REGISTER PERDAGANGAN DI BETENG TRADE CENTER SOLO : SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Register Perdagangan Di Beteng Trade Center Solo : Sebuah Kajian Sosiolinguistik.

(1)

REGISTER PERDAGANGAN DI BETENGTRADE CENTER SOLO : SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Sarjana Pendidikan S-1

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Diajukan Oleh:

ANDIKA RAHMADANI SANJAYA A310080110

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

1

REGISTER PERDAGANGAN DI BETENG TRADE CENTER SOLO: SEBUAH KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Andika Rahmadani Sanjaya, A.310080110,

PBSID, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012 ABSTRAK

Artikel ini membahas mengenai bentuk pemakaian dan fungsi pengungkapan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo. Objek dalam penelitian ini berupa pemakaian register perdagangan pada wacana promosi dan percakapan tawar-menawar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak, teknik rekam, teknik catat, dan teknik wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa bentuk pemakaian register perdagangan di Beteng Trade Center Solo didasarkan pada pilihan ragam lisan dan ragam tulis. Pilihan ragam lisan dalam register perdagangan dibagi kedalam bentuk berdasarkan kategori, bentuk tuturan ringkas, dan bentuk penggunaan sapaan. Berdasarkan (1) kategori ditemukan bentuk nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. (2) Bentuk tuturan ringkas berupa bentuk pemendekan dan singkatan. (3) Bentuk sapaan berupa penggunaan kata kekerabatan dan nama diri secara langsung. Pilihan ragam tulis dalam register perdagangan ditandai dengan adanya wacana promosi bentuk tuturan ringkas yang berupa bentuk pemendekan, pelesapan, singkatan, dan akronim serta penggunaan gaya bahasa hiperbola. Fungsi pengungkapan register perdagangan pada intinya untuk bertransaksi jual-beli yang terdiri dari kegiatan menawarkan barang, menilai barang, menanyakan harga, meminati barang, tawar-menawar harga dan kegagalan transaksi. Fungsi yang lainnya berupa fungsi mengungkapkan perasaan dan fungsi melucu atau mengurangi ketegangan antara penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi jual-beli. Kata Kunci: register perdagangan, wacana promosi, jual-beli, tawar-menawar.

1. Pendahuluan

Situasi kebahasaan masyarakat tutur kota Solo ditandai dengan pemakaian beberapa bahasa. Bahasa yang dipakai dalam masyarakat tersebut adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta pemakaian bahasa daerah lainnya. Pemakaian bahasa dapat bervariasi, hal itu disebabkan adanya faktor yang berhubungan dengan situasi pertuturan. Salah satu penggunaan

variasi bahasa dalam masyarakat tutur di kota Solo terlihat pada variasi bahasa yang digunakan oleh para pedagang. Para pedagang akan menggunakan bentuk bahasa yang memiliki kekhasan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam kegiatan sosialnya.

Bentuk variasi bahasa yang memiliki kekhasan sesuai dengan situasi dan kebutuhan bahasa yang digunakan dalam bidang


(3)

2 perdagangan disebut dengan register perdagangan. Penerapan register perdagangan terjadi didalam interaksi jual-beli. Misalnya, penggunaan wacana promosi dan percakapan antara pedagang dan pembeli yang membicarakan satu tujuan, yaitu untuk menarik perhatian dan mendapatkan keuntungan. Dari situlah terjadi tawar-menawar harga, yang menggunakan bahasa yang khas. Penggunaan register perdagangan dapat dilihat pada wacana promosi dan percakapan yang terjadi dalam interaksi pedagang dan pembeli di Beteng Trade Center.

Beteng Trade Center

merupakan salah satu tempat bertemunya antara pedagang dengan pembeli dalam melakukan interaksi jual-beli. Sebagai suatu komunitas sosial, tempat tersebut memiliki nilai sosial yang tinggi, sehingga di tempat tersebut banyak dijumpai gejala sosial. Gejala sosial yang terjadi di Beteng Trade

Center salah satunya adalah

pilihan bahasa yang digunakan oleh kelompok pedagang dan pembeli. Para pedagang dan pembeli berusaha agar mendapatkan transaksi yang menguntungkan. Upaya kedua belah pihak tersebut tercermin pada pilihan bahasa mereka gunakan.

Pilihan bahasa dalam bidang perdagangan akan mencerminkan kekhasan pemakaian bahasa bagi kelompok pedagang di Beteng Trade Center Solo. Kelompok pedagang berkomunikasi dengan memilih bentuk bahasa yang khusus

berdasarkan lingkup profesi bidang perdagangan untuk tujuan berkomunikasi. Pedagang dan pembeli akan menyepakati bahasa yang akan digunakan dalam kelompoknya. Bahasa yang telah disepakati akan menjadi ciri khas variasi pemakaian bahasa dalam bidang perdagangan.

Register perdagangan merupakan salah satu situasi kebahasaan yang menarik untuk dikaji. Salah satu bentuk register perdagangan dalam interaksi jual-beli dapat berupa wacana promosi dan dialog tawar-menawar antara pedagang dan pembeli. Fenomena pemakaian register perdagangan merupakan fenomena yang sangat menarik. Register perdagangan di

Beteng Trade Center menjadi

masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini. Tempat ini dipilih dengan berbagai pertimbangan. Pertama, di tempat ini terdapat pemakaian bahasa yang beragam. Kedua, pedagang dan pembeli di lokasi ini berasal dari berbagai latar belakag sosial yang berbeda.

Ketiga, tempat ini merupakan

salah satu tempat wisata di kota Solo sehingga banyak pengunjung yang berasal dari daerah lain. Dengan demikian, perbedaan latar belakang sosial pedagang dan pembeli menyebabkan munculnya pemakaian bahasa dengan istilah-istilah yang khas dalam bidang perdagangan.

Pemakaian bahasa yang khas dalam bidang perdagangan (register perdagangan) yang diteliti layak dikaji dari segi sosiolinguistik. Pengkajian bahasa dari segi sosiolinguistik ini akan bermanfaat dengan mencermati


(4)

3 dan mengkaji pemakaian bahasa bidang pedagangan. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian mengenai bentuk dan fungsi pemakaian register perdagangan di Beteng Trade Center Solo. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk pemakaian dan fungsi pengungkapan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah sumber kajian sosiolinguistik mengenai register perdagangan. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata suatu masyarakat tutur

khususnya dari segi

kebahasaannya. Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran sebuah perkembangan bahasa. Wujud perkembangan tersebut yakni mengenai bentuk pemakaian dan fungsi pengungkapan register khususnya bidang perdagangan, sehingga bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Sebagai landasan teori dinyatakan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian ini yaitu, kajian sosiolinguistik, variasi bahasa,dan register. Disiplin ilmu antara sosiologi dan linguistik disebut dengan sosiolinguistik. Objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa saja, tetapi bahasa dapat dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat (Chaer dan Leonie, 2004: 3). Sebagaimana yang dijelaskan Kunjana (2001:12), sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan

memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarakat penutur bahasa.

Register merupakan salah satu jenis dari beberapa macam jenis variasi bahasa dilihat berdasarkan kebutuhan pemakaian bahasa. Variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakainya. Setiap bahasa yang akan digunakan untuk keperluan tertentu disebut dengan fungsiolek, ragam, atau register (Chaer dan Leoni, 2004: 90).

Konsep register

dikemukakan oleh

Poedjosoedarmo (2001: 171-172), bahwa register merupakan salah satu sub bidang kajian sosiolinguistik yang membahas mengenai penyampaian bermacam ragam maksud melalui variasi tutur atau jenis wacana yang sifatnya khas. Penjelasan lebih lanjut, Poedjosoedarmo juga menyebutkan adanya register khusus yang didefinisikan sebagai variasi bahasa, yang bentuknya dibentuk oleh isi maksudnya. Misalnya, domain politik kekuasaan, ekonomi, seni budaya, ragam kepercayaan, ilmu dan teknologi.

Dari konsep register yang telah dipaparkan di atas, konsep Poedjosoedarmo sebagai landasan utama dan konsep lainnya sebagai penunjang dalam penelitian ini. Penulis dapat menyimpulkan bahwa register merupakan bentuk variasi bahasa atau wacana yang memiliki sifat yang khas. Sifat yang khas tersebut terbentuk dari berbagai kebutuhan pemakaian bahasa. Register ini


(5)

4 biasanya dipakai oleh suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan memunculkan variasi-variasi bahasa yang khas.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tempat pengumpulan data yaitu di

Beteng Trade Center Solo.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan strategi penelitian deskriptif kualitatif, yaitu membuat deskripsi secara nyata dan faktual mengenai pemakaian bahasa perdagangan yang didiskripsikan menggunakan kata-kata.

Obyek penelitian ini pemakaian register perdagangan pada wacana promosi dan percakapan tawar-menawar di Beteng Trade Center Solo. Sumber data berupa penggunaan bahasa kelompok pedagang di Beteng Trade Center Solo. Penelitian ini mengunakan data lisan dan data tertulis. Data lisan diambil dari peristiwa tutur dalam transaksi jual-beli yang berupa percakapan tawar-menawar. Sedangkan data tertulis berupa wacana promosi sebagai bentuk ragam tulis register perdagangan dan nama toko yang merupakan lokasi pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak menggunakan teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap merupakan teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan (Mahsun, 2007: 92). Teknik ini

digunakan untuk mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa pedagang dan pembeli di Beteng Tr a de

Center Solo. Selanjutnya

menggunakan teknik rekam dengan cara merekam tuturan yang akan diteliti tanpa sepengetahuan informan dengan menggunakan alat perekam (handphone). Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat wajar dan alami. Kemudian hasil rekaman tersebut ditranskripsikan dan diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Kemudian penelitian ini menggunakan teknik catat untuk mencatat hasil rekaman dan mencatat data tertulis yaitu wacana promosi yang berkaitan dengan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo.

Penelitian ini

menggunakan teknik padan referensial. Teknik ini digunakan untuk menentukan dan menganalisis bentuk dan fungsi register perdagangan di Beteng Trade Center di Solo. Penyajian hasil analisis data penelitian ini menggunakan metode penyajian formal dan informal. Teknik penyajian formal dengan menggunakan tanda (…) untuk menunjukkan proses morfologis dan tanda ‘…’ untuk menyatakan makna. Adapun penggunaan lambang dalam penelitian ini berupa bentuk singkatan (DL, DT, PJ, dan PB). Penyajian data informal digunakan pada deskripsi hasil analisis data yang berupa kata-kata dan pemaparannya yang berupa kata-kata.


(6)

5 3. Hasil dan Pembahasan

a. Bentuk Pemakaian Register Perdagangan di Beteng Trade Center Solo

Pilihan ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok pedagang menyangkut pilihan ragam bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh sebab itu, dalam aktivitas perdagangan di Beteng

Trade Center banyak dijumpai

penggunaan ragam bahasa tulis dan lisan. Penggunaan bahasa lisan dapat berupa wacana lisan percakapan tawar-menawar antara pedagang dan pembeli. Penggunaan bahasa lisan dalam percakapan tawar-menawar terdapat penggunaan ragam bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa asing dan dialek dari beberapa daerah. Sedangkan penggunaan bahasa tulis ditandai dengan adanya wacana tulis promosi yang sengaja digunakan untuk menarik perhatian pembeli.

Ragam lisan register perdagangan berbentuk satuan-satuan lingual dapat berwujud kata, frase, klausa, kalimat, atau wacana. Bentuk pemakaian register perdagangan ragam lisan dalam penelitian ini didasarkan pada tiga bentuk yaitu (1) bentuk register berdasarkan kategori, (2) bentuk tuturan ringkas, dan (3) bentuk sapaan register perdagangan. Sedangkan ragam tulis register perdagangan di bagi atas bentuk tuturan ringkas dan bentuk wacana promosi.

1) Bentuk Ragam Lisan Register Perdagangan Berdasarkan Kategori

Bentuk ragam lisan register perdagangan di Beteng Trade

Center Solo tampak pada data

yang berupa percakapan antara pedagang dengan pembeli ketika melakukan tawar-menawar. Interaksi tawar-menawar antara pedagang dan pembeli terdapat penggunaan kosakata-kosakata khusus yang sering digunakanan dalam percakapan sehari-hari. Penemuan kosakata khusus sebagai bentuk register perdagangan dapat dibedakan berdasarkan kategori meliputi: kategori nomina, verba, adjektiva, dan adverbia.

a) Kategori Nomina

Nomina memiliki fungsi sebagai subjek, objek, ataupun pelengkap dalam kalimat. Ditemukan penggunaan bentuk nomina yang menunjukkan jenis kain berupa kosakata: semi sutra, sifon, polosan, puring, paris, saten, lurik, keong, lereng, mego mendung, bakul, dan langganan. Penggunaan bentuk nomina dalam register perdagangan di Beteng Trade

Center dapat diamati pada

data berikut.

(1) Semi sutra napa bahan jatuh? Napa lurik niki?

‘Semi sutra apa bahan

jatuh? Apa lurik ini?’ (DL3/10.Jan.12)

(2) Nek kamu tiga setengah meter. Ini kainnya sifon lho.

‘Kalau kamu tiga

setengah meter. Ini

kainnya sifon lho.’

(DL7/22.Jan.12)

(3) Satunya polos, tapi sini nggak ada polosan.


(7)

6 ‘Satunya polos, tetapi disini tidak ada polosan.’

(4) Ini sejenis puring,

namanya saten. Tapi ini

ya bagus kok,

bagaimana?

‘Ini sejenis puring, namanya saten. Tetapi ini

ya bagus kok,

bagaimana?’ (DL7/22.Jan.12)

(5) Iya paris ini, dipke adem. ‘Iya paris ini, depakai

dingin.’ (DL9/22.Jan.12)

(6) Lurik itu apa mbak? (7) Seng niki keong.

‘Yang ini keong.’

(DL3/10.Jan.12)

(8) Yen lereng po mega

mendung mbalah tak wenehne. Yen gelem tak

padakne buke kuwi

wolulas setengah.

‘Kalau lereng apa mega

mendung malah saya berikan. Kalau mau saya samakan ibunya itu delapan belas setengah.’ (DL16/27.Jan.12)

(9) Iso banget no, bakul wes suwe kok Buk.

‘Bisa sekali no, penjual sudah lama kok Buk.’ (DL20/29.Jan.12)

(10)Nggo pelanggan yo ojo dilarangke ben laris.

‘Buat pelanggan ya

jangan dimahalkan biar

laris.’ (DL4/14.Jan.12)

Data di atas menunjukkan penggunaan bentuk nomina register pedagangan. Pada data (1)-(5) ditemukan kosakata yang merupakan bentuk nomina dari jenis-jenis kain yang

dijajakan oleh pedagang di

Beteng Trade Center Solo.

Pada data (1) terdapat nomina semi sutra yang berarti jenis kain yang berbahan setengah sutra. Data (2) terdapat bentuk nomina sifon yang berarti jenis kain yang bahannya sangat lembut, halus, transparan, dan jatuh mengikuti bentuk badan. Pemakaian kosakata polosan terdapat pada data (3) yang berarti jenis kain tanpa motif atau polos. Kosakata puring terdapat pada data (4) yang berarti jenis kain bagian dalam, dan kosakata saten juga terdapat dalam data (4) yang berarti jenis kain serupa dengan puring yang halus. Pada data (5) terdapat kosakata paris yang berarti jenis kain berbahan dingin.

Data (6)-(8) terdapat nomina yang menandakan motif kain. Kosakata lurik terdapat pada data (6) yang berarti kain batik yang bermotif lurik-lurik. Kosakata keong terdapat pada data (7) yang berarti kain batik yang bermotif menyerupai bentuk keong. Kosakata lereng hanya terdapat pada data (8), yang berarti kain batik yang bermotif lereng. Sedangkan kosakata mego mendung pada data (10) berarti kain batik yang bermotif seperti mega/awan mendung.

Pada data (9) terdapat kosakata bakul. Kosakata bakul berpadanan dengan orang yang berdagang atau penjual. Karena kebiasaan


(8)

7 beraktivitas dengan menggunakan bahasa Jawa, maka pedagang disebut dengan bakul. Pada data (10) terdapat kosakata pelanggan yang berarti orang sebagai pembeli tetap.

b) Kategori Verba

Verba menempati satu fungsi dalam kalimat yaitu sebagai predikat. Dalam tuturan lisan register perdagangan di Beteng Trade

Center terdapat penggunaan

verba antara lain: kulakan, dijajal, carike/carikan, nganyang, ngawis, ndawuhi, entul-entulan, dan tawa. Adapun penggunaan verba pada register perdagangan di

Beteng Trade Center dapat

dilihat pada beberapa data berikut.

(11) Dereng pikantuk,

kulakane men dereng angsal.

‘Belum boleh,

belanjanya saja belum boleh.’

(DL4/14.Jan.12) (12) Haduh… jangan gitu

to Buk, dijajal dulu boleh kok.

‘Aduh… jangan begitu to Buk, dicoba dulu

boleh kok.’

(DL9/22.Jan.12)

(13) Lha mang nganyang

pinten?

‘Silahkan nawar

berapa?’

(DL13/2.Jan.12)

(14) Mbok ya ndawuhi

riyin.

‘Mbok ya menawar dulu.’

(15) Nggih kirang sekedhik

saged, mangga

ngawis.

‘Ya kurang sedikit boleh, silahkan

menawar ’

(DL24/5.Feb.12)

(16) Kacek mangatus, bet

mau mung

entul-entulan det sewu lho iki.

‘Selisih lima ratus, dari tadi hanya entul-entulan uang seribu lho

ini.’ (DL16/27.Jan.12)

(17) Mboten, le tawa we

ora akeh kok.

Tidak, menawarkanya saja tidak banyak kok.’ (DL24/5.Feb.12) Data di atas menunjukkan penggunaan bentuk verba dalam tuturan lisan register perdagangan di

Beteng Trade Center. Data

(11) terdapat penggunaan kosakata kulakan yang berarti aktivitas pedagang dalam mengambil/membeli barang dagangannya. Pada data (12) terdapat kosakata dijajal memiliki maksud yang sama

yaitu pedagang

mempersilahkan pembeli yang ingin mencoba barang yang akan dibelinya. Pada data (13) terdapat kosakata nganyang, (14) terdapat kosakata ndawuhi, dan pada data (15) terdapat kosakata ngawis. Ketiga kosakata tersebut memiliki maksud yang sama yaitu menawar. Kosakata nganyang, ndawuhi dan ngawis biasanya dituturkan pedagang dengan didahului


(9)

8 kata (mang/mangga) yang berarti mempersilahkan pembeli untuk menawar. Pada data (16) terdapat kosakata entul-entulan, yang dituturkan pedagang kepada pembeli. Kosakata entul-entulan merupakan padanan dari proses tawar-menawar yang lama. Pada data (17) terdapat kosakata tawa. Kosakata tersebut dituturkan pedagang dengan meksud memberikan harga kepada pembeli.

c) Kategori Adjektiva

Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Adjektiva berupa keterangan pada frasa nominal. uturan lisan register perdagangan ditemukan penggunaan adjektiva antara lain: pas, grosir, pepetane, pol, kasap, BS, dobel, allsize, ther, mentah, dan mateng. Berikut ini data yang menunjukkan penggunaan adjektiva dalam register perdagangan di Beteng Trade Center Solo.

(18) Ya ndak boleh, ini

harga pas.

‘Ya tidak boleh, ini

harga pas.’

(DL1/08.Nov.11)

(19) Iya, ini sudah murah

harga

grosir.(DL7/22.Jan.12) (20) Pun kula pole seket

gangsal.

‘Sudah saya maksimal

lima puluh lima. (DL25/5.Feb.12)

(21) Lha pepetane do towo

mesti telung puluh.

‘Lha pepetannya pada

menawarkaan pasti

tiga puluh.’

(DL16/27.Jan.12) (22) kasap, aluse kya ngene

no, pitung puluh

mawon.

‘Tidak kasap, halusnya seperti ini no. Tujuh

puluh saja.’

(DL13/2.Jan.12)

(23) Dilihat dulu nanti

kalau BS.

(DL15/27.Jan.12)

(24) Lebare dobel berarti

satu setengah mbak?

‘Lebarnya dobel,

berarti satu setengah Mbak?’

(DL1/08.Nov.11) (25) Niki all size Buk, satu

ukuran. Dicoba dulu saja ndak papa.

‘Ini allsize Buk, satu ukuran. Dicoba dulu saja tidak apa-apa.’ (DL12/22.Jan.12)

(26) Tulung golekno warna

seng ojo ther Mbak Watik, model anyar.

(27) ‘Tolong carikan warna

yang jangan ther Mbak Watik.

(DL2/10.Jan.12)

(28) Coklat mentah niki

pripun?

‘Coklat mentah ini bagimana?’

(29) Mengke puring warna

mateng, wah ketingal jos mengke.

‘Nanti puringnya

warna matang, wah kelihatan bagus nanti.’ (DL22/5.Feb.12)


(10)

9 Data di atas merupa-kan register perdagangan yang dituturkan oleh pedagang dan pembeli di Beteng Trade Center Solo. Pada data (18) ditemukan kosakata pas yang digunakan para pedagang untuk menyatakan harga yang tidak dapat ditawar lagi. Pada data (19) ditemukan kosakata grosir untuk memberi kesan bahwa harga sudah murah. Pada data (20) ditemukan kata pol yang berarti pembeli sudah memaksimalkan harga barang yang akan dibeli. Pada data (21) ditemukan kosakata pepetane sengaja dituturkan oleh pedagang dengan maksud harga yang diberikan sudah murah agar tidak ditawar lagi. Pada data (22) terdapat kosakata kasap yang berarti kain yang memiliki sifat kasar. Pada data (23) terdapat penggunaan kosakata BS yang merupakan singkatan dari barang sortiran. Kosakata BS digunakan untuk kain yang digolongkan kain rusak/cacat. Pada data (24) terdapat kosakata dobel. Kosakata dobel merupakan serapan serapan bahasa asing dari kata double. Penggunaan kosakata dobel ini biasanya didahului dengan kata (lebar). Kosakata dobel berarti kain yang lebarnya satu setengah meter. Pada data (25) terdapat kosakata all size. Kosakata all size merupakan kosakata asing. Penggunaan kosakata all size dalam tuturan pedagang memiliki arti semua ukuran sama yang digunakan

untuk menyatakan satu ukuran. Pada data (26) terdapat kosakata ther. Pada data (27) terdapat kosakata mentah. Pada data (28) terdapat kosakata mateng. Kosakata ther dan mateng digunakan untuk menyebut warna tua, sedangkan kosakata bening, mudha, mentah, digunakan untuk menyebut warna muda.

d) Kategori Adverbia Adverbia merupakan kata yang memberi keterangan pada kata lain. Register perdagangan ditemukan kosakata soale, kemarin, naik, kono, dan toko. Penggunaan kategori adverbia pada ragam lisan register perdagangan dapat diamati pada data berikut.

(30) Yang ini tadine dua

lima jadi tiga puluh, soale kemarin sudah naik.

‘Yang ini tadinya dua lima menjadi tiga puluh, karena kemarin

sudah naik.’

(DL1/08.Nov.11)

(31) Wong kono mau mung

selawe kok, soale wes langganan lho Buk. ‘Orang disana tadi hanya dua puluh lima ribu kok, karena sudah langganan lho Buk.’ (DL4/14.Jan.12)

(32) Pitulas, neng toko wae

ya pitulas.

’Tujuh belas, di toko saja ya tujuh belas.’ (DL19/29.Jan.12)


(11)

10 Data di atas menunjuk-kan tuturan yang mengguna-kan bentuk adverbia. Pada data (30) terdapat kosakata soale. Penggunaan adverbia yang ditandai dengan kosakata soale (bahasa Indonesia : karena) dapat menerangkan sebab. Pada data (30) terdapat kosakata kemarin merupakan bentuk adverbia yang menunjukkan keterangan waktu. Pada data (31) terdapat kosakata kono. Kosakata kono merupakan kosakata bahasa Jawa yang berarti tempat yang jauh dari penutur. Pada data (32) terdapat kosakata toko yang berarti tempat untuk berjualan.

2) Ragam Lisan Register Perdagangan Berdasarkan Bentuk Tuturan Ringkas Register Perdagangan.

Register perdagangan di

Beteng Trade Center yang

memilih ragam lisan menggunakan bentuk tuturan ringkas. Penggunaan bentuk tuturan ringkas menunjuk pada ciri pemakaian bahasa yang mengalami pemendekan. Register perdagangan di Beteng

Trade Center Solo terdapat

bentuk tuturan ringkas yang berupa pemendekan dan singkatan. Berikut ini rincian bentuk pemendekan dan singkatan yang digunakan dalam ragam lisan register perdagangan di beteng Trade Center Solo.

a) Pemendekan

Pemendekan pada ragam lisan register perdagang-an di beteng Trade Center Solo sama halnya dengan pemendekan pada ragam tulis. Pemendekan dimanfaatkan dengan melakukan penghilang-an sebagipenghilang-an dari kata atau frasa. Ditemukan pemendekan dalam tuturan register perdagangan antara lain: Sedheret, modif, sejenis, promo, dan minim. Berikut ini data wacana lisan yang memanfaatkan bentuk pemendekan.

(33)meter.’ Ini semua, sedheret

tiga lima. (DL1/08.Nov.11) (34)Apa dua modif saja mbak?

malah bagus Mbak.

(35)Ini sejenis puring, namanya saten. Tapi ini ya bagus kok, bagaimana?

‘Ini satu jenis puring, namanya saten. Tetapi ini ya bagus

kok, bagaimana?

(DL7/22.Jan.12)

(36)Karena ini promo,menam

puluh. (DL14/27.Jan.12)

(37)Panjang minim ya dua

meter.

‘Panjang minim dua (DL16/27.Jan .12)

Data di atas merupa-kan bentuk pemendek-an register perdagangan di

Beteng Trade Center Solo.

Pada data (33) terdapat kata sedheret yang merupakan pemendekan dari (satu deret) yang berarti satu urutan tempat. Pada data (34) terdapat bentuk pemendekan modif dari kata (modifikasi). Pada data (35) terdapat kata


(12)

11 sejenis yang merupakan pemendekan dari (satu jenis). Pada data (36) terdapat kata promo yang merupakan pemendekan dari kata (promosi). Pada data (37) terdapat kata minim yang merupakan pemendekan dari kata (minimal) yang berarti titik terendah.

b) Singkatan

Wacana lisan register perdagangan di Beteng Trade

Center Solo menggunakan

bentuk penyingkatan. Bentuk penyingkatan yang muncul dengan mengambil huruf awal dan huruf kedua yaitu bentuk penyingkatan kw Satu dan kw dua. Selain itu, singkatan muncul dengan mengambil huruf awal setiap katanya yaitu bentuk bs dan bs-an.

Penggunaan bentuk

penyingkatan pada wacana lisan register perdagangan dapat diamati pada data berikut.

(38) Lha iya, sudah murah. Nambah tujuh ribu lagi Buk, kainnya yang kw satu. (DL9/22.Jan.12)

(39) Dilihat dulu nanti kalau bs. (DL15/27.Jan.12)

Data di atas merupakan data lisan register perdagangan yang ditemukan bentuk penyingkatan. Pada data (38) terdapat bentuk kw yang diiku merupakan bentuk penyingkatan dengan mengambil huruf awal dan huruf kedua dari kata (kw)alitas (baku: kualitas). Bentuk penyingkatan kw ini

merupakan bentuk penilaian kualitas kain. Pada data (39) terdapat penggunaan bentuk bs yang merupakan singkatan dari barang sortir digunakan untuk kain yang digolongkan kain rusak/cacat.

3) Ragam Lisan Register Perdagangan Berdasarkan Bentuk Sapaan

Para pedagang di Beteng

Trade Center ketika ingin

berinteraksi dengan pembeli menggunaan bentuk sapaan. Penggunaan bentuk sapaan menandakan ciri kekhasan sapaan register perdagangan. Bentuk sapaan yang muncul yaitu sapaan kekerabatan dan nama diri secara langsung. Berikut ini disajikan data sapaan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo.

a) Sapaan kekerabatan

Penggunaan sapaan kekerabatan dapat menandai adanya tingkat hubungan keakraban antara penjual dan pembeli. Ditemukan beberapa kata sapaan kekerabatan, antara lain: Mbak, Dek (Adek), Buk (Ibuk), dan Nyah. Penggunaan sapaan kekerabatan pada ragam lisan register perdagangan dapat dilihat pada data berikut.

(40) Coba ditempelkan

dulu, Dek.

(DL1/08.Nov.11) (41) Salem ngge cah enem,

Buk.

‘Salem untuk anak muda,


(13)

12

(42) Padosane napa Mbak?

‘Carinya apa Mbak?’ (DL3/10.Jan.12)

(43) Kebaya untuk apa

Nyah?(DL5/14.Jan.12 )

b) Sapaan Nama Diri Secara Langsung

Sapaan nama diri secara langsung digunakan apabila pedagang dan pembeli memiliki hubungan yang akrab. Ditemukan sapaan nama diri secara langsung yaitu Mbak Watik. Pedagang dan pembeli kebanyakan tidak memiliki hubungan yang akrab dan tidak saling mengenal,

sehingga sering

menggunakan sapaan kekerabatan.

(44) Kangge manten

Mbak Watik.

‘Untuk manten Mbak Watik.’

(DL2/10.Jan.12) 4) Ragam Tulis Register

Perdagangan Berdasarkan bentuk Tuturan Ringkas

Beberapa pedagang di Beteng

Trade Center Solo memilih

menggunakan bentuk ragam tulis yang berupa wacana promosi. Wacana tulis promosi berbentuk tuturan ringkas dan menggunakan pilihan gaya bahasa. Tuturan promosi banyak memanfaatkan unsur pemendekan, pelesapan, akronim, dan singkatan. Selain itu, wacana promosi juga memanfaatkan gaya bahasa hiperbola untuk menarik perhatian pembeli.

a) Pemendekan

Ragam tulis register perdagangan wacana promosi dterdapat unsur pemendekan. Pemendekan dalam wacana promosi ditandai dengan penghilangan salah satu bagian dari kata atau frasa. Ditemukan penggunaan bentuk pemendekan pada wacana tulis register perdagangan berupa: disc (disc.), disc (disc.) gede2an, dan promo. Berikut ini akan disajikan beberapa data wacana promosi yang mengandung unsur pemendekan. (45) Disc sale 20%

(46) Sumur (Super murah) disc

gede2an

(47) Promo bulan ini dapatkan diskon special 25% s/d 50% (DT1/6.Feb.12)

Pada data (46) terdapat bentuk disc yang seharusnya ditulis dengan (disc.) merupakan pemendekan dari kata discount. Pemendekan frasa terdapat pada data (47) frasa disc gede2an yang seharusnya ditulis dengan (disc. gede-gedean) merupakan pemendekan dari kata discount gede-gedean. Data (48) terdapat kata promo yang berasal dari kata promosi.

b) Pelesapan

Pelesapan merupakan salah satu pemendekan dengan melesapkan atau menghilangkan satuan lingual tertentu. Satuan lingual yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa atau kalimat. Pemakaian unsur pelesapan pada wacana tulis promosi terdapat pada data di bawah ini.

(48) Sedia kain bordir, sarimbit, 3 in 1, batik sarung, sutra, dan jarik.


(14)

13

(49) Melayani partai besar dan

kecil. (DT6/7.Feb.12)

Pada data di atas terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata. Satuan lingual yang dilesapkan pada data (49) adalah kata kain. Kata kain dilesapkan sebanyak tiga kali yang menandakan bahwa penjual menyediakan bermacam-macam kain. Pelesapan selanjutnya terdapat pada data (50) pada kata partai. Kata partai dilesapkan satu kali dalam satu kalimat. Pedagang menggunakan bentuk pelesapan kata partai yang memiliki maksud bahwa pedagang menjual dengan jumlah besar dan jumlah kecil.

c) Akronim

Akronim merupakan bentuk singkat yang berupa singkatan dari gabungan huruf atau suku kata. Akronim digunakan untuk penulisan kosakata khusus register perdagangan

di Beteng Trade Center Solo.

Pemanfaatan akronim dalam wacana promosi terdapat pada data berikut. (50) Susal (Super sale) 40%

special

(51) Sumur (Super murah) disc gede2an

(DT1/6.Feb.12)

Data tersebut menunjukkan adanya pemanfaatan bentuk akronim. Pada data (51) terdapat kata susal sebagai akronim dari (Super Sale). Pada data (52) terdapat kata sumur sebagai akronim dari (Super Murah).

d) Singkatan

Pemakaian ragam tulis register perdagangan pada wacana promosi juga memanfaatkan unsur penyingkatan. Penyingkatan sebagai

bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan. Berikut ini wacana promosi di Beteng Trade Center Solo yang memanfaatkan bentuk penyingkatan.

(52) Disc 40% hanya di MM

(53) Obral ktn halus Rp 19.000,- menjadi Rp 15.900

(DT1/6.Feb.12)

(54) Obral btk halus Rp 30.000,-

menjadi Rp 25.000,

Rp 25.000,- menjadi Rp 12.000,- (DT2/6.Feb.12) (55) 3 pt = Rp 100.000,- (bonus

tas cantik) (DT4/6.Feb.12)

Pada data (53) terdapat bentuk pemendekan Mac Mohan yang disingkat menjadi MM. Pada data (54) kosakata katun disingkat menjadi ktn yang seharusnya ditulis dengan (ktn.). Pada data (55) terdapat kata batik disingkat btk yang seharusnya ditulis dengan (btk.). Pada data (244) terdapat kata potong disingkat menjadi pt yang seharusnya ditulis dengan (pt.). 5) Pemanfaatan Gaya Bahasa pada

Wacana Promosi

Wacana promosi dimanfaat-kan oleh para pedagang untuk menarik perhatian pembeli. Wacana promosi yang ditawarkan para pedagang memanfaatkan strategi persuasif. Pemanfaatan strategi persuasif menunjukkan para pedagang menawarkan barang dagangannya melalui penggunan kosakata dan gaya bahasa tertentu sebagai cirinya.


(15)

14 (57) Termurah, terlengkap dan

terbesar se-Jawa TengaH (58) Obral besar harga heboh super

murah buktikan!!

(59) Promo bulan ini dapatkan

diskon special 25% s/d 50% (DT1/6.Feb.12)

Data di atas merupakan wacana promosi yang memanfaatkan kosakata khusus dan gaya bahasa hiperbola. Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola ditandai adanya penggunaan kosakata khusus yang diungkapkan secara berlebihan. Ditemukan kosakata khusus yang menandai pemanfaatan gaya bahasa hiperbola, antara lain: super sale, termurah, terlengkap, terbesar, obral besar, dan harga heboh.

b. Fungsi Pengungkapan Register Perdagangan

Fungsi pengungkapan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo dapat dibedakan atas tiga fungsi, yaitu satu fungsi utama dan dan dua fungsi pendukung. Fungsi utama pengungkapan register perdagangan adalah untuk bertransaksi jual-beli. Sedangkan fungsi pendukungnya untuk mengungkapkan perasaan dan melucu atau mengurangi ketegangan. Fungsi pengungkapan register perdagangan akan diuraikan di bawah ini.

1) Fungsi Transaksi Jual-beli Transaksi jual-beli yang terjadi di Beteng Trade Center Solo ditandai dengan adanya pemakaian bahasa dibidang perdagangan. Pemakaian ungkapan register perdagangan dapat dikategorikan berdasarkan keperluan bidang perdangan antara lain: menawarkan barang,

menanyakan harga, tawar-menawar harga, penilaian kualitas barang dagangan, meminati barang dagangan, dan kegagalan transaksi. Berikut ini data yang menunjukkan fungsi transaksi jual-beli.

(1) PJ: Mangga, blusnya.

‘Mari, blusnya.’

(DL6/14.Jan.12)

(2) Batike pira Buk?

‘Batiknya berapa Buk?’ (DL4/14.Jan.12)

(3) Emoh, aku pilih seng itu kok.

(4) ‘Tidak mau, saya pilih

yang itu kok.’

DL19/29.Jan.12)

2) Fungsi Mengungkapkan Perasaan

Register perdagangan di

Beteng Trade Center Solo

terdapat fungsi mengungkapkan

perasaan. Fungsi

mengungkapkan perasaan dapat berupa kejengkelan/kekesalan, marah, senang, dan geram. Berikut ini data yang terdapat fungsi mengungkapkan perasaan. (5) Yuh-yuh, potongane mosok mung limang ewu. ‘Yuh-yuh, potongannya masak hanya lima ribu.’ (DL8/22.Jan.12)

3) Fungsi Melucu atau

Mengurangi Ketegangan

Pengungkapan register perdagangan dapat berfungsi melucu atau mengurangi ketegangan apabila penutur tidak mengungkapkan maksud sebenarnya atas pilihan kata yang diungkapkan. Fungsi melucu atau mengurangi ketegangan


(16)

15 digunakan untuk menghibur dan meminimalisir rasa bosan saat bertransaksi. Berikut data yang terdapat fungsi melucu atau mengurangi ketegangan.

(6) Oh….nggih. nek paronan mengko malah suwek le Bu. Kula pasne seket pitu. Oh..ya. kalau separuh nanti bisa sobek lho Bu. Saya paskan lima puluh tujuh.’ (DL25/5.Feb.12)

4. Penutup

Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pilihan ragam bahasa lisan yang digunakan dalam register perdagangan dibagi kedalam bentuk berdasarkan kategori, bentuk tuturan ringkas, dan bentuk penggunaan sapaan. Ditemukan kategori nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Penggunaan ragam bahasa lisan bentuk tuturan ringkas berupa bentuk pemendekan dan singkatan. Bentuk penyingkatan yang digunakan dalam tuturan register perdagangan dengan cara mengambil huruf awal dan huruf kedua serta mengambil huruf awal setiap katanya.

Pilihan ragam bahasa tulis dalam register perdagangan ditandai dengan adanya bentuk tuturan ringkas register perdagangan dan wacana promosi. Penggunaan bentuk tuturan ringkas register perdagangan dibagi menjadi empat bentuk antara lain, bentuk pemendekan, bentuk pelesapan, bentuk akronim, dan bentuk penyingkatan. Pemanfaatan gaya bahasa pada wacana promosi ditandai dengan penggunaan gaya bahasa hiperbola. Penanda register perdagangan menunjukkan adanya fungsi pengungkapan register perdagangan yang terdapat dalam tuturan transaksi jual-beli. Fungsi-fungsi yang dimaksud pada intinya untuk bertransaksi jual-beli yang terdiri dari kegiatan menawarkan barang, menilai barang, menanyakan harga, meminati barang, tawar-menawar harga dan kegagalan transaksi. Fungsi yang lainnya berupa fungsi mengungkapkan perasaan dan fungsi melucu atau mengurangi ketegangan antara penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi jual-beli.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunjana, R. Rahardi. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Poedjosoedharmo, Soepomo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah Universiti Press.


(1)

10 Data di atas menunjuk-kan tuturan yang mengguna-kan bentuk adverbia. Pada data (30) terdapat kosakata soale. Penggunaan adverbia yang ditandai dengan kosakata soale (bahasa Indonesia : karena) dapat menerangkan sebab. Pada data (30) terdapat kosakata kemarin merupakan bentuk adverbia yang menunjukkan keterangan waktu. Pada data (31) terdapat kosakata kono. Kosakata kono merupakan kosakata bahasa Jawa yang berarti tempat yang jauh dari penutur. Pada data (32) terdapat kosakata toko yang berarti tempat untuk berjualan.

2) Ragam Lisan Register

Perdagangan Berdasarkan

Bentuk Tuturan Ringkas

Register Perdagangan.

Register perdagangan di Beteng Trade Center yang memilih ragam lisan menggunakan bentuk tuturan ringkas. Penggunaan bentuk tuturan ringkas menunjuk pada ciri pemakaian bahasa yang mengalami pemendekan. Register perdagangan di Beteng Trade Center Solo terdapat bentuk tuturan ringkas yang berupa pemendekan dan singkatan. Berikut ini rincian bentuk pemendekan dan singkatan yang digunakan dalam ragam lisan register perdagangan di beteng Trade Center Solo.

a) Pemendekan

Pemendekan pada ragam lisan register perdagang-an di beteng Trade Center Solo sama halnya dengan pemendekan pada ragam tulis. Pemendekan dimanfaatkan dengan melakukan penghilang-an sebagipenghilang-an dari kata atau frasa. Ditemukan pemendekan dalam tuturan register perdagangan antara lain: Sedheret, modif, sejenis, promo, dan minim. Berikut ini data wacana lisan yang memanfaatkan bentuk pemendekan.

(33)meter.’ Ini semua, sedheret

tiga lima. (DL1/08.Nov.11) (34)Apa dua modif saja mbak?

malah bagus Mbak.

(35)Ini sejenis puring, namanya saten. Tapi ini ya bagus kok, bagaimana?

‘Ini satu jenis puring, namanya saten. Tetapi ini ya bagus kok, bagaimana? (DL7/22.Jan.12)

(36)Karena ini promo,menam puluh. (DL14/27.Jan.12) (37)Panjang minim ya dua

meter.

‘Panjang minim dua (DL16/27.Jan .12)

Data di atas merupa-kan bentuk pemendek-an register perdagangan di Beteng Trade Center Solo. Pada data (33) terdapat kata sedheret yang merupakan pemendekan dari (satu deret) yang berarti satu urutan tempat. Pada data (34) terdapat bentuk pemendekan modif dari kata (modifikasi). Pada data (35) terdapat kata


(2)

11 sejenis yang merupakan pemendekan dari (satu jenis). Pada data (36) terdapat kata promo yang merupakan pemendekan dari kata (promosi). Pada data (37) terdapat kata minim yang merupakan pemendekan dari kata (minimal) yang berarti titik terendah.

b) Singkatan

Wacana lisan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo menggunakan bentuk penyingkatan. Bentuk penyingkatan yang muncul dengan mengambil huruf awal dan huruf kedua yaitu bentuk penyingkatan kw Satu dan kw dua. Selain itu, singkatan muncul dengan mengambil huruf awal setiap katanya yaitu bentuk bs dan bs-an. Penggunaan bentuk penyingkatan pada wacana lisan register perdagangan dapat diamati pada data berikut.

(38) Lha iya, sudah murah. Nambah tujuh ribu lagi Buk, kainnya yang kw satu. (DL9/22.Jan.12)

(39) Dilihat dulu nanti kalau bs. (DL15/27.Jan.12)

Data di atas merupakan data lisan register perdagangan yang ditemukan bentuk penyingkatan. Pada data (38) terdapat bentuk kw yang diiku merupakan bentuk penyingkatan dengan mengambil huruf awal dan huruf kedua dari kata (kw)alitas (baku: kualitas). Bentuk penyingkatan kw ini

merupakan bentuk penilaian kualitas kain. Pada data (39) terdapat penggunaan bentuk bs yang merupakan singkatan dari barang sortir digunakan untuk kain yang digolongkan kain rusak/cacat.

3) Ragam Lisan Register

Perdagangan Berdasarkan

Bentuk Sapaan

Para pedagang di Beteng Trade Center ketika ingin berinteraksi dengan pembeli menggunaan bentuk sapaan. Penggunaan bentuk sapaan menandakan ciri kekhasan sapaan register perdagangan. Bentuk sapaan yang muncul yaitu sapaan kekerabatan dan nama diri secara langsung. Berikut ini disajikan data sapaan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo.

a) Sapaan kekerabatan

Penggunaan sapaan kekerabatan dapat menandai adanya tingkat hubungan keakraban antara penjual dan pembeli. Ditemukan beberapa kata sapaan kekerabatan, antara lain: Mbak, Dek (Adek), Buk (Ibuk), dan Nyah. Penggunaan sapaan kekerabatan pada ragam lisan register perdagangan dapat dilihat pada data berikut.

(40) Coba ditempelkan

dulu, Dek.

(DL1/08.Nov.11) (41) Salem ngge cah enem,

Buk.

‘Salem untuk anak muda,


(3)

12 (42) Padosane napa Mbak?

‘Carinya apa Mbak?’ (DL3/10.Jan.12) (43) Kebaya untuk apa

Nyah?(DL5/14.Jan.12 )

b) Sapaan Nama Diri Secara

Langsung

Sapaan nama diri secara langsung digunakan apabila pedagang dan pembeli memiliki hubungan yang akrab. Ditemukan sapaan nama diri secara langsung yaitu Mbak Watik. Pedagang dan pembeli kebanyakan tidak memiliki hubungan yang akrab dan tidak saling mengenal, sehingga sering menggunakan sapaan kekerabatan.

(44) Kangge manten Mbak Watik.

‘Untuk manten Mbak Watik.’

(DL2/10.Jan.12)

4) Ragam Tulis Register

Perdagangan Berdasarkan bentuk Tuturan Ringkas

Beberapa pedagang di Beteng Trade Center Solo memilih menggunakan bentuk ragam tulis yang berupa wacana promosi. Wacana tulis promosi berbentuk tuturan ringkas dan menggunakan pilihan gaya bahasa. Tuturan promosi banyak memanfaatkan unsur pemendekan, pelesapan, akronim, dan singkatan. Selain itu, wacana promosi juga memanfaatkan gaya bahasa hiperbola untuk menarik perhatian pembeli.

a) Pemendekan

Ragam tulis register perdagangan wacana promosi dterdapat unsur pemendekan. Pemendekan dalam wacana promosi ditandai dengan penghilangan salah satu bagian dari kata atau frasa. Ditemukan penggunaan bentuk pemendekan pada wacana tulis register perdagangan berupa: disc (disc.), disc (disc.) gede2an, dan promo. Berikut ini akan disajikan beberapa data wacana promosi yang mengandung unsur pemendekan. (45) Disc sale 20%

(46) Sumur (Super murah) disc gede2an

(47) Promo bulan ini dapatkan diskon special 25% s/d 50% (DT1/6.Feb.12)

Pada data (46) terdapat bentuk disc yang seharusnya ditulis dengan (disc.) merupakan pemendekan dari kata discount. Pemendekan frasa terdapat pada data (47) frasa disc gede2an yang seharusnya ditulis dengan (disc. gede-gedean) merupakan pemendekan dari kata discount gede-gedean. Data (48) terdapat kata promo yang berasal dari kata promosi.

b) Pelesapan

Pelesapan merupakan salah satu pemendekan dengan melesapkan atau menghilangkan satuan lingual tertentu. Satuan lingual yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa atau kalimat. Pemakaian unsur pelesapan pada wacana tulis promosi terdapat pada data di bawah ini.

(48) Sedia kain bordir, sarimbit, 3 in 1, batik sarung, sutra, dan jarik.


(4)

13 (49) Melayani partai besar dan

kecil. (DT6/7.Feb.12)

Pada data di atas terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata. Satuan lingual yang dilesapkan pada data (49) adalah kata kain. Kata kain dilesapkan sebanyak tiga kali yang menandakan bahwa penjual menyediakan bermacam-macam kain. Pelesapan selanjutnya terdapat pada data (50) pada kata partai. Kata partai dilesapkan satu kali dalam satu kalimat. Pedagang menggunakan bentuk pelesapan kata partai yang memiliki maksud bahwa pedagang menjual dengan jumlah besar dan jumlah kecil.

c) Akronim

Akronim merupakan bentuk singkat yang berupa singkatan dari gabungan huruf atau suku kata. Akronim digunakan untuk penulisan kosakata khusus register perdagangan di Beteng Trade Center Solo. Pemanfaatan akronim dalam wacana promosi terdapat pada data berikut. (50) Susal (Super sale) 40%

special

(51) Sumur (Super murah) disc gede2an

(DT1/6.Feb.12)

Data tersebut menunjukkan adanya pemanfaatan bentuk akronim. Pada data (51) terdapat kata susal sebagai akronim dari (Super Sale). Pada data (52) terdapat kata sumur sebagai akronim dari (Super Murah).

d) Singkatan

Pemakaian ragam tulis register perdagangan pada wacana promosi juga memanfaatkan unsur penyingkatan. Penyingkatan sebagai

bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan. Berikut ini wacana promosi di Beteng Trade Center Solo yang memanfaatkan bentuk penyingkatan.

(52) Disc 40% hanya di MM (53) Obral ktn halus Rp 19.000,-

menjadi Rp 15.900

(DT1/6.Feb.12)

(54) Obral btk halus Rp 30.000,- menjadi Rp 25.000,

Rp 25.000,- menjadi Rp 12.000,- (DT2/6.Feb.12) (55) 3 pt = Rp 100.000,- (bonus

tas cantik) (DT4/6.Feb.12)

Pada data (53) terdapat bentuk pemendekan Mac Mohan yang disingkat menjadi MM. Pada data (54) kosakata katun disingkat menjadi ktn yang seharusnya ditulis dengan (ktn.). Pada data (55) terdapat kata batik disingkat btk yang seharusnya ditulis dengan (btk.). Pada data (244) terdapat kata potong disingkat menjadi pt yang seharusnya ditulis dengan (pt.).

5) Pemanfaatan Gaya Bahasa pada

Wacana Promosi

Wacana promosi dimanfaat-kan oleh para pedagang untuk menarik perhatian pembeli. Wacana promosi yang ditawarkan para pedagang memanfaatkan strategi persuasif. Pemanfaatan strategi persuasif menunjukkan para pedagang menawarkan barang dagangannya melalui penggunan kosakata dan gaya bahasa tertentu sebagai cirinya.


(5)

14 (57) Termurah, terlengkap dan

terbesar se-Jawa TengaH (58) Obral besar harga heboh super

murah buktikan!!

(59) Promo bulan ini dapatkan diskon special 25% s/d 50% (DT1/6.Feb.12)

Data di atas merupakan wacana promosi yang memanfaatkan kosakata khusus dan gaya bahasa hiperbola. Pemanfaatan gaya bahasa hiperbola ditandai adanya penggunaan kosakata khusus yang diungkapkan secara berlebihan. Ditemukan kosakata khusus yang menandai pemanfaatan gaya bahasa hiperbola, antara lain: super sale, termurah, terlengkap, terbesar, obral besar, dan harga heboh.

b. Fungsi Pengungkapan Register

Perdagangan

Fungsi pengungkapan register perdagangan di Beteng Trade Center Solo dapat dibedakan atas tiga fungsi, yaitu satu fungsi utama dan dan dua fungsi pendukung. Fungsi utama pengungkapan register perdagangan adalah untuk bertransaksi jual-beli. Sedangkan fungsi pendukungnya untuk mengungkapkan perasaan dan melucu atau mengurangi ketegangan. Fungsi pengungkapan register perdagangan akan diuraikan di bawah ini.

1) Fungsi Transaksi Jual-beli

Transaksi jual-beli yang terjadi di Beteng Trade Center Solo ditandai dengan adanya pemakaian bahasa dibidang perdagangan. Pemakaian ungkapan register perdagangan dapat dikategorikan berdasarkan keperluan bidang perdangan antara lain: menawarkan barang,

menanyakan harga, tawar-menawar harga, penilaian kualitas barang dagangan, meminati barang dagangan, dan kegagalan transaksi. Berikut ini data yang menunjukkan fungsi transaksi jual-beli.

(1) PJ: Mangga, blusnya.

‘Mari, blusnya.’

(DL6/14.Jan.12) (2) Batike pira Buk?

‘Batiknya berapa Buk?’ (DL4/14.Jan.12)

(3) Emoh, aku pilih seng itu kok.

(4) ‘Tidak mau, saya pilih

yang itu kok.’

DL19/29.Jan.12)

2) Fungsi Mengungkapkan

Perasaan

Register perdagangan di Beteng Trade Center Solo terdapat fungsi mengungkapkan

perasaan. Fungsi

mengungkapkan perasaan dapat berupa kejengkelan/kekesalan, marah, senang, dan geram. Berikut ini data yang terdapat fungsi mengungkapkan perasaan. (5) Yuh-yuh, potongane mosok mung limang ewu. ‘Yuh-yuh, potongannya masak hanya lima ribu.’ (DL8/22.Jan.12)

3) Fungsi Melucu atau

Mengurangi Ketegangan

Pengungkapan register perdagangan dapat berfungsi melucu atau mengurangi ketegangan apabila penutur tidak mengungkapkan maksud sebenarnya atas pilihan kata yang diungkapkan. Fungsi melucu atau mengurangi ketegangan


(6)

15 digunakan untuk menghibur dan meminimalisir rasa bosan saat bertransaksi. Berikut data yang terdapat fungsi melucu atau mengurangi ketegangan.

(6) Oh….nggih. nek paronan mengko malah suwek le Bu. Kula pasne seket pitu. Oh..ya. kalau separuh nanti bisa sobek lho Bu. Saya paskan lima puluh tujuh.’ (DL25/5.Feb.12)

4. Penutup

Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pilihan ragam bahasa lisan yang digunakan dalam register perdagangan dibagi kedalam bentuk berdasarkan kategori, bentuk tuturan ringkas, dan bentuk penggunaan sapaan. Ditemukan kategori nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Penggunaan ragam bahasa lisan bentuk tuturan ringkas berupa bentuk pemendekan dan singkatan. Bentuk penyingkatan yang digunakan dalam tuturan register perdagangan dengan cara mengambil huruf awal dan huruf kedua serta mengambil huruf awal setiap katanya.

Pilihan ragam bahasa tulis dalam register perdagangan ditandai dengan adanya bentuk tuturan ringkas register perdagangan dan wacana promosi. Penggunaan bentuk tuturan ringkas register perdagangan dibagi menjadi empat bentuk antara lain, bentuk pemendekan, bentuk pelesapan, bentuk akronim, dan bentuk penyingkatan. Pemanfaatan gaya bahasa pada wacana promosi ditandai dengan penggunaan gaya bahasa hiperbola. Penanda register perdagangan menunjukkan adanya fungsi pengungkapan register perdagangan yang terdapat dalam tuturan transaksi jual-beli. Fungsi-fungsi yang dimaksud pada intinya untuk bertransaksi jual-beli yang terdiri dari kegiatan menawarkan barang, menilai barang, menanyakan harga, meminati barang, tawar-menawar harga dan kegagalan transaksi. Fungsi yang lainnya berupa fungsi mengungkapkan perasaan dan fungsi melucu atau mengurangi ketegangan antara penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi jual-beli.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunjana, R. Rahardi. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Poedjosoedharmo, Soepomo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah Universiti Press.