Perancangan Inkubator Memanfaatkan Sisi Panas Dari Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroller Atmega 8535 Chapter III V
30
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem
Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut ini :
Driver relay
DRIVER
REG. ARUS
INKUBATOR
LCD
ELEMEN PELTIER
Pembuangan Dingin
Sisi Panas
Sisi Dingin
Siklus
Pemanas
Mikrokontroler
buzzer
Setting suhu
Ruang Pemanas
Sensor Suhu
RS 232
PC
Gambar 3.1 Desain Blok Diagram Sistem
Diagram blok pada gambar 3.1 dapat diuraikan sebagai berikput :
1. LCD (Liquid Crystal Display) berfungsi seabagai tampilan penunjuk suhu
di dalam ruangan pemanas.
2. Buzzer berfungsi sebagai indikator permintaan suhu.
3. Mikrokontroler berfungsi sebagai pemproses masukan dari sensor suhu
pada masing-masing pemanas dan membandingkannya, menampilkan
pembacaan suhu di dalam kabinet pemanas melalui LCD, mengendalikan
Universitas Sumatera Utara
31
kerja elemen peltier dan kipas DC berdasarkan perintah-perintah yang
telah diprogram sebelumnya pada mikrokontroler.
4. Sensor suhu berfungsi untuk mengukur/ membaca suhu ruangan pada
masing-masing pemanas dan mengirimkannya pada mikrokontroler.
5. Driver relay berfungsi sebagai rangkaian kopel untuk mengendalikan aktif
tidaknya DC kipas yang dipicu dari sinyal output Mikrokontroler.
6. PC berfungsi untuk menginterface semua data yang masuk ke
mikrokontroler yang dikomunikasikan lewat RS-232.
7.
Driver regulator arus berfungsi sebagai pengontrol arus.
3.2 Perancangan Rangkaian Tiap Blok
3.2.1
Perancangan Inkubator Pemanas Termoelektrik
Pemanas termoelektrik menggunakan kotak incubator 150 watt yang
sudah rusak. Kotak pemanas incubator tersebut di rangkai menjadi sebuah
incubator yang bagus menggunakan termoelektrik. Alat ini dikondisikan
pemanas dengan menggunakan unit pemanas pada termoelektrik, tempat
penetasan telur yang didinginkan, heat sink dan ukuran dimensi bagian dalam
incubator pemanas termolektrik yang dianalisis adalah sebagai berikut :
Panjang x lebar x tinggi
= 30cm x 30cm x 30 cm
Temperatur dingin dan panas
= 250C - 500C
Temperatur lingkungan
= 27 0c = 300 0K
Kapasitas inkubator
= 10 Butir Telur
Daya yang diperlukan peltier pada incubator adalah 100 watt dan kapasitas
volume adalah 270 m3 dan dengan menggunakan rumus arus listrik V = P / I maka
dapat diperoleh:
�
�
100
=
5
�=
= 20 ����
Universitas Sumatera Utara
32
Struktur bahan yang digunakan pada inkubator ini dilapisi aluminium dibagian
bawah ruangan incubator pemanas sebagai penyalur panas dari termoelektrik dengan
ketebalan 0,1 cm (0,001 m). Bahan kedua menggunakan solid plastic di bagian atas
inkubator pemanas yang bertujuan untuk meminimalisir aliran panas dari termoelektrik.
3.2.2 Perancangan Peltier Dengan Heatsink
Dalam sistem ini termoelektrik yang digunakan adalah peltier super cooler
TEC1-12706, adapun heatsink yang digunakan pada ruangan pemanas adalah
untuk menyerap dingin yang dihasilkan peltier dan diteruskan oleh kipas ke
seluruh ruangan sehingga suhu seluruh ruang homogen.
Untuk menentukan luas permukaan heatsink yang digunakan digunakan
persamaan perpindahan kalor konduksi, dengan mengasumsikan heat sink
seluruhnya adalah aluminium. Dalam hal ini laju perpindahan panas (P) sebesar
146 watt, beda tempetatur (ΔT) bernilai 480C, ketebalan aluminium (x) sebesar
0.05 meter dan konduktivitas panas (k) untuk aluminium sebesar 200 Watt/m 0C.
Jika waktu pendinginan (t) dilakukan selama 1 jam atau 3600 detik, maka dapat
diperoleh luas heatsink yang diperlukan sesuai dengan rumus berikut :
Q=
���
�
A=
��� � = � × �, Maka dapat diperoleh
���
� × � × ∆�
=�×� →�=
� × ∆�
�
146 ��3600 � � 0.05 �
�
200 �� � 48 �
Sehingga luas permukaan heatsink yang dibutuhkan untuk pendinginan 3600
detik atau 1 jam adalah seluas 2,628 m2.
3.2.3
LCD (Liquid Crystal Display)
LCD digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data pada
mikrokontroler dalam bentuk tulisan. Pada alat ini, mode pemrogram LCD yang
digunakan adalah mode pemrograman 4 bit. Dengan demikian, pin data LCD yang
Universitas Sumatera Utara
33
dihubungkan ke mikrokontroler hanya pin D4, D5, D6, dan D7. Sedangkan untuk
jalur kontrolnya, pin LCD yang dihubungkan adalah pin RS dan E. LCD pada alat
ini hanya digunakan sebagai penampil, sehingga pin R/W nya dihubungkan ke
ground.
LCD (Liquid Crystal Display) berfungsi untuk menampilkan besar suhu
yang diukur oleh sensor dan juga waktu yang dibutuhkan sistem untuk mencapai
besar suhu yang telah ditentukan. Jenis LCD (Liquid Crystal Display) yang
digunakan adalah ukuran 2 x 16 karakter, dan LCD (Liquid Crystal Display) ini
dicatu dengan 5 volt tegangan DC.
Gambar 3.2 dibawah ini menjelaskan
Rangakaian minimum LCD (Liquid Crystal Display):
Vcc
Vcc
LCD 2x16
1
2 3
4
5
6
11 12 13 14 15 16
1
2
3
4
5
6
7
8
Vcc
R
PORTB 1-8
Gambar 3.2 Rangkaian LCD karakter 2x16
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LCD 16×2 mempunya 16 pin.
sedangkan pengkabelanya adalah sebagai berikut :
1. Kaki 2 dan 16 terhubung dengan Ground (GND)
2. Kaki 1 dan 15 terhubung dengan VCC (+5V)
3. Kaki 3 dari LCD 16×2 adalah pin yang digunakan untuk mengatur kontras
kecerahan LCD. Jadi kita bisa memasangkan sebuah trimpot 103 untuk
mengatur kecerahanya. Pemasanganya seperti terlihat pada rangkaian
tersebut. Karena LCD akan berubah kecerahanya jika tegangan pada pin 3
ini di turunkan atau dinaikan.
4. Pin 4 (RS) dihubungkan dengan pin mikrokontroler.
Universitas Sumatera Utara
34
5. Pin 5 (RW) dihubungkan dengan GND.
6. Pin 6 (E) dihubungkan dengan pin mikrokontroler.
7. Sedangkan pin 11 hingga 14 dihubungkan dengan pin mikrokontroler
sebagai jalur datanya.
3.2.4
Rangkaian Power Supply (PSA)
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian
yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat yaitu PSA 34 volt. Berikut merupakan
rangkaian power supplay yang ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut :
220 V
12 V
D60A
Vo
17600uF/50V
Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply
Trafo yang digunakan merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt
AC akan disearahkan dengan menggunakan empat buah dioda, selanjutnya 12 volt
DC akan diteruskan kepada kapasitor 2200 µF sebanyak 8 buah yang disusun
paralel, sehingga mempunyai kapasitas total 17600 µF. Berdasarkan rumus
mencari tegangan efektik dan tegangan maksimum pada arus bolak-balik (AC)
dapat dihitung besar tegangan yang dikeluarkan oleh PSA. Pada penelitian ini
perhitungan tegangan maksimum yang dikeluarkan oleh PSA adalah sebagai
berikut.
� = ���� × √2
= 12 × 1.4142
V = 16,97 ����
Universitas Sumatera Utara
35
Sehingga dengan perhitungan diatas, besar tegangan yang dihasilkan oleh PSA
adalah sebesar 16,97 volt.
3.2.5
Rangkaian Rangkaian Driver Regulator Arus
Rangkaian regulator arus ini berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus
yang masuk dari PSA. Rangkaian PSA yang dibuat memiliki keluaran 16,97 volt
digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Regulator arus
(LM350) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 12 volt walaupun terjadi
perubahan pada tegangan masukannya. Transistor PNP SA2120 disini berfungsi
untuk memasok arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga
regulator tegangan tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup
besar. Rangkaian power supplay dapat ditunjukkan pada gambar 3.4 seperti
dibawah ini.
SA 2120
LM350
LM350
5A
5A
LM317
Vout
22 Ohm
R2
LM350
240 Ohm
5A
R1
2200uF
10uF
10uF
Rs= 0,33 Ohm
Gambar 3.4 Rangkaian driver regulator arus
3.2.6
Rangkaian Sensor Suhu
IC LM35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan
dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis
suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti
bahwa kenaikan suhu 1°C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10mV.
Universitas Sumatera Utara
36
Berikut adalah gambar 3.5 dan gambar 3.6 rangkaian pengukur suhu :
Vcc
dt0
PA0
Lm35
dt1
PA1
D1
D2
0,7 Volt
0,7 Volt
Gambar 3.5 Rangkaian
Sensor Suhu Pada Peltier
Vcc
PA2
PA3
dt2
Lm35
dt3
D1
D2
0,7 Volt
0,7 Volt
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Suhu Pada Peltier Konvensional
IC LM35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada
temperature ruang. Jangka sensor mulai dari 25°C sampai dengan 50°C, IC LM35
penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan
catu daya terbelah. IC LM35 dapat dialiri arus 60mA dari supplay sehingga panas
yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0°C didalam suhu ruangan.
Adapun dioda yang dipakai adalah dioda silikon yang memiliki tegangan 0,7 volt.
Universitas Sumatera Utara
37
3.2.7
Rangkaian Komunikasi RS-232
Pada perancangan ini menggunakan port serial sebagai jalur komunikasi.
Salah satu standart komunikasi serial yang digunakan
adalah RS 232 dan
diperlukan IC MAX232 sebagai driver yang berfungsi untuk mensinkronkan
tegangan antara mikrokontroler dengan PC baik dari serial menjadi digital
ataupun sebaliknya sehingga data dapat dibaca. Komunikasi yang digunakan
untuk menghubungkan PC ke IC MAX232 adalah konektor DB9. Rangkaian
driver RS 232 terdiri dari IC MAX232 dan 4 buah elektrolit kapasitor 10uF/25V.
IC mAX232 ini mempunyai 16 pin dan memiliki fungsi yang mengubah level
tegangan TTL.
5V
DB-9
Mikrokontroler
16
11
13
3
12
14
2
10uF/
25V
3
10 uF/
25V
PD1
5
6
GDN
TXD
4
MAX 232
1
5
RXD PD0
2
8
5V
Gambar 3.7 Rangkaian MAX-232
Pada gambar 3.7 diatas ada beberapa pin IC MAX232 ini dikoneksikan
dengan mikrokontroler dan juga DB9. Pin Tx dan Pin Rx dihubungkan pada pin
Port D0 dan Port D1 mikrokontroler.
3.2.8
Rangkaian MOSFET
Universitas Sumatera Utara
38
Metal Oxide Semiconductor FET (MOSFET) adalah suatu jenis FET yang
mempunyai satu Drain, satu Source dan satu atau dua Gate. MOSFET mempunyai
input impedance yang sangat tinggi. Pada penelitian ini, driver mosfet yang
digunakan yaitu IRFZ 260, dimana komponen ini memiliki keunggulan yaitu
tahan arus sampai 30A dan juga continiu. Tegangan masukan pada mosfet adalah
12 Volt yang diberi hambbatan R sebesar 2K ohm. Prinsip kerja dari pada
rangkaian ini adalah ketika Led hidup, maka peltier akan mati (tidak dialiri arus)
dan sebaliknya ketika Led mati maka Peltier akan hidup (dapat dialiri arus).
Mosfet
akan
bekerja
seperti
relay
dan
memberikan
keluaran
kepda
mikrokontroler. Berikut adalah gambar 3.8 skema rangkaian mosfet.
Vcc
Peltier TEC-12706
LED
Mikrokontroler
IRFZ 260
2K
2K
Gambar 3.8 Rangkaian Mosfet
3.2.9
Rangkain Sistem Keseluruhan Mikrokontroler ATMEGA8535
Universitas Sumatera Utara
39
Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 dapat dilihat
pada gambar 3.9 di bawah ini
Vcc
Vcc
1
PB0 (XCK)
PA0 (ADC0)
40
2
PB1 (T1)
PA1 (ADC1)
39
3
PB2 (INT2
PA2 (ADC2)
38
4
PB3 (OC0)
PA3 (ADC3)
37
5
PB4 (SS)
PA4 (ADC4)
36
D1
6
PB5 ( MOSI)
PA5 (ADC5)
35
D2
7
PB6 ( MISO)
PA6 (ADC6)
34
8
PB7 (SCK)
PA7 (ADC7)
33
9
RESET
AREF
32
GND
31
AVCC
30
PC7( TOSC2)
29
PC6( TOSC1)
28
PC5
27
PD1 (TXD)
PC4
26
16
PD2 (INT0)
PC3
25
17
PD3 (INT1)
PC2
24
18
PD4 (OC1B)
PC1(SDA)
23
19
PD5 (OC1A)
PC0(SCL)
22
20
PD6 (ICP1)
PD7(OC2)
21
11
GND
12
XTAL2
13
XTAL1
11
14
PD0 (RXD)
12
15
4
5V
16
13
3
14
2
10uF/
25V
3
MAX 232
1
5
6
GDN
VCC
10 uF/
25V
5
2
8
dt3
0,7 V
0,7 V
ATEMEGA 8535
10
DB-9
Vcc
dt2 Lm35
Peltier TEC
5V
IRFZ 260
2K
Gambar 3.9 Rangkain Sistem Keeluruhan Mikrokontroler ATMEGA 8535
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang
ada. Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC Mikrokontroler ATMega
8535. Semua program diisikan pada memori dari IC ini sehingga rangkaian dapat
berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Pin 12 dan 13 dihubungkan ke XTAL 4
MHz. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler ATMega8535
dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.
Universitas Sumatera Utara
40
3.3 Diagram Alir Sistem
Mulai
Inisialisasi Port
&
Setting Suhu 38 oC
Sensor Membaca
Suhu Inkubator
Tampilan ke LCD
If Suhu >
38oC
Ya
Peltier mati
Tidak
Peltier Hidup
Selesai
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA
Setelah proses perancangan system selesai, kemudian dilakukan pengujian
pada sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan, seperti tegangan dan arus masukan dan juga perubahan suhu dalam
Inkubator serta waktu yang dibutuhkan dalam penurunan suhu yang ditentukan.
4.1 Komponen Pengujiandan Parameter yang Diukur
Untuk mendapatkan data-data yang akurat, maka diperlukan peralatan–
peralatan yang menunjang dalam pengukuran. Adapun peralatan ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sensor suhu LM35, digunakan untuk mencatat besarnya penurunan suhu
tiap menitnya. Dalam penelitian ini sensor suhu yang digunakan untuk
mengukur suhu dalam pemanas peltier dan untuk mengukur suhu pada
Inkubator.
2. Amperemeter, digunakan untuk mencatat arus yang masuk system
pemanas.
3. Voltmeter, digunakan untuk mencatat tegangan power supply. Dari hasil
pengukuran arus dan tegangan ini, nilai daya masukan bisa dihitung.
4.2 Pengujian Power Supply (PSA)
Pengujian power supply ini dilakukan dengan cara mengukur nilai arus
dengan menggunakan amperemeter dan juga mengukur nilai tegangan dengan
menggunakan voltmeter. Beban yang dipakai untuk melakukan pegujian ini
adalah lampu mobil depan 45 Watt sampai 180 Watt. Berikut ini adalah skema
pegujian power suplly.
Universitas Sumatera Utara
42
Voltage
Current
A
LM317
LM350
22 Ohm
Beban
R1=2K Ohm
Rs 0,1 Ohm
V
Gambar 4.1 Skema Pengujian PSA
Adapun data tabel yang diperoleh dari hasil pengujian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Power Supply Dengan Menggunakan Lampu Mobil
Tegangan
Arus
Beban
Keterangan
(Volt)
(Ampere)
(Watt)
11,7
3,8
45
1 bola lampu
11,7
7,7
90
2 bola lampu
11,6
11,4
135
3 bola lampu
11,6
15,5
180
4 bola lampu
Universitas Sumatera Utara
43
4.3 Pengujian Daya Terpasang Pada Sistem
Besarnya daya yang terpasang pada komponen peltier dalam penelitian ini
adalah dilakukan dengan penstabilisasian system yang menstabilkan tegangan
arus listrik yang tidak konstan atau tidak stabil, seperti pada skema sebagai
berikut:
A
Stabilizer
220 V
sistem
V
Gambar 4.2 Skema Pengujian Daya Terpasang Pada Sistem
Adapun data tabel yang diperoleh dari hasil pengujian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya Terpasang Pada Komponen Peltier
Tegangan
Arus
Beban
(Volt)
(Ampere)
(Watt)
220
0,75
165
220
0,76
167,2
220
0,74
162,8
4.4 Pengujian Driver Regulator Arus
Rangkaian regulator arus ini berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus
yang masuk dari PSA. Regulatoer arus ini menggunakan LM350, dimana arus
maksimum yang dapat dilewati komponen ini adalah 5 A. Karena arus yang akan
dilewatkan oleh PSA adalah sebesar 12 volt, maka LM350 diparalelkan sebayak
Universitas Sumatera Utara
44
3 buah seperti pada gambar 3.4 berikut adalah pengujian atau perhitungan arus
dan juga tegangan pada penelitian ini :
�� =
� ���
1,25
1,25 �
→ � ��� =
=
= 3,787 �
� ���
��
0,33 �ℎ�
Jadi besararus I Reg = 3,787 A, maka total arus untuk 3 Rangkaian paralel LM350
adalah sebesar 11,36 A.
Sehingga untuk daya 150 Watt dapat diperoleh tengan sebagai berikut:
P = V x I tot
150 = Vout x 11,36 A
V Tot = 13,204 Volt
Dan dengan nilai R 1 = 2,2 kΏ maka didapat,
2200
Vout = (
240
+ 1) × 1,25 ����
Vout = 12,708 Volt.
Sehingga Daya output yang dihasilkan adalah :
P=VxI
= 12,708 Volt x 11,36 A
= 144,362 Watt
4.5 Perhitungan Beban Pemanas
4.5.1
Beban Panas dari Luar
Beban panas dari luar adalah panas yang mengalir karena adanya
perbedaan temperature udara luar dan dalam Inkubantor itu sendiri. Oleh karena
itu diguanakan insulsi guna meminimalisir aliran panas. Seperti dijelaskan
sebelumnya, bahan yang digunakan pada kotak pemanas peltier ini menggunakan
Alumunium sebagai penghantar panas, dan solid plastic sebagai insulasi untuk
bagian dinding atas, dan polyurethane sebagai insulasi semua bagian dindingnya
selain bagian atap. Untuk bagian atap atas sendiri menggunakan kain yang dilapisi
bahan kain plastic sebagai bagian untuk membuka dan menutup pemanas peltier.
Universitas Sumatera Utara
45
Persamaan yang digunakan untuk menghitung perpindahan panas dari luar
adalah menggunakan persamaan (2.14), sebagai berikut:
Diketahui:
Faktor k solid plastic = 0,281 Watt/ m2.0C ; Faktor k polyurethane = 0,02 Watt/
m2.0C; Faktor k kain plastik =
0,036 Watt/ m2.0C ; Koefisien lapisan udara
bagian dalam= 9,37 Watt/ m2.0C ; Koefisien lapisan udara bagian luar = 22,7
Watt/ m2.0C.
Dengan menggunakan persamaan (2.14) di atas, maka diperloeh U sebagai
berikut:
U=
1
1
0,002 0,0117 0,002
1
9,37+ 0,281+ 0,02 + 0,036+22,7
=
=
1
0,8
4.5.2
1
0,106 + 0,0071 + 0,59 + 0,06 + 0,044
= 1,25 Watt/ m2.0C
Beban Panas dari Beban
Pada analisis ini, beban yang akan dipanaskan adalah Telur. Terdiri dari 10
butir telur. Suhu pada kondisi normal sama dengan suhu kamar, yaitu 25 0C. Suhu
yang dicapai oleh pemanas peltier adalah 50 0 C. Maka untuk menghitung beban
panas dari produk adalah menggunakan persamaan (2.15) sebagai berikut:
Diketahui: ∆T = 50-25 = 250C ;m = 10 kg; c = 1,2 kj/kg. 0 C;
Q
= m x c x ∆T
= 10Kg x 1,2kj/Kg0C x 250C =300kj
Dengan waktu pemanasan selama 360 Menit = 21600 detik, maka dari
rumus Q = W dapat dihitung daya akan diperoleh sebagai berikut.
Q = P.t
P = 300 kJ / 21600 detik = 10 Watt
Universitas Sumatera Utara
46
4.6 Pengujian Awal
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan sensor suhu LM35.
Sensor Suhu yang dibuat dalam pemanas yang menggunakan Peltier maupun
sensor suhu yang dibuat didalam pemanas inkubator akan mengukur besar suhu
yang ada dalam pemanas tersebut dan diteruskannya kemikrokontroler. Kemudian
mikrokontroler akan mengirim atau menginterface data suhu yang terukur pada
pemanas tersebut ke PC melalui komunikasi data RS232. Setelah itu PC akan
menampilkan data-data suhu yang terukur untuk selang waktu yang telah
diprogram sebelumnya pada mikrokontoler. Adapun alur atau skema pengukuran
suhu yang dilakukan pada gambar 4.3 sebagai berikut.
Pemanas
Peltier
Driver
Suhu (T)
Mikrokontroller
RS 232
PC
Gambar 4.3 Skema Penguujian Awal
Universitas Sumatera Utara
47
4.7 Pengujian Waktu Pemanas
4.7.1
Pengujian Waktu Pemanasan Pada Inkubator
Dalam perancangan ini, untuk memperoleh suhu yang diinginkan, maka
terlebih dahulu dilakukan mendinginkan udara pada Inkubator. Hal ini dilakukan
agar suhu Inkubator menjadi homogen. Dalam hal ini untuk mendingiinkan udara
maupun Inkubator membutuhkan kalor yang dapat dicari seperti rumus berikut.
Q = m. . c. ∆T
(3.1)
Jika diberikan suhu awal ruangan adalah 250C, dengan volume kotak
pemanas sebesar 10 Butir, dalam hal ini konstanta massa jenis udara adalah 1,2
Kg/m3 sehingga didapat massa m = 12x10 -3 Kg. Beberapa konstanta juga diketahui
seperti : kalor jenis udara = 1000J/Kg0C, Maka untuk mencari jumlah kalor yang
dibutuhkan :
Q = m . c. ∆T
Q = 12x10-3.1000. 50-25
Q = 0.0012 . 1000 . 25
Q = 30 J
Sehingga dari persamaan Q = W. Untuk daya P = 100 watt (daya memanaskan
peltier), maka Q = P.t
t = Q/P
t=
30 �
100 ����
= 0,3detik
t = 0,005 menit
Jadi, besar waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan Inkubator adalah
0,005 menit.
Universitas Sumatera Utara
48
60
Suhu (C)
50
1,5; 50
1,3; 45
1,0; 40
0,77; 35
0,5; 30
0,33; 25
40
30
20
Suhu Awal (oC)
10
0
0
2
4
6
8
Waktu (t)
Gambar 4.1 Grafik Suhu VS Waktu Pemanas Ruangan Tanpa Beban
Dari grafik 4.1 diatas dapat dianalisis bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
memanaskan ruangan tanpa beban dengan suhu awal 25oC hingga suhu teori 50oC
adalah 0,005 menit.
4.7.2
Pengujian Waktu Pemanasan Beban
Dalam penelitian ini, beban yang digunakan adalah Telur. Banyaknya
beban yang digunakan untuk pengujian alat ini adalah 10 butir telur. Dalam hal ini
suhu awal 250C, dalam hal ini konstanta massa jenis adalah 100g sehingga didapat
massa m = 0,01 Kg. Beberapa konstanta juga diketahui seperti : kalor jenis= 1200
J/Kg0C. Maka untuk mencari jumlah kalor yang dibutuhkan :
Q = m .c . ∆T
= 100 g . 1200J/Kg0C .250C
= 300 J
Maka untuk daya P=100 Watt (daya pemanas peltier) diperoleh :
t = Q/P
t=
300 �
100 ����
=3s
t = 0,05 menit
Universitas Sumatera Utara
49
Jadi, besar waktu yang dibutuhkan pemanas peltier untuk memanaskan
beban telur yang bersuhu awal 250C adalah 0,05 menit. Banyaknya waktu yang
diperlukan untuk pemanasan telur sebanyak 10 butir sama halnya dengan
menghitung waktu pendinginan 1 butir telur. Berikut adalah data table
perhitungan waktu pemanas terhadap massa telur.
Tabel 4.3 Hubungan Antara Waktu Pemanas Peltier Terhadap Massa Telur
Volume Telur
Massa Telur
Waktu Pemanas
(Butir)
(Gram)
Peltier
(menit)
1
100
0,5
2
150
0,72
3
200
2,64
4
250
5
5
300
11,16
6
400
17,92
7
450
23,76
8
500
35
9
550
43,56
10
650
64,22
4.8 Pengukuran Penaikan Suhu
4.8.1 Penaikan Suhu Dengan Beban Talur
Untuk menaikankan suhu 10C dengan beban 1 butir dan suhu awal 250 C
dapat diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
1. Daya 150 Watt (Daya pemanas peltier)
Q = m.c . ΔT
Q = 100. 1,2 .250C
Q = 3000 Joule
Universitas Sumatera Utara
50
Maka untuk daya 100 Watt (Daya pemanas peltier) dapat diperoleh waktu
penaikan suhu untuk 250C adalah :
t = Q/P = 3000 J/100 Watt
t = 30 detik
t = 0,5 menit
Maka waktu total yang dibutuhkan Pemanas Peltier untuk memenaskan 1 butir
telur hingga suhu 250C adalah 0,5 menit.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diperoleh hasil penaikan suhu secara
teori pemanasan Peltier. Dari data
dapat diperoleh grafik suhu pemanasan
terhadap Waktu.
800
700
Massa (Gram)
600
500
400
300
( T. Praktek (oC) )
200
Massa(gram)
100
0
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Grafik Waktu Vs Suhu Pemanas Peltier Dengan Beban Telur
Dari grafik 4.2 diatas dapat dianalisis bahwa telur yang dipanaskan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan suhu sampai 25 0C.
Waktu yang dibutuhkan pemanas peltier untuk mencapai suhu 25 0C adalah 0,5
menit.
Universitas Sumatera Utara
51
4.9 Pengujian Pengukuran Menggunakan Komputer
Sensor Suhu yang dibuat dalam pemanas yang menggunakan Peltier
maupun sensor suhu yang dibuat didalam pemanas inkubator akan mengukur
besar suhu yang ada dalam pemanas tersebut dan diteruskannya kemikrokontroler.
Kemudian mikrokontroler akan mengirim atau menginterface data suhu yang
terukur pada pemanas tersebut ke PC melalui komunikasi data RS232.
Tabel 4.4 Pengujian Pengukuran Suhu
No
Waktu ( t )
Temperature ( T )
1
09 : 39 : 15
25 oC
2
09 : 39 : 29
26 oC
3
09 : 42 : 02
28 oC
4
09 : 47 : 05
30 oC
5
09 : 58 : 21
31 oC
6
10 : 16 : 53
32 oC
7
10 : 40 : 09
33 oC
8
11 : 15 : 11
35 oC
9
11 : 59 : 07
36 oC
10
13 : 03 : 30
38 oC
Dari table diatas diperoleh kenaikan suhu dari 25 oC hingga 38 oC dengan
membutuhkan waktu yang cukup lama, karena dalam pengukuran ini diperlukan
waktu untuk memanaskan dinding inkubator dan komponen-komponen yang
digunakan pada inkubator.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan alat hingga pengujian dan analisis system maka
penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain :
1. Telah dirancang dan dianalisis sebuah alat pemanas berbasiskan termoelektrik
dengan menggunakan tipe TEC1-12706 untuk mencapai suhu maksimum
380C pada masing-masing diberi beban mulai dari 100 Gram sampai 650
gram dan diberi suhu mulai dari 25 °C sampai 38°C, maka dapat diartikan
bahwa semakin banyak beban yang dipanaskan maka semakin lama pula
kenaikan suhu praktek yang diinginkan.
2. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan waktu yang dibutuhkan pemanas
peltier berbanding lurus dengan beban, dimana semakin besar beban yang
dipanaskan semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu
maksimum. Pada saat beban 100 liter untuk mencapai suhu 25°C dibutuhkan
waktu 0,5 menit, pada saat beban 650 gram untuk mencapai suhu maksimum
38°C dibutuhkan waktu 64,22 menit.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan
saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu :
1. Alat Inkubator Pemanas menggunakan Termoelektrik merupakan
teknologi masa kini yang sangat menjanjikan dalam pemasaran sehingga
harus terus menerus dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
53
2. Untuk membuat pemanas yang menggunakan peltier pastikan tidak ada
kecoboran dalam dinding Inkubator tersebut karena akan mengurangi
tingkat keefisiennya alat pemanas tersebut.
3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya lebih memperhatikan penurunan
atau kenaikan suhu dan juga waktu yang
diperoleh dalam penelitian
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem
Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut ini :
Driver relay
DRIVER
REG. ARUS
INKUBATOR
LCD
ELEMEN PELTIER
Pembuangan Dingin
Sisi Panas
Sisi Dingin
Siklus
Pemanas
Mikrokontroler
buzzer
Setting suhu
Ruang Pemanas
Sensor Suhu
RS 232
PC
Gambar 3.1 Desain Blok Diagram Sistem
Diagram blok pada gambar 3.1 dapat diuraikan sebagai berikput :
1. LCD (Liquid Crystal Display) berfungsi seabagai tampilan penunjuk suhu
di dalam ruangan pemanas.
2. Buzzer berfungsi sebagai indikator permintaan suhu.
3. Mikrokontroler berfungsi sebagai pemproses masukan dari sensor suhu
pada masing-masing pemanas dan membandingkannya, menampilkan
pembacaan suhu di dalam kabinet pemanas melalui LCD, mengendalikan
Universitas Sumatera Utara
31
kerja elemen peltier dan kipas DC berdasarkan perintah-perintah yang
telah diprogram sebelumnya pada mikrokontroler.
4. Sensor suhu berfungsi untuk mengukur/ membaca suhu ruangan pada
masing-masing pemanas dan mengirimkannya pada mikrokontroler.
5. Driver relay berfungsi sebagai rangkaian kopel untuk mengendalikan aktif
tidaknya DC kipas yang dipicu dari sinyal output Mikrokontroler.
6. PC berfungsi untuk menginterface semua data yang masuk ke
mikrokontroler yang dikomunikasikan lewat RS-232.
7.
Driver regulator arus berfungsi sebagai pengontrol arus.
3.2 Perancangan Rangkaian Tiap Blok
3.2.1
Perancangan Inkubator Pemanas Termoelektrik
Pemanas termoelektrik menggunakan kotak incubator 150 watt yang
sudah rusak. Kotak pemanas incubator tersebut di rangkai menjadi sebuah
incubator yang bagus menggunakan termoelektrik. Alat ini dikondisikan
pemanas dengan menggunakan unit pemanas pada termoelektrik, tempat
penetasan telur yang didinginkan, heat sink dan ukuran dimensi bagian dalam
incubator pemanas termolektrik yang dianalisis adalah sebagai berikut :
Panjang x lebar x tinggi
= 30cm x 30cm x 30 cm
Temperatur dingin dan panas
= 250C - 500C
Temperatur lingkungan
= 27 0c = 300 0K
Kapasitas inkubator
= 10 Butir Telur
Daya yang diperlukan peltier pada incubator adalah 100 watt dan kapasitas
volume adalah 270 m3 dan dengan menggunakan rumus arus listrik V = P / I maka
dapat diperoleh:
�
�
100
=
5
�=
= 20 ����
Universitas Sumatera Utara
32
Struktur bahan yang digunakan pada inkubator ini dilapisi aluminium dibagian
bawah ruangan incubator pemanas sebagai penyalur panas dari termoelektrik dengan
ketebalan 0,1 cm (0,001 m). Bahan kedua menggunakan solid plastic di bagian atas
inkubator pemanas yang bertujuan untuk meminimalisir aliran panas dari termoelektrik.
3.2.2 Perancangan Peltier Dengan Heatsink
Dalam sistem ini termoelektrik yang digunakan adalah peltier super cooler
TEC1-12706, adapun heatsink yang digunakan pada ruangan pemanas adalah
untuk menyerap dingin yang dihasilkan peltier dan diteruskan oleh kipas ke
seluruh ruangan sehingga suhu seluruh ruang homogen.
Untuk menentukan luas permukaan heatsink yang digunakan digunakan
persamaan perpindahan kalor konduksi, dengan mengasumsikan heat sink
seluruhnya adalah aluminium. Dalam hal ini laju perpindahan panas (P) sebesar
146 watt, beda tempetatur (ΔT) bernilai 480C, ketebalan aluminium (x) sebesar
0.05 meter dan konduktivitas panas (k) untuk aluminium sebesar 200 Watt/m 0C.
Jika waktu pendinginan (t) dilakukan selama 1 jam atau 3600 detik, maka dapat
diperoleh luas heatsink yang diperlukan sesuai dengan rumus berikut :
Q=
���
�
A=
��� � = � × �, Maka dapat diperoleh
���
� × � × ∆�
=�×� →�=
� × ∆�
�
146 ��3600 � � 0.05 �
�
200 �� � 48 �
Sehingga luas permukaan heatsink yang dibutuhkan untuk pendinginan 3600
detik atau 1 jam adalah seluas 2,628 m2.
3.2.3
LCD (Liquid Crystal Display)
LCD digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data pada
mikrokontroler dalam bentuk tulisan. Pada alat ini, mode pemrogram LCD yang
digunakan adalah mode pemrograman 4 bit. Dengan demikian, pin data LCD yang
Universitas Sumatera Utara
33
dihubungkan ke mikrokontroler hanya pin D4, D5, D6, dan D7. Sedangkan untuk
jalur kontrolnya, pin LCD yang dihubungkan adalah pin RS dan E. LCD pada alat
ini hanya digunakan sebagai penampil, sehingga pin R/W nya dihubungkan ke
ground.
LCD (Liquid Crystal Display) berfungsi untuk menampilkan besar suhu
yang diukur oleh sensor dan juga waktu yang dibutuhkan sistem untuk mencapai
besar suhu yang telah ditentukan. Jenis LCD (Liquid Crystal Display) yang
digunakan adalah ukuran 2 x 16 karakter, dan LCD (Liquid Crystal Display) ini
dicatu dengan 5 volt tegangan DC.
Gambar 3.2 dibawah ini menjelaskan
Rangakaian minimum LCD (Liquid Crystal Display):
Vcc
Vcc
LCD 2x16
1
2 3
4
5
6
11 12 13 14 15 16
1
2
3
4
5
6
7
8
Vcc
R
PORTB 1-8
Gambar 3.2 Rangkaian LCD karakter 2x16
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LCD 16×2 mempunya 16 pin.
sedangkan pengkabelanya adalah sebagai berikut :
1. Kaki 2 dan 16 terhubung dengan Ground (GND)
2. Kaki 1 dan 15 terhubung dengan VCC (+5V)
3. Kaki 3 dari LCD 16×2 adalah pin yang digunakan untuk mengatur kontras
kecerahan LCD. Jadi kita bisa memasangkan sebuah trimpot 103 untuk
mengatur kecerahanya. Pemasanganya seperti terlihat pada rangkaian
tersebut. Karena LCD akan berubah kecerahanya jika tegangan pada pin 3
ini di turunkan atau dinaikan.
4. Pin 4 (RS) dihubungkan dengan pin mikrokontroler.
Universitas Sumatera Utara
34
5. Pin 5 (RW) dihubungkan dengan GND.
6. Pin 6 (E) dihubungkan dengan pin mikrokontroler.
7. Sedangkan pin 11 hingga 14 dihubungkan dengan pin mikrokontroler
sebagai jalur datanya.
3.2.4
Rangkaian Power Supply (PSA)
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian
yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat yaitu PSA 34 volt. Berikut merupakan
rangkaian power supplay yang ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut :
220 V
12 V
D60A
Vo
17600uF/50V
Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply
Trafo yang digunakan merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt
AC akan disearahkan dengan menggunakan empat buah dioda, selanjutnya 12 volt
DC akan diteruskan kepada kapasitor 2200 µF sebanyak 8 buah yang disusun
paralel, sehingga mempunyai kapasitas total 17600 µF. Berdasarkan rumus
mencari tegangan efektik dan tegangan maksimum pada arus bolak-balik (AC)
dapat dihitung besar tegangan yang dikeluarkan oleh PSA. Pada penelitian ini
perhitungan tegangan maksimum yang dikeluarkan oleh PSA adalah sebagai
berikut.
� = ���� × √2
= 12 × 1.4142
V = 16,97 ����
Universitas Sumatera Utara
35
Sehingga dengan perhitungan diatas, besar tegangan yang dihasilkan oleh PSA
adalah sebesar 16,97 volt.
3.2.5
Rangkaian Rangkaian Driver Regulator Arus
Rangkaian regulator arus ini berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus
yang masuk dari PSA. Rangkaian PSA yang dibuat memiliki keluaran 16,97 volt
digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Regulator arus
(LM350) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 12 volt walaupun terjadi
perubahan pada tegangan masukannya. Transistor PNP SA2120 disini berfungsi
untuk memasok arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga
regulator tegangan tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup
besar. Rangkaian power supplay dapat ditunjukkan pada gambar 3.4 seperti
dibawah ini.
SA 2120
LM350
LM350
5A
5A
LM317
Vout
22 Ohm
R2
LM350
240 Ohm
5A
R1
2200uF
10uF
10uF
Rs= 0,33 Ohm
Gambar 3.4 Rangkaian driver regulator arus
3.2.6
Rangkaian Sensor Suhu
IC LM35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan
dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis
suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti
bahwa kenaikan suhu 1°C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10mV.
Universitas Sumatera Utara
36
Berikut adalah gambar 3.5 dan gambar 3.6 rangkaian pengukur suhu :
Vcc
dt0
PA0
Lm35
dt1
PA1
D1
D2
0,7 Volt
0,7 Volt
Gambar 3.5 Rangkaian
Sensor Suhu Pada Peltier
Vcc
PA2
PA3
dt2
Lm35
dt3
D1
D2
0,7 Volt
0,7 Volt
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Suhu Pada Peltier Konvensional
IC LM35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada
temperature ruang. Jangka sensor mulai dari 25°C sampai dengan 50°C, IC LM35
penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan
catu daya terbelah. IC LM35 dapat dialiri arus 60mA dari supplay sehingga panas
yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0°C didalam suhu ruangan.
Adapun dioda yang dipakai adalah dioda silikon yang memiliki tegangan 0,7 volt.
Universitas Sumatera Utara
37
3.2.7
Rangkaian Komunikasi RS-232
Pada perancangan ini menggunakan port serial sebagai jalur komunikasi.
Salah satu standart komunikasi serial yang digunakan
adalah RS 232 dan
diperlukan IC MAX232 sebagai driver yang berfungsi untuk mensinkronkan
tegangan antara mikrokontroler dengan PC baik dari serial menjadi digital
ataupun sebaliknya sehingga data dapat dibaca. Komunikasi yang digunakan
untuk menghubungkan PC ke IC MAX232 adalah konektor DB9. Rangkaian
driver RS 232 terdiri dari IC MAX232 dan 4 buah elektrolit kapasitor 10uF/25V.
IC mAX232 ini mempunyai 16 pin dan memiliki fungsi yang mengubah level
tegangan TTL.
5V
DB-9
Mikrokontroler
16
11
13
3
12
14
2
10uF/
25V
3
10 uF/
25V
PD1
5
6
GDN
TXD
4
MAX 232
1
5
RXD PD0
2
8
5V
Gambar 3.7 Rangkaian MAX-232
Pada gambar 3.7 diatas ada beberapa pin IC MAX232 ini dikoneksikan
dengan mikrokontroler dan juga DB9. Pin Tx dan Pin Rx dihubungkan pada pin
Port D0 dan Port D1 mikrokontroler.
3.2.8
Rangkaian MOSFET
Universitas Sumatera Utara
38
Metal Oxide Semiconductor FET (MOSFET) adalah suatu jenis FET yang
mempunyai satu Drain, satu Source dan satu atau dua Gate. MOSFET mempunyai
input impedance yang sangat tinggi. Pada penelitian ini, driver mosfet yang
digunakan yaitu IRFZ 260, dimana komponen ini memiliki keunggulan yaitu
tahan arus sampai 30A dan juga continiu. Tegangan masukan pada mosfet adalah
12 Volt yang diberi hambbatan R sebesar 2K ohm. Prinsip kerja dari pada
rangkaian ini adalah ketika Led hidup, maka peltier akan mati (tidak dialiri arus)
dan sebaliknya ketika Led mati maka Peltier akan hidup (dapat dialiri arus).
Mosfet
akan
bekerja
seperti
relay
dan
memberikan
keluaran
kepda
mikrokontroler. Berikut adalah gambar 3.8 skema rangkaian mosfet.
Vcc
Peltier TEC-12706
LED
Mikrokontroler
IRFZ 260
2K
2K
Gambar 3.8 Rangkaian Mosfet
3.2.9
Rangkain Sistem Keseluruhan Mikrokontroler ATMEGA8535
Universitas Sumatera Utara
39
Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 dapat dilihat
pada gambar 3.9 di bawah ini
Vcc
Vcc
1
PB0 (XCK)
PA0 (ADC0)
40
2
PB1 (T1)
PA1 (ADC1)
39
3
PB2 (INT2
PA2 (ADC2)
38
4
PB3 (OC0)
PA3 (ADC3)
37
5
PB4 (SS)
PA4 (ADC4)
36
D1
6
PB5 ( MOSI)
PA5 (ADC5)
35
D2
7
PB6 ( MISO)
PA6 (ADC6)
34
8
PB7 (SCK)
PA7 (ADC7)
33
9
RESET
AREF
32
GND
31
AVCC
30
PC7( TOSC2)
29
PC6( TOSC1)
28
PC5
27
PD1 (TXD)
PC4
26
16
PD2 (INT0)
PC3
25
17
PD3 (INT1)
PC2
24
18
PD4 (OC1B)
PC1(SDA)
23
19
PD5 (OC1A)
PC0(SCL)
22
20
PD6 (ICP1)
PD7(OC2)
21
11
GND
12
XTAL2
13
XTAL1
11
14
PD0 (RXD)
12
15
4
5V
16
13
3
14
2
10uF/
25V
3
MAX 232
1
5
6
GDN
VCC
10 uF/
25V
5
2
8
dt3
0,7 V
0,7 V
ATEMEGA 8535
10
DB-9
Vcc
dt2 Lm35
Peltier TEC
5V
IRFZ 260
2K
Gambar 3.9 Rangkain Sistem Keeluruhan Mikrokontroler ATMEGA 8535
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang
ada. Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC Mikrokontroler ATMega
8535. Semua program diisikan pada memori dari IC ini sehingga rangkaian dapat
berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Pin 12 dan 13 dihubungkan ke XTAL 4
MHz. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler ATMega8535
dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.
Universitas Sumatera Utara
40
3.3 Diagram Alir Sistem
Mulai
Inisialisasi Port
&
Setting Suhu 38 oC
Sensor Membaca
Suhu Inkubator
Tampilan ke LCD
If Suhu >
38oC
Ya
Peltier mati
Tidak
Peltier Hidup
Selesai
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA
Setelah proses perancangan system selesai, kemudian dilakukan pengujian
pada sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan, seperti tegangan dan arus masukan dan juga perubahan suhu dalam
Inkubator serta waktu yang dibutuhkan dalam penurunan suhu yang ditentukan.
4.1 Komponen Pengujiandan Parameter yang Diukur
Untuk mendapatkan data-data yang akurat, maka diperlukan peralatan–
peralatan yang menunjang dalam pengukuran. Adapun peralatan ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sensor suhu LM35, digunakan untuk mencatat besarnya penurunan suhu
tiap menitnya. Dalam penelitian ini sensor suhu yang digunakan untuk
mengukur suhu dalam pemanas peltier dan untuk mengukur suhu pada
Inkubator.
2. Amperemeter, digunakan untuk mencatat arus yang masuk system
pemanas.
3. Voltmeter, digunakan untuk mencatat tegangan power supply. Dari hasil
pengukuran arus dan tegangan ini, nilai daya masukan bisa dihitung.
4.2 Pengujian Power Supply (PSA)
Pengujian power supply ini dilakukan dengan cara mengukur nilai arus
dengan menggunakan amperemeter dan juga mengukur nilai tegangan dengan
menggunakan voltmeter. Beban yang dipakai untuk melakukan pegujian ini
adalah lampu mobil depan 45 Watt sampai 180 Watt. Berikut ini adalah skema
pegujian power suplly.
Universitas Sumatera Utara
42
Voltage
Current
A
LM317
LM350
22 Ohm
Beban
R1=2K Ohm
Rs 0,1 Ohm
V
Gambar 4.1 Skema Pengujian PSA
Adapun data tabel yang diperoleh dari hasil pengujian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Power Supply Dengan Menggunakan Lampu Mobil
Tegangan
Arus
Beban
Keterangan
(Volt)
(Ampere)
(Watt)
11,7
3,8
45
1 bola lampu
11,7
7,7
90
2 bola lampu
11,6
11,4
135
3 bola lampu
11,6
15,5
180
4 bola lampu
Universitas Sumatera Utara
43
4.3 Pengujian Daya Terpasang Pada Sistem
Besarnya daya yang terpasang pada komponen peltier dalam penelitian ini
adalah dilakukan dengan penstabilisasian system yang menstabilkan tegangan
arus listrik yang tidak konstan atau tidak stabil, seperti pada skema sebagai
berikut:
A
Stabilizer
220 V
sistem
V
Gambar 4.2 Skema Pengujian Daya Terpasang Pada Sistem
Adapun data tabel yang diperoleh dari hasil pengujian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya Terpasang Pada Komponen Peltier
Tegangan
Arus
Beban
(Volt)
(Ampere)
(Watt)
220
0,75
165
220
0,76
167,2
220
0,74
162,8
4.4 Pengujian Driver Regulator Arus
Rangkaian regulator arus ini berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus
yang masuk dari PSA. Regulatoer arus ini menggunakan LM350, dimana arus
maksimum yang dapat dilewati komponen ini adalah 5 A. Karena arus yang akan
dilewatkan oleh PSA adalah sebesar 12 volt, maka LM350 diparalelkan sebayak
Universitas Sumatera Utara
44
3 buah seperti pada gambar 3.4 berikut adalah pengujian atau perhitungan arus
dan juga tegangan pada penelitian ini :
�� =
� ���
1,25
1,25 �
→ � ��� =
=
= 3,787 �
� ���
��
0,33 �ℎ�
Jadi besararus I Reg = 3,787 A, maka total arus untuk 3 Rangkaian paralel LM350
adalah sebesar 11,36 A.
Sehingga untuk daya 150 Watt dapat diperoleh tengan sebagai berikut:
P = V x I tot
150 = Vout x 11,36 A
V Tot = 13,204 Volt
Dan dengan nilai R 1 = 2,2 kΏ maka didapat,
2200
Vout = (
240
+ 1) × 1,25 ����
Vout = 12,708 Volt.
Sehingga Daya output yang dihasilkan adalah :
P=VxI
= 12,708 Volt x 11,36 A
= 144,362 Watt
4.5 Perhitungan Beban Pemanas
4.5.1
Beban Panas dari Luar
Beban panas dari luar adalah panas yang mengalir karena adanya
perbedaan temperature udara luar dan dalam Inkubantor itu sendiri. Oleh karena
itu diguanakan insulsi guna meminimalisir aliran panas. Seperti dijelaskan
sebelumnya, bahan yang digunakan pada kotak pemanas peltier ini menggunakan
Alumunium sebagai penghantar panas, dan solid plastic sebagai insulasi untuk
bagian dinding atas, dan polyurethane sebagai insulasi semua bagian dindingnya
selain bagian atap. Untuk bagian atap atas sendiri menggunakan kain yang dilapisi
bahan kain plastic sebagai bagian untuk membuka dan menutup pemanas peltier.
Universitas Sumatera Utara
45
Persamaan yang digunakan untuk menghitung perpindahan panas dari luar
adalah menggunakan persamaan (2.14), sebagai berikut:
Diketahui:
Faktor k solid plastic = 0,281 Watt/ m2.0C ; Faktor k polyurethane = 0,02 Watt/
m2.0C; Faktor k kain plastik =
0,036 Watt/ m2.0C ; Koefisien lapisan udara
bagian dalam= 9,37 Watt/ m2.0C ; Koefisien lapisan udara bagian luar = 22,7
Watt/ m2.0C.
Dengan menggunakan persamaan (2.14) di atas, maka diperloeh U sebagai
berikut:
U=
1
1
0,002 0,0117 0,002
1
9,37+ 0,281+ 0,02 + 0,036+22,7
=
=
1
0,8
4.5.2
1
0,106 + 0,0071 + 0,59 + 0,06 + 0,044
= 1,25 Watt/ m2.0C
Beban Panas dari Beban
Pada analisis ini, beban yang akan dipanaskan adalah Telur. Terdiri dari 10
butir telur. Suhu pada kondisi normal sama dengan suhu kamar, yaitu 25 0C. Suhu
yang dicapai oleh pemanas peltier adalah 50 0 C. Maka untuk menghitung beban
panas dari produk adalah menggunakan persamaan (2.15) sebagai berikut:
Diketahui: ∆T = 50-25 = 250C ;m = 10 kg; c = 1,2 kj/kg. 0 C;
Q
= m x c x ∆T
= 10Kg x 1,2kj/Kg0C x 250C =300kj
Dengan waktu pemanasan selama 360 Menit = 21600 detik, maka dari
rumus Q = W dapat dihitung daya akan diperoleh sebagai berikut.
Q = P.t
P = 300 kJ / 21600 detik = 10 Watt
Universitas Sumatera Utara
46
4.6 Pengujian Awal
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan sensor suhu LM35.
Sensor Suhu yang dibuat dalam pemanas yang menggunakan Peltier maupun
sensor suhu yang dibuat didalam pemanas inkubator akan mengukur besar suhu
yang ada dalam pemanas tersebut dan diteruskannya kemikrokontroler. Kemudian
mikrokontroler akan mengirim atau menginterface data suhu yang terukur pada
pemanas tersebut ke PC melalui komunikasi data RS232. Setelah itu PC akan
menampilkan data-data suhu yang terukur untuk selang waktu yang telah
diprogram sebelumnya pada mikrokontoler. Adapun alur atau skema pengukuran
suhu yang dilakukan pada gambar 4.3 sebagai berikut.
Pemanas
Peltier
Driver
Suhu (T)
Mikrokontroller
RS 232
PC
Gambar 4.3 Skema Penguujian Awal
Universitas Sumatera Utara
47
4.7 Pengujian Waktu Pemanas
4.7.1
Pengujian Waktu Pemanasan Pada Inkubator
Dalam perancangan ini, untuk memperoleh suhu yang diinginkan, maka
terlebih dahulu dilakukan mendinginkan udara pada Inkubator. Hal ini dilakukan
agar suhu Inkubator menjadi homogen. Dalam hal ini untuk mendingiinkan udara
maupun Inkubator membutuhkan kalor yang dapat dicari seperti rumus berikut.
Q = m. . c. ∆T
(3.1)
Jika diberikan suhu awal ruangan adalah 250C, dengan volume kotak
pemanas sebesar 10 Butir, dalam hal ini konstanta massa jenis udara adalah 1,2
Kg/m3 sehingga didapat massa m = 12x10 -3 Kg. Beberapa konstanta juga diketahui
seperti : kalor jenis udara = 1000J/Kg0C, Maka untuk mencari jumlah kalor yang
dibutuhkan :
Q = m . c. ∆T
Q = 12x10-3.1000. 50-25
Q = 0.0012 . 1000 . 25
Q = 30 J
Sehingga dari persamaan Q = W. Untuk daya P = 100 watt (daya memanaskan
peltier), maka Q = P.t
t = Q/P
t=
30 �
100 ����
= 0,3detik
t = 0,005 menit
Jadi, besar waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan Inkubator adalah
0,005 menit.
Universitas Sumatera Utara
48
60
Suhu (C)
50
1,5; 50
1,3; 45
1,0; 40
0,77; 35
0,5; 30
0,33; 25
40
30
20
Suhu Awal (oC)
10
0
0
2
4
6
8
Waktu (t)
Gambar 4.1 Grafik Suhu VS Waktu Pemanas Ruangan Tanpa Beban
Dari grafik 4.1 diatas dapat dianalisis bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
memanaskan ruangan tanpa beban dengan suhu awal 25oC hingga suhu teori 50oC
adalah 0,005 menit.
4.7.2
Pengujian Waktu Pemanasan Beban
Dalam penelitian ini, beban yang digunakan adalah Telur. Banyaknya
beban yang digunakan untuk pengujian alat ini adalah 10 butir telur. Dalam hal ini
suhu awal 250C, dalam hal ini konstanta massa jenis adalah 100g sehingga didapat
massa m = 0,01 Kg. Beberapa konstanta juga diketahui seperti : kalor jenis= 1200
J/Kg0C. Maka untuk mencari jumlah kalor yang dibutuhkan :
Q = m .c . ∆T
= 100 g . 1200J/Kg0C .250C
= 300 J
Maka untuk daya P=100 Watt (daya pemanas peltier) diperoleh :
t = Q/P
t=
300 �
100 ����
=3s
t = 0,05 menit
Universitas Sumatera Utara
49
Jadi, besar waktu yang dibutuhkan pemanas peltier untuk memanaskan
beban telur yang bersuhu awal 250C adalah 0,05 menit. Banyaknya waktu yang
diperlukan untuk pemanasan telur sebanyak 10 butir sama halnya dengan
menghitung waktu pendinginan 1 butir telur. Berikut adalah data table
perhitungan waktu pemanas terhadap massa telur.
Tabel 4.3 Hubungan Antara Waktu Pemanas Peltier Terhadap Massa Telur
Volume Telur
Massa Telur
Waktu Pemanas
(Butir)
(Gram)
Peltier
(menit)
1
100
0,5
2
150
0,72
3
200
2,64
4
250
5
5
300
11,16
6
400
17,92
7
450
23,76
8
500
35
9
550
43,56
10
650
64,22
4.8 Pengukuran Penaikan Suhu
4.8.1 Penaikan Suhu Dengan Beban Talur
Untuk menaikankan suhu 10C dengan beban 1 butir dan suhu awal 250 C
dapat diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
1. Daya 150 Watt (Daya pemanas peltier)
Q = m.c . ΔT
Q = 100. 1,2 .250C
Q = 3000 Joule
Universitas Sumatera Utara
50
Maka untuk daya 100 Watt (Daya pemanas peltier) dapat diperoleh waktu
penaikan suhu untuk 250C adalah :
t = Q/P = 3000 J/100 Watt
t = 30 detik
t = 0,5 menit
Maka waktu total yang dibutuhkan Pemanas Peltier untuk memenaskan 1 butir
telur hingga suhu 250C adalah 0,5 menit.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diperoleh hasil penaikan suhu secara
teori pemanasan Peltier. Dari data
dapat diperoleh grafik suhu pemanasan
terhadap Waktu.
800
700
Massa (Gram)
600
500
400
300
( T. Praktek (oC) )
200
Massa(gram)
100
0
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Grafik Waktu Vs Suhu Pemanas Peltier Dengan Beban Telur
Dari grafik 4.2 diatas dapat dianalisis bahwa telur yang dipanaskan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan suhu sampai 25 0C.
Waktu yang dibutuhkan pemanas peltier untuk mencapai suhu 25 0C adalah 0,5
menit.
Universitas Sumatera Utara
51
4.9 Pengujian Pengukuran Menggunakan Komputer
Sensor Suhu yang dibuat dalam pemanas yang menggunakan Peltier
maupun sensor suhu yang dibuat didalam pemanas inkubator akan mengukur
besar suhu yang ada dalam pemanas tersebut dan diteruskannya kemikrokontroler.
Kemudian mikrokontroler akan mengirim atau menginterface data suhu yang
terukur pada pemanas tersebut ke PC melalui komunikasi data RS232.
Tabel 4.4 Pengujian Pengukuran Suhu
No
Waktu ( t )
Temperature ( T )
1
09 : 39 : 15
25 oC
2
09 : 39 : 29
26 oC
3
09 : 42 : 02
28 oC
4
09 : 47 : 05
30 oC
5
09 : 58 : 21
31 oC
6
10 : 16 : 53
32 oC
7
10 : 40 : 09
33 oC
8
11 : 15 : 11
35 oC
9
11 : 59 : 07
36 oC
10
13 : 03 : 30
38 oC
Dari table diatas diperoleh kenaikan suhu dari 25 oC hingga 38 oC dengan
membutuhkan waktu yang cukup lama, karena dalam pengukuran ini diperlukan
waktu untuk memanaskan dinding inkubator dan komponen-komponen yang
digunakan pada inkubator.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan alat hingga pengujian dan analisis system maka
penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain :
1. Telah dirancang dan dianalisis sebuah alat pemanas berbasiskan termoelektrik
dengan menggunakan tipe TEC1-12706 untuk mencapai suhu maksimum
380C pada masing-masing diberi beban mulai dari 100 Gram sampai 650
gram dan diberi suhu mulai dari 25 °C sampai 38°C, maka dapat diartikan
bahwa semakin banyak beban yang dipanaskan maka semakin lama pula
kenaikan suhu praktek yang diinginkan.
2. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan waktu yang dibutuhkan pemanas
peltier berbanding lurus dengan beban, dimana semakin besar beban yang
dipanaskan semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu
maksimum. Pada saat beban 100 liter untuk mencapai suhu 25°C dibutuhkan
waktu 0,5 menit, pada saat beban 650 gram untuk mencapai suhu maksimum
38°C dibutuhkan waktu 64,22 menit.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan
saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu :
1. Alat Inkubator Pemanas menggunakan Termoelektrik merupakan
teknologi masa kini yang sangat menjanjikan dalam pemasaran sehingga
harus terus menerus dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
53
2. Untuk membuat pemanas yang menggunakan peltier pastikan tidak ada
kecoboran dalam dinding Inkubator tersebut karena akan mengurangi
tingkat keefisiennya alat pemanas tersebut.
3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya lebih memperhatikan penurunan
atau kenaikan suhu dan juga waktu yang
diperoleh dalam penelitian
tersebut.
Universitas Sumatera Utara