11e793a98ba13cb69049313535303035
LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.181, 2017
PEMERINTAHAN. Rencana Tata Ruang. Kendal,
Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2017
TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN
KENDAL, DEMAK, UNGARAN, SALATIGA, SEMARANG, DAN PURWODADI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang, dan Purwodadi;
Mengingat :
1.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725); dan
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4833)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-2-
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN KENDAL,
DEMAK,
UNGARAN,
SALATIGA,
SEMARANG,
DAN
PURWODADI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk
lain
hidup,
melakukan
kegiatan,
dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3.
Struktur
Ruang
adalah
susunan
pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang
berfungsi
sebagai
pendukung
kegiatan
sosial
ekonomi Masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
4.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
5.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata
ruang,
pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
pemanfaatan ruang.
6.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-3-
7.
Kawasan
Strategis
Nasional
adalah
wilayah
yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh
sangat
penting
secara
nasional
terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
8.
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
9.
Kawasan Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang
terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri
sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan
prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah
penduduk
secara
keseluruhan
sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa.
10. Kawasan Perkotaan Inti adalah kawasan perkotaan yang
merupakan bagian dari kawasan metropolitan dengan
fungsi
sebagai
pendorong
pusat
kegiatan-kegiatan
pengembangan
kawasan
utama
perkotaan
dan
di
sekitarnya.
11. Kawasan
perkotaan
Perkotaan
yang
di
Sekitarnya
merupakan
adalah
kawasan
dari
kawasan
bagian
metropolitan dengan fungsi sebagai pusat kegiatankegiatan
yang
menjadi
penyeimbang
perkembangan
kawasan perkotaan inti.
12. Kawasan
Lindung
adalah
wilayah
yang
ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
13. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-4-
14. Kawasan Hutan adalah suatu wilayah tertentu yang
ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
15. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
16. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT
adalah
suatu
hidrogeologis,
wilayah
tempat
yang
semua
dibatasi
kejadian
oleh
batas
hidrogeologis,
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan
air tanah berlangsung.
17. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulaupulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi).
18. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
19. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH
adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
20. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat
SPAM adalah satu
kesatuan sarana
prasarana
air
minum.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-5-
21. Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
yang
selanjutnya
disingkat IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk
mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui sistem
perpipaan.
22. Tempat
Penampungan
Sementara
yang
selanjutnya
disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut
ketempat
pendauran
ulang,
pengolahan,
dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
23. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
24. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat
TPA
adalah
tempat
untuk
memproses
dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
25. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah
kesatuan
wilayah
atau
hamparan
tanah
yang
mendapatkan air dari satu jaringan irigasi, terdiri dari
areal (hamparan tanah yang akan diberi air), bangunan
utama jaringan irigasi (saluran dan bangunannya).
26. Zona Lindung yang selanjutnya disebut Zona L adalah
zona
yang
ditetapkan
karakteristik
pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masingmasing zona pada Kawasan Lindung.
27. Zona Budi Daya yang selanjutnya disebut Zona B adalah
zona
yang
ditetapkan
karakteristik
pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masingmasing zona pada Kawasan Budi Daya.
28. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat
KWT adalah angka persentase luas kawasan atau blok
peruntukan yang terbangun terhadap luas kawasan atau
luas kawasan blok peruntukan seluruhnya di dalam
suatu
kawasan
atau
blok
peruntukan
yang
direncanakan.
29. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat
KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-6-
seluruh
lantai
lahan/tanah
dasar
bangunan
perpetakan/daerah
gedung
dan
perencanaan
luas
yang
dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan.
30. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat
KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh
lantai
bangunan
gedung
dan
luas
tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan
dan lingkungan.
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH
adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan dan luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
32. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disingkat KTB
adalah penetapan besar maksimum tapak basemen
didasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat
GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan ke arah garis sempadan jalan.
34. Jaringan Jalan Arteri Primer adalah jaringan jalan yang
menghubungkan
secara
berdayaguna
antarpusat
kegiatan nasional, antara pusat kegiatan nasional dan
pusat
kegiatan
wilayah,
dan/atau
pusat
kegiatan
nasional dan/atau pusat kegiatan wilayah dengan bandar
udara
pusat
penyebaran
primer/sekunder/tersier
skala
dan
pelayanan
pelabuhan
internasional/nasional.
35. Jaringan Jalan Kolektor Primer adalah jaringan jalan
yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan wilayah dan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
36. Jalan Bebas Hambatan adalah jalan yang ditetapkan
dalam rangka memperlancar arus lalu lintas dengan cara
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-7-
mengendalikan jalan masuk secara penuh dan tanpa
adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan
pagar ruang jalan.
37. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk Masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku
kepentingan
nonpemerintah
lain
dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
38. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan
negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
39. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah otonom.
40. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
41. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
42. Bupati atau Walikota adalah Bupati Kendal, Bupati
Demak, Bupati Semarang, Walikota Salatiga, Walikota
Semarang, dan dan Bupati Grobogan.
Pasal 2
(1)
Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang, dan Purwodadi yang selanjutnya disebut
Kawasan Perkotaan Kedungsepur merupakan Kawasan
Strategis Nasional dari sudut kepentingan ekonomi yang
terdiri
atas
Kawasan
Perkotaan
Inti
dan
Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya yang membentuk Kawasan
Metropolitan.
(2)
Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berada di Kota Semarang.
(3)
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a.
Kawasan Perkotaan Kendal, Kawasan Perkotaan
Kaliwungu, Kawasan Perkotaan Weleri, Kawasan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-8-
Perkotaan Boja, dan Kawasan Perkotaan Sukorejo di
Kabupaten Kendal;
b.
Kawasan Perkotaan Demak, Kawasan Perkotaan
Sayung,
dan
Kawasan
Perkotaan
Mranggen
di
Kabupaten Demak;
c.
Kawasan Perkotaan Ungaran, Kawasan Perkotaan
Bawen,
dan
Kawasan
Perkotaan
Ambarawa
di
Kabupaten Semarang;
d.
Kawasan Perkotaan Salatiga di Kota Salatiga; dan
e.
Kawasan
Perkotaan
Purwodadi
dan
Kawasan
Perkotaan Gubug di Kabupaten Grobogan.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan Peraturan Presiden ini meliputi:
a.
peran dan fungsi Rencana Tata Ruang serta cakupan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
b.
tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
c.
rencana Struktur Ruang, rencana Pola Ruang, arahan
pemanfaatan
ruang,
dan
arahan
pengendalian
pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
pengelolaan Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
e.
peran Masyarakat dalam Penataan Ruang di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur.
BAB II
PERAN DAN FUNGSI RENCANA TATA RUANG SERTA
CAKUPAN KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang
Pasal 4
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan
pembangunan di Kawasan Perkotaan Kedungsepur.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-9-
Pasal 5
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
berfungsi sebagai pedoman untuk:
a.
penyusunan
rencana
pembangunan
di
Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
b.
pemanfaatan
ruang
dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
c.
perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan
keserasian
antarwilayah
antarsektor
kabupaten/kota,
di
Kawasan
serta
Perkotaan
Kedungsepur;
d.
penetapan lokasi dan fungsi Ruang untuk investasi di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
e.
Penataan Ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
f.
pengelolaan Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
g.
perwujudan
Kawasan
keterpaduan
Perkotaan
rencana
Kedungsepur
pengembangan
dengan
kawasan
sekitarnya.
Bagian Kedua
Cakupan Kawasan
Pasal 6
Kawasan Perkotaan Kedungsepur mencakup 85 (delapan
puluh lima) kecamatan, yang terdiri atas:
a.
seluruh wilayah Kabupaten Kendal yang mencakup 20
(dua puluh) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Plantungan,
Kecamatan
Sukorejo,
Kecamatan
Pageruyung, Kecamatan Patean, Kecamatan Singorojo,
Kecamatan Limbangan, Kecamatan Boja, Kecamatan
Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kecamatan
Brangsong, Kecamatan Pegandon, Kecamatan Ngampel,
Kecamatan Gemuh, Kecamatan Ringinarum, Kecamatan
Weleri,
Kecamatan
Kecamatan
Rowosari,
Cepiring,
Kecamatan
Kecamatan
Kangkung,
Patebon,
dan
Kecamatan Kendal;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-10-
b.
seluruh wilayah Kabupaten Demak yang mencakup 14
(empat belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Mranggen, Kecamatan Karangawen, Kecamatan Guntur,
Kecamatan
Kecamatan
Wonosalam,
Sayung,
Bonang,
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Karangtengah,
Demak,
Dempet,
Kecamatan
Kecamatan
Gajah,
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mijen, Kecamatan
Wedung, dan Kecamatan Kebonagung;
c.
seluruh wilayah Kabupaten Semarang yang mencakup 19
(sembilan belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Getasan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan,
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Suruh, Kecamatan
Pabelan, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Banyubiru,
Kecamatan Jambu, Kecamatan Sumowono, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Bawen,
Kecamatan
Bringin,
Kecamatan
Pringapus,
Kecamatan
Bergas,
Bancak,
Kecamatan
Kecamatan
Ungaran
Barat, dan Kecamatan Ungaran Timur;
d.
seluruh wilayah Kota Salatiga yang mencakup 4 (empat)
wilayah
kecamatan, meliputi
Kecamatan
Tingkir,
Kecamatan
Kecamatan
Argomulyo,
Sidomukti,
dan
Kecamatan Sidorejo;
e.
seluruh wilayah Kota Semarang yang mencakup 16
(enam belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Banyumanik,
Kecamatan
Gajahmungkur,
Kecamatan
Semarang
Selatan, Kecamatan Candisari, Kecamatan Tembalang,
Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk, Kecamatan
Gayamsari, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan
Semarang
Utara,
Kecamatan
Semarang
Tengah,
Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Tugu, dan
Kecamatan Ngaliyan; dan
f.
sebagian wilayah Kabupaten Grobogan yang mencakup
12 (dua belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Kedungjati,
Kecamatan
Purwodadi,
Kecamatan
Kecamatan
Tegowanu,
Penawangan,
Godong,
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Gubug,
Tanggungharjo,
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-11-
Kecamatan Toroh, Kecamatan Karangrayung, Kecamatan
Brati, Kecamatan Klambu, dan Kecamatan Grobogan.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 7
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur bertujuan
untuk
mewujudkan
kegiatan
Kawasan
ekonomi
Perkotaan
berskala
sebagai
internasional,
pusat
berbasis
perdagangan dan jasa, industri, dan pariwisata, dengan tetap
memperhatikan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 8
Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur
meliputi:
a.
pengembangan dan pemantapan sistem kota secara
hierarkis dan terintegrasi dalam bentuk Perkotaan Inti
dan Perkotaan di Sekitarnya sesuai dengan fungsi dan
perannya;
b.
pengembangan
dan
peningkatan
sistem
prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air,
serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu
untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan
permukiman, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata,
dan
kebutuhan
Masyarakat,
serta
meningkatkan
keterkaitan antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-12-
c.
penetapan
kualitas
dan
peningkatan
Kawasan
memperhatikan
fungsi,
Lindung
upaya
kuantitas,
dan
RTH
pencegahan
dan
dengan
bencana
untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan;
d.
penetapan dan pemantapan Kawasan Budi Daya sesuai
dengan
kapasitas
daya
dukung
lingkungan
dan
kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan kearifan
lokal;
e.
pengembangan
nasional
ekonomi
berbasis
berskala
perdagangan
internasional
dan
jasa,
dan
industri,
termasuk industri agro, dan pariwisata di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur; dan
f.
peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan
pembangunan melalui kerjasama antardaerah, kemitraan
pemangku
kepentingan,
dan
penguatan
peran
Masyarakat.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 9
Strategi pengembangan dan pemantapan sistem kota-kota
secara hierarkis dan terintegrasi dalam bentuk Perkotaan Inti
dan Perkotaan di Sekitarnya sesuai dengan fungsi dan
perannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
terdiri atas:
a.
mengembangkan
Kota
Semarang
sebagai
pusat
perdagangan dan jasa, industri agro, dan pariwisata,
berskala internasional, nasional dan regional, serta
mendorong perkotaan sekitarnya yang berada dalam
Kawasan Perkotaan Kedungsepur untuk mendukung
kegiatan perkotaan inti;
b.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan
Perkotaan
di
Sekitarnya
dengan
kawasan
perdesaan untuk mendorong berkembangnya potensi
sektor pertanian dan industri agro;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-13-
c.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong
berkembangnya sektor perdagangan dan jasa serta sektor
industri;
d.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong
pengembangan kerjasama promosi budaya, pariwisata,
dan
ekonomi
kreatif
antarwilayah
dalam
Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
e.
mempertahankan fungsi pusat kegiatan yang sudah ada
secara optimal;
f.
mengendalikan pusat kegiatan yang berkembang tidak
sesuai dengan fungsi dan panduan rancang perkotaan;
dan
g.
mendorong berfungsinya pusat kegiatan baru di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur.
Pasal 10
Strategi pengembangan dan peningkatan sistem prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta
prasarana
dan
sarana
perkotaan
yang
terpadu
untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri agro dan
kebutuhan
Masyarakat
serta
meningkatkan
keterkaitan
antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di
Sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
terdiri atas:
a.
mengembangkan
keterpaduan
sistem
jaringan
transportasi darat, perkeretaapian, transportasi laut dan
transportasi udara untuk menjamin aksesibilitas yang
tinggi baik ke dalam maupun ke luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
b.
mengembangkan sistem transportasi angkutan umum
massal melalui penetapan jalur bus komuter maupun
jalur kereta api komuter;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-14-
c.
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem
jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan
dan tidak terbarukan;
d.
mendorong
pengembangan
prasarana
telekomunikasi
antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan
di Sekitarnya;
e.
meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya
air, mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber
daya air, mempercepat konservasi sumber air, dan
meningkatkan pengendalian daya rusak air;
f.
mengembangkan sistem pelayanan prasarana air bersih
melalui
sistem
pengolahan
air
minum
regional
di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
g.
mengembangkan
normalisasi
sistem
sungai
jaringan
yang
drainase
terpadu
dengan
melalui
sistem
pengamanan pantai di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
h.
mengembangkan sistem pelayanan prasarana air limbah
melalui pelayanan IPAL terpadu dengan menetapkan
pusat pengolahan limbah di bagian utara dan selatan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
i.
mengembangkan
sistem
pelayanan
prasarana
persampahan melalui penetapan tempat pembuangan
akhir sampah terpadu di bagian utara dan selatan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
j.
mengembangkan dan meningkatkan sistem prasarana
pendukung industri agro untuk menjamin aksesibilitas
kegiatan produksi, pengolahan, dan distribusi hasil
kegiatan dari hulu ke hilir; dan
k.
meningkatkan keterpaduan pelayanan sistem prasarana
perkotaan
melalui
kerjasama
antarkabupaten/kota
di
pengelolaan
prasarana
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur.
Pasal 11
Strategi penetapan dan peningkatan fungsi, kuantitas, dan
kualitas Kawasan Lindung dan RTH dengan memperhatikan
upaya pencegahan bencana untuk mendukung pembangunan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-15-
berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
terdiri atas:
a.
menetapkan dan memantapkan Kawasan Lindung;
b.
mengembalikan fungsi Kawasan Lindung bagi kawasankawasan lindung yang telah beralih fungsi menjadi
Kawasan
Budi
Daya
dengan
merehabilitasi
dan
merevitalisasi Kawasan Lindung dari kerusakan fungsi
lindung;
c.
mengendalikan secara ketat kegiatan pembangunan di
Kawasan Budi Daya yang berbatasan dengan kawasan
yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung;
d.
mencegah terjadinya alih fungsi lahan Kawasan Lindung
dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya;
e.
menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan berbasis WS dan DAS;
f.
menerapkan persyaratan pembangunan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
mempertahankan
lingkungan
daya
untuk
perundang-undangan
dukung
mencegah
dan
daya
timbulnya
dan
tampung
kerusakan
lingkungan hidup;
g.
menetapkan dan memantapkan RTH paling sedikit 30%
(tiga
puluh
persen)
dari
luas
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur; dan
h.
melaksanakan pembangunan konstruksi yang dapat
mencegah dan menanggulangi bencana rob yang berada
di pantai utara Kawasan Perkotaan Kedungsepur.
Pasal 12
Strategi penetapan dan pemantapan Kawasan Budi Daya
sesuai dengan
kapasitas daya
dukung lingkungan
dan
kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d terdiri atas:
a.
menetapkan dan memantapkan lokasi dan kegiatan budi
daya di Kawasan Perkotaan Kedungsepur yang meliputi
permukiman,
pendidikan,
pemerintahan,
industri,
perdagangan
pariwisata,
dan
jasa,
pertahanan
dan
keamanan negara, pertanian, dan hutan produksi dengan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-16-
mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan;
b.
mengembangkan
kegiatan
perkotaan
yang
meliputi
permukiman, perdagangan dan jasa, serta industri secara
terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
c.
mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan
kompak di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
mempertahankan dan merehabilitasi lahan pertanian
pangan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan
fungsi daya dukung lingkungan;
e.
mengendalikan
kegiatan
pemanfaatan
lahan
yang
cenderung dapat mengganggu kegiatan lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
f.
mengembangkan
dan
mengelola
prasarana
waduk,
embung, dan jaringan irigasi;
g.
mendorong
pemerintah
Perkotaan
Kedungsepur
kabupaten/kota
untuk
di
Kawasan
menetapkan
lahan
pertanian pangan berkelanjutan;
h.
mengembangkan kegiatan industri agro yang memiliki
keterkaitan dengan sumber bahan baku di Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar di
dalam dan di luar Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
i.
mempertahankan Kawasan Budi Daya hutan produksi
yang ada untuk menjaga fungsi hidro-orologis dan
hidrogeologis daerah tangkapan air.
Pasal 13
Strategi pengembangan ekonomi berskala internasional dan
nasional berbasis perdagangan dan jasa, industri termasuk
industri
agro,
dan
pariwisata
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e
terdiri atas:
a.
mendorong
pengembangan
sentra-sentra
kawasan
ekonomi baru dalam bidang perdagangan dan jasa,
pengolahan hasil produksi pertanian, dan industri agro;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-17-
b.
mengembangkan
dan
meningkatkan
kerjasama
peningkatan nilai tambah produksi, pemasaran, dan
pengemasan komoditas unggulan di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
c.
memantapkan kerja sama promosi peluang investasi di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
mengembangkan distribusi sektor industri dan industri
agro baik di dalam maupun di luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
e.
memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai
untuk pemanfaatan kegiatan transportasi, pariwisata,
dan perikanan secara terpadu serta memperhatikan
ancaman adanya bahaya rob yang terjadi di pantai utara
Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
f.
mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang
berbasis mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim
global.
Pasal 14
Strategi
peningkatan
koordinasi,
sinkronisasi
dan
keterpaduan pembangunan melalui kerjasama antardaerah,
kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f
terdiri atas:
a.
mengembangkan lembaga kerjasama antardaerah yang
berfungsi
untuk
melakukan
koordinasi,
fasilitasi
kerjasama, dan kemitraan dalam pemanfaatan ruang dan
pengendalian
pembangunan
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur;
b.
meningkatkan
keterpaduan
dan
sinkronisasi
pembangunan antara Pemerintah Pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; dan
c.
mendorong penguatan peran Masyarakat dalam proses
perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang perkotaan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-18-
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
(1)
Rencana Struktur Ruang ditetapkan dengan tujuan
untuk
meningkatkan
meningkatkan
pelayanan
kualitas
dan
pusat
jangkauan
kegiatan,
pelayanan
jaringan prasarana, serta meningkatkan fungsi Kawasan
Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di Sekitarnya.
(2)
Rencana Struktur Ruang berfungsi sebagai penunjang
dan penggerak kegiatan sosial ekonomi Masyarakat yang
secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
(3)
Rencana Struktur Ruang terdiri atas rencana sistem
pusat
permukiman
dan
rencana
sistem
jaringan
prasarana.
Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Pasal 16
Rencana sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) terdiri atas pusat kegiatan di Kawasan
Perkotaan Inti dan pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di
Sekitarnya.
Pasal 17
(1)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan sebagai pusat
kegiatan utama dan pendorong pengembangan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya.
(2)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di Kota Semarang, meliputi:
a.
pusat pemerintahan provinsi;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-19-
b.
pusat pemerintahan kota;
c.
pusat perdagangan dan jasa skala internasional,
nasional, dan regional;
d.
pusat pelayanan pendidikan tinggi;
e.
pusat
pelayanan
olahraga
skala
internasional,
nasional, dan regional;
f.
pusat pelayanan kesehatan skala internasional,
nasional, dan regional;
g.
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
h.
pusat pelayanan transportasi laut nasional;
i.
pusat pelayanan transportasi udara internasional
dan nasional;
j.
pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
k.
pusat kegiatan pariwisata; dan
l.
pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial
budaya.
Pasal 18
(1)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di Sekitarnya
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
16
ditetapkan
sebagai penyeimbang perkembangan Kawasan Perkotaan
Inti.
(2)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di Sekitarnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
Kawasan Perkotaan Kendal di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
b.
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan pariwisata;
4)
pusat kegiatan pertanian; dan
5)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
Kawasan
Perkotaan
Kaliwungu
di
Kabupaten
Kendal, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-20-
c.
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
4)
pusat kegiatan pertanian; dan
5)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan Perkotaan Weleri di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat pertahanan dan keamanan negara;
2)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
d.
3)
pusat kegiatan perikanan; dan
4)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Boja di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
e.
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan Perkotaan Sukorejo di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional; dan
2)
f.
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Demak di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
g.
2)
pusat perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan perikanan;
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan industri; dan
6)
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Mranggen di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
h.
1)
pusat kegiatan industri; dan
2)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Sayung di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-21-
i.
1)
pusat kegiatan industri;
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan
Perkotaan
Ungaran
di
Kabupaten
Semarang, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan pertanian;
4)
pusat kegiatan industri agro;
5)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa regional;
dan
6)
j.
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan
Perkotaan
Ambarawa
di
Kabupaten
Semarang, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
2)
pusat perdagangan skala regional;
3)
pusat
kegiatan
pertahanan
dan
keamanan
negara;
k.
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan perikanan; dan
6)
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Bawen di Kabupaten Semarang,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
l.
2)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan industri;
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan industri agro; dan
6)
usat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Salatiga di Kota Salatiga, terdiri
atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-22-
2)
pusat
kegiatan
pertahanan
dan
keamanan
negara;
m.
3)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
4)
pusat kegiatan kesehatan; dan
5)
pusat pelayanan pendidikan tinggi.
Kawasan
Perkotaan
Purwodadi
di
Kabupaten
Grobogan, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
n.
2)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan industri; dan
4)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Gubug di Kabupaten Grobogan,
terdiri atas:
1)
pusat kegiatan industri;
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 19
Rencana sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) meliputi:
a.
sistem jaringan transportasi;
b.
sistem jaringan energi;
c.
sistem jaringan telekomunikasi;
d.
sistem jaringan sumber daya air; dan
e.
sistem jaringan prasarana perkotaan.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 20
(1)
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf a ditetapkan dalam rangka
meningkatkan
kualitas
dan
jangkauan
pelayanan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-23-
pergerakan
orang
dan
barang/jasa
serta
berfungsi
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
(2)
Penyediaan sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyediakan
sarana transportasi massal antarwilayah.
(3)
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
(4)
a.
sistem jaringan transportasi darat;
b.
sistem jaringan perkeretaapian;
c.
sistem jaringan transportasi laut; dan
d.
sistem jaringan transportasi udara.
Sistem
jaringan
transportasi
darat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
a.
sistem jaringan jalan; dan
b.
sistem jaringan transportasi angkutan sungai dan
penyeberangan.
(5)
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf a terdiri atas:
(6)
a.
jaringan jalan; dan
b.
lalu lintas dan angkutan jalan.
Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas:
(7)
a.
jaringan transportasi sungai; dan
b.
jaringan transportasi penyeberangan.
Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
(8)
a.
jaringan jalur kereta api;
b.
stasiun kereta api; dan
c.
fasilitas operasi kereta api.
Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c terdiri atas:
(9)
a.
tatanan kepelabuhanan; dan
b.
alur pelayaran.
Sistem
jaringan
transportasi
udara
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d terdiri atas:
a.
tatanan kebandarudaraan; dan
b.
ruang udara untuk penerbangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-24-
Pasal 21
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (4) huruf a terdiri atas:
a.
Jaringan Jalan Arteri Primer;
b.
Jaringan Jalan Kolektor Primer; dan
c.
Jaringan Jalan Bebas Hambatan.
Pasal 22
Jaringan Jalan Arteri Primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf a meliputi:
a.
Batas
Kabupaten
Batang-Kota
Kendal-Batas
Kota
Semarang;
b.
Jalan Lingkar Weleri;
c.
Jalan Lingkar Kaliwungu;
d.
Jalan Arteri Utara;
e.
Batas Kota Semarang-Batas Kota Demak;
f.
Jalan By Pass Demak (Jalan Lingkar Demak);
g.
Batas Kota Semarang-Batas Kabupaten Demak-Batas
Kabupaten Kudus;
h.
Kota Semarang-Batas Kota Semarang/ Ungaran-Bawen;
i.
Bawen-Kota Salatiga-Batas Kabupaten Boyolali;
j.
Jalan Lingkar Ambarawa;
k.
Jalan Lingkar Salatiga; dan
l.
Bawen-Batas Kabupaten Temanggung.
Pasal 23
Jaringan Jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf b meliputi:
a.
Magelang (perbatasan Kedungsepur)-Ngablak-Salatiga;
b.
Pati (perbatasan Kedungsepur)-Purwodadi;
c.
Surakarta (perbatasan Kedungsepur)-Geyer-PurwodadiGrobogan-Batas Pati (perbatasan Kedungsepur);
d.
Bawang
(perbatasan
Kedungsepur)-Batas
Batang-
Sukorejo-Boja-Cangkiran-Ungaran;
e.
Weleri-Sukorejo;
f.
Jalan Lingkar Kedungsepur;
g.
Trengguli-Batas Jepara; dan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-25-
h.
Semarang-Mranggen-Karangawen-Gubug-Godong
Purwodadi-Wirosari-Blora (perbatasan Kedungsepur).
Pasal 24
Jaringan Jalan Bebas Hambatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf d meliputi:
a.
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota ditetapkan di:
1.
jalan bebas hambatan Semarang-Batang (perbatasan
Kedungsepur);
2.
jalan bebas hambatan Semarang-Solo (perbatasan
Kedungsepur);
b.
3.
jalan bebas hambatan Semarang-Demak;
4.
jalan bebas hambatan Yogyakarta-Bawen; dan
5.
jalan bebas hambatan Demak-Tuban.
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota ditetapkan di
jalan bebas hambatan Semarang Seksi A, Seksi B dan
Seksi C.
Pasal 25
(1)
Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (5) huruf b ditetapkan dalam rangka
mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan
moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional dan kesejahteraan Masyarakat.
(2)
Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a.
lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;
b.
terminal; dan
c.
fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.
Pasal 26
(1)
Lajur,
jalur,
atau
jalan
khusus
angkutan
massal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a
ditetapkan dalam rangka mengembangkan potensi dan
perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-26-
ketertiban, kelancaran berlalu lintas, dan mendukung
kebutuhan angkutan massal.
(2)
Lajur,
jalur,
sebagaimana
atau
jalan
dimaksud
khusus
pada
angkutan
ayat
(1)
di
massal
Kawasan
Perkotaan Inti terdiri atas:
a.
Koridor 1 menghubungkan Weleri (simpul)-KendalKaliwungu-Semarang (simpul);
b.
Koridor
2
menghubungkan
Semarang
(simpul)-
Semarang
(simpul)-
Ungaran
(simpul)-
Demak (simpul);
c.
Koridor
3
menghubungkan
Ungaran-Boja (simpul);
d.
Koridor
4
menghubungkan
Salatiga (simpul);
e.
Koridor 5 menghubungkan Demak (simpul)-GodongPurwodadi (simpul);
f.
Koridor
6
menghubungkan
Semarang
(simpul)-
Brumbung-Gubug-Godong (simpul); dan
g.
Koridor 7 menghubungkan Weleri (simpul)-SukorejoBoja (simpul).
(3)
Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)
Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal di
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya terintegrasi dengan
Kawasan Perkotaan Inti.
Pasal 27
(1)
Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
huruf b ditetapkan dalam rangka menunjang kelancaran
pergerakan orang dan/atau barang serta keterpaduan
intramoda dan antarmoda.
(2)
Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
terminal penumpang dan terminal barang.
(3)
Terminal penumpang berfungsi melayani keterpaduan
terminal
dengan
pusat-pusat
kegiatan
dan
moda
transportasi lainnya.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-27-
(4)
Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri atas:
a.
terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani
kendaraan
umum
untuk
angkutan
antarkota
antarprovinsi, angkutan antarkota dalam provinsi,
angkutan kota, dan angkutan perdesaan meliputi:
1)
Terminal Bintoro di Kecamatan Demak pada
Kabupaten Demak;
2)
Terminal Tingkir di Kecamatan Tingkir pada
Kota Salatiga; dan
3)
Terminal Mangkang di Kecamatan Tugu pada
Kota Semarang.
b.
terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam
provinsi,
angkutan
kota,
dan/atau
angkutan
perdesaan meliputi:
1)
Terminal Terboyo di Kecamatan Genuk dan
Terminal Penggaron di Kecamatan Pedurungan
pada Kota Semarang;
2)
Terminal
Ungaran
di
Kecamatan
Ungaran
Barat, Terminal Bawen di Kecamatan Bawen
dan Terminal Klepu di Kecamatan Bergas pada
Kabupaten Semarang;
3)
Terminal Bahurekso di Kecamatan Gemuh dan
Terminal Weleri di Kecamatan Weleri pada
Kabupaten Kendal; dan
4)
Terminal Purwodadi di Kecamatan Purwodadi
pada Kabupaten Grobogan.
(5)
Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28
Fasilitas
pendukung
lalu
lintas
dan
angkutan
jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf c
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-28-
Pasal 29
(1)
Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (6) huruf a di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur dikembangkan untuk kegiatan transportasi
air dan pariwisata air yang menghubungkan kawasan
tepian sungai dengan pesisir.
(2)
Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
(3)
a.
pelabuhan sungai; dan
b.
alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai.
Pelabuhan sungai di Kawasan Perkotaan Kedungsepur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diatur
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(4)
Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b ditetapkan di Sungai Kaligarang
pada Kota Semarang.
Pasal 30
(1)
Jaringan
transportasi
penyeberangan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6) huruf b dikembangkan
untuk
melayani
pergerakan
keluar
masuk
arus
penumpang dan kendaraan antara Kawasan Perkotaan
Kedungsepur dengan Pulau Kalimantan.
(2)
Jaringan
transportasi
penyeberangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
(3)
a.
pelabuhan penyeberangan; dan
b.
lintas angkutan penyeberangan.
Pelabuhan
penyeberangan
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a ditetapkan di:
a.
Pelabuhan Tanjung Emas di Kecamatan Semarang
Utara pada Kota Semarang; dan
b.
Pelabuhan Kendal di Kecamatan Kaliwungu pada
Kabupaten Kendal.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-29-
(4)
Lintas angkutan penyeberangan di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b terdiri atas:
a.
lintas
angkutan
Tanjung
penyeberangan
Emas
ke
luar
dari
Pelabuhan
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur; dan
b.
lintas angkutan penyeberangan dari Pelabuhan di
Kabupaten Kendal ke luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur.
Pasal 31
(1)
Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (7) huruf a ditetapkan dalam rangka
mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan
jalur wilayah nasional, Pulau Jawa, dan Provinsi Jawa
Tengah.
(2)
Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas jaringan jalur kereta api umum dan
jaringan jalur kereta api khusus.
(3)
Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
(4)
a.
jaringan jalur kereta api antarkota; dan
b.
jaringan jalur kereta api perkotaan.
Jaringan jalur kereta api antarkota di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a terdiri atas:
a.
jalur
utara
menghubungkan
Semarang-Jakarta,
Semarang-Surabaya, dan Semarang-Bandung;
b.
jalur utara-selatan menghubungkan Semarang-Solo;
c.
jalur tengah menghubungkan Semarang-Solo; dan
d.
rencana pengembangan jalur kereta api cepat yang
menghubungkan Semarang-Jakarta dan SemarangSurabaya, yang terintegrasi dengan rencana sistem
jaringan kereta api yang ada di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-30-
(5)
Jaringan jalur kereta api perkotaan dalam bentuk kereta
api
komuter
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a.
jalur kereta api Weleri-Kendal-Kaliwungu-Semarang;
b.
jalur
kereta
api
Semarang–Demak-Godong-
Purwodadi-Gambringan;
c.
jalur
kereta
api
Semarang-Brumbung-Gubug-
Gambringan;
d.
jalur
kereta
api
Brumbung-Kedungjati-Tuntang-
Ambarawa-Jambu; dan
e.
jalur angkutan massal berbasis rel Kota Semarang–
Bandara Ahmad Yani.
(6)
Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah jalur kerata api barang.
(7)
Jalur kereta api barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) huruf a terdiri atas jalur kereta api Semarang
Gudang–Pelabuhan Tanjung Emas.
(8)
Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) secara lebih lanjut diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
(1)
Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (7) huruf b ditetapkan dalam rangka memberikan
pelayanan kepada setiap pengguna transportasi kereta
api
melalui
konektivitas
pelayanan
dengan
moda
transportasi lain.
(2)
Stasiun kereta
stasiun
api berfungsi melayani keterpaduan
dengan
pusat-pusat
kegiatan,
pusat
permukiman, dan moda transportasi lainnya.
(3)
Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a.
Stasiun
Weleri
Kalibodri
di
di
Kecamatan
Kecamatan
Weleri,
Pegandon,
Stasiun
Stasiun
Kaliwungu di Kecamatan Kaliwungu, dan Stasiun
Kendal
di
Kecamatan
Kendal
pada
Kabupaten
Kendal;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-31-
b.
Stasiun Sayung di Kecamatan Sayung, Stasiun
Brumbung
di
Kecamatan
Mranggen,
Stasiun
Karangawen di Kecamatan Karangawen, Stasiun
Buyaran di Kecamatan Karangtengah, dan Stasiun
Demak
di
Kecamatan
Demak
pada
Kabupaten
Demak;
c.
Stasiun Ambarawa di Kecamatan Ambarawa dan
Stasiun
Jambu
di
Kecamatan
Jambu
pada
Kabupaten Semarang;
d.
Stasiun
Mangkang
dan
Stasiun
Jerakah
di
Kecamatan Tugu, Stasiun Semarang Poncol dan
Stasiun Semarang Tawang di Kecamatan Semarang
Utara, Stasiun Semarang Gudang di Kecamatan
Semarang Timur, Stasiun Alastuwa dan Stasiun
Genuk di Kecamatan Genuk pada Kota Semarang;
dan
e.
Stasiun Godong di Kecamatan Godong, Stasiun
Gubug di Kecamatan Gubug, Stasiun Karangjati di
Kecamatan Karangrayung, Stasiun Ngrombo dan
Stasiun Gambringan di Kecamatan Toroh, Stasiun
Tanggung di Kecamatan Tanggungharjo, Stasiun
Kedungjati di Kecamatan Kedungjati, dan Stasiun
Purwodadi di Kecamatan Purwodadi pada Kabupaten
Grobogan.
Pasal 33
Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (7) huruf c diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1)
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (8) huruf a adalah suatu
sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis,
hierarki pelabuhan, Rencana Pelabuhan Induk Nasional,
dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra dan
antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-32-
(2)
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
Pelabuhan Utama yaitu Pelabuhan Tanjung Emas di
Kecamatan Semarang Utara pada Kota Semarang;
dan
b.
Pelabuhan Pengumpan Regional yaitu Pelabuhan
Kendal di Kecamatan Kaliwungu pada Kabupaten
Kendal.
Pasal 35
(1)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (8) huruf b ditetapkan dalam rangka mewujudkan
perairan yang aman untuk dilayari.
(2)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan alur pelayaran laut yang terdiri atas:
a.
alur
pelayaran
nasional,
yaitu
alur
yang
menghubungkan Pelabuhan Utama Tanjung Emas
dengan pelabuhan nasional lainnya; dan
b.
alur
pelayaran
internasional,
yaitu
alur
yang
menghubungkan Pelabuhan Utama Tanjung Emas
dan alur pelayaran internasional melalui Alur Laut
Kepulauan Indonesia.
(3)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan
dan keamanan negara.
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai alur pelayaran diatur
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 36
(1)
Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (9) huruf a ditetapkan dalam rangka
melaksanakan fungsi bandar udara untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas
pesawat
udara,
penumpang,
kargo
dan/atau
pos
keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-33-
dan/atau antarmoda, serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah.
(2)
Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a.
bandar
udara
umum
yaitu
Bandar
Udara
Internasional Ahmad Yani di Kecamatan Semarang
Barat pada Kota Semarang yang berfungsi sebagai
bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan
primer untuk pelayanan pesawat udara dengan rute
penerbangan dalam negeri dan luar negeri, serta
berfungsi sebagai pangkalan udara angkatan darat;
dan
b.
bandar
udara
khusus
diatur
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
(1)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (9) huruf b digunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
(2)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a.
ruang udara yang dipergunakan langsung untuk
kegiatan bandar udara;
b.
ruang
udara
di
sekitar
bandar
udara
yang
dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan
c.
ruang
udara
yang
ditetapkan
sebagai
jalur
penerbangan.
(3)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dimanfaatkan bersama untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara.
(4)
Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-34-
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 38
(1)
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf b ditetapkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi dalam jumlah cukup dan menyediakan
akses berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk
kebutuhan sekarang dan masa datang.
(2)
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupaka
REPUBLIK INDONESIA
No.181, 2017
PEMERINTAHAN. Rencana Tata Ruang. Kendal,
Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2017
TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN
KENDAL, DEMAK, UNGARAN, SALATIGA, SEMARANG, DAN PURWODADI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang, dan Purwodadi;
Mengingat :
1.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725); dan
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4833)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-2-
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN KENDAL,
DEMAK,
UNGARAN,
SALATIGA,
SEMARANG,
DAN
PURWODADI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk
lain
hidup,
melakukan
kegiatan,
dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3.
Struktur
Ruang
adalah
susunan
pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang
berfungsi
sebagai
pendukung
kegiatan
sosial
ekonomi Masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
4.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
5.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata
ruang,
pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
pemanfaatan ruang.
6.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-3-
7.
Kawasan
Strategis
Nasional
adalah
wilayah
yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh
sangat
penting
secara
nasional
terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
8.
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
9.
Kawasan Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang
terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri
sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan
prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah
penduduk
secara
keseluruhan
sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa.
10. Kawasan Perkotaan Inti adalah kawasan perkotaan yang
merupakan bagian dari kawasan metropolitan dengan
fungsi
sebagai
pendorong
pusat
kegiatan-kegiatan
pengembangan
kawasan
utama
perkotaan
dan
di
sekitarnya.
11. Kawasan
perkotaan
Perkotaan
yang
di
Sekitarnya
merupakan
adalah
kawasan
dari
kawasan
bagian
metropolitan dengan fungsi sebagai pusat kegiatankegiatan
yang
menjadi
penyeimbang
perkembangan
kawasan perkotaan inti.
12. Kawasan
Lindung
adalah
wilayah
yang
ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
13. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-4-
14. Kawasan Hutan adalah suatu wilayah tertentu yang
ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
15. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
16. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT
adalah
suatu
hidrogeologis,
wilayah
tempat
yang
semua
dibatasi
kejadian
oleh
batas
hidrogeologis,
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan
air tanah berlangsung.
17. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulaupulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi).
18. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
19. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH
adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
20. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat
SPAM adalah satu
kesatuan sarana
prasarana
air
minum.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-5-
21. Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
yang
selanjutnya
disingkat IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk
mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui sistem
perpipaan.
22. Tempat
Penampungan
Sementara
yang
selanjutnya
disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut
ketempat
pendauran
ulang,
pengolahan,
dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
23. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
24. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat
TPA
adalah
tempat
untuk
memproses
dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
25. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah
kesatuan
wilayah
atau
hamparan
tanah
yang
mendapatkan air dari satu jaringan irigasi, terdiri dari
areal (hamparan tanah yang akan diberi air), bangunan
utama jaringan irigasi (saluran dan bangunannya).
26. Zona Lindung yang selanjutnya disebut Zona L adalah
zona
yang
ditetapkan
karakteristik
pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masingmasing zona pada Kawasan Lindung.
27. Zona Budi Daya yang selanjutnya disebut Zona B adalah
zona
yang
ditetapkan
karakteristik
pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masingmasing zona pada Kawasan Budi Daya.
28. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat
KWT adalah angka persentase luas kawasan atau blok
peruntukan yang terbangun terhadap luas kawasan atau
luas kawasan blok peruntukan seluruhnya di dalam
suatu
kawasan
atau
blok
peruntukan
yang
direncanakan.
29. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat
KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-6-
seluruh
lantai
lahan/tanah
dasar
bangunan
perpetakan/daerah
gedung
dan
perencanaan
luas
yang
dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan.
30. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat
KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh
lantai
bangunan
gedung
dan
luas
tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan
dan lingkungan.
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH
adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan dan luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
32. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disingkat KTB
adalah penetapan besar maksimum tapak basemen
didasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat
GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan ke arah garis sempadan jalan.
34. Jaringan Jalan Arteri Primer adalah jaringan jalan yang
menghubungkan
secara
berdayaguna
antarpusat
kegiatan nasional, antara pusat kegiatan nasional dan
pusat
kegiatan
wilayah,
dan/atau
pusat
kegiatan
nasional dan/atau pusat kegiatan wilayah dengan bandar
udara
pusat
penyebaran
primer/sekunder/tersier
skala
dan
pelayanan
pelabuhan
internasional/nasional.
35. Jaringan Jalan Kolektor Primer adalah jaringan jalan
yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan wilayah dan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
36. Jalan Bebas Hambatan adalah jalan yang ditetapkan
dalam rangka memperlancar arus lalu lintas dengan cara
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-7-
mengendalikan jalan masuk secara penuh dan tanpa
adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan
pagar ruang jalan.
37. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk Masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku
kepentingan
nonpemerintah
lain
dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
38. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan
negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
39. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah otonom.
40. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
41. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
42. Bupati atau Walikota adalah Bupati Kendal, Bupati
Demak, Bupati Semarang, Walikota Salatiga, Walikota
Semarang, dan dan Bupati Grobogan.
Pasal 2
(1)
Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang, dan Purwodadi yang selanjutnya disebut
Kawasan Perkotaan Kedungsepur merupakan Kawasan
Strategis Nasional dari sudut kepentingan ekonomi yang
terdiri
atas
Kawasan
Perkotaan
Inti
dan
Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya yang membentuk Kawasan
Metropolitan.
(2)
Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berada di Kota Semarang.
(3)
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a.
Kawasan Perkotaan Kendal, Kawasan Perkotaan
Kaliwungu, Kawasan Perkotaan Weleri, Kawasan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-8-
Perkotaan Boja, dan Kawasan Perkotaan Sukorejo di
Kabupaten Kendal;
b.
Kawasan Perkotaan Demak, Kawasan Perkotaan
Sayung,
dan
Kawasan
Perkotaan
Mranggen
di
Kabupaten Demak;
c.
Kawasan Perkotaan Ungaran, Kawasan Perkotaan
Bawen,
dan
Kawasan
Perkotaan
Ambarawa
di
Kabupaten Semarang;
d.
Kawasan Perkotaan Salatiga di Kota Salatiga; dan
e.
Kawasan
Perkotaan
Purwodadi
dan
Kawasan
Perkotaan Gubug di Kabupaten Grobogan.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan Peraturan Presiden ini meliputi:
a.
peran dan fungsi Rencana Tata Ruang serta cakupan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
b.
tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
c.
rencana Struktur Ruang, rencana Pola Ruang, arahan
pemanfaatan
ruang,
dan
arahan
pengendalian
pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
pengelolaan Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
e.
peran Masyarakat dalam Penataan Ruang di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur.
BAB II
PERAN DAN FUNGSI RENCANA TATA RUANG SERTA
CAKUPAN KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang
Pasal 4
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan
pembangunan di Kawasan Perkotaan Kedungsepur.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-9-
Pasal 5
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
berfungsi sebagai pedoman untuk:
a.
penyusunan
rencana
pembangunan
di
Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
b.
pemanfaatan
ruang
dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
c.
perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan
keserasian
antarwilayah
antarsektor
kabupaten/kota,
di
Kawasan
serta
Perkotaan
Kedungsepur;
d.
penetapan lokasi dan fungsi Ruang untuk investasi di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
e.
Penataan Ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
f.
pengelolaan Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
g.
perwujudan
Kawasan
keterpaduan
Perkotaan
rencana
Kedungsepur
pengembangan
dengan
kawasan
sekitarnya.
Bagian Kedua
Cakupan Kawasan
Pasal 6
Kawasan Perkotaan Kedungsepur mencakup 85 (delapan
puluh lima) kecamatan, yang terdiri atas:
a.
seluruh wilayah Kabupaten Kendal yang mencakup 20
(dua puluh) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Plantungan,
Kecamatan
Sukorejo,
Kecamatan
Pageruyung, Kecamatan Patean, Kecamatan Singorojo,
Kecamatan Limbangan, Kecamatan Boja, Kecamatan
Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kecamatan
Brangsong, Kecamatan Pegandon, Kecamatan Ngampel,
Kecamatan Gemuh, Kecamatan Ringinarum, Kecamatan
Weleri,
Kecamatan
Kecamatan
Rowosari,
Cepiring,
Kecamatan
Kecamatan
Kangkung,
Patebon,
dan
Kecamatan Kendal;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-10-
b.
seluruh wilayah Kabupaten Demak yang mencakup 14
(empat belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Mranggen, Kecamatan Karangawen, Kecamatan Guntur,
Kecamatan
Kecamatan
Wonosalam,
Sayung,
Bonang,
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Karangtengah,
Demak,
Dempet,
Kecamatan
Kecamatan
Gajah,
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mijen, Kecamatan
Wedung, dan Kecamatan Kebonagung;
c.
seluruh wilayah Kabupaten Semarang yang mencakup 19
(sembilan belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Getasan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan,
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Suruh, Kecamatan
Pabelan, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Banyubiru,
Kecamatan Jambu, Kecamatan Sumowono, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Bawen,
Kecamatan
Bringin,
Kecamatan
Pringapus,
Kecamatan
Bergas,
Bancak,
Kecamatan
Kecamatan
Ungaran
Barat, dan Kecamatan Ungaran Timur;
d.
seluruh wilayah Kota Salatiga yang mencakup 4 (empat)
wilayah
kecamatan, meliputi
Kecamatan
Tingkir,
Kecamatan
Kecamatan
Argomulyo,
Sidomukti,
dan
Kecamatan Sidorejo;
e.
seluruh wilayah Kota Semarang yang mencakup 16
(enam belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Banyumanik,
Kecamatan
Gajahmungkur,
Kecamatan
Semarang
Selatan, Kecamatan Candisari, Kecamatan Tembalang,
Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk, Kecamatan
Gayamsari, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan
Semarang
Utara,
Kecamatan
Semarang
Tengah,
Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Tugu, dan
Kecamatan Ngaliyan; dan
f.
sebagian wilayah Kabupaten Grobogan yang mencakup
12 (dua belas) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Kedungjati,
Kecamatan
Purwodadi,
Kecamatan
Kecamatan
Tegowanu,
Penawangan,
Godong,
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Gubug,
Tanggungharjo,
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-11-
Kecamatan Toroh, Kecamatan Karangrayung, Kecamatan
Brati, Kecamatan Klambu, dan Kecamatan Grobogan.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 7
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur bertujuan
untuk
mewujudkan
kegiatan
Kawasan
ekonomi
Perkotaan
berskala
sebagai
internasional,
pusat
berbasis
perdagangan dan jasa, industri, dan pariwisata, dengan tetap
memperhatikan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 8
Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur
meliputi:
a.
pengembangan dan pemantapan sistem kota secara
hierarkis dan terintegrasi dalam bentuk Perkotaan Inti
dan Perkotaan di Sekitarnya sesuai dengan fungsi dan
perannya;
b.
pengembangan
dan
peningkatan
sistem
prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air,
serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu
untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan
permukiman, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata,
dan
kebutuhan
Masyarakat,
serta
meningkatkan
keterkaitan antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-12-
c.
penetapan
kualitas
dan
peningkatan
Kawasan
memperhatikan
fungsi,
Lindung
upaya
kuantitas,
dan
RTH
pencegahan
dan
dengan
bencana
untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan;
d.
penetapan dan pemantapan Kawasan Budi Daya sesuai
dengan
kapasitas
daya
dukung
lingkungan
dan
kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan kearifan
lokal;
e.
pengembangan
nasional
ekonomi
berbasis
berskala
perdagangan
internasional
dan
jasa,
dan
industri,
termasuk industri agro, dan pariwisata di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur; dan
f.
peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan
pembangunan melalui kerjasama antardaerah, kemitraan
pemangku
kepentingan,
dan
penguatan
peran
Masyarakat.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 9
Strategi pengembangan dan pemantapan sistem kota-kota
secara hierarkis dan terintegrasi dalam bentuk Perkotaan Inti
dan Perkotaan di Sekitarnya sesuai dengan fungsi dan
perannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
terdiri atas:
a.
mengembangkan
Kota
Semarang
sebagai
pusat
perdagangan dan jasa, industri agro, dan pariwisata,
berskala internasional, nasional dan regional, serta
mendorong perkotaan sekitarnya yang berada dalam
Kawasan Perkotaan Kedungsepur untuk mendukung
kegiatan perkotaan inti;
b.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan
Perkotaan
di
Sekitarnya
dengan
kawasan
perdesaan untuk mendorong berkembangnya potensi
sektor pertanian dan industri agro;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-13-
c.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong
berkembangnya sektor perdagangan dan jasa serta sektor
industri;
d.
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong
pengembangan kerjasama promosi budaya, pariwisata,
dan
ekonomi
kreatif
antarwilayah
dalam
Kawasan
Perkotaan Kedungsepur;
e.
mempertahankan fungsi pusat kegiatan yang sudah ada
secara optimal;
f.
mengendalikan pusat kegiatan yang berkembang tidak
sesuai dengan fungsi dan panduan rancang perkotaan;
dan
g.
mendorong berfungsinya pusat kegiatan baru di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur.
Pasal 10
Strategi pengembangan dan peningkatan sistem prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta
prasarana
dan
sarana
perkotaan
yang
terpadu
untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri agro dan
kebutuhan
Masyarakat
serta
meningkatkan
keterkaitan
antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di
Sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
terdiri atas:
a.
mengembangkan
keterpaduan
sistem
jaringan
transportasi darat, perkeretaapian, transportasi laut dan
transportasi udara untuk menjamin aksesibilitas yang
tinggi baik ke dalam maupun ke luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
b.
mengembangkan sistem transportasi angkutan umum
massal melalui penetapan jalur bus komuter maupun
jalur kereta api komuter;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-14-
c.
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem
jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan
dan tidak terbarukan;
d.
mendorong
pengembangan
prasarana
telekomunikasi
antara Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan
di Sekitarnya;
e.
meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya
air, mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber
daya air, mempercepat konservasi sumber air, dan
meningkatkan pengendalian daya rusak air;
f.
mengembangkan sistem pelayanan prasarana air bersih
melalui
sistem
pengolahan
air
minum
regional
di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
g.
mengembangkan
normalisasi
sistem
sungai
jaringan
yang
drainase
terpadu
dengan
melalui
sistem
pengamanan pantai di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
h.
mengembangkan sistem pelayanan prasarana air limbah
melalui pelayanan IPAL terpadu dengan menetapkan
pusat pengolahan limbah di bagian utara dan selatan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
i.
mengembangkan
sistem
pelayanan
prasarana
persampahan melalui penetapan tempat pembuangan
akhir sampah terpadu di bagian utara dan selatan
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
j.
mengembangkan dan meningkatkan sistem prasarana
pendukung industri agro untuk menjamin aksesibilitas
kegiatan produksi, pengolahan, dan distribusi hasil
kegiatan dari hulu ke hilir; dan
k.
meningkatkan keterpaduan pelayanan sistem prasarana
perkotaan
melalui
kerjasama
antarkabupaten/kota
di
pengelolaan
prasarana
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur.
Pasal 11
Strategi penetapan dan peningkatan fungsi, kuantitas, dan
kualitas Kawasan Lindung dan RTH dengan memperhatikan
upaya pencegahan bencana untuk mendukung pembangunan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-15-
berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
terdiri atas:
a.
menetapkan dan memantapkan Kawasan Lindung;
b.
mengembalikan fungsi Kawasan Lindung bagi kawasankawasan lindung yang telah beralih fungsi menjadi
Kawasan
Budi
Daya
dengan
merehabilitasi
dan
merevitalisasi Kawasan Lindung dari kerusakan fungsi
lindung;
c.
mengendalikan secara ketat kegiatan pembangunan di
Kawasan Budi Daya yang berbatasan dengan kawasan
yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung;
d.
mencegah terjadinya alih fungsi lahan Kawasan Lindung
dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya;
e.
menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan berbasis WS dan DAS;
f.
menerapkan persyaratan pembangunan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
mempertahankan
lingkungan
daya
untuk
perundang-undangan
dukung
mencegah
dan
daya
timbulnya
dan
tampung
kerusakan
lingkungan hidup;
g.
menetapkan dan memantapkan RTH paling sedikit 30%
(tiga
puluh
persen)
dari
luas
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur; dan
h.
melaksanakan pembangunan konstruksi yang dapat
mencegah dan menanggulangi bencana rob yang berada
di pantai utara Kawasan Perkotaan Kedungsepur.
Pasal 12
Strategi penetapan dan pemantapan Kawasan Budi Daya
sesuai dengan
kapasitas daya
dukung lingkungan
dan
kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d terdiri atas:
a.
menetapkan dan memantapkan lokasi dan kegiatan budi
daya di Kawasan Perkotaan Kedungsepur yang meliputi
permukiman,
pendidikan,
pemerintahan,
industri,
perdagangan
pariwisata,
dan
jasa,
pertahanan
dan
keamanan negara, pertanian, dan hutan produksi dengan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-16-
mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan;
b.
mengembangkan
kegiatan
perkotaan
yang
meliputi
permukiman, perdagangan dan jasa, serta industri secara
terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
c.
mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan
kompak di Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
mempertahankan dan merehabilitasi lahan pertanian
pangan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan
fungsi daya dukung lingkungan;
e.
mengendalikan
kegiatan
pemanfaatan
lahan
yang
cenderung dapat mengganggu kegiatan lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
f.
mengembangkan
dan
mengelola
prasarana
waduk,
embung, dan jaringan irigasi;
g.
mendorong
pemerintah
Perkotaan
Kedungsepur
kabupaten/kota
untuk
di
Kawasan
menetapkan
lahan
pertanian pangan berkelanjutan;
h.
mengembangkan kegiatan industri agro yang memiliki
keterkaitan dengan sumber bahan baku di Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar di
dalam dan di luar Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
i.
mempertahankan Kawasan Budi Daya hutan produksi
yang ada untuk menjaga fungsi hidro-orologis dan
hidrogeologis daerah tangkapan air.
Pasal 13
Strategi pengembangan ekonomi berskala internasional dan
nasional berbasis perdagangan dan jasa, industri termasuk
industri
agro,
dan
pariwisata
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e
terdiri atas:
a.
mendorong
pengembangan
sentra-sentra
kawasan
ekonomi baru dalam bidang perdagangan dan jasa,
pengolahan hasil produksi pertanian, dan industri agro;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-17-
b.
mengembangkan
dan
meningkatkan
kerjasama
peningkatan nilai tambah produksi, pemasaran, dan
pengemasan komoditas unggulan di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
c.
memantapkan kerja sama promosi peluang investasi di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur;
d.
mengembangkan distribusi sektor industri dan industri
agro baik di dalam maupun di luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur;
e.
memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai
untuk pemanfaatan kegiatan transportasi, pariwisata,
dan perikanan secara terpadu serta memperhatikan
ancaman adanya bahaya rob yang terjadi di pantai utara
Kawasan Perkotaan Kedungsepur; dan
f.
mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang
berbasis mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim
global.
Pasal 14
Strategi
peningkatan
koordinasi,
sinkronisasi
dan
keterpaduan pembangunan melalui kerjasama antardaerah,
kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f
terdiri atas:
a.
mengembangkan lembaga kerjasama antardaerah yang
berfungsi
untuk
melakukan
koordinasi,
fasilitasi
kerjasama, dan kemitraan dalam pemanfaatan ruang dan
pengendalian
pembangunan
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur;
b.
meningkatkan
keterpaduan
dan
sinkronisasi
pembangunan antara Pemerintah Pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; dan
c.
mendorong penguatan peran Masyarakat dalam proses
perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang perkotaan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-18-
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
KAWASAN PERKOTAAN KEDUNGSEPUR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
(1)
Rencana Struktur Ruang ditetapkan dengan tujuan
untuk
meningkatkan
meningkatkan
pelayanan
kualitas
dan
pusat
jangkauan
kegiatan,
pelayanan
jaringan prasarana, serta meningkatkan fungsi Kawasan
Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di Sekitarnya.
(2)
Rencana Struktur Ruang berfungsi sebagai penunjang
dan penggerak kegiatan sosial ekonomi Masyarakat yang
secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
(3)
Rencana Struktur Ruang terdiri atas rencana sistem
pusat
permukiman
dan
rencana
sistem
jaringan
prasarana.
Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat Permukiman
Pasal 16
Rencana sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) terdiri atas pusat kegiatan di Kawasan
Perkotaan Inti dan pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di
Sekitarnya.
Pasal 17
(1)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan sebagai pusat
kegiatan utama dan pendorong pengembangan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya.
(2)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di Kota Semarang, meliputi:
a.
pusat pemerintahan provinsi;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-19-
b.
pusat pemerintahan kota;
c.
pusat perdagangan dan jasa skala internasional,
nasional, dan regional;
d.
pusat pelayanan pendidikan tinggi;
e.
pusat
pelayanan
olahraga
skala
internasional,
nasional, dan regional;
f.
pusat pelayanan kesehatan skala internasional,
nasional, dan regional;
g.
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
h.
pusat pelayanan transportasi laut nasional;
i.
pusat pelayanan transportasi udara internasional
dan nasional;
j.
pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
k.
pusat kegiatan pariwisata; dan
l.
pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial
budaya.
Pasal 18
(1)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di Sekitarnya
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
16
ditetapkan
sebagai penyeimbang perkembangan Kawasan Perkotaan
Inti.
(2)
Pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan di Sekitarnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
Kawasan Perkotaan Kendal di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
b.
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan pariwisata;
4)
pusat kegiatan pertanian; dan
5)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
Kawasan
Perkotaan
Kaliwungu
di
Kabupaten
Kendal, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-20-
c.
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
4)
pusat kegiatan pertanian; dan
5)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan Perkotaan Weleri di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat pertahanan dan keamanan negara;
2)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
d.
3)
pusat kegiatan perikanan; dan
4)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Boja di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
e.
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan Perkotaan Sukorejo di Kabupaten Kendal,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional; dan
2)
f.
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Demak di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
g.
2)
pusat perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan perikanan;
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan industri; dan
6)
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Mranggen di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
h.
1)
pusat kegiatan industri; dan
2)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Sayung di Kabupaten Demak,
terdiri atas:
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-21-
i.
1)
pusat kegiatan industri;
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Kawasan
Perkotaan
Ungaran
di
Kabupaten
Semarang, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
2)
pusat kegiatan industri;
3)
pusat kegiatan pertanian;
4)
pusat kegiatan industri agro;
5)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa regional;
dan
6)
j.
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan
Perkotaan
Ambarawa
di
Kabupaten
Semarang, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
2)
pusat perdagangan skala regional;
3)
pusat
kegiatan
pertahanan
dan
keamanan
negara;
k.
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan perikanan; dan
6)
pusat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Bawen di Kabupaten Semarang,
terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
l.
2)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan industri;
4)
pusat kegiatan pertanian;
5)
pusat kegiatan industri agro; dan
6)
usat kegiatan pariwisata.
Kawasan Perkotaan Salatiga di Kota Salatiga, terdiri
atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang dan angkutan barang regional;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-22-
2)
pusat
kegiatan
pertahanan
dan
keamanan
negara;
m.
3)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
4)
pusat kegiatan kesehatan; dan
5)
pusat pelayanan pendidikan tinggi.
Kawasan
Perkotaan
Purwodadi
di
Kabupaten
Grobogan, terdiri atas:
1)
pusat
pelayanan
sistem
angkutan
umum
penumpang regional;
n.
2)
pusat kegiatan perdagangan dan jasa;
3)
pusat kegiatan industri; dan
4)
pusat kegiatan pertanian.
Kawasan Perkotaan Gubug di Kabupaten Grobogan,
terdiri atas:
1)
pusat kegiatan industri;
2)
pusat kegiatan pertanian; dan
3)
pusat kegiatan industri agro.
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 19
Rencana sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) meliputi:
a.
sistem jaringan transportasi;
b.
sistem jaringan energi;
c.
sistem jaringan telekomunikasi;
d.
sistem jaringan sumber daya air; dan
e.
sistem jaringan prasarana perkotaan.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 20
(1)
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf a ditetapkan dalam rangka
meningkatkan
kualitas
dan
jangkauan
pelayanan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-23-
pergerakan
orang
dan
barang/jasa
serta
berfungsi
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
(2)
Penyediaan sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyediakan
sarana transportasi massal antarwilayah.
(3)
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
(4)
a.
sistem jaringan transportasi darat;
b.
sistem jaringan perkeretaapian;
c.
sistem jaringan transportasi laut; dan
d.
sistem jaringan transportasi udara.
Sistem
jaringan
transportasi
darat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
a.
sistem jaringan jalan; dan
b.
sistem jaringan transportasi angkutan sungai dan
penyeberangan.
(5)
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf a terdiri atas:
(6)
a.
jaringan jalan; dan
b.
lalu lintas dan angkutan jalan.
Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas:
(7)
a.
jaringan transportasi sungai; dan
b.
jaringan transportasi penyeberangan.
Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
(8)
a.
jaringan jalur kereta api;
b.
stasiun kereta api; dan
c.
fasilitas operasi kereta api.
Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c terdiri atas:
(9)
a.
tatanan kepelabuhanan; dan
b.
alur pelayaran.
Sistem
jaringan
transportasi
udara
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d terdiri atas:
a.
tatanan kebandarudaraan; dan
b.
ruang udara untuk penerbangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-24-
Pasal 21
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (4) huruf a terdiri atas:
a.
Jaringan Jalan Arteri Primer;
b.
Jaringan Jalan Kolektor Primer; dan
c.
Jaringan Jalan Bebas Hambatan.
Pasal 22
Jaringan Jalan Arteri Primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf a meliputi:
a.
Batas
Kabupaten
Batang-Kota
Kendal-Batas
Kota
Semarang;
b.
Jalan Lingkar Weleri;
c.
Jalan Lingkar Kaliwungu;
d.
Jalan Arteri Utara;
e.
Batas Kota Semarang-Batas Kota Demak;
f.
Jalan By Pass Demak (Jalan Lingkar Demak);
g.
Batas Kota Semarang-Batas Kabupaten Demak-Batas
Kabupaten Kudus;
h.
Kota Semarang-Batas Kota Semarang/ Ungaran-Bawen;
i.
Bawen-Kota Salatiga-Batas Kabupaten Boyolali;
j.
Jalan Lingkar Ambarawa;
k.
Jalan Lingkar Salatiga; dan
l.
Bawen-Batas Kabupaten Temanggung.
Pasal 23
Jaringan Jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf b meliputi:
a.
Magelang (perbatasan Kedungsepur)-Ngablak-Salatiga;
b.
Pati (perbatasan Kedungsepur)-Purwodadi;
c.
Surakarta (perbatasan Kedungsepur)-Geyer-PurwodadiGrobogan-Batas Pati (perbatasan Kedungsepur);
d.
Bawang
(perbatasan
Kedungsepur)-Batas
Batang-
Sukorejo-Boja-Cangkiran-Ungaran;
e.
Weleri-Sukorejo;
f.
Jalan Lingkar Kedungsepur;
g.
Trengguli-Batas Jepara; dan
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-25-
h.
Semarang-Mranggen-Karangawen-Gubug-Godong
Purwodadi-Wirosari-Blora (perbatasan Kedungsepur).
Pasal 24
Jaringan Jalan Bebas Hambatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf d meliputi:
a.
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota ditetapkan di:
1.
jalan bebas hambatan Semarang-Batang (perbatasan
Kedungsepur);
2.
jalan bebas hambatan Semarang-Solo (perbatasan
Kedungsepur);
b.
3.
jalan bebas hambatan Semarang-Demak;
4.
jalan bebas hambatan Yogyakarta-Bawen; dan
5.
jalan bebas hambatan Demak-Tuban.
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota ditetapkan di
jalan bebas hambatan Semarang Seksi A, Seksi B dan
Seksi C.
Pasal 25
(1)
Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (5) huruf b ditetapkan dalam rangka
mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan
moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional dan kesejahteraan Masyarakat.
(2)
Lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a.
lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;
b.
terminal; dan
c.
fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan.
Pasal 26
(1)
Lajur,
jalur,
atau
jalan
khusus
angkutan
massal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a
ditetapkan dalam rangka mengembangkan potensi dan
perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-26-
ketertiban, kelancaran berlalu lintas, dan mendukung
kebutuhan angkutan massal.
(2)
Lajur,
jalur,
sebagaimana
atau
jalan
dimaksud
khusus
pada
angkutan
ayat
(1)
di
massal
Kawasan
Perkotaan Inti terdiri atas:
a.
Koridor 1 menghubungkan Weleri (simpul)-KendalKaliwungu-Semarang (simpul);
b.
Koridor
2
menghubungkan
Semarang
(simpul)-
Semarang
(simpul)-
Ungaran
(simpul)-
Demak (simpul);
c.
Koridor
3
menghubungkan
Ungaran-Boja (simpul);
d.
Koridor
4
menghubungkan
Salatiga (simpul);
e.
Koridor 5 menghubungkan Demak (simpul)-GodongPurwodadi (simpul);
f.
Koridor
6
menghubungkan
Semarang
(simpul)-
Brumbung-Gubug-Godong (simpul); dan
g.
Koridor 7 menghubungkan Weleri (simpul)-SukorejoBoja (simpul).
(3)
Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)
Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal di
Kawasan Perkotaan di Sekitarnya terintegrasi dengan
Kawasan Perkotaan Inti.
Pasal 27
(1)
Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
huruf b ditetapkan dalam rangka menunjang kelancaran
pergerakan orang dan/atau barang serta keterpaduan
intramoda dan antarmoda.
(2)
Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
terminal penumpang dan terminal barang.
(3)
Terminal penumpang berfungsi melayani keterpaduan
terminal
dengan
pusat-pusat
kegiatan
dan
moda
transportasi lainnya.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-27-
(4)
Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri atas:
a.
terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani
kendaraan
umum
untuk
angkutan
antarkota
antarprovinsi, angkutan antarkota dalam provinsi,
angkutan kota, dan angkutan perdesaan meliputi:
1)
Terminal Bintoro di Kecamatan Demak pada
Kabupaten Demak;
2)
Terminal Tingkir di Kecamatan Tingkir pada
Kota Salatiga; dan
3)
Terminal Mangkang di Kecamatan Tugu pada
Kota Semarang.
b.
terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam
provinsi,
angkutan
kota,
dan/atau
angkutan
perdesaan meliputi:
1)
Terminal Terboyo di Kecamatan Genuk dan
Terminal Penggaron di Kecamatan Pedurungan
pada Kota Semarang;
2)
Terminal
Ungaran
di
Kecamatan
Ungaran
Barat, Terminal Bawen di Kecamatan Bawen
dan Terminal Klepu di Kecamatan Bergas pada
Kabupaten Semarang;
3)
Terminal Bahurekso di Kecamatan Gemuh dan
Terminal Weleri di Kecamatan Weleri pada
Kabupaten Kendal; dan
4)
Terminal Purwodadi di Kecamatan Purwodadi
pada Kabupaten Grobogan.
(5)
Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28
Fasilitas
pendukung
lalu
lintas
dan
angkutan
jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf c
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-28-
Pasal 29
(1)
Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (6) huruf a di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur dikembangkan untuk kegiatan transportasi
air dan pariwisata air yang menghubungkan kawasan
tepian sungai dengan pesisir.
(2)
Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
(3)
a.
pelabuhan sungai; dan
b.
alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai.
Pelabuhan sungai di Kawasan Perkotaan Kedungsepur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diatur
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(4)
Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b ditetapkan di Sungai Kaligarang
pada Kota Semarang.
Pasal 30
(1)
Jaringan
transportasi
penyeberangan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6) huruf b dikembangkan
untuk
melayani
pergerakan
keluar
masuk
arus
penumpang dan kendaraan antara Kawasan Perkotaan
Kedungsepur dengan Pulau Kalimantan.
(2)
Jaringan
transportasi
penyeberangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
(3)
a.
pelabuhan penyeberangan; dan
b.
lintas angkutan penyeberangan.
Pelabuhan
penyeberangan
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a ditetapkan di:
a.
Pelabuhan Tanjung Emas di Kecamatan Semarang
Utara pada Kota Semarang; dan
b.
Pelabuhan Kendal di Kecamatan Kaliwungu pada
Kabupaten Kendal.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-29-
(4)
Lintas angkutan penyeberangan di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b terdiri atas:
a.
lintas
angkutan
Tanjung
penyeberangan
Emas
ke
luar
dari
Pelabuhan
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur; dan
b.
lintas angkutan penyeberangan dari Pelabuhan di
Kabupaten Kendal ke luar Kawasan Perkotaan
Kedungsepur.
Pasal 31
(1)
Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (7) huruf a ditetapkan dalam rangka
mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan
jalur wilayah nasional, Pulau Jawa, dan Provinsi Jawa
Tengah.
(2)
Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas jaringan jalur kereta api umum dan
jaringan jalur kereta api khusus.
(3)
Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
(4)
a.
jaringan jalur kereta api antarkota; dan
b.
jaringan jalur kereta api perkotaan.
Jaringan jalur kereta api antarkota di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a terdiri atas:
a.
jalur
utara
menghubungkan
Semarang-Jakarta,
Semarang-Surabaya, dan Semarang-Bandung;
b.
jalur utara-selatan menghubungkan Semarang-Solo;
c.
jalur tengah menghubungkan Semarang-Solo; dan
d.
rencana pengembangan jalur kereta api cepat yang
menghubungkan Semarang-Jakarta dan SemarangSurabaya, yang terintegrasi dengan rencana sistem
jaringan kereta api yang ada di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-30-
(5)
Jaringan jalur kereta api perkotaan dalam bentuk kereta
api
komuter
di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a.
jalur kereta api Weleri-Kendal-Kaliwungu-Semarang;
b.
jalur
kereta
api
Semarang–Demak-Godong-
Purwodadi-Gambringan;
c.
jalur
kereta
api
Semarang-Brumbung-Gubug-
Gambringan;
d.
jalur
kereta
api
Brumbung-Kedungjati-Tuntang-
Ambarawa-Jambu; dan
e.
jalur angkutan massal berbasis rel Kota Semarang–
Bandara Ahmad Yani.
(6)
Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah jalur kerata api barang.
(7)
Jalur kereta api barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) huruf a terdiri atas jalur kereta api Semarang
Gudang–Pelabuhan Tanjung Emas.
(8)
Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) secara lebih lanjut diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
(1)
Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (7) huruf b ditetapkan dalam rangka memberikan
pelayanan kepada setiap pengguna transportasi kereta
api
melalui
konektivitas
pelayanan
dengan
moda
transportasi lain.
(2)
Stasiun kereta
stasiun
api berfungsi melayani keterpaduan
dengan
pusat-pusat
kegiatan,
pusat
permukiman, dan moda transportasi lainnya.
(3)
Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a.
Stasiun
Weleri
Kalibodri
di
di
Kecamatan
Kecamatan
Weleri,
Pegandon,
Stasiun
Stasiun
Kaliwungu di Kecamatan Kaliwungu, dan Stasiun
Kendal
di
Kecamatan
Kendal
pada
Kabupaten
Kendal;
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-31-
b.
Stasiun Sayung di Kecamatan Sayung, Stasiun
Brumbung
di
Kecamatan
Mranggen,
Stasiun
Karangawen di Kecamatan Karangawen, Stasiun
Buyaran di Kecamatan Karangtengah, dan Stasiun
Demak
di
Kecamatan
Demak
pada
Kabupaten
Demak;
c.
Stasiun Ambarawa di Kecamatan Ambarawa dan
Stasiun
Jambu
di
Kecamatan
Jambu
pada
Kabupaten Semarang;
d.
Stasiun
Mangkang
dan
Stasiun
Jerakah
di
Kecamatan Tugu, Stasiun Semarang Poncol dan
Stasiun Semarang Tawang di Kecamatan Semarang
Utara, Stasiun Semarang Gudang di Kecamatan
Semarang Timur, Stasiun Alastuwa dan Stasiun
Genuk di Kecamatan Genuk pada Kota Semarang;
dan
e.
Stasiun Godong di Kecamatan Godong, Stasiun
Gubug di Kecamatan Gubug, Stasiun Karangjati di
Kecamatan Karangrayung, Stasiun Ngrombo dan
Stasiun Gambringan di Kecamatan Toroh, Stasiun
Tanggung di Kecamatan Tanggungharjo, Stasiun
Kedungjati di Kecamatan Kedungjati, dan Stasiun
Purwodadi di Kecamatan Purwodadi pada Kabupaten
Grobogan.
Pasal 33
Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (7) huruf c diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1)
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (8) huruf a adalah suatu
sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis,
hierarki pelabuhan, Rencana Pelabuhan Induk Nasional,
dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra dan
antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-32-
(2)
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
Pelabuhan Utama yaitu Pelabuhan Tanjung Emas di
Kecamatan Semarang Utara pada Kota Semarang;
dan
b.
Pelabuhan Pengumpan Regional yaitu Pelabuhan
Kendal di Kecamatan Kaliwungu pada Kabupaten
Kendal.
Pasal 35
(1)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (8) huruf b ditetapkan dalam rangka mewujudkan
perairan yang aman untuk dilayari.
(2)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan alur pelayaran laut yang terdiri atas:
a.
alur
pelayaran
nasional,
yaitu
alur
yang
menghubungkan Pelabuhan Utama Tanjung Emas
dengan pelabuhan nasional lainnya; dan
b.
alur
pelayaran
internasional,
yaitu
alur
yang
menghubungkan Pelabuhan Utama Tanjung Emas
dan alur pelayaran internasional melalui Alur Laut
Kepulauan Indonesia.
(3)
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan
dan keamanan negara.
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai alur pelayaran diatur
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 36
(1)
Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (9) huruf a ditetapkan dalam rangka
melaksanakan fungsi bandar udara untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas
pesawat
udara,
penumpang,
kargo
dan/atau
pos
keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-33-
dan/atau antarmoda, serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah.
(2)
Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a.
bandar
udara
umum
yaitu
Bandar
Udara
Internasional Ahmad Yani di Kecamatan Semarang
Barat pada Kota Semarang yang berfungsi sebagai
bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan
primer untuk pelayanan pesawat udara dengan rute
penerbangan dalam negeri dan luar negeri, serta
berfungsi sebagai pangkalan udara angkatan darat;
dan
b.
bandar
udara
khusus
diatur
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
(1)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (9) huruf b digunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
(2)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a.
ruang udara yang dipergunakan langsung untuk
kegiatan bandar udara;
b.
ruang
udara
di
sekitar
bandar
udara
yang
dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan
c.
ruang
udara
yang
ditetapkan
sebagai
jalur
penerbangan.
(3)
Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dimanfaatkan bersama untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara.
(4)
Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2017, No.181
-34-
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 38
(1)
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf b ditetapkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi dalam jumlah cukup dan menyediakan
akses berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk
kebutuhan sekarang dan masa datang.
(2)
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupaka