ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2000
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2001
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 merupakan

b.
c.

d.
e.

pelaksanaan dari Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun 2001 sebagai
penjabaran dari Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 - 2004 yang
merupakan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004;

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 masih disusun
berdasarkan anggaran defisit, yang ditutup dengan sumber-sumber pembiayaan dari
dalam negeri dan luar negeri;
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 merupakan
rencana kerja pemerintahan Negara, yang berlaku selama 12 (dua belas) bulan sejak
bulan Januari sampai dengan Desember 2001, dalam rangka memelihara dan
meningkatkan hasil-hasil pembangunan tahun-tahun anggaran sebelumnya, serta
pelaksanaan desentralisasi fiskal;
bahwa untuk menjaga kelangsungan jalannya pembangunan, dipandang perlu diatur sisa
lebih pembiayaan anggaran dan sisa kredit anggaran proyek-proyek dalam anggaran
pembangunan Tahun Anggaran 2001;
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 perlu
ditetapkan dengan Undang-undang;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), dan Pasal 23 ayat (1) dan ayat (5)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah
diubah dengan Perubahan Kedua Tahun 2000;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis

Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 – 2004;
3. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet, Staatsblad
Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische

Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) Tahun 2000 - 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 206);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001.
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :


1. Pendapatan Negara dan Hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari
penerimaan perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, serta penerimaan hibah dari
dalam negeri dan luar negeri.
2. Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional.
3. Pajak Dalam Negeri adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, cukai, dan pajak lainnya.
4. Pajak Perdagangan Internasional adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari
bea masuk dan pungutan (pajak) ekspor.
5. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah semua penerimaan yang diterima Negara
dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba Badan
Usaha Milik Negara, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak lainnya.
6. Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari sumbangan
swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri.
7. Belanja Negara adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai Belanja
Pemerintah Pusat dan Dana Perimbangan.
8. Belanja Pemerintah Pusat adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai

Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan.
9. Pengeluaran Rutin adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai tugas-tugas
umum pemerintahan dan kegiatan operasional pemerintah pusat, pembayaran bunga
atas utang dalam negeri, pembayaran bunga atas utang luar negeri, serta pembiayaan
subsidi.
10. Pengeluaran Pembangunan adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai
proyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada anggaran belanja Pemerintah
Pusat.
11. Dana Perimbangan adalah semua pengeluaran Negara yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi,
yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
12. Dana Bagi Hasil adalah bagian Daerah atas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan sumber daya alam,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta bagian Daerah atas
Pajak Penghasilan Pasal 25/29 orang pribadi dan Pajak Penghasilan Pasal 21,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
13. Dana Alokasi Umum adalah semua pengeluaran Negara yang dialokasikan kepada
Daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
14. Dana Alokasi Khusus adalah semua pengeluaran Negara yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
15. Sisa Kredit Anggaran adalah sisa kewajiban pembiayaan proyek pembangunan pada
akhir tahun anggaran.
16. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran adalah selisih lebih antara realisasi pembiayaan
dengan realisasi defisit anggaran yang terjadi.
17. Sektor adalah kumpulan subsektor.
18. Subsektor adalah kumpulan program.
19. Pembiayaan Defisit adalah semua jenis pembiayaan yang digunakan untuk menutup
defisit belanja Negara yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan
luar negeri bersih.
20. Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua pembiayaan yang berasal dari perbankan dan

nonperbankan dalam negeri yang meliputi hasil privatisasi, penjualan obligasi dalam
negeri, dan penjualan aset perbankan dalam rangka program restrukturisasi.
21. Pembiayaan Luar Negeri Bersih adalah semua pembiayaan yang berasal dari penarikan
utang/pinjaman luar negeri yang terdiri dari pinjaman program dan pinjaman proyek,
dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang/pinjaman luar negeri.
22. Pinjaman Program adalah nilai lawan rupiah dari pinjaman luar negeri dalam bentuk
pangan dan bukan pangan, serta pinjaman yang dapat dirupiahkan.
23. Pinjaman Proyek adalah nilai lawan rupiah dari pinjaman luar negeri yang digunakan
untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.
Pasal 2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 yang memuat pendapatan
dan belanja Negara merupakan pelaksanaan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun
2001.
Pasal 3
(1) Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2001 diperoleh dari sumber-sumber :
a. Penerimaan Perpajakan;
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak;

c. Penerimaan Hibah.
(2) Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a direncanakan

sebesar Rp179.891.987.000.000,00 (seratus tujuh puluh sembilan triliun delapan ratus sembilan
puluh satu miliar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta rupiah).
(3) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
direncanakan sebesar Rp83.334.593.400.000,00 (delapan puluh tiga triliun tiga ratus tiga puluh
empat miliar lima ratus sembilan puluh tiga juta empat ratus ribu rupiah).
(4) Penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c direncanakan sebesar
Rp 0,00 (nihil).
(5) Jumlah anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2001 sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) direncanakan sebesar
Rp263.226.580.400.000,00 (dua ratus enam puluh tiga triliun dua ratus dua puluh enam miliar
lima ratus delapan puluh juta empat ratus ribu rupiah).
Pasal 4
(1) Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) terdiri dari :
a. Pajak Dalam Negeri;
b. Pajak Perdagangan Internasional.
(2) Penerimaan Pajak Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
direncanakan sebesar Rp169.519.987.000.000,00 (seratus enam puluh sembilan triliun lima ratus
sembilan belas miliar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta rupiah).
(3) Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
direncanakan sebesar Rp10.372.000.000.000,00 (sepuluh triliun tiga ratus tujuh puluh dua miliar

rupiah).
(4) Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2001 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.
Pasal 5
(1) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) terdiri dari :
a. Penerimaan Sumber Daya Alam;
b. Bagian Pemerintah atas Laba Badan Usaha Milik Negara;
c. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya.
(2) Penerimaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a direncanakan
sebesar Rp64.458.203.900.000,00 (enam puluh empat triliun empat ratus lima puluh delapan
miliar dua ratus tiga juta sembilan ratus ribu rupiah).

(3) Bagian Pemerintah atas Laba Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b direncanakan sebesar Rp10.500.000.000.000,00 (sepuluh triliun lima ratus miliar
rupiah).
(4) Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
direncanakan sebesar Rp8.376.389.500.000,00 (delapan triliun tiga ratus tujuh puluh enam miliar
tiga ratus delapan puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah).
(5) Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2001 sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 6
(1) Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 terdiri dari :
a. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat;
b. Dana Perimbangan.
(2) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
direncanakan sebesar Rp234.079.552.900.000,00 (dua ratus tiga puluh empat triliun tujuh puluh
sembilan miliar lima ratus lima puluh dua juta sembilan ratus ribu rupiah).
(3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b direncanakan sebesar
Rp81.676.508.500.000,00 (delapan puluh satu triliun enam ratus tujuh puluh enam miliar lima
ratus delapan juta lima ratus ribu rupiah).
(4) Jumlah Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) direncanakan sebesar Rp315.756.061.400.000,00 (tiga ratus lima belas triliun
tujuh ratus lima puluh enam miliar enam puluh satu juta empat ratus ribu rupiah).
Pasal 7
(1) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
terdiri dari :
a. Pengeluaran Rutin;
b. Pengeluaran Pembangunan.
(2) Pengeluaran Rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a direncanakan sebesar
Rp190.092.170.000.000,00 (seratus sembilan puluh triliun sembilan puluh dua miliar seratus

tujuh puluh juta rupiah).
(3) Pengeluaran Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b direncanakan
sebesar Rp43.987.382.900.000,00 (empat puluh tiga triliun sembilan ratus delapan puluh tujuh
miliar tiga ratus delapan puluh dua juta sembilan ratus ribu rupiah).
(4) Rincian Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Tahun Anggaran 2001
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) ke dalam Sektor dan Subsektor dicantumkan
dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 8
(1) Rincian lebih lanjut dari Sektor dan Subsektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
ke dalam program dan kegiatan untuk Pengeluaran Rutin, program dan proyek untuk
Pengeluaran Pembangunan dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah.
(2) Rincian Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) menjadi Lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini.
(3) Pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Keputusan Presiden.
Pasal 9
(1) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum;

c. Dana Alokasi Khusus.
(2) Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a direncanakan sebesar
Rp20.259.255.500.000,00 (dua puluh triliun dua ratus lima puluh sembilan miliar dua ratus lima
puluh lima juta lima ratus ribu rupiah).
(3) Dana Alokasi Umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b direncanakan sebesar
Rp60.516.690.700.000,00 (enam puluh triliun lima ratus enam belas miliar enam ratus sembilan
puluh juta tujuh ratus ribu rupiah).
(4) Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c direncanakan sebesar
Rp900.562.300.000,00 (sembilan ratus miliar lima ratus enam puluh dua juta tiga ratus ribu
rupiah).
(5) Pembagian lebih lanjut Dana Perimbangan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Pasal 10
(1) Dengan jumlah anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2001 sebesar
Rp263.226.580.400.000,00 (dua ratus enam puluh tiga triliun dua ratus dua puluh enam miliar
lima ratus delapan puluh juta empat ratus ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (5), lebih kecil dari jumlah anggaran Belanja Negara sebesar Rp315.756.061.400.000,00
(tiga ratus lima belas triliun tujuh ratus lima puluh enam miliar enam puluh satu juta empat ratus
ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4), maka dalam Tahun Anggaran 2001
terdapat defisit anggaran sebesar Rp52.529.481.000.000,00 (lima puluh dua triliun lima ratus dua
puluh sembilan miliar empat ratus delapan puluh satu juta rupiah), yang akan dibiayai dari
Pembiayaan Defisit Anggaran.
(2) Pembiayaan Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh dari sumber-sumber :

a. Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp33.500.000.000.000,00 (tiga puluh tiga triliun lima
ratus miliar rupiah);
b. Pembiayaan Luar Negeri Bersih sebesar Rp19.029.481.000.000,00 (sembilan belas
triliun dua puluh sembilan miliar empat ratus delapan puluh satu juta rupiah).
(3) Rincian Pembiayaan Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2001 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.
Pasal 11
(1) Pada pertengahan Tahun Anggaran 2001, Pemerintah menyusun laporan semester I
mengenai :
a. Realisasi Pendapatan Negara;
b. Realisasi Pengeluaran Rutin;
c. Realisasi Pengeluaran Pembangunan;
d. Realisasi Dana Perimbangan;
e. Realisasi Pembiayaan Defisit;
f. Perkembangan Moneter dan Perkreditan;
g. Perkembangan Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar Negeri.
(2) Dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah menyusun prognosa untuk
6 (enam) bulan berikut.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli 2001, untuk dibahas bersama
antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah.
(4) Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan perkembangan dan atau
perubahan keadaan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah dalam
rangka penyusunan perkiraan Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2001.
Pasal 12
(1) Sisa Kredit Anggaran proyek-proyek pada Pengeluaran Pembangunan Tahun Anggaran 2001
yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek, dipindahkan ke Tahun Anggaran 2002
menjadi Kredit Anggaran Tahun Anggaran 2002.
(2) Pemindahan Sisa Kredit Anggaran proyek-proyek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Realisasi dari pemindahan Sisa Kredit Anggaran proyek-proyek yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat pada akhir Triwulan I Tahun
Anggaran 2002.

Pasal 13
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran 2001 ditampung pada pembiayaan dalam
negeri dan dapat digunakan untuk membiayai defisit anggaran tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pasal 14
Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2001 berdasarkan perubahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebelum
Tahun Anggaran 2001 berakhir.
Pasal 15
(1) Setelah Tahun Anggaran 2001 berakhir, Pemerintah membuat perhitungan anggaran Negara
mengenai pelaksanaan anggaran yang bersangkutan.
(2) Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perhitungan Anggaran Negara
setelah perhitungan anggaran Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, paling lambat 15 (lima belas) bulan setelah Tahun Anggaran 2001
berakhir, untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 16
Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische
Comptabiliteitswet, Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische
Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2860) yang bertentangan dengan bentuk, susunan, dan isi Undangundang ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2000
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 250

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2000
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2001
UMUM
Sesuai dengan arah kebijakan yang digariskan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 –
2004 dan Program Pembangunan Nasional (Propenas), penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2001 dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip
transparan, disiplin, adil, efisien dan efektif. Di samping itu, juga mempertimbangkan kinerja
perekonomian tahun anggaran 2000 dan perkiraan perkembangannya dalam tahun anggaran
2001, serta sasaran kebijakan percepatan program pemulihan ekonomi.
Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan Propenas 2000-2004 bahwa APBN Tahun Anggaran
2001 juga merupakan pelaksanaan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) Tahun 2001
berisi : uraian program, kegiatan pembangunan, serta Matriks Rencana Tindak yang mengaitkan
antara program-program pembangunan nasional lima tahun dengan program-program APBN
Tahun Anggaran 2001; serta Kerangka Ekonomi Makro yang menguraikan perkiraan
perkembangan perekonomian sebagai landasan penyusunan APBN Tahun Anggaran 2001, yang
mengedepankan 5 (lima) prioritas pembangunan meliputi :
1. Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan
ketahanan budaya.
Di bidang agama, prioritas pembangunan dimaksud meliputi pembinaan kerukunan hidup intern
dan antarumat beragama, dan penyusunan naskah akademik Rancangan Undang-Undang
(RUU) tentang Kerukunan Umat Beragama; peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran
agama dalam praktik kehidupan; peningkatan pelayanan kehidupan beragama; pengembangan
materi dan metodologi pendidikan agama di seluruh jenjang pendidikan dengan menambahkan
muatan budi pekerti; serta pemberdayaan, peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga-lembaga
sosial keagamaan, serta lembaga-lembaga pendidikan tradisional keagamaan.
Di bidang pendidikan, prioritas dimaksud meliputi melanjutkan dan meningkatkan pelaksanaan
pendidikan dasar sembilan tahun; mempertahankan dan meningkatkan partisipasi pendidikan;
memperbarui konsep sistem pendidikan nasional yang berkualitas dan mencerminkan demokrasi,
desentralisasi, otonomi dan partisipasi masyarakat; merumuskan konsep dan melaksanakan
perintisan manajemen pendidikan berbasis sekolah/masyarakat; meningkatkan kualitas dan
relevansi penyelenggaraan pendidikan menengah dan tinggi; menyediakan pelayanan
pendidikan dasar untuk kelompok masyarakat yang tidak sempat memperoleh pendidikan formal;
meningkatkan kinerja lembaga penelitian dan pengembangan (lemlitbang) yang secara langsung
dapat dimanfaatkan masyarakat; dan meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi
antarlemlitbang.

Di bidang sosial dan budaya, prioritas pembangunan dimaksud meliputi peningkatkan derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat; peningkakan mutu dan jangkauan lembaga pelayanan
kesehatan; peningkatkan kualitas dan profesionalisme pelayanan sosial dan peran aktif
masyarakat; pengendalian kelahiran dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk;
peningkatan kesejahteraan, ketahanan keluarga dan kesehatan reproduksi remaja;
pengembangan sistem nilai budaya; pengembangan kebebasan berkreasi dalam kesenian;
pengembangan, perluasan, diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional; peningkatan
kualitas hidup perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; peningkatkan peran
dan kemandirian lembaga-lembaga yang memiliki visi pemberdayaan perempuan terutama
organisasi perempuan dalam pengarusutamaan gender; peningkakan pembibitan, pemanduan
bakat dan prestasi olahraga; peningkatan peran aktif pemuda; serta penanganan masalah
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

2. Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, yang dilakukan
melalui pembangunan bidang ekonomi dan pembangunan bidang sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
3. Meningkatkan pembangunan daerah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempercepat
pembangunan daerah melalui percepatan dan pemantapan otonomi daerah,
pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan lintas wilayah, termasuk penyelesaian
masalah politik dan pelanggaran hak asasi manusia, serta penguatan kapasitas
pemerintahan daerah di Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Propinsi Irian Jaya, Propinsi
Maluku, dan Propinsi Maluku Utara, sesuai dengan aspirasi, kemampuan akar budaya
masyarakat setempat melalui penanganan khusus.
4. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih, melalui
pembangunan bidang hukum dan sub-bidang penyelenggaraan negara dalam bidang
politik. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (KKN),
upaya pemberantasan KKN akan lebih ditingkatkan, sejalan dengan upaya meningkatkan
penegakan hukum yang benar-benar memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum,
serta upaya menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia secara adil.
Dalam pembangunan sub-bidang penyelenggaraan negara, akan diprioritaskan upaya-upaya
untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih dan bebas KKN; menyempurnakan sistem
kelembagaan dan ketatalaksanaan aparatur negara dalam pelaksanaan tugas pemerintahan
umum dan pembangunan, dengan menekankan pada pelaksanaan desentralisasi sesuai
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; meningkatkan kualitas
pelayanan publik di berbagai bidang pemerintahan umum dan pembangunan sesuai dengan
sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) pada unit-unit kerja pada pemerintah
pusat dan daerah; serta meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan keterampilan aparatur
negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih optimal.

5. Membangun sistem politik yang demokratis, serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan. Di bidang politik, prioritas pembangunan dimaksud mencakup penyempurnaan
konstitusi agar sesuai dengan dinamika kehidupan politik nasional dan aspirasi
masyarakat; persiapan penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 dan meningkatkan kualitas
partai politik dan organisasi kemasyarakatan; pengembangan budaya politik demokratis;
peningkatan kualitas dan kinerja aparatur penyelenggara hubungan luar negeri,
peningkakan kerjasama internasional guna mendukung upaya pemulihan ekonomi;
peningkatan upaya pencegahan dari tindakan KKN di lingkungan aparatur negara;

penataan struktur kelembagaan dan sistem ketatalaksanaan aparatur negara;
penyempurnaan sistem dan pelayanan publik; penciptaan aparatur negara yang
profesional dan berkualitas; penyusunan sistem dan mekanisme pengembangan
komunikasi, informasi, dan media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap informasi; dan peningkataan kuantitas dan kualitas pelayanan
informasi pembangunan.
Di bidang pembangunan pertahanan dan keamanan diprioritaskan pada upaya mewujudkan
postur kekuatan pertahanan negara yang profesional, efektif, efisien dan modern, termasuk
mendayagunakan seluruh komponen kekuatan pertahanan negara lainnya, sehingga mampu
menghadapi setiap ancaman terhadap kedaulatan dan integritas bangsa; serta mewujudkan
sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang mampu melindungi seluruh warga masyarakat
dari gangguan kamtibmas dan kamdagri, dengan mendayagunakan secara optimal seluruh
komponen kekuatan keamanan negara.
Sebagai kelanjutan dari kebijakan fiskal tahun anggaran 2000, kebijakan APBN Tahun Anggaran
2001 diarahkan pada upaya menciptakan kesinambungan kebijakan fiskal (fiscal sustainability)
dan terwujudnya kebijakan fiskal yang sehat, serta selaras dengan pelaksanaan desentralisasi
fiskal, sebagaimana digariskan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dengan berakhirnya tahun anggaran 2000 yang merupakan masa transisi yang berlaku
9 (sembilan) bulan sejak 1 April sampai dengan 31 Desember 2000, APBN Tahun Anggaran
2001 merupakan tahun awal dari diberlakukannya tahun anggaran baru secara penuh, yaitu
selama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2001.
Kebijakan APBN Tahun Anggaran 2001 dititikberatkan pada :

a. Terwujudnya kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan melalui penurunan
pembiayaan defisit anggaran, dan dalam batas-batas kemampuan keuangan negara
tetap diupayakan agar mampu memberikan stimulus dan mendukung proses pemulihan
ekonomi.
b. Berkurangnya beban utang negara secara bertahap, sehingga rasionya terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) dapat mencapai tingkat yang aman bagi tercapainya ketahanan
utang.
c. Berkurangnya beban subsidi secara selektif dan tepat sasaran, dengan memperhatikan
kebijakan yang mencerminkan keadilan bagi masyarakat, khususnya yang kurang
mampu.
d. Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, sebagaimana
digariskan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, dengan menyelaraskan
kebutuhan daerah dan pengelolaan ekonomi makro yang hati-hati.
Dalam rangka menciptakan kebijakan fiskal yang sehat, penyusunan APBN Tahun Anggaran
2001 diselaraskan dengan upaya menciptakan stabilisasi ekonomi makro, serta diarahkan agar
mampu memberikan stimulus terhadap kegiatan perekonomian dalam batas-batas kemampuan
keuangan negara. Hal tersebut sejauh mungkin diupayakan agar dapat berjalan seiring dengan
kebijakan di bidang moneter, perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, nilai tukar dan
lalu lintas devisa, serta kebijakan di sektor riil.
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 mulai Tahun Anggaran 2001 juga
memberikan implikasi terhadap dilakukannya perubahan terhadap format dan struktur APBN
Tahun Anggaran 2001. Perubahan struktur dan format tersebut berkaitan dengan diperlukannya
penambahan pos-pos mata anggaran baru, guna menampung berbagai transaksi keuangan
negara yang kewenangan pengelolaan dan pelaksanaannya didesentralisasikan kepada
Pemerintah Daerah. Dengan adanya perubahan tersebut, APBN Tahun Anggaran 2001

diklasifikasikan atas Pendapatan Negara, Belanja Negara, Keseimbangan Umum
(Defisit/Surplus), dan Pembiayaan Defisit. Pendapatan Negara, terdiri dari Penerimaan
Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Hibah. Di sisi Belanja Negara,
dengan adanya perubahan tersebut Anggaran Belanja Negara diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok besar, yaitu Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Dana Perimbangan. Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan.
Sedangkan Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan belanja negara dan sekaligus untuk menjaga kemantapan
dan kestabilan pendapatan negara, pengerahan dan penggalian sumber-sumber penerimaan
dalam negeri terutama dari penerimaan perpajakan akan terus ditingkatkan. Upaya dimaksud
antara lain dilaksanakan melalui pemberlakuan 5 (lima) undang-undang pajak baru, peningkatan
penegakan hukum (law enforcement), peningkatan pelayanan dan penyempurnaan sarana dan
prasarana perpajakan, pelaksanaan ketentuan perpajakan baru di kawasan berikat secara
konsisten, serta ekstensifikasi dan penghapusan fasilitas perpajakan terhadap beberapa jenis
objek pajak tertentu.
Di bidang belanja negara, kebijakan alokasi anggaran belanja negara diarahkan untuk
mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal, percepatan restrukturisasi perbankan, penyediaan
subsidi yang tepat sasaran dan berkaitan langsung dengan masyarakat luas, serta pelaksanaan
program-program sosial lainnya yang diprioritaskan bagi pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin.
Di sisi pengeluaran rutin, efisiensi dalam pengalokasian anggaran belanja tersebut terus
ditingkatkan, tanpa mengabaikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan upaya
peningkatan kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat. Sementara itu, untuk
mengurangi defisit anggaran dilakukan penangguhan pembayaran terhadap sebagian cicilan
pokok utang luar negeri (rescheduling), sebagaimana disepakati dengan beberapa
negara/lembaga donor di Paris pada bulan April 2000 (Paris Club II).
Di sisi pengeluaran pembangunan, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 Tahun
1999, pengeluaran pembangunan dalam tahun anggaran 2001 direncanakan hanya terdiri dari
pengeluaran pembangunan yang dikelola Pemerintah Pusat, yang meliputi anggaran
pembangunan departemen/lembaga pemerintah nondepartemen (LPND) dan lain-lain
pengeluaran pembangunan. Dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari situasi
krisis, serta masih banyaknya permasalahan yang dihadapi, mengakibatkan terbatasnya
kemampuan penyediaan anggaran belanja pembangunan Pemerintah Pusat. Berkaitan dengan
itu, pemanfaatan pengeluaran pembangunan dalam Tahun Anggaran 2001 diarahkan untuk
pembiayaan kegiatan yang memang harus dilaksanakan Pemerintah Pusat, terutama untuk
membiayai kegiatan pembangunan yang berdimensi nasional dan membutuhkan manajemen
secara terpusat, yang sekaligus merupakan perwujudan dari asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan asas pembantuan.
Lebih rendahnya perkiraan penerimaan dalam negeri dibanding dengan perkiraan kebutuhan
belanja negara, mengakibatkan terjadinya defisit anggaran dalam APBN Tahun Anggaran 2001.
Untuk itu, diperlukan pembiayaan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Namun demikian, sejalan dengan upaya menciptakan kebijakan fiskal yang sehat, rasio
pembiayaan defisit anggaran tersebut terhadap PDB direncanakan lebih rendah dibanding
dengan defisit anggaran dalam tahun anggaran sebelumnya. Sesuai dengan arah kebijakan yang
digariskan dalam GBHN Tahun 1999 - 2004, penggunaan pinjaman luar negeri dilaksanakan
secara optimal guna membiayai kegiatan ekonomi yang produktif yaitu untuk membiayai proyekproyek pembangunan yang memiliki prioritas tinggi dan mendukung upaya pemulihan ekonomi,
yang dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien.

Sejalan dengan upaya-upaya tersebut, maka penertiban dalam pengelolaan anggaran negara,
serta pengawasannya terus ditingkatkan, melalui peningkatan transparansi dan disiplin anggaran.
Selanjutnya, dalam rangka kesinambungan kegiatan pembangunan, sisa kredit anggaran proyekproyek yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek pada Tahun Anggaran 2001
dipindahkan menjadi kredit anggaran Tahun Anggaran 2002.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2001 disusun berdasarkan asumsi sebagai berikut :

a. bahwa keadaan ekonomi global diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup baik;
b. bahwa proses pemulihan ekonomi Indonesia dari situasi krisis diperkirakan dapat
berjalan, sehingga diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan yang positif;
c. bahwa harga minyak bumi di pasar internasional menunjukkan perkembangan yang
cukup baik;
d. bahwa untuk menciptakan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan, sekaligus
menjaga kemantapan dan kestabilan pendapatan negara, pengerahan dan penggalian
sumber-sumber penerimaan perpajakan, perlu terus ditingkatkan.
e. bahwa untuk memelihara kestabilan moneter, perlu didukung tersedianya barang-barang
kebutuhan pokok sehari-hari yang cukup dan tersebar secara merata, serta dengan
harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat banyak;
f. bahwa dengan diterapkannya kebijakan desentralisasi fiskal, dapat dikembangkan
kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan,
partisipatif, dan bertanggung jawab (akuntabel).

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Mengingat perencanaan penerimaan hibah belum dapat dipastikan besaran jumlahnya, dalam
APBN Tahun Anggaran 2001, perencanaan hibah ditetapkan sebesar Rp 0,00 (nihil).
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Penerimaan perpajakan sebesar Rp 179.891.987.000.000,00.
Terdiri dari :
(dalam rupiah)
a. Pajak dalam negeri
169.519.987.000.000,00
0110 Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas

75.450.100.000.000,00

0111 PPh Pasal 21

12.483.205.000.000,00

0112 PPh Pasal 22

1.205.401.000.000,00

0113 PPh Pasal 22 Impor
0114 PPh Pasal 23
0115 PPh Pasal 25/ 29 Orang Pribadi

6.055.425.000.000,00
16.947.286.000.000,00
3.035.310.000.000,00

0116 PPh Pasal 25/Pasal 29 Badan

26.777.627.000.000,00

0117 PPh Pasal 26

7.263.194.000.000,00

0118 PPh Final dan Fiskal Luar Negeri

1.682.652.000.000,00

0120 PPh Minyak Bumi dan Gas Alam

20.836.877.000.000,00

0121 PPh minyak bumi

8.880.195.000.000,00

0122 PPh gas alam
0130 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
0140 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

11.956.682.000.000,00

48.853.400.000.000,00
4.466.300.000.000,00

0150 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
0160 Pendapatan cukai
0170 Pendapatan atas pajak lainnya

1.175.500.000.000,00
17.100.000.000.000,00
1.637.810.000.000,00

b. Pajak perdagangan internasional
10.372.000.000.000,00
0210 Pendapatan bea masuk

9.975.000.000.000,00

0220 Pendapatan pajak/pungutan ekspor

397.000.000.000,00

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 83.334.593.400.000,00.
Terdiri dari :
(dalam rupiah)
a. Penerimaan sumber daya alam 64.458.203.900.000,00

0310 Pendapatan minyak bumi

45.944.898.000.000,00

0311 Pendapatan minyak bumi

45.944.898.000.000,00

0320 Pendapatan gas alam

13.792.821.000.000,00

0321 Pendapatan gas alam

13.792.821.000.000,00

0330 Pendapatan pertambangan umum

928.118.400.000,00

0331 Pendapatan iuran tetap

61.651.900.000,00

0332 Pendapatan royalti

866.466.500.000,00

0340 Pendapatan kehutanan

3.500.645.200.000,00

0341 Pendapatan dana reboisasi

2.251.405.700.000,00

0342 Pendapatan provisi sumber daya hutan

1.201.153.600.000,00

0343 Pendapatan iuran hak pengusahaan hutan

48.085.900.000,00

0350 Pendapatan perikanan

291.721.300.000,00

0351 Pendapatan perikanan

291.721.300.000,00

b. Bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara
10.500.000.000.000,00
0410 Bagian pemerintah atas laba BUMN
c. Penerimaan Negara Bukan Pajak lainnya

10.500.000.000.000,00
8.376.389.500.000,00

0510 Penjualan hasil produksi/sitaan
628.371.000.000,00
0511 Penjualan hasil pertanian, kehutanan dan perkebunan
1.873.900.000,00
0512 Penjualan hasil peternakan dan perikanan
8.167.400.000,00
0513 Penjualan hasil tambang
0514 Penjualan hasil sitaan/rampasan dan harta peninggalan
5.000.000.000,00
0515 Penjualan obat-obatan dan hasil farmasi lainnya
339.700.000,00

599.544.000.000,00

0516 Penjualan informasi, penerbitan, film, dan hasil
cetakan lainnya

1.746.700.000,00

0517 Penjualan dokumen-dokumen pelelangan

3.988.200.000,00

0519 Penjualan lainnya

7.711.100.000,00

0520 Penjualan aset

15.083.600.000,00

0521 Penjualan rumah, gedung, bangunan, dan tanah

85.700.000,00

0522 Penjualan kendaraan bermotor
0523 Penjualan sewa beli

1.134.900.000,00
13.006.500.000,00

0529 Penjualan aset lainnya yang berlebih/rusak/dihapuskan
0530 Pendapatan sewa

856.500.000,00
9.569.100.000,00

0531 Sewa rumah dinas/rumah negeri

3.146.600.000,00

0532 Sewa gedung, bangunan, gudang

4.699.100.000,00

0533 Sewa benda-benda bergerak

717.000.000,00

0539 Sewa benda-benda tak bergerak lainnya

1.006.400.000,00

0540 Pendapatan jasa I

1.696.092.200.000,00

0541 Pendapatan rumah sakit dan instansi kesehatan
lainnya

362.120.600.000,00

0542 Pendapatan tempat hiburan/taman/museum

209.700.000,00

0543 Pendapatan surat keterangan, visa/paspor dan
SIM/STNK/BPKB
0545 Pendapatan hak dan perijinan

304.388.000.000,00
556.455.900.000,00

0546 Pendapatan sensor/karantina/pengawasan/pemeriksaan
0547 Pendapatan jasa tenaga, jasa pekerjaan, jasa
informasi, jasa pelatihan dan jasa tehnologi
0548 Pendapatan jasa Kantor Urusan Agama

7.696.800.000,00

340.334.300.000,00
62.013.500.000,00

0549 Pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhanan,
dan kenavigasian

62.873.400.000,00

0550 Pendapatan jasa II

471.226.900.000,00

0551 Pendapatan jasa lembaga keuangan (jasa giro)
0552 Pendapatan jasa penyelenggaraan
telekomunikasi
0553 Pendapatan iuran lelang untuk fakir miskin

37.789.100.000,00

133.000.000.000,00
3.500.000.000,00

0554 Pendapatan jasa Kantor Catatan Sipil

22.290.000.000,00

0555 Pendapatan biaya penagihan pajak-pajak
negara dengan surat paksa

2.540.000.000,00

0556 Pendapatan uang pewarganegaraan
0557 Pendapatan bea lelang

2.000.000.000,00
75.000.000.000,00

0558 Pendapatan biaya pengurusan piutang negara
dan lelang negara

60.000.000.000,00

0559 Pendapatan jasa lainnya

135.107.800.000,00

0560 Pendapatan rutin dari luar negeri
0561 Pendapatan dari pemberian surat perjalanan
Republik Indonesia
0562 Pendapatan dari jasa pengurusan dokumen
konsuler
0610 Pendapatan kejaksaan dan peradilan
0611 Legalisasi tanda tangan
0612 Pengesahan surat di bawah tangan
0613 Uang meja (leges) dan upah pada panitera
badan pengadilan
0614 Hasil denda/denda tilang dan sebagainya
0615 Ongkos perkara
0619 Penerimaan kejaksaan dan peradilan lainnya

157.600.000.000,00

21.600.000.000,00

136.000.000.000,00
20.477.500.000,00
90.000.000,00
50.000.000,00

1.113.000.000,00
10.700.000.000,00
7.904.500.000,00
620.000.000,00

0710 Pendapatan pendidikan

1.137.102.900.000,00

0711 Uang pendidikan

900.286.500.000,00

0712 Uang ujian masuk, kenaikan tingkat,
dan akhir pendidikan

232.005.600.000,00

0713 Uang ujian untuk menjalankan praktek

2.893.100.000,00

0719 Pendapatan pendidikan lainnya

1.917.700.000,00

0810 Pendapatan dari penerimaan kembali belanja
tahun anggaran berjalan
0811 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat
0814 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya

1.061.600.000,00
79.000.000,00

0815 Penerimaan kembali belanja pembangunan
rupiah murni

356.000.000,00

0820 Pendapatan dari penerimaan kembali belanja
tahun anggaran yang lalu

6.192.400.000,00

0821 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat
0823 Penerimaan kembali belanja pensiun
0824 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya
0825 Penerimaan kembali belanja pembangunan
rupiah murni

909.200.000,00
8.000.000,00
397.800.000,00

4.877.400.000,00

0840 Pendapatan pelunasan piutang

3.754.330.000.000,00

0890 Pendapatan lain-lain

478.847.300.000,00

0891 Penerimaan kembali persekot/uang muka gaji

633.000.000,00

0892 Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian
pekerjaan pemerintah

3.384.300.000,00

0893 Penerimaan kembali/ganti rugi atas kerugian
yang diderita oleh negara

1.615.200.000,00

0899 Pendapatan anggaran lainnya
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)

1.496.600.000,00

473.214.800.000,00

Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pengeluaran rutin sebesar Rp 190.092.170.000.000,00.
Terdiri dari :
(dalam rupiah)
01 SEKTOR INDUSTRI

111.754.267.000,00

01.1 Subsektor Industri

111.754.267.000,00

02 SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN DAN
PERIKANAN

879.325.954.000,00

02.1 Subsektor Pertanian

312.518.544.000,00

02.2 Subsektor Kehutanan

541.979.932.000,00

02.3 Subsektor Perikanan

24.827.478.000,00

03 SEKTOR PENGAIRAN

27.120.208.000,00

03.1 Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air

26.377.221.000,00

03.2 Subsektor Irigasi

742.987.000,00

04 SEKTOR TENAGA KERJA

367.494.546.000,00

04.1 Subsektor Tenaga Kerja

367.494.546.000,00

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN
USAHA NASIONAL, KEUANGAN, DAN KOPERASI

156.668.839.295.000,00

05.1 Subsektor Perdagangan Dalam Negeri

101.963.252.000,00

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri

74.498.095.000,00

05.4 Subsektor Keuangan
05.5 Subsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil
06 SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI DAN
GEOFISIKA

156.453.090.166.000,00
39.287.782.000,00

391.528.892.000,00

06.1 Subsektor Prasarana Jalan

17.370.741.000,00

06.2 Subsektor Transportasi Darat

38.968.550.000,00

06.3 Subsektor Transportasi Laut

192.295.231.000,00

06.4 Subsektor Transportasi Udara
06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan
Penyelamatan (SAR)
07 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI
07.1 Subsektor Pertambangan
07.2 Subsektor Energi
08 SEKTOR PARIWISATA, POS, DAN TELEKOMUNIKASI
08.1 Subsektor Pariwisata
08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi
09 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DAN
TRANSMIGRASI
09.1 Subsektor Pembangunan Daerah
09.2 Subsektor Transmigrasi dan Pemukiman
Perambah Hutan
10 SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN
TATA RUANG
10.1 Subsektor Lingkungan Hidup
10.2 Subsektor Tata Ruang
11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL,
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA
ESA, PEMUDA DAN OLAH RAGA
11.1 Subsektor Pendidikan

71.537.106.000,00

71.357.264.000,00
325.035.679.000,00
317.082.339.000,00
7.953.340.000,00
116.877.089.000,00
39.888.257.000,00
76.988.832.000,00

152.586.499.000,00
138.439.202.000,00

14.147.297.000,00

446.352.569.000,00
12.293.658.000,00
434.058.911.000,00

4.244.734.682.000,00
3.713.532.580.000,00

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan

433.018.461.000,00

11.3 Subsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

84.107.813.000,00

11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga

14.075.828.000,0

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
SEJAHTERA
12.1 Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana
13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL, KESEHATAN,
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK DAN
REMAJA
13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial
13.2 Subsektor Kesehatan

631.891.775.000,00
631.891.775.000,00

947.172.245.000,00
25.079.404.000,00
922.092.841.000,00

14 SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

43.537.283.000,00

14.1 Subsektor Perumahan dan Permukiman

43.508.058.000,00

14.2 Subsektor Penataan Kota dan Bangunan
15 SEKTOR AGAMA
15.1 Subsektor Pelayanan Kehidupan Beragama
15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan Agama
16 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
16.2 Subsektor Ilmu Pengetahuan Terapan dan Dasar

29.225.000,00
1.664.935.846.000,00
365.067.022.000,00
1.299.868.824.000,00

575.613.956.000,00
353.022.975.000,00

16.3 Subsektor Kelembagaan Prasarana dan Sarana
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

54.844.601.000,00

16.4 Subsektor Kelautan

7.863.005.000,00

16.5 Subsektor Kedirgantaraan
16.6 Subsektor Sistem Informasi dan Statistik
17 SEKTOR HUKUM

2.199.975.000,00
157.683.400.000,00
1.287.582.382.000,00

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum Nasional

1.126.891.105.000,00

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum

160.691.277.000,00

18 SEKTOR APARATUR NEGARA DAN
PENGAWASAN
18.1 Subsektor Aparatur Negara

6.604.290.029.000,00
6.220.861.786.000,00

18.2 Subsektor Pendayagunaan Sistem dan
Pelaksanaan Pengawasan

383.428.243.000,00

19 SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR NEGERI,
DAN PENERANGAN

2.153.898.563.000,00

19.1 Subsektor Politik

67.884.993.000,00

19.2 Subsektor Hubungan Luar Negeri

2.035.944.598.000,00

19.3 Subsektor Penerangan

50.068.972.000,00

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN

12.451.598.241.000,00

20.2 Subsektor Tentara Nasional Indonesia

7.768.809.529.000,00

20.3 Subsektor Kepolisian

4.478.554.206.000,00

20.4 Subsektor Pendukung

204.234.506.000,00

Pengeluaran pembangunan sebesar Rp

43.987.382.900.000,00.

Terdiri dari :
(dalam
rupiah)
Nilai Rupiah
Pinjaman Proyek

Rupiah
Jumlah

dan Kredit Ekspor
01 SEKTOR INDUSTRI
1.532.838.000.000,00

138.900.000.000,00

1.393.938.000.000,00

01.1 Subsektor Industri
1.532.838.000.000,00

138.900.000.000,00

1.393.938.000.000,00

02 SEKTOR PERTANIAN,
KEHUTANAN,DAN PERIKANAN
3.113.680.000.000,00

1.444.300.000.000,00

1.669.380.000.000,00

02.1 Subsektor Pertanian
1.795.500.000.000,00

973.100.000.000,00

822.400.000.000,00

02.2 Subsektor Kehutanan
222.796.000.000,00

60.900.000.000,00

161.896.000.000,00

02.3 Subsektor Perikanan
1.095.384.000.000,00

410.300.000.000,00

685.084.000.000,00

03 SEKTOR PENGAIRAN
3.122.828.000.000,00
03.1 Subsektor Pengembangan
Sumber Daya Air
1.695.582.000.000,00

1.241.550.000.000,00

1.881.278.000.000,00

564.550.000.000,00

1.131.032.000.000,00

677.000.000.000,00

750.246.000.000,00

03.2 Subsektor Irigasi
1.427.246.000.000,00
04 SEKTOR TENAGA KERJA
185.186.000.000,00

100.300.000.000,00

84.886.000.000,00

04.1 Subsektor Tenaga Kerja
185.186.000.000,00

100.300.000.000,00

84.886.000.000,00

4.686.422.900.000,00

112.655.000.000,00

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN, USAHA NASIONAL,
KEUANGAN DAN KOPERASI
4.799.077.900.000,00
05.1 Subsektor Perdagangan Dalam Negeri
61.373.000.000,00

38.700.000.000,00

22.673.000.000,00

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri
101.846.000.000,00

99.800.000.000,00

2.046.000.000,00

05.3 Subsektor Pengembangan Usaha Nasional
32.900.000.000,00

30.900.000.000,00

2.000.000.000,00

05.4 Subsektor Keuangan
4.303.658.900.000,00

4.266.022.900.000,00

05.5 Subsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil
299.300.000.000,00
06 SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
4.787.171.000.000,00

251.000.000.000,00

37.636.000.000,00

48.300.000.000,00

1.636.680.000.000,00

3.150.491.000.000,00

1.086.500.000.000,00

1.033.570.000.000,00

06.2 Subsektor Transportasi Darat
880.459.000.000,00

218.000.000.000,00

662.459.000.000,00

06.3 Subsektor Transportasi Laut
945.280.000.000,00

143.900.000.000,00

801.380.000.000,00

06.4 Subsektor Transportasi Udara
822.762.000.000,00

169.680.000.000,00

653.082.000.000,00

06.1 Subsektor Prasarana Jalan
2.120.070.000.000,00

06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika,
Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
18.600.000.000,00
07 SEKTOR PERTAMBANGAN
DAN ENERGI
2.467.198.000.000,00
07.1 Subsektor Pertambangan
40.200.000.000,00
07.2 Subsektor Energi
2.426.998.000.000,00
08 SEKTOR PARIWISATA, POS
DAN TELEKOMUNIKASI
1.146.873.000.000,00
08.1 Subsektor Pariwisata
77.355.000.000,00
08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi
1.069.518.000.000,00
09 SEKTOR PEMBANGUNAN
DAERAH DAN TRANSMIGRASI
3.213.232.000.000,00
09.1 Subsektor Pembangunan Daerah
2.710.372.000.000,00
09.2 Subsektor Transmigrasi dan
Pemukiman Perambah Hutan
502.860.000.000,00
10 SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP
DAN TATA RUANG
696.365.000.000,00
10.1 Subsektor Lingkungan Hidup
561.005.000.000,00
10.2 Subsektor Tata Ruang
135.360.000.000,00
11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA
ESA, PEMUDA DAN OLAH RAGA
9.700.639.000.000,00
11.1 Subsektor Pendidikan
9.339.766.000.000,00

18.600.000.000,00

649.800.000.000,00

40.200.000.000,00

0

1.817.398.000.000,00

0

609.600.000.000,00

1.817.398.000.000,00

120.300.000.000,00

1.026.573.000.000,00

75.600.000.000,00

1.755.000.000,00

44.700.000.000,00

1.024.818.000.000,00

550.660.000.000,00

2.662.572.000.000,00

47.800.000.000,00

2.662.572.000.000,00

502.860.000.000,00

172.802.000.000,00

0

523.563.000.000,00

115.942.000.000,00

445.063.000.000,00

56.860.000.000,00

78.500.000.000,00

5.630.370.000.000,00

4.070.269.000.000,00

5.355.000.000.000,00

3.984.766.000.000,00

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah
dan Kedinasan
284.394.000.000,00

202.090.000.000,00

82.304.000.000,00

11.3 Subsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 41.800.000.000,00
41.800.000.000,00
11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga
34.679.000.000,00

31.480.000.000,00

0

3.199.000.000,00

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA SEJAHTERA
228.736.000.000,00

192.400.000.000,00

36.336.000.000,00

12.1 Subsektor Kependudukan dan
Keluarga Berencana
228.736.000.000,00

192.400.000.000,00

36.336.000.000,00

13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL,
KESEHATAN, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN,
ANAK DAN REMAJA
2.040.562.500.000,00
3.770.989.500.000,00
13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial
956.600.000.000,00
13.2 Subsektor Kesehatan
2.797.499.500.000,00

896.600.000.000,00

60.000.000.000,00

1.127.072.500.000,00

1.670.427.000.000,00

13