada masa menopause, produksi hormon estrogen dan progesteron menurun sehingga kadar yang ada di dalam darah sangat kecil. Karena berkurangnya hormon inilah yang menimbulkan berbagai gejala dan keluhan. Tidak hanya hormon estrogen dan progesteron yang mengalami penurunan tetapi juga hormon yang lain akan mengalami penurunan, termasuk hormon testosteron pada pria (Irianto, 2014). Menurunnya hormon tersebut dapat menimbulkan gejala fisik yang dialami saat menopause yaitu rasa panas atau hot flues yang tiba – tiba menyerang bagian tubuh, berkeringat saat malam hari, susah tidur, sakit kepala, kesusahan menahan buang air kecil, detak jantung meningkat, peningkatan berat badan (Spencer & Brown, 2007). Perubahan keseimbangan hormonal ini dapat menyebabkan gejala psikologwas yang ditandai dengan merasa tidak berharga, konsentrasi berkurang, emosi yang labil, suasana hati tidak menentu, merasa tidak berdaya, dan cemas (Glasier & Gebbie, 2006).

Banyak wanita yang mengeluh akan datangnya masa menopause yang menjadikan mereka menjadi pencemas. Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi. Wanita seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional. Umumnya wanita tersebut kurang mendapat informasi yang benar sehingga dibayangannya yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah masa menopause (Rostiana, 2009).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi pra menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian Ika (2009) tentang


(13)

hubungan kesiapan menghadapi menopause dengan kecemasan pada ibu premenopause. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kesiapan ibu dengan kecemasan ibu premenopause.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Kesiapan pra menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah siap.

2. Kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah kecemasan ringan.

3. Terdapat hubungan Kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

5.2 Saran

1. Bagi Wanita Menopause.

Wanita yang menjelang usia menopause hendaknya meningkatkan kesipan dalam menghadapi menopause sehingga dapat terhindar dari rasa cemas akan menurunya fungsi anggota reproduksi. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan khususnya keperawatan hendaknya ikut andil dalam peningkatan kesiapan masyarakat terhadap menopause, misalnya mahasiswa melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang menopause.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan obyek sejenis hendaknya menambah faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kecemasan ibu menopause misalnya faktor pengetahuan, sikap, dan budaya sehingga diketahui faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan kecemasan ibu menjelang menopause.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, N.I & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Wanita Premenopause. Jurnal Psikologi. Journal Of Public Health, Vol 4, No. 1, FK UNAIR.. Bappenas. (2013). Proyeksi Penduduk indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. http://depkes.go.id. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Elsayed Eman & Shokry Eman. (2012). Menopausal symptoms and the quality of life among pre/post menopausal women from rural area in Zagazig City. Life Science Journal, 2012; 9(2);283-91.

Farida. (2007). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Depresi Pada Wanita Menopause. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental (Online). .

Glasier, A & Gebbie, A. (2006). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.


(14)

Hidayat, A, A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data Ed 2. Jakarta: Salemba Medika.

Ika, N. (2009) Hubungan Kesiapan Menghadapi Menopause dengan Kecemasan pada Ibu Premenopause. Publikasi Penelitian. Yogyakarta: Program Pendidikan Ners-Program Ilmu Keperawatan Stikes Aisyiyah.

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Alfabeta. Kasdu, D. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Jakarta: Puspa Swara

Kronenberg Fredi. (2010). Menopausal Hot Flashes: A Review of Physiology and Biosociocultural Perspective on Methods of Assessment. The Journal of Nutrition. Clayman Institute for Gender Research, Stanford University, Stanford, CA 94305. Lombogia, moundy. (2014). Hubungan Perubahan Fisik dengan Kecemasan Wanita

Usia 40-50 Tahun dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Papusungan Kecamatan Lembeh Selatan. Juiperdo,vol,3. No,2.

Lannywati Ghani. (2009). Seluk Beluk Menopause. Media Penelit. Dan Pengembang. Kesehatan. Volume XIX Nomor 4

Nehle Parand avar, Leili Mosalanejad, Somaye Ramezanli & Fatemeh Ghavi. (2014). Menopause and Crisis? Fake or Real: Comprehensive Search to The Depth of Crisis Experienced: A Mixed-method Study. Global Journal of Health Science; Vol 6, No 2;2014.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pribakti. (2012). Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta: Sagung Seto.

Rostiana, Triana. (2009). Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause. Jurnal Psikologi,Vol3=,3. No,1.

Proverawati, Atikah dan Sulistyawati, Emi. (2010). Menopouse dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta. Numed.

Spencer, R, F., & Brown, P. (2007). Simple Guides Menopause. Jakarta: Erlangga.

Sylwia Wieder-Huszla , Małgorzata Szkup , Anna Jurczak , Agnieszka Samochowiec , Jerzy Samochowiec , Marzanna Stanisławska , Iwona Rotter , Beata Karakiewicz and

Elżbieta Grochans . (2014). Effects of Socio-Demographic, Personality and Medical

Factors on Quality of Life of Postmenopausal Women Int. J. Environ. Res. Public Health 2014, 11


(1)

2.

METODELOGI PENELITIAN

2.1

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Metode yang

digunakan adalah deskriptif dengan studi korelasi. Rancangan dalam penelitian ini

menggunakan rancangan

cross-sectional

yaitu penelitian yang dilakukan pada saat

bersamaan (Hidayat, 2014). Penelitian ini menjelaskan hubungan antara 2 variabel

yaitu variabel bebas dan variablel terikat. Variabel adalah kesiapan pra menopause

dan variabel terikat adalah kecemasan menghadapi menopause.

2.2

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan usia 40

50 tahun yang akan

memasuki masa menopause di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten

Sukoharjo. Jumlah populasi sebesar 117 orang yang ada di Desa Gentan. Sampel

penelitian sebanyak 54 responden dengan teknik

simple random sampling

.

2.3

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

2.4

Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat menggunakan

Chi Square.

3.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Univariat

Distribusi Frekuensi Kesiapan pra menopause

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kesiapan menopause

No Kesiapan menopause Frekuensi Persentase (%)

1 2

Tidak siap Siap

19 35

35 65

Total 54 100

Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

No Kecemasan menghadapi menopause Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Tidak cemas Kecemasan ringan Kecemasan sedang

15 23 16

28 43 29


(2)

3.2 Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Chi Square Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Kesiapan

Kecemasan menghadapi menopause Tidak cemas Kecemasan

ringan

Kecemasan

sedang Total

Frek % Frek % Frek % Frek %

Tidak 3 1 4 21 12 63 19 100 2

hitung =15,832

Siap 12 34 19 54 4 11 35 100 p-value = 0,000

Total 15 28 23 43 16 29 54 100 Keputusan= H0 ditolak Tabulasi silang hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause menunjukkan pada responden dengan kategori tidak siap sebagian besar memiliki kecemasan sedang yaitu sebanyak 12 responden (63%) Hal ini dapat disebabkan karena bebrapa factor. Factor yang dapat mendukung hal tersebut diantaranya adalah adanya dukungan dari keluarga responden dan status ekonomi responden yang tergolong menengah. Dukungan keluarga mempengaruhi psikis responden dalam menghadapi perubahan yang terjadi selama masa menopause.

Sedangkan pada responden dengan kategori siap sebagian besar memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Tabulasi silang hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause tersebut menunjukkan bahwa responden yang siap menghadapi pra menopause cenderung memiliki kecemasan lebih ringan dibandingkan responden yang tidak siap menghadapi pra menopause. Hal ini disebabkan beberapa diantaranya adalah social ekonomi Pengaruh social ekonomi terhadap tingkat kesiapan dan kecemasan responden dalam menghadapi menopuseterkait erat dengan kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selanjutnya hasil uji Chi Square diperoleh nilai 2hitung sebesar 15,832 dengan tingkat signifikansi (p-value = 0,000). Keputusan uji adalah H0 ditolak (p-value < 0,05) sehingga disimpulkan terdapat hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi pra menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan.

4.

PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Frekuensi Kesiapan menopause

Distribusi frekuensi kesiapan menopause menunjukkan distribusi tertinggi adalah siap yaitu sebanyak 35 responden (65%). Kesiapan ibu terhadap pra menopause merupakan kondisi ibu untuk mempersiapkan diri baik psikologis maupun fisik dalam menghadapi masa menopause.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause pada wanita antara lain tingkat pendidikan responden. Tingkat pendidikan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah lulus SMA/sederajat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, sehingga dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya kesiapan ibu dalam menghadapi menopause. Ibu yang memiliki pengetahuan kesehatan lebih baik akan lebih siap dalam menghadapi menopause sehingga terjadi perubahan yang baik atau positif. Pengetahuan yang baik membantu ibu memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani menopause.


(3)

Faktor lain yang berpengaruh dengan kesiapan seseorang menghadapi menopause yaitu kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kesiapannya menghadapi masa menopause. Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang menopause. Selain itu, kondisi kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya pada penderita penyakit kronis. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kesiapan seorang wanita menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasdu (2002) dimana keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan.

Umur seseorang juga berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi menopause. Umur seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan. Ada wanita yang merasa senang dan bahagia menempuh umur setengah baya dan peristiwa menopause. Keadaan ini disebabkan karena wanita yang sudah maupun menjelang menopause mempunyai anggapan bahwa menopause merupakan peristiwa alami dan akan dialami oleh semua wanita, sehingga mereka menganggap sebagai hal biasa. Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2010).

4.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan Menghadapi Menopause

Distribusi frekuensi kecemasan menghadapi menopause menunjukkan distribusi tertinggi adalah kecemasan ringan sebanyak 23 responden (43%), selanjutnya kecemasan sedang sebanyak 16 responden (29%), dan tidak cemas sebanyak 15 responden (28%).

Masalah-masalah psikologis termasuk kecemasan muncul lebih banyak pada wanita usia menopause dibandingkan pada usia lainnya. Berkurangnya kemampuan wanita pada masa menopause menyebabkan terjadinya perubahan sosial wanita yang berdampak pada munculnya kecemasan terhadap peran wanita menopause di masa yang akan datang. (Nehle, et.al, 2014).

Tingkat kecemasan responden dalam menghadapi menopause dalam penelitian ini sebagian besar adalah ringan, hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi menopause. Kecemasan ibu dalam menghadapi menopause dapat dipengaruhi oleh faktor sikap, dukungan keluarga, pengetahuan dan gaya hidup. Sikap yaitu individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi positif, maka akan memberikan pengaruh positif kepada dirinya dan individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka akan memberikan pengaruh negatif pula pada dirinya termasuk kecemasannya. Dukungan keluarga berhubungan dengan seberapa banyak keluarga memahami dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu dalam menghadapi menopause. Sedangkan gaya hidup merupakan bagaimana pola hidup yang dilakukan oleh seorang individu salah satunya gaya hidup yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat (Farida, 2007).

Faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan responden adalah tingkat pendidikan responden. Aprilia dan Puspitasari (2007) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin mudah dalam memperoleh informasi.


(4)

Pengetahuan yang dimiliki oleh responden membantu responden untuk mengetahui segala sesuatu tentang menopause sehingga mereka dapat mempersiapkan lebih dini dan berdampak pada penurunan tingkat kecemasannya. Namun demikian tidak berarti bahwa orang yang berpendidikan rendah selalu berpengetahuan rendah, sebab pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh umur, pengalaman, pekerjaan, dan perolehan informasi.

4.3 Hubungan antara Kesiapan Menopause dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Hasil uji Chi Square hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo diperoleh nilai 2hitung sebesar 15,832 (p-value = 0,000 < 0,05) sehingga disimpulkan terdapat hubungan kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan.

Kecemasan akan datangnya masa menopause umumnya terjadi pada perempuan yang memasuki usia 50 tahun. Rasa takut yang dialami oleh wanita antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami karena gairah seksual menurun. Setelah usia 45 tahun, seorang perempuan masih mengalami menstruasi tetapi tidak teratur lagi, sebagian perempuan telah mengalami gejala pre menopause. Masa menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang berupa penurunan produksi hormon estrogen dari indung telur karena ovarium yang sudah tua (Pribakti, 2012).

Pada masa menopause, produksi hormon estrogen dan progesteron menurun sehingga kadar yang ada di dalam darah sangat kecil. Karena berkurangnya hormon inilah yang menimbulkan berbagai gejala dan keluhan. Tidak hanya hormon estrogen dan progesteron yang mengalami penurunan tetapi juga hormon yang lain akan mengalami penurunan, termasuk hormon testosteron pada pria (Irianto, 2014). Menurunnya hormon tersebut dapat menimbulkan gejala fisik yang dialami saat menopause yaitu rasa panas atau hot flues yang tiba – tiba menyerang bagian tubuh, berkeringat saat malam hari, susah tidur, sakit kepala, kesusahan menahan buang air kecil, detak jantung meningkat, peningkatan berat badan (Spencer & Brown, 2007). Perubahan keseimbangan hormonal ini dapat menyebabkan gejala psikologwas yang ditandai dengan merasa tidak berharga, konsentrasi berkurang, emosi yang labil, suasana hati tidak menentu, merasa tidak berdaya, dan cemas (Glasier & Gebbie, 2006).

Banyak wanita yang mengeluh akan datangnya masa menopause yang menjadikan mereka menjadi pencemas. Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi. Wanita seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional. Umumnya wanita tersebut kurang mendapat informasi yang benar sehingga dibayangannya yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah masa menopause (Rostiana, 2009).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin siap ibu menghadapi pra menopause maka tingkat kecemasannya semakin ringan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian Ika (2009) tentang


(5)

hubungan kesiapan menghadapi menopause dengan kecemasan pada ibu premenopause. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kesiapan ibu dengan kecemasan ibu premenopause.

5.

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Kesiapan pra menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah siap.

2. Kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah kecemasan ringan.

3. Terdapat hubungan Kesiapan pra menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

5.2 Saran

1. Bagi Wanita Menopause.

Wanita yang menjelang usia menopause hendaknya meningkatkan kesipan dalam menghadapi menopause sehingga dapat terhindar dari rasa cemas akan menurunya fungsi anggota reproduksi. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan khususnya keperawatan hendaknya ikut andil dalam peningkatan kesiapan masyarakat terhadap menopause, misalnya mahasiswa melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang menopause.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan obyek sejenis hendaknya menambah faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kecemasan ibu menopause misalnya faktor pengetahuan, sikap, dan budaya sehingga diketahui faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan kecemasan ibu menjelang menopause.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, N.I & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Wanita

Premenopause. Jurnal Psikologi. Journal Of Public Health, Vol 4, No. 1, FK UNAIR..

Bappenas. (2013). Proyeksi Penduduk indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. http://depkes.go.id. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Elsayed Eman & Shokry Eman. (2012). Menopausal symptoms and the quality of life among

pre/post menopausal women from rural area in Zagazig City. Life Science Journal,

2012; 9(2);283-91.

Farida. (2007). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Depresi Pada Wanita Menopause.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental (Online). .

Glasier, A & Gebbie, A. (2006). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:

EGC.


(6)

Hidayat, A, A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data Ed 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Ika, N. (2009) Hubungan Kesiapan Menghadapi Menopause dengan Kecemasan pada Ibu

Premenopause. Publikasi Penelitian. Yogyakarta: Program Pendidikan Ners-Program

Ilmu Keperawatan Stikes Aisyiyah.

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Alfabeta.

Kasdu, D. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Jakarta: Puspa Swara

Kronenberg Fredi. (2010). Menopausal Hot Flashes: A Review of Physiology and

Biosociocultural Perspective on Methods of Assessment. The Journal of Nutrition.

Clayman Institute for Gender Research, Stanford University, Stanford, CA 94305.

Lombogia, moundy. (2014). Hubungan Perubahan Fisik dengan Kecemasan Wanita

Usia 40-50 Tahun dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Papusungan

Kecamatan Lembeh Selatan. Juiperdo,vol,3. No,2.

Lannywati Ghani. (2009). Seluk Beluk Menopause. Media Penelit. Dan Pengembang.

Kesehatan. Volume XIX Nomor 4

Nehle Parand avar, Leili Mosalanejad, Somaye Ramezanli & Fatemeh Ghavi. (2014).

Menopause and Crisis? Fake or Real: Comprehensive Search to The Depth of Crisis

Experienced: A Mixed-method Study. Global Journal of Health Science; Vol 6, No

2;2014.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pribakti. (2012). Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta: Sagung Seto.

Rostiana, Triana. (2009). Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause. Jurnal

Psikologi,Vol3=,3. No,1.

Proverawati, Atikah dan Sulistyawati, Emi. (2010). Menopouse dan Sindrom Premenopause.

Yogyakarta. Numed.

Spencer, R, F., & Brown, P. (2007). Simple Guides Menopause. Jakarta: Erlangga.

Sylwia Wieder-

Huszla , Małgorzata Szkup , Anna Jurczak , Agnieszka Samochowiec , Jerzy

Samochowiec , Marzanna Stanisławska , Iwona Rotter , Beata Karakiewicz and

Elżbieta Grochans . (2014). Effects of Socio

-Demographic, Personality and Medical

Factors on Quality of Life of Postmenopausal Women Int. J. Environ. Res. Public

Health 2014, 11


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI PERUMAHAN SEWON ASRI YOGYAKARTA

1 10 91

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU Hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu Pkk di desa gentan kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu Pkk di desa gentan kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo.

0 4 8

HUBUNGAN ANTARA MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN PADA WANITA.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Kla

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

0 0 7

HUBUNGAN GANGGUAN MASA MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU MENOPAUSE DI DESA DAWUHAN KECAMATAN PURWOASRI KABUPATEN KEDIRI

0 0 11

HUBUNGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN SOROLATEN SIDOKARTO GODEAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kesiapan Menghadapi Menopause dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Premenopause di Dusun Sorolaten Si

1 3 24

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DESA MURTIGADING SANDEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan tentang Menopause terhadap Kesiapan Menghadapi Menopause pada Ibu Premenopause di D

0 0 13

HUBUNGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI CABANG ‘AISYIYAH KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kesiapan Menghadapi Menopause dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Menghadapi Menopau

0 0 22