PEMDAHULUAN Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

(1)

A.Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan penyakit distorsi mental tentang apa yang dirasakanya dengan kenyataan terhadap orang lain adalah berbeda, lebih cenderung persepsi terhadap dirinya sendiri. Skizofrenia ini merupakan golongan penyakit tidak menular, tetapi gangguan psikotik ini paling sering terjadi di dunia (Yosep, 2009).

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat dengan berbagai gejala seperti berbicara yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Gejala -negative dari gangguan psikotik ini seperti avolotion (menurunya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan berbicara dan miksinya keinginan pembicaraan, efek yang datar dan terganggunya relasi personal (Fauziah, 2005).

Menurut Fausiah (2005) hampir 1% dari jumlah penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Berdasarkan data World Health Organition WHO (2010) masalah skizofrenia sudah menjadi masalah yang sangat serius, angka kejadian pertahun mencapai 15-20/100.000 individu, dengan resiko morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa (Katona, 2013).

Berdasarkan data Depkes RI (2008) melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita gangguan jiwa berat sekitar 6juta orang atau sekitar 2,5% dari penduduk di indonesia, Sebanyak 1-3 orang dari 1000 penduduk di Indonesia mengalami


(2)

gangguan jiwa. Dari 1-3 penderita tersebut separuh diantaranya berlanjut menjadi gangguan jiwa berat skizofrenia (Nurdiana, 2010).

Berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Tengah (2013) terdapat 3/1000 dari 32.952.040 penduduk di jawa tengah terdiagnosa skizofrenia, jadi terdapat sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia (Sri, 2013). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten angka kejadian gangguan jiwa pada tahun 2014 sebanyak 1.565 penderita. Penanggulangan kesehatan jiwa di Kabupaten Klaten menjadi tanggung jawab RSJD Dr. M. Soejarwardi klaten dibantu oleh puskesmas yang ditunjuk sebagai puskesmas delegasi dalam pelayanan jiwa yaitu puskesmas Cawas I dan puskesmas Delanggu I.

Di indonesia penanganan penderita gangguan jiwa belumlah memuaskan, treatment yang dilakukan seperti treatment biologis, social, psikologis (intervensi perilaku, kognitif dan sosial seperti melatih keterampilan berbicara, keterampilan mengelola gejala, terapi kelompok, terapi melatih kerja, dll), terapi keluarga (melatih bagaimana keluarga menghadapi perilaku keluarganya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh), dan komunitas asertif (menyediakan layanan komperhensif bagi penderita skizofrenia dengan dokter ahli, pekerja social dan psikolog ) serta treatment lintas budaya penyembuhan tradisional (dengan do’a, upacara adat, jamu, dll) belumlah sepenuhnya dilakukan (Harrist dan Craighead, kazdin & Mahoney, 2006).

Kekambuhan adalah timbulnya gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuard and Laraia, 2006). Pasien dengan diagnosis skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan


(3)

100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu klien, penanggung jawab klien (care manager), dokter, dan keluarga (Kelliat, 2011).

Keluarga adalah tempat berlindung dan tempat paling nyaman bagi pasien skizofrenia dalam menjalankan hidup dan mengembalikan kemandiriannya. Peran dari keluarga merupakan salah satu unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalahnya (Ardani, 2013).

Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit adalah meningkatkan dan memberdaya kemampuan keluarga secara mandiri dalam merawat klien di rumah (Kelliat, 1992).

Menurut Friedman (2002) peran keluarga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan performa dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dibatasi secara nurmatif dan budaya, baik peran keluarga secara formal maupun informal yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan pada anggota keluarga yang terdiagnosa skizofrenia.

Untuk mendapatkan jawaban nyata, perlu dilakukan suatu penelitian guna mengidentifikasi peran keluarga dalam perawatan penurunan frekuensi kekambuhan klien skizofrenia, mengingat keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit


(4)

pasien. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, melainkan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemandirian keluarga (Friedman, 2002).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Cawas I Klaten pada tanggal 16 Oktober 2014, puskesmas Cawas I Klaten merupakan puskesmas Delegasi bersama puskesmas delanggu I dari RSJD Dr. M. Soedjarwdi Klaten dalam hal penjaringan, pengobatan dan mitra penanggulangan gangguan jiwa di kabupaten Klaten sejak tahun 1995. Setiap minggu sekali tim medis dari RSJD Dr. M. Soedjarwadi Klaten datang ke puskesmas Cawas I. Jumlah pasien skizofrenia sampai saat ini di puskesmas Cawas I Klaten mencapai 88 pasien dan 55 pasien diantaranya pernah kembali mengalami gejala skizofrenia setelah pulang perawatan dari RSJD Dr. Soedjarwadi Klaten. Berdasarkan hasil rekam medik di puskesmas tersebut bahwa angka kekambuhan skizofrenia yang terjadi pada tahun 2014 paling tinggi yaitu 6 kali dalam satu tahun.

Penyakit skizofrenia ini berdasarkan jumlah kunjungan setiap bulanya termasuk dalam kategori 10 besar penyakit tidak menular di puskesmas Cawas I Klaten.

Data rekam medik puskesmas Cawas I Klaten didapatkan bahwa prevelensi penderita skizofrenia pada tahun 2012 ditemukan frekuensi kekambuhan sebanyak 530 kunjungan dari sejumlah 60 penderita, sedangkan laporan tahun 2013 mencatat angka kejadian kekambuhan penyakit skizofrenia sebanyak 449


(5)

kunjungan dari 55 penderita, dan tahun 2014 terdapat angka kekambuhan skizofrenia sebanyak 487 kunjungan dari 55 penderita skizofrenia. Jumlah keseluruhan penderita skizofrenia di puskesmas Cawas I Klaten pada tahun 2014 sebanyak 93 penderita tetapi yang mengalami kekambuhan sebanyak 55 pasien.

Menurut petugas penanggung jawab jiwa di puskesmas Cawas I Klaten, biasanya keluarga yang meminta bantuan ke puskesmas Cawas I Klaten ketika tanda dan gejala pada anggota keluarga yang sakit skizofrenia muncul kembali seperti amuk dan halusinasi setelah pengobatan alternatif yang dilakukan tidak mengalami perubahan. Sebagian besar keluarga juga terlambat mengambilkan obat secara mandiri atau mendampingi anggota keluarga yang sakit skizofrenia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Apakah Ada Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten


(6)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui peran keluarga terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten

b. Mengetahui Frekuensi kekambuhan pasien Skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten.

c. Mengetahui peran keluarga dengan Frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten

D.Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk menambah pengetahuan tentang gangguan penyakit jiwa khususnya skizofrenia yang masih banyak terjadi di Indonesia bahkan di Dunia.

2. Profesi keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan bisa sebagai bahan masukan ilmu keperawatan untuk mengembangkan perencanaan keperawatan serta meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan jiwa.

3. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada keluarga untuk menunjang proses keperawatan yang tepat dan diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit skizofrenia.


(7)

4. Bagi Penulis

Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat memberi pengalaman nyata bagi peneliti sebagai peneliti pemula serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang peran keluarga terhadap kekambuhan pada pasien skizofrenia.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi guna menunjang penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas tentang gangguan skizofrenia.

E.Keaslian Penelitian

Penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan oleh :

1. Ruspawan, Dewa Made (2011) . “Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi

Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik RSJ Provinsi Bali”. Teknik analisa data menggunakan Uji Korelasi Product Moment dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai peran keluarga sebesar 55,57 % dan rata-rata kekambuhan klien Skizofrenia sebesar 4,02 kali. Nilai p sebesar 0,0001 dan nilai r = 0,610 dengan p<0,05. Maka dapat dinyatakan ada hubungan yang kuat antara Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

2. ElenKonis, Kristin (2012). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang”. Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Responden yang diambil 4 orang. Teknik analisa data yaitu reduksi data, penyajian data verifikasi data. Uji keabsahan data menggunakan


(8)

Triangulasi data. Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu dari pasien yaitu klien, dokter, penanggung jawab klien dan keluarga.

3. Priyanti,Leni (2012). “Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Unit Rawat Inap Rsjd Atma Husada Mahakam Samarinda”. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua keluarga pasien yang menjalani rawat inap di Unit Rawat Inap RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dengan besarnya sampel sebanyak 51 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik analisa data adalah univariat persentase dan distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah Regimen terapeutik pada tidak efektif yaitu sebanyak 32 orang (62,7%), meskipun Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dalam kategori tinggi, Sikap keluarga kurang baik terhadap pasien skizofrenia yaitu sebanyak 28 orang (54,9%). Perilaku keluarga yang buruk terhadap pasien skizofrenia yaitu terdapat 31 orang (60,8%). Meskipun dukungan petugas RSJ/ Puskesmas terhadap pasien selama berada di rumah sudah tinggi yaitu sebanyak 31 orang (60,8%). Faktor lingkungan sudah ikut mendukung pasien selama berada di rumah yaitu sebanyak 29 orang (56,9%) meskipun masih terdapat 22 orang (43,1%) yang menyatakan lingkungan tidak mendukung pasien selama berada di rumah.

4. Nurdiana (2007). “Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia”. Pada studi ini penulis menggunakan desain Cross Sectional. Sampel yang penulis teliti adalah keluarga dari klien yang menderita


(9)

skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Saat penulis melakukan penelitian seluruh sampel berjumlah 30 orang, pengambilan data dengan non Probabilty Samplng tipe Porposif Sampling, data yang diproses dengan menggunakan Chi-Square dengan angka signifikan (p) < 0,05. Hasil Chi-Square Test menunjukkan signifikan yaitu 0,006 artinya ada hubungan antara Peran serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia.


(1)

pasien. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, melainkan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemandirian keluarga (Friedman, 2002).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Cawas I Klaten pada tanggal 16 Oktober 2014, puskesmas Cawas I Klaten merupakan puskesmas Delegasi bersama puskesmas delanggu I dari RSJD Dr. M. Soedjarwdi Klaten dalam hal penjaringan, pengobatan dan mitra penanggulangan gangguan jiwa di kabupaten Klaten sejak tahun 1995. Setiap minggu sekali tim medis dari RSJD Dr. M. Soedjarwadi Klaten datang ke puskesmas Cawas I. Jumlah pasien skizofrenia sampai saat ini di puskesmas Cawas I Klaten mencapai 88 pasien dan 55 pasien diantaranya pernah kembali mengalami gejala skizofrenia setelah pulang perawatan dari RSJD Dr. Soedjarwadi Klaten. Berdasarkan hasil rekam medik di puskesmas tersebut bahwa angka kekambuhan skizofrenia yang terjadi pada tahun 2014 paling tinggi yaitu 6 kali dalam satu tahun.

Penyakit skizofrenia ini berdasarkan jumlah kunjungan setiap bulanya termasuk dalam kategori 10 besar penyakit tidak menular di puskesmas Cawas I Klaten.

Data rekam medik puskesmas Cawas I Klaten didapatkan bahwa prevelensi penderita skizofrenia pada tahun 2012 ditemukan frekuensi kekambuhan sebanyak 530 kunjungan dari sejumlah 60 penderita, sedangkan laporan tahun 2013 mencatat angka kejadian kekambuhan penyakit skizofrenia sebanyak 449


(2)

kunjungan dari 55 penderita, dan tahun 2014 terdapat angka kekambuhan skizofrenia sebanyak 487 kunjungan dari 55 penderita skizofrenia. Jumlah keseluruhan penderita skizofrenia di puskesmas Cawas I Klaten pada tahun 2014 sebanyak 93 penderita tetapi yang mengalami kekambuhan sebanyak 55 pasien.

Menurut petugas penanggung jawab jiwa di puskesmas Cawas I Klaten, biasanya keluarga yang meminta bantuan ke puskesmas Cawas I Klaten ketika tanda dan gejala pada anggota keluarga yang sakit skizofrenia muncul kembali seperti amuk dan halusinasi setelah pengobatan alternatif yang dilakukan tidak mengalami perubahan. Sebagian besar keluarga juga terlambat mengambilkan obat secara mandiri atau mendampingi anggota keluarga yang sakit skizofrenia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan

Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Apakah Ada Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I

Klaten ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten


(3)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui peran keluarga terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten

b. Mengetahui Frekuensi kekambuhan pasien Skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten.

c. Mengetahui peran keluarga dengan Frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di wilayah kerja puskesmas Cawas I Klaten

D.Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk menambah pengetahuan tentang gangguan penyakit jiwa khususnya skizofrenia yang masih banyak terjadi di Indonesia bahkan di Dunia.

2. Profesi keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan bisa sebagai bahan masukan ilmu keperawatan untuk mengembangkan perencanaan keperawatan serta meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan jiwa.

3. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada keluarga untuk menunjang proses keperawatan yang tepat dan diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit skizofrenia.


(4)

4. Bagi Penulis

Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat memberi pengalaman nyata bagi peneliti sebagai peneliti pemula serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang peran keluarga terhadap kekambuhan pada pasien skizofrenia.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi guna menunjang penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas tentang gangguan skizofrenia.

E.Keaslian Penelitian

Penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan oleh :

1. Ruspawan, Dewa Made (2011) . “Hubungan Peran Keluarga dengan Frekuensi

Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik RSJ Provinsi Bali”. Teknik analisa data menggunakan Uji Korelasi Product Moment dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai peran keluarga sebesar 55,57 % dan rata-rata kekambuhan klien Skizofrenia sebesar 4,02 kali. Nilai p sebesar 0,0001 dan nilai r = 0,610 dengan p<0,05. Maka dapat dinyatakan ada hubungan yang kuat antara Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

2. ElenKonis, Kristin (2012). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang”. Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Responden yang diambil 4 orang. Teknik analisa data yaitu reduksi data, penyajian data verifikasi data. Uji keabsahan data menggunakan


(5)

Triangulasi data. Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu dari pasien yaitu klien, dokter, penanggung jawab klien dan keluarga.

3. Priyanti,Leni (2012). “Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Unit Rawat Inap Rsjd Atma Husada Mahakam Samarinda”. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua keluarga pasien yang menjalani rawat inap di Unit Rawat Inap RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dengan besarnya sampel sebanyak 51 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik analisa data adalah univariat persentase dan distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah Regimen terapeutik pada tidak efektif yaitu sebanyak 32 orang (62,7%), meskipun Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dalam kategori tinggi, Sikap keluarga kurang baik terhadap pasien skizofrenia yaitu sebanyak 28 orang (54,9%). Perilaku keluarga yang buruk terhadap pasien skizofrenia yaitu terdapat 31 orang (60,8%). Meskipun dukungan petugas RSJ/ Puskesmas terhadap pasien selama berada di rumah sudah tinggi yaitu sebanyak 31 orang (60,8%). Faktor lingkungan sudah ikut mendukung pasien selama berada di rumah yaitu sebanyak 29 orang (56,9%) meskipun masih terdapat 22 orang (43,1%) yang menyatakan lingkungan tidak mendukung pasien selama berada di rumah.

4. Nurdiana (2007). “Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia”. Pada studi ini penulis menggunakan desain Cross Sectional. Sampel yang penulis teliti adalah keluarga dari klien yang menderita


(6)

skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Saat penulis melakukan penelitian seluruh sampel berjumlah 30 orang, pengambilan data dengan non Probabilty Samplng tipe Porposif Sampling, data yang diproses dengan menggunakan Chi-Square dengan angka signifikan (p) < 0,05. Hasil Chi-Square Test menunjukkan signifikan yaitu 0,006 artinya ada hubungan antara Peran serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN MUNCULNYA TANDA-TANDA KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS BARENG KOTA MALANG

7 19 29

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS KASIHAN 1 KABUPATEN BANTUL DIY

0 3 117

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

0 2 14

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA Hubungan Peran Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas I Klaten.

0 1 17

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUCUK I KABUPATEN KLATEN.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KETAATAN BEROBAT DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Antara Ketaatan Berobat dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Grhasia.

0 5 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS JATINANGOR.

0 0 2

i HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSK PURI NIRMALA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSK Puri Nirmala Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 19

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia

0 0 15

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN ORIENTASI REALITA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGASA

0 2 135