HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN
PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS CAWAS I KLATEN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

NAMA
NIM

: Arif Madriffa’i
: J 210.131.017

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

0

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)

1

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)

2

PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN
SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAWAS I KLATEN
Arif Madriffa’i*
H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep **
Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep ***

Abstrak
Skizofrenia merupakan penyakit distorsi mental tentang apa yang
dirasakan dengan orang lain adalah berbeda, lebih cenderung persepsi terhadap
dirinya sendiri. Kekambuhan pada pasien skizofrenia 100% terjadi pada tahun
kelima setelah terdiagnosis skizofrenia. Keluarga merupakan tempat yang aman
dan nyaman untuk berlindung, keluarga juga merupakan perawat utama bagi klien
dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan di rumah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dengan kekambuhan pada
pasien skizofrenia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antar
variable. Penelitian dilakukan bulan Maret 2015 di puskesmas Cawas I Klaten.
Jumlah responden sebanyak 35 responden dengan teknik purposive sampling.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan
Uji Chi square. Hasil penelitian adalah 16 responden (46%) berperan rendah dan
14 responden (40%) berperan cukup serta 5 responden (14%) berperan tinggi
dilihat dari kekambuhan pasien skizofrenia yang tergolong kekambuhan jarang 13
pasien (37%) dan tergolong kekambuhan sering 22 pasien (63%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan
kekambuhan pada pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten.


Kata kunci

: Peran Keluarga, Kekambuhan Skizofrenia

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Cawas I Klaten (Arif Madriffa’i)

3

THE ROLE OF FAMILY RELATIONSHIP WITH RELAPSE IN
SCHIZOPHRENIA PATIENTS PUSKESMAS CAWAS I KLATEN
Arif Madriffa’i*
H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep **
Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep ***
Abstract
chizophrenia is a mental illness distortion of what is perceived by others
is a different, more likely perceptions of himself. Relapse in patients with
schizophrenia 100% occurred in the fifth year after diagnosis of schizophrenia.
The family is a safe and comfortable place for shelter, the family is also the
primary caregivers for clients in determining the required nursing care at home.

The purpose of this study was to determine the role of families with relapse in
patients with schizophrenia. This research is a quantitative study with a
descriptive correlational design is to look for relationships between variables. The
study was conducted in March 2015 in the clinic Cawas I Klaten. Total
respondents 35 respondents using purposive sampling. Methods of data collection
using the questionare. Data analysis using Chi-square test. Results of the research
are 16 respondents (46%) plays low and 14 respondents (40%) to act fairly and 5
respondents (14%) play a role lofty views of relapse of schizophrenia patients
were classified as recurrence rare 13 patients (37%) and classified as recurrence
often 22 patients (63%). The conclusion from this study is that there is a
significant relationship between the role of families with recurrence in patients
with schizophrenia in the working area health centers Cawas I Klaten.

Keyword : Family roles, Recurrence Schizophrenia

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

PENDAHULUAN
Hampir 1% dari jumlah penduduk di

dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka (Fausiah, 2005). Berdasarkan data
World Health Organition WHO (2010)
masalah skizofrenia sudah menjadi masalah
yang sangat serius, angka kejadian pertahun
mencapai 15-20/100.000 individu, dengan
resiko morbiditas selama hidup 0,85%
(pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir
masa remaja atau awal dewasa (Katona,
2013).
Depkes RI (2008) melaporkan bahwa
di Indonesia jumlah penderita gangguan jiwa
berat sekitar 6juta orang atau sekitar 2,5%
dari penduduk di indonesia, Sebanyak 1-3
orang dari 1000 penduduk di Indonesia
mengalami gangguan jiwa. Dari 1-3 penderita
tersebut separuh diantaranya berlanjut
menjadi gangguan jiwa berat skizofrenia.
Berdasarkan data dinas kesehatan
Jawa Tengah (2013) terdapat 3/1000 dari

32.952.040 penduduk di jawa tengah
terdiagnosa skizofrenia, jadi terdapat sekitar
98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa
skizofrenia (Sri, 2008). Berdasarkan laporan
tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
angka kejadian gangguan jiwa pada tahun
2014 sebanyak 1.565 penderita.
. Kekambuhan adalah timbulnya gejala
yang
sebelumnya
sudah
memperoleh
kemajuan (Stuard and Laraia, 2006). Pasien
dengan diagnosis skizofrenia diperkirakan
akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70%
pada tahun kedua dan 100% pada tahun
kelima setelah pulang dari rumah sakit.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi

kekambuhan pasien skizofrenia yaitu klien,
penanggung jawab klien (care manager),
dokter, dan keluarga (Kelliat, 2011).
Keluarga merupakan unit paling dekat
dengan klien, dan merupakan “perawat
utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau asuhan keperawatan
yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan
perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika

3

tidak diteruskan di rumah yang kemudian
mengakibatkan klien harus dirawat kembali
(kambuh). Peran serta keluarga sejak awal
asuhan di rumah sakit adalah meningkatkan
dan memberdaya kemampuan keluarga secara
mandiri dalam merawat klien di rumah
(Kelliat, 1992).
Data rekam medik puskesmas Cawas I

Klaten didapatkan bahwa prevelensi penderita
skizofrenia pada tahun 2012 ditemukan
frekuensi
kekambuhan
sebanyak
530
kunjungan dari sejumlah 60 penderita,
sedangkan laporan tahun 2013 mencatat
angka
kejadian
kekambuhan
penyakit
skizofrenia sebanyak 449 kunjungan dari 55
penderita, dan tahun 2014 terdapat angka
kekambuhan skizofrenia sebanyak 487
kunjungan dari 55 penderita skizofrenia.
Jumlah keseluruhan penderita skizofrenia di
puskesmas Cawas I Klaten pada tahun 2014
sebanyak 93 penderita tetapi yang mengalami
kekambuhan sebanyak 55 pasien

LANDASAN TEORI
Definisi
Skizofrenia merupakan gangguan
yang
ditandai
dengan
disorganisasi
kepribadian yang cukup parah, distorsi realita
dan ketidakmampuan berinteraksi dengan
kehidupan sehari - hari. Seseorang yang
mengalami skizofrenia biasanya isi fikirnya
tidak teratur, dan mungkin mengalami delusi
atau halusinasi pendengaran (Ardani, 2013)
Kambuh pada skizofrenia merupakan
keadaan klien dimana muncul gejala yang
sama seperti sebelumnya (Andri, 2008).
Frekuensi kekambuhan adalah lamanya waktu
tertentu atau masa dimana klien muncul lagi
gejala yang sama seperti sebelumnya dan
mengakibatkan klien harus dirawat kembali

(Kelliat, 2011).
Pasien skizofrenia yang kambuh
biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai
karakteristik hiperaktif, tidak mau minum
obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial
(Kelliat,
2011)

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kekambuhan skizofrenia
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kekambuhan skizofrenia adalah klien, dokter
penanggung jawab klien dan keluarga

(Kelliat, 2011).
1. Faktor klien
Secara umum bahwa klien yang minum
obat secara tidak teratur mempunyai
kecenderungan untuk kambuh. Hasil
penelitian menunjukkan 25% sampai 50%
klien yang pulang dari rumah sakit jiwa
tidak memakan obat secara teratur
(Appleton, dalam Keliat 1996). Klien
kronis, khususnya skizofrenia sukar
mengikuti aturan minum obat karena
adanya
gangguan
realitas
dan
ketidakmampuan mengambil keputusan.
Di rumah sakit perawat bertanggung jawab
dalam pemberian atau pemantauan
pemberian obat, di rumah tugas perawat
digantikan oleh keluarga.
2. Faktor dokter
Minum obat yang teratur dapat mengurangi
kekambuhan, namun pemakaian obat
neuroleptik yang lama dapat menibulkan
efek samping yang dapat menggangu
hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol. Pemberian resep diharapkan
tetap waspada mengidentifikasi dosis
terapeutik
yang
dapat
mencegah
kekambuhan dan efek samping.
3. Faktor penanggung jawab klien.
Setelah klien pulang ke rumah maka
penanggung jawab kasus mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk
bertemu dengan klien, sehingga dapat
mengidentifikasi gejala dini dan segera
mengambil tindakan.
4. Faktor keluarga.
Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga
diperkirakan menyebabkan kekambuhan
yang tinggi pada klien. Hal lain adalah
klien mudah dipengaruhi oleh stress yang
menyenangkan
maupun
yang
menyedihkan.
Keluarga
mempunyai

4

tanggung jawab yang penting dalam proses
perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan
pulang
dan
setelah
No.

Umur
Jumlah Persentasi
Responden
(%)
1. Remaja
4
11
akhir (17 25)
2. Deawasa
9
26
awal (26 35)
3. Dewasa
13
37
akhir (36 45)
4. Lansia
7
20
awal (46
- 55)
5. Lansia
2
6
akhir (56 65)
Jumlah
35
100
pasien pulang kerumah, sebaiknya pasien
melakukan perawatan lanjutan pada
puskesmas di wilayahnya yang mempunyai
program integrasi kesehatan jiwa. Keluarga
membantu proses adaptasi klien di dalam
keluarga dan masyarakat serta membuat
jadwal aftercare. Kualitas dan efektifitas
perilaku keluarga akan membantu proses
pemulihan kesehatan klien sehingga status
klien meningkat.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif korelatif dengan desain
Cross-Sectionalf, yang digunakan untuk
mencari hubungan antar variable, digunakan
untuk mengetahui antara peran keluarga
dengan kekambuhan pasien skizofrenia Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua
keluarga yang mempunyai anggota keluarga

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

yang sakit skizofrenia di wilayah kerja
puskesmas Cawas I Klaten yang pernah
mengalami kekambuhan sebanyak 55
responden. Sampel sebanyak 35 responden.
teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling. Instrumen penelitian
yang digunakan peneliti dalam pengumpulan
data adalah kuesioner.
HASIL PENELITIAN
Berikut hasil dan pembahasan
mengenai peran keluarga dengan kekambuhan
pasien skizofrenia pada responden penelitian :
Tabel 1
Distribusi frekuensi responden bedasarkan
umur
Distribusi responden menurut umur
diketahui bahwa responden termuda adalah
remaja akhir (17 - 25 tahun) sebanyak 4
responden (11%), dan responden tertua adalah
kategori lansia akhir (55 - 65 tahun) sebanyak
2 reponden (6%) sedangkan distribusi
terbanyak adalah dewasa akhir (36 - 45 tahun)
yaitu sebanyak 13 (37%).
Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Jenis
Kelamin
No.
1.
2.

Jenis
Kelamin
laki-laki
perempuan
Total

Jumlah
22
13
35

Persentasi
(%)
63
37
100

Distribusi responden menurut Jenis
Kelamin menunjukkan distribusi terbesar
adalah laki - laki yaitu sebanyak 22 (63%)
dan distribusi terendah adalah perempuan
sebanyak 13 responden (37%).

5

Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pendidikan
No.

Pendidikan

Jumlah

1.
2.
3.
4.

SD
SMP
SMA
PT
Jumlah

14
10
9
2
35

Persentasi
(%)
40
29
26
5
100

Distribusi responden menurut tingkat
pendidikan
menunjukkan
distribusi
terbesar adalah SD yaitu sebanyak 14
(40%) dan distribusi terendah adalah
perguruan tinggi (PT) sebanyak 2
responden (5%). Rata - rata responden
berpendidikan SMP (29%) dan SMA
(26%).
Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
No.

Pekerjaan

Jumlah

1.
2.
3.

Petani
PNS
Pegawai
Swasta
Wiraswasta
jumlah

14
1
5

Persentasi
(%)
40
3
14

15
35

43
100

4.

Distribusi
responden
menurut
pekerjaan diketahui
sebagian besar
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta
sebanyak 15 (43%), lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang
pekerjaan sebagai PNS yaitu sebanyak 1
responden
(3%).

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

Tabel 4.5
Distribusi Responden menurut Hubungan
dengan Pasien
No.

1
2
3
4
5

Hubungan
dengan
Pasien
Ayah
Ibu
Kakak
Adik
Lain-Lain
Total

Jumlah

13
5
9
3
5
35

Persentasi
(%)
37
14
26
9
14
100

Distribusi
responden
menurut
Hubungan dengan pasien menunjukkan
distribusi terbesar adalah ayah yaitu
sebanyak 13 (37%) dan distribusi terendah
adalah adik sebanyak 3 responden (9%).
Rata - rata responden hubungan sebagai
ibu (14%), kakak (26%) dan lain-lain
(14%).
Tabel 4.6
Distribusi Responden menurut Lama
Pasien Menderita Skizofrenia
No.
1.
2.

Lama
menderita
1-4
tahun
5-8
tahun
Total

Jumlah
10

Persentasi
(%)
29

25

71

35

100

Distribusi responden menurut lama
pasien menderita skizofrenia menunjukkan
distribusi terbesar adalah 5 – 8 tahun yaitu
sebanyak 25 responden (71%) dan
distribusi terendah adalah 1 - 4 tahun
sebanyak 10 responden (29%).

6

Analisis univariat
Tabel 4.5
Peran keluarga
No.
1.
2.
3.

Peran
Jumlah Persentasi
keluarga
(%)
Rendah
16
46
Cukup
14
40
Tinggi
5
14
Jumlah
35
100

Data tentang peran keluarga diperoleh dari
18 pertanyaan kuesioner. Peran keluarga
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu peran rendah,
cukup dan tinggi.
Distribusi peran tertinggi adalah kategori
cukup yaitu sebanyak 16 responden (46%)
dan distribusi terendah adalah kategori tinggi
sebanyak 5 responden (14%).
Tabel 4.6
Frekuensi Kekambuhan Pada Penderita
Skizofrenia
No. Kekambuhan Jumlah Persentasi
(%)
1. Jarang
13
37
2. Sering
22
63
Jumlah
35
100
Kekambuhan responden dibagi dalam
2 kategori, yaitu kekambuhan jarang dan
sering. Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar responden dalam
kategori sering yaitu 22 (63%) sedangkan
distribusi terendah adalah kategori jarang
sebanyak
responden
(37%)

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

7

akhir yaitu sebanyak 13 responden dengan
jumlah presentase 37%, sedangkan sebagian
kecil keluarga yang mempunyai anggota
keluarga yang sakit skizofrenia yaitu lansia
akhir sebanyak 2 responden dengan
presentase 6%.
Peran Kekambuhan skizofreni
Total
Berdasarkan hasil penelitian distribusi
keluarg Jarang Sering
berdasarkan
jenis kelamin responden di
a
Fre % Fre %
Frek
%
dapatkan data bahwa sebagian besar
Rendah 2 6 14 40
16
100
responden berjenis kelamin laki – laki yaitu
Cukup 8 23 6
17
14
100
22 responden (63%) dan hubungan dengan
Tinggi 3 9
2
5
5
100
pasien skizofrenia sebagai ayah yaitu 13
13 38 22 62
35
100
responden (37%).
X2 = 7.679
H0 ditolak
Hasil penelitian yang dilakukan di
Ρ- value = 0,022
puskesmas Cawas I Klaten hampir sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendy
Tabel 4.5 menunjukkan responden (2007) di lingkungan keluarga, ibu kurang
yang berperan rendah dengan kekambuhan berperan secara optimal sehingga ibu
jarang sebanyak 2 responden (6%), peran cenderung menjadi bad-enough mother.
rendah dengan kekambuhan sering sebanyak Selain itu kedudukan ibu lebih lemah
14 responden (40%). Responden yang daripada ayah sehingga ibu hanya cenderung
berperan cukup dengan kekambuhan jarang menurut kepada ayah. Ayah memiliki
sebanyak 8 responden (23%), peran cukup kedudukan yang paling kuat danb berperan
dengan sering sebanyak 6 responden (17%). lebih aktif sehingga ayah menjadi figur
Sedangkan responden yang berperan tinggi sentral dan memegang keputusan keluarga.
Distribusi responden menurut pekerjaan
dengan kekambuhan jarang sebanyak 3
didapatkan data bahwa pekerjaan responden
responden (9%) dan peran tinggi dengan paling banyak sebagai wiraswasta yaitu 15
kekambuhan sering sebanyak 2 responden responden (43%) dan paling sedikit sebagai
(5%).
PNS sebanyak 1 responden (3%), frekuensi
Hasil pengujian Chi-Square hubungan tingkat pendidikan responden paling banyak
peran keluarga dengan kekambuhan diperoleh adalah SD sebanyak 14 responden (40%) dan
nilai X2 sebesar 7.679 dengan ρ-value = 0,022. paling sedikit adalah PT sebanyak 2
Nilai ρ-value lebih kecil dari 0,05 (0,022< responden (6%).
0,05) maka disimpulkan H0 ditolak.
Hasil penelitian tersebut hampir serupa
Berdasarkan uji tersebut maka disimpulkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meta
terdapat Hubungan Antara Peran Keluarga (2010) bahwa status ekonomi dan kualitas
Dengan
Kekambuhan
Pada
Pasien hidup yang sangat bermakna antara pasien
Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas skziofrenia gejala positif menonjol dan gejala
negatif menonjol serta proporsi pasien
Cawas I Klaten.
skizofrenia yang mempunyai kualitas hidup
baik secara sangat bermakna lebih banyak
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang didapatkan pada kelompok pasien skizofrenia
distribusi berdasarkan pengelompokan usia yang mempunyai gejala positif menonjol
yang
negatif
menonjol.
responden di dapatkan data bahwa sebagian daripada
besar keluarga yang mempunyai anggota
keluarga sakit skizofrenia adalah dewasa
Tabel 4.7
Crosstab Hubungan Antara Peran
Keluarga Dengan Kekambuhan Pada
pasien skizofrenia

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

Distribusi responden menurut lama
anggota keluarga menderita skziofrenia
didapatkan data bahwa sebagian besar lama
pasien menderita selama 5 - 8 tahun sebanyak
25 responden (71%) dan sebagian kecil lama
menderita pasien selama 1 – 4 tahun sebanyak
10 responden (29%) sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Suryani (2009) bahwa
keluarga pasien skizofrenia mempunyai
kecenderungan depresi dibandingkan dengan
keluarga pasien psikis lainya, terdapat
hubungan yang kuat antara lama sakit pasien
skizofrenia dengan skor depresi pada
keluarganya dan terdapat hubungan negatif
yang kuat antara persepsi dukungan sosial
dengan skor depresi pada keluarga pasien
skizofrenia.
Data tentang peran keluarga tentang
skizofrenia diperoleh dari 18 pertanyaan
kuesioner. Distribusi peran keluarga tertinggi
adalah kategori cukup yaitu sebanyak 16
responden (46%) dan distribusi terendah
adalah kategori tinggi sebanyak 5 responden
(14%).
Peran
keluarga
terhadap
penderita
skizofrenia merupakan serangkaian tindakan
yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan dalam keluarganya. Sebagian
besar peran keluarga yang diberikan sebagai
pendorong, sahabat, pendamai, penyalah,
dominator, pengasuh keluarga, terapi keluarga
dan perawatan selama dirumah sesuai dengan
teori peran keluarga menurut Friedman
(2002).
Keluarga berperan dalam menentukan cara
atau asuhan keperawatan yang diperlukan
klien di rumah. Keberhasilan perawat di
rumah sakit dengan sia - sia jika tidak
diteruskan di rumah Peran serta keluarga
sejak awal asuhan di rumah sakit adalah
meningkatkan dan memberdaya kemampuan
keluarga secara mandiri dalam merawat klien
di rumah (Kelliat, 1992).
Penelititan ini serupa dengan penelitian
Nurdiana (2007) bahwa keluarga biasanya
menganggap anggota keluarganya yang sakit

8

skizofrenia sudah sembuh dan pengawasan
aftercare di pelayanan kesehatan jiwa
(RSJ/puskesmas
integrasi)
menjadi
terabaikan. Hal inilah yang menyebabkan
peran keluarga terhadap pasien skizofrenia
menjadi rendah ( Kelliat, 1992).
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
sebagian besar peran keluarga 46% responden
dalam kategori rendah. Peran keluarga yang
diberikan salah satunya Keluarga membantu
proses adaptasi klien di dalam keluarga dan
masyarakat serta pelaksanaan program
aftercare. Peran keluarga yang diberikan
terhadap pasien skizofrenia dapat dipengaruhi
oleh perbedaan kelas sosial seperti keluarga
yang berpenghasilan rendah, keluarga kelas
pekerja dan menengah, karena keluarga
dengan kelas sosial yang tinggi peran tentang
kepedulian dan cara menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota
keluarga yang menderita skizofrenia lebih
maksimal dibandingkan dengan kelas sosial
yang rendah. Penelitian ini sesuai dengan
pendapat Friedman (2002) bahwa variabel
yang dapat mempengaruhi peran keluarga
antara lain perbedaan kelas sosial, bentuk
keluarga, pengaruh kebudayaan / etnik, tahap
perkembangan keluarga, dan model peran.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa sebagian besar responden dalam
kategori sering yaitu 22 responden (63%)
sedangkan distribusi terendah adalah kategori
jarang sebanyak 13 responden (37%).
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
sebagian besar Kekambuhan skizofrenia 63%
responden
dalam
kategori
sering.
Kekambuhan yang terjadi dipengaruhi oleh
obat psikotropik dan faktor keluarga.
Keluarga yang rutin berkoordinasi dengan
petugas
kesehatan
dalam pelaksanaan
program aftercare pengobatan pada penderita
skizofrenia
akan
mengurangi
angka
kekambuhanya.
Kekambuhan skizofrenia sering kali di
sembunyikan oleh keluarga dan dikucilkan
agar tidak diketahui oleh masyarakat. Persepsi

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

keluarga yang positif sangat dibutuhkan
dalam perawatan pasien skizofrenia untuk
mengurangi kekambuhanya. Membangun
persepsi positif pada keluarga bisa dilakukan
dengan cara melakukan penyuluhan kepada
keluarga tentang skizofrenia dan tempat
pelayanan
kesehatan
jiwa
perlu
mengembangkan promosi kesehatan di
masyarakat agar terciptanya persepsi yang
positif terhadap skizofrenia baik oleh keluarga
maupun masyarakat sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijaya (2010) bahwa
semakin sulit atau semakin tidak adanya
pelayanan kesehatan yang diterima oleh
responden semakin besar kemungkinan untuk
seringnya terjadi kekambuhan atau dengan
kata lain semakin baik pelayanan kesehatan
yang tersedia semakin besar peluangnya
dalam mencegah terjadinya kekambuhan.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat
Kelliat
(2011)
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi kekambuhan pada pasien
skizofrenia antara lain oleh pasien, dokter,
case manager dan keluarga.
Dari penelitian ini didapatkan hasil 46%
responden berperan rendah yaitu sejumlah 16
responden dari 35 responden secara
keseluruhan. Sedangkan yang berperan
sedang 40% dan yang berperan tinggi ada
14%. Dari responden yang berperan rendah
tersebut, terdapat 46% responden yang
mengalami
kekambuhan
skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
diartikan bahwa peran keluarga berpengaruh
besar pada kekambuhan pasien skizofrenia.
Peran merupakan serangkaian tindakan yang
diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan dalam keluarganya (Friedman,
2002). Peran keluarga merupakan cara
keluarga
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh penderita
skizofrenia selama di rumah, semakin tinggi
peran keluarga yang diberikan semakin
rendah kekambuhanya. Pelaksanaan program
aftercare yang dilakukan oleh keluarga
bersama pasien di tempat pelayanan

9

kesehatan
jiwa
terdekat,
kekambuhan
skizofrenia dapat diminimalkan (Kelliat,
1992).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kristin (2012) tentang faktor faktor yang mempengaruhi kekambuhan
pasien skizofrenia di poliklinik RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang bahwa
semakin baik peran serta keluarga terhadap
pasien
skizofrenia
maka
kekambuhan
skizofrenia dapat diminimalkan.
Namun dari penelitian ini juga terdapat 5%
kekambuhan dengan responden yang berperan
tinggi sejumlah 2 responden. Hal tersebut
menunjukan bahwa peran keluarga bukan
merupakan satu - satunya yang dapat memicu
kekambuhan pada pasien skizofrenia. Adapun
faktor lain yang dapat memicu kekambuhan
pada skizofrenia selain keluarga adalah
dokter, klien, dan case manager (Kelliat,
1992).
Pada penelitian ini dapat diteliti
karakteristik responden yang berhubungan
dengan penyebab kekambuhan skizofrenia
yaitu
karakteristik
tingkat
pendidikan
responden. Tingkat pendidikan responden
sebagian besar adalah SD yaitu sebanyak 40%
identik dengan pengetahuan yang rendah
sehingga peran terhadap pasien skizofrenia
masih kurang sedangan tingkat pendidikan
perguruan tinggi sebanyak 6% identik dengan
pengetahuan yang lebih luas dan tepat dalam
menentukan asuhan keperawatan yang
diperlukan pada pasien skizofrenia. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Surya Mulyadi Fadli (2013) tentang gambaran
pengetahuan dan Ekspresi keluarga terhadap
frekuensi kekambuhan skizofrenia di RSJD
tampan provinsi riau bahwa pengetahuan
yang baik, ekspresi responden tidak
berlebihan frekuensi kekambuhan pada
penderita skizofrenia berkurang.
Peran keluarga merupakan satu - satunya
hal yang bisa dilakukan untuk menghindari
terjadinya kekambuhan skziofrenia. Peran
keluarga yang dapat dilakukan untuk

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

mengurangi kekambuhan pada pasien
skizofrenia adalah ikut berperan dalam
perawatan aftercare di puskesmas integrasi /
RSJ terdekat seperti kunjungan berobat,
mengambil obat, pengawasan minum obat,
terapi keluarga dan bekerjasama dengan
petugas kesehatan terkait peran sebagai case
manager terhadap pasien (Kelliat, 1992).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan peneliti pada keluarga pasien
skizofrenia di wilayah kerja puskesmas
Cawas I Klaten yang dilakukan pada bulan
april 2015 mengenai peran keluarga
skizofrenia dengan kekambuhan pasien
skizofrenia dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar keluarga skizofrenia di
wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten
berperan rendah dan sebagian kecil
responden berperan tinggi pada anggota
keluarga yang menderita skizofrenia
2. Sebagian besar keluarga skizofrenia di
wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten
mengalami
kekambuhan
sering
sedangkan sebagian kecil responden
mengalami kekambuhan jarang
3. Ada hubungan antara peran keluarga
dengan kekambuhan pada penderita
skizofrenia di wilayah kerja puskesmas
Cawas I klaten.
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait
dengan hasil dan pembahasan penelitian ini
penulis tujukan bagi:
1. Responden, disarankan dapat;
Keluarga
diharapkan
lebih
dapat
menambah dan meningkatkan perannya
terhadap pasien skizofrenia melakukan
aftercare di puskesmas integrasi dalam
peranya menjaga ekspresi emosi dan
jadwal berkunjung selama perawatan.
2. Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

10

Pelayanan kesehatan diharapkan dapat
memberikan
penyuluhan
kesehatan
berulang tentang
perawatan
pasien
skizofrenia sehingga keluarga dapat
berkontribusi dan berkolaborasi dengan
petugas kesehatan dalam perawatan
anggota
keluarga
yang
menderita
skizofrenia sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan skizofrenia yang berulang
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai landasan dan upaya untuk
melakukan penelitian lebih lanjut kearah
penelitian yang lebih luas, yaitu dapat
melakukan penelitian secara mendalam
tentang
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
kekambuhan
pasien
skizofrenia misalnya Klien, dokter/pemberi
resep, dan penanggung jawab klien (case
manager).
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiardi Ardi. 2013. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa.Bandung : Karya Putra
Darwati.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Astuti, Reni. 2013. Hubungan Masalah
Psikososial Dengan Kejadian Skizofrenia
di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Kota
Cimahi. Jurnal Penelitian. Cimahi: Stikes
Budi Luhur Cimahi.
Elenkolis, Kristin. 2012. Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi
Kekambuhan
Pasien
Skizofrenia Di Poliklinik RSJD Dr. Amino
Gondohutomo
Semarang.
Jurnal
penelitian. Salatiga : Universitas Kristen
Satya Wacana.
Fausiah, Fitri. 2005. Psikologi Abnormal
Klinis Dewasa. Jakarta : Penerbit
Universitas
Indonesia.

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

Friedman,
M.M.
2002.
Buku
Ajar
keperawatan Keluarga Riset, Teori, &
praktek edisi : 5. Jakarta : EGC.
Fytrhiani, Silva. 2011. Peran Keluarga Dalam
Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia Di
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
Tembung. Jurnal penelitian. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Hadisukanto, Gitayanti. 2010. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan
Keluarga edisi : pertama. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Hendi, Purwo Prabowo. 2007. Interaksi
Keluarga
Pada
Remaja
Penderita
Skizofrenia : Tinjauan Psikokultural Jawa.
Jurnal penelitian. Semarang : Undip.
Hidayat,
A,A.
(2008),
2003.
Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta : Salemba Medika.
Idiani M, Sri. 2006. Kecenderungan Depresi
Pada Keluarga Pasien Skizofrenia. Jurnal
Penelitian. Semarang : Undip.
Katona, Cornellius. 2012. At a glance
Psikiatri. Jakarta : Erlangga.
Kelliat, Budi Anna. 2011. Manajement Kasus
Gangguan
Jiwa
CMHN
(Intermediate Course ). Jakarta : EGC.
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa Edisi Dua. Surabaya :
Airlangga University Press .
Mixrofa Sebayang, Septian. 2011. Hubungan
dukungan sosial keluarga dengan frekuensi
kekambuhan
pasien
skizofrenia
di
poliklinik RSJD Propsu Medan. Jurnal
penelitian. Medan : Universitas Sumatera
Utara.
Muhlisin, H.M. Abi. 2012. Keperawatan
Keluarga.Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Nancye, Pandeirot M. 2009. Pengaruh Terapi
Keluarga Terhadap Dukungan Keluarga
Dalam Merawat Klien Dengan Masalah
Perilaku Kekerasan Di Kota Surabaya.
Jurnal Penelitian. Surabaya : Poltekes
Surabaya.

11

Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga
Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien
Skizofrenia.
Jurnal
Penelitian.
Banjarmasin : Stikes Muhammadiyah
Banjarmasin.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Priyanti, Leni. 2012. Faktor – Faktor
Penyebab Terjadinya Kekambuhan Pada
Pasien Skizofrenia Di Unit Rawat Inap
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Jurnal penelitian. Samarinda : Politeknik
Kesehatan Kalimantan Timur.
Putri,B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri edisi 2.
Jakarta : EGC.
Ruspawan, Dewa Made. 2011. Hubungan
Peran
Keluarga
dengan
Frekuensi
Kekambuhan
Klien
Skizofrenia
di
Poliklinik RSJ Provinsi Bali. Jurnal
penelitian. Bali : Politeknik Kesehatan
Denpasar.
Saryono.
2008.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Jogjakarta : Mitra Cendika Press.
Safitri, Meta. 2010. Perbedaan Kualitas Hidup
Antara Pasien Skizofrenia Gejala Positif
Dan Gejala Negatif Menonjol. Jurnal
penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : CV Alfabeta.
Sumantri Arif. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rajawali.
Sumiati, Neneng Tati. 2012. Hubungan
Ekspresi Emosi (Ee) Keluarga Dengan
Fprekuaensi Kekambuhan Skizofrenia
Warga
Kersamanah,Garut.
Jurnal
Penelitian. Garut : Stikes Garut.
Susianto, Jaya. 2005. Promosi Kesehatan
Pada Keluarga Penderita Dalam Deteksi
Awal Kekambuhan Skizofrenia Pasca
Pengobatan Di Rumah Sakit Jiwa Kota

Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I
Klaten (Arif Madriffa’i)

Bengkulu. Jurnal Penelitian. Bengkulu :
Poltekes Bengkulu.
Sri, Wulansih. 2008. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di
RSJD Surakarta. Berita ilmu keperawatan,
ISSN
1979-2697.
Vol.1.N0.4.
Http.//eprints.UMS.ac.id./1130/1/4f.pdf.
Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Wijaya, Aji. 2010. Peran Pelayanan
Kesehatan Dalam Mencegah Terjadinya
Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di
RSJ. Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Jurnal
Penelitian. Jogjakarta : Universitas Gajah
Mada.
Wiwin, Karlin. 2010. Persepsi Keluarga
Terhadap Skizofrenia Di RS X. Jurnal
Penelitian. Bandung : unpad.

*Arif Madriffa’i : Mahasiswa S1 Transfer
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura
H.M. Abi Muhlisin, SKM, M.Kep : Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura
Ns. Wachidah Yuniartika, S.Kep : Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura

12

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN MUNCULNYA TANDA-TANDA KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS BARENG KOTA MALANG

7 19 29

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS KASIHAN 1 KABUPATEN BANTUL DIY

0 3 117

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA

0 2 6

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

0 1 17

PEMDAHULUAN Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA.

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KETAATAN BEROBAT DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Antara Ketaatan Berobat dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Grhasia.

0 5 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS JATINANGOR.

0 0 2

i HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSK PURI NIRMALA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSK Puri Nirmala Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 19

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia

0 0 15