ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F. 1110013
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
commit to user
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
Diajukan oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F 1110013
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Pada Tanggal ............. 2013
Surakarta, ........... 2013 Pembimbing
DWI PRASETYANI, SE, M.Si NIP. 197702172003122003
commit to user
Skripsi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
Diajukan Oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F 1110013
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada tanggal .... ................. 2013
Susunan Tim Penguji Skripsi
1. Ketua Dr. Guntur Riyanto, M.Si
( …………………………………. ) NIP 19580927198611001
2, Pembimbing Dwi Prasetyani, SE, M.Si
( …………………………………. ) NIP 197702172003122003
3. Anggota Drs. Sutanto, M.Si
( …………………………………. ) NIP 195611291986011001
commit to user
“ Kesuksesan belajar seseorang bukan karena kepandaiannya namun karena seberapa besar kemauan hati dan kekerasan jiwa untuk belajar dan untuk mencapai
sukses “
“ Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai “
“ Orang yang pecundang selalu berusaha menhindar dari kegagalannya, namun
orang bijak selalu menghadapi kegagalannya dan membuat mimpi baru ditengah rasa sakitnya menerima kegagalan “
commit to user
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu dan bapakku, terimakasih kepercayaan selama ini dan pengorbanannya, aku akan berusaha untuk mencapai cita-citaku dan masa depanku.
3. Adikku terimakasih untuk doa, motivasi dan bimbingannya.
4. Wahyu yang selalu ada dihatiku yang selalu menemaniku, memberi semangat, motivasi.
5. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan 2010
6. Almamater
commit to user
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trace Center (BTC) Surakarta ”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata S1 Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini ;
2. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si, selaku ketua penguji skripsi
3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si, selaku anggota penguji skripsi
4. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ;
5. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ;
6. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian ;
7. Seluruh karyawan Manajement Beteng Trade Center (BTC) Surakarta yang telah memberi informasi tentang BTC dan mendukung penulis sampai selesainya skripsi ini ;
commit to user
Pembangunan 2010 ;
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada, sangat penulis harapkan dan penulis mengucapkan terima kasih, penulis berharap semoga skripsi ini turut memberikan sumbangan manfaat betapapun kecilnya bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Februari 2013 Penulis
Ita Yelli Prihandini
F 1110013
commit to user
1.1 Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi
Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 ................................... .....7
4.1 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta .................................................... 50
4.2 Jumlah Penduduk Di Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-2011 ...................................................................... 52
4.3 Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2011 ................................................................................ .....53
4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011(Jutaan Rupiah) .................. 54
4.5 Banyaknya Industri di Kota Surakarta Tahun 2011 .......................................... 55
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Hari .............. 57
4.7 Karakteristik responden Berdasarkan Tingkat Modal ..................................... 58
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jam Kerja Dagang ................. 58
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Dagang .............. 59
4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Tenaga Kerja ........... 60
4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat pendidikan Pedagang ............ 60
4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Pedagang ................. 61
4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kios Pedagang ......................... 61
4.14 Hasil Regresi Linear Berganda ........................................................................ 62
4.15 Hasil Uji Multikolinearitas (Pendekatan Koutsoyiannis) ................................ 64
4.16 Hasil Uji White Cross Term ............................................................................ 65
4.17 Hasil Uji Autokorelasi BG .............................................................................. 67
4.18 Hasil Uji t ....................................................................................................... 68
commit to user
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ........................................................................ 33
3.1 Gambar Uji t ................................................................................................. 42
3.2 Gambar Uji F ................................................................................................ 44
3.3 Gambar Kriteria Pengujian Autokorelasi .................................................... 48
4.1 Gambar Uji Autokorelasi .............................................................................. 66
commit to user
ITA YELLI PRIHANDINI F1110013
Penelitian ini dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenag kerja, dan pendidikan pedagang serta untuk mengetahui apakah variable modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan sensus terhadap responden melalui observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan terhadap seluruh pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan model linear, uji statistik (uji t, uji F,
dan koefisiensi determinasi R 2 ) , uji asumsi klasik.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta rata-rata memperoleh pendapatan sebesar RP 7.000.000; s/d Rp 8.000.000; tiap harinya, dengan modal rata-rata Rp. 170.000.000; s/d Rp 180.000.000; jam kerja rata-rata 7 jam per hari, pengalaman atau lama usaha rata-rata 16 tahun berdagang, jumlah tenaga kerja rata-rata 4 orang, tingkat pendidikan formal rata-rata lulusan SMA.
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisiensi regresi secara parsial (uji t) menunjukkna 5 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang. Uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama kelima variabel yaitu modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh terhadap pendapatan, selanjutnya dengan melihat uji F untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata dari kelima variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
Variabel modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan, melalui wawancara yang dilakukan sebagaian pedagang menggunakan modal sendiri serta para pedagang kesulitan dalam dana tambahan sebagai modal, maka hendaknya pedagang bisa melakukan pinjaman modal ke sumber lainnya misalkan bank, koperasi, BPR atau lembaga keuangan lainnya.
Kata kunci : pedagang BTC, modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenag kerja, pendidikan, regresi linear.
commit to user
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi dalam suatu Negara sangat penting karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mewujudkan perekonomian mandiri dan handal untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata. Namun pada kenyataannya perekonomian Indonesia pada saat ini dalam keadaan memprihatinkan. Masalah yang sering dialami adalah masalah ketenagakerjaan. Tidak semua penduduk dapat menawarkan tenaga kerja yang dimilikinya karena pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya. Sehingga banyak diantara meraka yang memilih beralih bekerja di sektor informal.
Lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi tenaga kerja. Namun akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi PHK pada sektor formal ini. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal. Bahwa kelihatannya sektor tidak mampu menapung tenag kerja seperti harapan kita, pada kenyataanya sektor informal bisa menjadi penyelamat bagi maslah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Banyak bidang informasi yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenag kerja. (Suryananto, 2005:1)
commit to user
beban pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan di sektor formal. Sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi banyaknya pengangguran yang ada karena lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan sulit. Sektor informal memiliki peran yang cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang. Karena dalam terjun ke dunia perdagangan seseorang harus mampu mandiri, mempunyai keuletan dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan. Usaha berdagang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan (Dhany, 2008:2).
Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya daptasi yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya peluang usaha yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut (Harsiwi:2003:2).
Dalam keadaan seperti ini masyarakat tidak bisa berharap terlalu banyak untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal, masyarakat saat ini
commit to user
menambah pendapatan. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang pasar. Namun mereka yang bekerja di sektor informal khususnya pedagang harus mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang paling strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ada beberapa macam jenis kegiatan berdagang di sektor informal antara lain, pedagang pasar, pedagang kaki lima, pedagang makanan, dll.
Surakarta merupakan salah satu kota yang sedang berkembang setelah terjadi krisis moneter pada akhir tahun 1990-an. Banyak pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat, baik itu mall, pasar, taman, dan lain-lain.
Pasar Klewer yang merupakan pusat perdagangan sandang terbesar di Jawa Tengah adalah salah satu penggerak roda perekonomian Kota Solo. Setiap harinya perputaran uang yang terjadi di pasar tersebut mencapai miliaran rupiah. Pada beberapa tahun terakhir omset Pasar Klewer mengalami penurunan, bersamaan dengan didirikannya pusat perdagangan sandang baru di Kota Solo, yaitu BTC (Beteng Trade Center) dan PGS (Pusat Grosir Solo). Pusat-pusat perdagangan sandang tersebut berdiri dalam satu lokasi yang berdekatan. Kedua pusat perdagangan sandang baru yang dikelola oleh
commit to user
aktivitas jual-beli sandang selain di Pasar Klewer. Keberadaan pusat perdagangan sandang baru tersebut tentunya akan mempengaruhi pusat perdagangan yang telah lebih dulu ada. Pasar dalam artian demand dari konsumen akan menjadi lebih sempit karena supply penyediaan fasilitas bertambah. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh tren berbelanja akan mempengaruhi pembagian wilayah pemasaran, mengingat fasilitas pendukung yang ditawarkan oleh pusat perdagangan sandang baru lebih baik.
Pasar merupakan salah satu tempat yang ada di setiap kota di Indonesia, disamping untuk menunjang perekonomian masyarakat, pasar juga dapat memberikan kontribusi Pendapatan Asli daerah (PAD) suatu kota atau daerah. Walau sekarang banyak berdiri pusat perbelanjaan yang modern seperti mall, hypermart, indomart, alfamart tetapi pasar masih tetap bertahan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang saat ini masih menjaga keberadaan pasar, saat kota Surakarta dipimpin oleh Bapak Ir. Joko Widodo keberadaan pasar semakin terjaga. Hal ini dapat dilihat sekarang ini banyak pasar yang direvalitasi untuk menunjang perekonomian masyarakat. Kota Surakarta memiliki pasar kurang lebih sekitar 43 pasar yang tersebar di kota Surakarta, dari pasar yang besar sampai pasar yang kecil. hal ini membuktikan bahwa kota Surakarta juga sebagai kota perdagangan.
Kota Surakarta memang dekat dengan pasar tradisional, ini merupakan kekuatan yang harus dijaga ditengah investasi besar-besaran pasar modern. Ada hal yang menarik dari perilaku warga Surakarta, bahwa warga masih
commit to user
pasar dengan mobil senilai ratusan juta. Kondisi yang demikian menjadi kekuatan utama kota ini. Warga Surakarta juga masih mau untuk menikmati makanan di pinggir jalan, karena citarasa masakan jalanan tak kalah dengan rasa restoran. Bisa diamati bahwa di Surakarta banyak terdapat pedagang makanan dengan keunikan masakan yang ada. Dengan masih banyaknya orang yang mau ke pasar tradisional dan masih mau menikmati makanan pinggir jalan, otomatis kekuatan ekonomi masyarakat kelas bawah juga terangkat. Pasar di kota ini menjadi besar juga karena daerah lain yang mendukung. Ambil contoh ketika memerlukan daging sapi bisa diambil dari Boyolali, butuh beras maka Sukoharjo, Sragen, Klaten, dan Karanganyar merupakan lumbung beras. Ketika butuh palawija, maka Wonogiri merupakan sentra palawija. Dengan dikelilingi daerah penghasil kebutuhan pokok tersebut maka harga makanan di Solo relatif lebih murah dibandingkan dengan daerah lainnya. Semakin sering warga untuk berinteraksi dengan pasar tradisonal maka semakin kuat kondisi ekonomi masyarakat kelas bawah. Namun perlu komitmen yang kuat lagi dari pemerintah untuk menjadikan pasar tradisional sebagai kekuatan ekonomi rakyat. Banyak sekali mata rantai kegiatan ekonomi yang saling terikat di pasar tradisional, oleh karena itu komitmen bersama perlu direalisasikan. Pembangunan fisik memang hal yang mendesak. Namun pembangunan jiwa untuk selalu tetap berinteraksi dengan pasar tradisional juga harus dijaga..
commit to user
beserta kontribusinya terhadap retribusi pelayanan pasar Kota Surakarta disumbang dari 43 pasar yang ada di Kota Surakarta. Penyumbang retribusi paling besar antara lain adalah pasar Legi, Pasar Singosaren, Pasar Gede, Pasar Harjodaksino, Pasar Jongke dsn Pasar Nusukan. Sementara penyumbang retribusi terkecil antara lain adalah Pasar Klitihan, Pasar Notoharjo, Pasar Ngarsopuro, Pasar Pucang sawit, Pasar Panggungrejo, Pasar Jojglo, Pasar meubel dan Pasar Penumping
commit to user
Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 (%)
27 Ayu Balapan
30 Pucang Sawit
31 Panggung Rejo
37 Buah Jurug
38 Tunggul Sari
39 Mojosongo P
43 Besi Tua
0,38
0,38
0,39
0,35
0,38 0,41
JUMLAH
100
100
100
100
100 100
commit to user
konsekuensi dari gaya hidup masyarakat yang modern. Kenyataan yang ada di lapangan saat ini adalah di berbagai kota metropolitan bahkan kota – kota kecil di tanah air dengan mudahnya kita dapat menjumpai minimarket, supermarket, bahkan hypermarket disekitar tempat tinggal kita. Pasar modern menjanjikan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja. Namun dibalik kesuksesan bisnis retail tersebut (pasar modern), terdapat persoalan khususnya untuk retail kelas menengah dan kelas kecil. Bahkan beberapa diantaranya memprotes ekspansi secara besar – besaran dari peritel kelas besar. Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat disuatu wilayah.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain. Berbeda dengan pasar tradisional yg identik dengan lingkungannya yang kotor, pasar modern justru kebalikannya. Maka dari itu, masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern sebagai tempat belanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
commit to user
Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), dan Beteng Trade Center (BTC) yang merupakan pusat pembelanjaan pakaian. Klewer merupakan pusat pembelanjaan terbesar di kota surakarta dan memiliki omset tertinggi. Pasar Klewer menyediakan berbagai jenis pakaian dan merupakan tempat kulakan. Banyak pendatang dari luar kota yang mendatangi Pasar Klewer untuk membeli barang dan menjualnya kembali dalam bentuk grosir maupun eceran. Biasanya di Pasar Klewer hanya melayani pembeli dalam bentuk grosir. Jarang sekali terdapat pedagang yang melayani pembeli dalam bentuk eceran. Selain Pasar Klewer terdapat pusat pembelanjaan pakaian lainnya yaitu Pusat Grosir Solo (PGS). Masyarakat lebih mengenalnya dengan PGS. PGS merupakan pasar modern yang terdiri dari 3 lantai dan memiliki fasilitas yang memadai, seperti tersedianya eskalator, tempat parkir yang luas dan sistem pengambilan tiket parkir yang modern. PGS menyediakan berbagai macam pakaian, sandal, sepatu, accesories, macam- macam makanan, dan lain lain. Tepatnya disamping PGS terdapat pusat pembelanjaan yaitu Beteng Trade Center (BTC) atau masyarakat lebih mengenalnya dengan Pasar Beteng.
Beteng Trade Centre (BTC) adalah pusat perdagangan yang sudah eksis semenjak tahun 1992. Dengan konsep sebagai pusat bisnis perdagangan tekstil, Beteng Trade Center merupakan pusat grosir belanja terlengkap dan terbesar khususnya di kota Solo dan sekitarnya. Beteng Trade Center ini menyediakan beraneka ragam Textile baik dari dalam maupun luar negeri,
commit to user
kiloan, jadi tidak salah apabila tempat ini menjadi pusat perkulakan kain bagi warga Solo dan sekitarnya bahkan ada juga yang dari kota Semarang, Jogja, Ngawi bahkan dari kota Tegal, disamping harganya yang relatif murah juga lengkap pilihanya. Belanja di BTC bukan sekedar transaksi jual beli,
Keunikan suasana khas pasar tekstil tradisional yang dikemas dengan fasilitas modern dan layanan yang prima, memberikan pengalaman berbelanja yang berkesan bagi pengunjungnya. Pasar tekstil tradisional dimanapun tempatnya, selalu identik dengan nuansa yang “padat”. Selain terkenal
sebagai tempat wisata budaya, Kota Solo juga terkenal sebagai tempat wisata belanja, Karena memang antara berwisata dan belanja, tentu tak dapat dipisahkan. Kebutuhan akan oleh-oleh untuk orang-orang terdekat saat seseorang pergi berwisata seakan sudah menjadi sebuah kewajiban yang tidak tertulis. Untuk kota Solo sendiri, banyak pilihan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang oleh para wisatawan, tapi yang paling khas dari kota ini tentunya adalah batik. Mengunjungi Solo, terasa belum lengkap kalau pulang tidak membawa oleh-oleh batik. Batik dalam perkembangannya tidak melulu tampil sebagai busana resmi saja tetapi dari hari ke hari batik juga digunakan oleh masyarakat semua kalangan baik kalangan atas, menengah maupun menengah ke bawah. Beteng Trade Center (BTC) Surakarta menyediakan berbagai macam jenis pakaian, sandal, sepatu, accesories, macam-macam makanan, dan yang paling terkenal adalah pedagang kain.
commit to user
yang berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan sektor di sektor informal, karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya di kota Surakarta dan uraian yang dijelaskan tersebut, maka peneliti menyusun
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Kain Di Beteng Trade Center ( BTC ) Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah variabel modal, Jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ?
2. Apakah variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah variabel modal dagang, jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
commit to user
tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta secara parsial.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Memberi informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja di sektor informal khususnya pedagang kecil dan menengah.
2. Pemerintah Daerah Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
3. Pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi khususnya pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk lebih meningkatkan usahanya, memperbaiki manajemen usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh serta pemkembangan usaha.
4. Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi taraf hidup masyarakat golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja.
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Dalam kehidupan sehari-hari, pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar tidak dikaitkan dengan masalah tempat, akan tetapi lebih dititikberatkan pada kegiatan apabila ada jual beli disebut pasar, dan apabila tidak ada jual beli maka disebut bukan pasar. Pasar dapat dibentuk dimana saja dan kapan saja misalnya di dalam bis, di terminal, di halte, dan lain-lain. Bahkan transaksi jual beli bisa terjadi melalui televisi, radio, telepon, serta internet. Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat yaitu adanya penjual, adanya pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Pengertian Pasar menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut :
a. Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi “pertemuan” antar pembeli dan penjual dimana antar keduanyatidak saling melihat satu sam lain (Sudarman, 1992:8). Pasar tidaklah harus sebuah tempat pertemuan antar penjual dan pembeli, namun bisa juga diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan aktivitas jual-beli.
commit to user
pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian pasar tersebut adalah dipandang secara nyata. Sedangkan secara abstrak, pasar adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi perdagangan dalam waktu tertentu.
c. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Contohnya adalah Pasar Klewer di Solo, Pasar Beringharjo di Jogjakarta. Pasar dalam arti interaksi permintaan dan penawaran adalah tidak hanya karena adanya penjual dan pembeli dari sebuah barang dan jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2007: 75).
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli mempunyai peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar dalam kegiatan ekonomi ada tiga macam yaitu :
1) Fungsi distribusi
Salah satu kegiatan ekonomi yang pokok adalah kegiatan distribusi atau kegiatan penyampaian barang dan jasa hasil produksi kepada konsumen. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang- barang hasil produksi kepada konsumen dengan cara transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Melalui transaksi jual beli tersebut konsumen dapat memperoleh barang dan jasa dengan cepat dan
commit to user
kegiatan distribusi dapat berjalan lancar.
2) Fungsi pembentukan harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli, terlebih dahulu dilakukan tawar- menawar sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar-menawar itulah keiginan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) bertemu untuk menentukan kesepakatan harga atau disebut harga pasar.
3) Fungsi promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk mengadakan promosi karena di pasar banyak dikunjungi pembeli. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya memasang spanduk, membagikan brosur, member sampel produk kepada calon konsumen, dan lain-lain.
2. Jenis – jenis Pasar
Di dalam perekonomian, bentuk-bentuk pasar dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli ( Sadono, 1996 : 227 ).
a. Pasar Persaingan Sempurna Yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, serta setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna antara lain :
commit to user
2) Perusahaan mudah keluar masuk pasar
3) Menghasilkan barang yang serupa terdapat banyak perusahaan di
pasar.
b. Pasar Monopoli Adalah suatu pasar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
1) Hanya ada satu penjual
2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti
output yang dijual monopolist.
3) Penjual sebagai price maker
4) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi penjual lain untuk
memasuki pasar
c. Pasar Persaingan Monopolistik Yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Adapun ciri-cirinya antara lain :
1) Terdapat banyak penjual
2) Barangnya bersifat berbeda corak
3) Perusahaan memiliki sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4) Relatif mudah memasuki pasar
d. Pasar Oligopoli Yaitu pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen saja. Dalam pasar oligopoli tidak ada keseragaman dalam sifat-sifat berbagai
commit to user
terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli. Di samping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil. Adapun ciri-ciri pasar oligopoli adalah :
1) Menghasilkan barang standar atau berbeda corak
2) Kekuasaan menentukan harga
3) Perusahaan perlu melakukan promosi berupa iklan, terutama oleh perusahaan yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
B. Definisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern
1. Definisi Pasar Tradisional Menurut Perda No.02 tahun 2009, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, Bdan Umum Milik Los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan dengan tawar-menawar. Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanyatransaksi penjual dan pembeli sacara langsung. Bangunan terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang dijual oleh penjual atau pengelola pasar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
commit to user
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.wikipedia.org). Kita dapat membedakan antara pasar tradisional dengan pasar modern, jika kita melihat definisi diantara kedua pasar tersebut. Akan tetapi, dengan menjamurnya pasar-pasar modern yang semakin banyak mengakibatkan pedagang-pedagang pasar tradisional gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan pasar modern yang kita lihat sendiri dari segi modal jauh lebih besar daripada pedagang pasar tradisional yang bermodalkan kecil. Sehingga baik dari segi harga dan kualitas jauh lebih murah dan lebih bagus pasar modern, karena pelayanan di pasar modern yang lebih baik dan lebih nyaman. Sedangkan pasar tradisional tidak senyaman pasar modern karena pasar tradisional terkenal becek, bau, dan sebagainya.
2. Definisi Pasar Modern Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannyadilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran berbentuk minimarket, supermarket, departement store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Toko modern kecil seperti mini swalayan / minimarket adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang
commit to user
dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya kurang dari 400 m 2 (Perda No. 02/2009 Bab I mengenai Toko Modern).
C. Sektor Informal
Sektor informal memiliki pengertian dan kriteria yang sangat luas. Hal tersebut merupakan pencerminan bentuk dan latar belakang keberadaan sektor informal yang beragam. Sektor informal digambarkan suatu kegiatan usaha berskala kecil yang dikelola oleh individu-individu dengan tingkat kebebasan yang tinggi dallam mengatur cara bagimana dan dimana usaha tersebut dijalankan. Sektor informal juga didefinisikan sebagai sektor yang tidak menerima bantuan dari pemerintahan; sektor yang belum menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintahan meskipun bantuan itu tersedia; dan sektor yang telah menerima bantuan ekonomi dari pemerintah namun belum sanggup berdikari (Soetjipto,1985:5)
Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat akibat adanya urbanisasi dan pemekaran kota menyebabkan kebutuhan lapangan kerja di perkotaan semakin meningkat. Hal tersebut berdampak pada semakin besarnya peningkatan jumlah pengangguran di perkotaan karena faktor formal sudah tidak lagi mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan kerja yang ada. Akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung, mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor informal. Sektor
commit to user
dan pengangguran.
Sejalan dengan itu Sethuraman dalam Kurniadi dan Tangkilisan memberikan definisi teoritis mengenai keberadaan sektor informal yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat diharapkan sebagai kendala seperti faktor modal baik fisik maupun manusia (pengetahuan) dan faktor ketrampilan. Secara umum sektor informal tidak hanya menyangkut aktivitas dari suatu individu namun juga merupakan suatu sistem ekonomi.
Oleh karena itu Canagarajah dan Sethuraman (2004: 51) menambahi bahwa sektor informal merupakan seluruh kegiatan ekonomi yang berada diluar kerangka institusi formal, yang dimana pemerintah hanya memiliki sedikit pengawasan terhadap keberadaan sektor ini. sedangkan maksud dari kerangka institusi formal secara umum tidak hanya menyangkut pada peraturan pendirian perusahaan tetapi juga beberapa peraturan lainnya seperti pekerja, keuangan dan juga lingkungan. Disamping beberapa pendapat diatas Brata (2004: 11) mengungkap bahwa keberadaan sektor informal yang merupakan hal yang tidak melanggar hukum, serta memberikan kontribusi besar sebagai penyerap tenaga kerja dan mengurangi resiko-resiko sosial. Sebagai pelopor masalah perkotaan, Keith Hart membagi dua (2) tipe mata pencaharian masyarakat kota di Ghana, yakni mereka yang mencari kerja dan
commit to user
Emploiyer). Kategori buruh yang dibayar atau yang tidak dibayar atas dasar upah yang permanen memunculkan dua bentuk peluang kerja yang dimudian dikelompokkan kedalam sektor formal dan sektor informal (Rachbini dan Hamid, 1994: 1). Dengan kata lain fenomena dari skctor informal merupakan suatu gambaran unik dari wajah ekonomi kota. Dimana terdapat suatu komunitas masyarakat yang didak mempunyai akses terhadap sektor ekonomi formal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kegiatan usahanya umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang tepat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh perseorangan atau keluarga atau usaha bersama atas dasar kepercayaan tanpa perjanjian tertulis.
b. Skala usahanya relatif kecil Modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil serta dapat dilakukan secara bertahap.
c. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti halnya dalam bentuk sektor formal.
d. Bekerja disektor informal umumnya lebih mudah dibandingkan disektor formal. Seseorang dapat memulai dan melakukan sendiri usahanya asalkan ia mempunyai keinginan dan kesediaan untuk itu, misalnya disebabkan oleh adanya hubungan keluarga.
e. Tingkat penghasilan disektor informal umumnya mudah
commit to user
Kebanyakan usaha kecil sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung melayani konsumen. Pendeknya jalur usaha tersebut justru membuat resiko usaha semakin besar dan sangat mudah berpengaruh dengan perubahan yang terjadi pada konsumen.
g. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan, tukang becak, dan lain-lain.(Simanjuntak, 1996: 115- 117).
Dari studi yang dilakukan oleh Magdalena (dalam Yustika, 2000: 194) disimpulkan beberapa ciri pokok mengenai sektor informal yang tidak jauh berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Simanjuntak, yaitu:
a. Mempunyai kegiatan yang tidak terorganisir secara baik, karena kegiatan usahanya timbul tanpa adanya bantuan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia disektor formal.
b. Secara umum aktivitas usaha ini tidak mempunyai surat ijin usaha.
c. Mempunyai kegiatan usaha yang tidak teratur secara baik dari segi lokasi maupun jam kerja.
d. Secara umum kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menyentuh pelaku ekonomi sektor ini.
e. Kegiatan usahanya berganti ganti dari satu sub sektor ke sub sektor lainnya.
f. Menggunakan teknologi sederhana (tradisional).
g. Tidak memiliki modal besar, sehingga skala operasinya kecil.
commit to user
dibutuhkan.
i. Secara umum usahanya dilakukan oleh satu orang, one man enterprice dan pekerjaannya direkrut dari keluarga. j. Hasil produksi atau jasa pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah.
D. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapat karena seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang telah dikelolanya. Pendapatan yaitu pemasukan yang telah diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematika dapat dinyatakan (William A. Eachern, 2000:98) :
TR = Q x P
Dimana, TR = Pendapatan Total Q = Jumlah Produksi P = Harga
commit to user
dengan biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi berlangsung demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Mulyadi, 1990:7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara otomatis tidak dapat dihindari dalam proses produksi.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga (Boediono, 2002:89), yaitu:
a. Gaji dan Upah Yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu, maupun satu bulan.
b. Pendapatan dan usaha sendiri Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya- biaya yang dibayar. Usaha disini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga. Tenaga kerja berhasil dari anggota keluarga sendiri serta nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
c. Pendapatan dari usaha lain Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga, dan biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain pendapatan dari hasil menyewakan asset yang dimiliki, bunga dan uang, sumbangan dari pihak
commit to user
jasa dengan tujuan memperoleh laba atau menghindari kerugian. Untuk mengukur tingkat pendapatan dapat dilihat dari jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi.
E. Pengertian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
a. Modal
Modal merupakan barang-barang produksi tahan lama yang pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi lebih lanjut (Samuelson, 1996:317), modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang untuk meningkatkan konsumsi masa depan. Jadi modal juga terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi, maka biaya itu termasuk kedalam modal. Modal adalah segala bentuk kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri maupun pihak lain berupa pinjaman (Suparmoko,1993:96). Modal terdiri dari :
1) Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapay digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah output. Modal usaha pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
commit to user
dagangan.
2) Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari-hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contohnya uang gaji pegawai dimana uang tersebut akan kembali lagi melalui penjualan.
Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera dalam debit neraca, yang menggambarkan sumber dana yang diperoleh. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal aktif dapat dibedakan dalam modal kerja dan modal tetap. Perbedaan fungsional antara modal kerja dan modal tetap adalah adalah aturan bahwa (Ismawan,1997:20) :
1) Jumlah modal kerja adalah fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan modal tetap sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan.
2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal kerja akan selalu berubah sesuai kebutuhan, sedangkan susunan modal tetap relatif permanen dalam jangka waktu tertentu
commit to user
pendek, sedangkan modal tetap terus mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.
b. Jam kerja
Jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Adapun waktu yang dimaksud disini adalah lamanya jam yang benar-benar digunakan seseorang untuk kegiatan produktif, maka ia akan menghasilkan produk barang yang semakin banyak yang berarti meningkatkan pendapatan mereka. Jones dan Bondan telah membagi lama kerja seseorang menjadi satu minggu menjadi tiga kategori (Aris Ananta: 1990: 175) :
1) Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, dikategorikan bekerja di bawah jam kerja normal.
2) Seseorang yang bekerja antara 35-45 jam per minggu, dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.
3) Seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu, dikategorikan bekerja dengan jam kerja panjang.
Jam kerja yang diperlukan setiap pedagang berbeda-beda, 35 jam seminggu atau 5,5 jam per hari dianggap sebagai batas kerja penuh. Seseorang yang bekerja di bawah angka tersebut setengah menganggur, dan biasanya orang yang setengah menganggur ini akan mencari pekerjaan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari pernyataan ini berarti
commit to user
banyak pula pendapatan yang diperoleh karena kesempatan yang digunakan dalam bekerja semakin banyak.
c. Pengalaman Usaha
Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lain. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi, dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang memiliki jam terbang tinggi didalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya (Bambang, 2009:24).
d. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atas tenaga yang digunakannya,jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data yakni semua orang (pedagang atau pemilik usaha dan pegawai) yang ada dalam Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
commit to user
Tingkat pendidikan seseorang diduga akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya dalam bekerja. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada disekitar demi kelancaran pekerjaan. Asumsi dasar teori Human Capital bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan dengan cara meningkatkan tingkat pendidikannya (Simanjuntak, 1985:59). Apabila ketrampilan yang dimiliki meningkat maka pedagang akan dapat meningkatkan keuntungannya.
F. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :
1. Salamatun Asakdiyah dan Tina Sulistyani (2001) dengan judu l penelitian “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta ”. Dalam penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta digunakan variabel analisis yang terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan digunakan sebagai variabel terikat, sedangkan jumlah modal usaha, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha digunakan sebagai variabel bebas. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
commit to user
tingkat pendapatan dari ketiga kelompok pedagang pasar di Kota Yogyakarta yang meliputi: Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar Sentul, dan Pasar Prawirotaman. Demikian pula untuk mengetahui seberapa jauh jumlah modal usaha yang digunakan, jam kerja yang dijalankan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta lama usaha yang telah ditekuni pedagang pasar. Hal ini dapat dicari dengan cara menghitung rata-rata dari masing-masing variabel.
2. Wulaningsih (2005) dalam penelitianya yang berju dul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pedagang Pasar Klewer