TUTING PROPOSAL METOPEN (Repaired)

1

I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di Indonesia, usahatani palawija merupakan usaha yang cukup
menjanjikan untuk perbaikan kondisi ekonomi petani, baik sebagai sumber
penghasilan pokok maupun penghasilan tambahan. Tanaman palawija juga
merupakan tanaman yang cukup potensial dalam penyediaan vitamin dan
mineral masyarakat, salah satu diantaranya adalah kacang tanah. Kacang
tanah (Arachis hypogea L.) termasuk tanaman pangan yang semakin
penting peranannya.
Kacang tanah secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan
yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar
dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung
untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan
baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk
pakan ternak dan pupuk (Marzuki,2007).
Kacang tanah mengandung lemak 45% dan protein 27%. Protein
yang terdapat didalam kacang tanah jauh lebih tinggi dibandingkan protein

yang berasal dari daging dan telur, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin
B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.
Semua zat yang terkandung dalam upaya meningkatkan pertumbuhan,
mencerdaskan, hingga upaya membina ketahanan tubuh dalam mencegah
beberapa penyakit. (Vyan, 2009).
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 berdasarkan
pemekaran dari Kabupaten

Asahan. Kabupaten Batu Bara berada di

kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat

2

Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 904,96 Km2 atau
90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 151 desa/kelurahan defenitif.
Dari 90.496 Ha, 36.985 Ha merupakan luas daerah pertanian tanaman
pangan di Kabupaten Batubara. Tanaman pangan yang dibudidayakan
masyarakat antara lain : Padi sawah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Kecamatan Lima Puluh adalah salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan yang
memiliki Luas panen kacang tanah terluas di banding kecamatan lain di
Kabupaten Batu Bara. Data luas panen, produksi, dan produktivitas dapat di
lihat di Tabel 1.
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Kacang
Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu Bara, 2016
Luas
Rata-Rata
Luas Panen
Produksi
Kecamatan
Tanam
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton/Ha)
Sei Balai

8
7
5,84
0,834
Tanjung Tiram
Talawi
Lima Puluh
7
9
7,96
0,884
Air Putih
Sei Suka
Medang Deras
Batu Bara
15
16
13,79
0,862
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Batu Bara, 202016


(diolah)

Dari tabel 1 diatas dapat disimpulkan, bahwa dari 7 kecamatan di
kabupaten Batu Bara hanya ada dua kecamatan yang mengusahakan usaha
tani kacang tanah di lahan mereka, salah satunya kecamatan Lima Puluh

3

dengan luas panen seluas 9 Ha, produksi 7,96 Ton dan produktivitas 0, 884
Ton/Ha.
Luas lahan yang dimiliki Kecamatan Limapuluh cukup kecil dalam
pengembangangan produksi kacang tanah. Hal ini tidak terlepas dari
pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan
kepada para petani kacang tanah agar produksinya dapat di tingkatkan.
Namun demikian tetap diakui bahwa tingginya produksi dan produktivitas
suatu usaha tani tidak selamanya akan diikuti dengan pendapatan yang
diperoleh petani dari usaha tani tersebut. Hal ini disebabkan besar kecilnya
hasil dari suatu usaha tani sangat dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat harga
faktor-Faktor produksi yang digunakan, harga jual hasil produksi usaha tani

yang bersangkutan, maupun banyaknya permintaan dari konsumen.
Masalah yang dihadapi petani kacang tanah di Kecamatan Lima
Puluh adalah hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi
rendah, mutu benih yang rendah dan kekeringan, serta pengurangan luas
lahan yang setiap tahun semakin berkurang sehingga menimbulkan besar
kemungkinan pengaruhnya terhadap pengurangan produksi, dengan rata-rata
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh adalah 0,834 ton/Ha yang
idealnya 3-4 Ton/Ha (cahyono, 2007). Berikut tabel produksi kacang tanah
menurut kecamatan.

Tabel 2. Produksi Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu
Bara, 2012 – 2016 (Ton)
201
Kecamatan
Sei Balai

2012
15

2013

21

2014
7

2016
5
10,8

5,84

4

Tanjung Tiram
Talawi

2
-

-


-

Lima Puluh

23

63

25

Air Putih
Sei Suka
Medang Deras

4
2
-

2

6
-

2
-

Batu Bara

47

92

34

0
13,6

7,96

0

0,82
24,8

13,79

4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten
Batu Bara

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat Kecamatan Lima Puluh
terjadi penurunan produksi secara terus-menerus dari tahun 2013-2016.
Begitu juga pada Kecamatan lain bahkan sampai tidak berproduksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian secara mendalam tentang “ Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Usaha Tani Kacang Tanah di Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batu Bara’. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan bisa
digunakan sebagai bahan rujukan maupun informasi bagi perkembangan
usaha tani kacang tanah dimasa yang akan datang.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
I.4. Manfaat Penelitian

5

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini merupkana langkah awal dari
penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat
dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
dimasa yang akan datang.
2. Bagi Petani
Bagi Petani kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh,
diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam

menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan, serta dalam
pengmbilan keputusan dalam usaha tani kacang tanah.
3. Bagi Pemerintah
sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga
lainnya dalam mengambil kebijaksanaan bidang analisis
ekonomi usahatani.

6

II.1.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Tanah
Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili

leguminoceae sub-famili papilionoideae, genus Arachis dan Hypogeae.
Tanaman kacang tanah membentuk polong (buah) dalam tanah.Kacang
tanah sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki nilai gizi
yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah
memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan
dan ditingkatkan produksinya. Usaha untuk meningkatkan produksi kacang
tanah ini akan bisa tercapai, apabila para petani menggunakan teknologi
pertanian modern dan sekaligus menguasai ketrampilan(AAK, 2000).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi,
zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin
A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah
jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang
manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. Kacang
tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan
tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang
tanah lima kali seminggu dinyatakan dapat mencegah penyakit jantung.
Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan
menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Anonimous, 2011).
Sistem pertanaman kacang tanah menurut anjuran Suprapto (2000)
adalah sebagai berikut
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan cangkul, bajak, atau
traktor sampai kedalaman 20-30 cm dari permukaan tanah. Pengolahan

7

lahan dengan bajak sebaiknya diulang dua kali, kemudian diteruskan dengan
penggaruan agar bongkahan tanah menjadi remah.
b. Cara Penanaman
Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan
dengan jarak tanam (40 x 15) cm atau (30 x 20) cm. Pada tanah yang kurang
subur dapat ditanam lebih rapat (40 x 10) cm atau (20 x 20 ) cm. Lubang
tanamnya dibuat sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Ke dalam setiap lubang
tanam dimasukkan satu biji kacang tanah lalu ditutup dengan tanah halus.
c. Pemupukan
Untuk kacang tanah, pupuk yang banyak dipakai adalah pupuk
nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Pemberian pupuk nitrogen
dilakukan sehari sebelum tanam atau bersamaan dengan saat tanam. Dosis
pupuk nitrogen yang diberikan 15-20 Kg N/ha dan dipendam sejauh 5 cm
dari tanah. Pemberian pupuk fosfat (P) dilakukan beberapa waktu sebelum
tanam, sebagai pupuk dasar dan bersamaan dengan waktu tanam. Dosis
pupuk fosfat 45 kg/ha. Pemberian pupuk kalium yang cukup akan membuat
polong tumbuh baik dan berisi penuh. Pupuk kalium (K2O) dapat diberikan
pada waktu tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 50-60 kg/ha.
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berbunga dengan cara
mengored tanah di antara barisan-barisan tanaman. Pada saat bunga
berumur 4-6 minggu sebaiknya tidak dilakukan penyiangan karena akan
merusak bunga dan mengganggu pertumbuhan polong.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Dilakukan dengan penanaman varietas unggul, pengadaan rotasi
tanaman, pemberantasan serangga vektor, penyemprotan dengan pestisida.
f. Panen

8

Kacang tanah dapat dipanen apabila sebagian besar daun pada
pertanaman mulai mengering dan luruh. Penentuan waktu panen dapat juga
didasarkan pada umur varietas yang ditanam.
g.
Pencucian polong kacang tanah dilakukan setelah polong tersebut
dicabut kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai polongnya
kering.
II.2.
Landasan teori
II.2.1. Teori Produksi
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat.
Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang
memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa
melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber
alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu
disebut faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi, semua unsur
yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang
disebut sebagai faktor-faktor produksi. Pengertian produksi lainnya yaitu
hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan
beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa
kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output
dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau
memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193). Elemen input dan
output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian
dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input
masih dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input
(Gaspersz, 1996:170-171). Secara umum input dalam sistem produksi terdiri
atas :
1. Tenaga kerja

9

2. Modal atau kapital
3. Bahan-bahan material atau bahan baku
4. Sumber energi
5. Tanah
6. Informasi
7. Aspek manajerial atau kemampuan kewirausahawan
Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai
salah satu bentuk dari elemen input (Pindyck dan Robert, 2007:199).
Keseluruhan unsurunsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah atau diproses
sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Teori
produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti yang
diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan
menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana
penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat
dihasilkan sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan
pengertiannya untuk menerangkan sistem produksi yang terdapat pada
sektor pertanian. Dalam sistem produksi yang berbasis pada pertanian
berlaku pengertian input atau output dan hubungan di antara keduanya
sesuai dengan pengertian dan konsep teori produksi.
II.2.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu
ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu.
Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi
dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

10

Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang
dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi
(input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan
sebagai berikut:
Y= f(x1, x2,....xn)
Dimana:
Y = Hasil produksi fisik (output)
x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)
Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan
menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah
faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi dianggap variabel
(berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
Berikut ini gambar fungsi produksi.

11

Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk
semua faktor produksi misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi
dan input lainnya (Mubyarto, 1987).
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi
tidak lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan
jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian.

Fungsi produksi

adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input)
dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak,
supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.
Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi cobbdouglass. Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi
lain yaitu pertama perubahperubah yang diamati adalah perubah harga
output dan input, sehingga lebih sesuai dengan kerangka pengambilan
keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor penentu,
kedua dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi ekonomi, teknik dan
harga, ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga
bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada
ketiga

kelebihan

tersebut

juga

terdapat

keterbatasandalam

menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara
lain: (1) dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2)
dugaan elastisitas permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti
hubungan antara input akan selalu komplementer (Anonimous, 2007).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan
fungsi produksi cobbdouglass sebagai berikut:

12

1. Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan
nol, karena logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya
tidak diketahui (infinite).
2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap
pengamatan dalam fungsi produksi. Apabila fungsi produksi
Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu pengamatan dan jika
diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka
perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan
terletak pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Setiap variabel X adalah perfect competation.
4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).
5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan.
II.3.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Liska Simamora (2013) dengan judul

“Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis
Hipogaea L.) Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus: Desa Banuaji Iv,
Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)” dilakukan dengan tujuan Untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan
pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian dan untuk
menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan usahatani kacang tanah.
alat analisis yang digunakan adalah analisis statistik fungsi model Fungsi
produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)
sedangkan untuk melihat pendapatan digunakan alat analisis π = TR- TC
dimana keuntungan merupakan total penerimaan dikurangi dengan total
biaya. Dara hasil analisis di dapatkan bahwa Faktor produksi yang
berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah di daerah
penelitian adalah jumlah bibit kacang tanah. kemudian dari hasil analisis

13

pendapatan di dapat pendapat petani sebesar Rp 583.490,03 sedangkan per
hektar Rp 1.010.946,85.
Penelitian yang dilakukan oleh Riska(2014) dengan judul “Analisis
Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Di Desa Boya Baliase
Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi” dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis apakah luas lahan, penggunaan benih, pupuk dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap produksi kacang tanah di Desa Boya Baliase
Kecamatan Marawola Kabupaten sigi, serta untuk melihat Berapa besar
pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Boya Baliase Kecamatan
Marawola Kabupaten Sigi. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dalam bentuk logaritma . Model yang digunakan adalah Fungsi
Produksi Cobb-Douglas sedangkan untuk melihat pendapatan digunakan
alat analisis π = TR- TC dimana keuntungan merupakan total penerimaan
dikurangi dengan total biaya. Hasil dari analisis penelitian tersebut
ditemukan bahwa variabel bebas luas lahan (X1), benih (X2), pupuk
(X3),

dan

tenaga kerja

(X4)

secara

simultan

(Bersama-sama)

berpengaruh sangat nyata terhadap produksi kacang tanah (Y) di Desa Boya
Baliase. Secaraparsial luas lahan (X1) dan pupuk (X3) berpengaruh
positif sangat nyata terhadap produksi usahatani kacang tanah. Hasil
analisis pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani
responden kacang tanah di Desa Boya Baliase dalam satu musim tanam
sebesar Rp. 3.688.412/0,88 ha atau Rp. 11.371.022/ha.
Ifna(2014) meneliti tentang “ Analisis Produksi Kacang Tanah
Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireun” berdasarkan hasil
analisis dan pengujian hipotesis variabel berpengaruh signifikan terhadap

14

produksi kacang tanah di Kecamatan Peusangan yaitu bibit, pupuk SP36,
dan curahan tenaga kerja dengan nilai frobilitas signifikan lebih kecil dari
alpa (0,45 t tabel maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa
suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variable
dependen (Ghozali, 2001 : 44).
III.4.2.2. Uji Bersama-Sama (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas (Luas Lahan, Modal, Tenaga Kerja) yang dimasukkan dalam model
mempunyai

pengaruh

secara

bersama-sama

terhadap

variabel

terikat/dependen (Produksi). Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak
dan menerima Ha. (Ghozali, 2001 : 44-45).
III.4.2.3. Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Suatu model memiliki kebaikan dan kelemahan jika diterapkan
dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model
(goodness of fit) digunakan koefisien determinasil

( R2 ) ,

yaitu angka

19

yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel
terikat Y yang di jelaskan oleh variable bebas X secara bersama-sama.
(Gujarati, 1995:60).
Koefisien determinasi

( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0< R2