Alat Pengukur Suhu Otomatis Berbasis Mikrokontroller ATMega 8535 Dengan Penampil LCD

(1)

ALAT PENGUKUR SUHU OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLLER ATMega 8535 DENGAN PENAMPIL LCD

TUGAS AKHIR

MISKAH NUR 092408036

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ALAT PENGUKUR SUHU OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLLER ATMega 8535 DENGAN PENAMPIL LCD TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MISKAH NUR 092408036

PROGRAM STUDI D – III FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ALAT PENGUKUR SUHU OTOMATIS

BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMega 8535 DENGAN PENAMPIL LCD

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MISKAH NUR

No Induk Mahasiswa : 092408036

Program Studi : DIPLOMA III (D3) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2012

Disetujui oleh :

Ketua Program Studi D – III Fisika

Ketua, Pembimbing,

Dr. Susilawati, M.Si. (Dr. Kerista Sebayang, MS) NIP. 197412072000122001 NIP..195806231986011001


(4)

PERNYATAAN

ALAT PENGUKUR SUHU OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLLER ATMega 8535 DENGAN PENAMPIL LCD

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya

Medan, Juni 2012

MISKAH NUR 092408036


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan karunia Nyalah sehingga Tugas Akhir ini dengan judul “ALAT PENGUKUR SUHU OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMega 8535 DENGANPENAMPIL LCD” dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penulisan Tugas Akhir ini,penulis banyak mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak DR. Kerista Sebayang,MS Selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ibu Dr.Susilawati, M.Si, selaku ketua program studi D3 Fisika Instrumentasi.

3. Seluruh Dosen/ Staf pengajar pada program studi D3 Fisika Instrumentasi. 4. Ayahanda tercinta H.ALM.Syahlul Efendi Rangkuti.Dan ibunda tercinta

Hj.Fatmatus Suaidah Batubara.Yang selalu mendukung saya dan mendidik saya dengan baik.dan buat kakak saya Syarifah Aini Rangkuti,AMKB Terimakasih untuk motivasinya.

5. Seluruh kawan-kawan,mala j hutagaol,sulfani septiayu,iceg natalia ginting. dan semua anak Fisika Instrumentasi khususnya stambuk 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut mendukung dan memberi masukan, sehingga Tugas Akhir ini selesai.


(6)

Dalam perancangan proyek ini masih terdapat hal-hal yang perlu disempurnakan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif bagi rakitan proyek ini sehingga menjadi peralatan yang lebih sempurna dan modern bagi dunia sains dan teknologi.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan proyek ini. Semoga Tuhan selalu memberkati. selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

ABSTRAK

Pada proyek akhir ini dibuat suatu alat yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol suhu di suatu ruangan. Dimana interface iniakan diaplikasikan dalam beberapa ruangan yang membutuhkan pengontrol suhu misalnya laboratorium dan ruangan sentral.Proyek akhir ini menitikberatkan pada kinerja sensor suhu danrelay yang terhubung pada fan. Sensor suhu menangkap informasi suhuruangan dan mengirimkannya ke mikrokontroller. Mikrokontroller akan bekerja secara otomatis menghubungi PC yang telah dilengkapi dengan Dialogic Card melalui komunikasi serial dan mengaktifkan timer yang terhubung dengan relay.

jika suhu yang terukur berada di atas levelnormal. PC yang dilengkapi dengan Dialogic Card akan meneruskaninformasi suhu ruangan ke saluran telepon. Dari telepon inilah kita dapat memilih menu untuk mengontrol atau memonitor suhu ruangan. Adapunmikrokontroller yang digunakan adalah

microcontroller ATMega 8535 .

Kata kunci


(8)

DAFTAR ISI

Persetujuan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar Gambar ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Perumusan Masalah 2

1.4 Batasan Masalah ...2

1.5 Sistematika Penulisan... 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Suhu IC LM35... 4

2.2 Penampil LCD (Liquid Crystal Display)...12

2.3 Catu Daya ... 17


(9)

2.3.2 Rangkaian penyearah sederhana... 18

2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C... 19

2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor... 20

2.3.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter C... 22

BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok...23

3.2. Rancangan Perangkat Keras... 24

3.2.1 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535... 24

3.2.2 Rangkaian LCD... 25

3.2.3 Rangkaian Sensor Suhu... 26

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN SISTEM 4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535... 29

4.2. Pengujian Rangkaian LCD Karakter 20x4... 30

4.3. Pengujian Rangkaian LM35... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 33

5.2 Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 LM 35 basic temperature sensor... 4

Gambar 2.1.2 Rangkaian pengukur suhu... 5

Gambar 2. 1.3 Bentuk Fisik LM 35... 5

Gambar 2.1.4 Skematik Rangkaian Dasar Sensor Suhu LM35-DZ... 8

Gambar 2.2. LCD 4 x 20 karakter... 15

Gambar 2.3.1 Penyearah Sederhana... 18

Gambar 2.3.2 Rangkaian Penyearah Sederhana... 18

Gambar 2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C... 19

Gambar 2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor... 20

Gambar Rangkain penyearah gelombang penuh dengan filter C... 22

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat... 23

Gambar 3.2.1 Rangkaian Mikrokontroler Atmega8535...24

Gambar 3.2.2 rangkaian LCD Karakter 20x4... 25

Gambar 3.2.3 Rangkain Sensor Suhu... 26

Gambar 3.2.1 Follow Chart ... 27

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian LCD... 30


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Deskripsi Pin pada LCD ... 16 Tabel 5.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor... 32


(12)

ABSTRAK

Pada proyek akhir ini dibuat suatu alat yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol suhu di suatu ruangan. Dimana interface iniakan diaplikasikan dalam beberapa ruangan yang membutuhkan pengontrol suhu misalnya laboratorium dan ruangan sentral.Proyek akhir ini menitikberatkan pada kinerja sensor suhu danrelay yang terhubung pada fan. Sensor suhu menangkap informasi suhuruangan dan mengirimkannya ke mikrokontroller. Mikrokontroller akan bekerja secara otomatis menghubungi PC yang telah dilengkapi dengan Dialogic Card melalui komunikasi serial dan mengaktifkan timer yang terhubung dengan relay.

jika suhu yang terukur berada di atas levelnormal. PC yang dilengkapi dengan Dialogic Card akan meneruskaninformasi suhu ruangan ke saluran telepon. Dari telepon inilah kita dapat memilih menu untuk mengontrol atau memonitor suhu ruangan. Adapunmikrokontroller yang digunakan adalah

microcontroller ATMega 8535 .

Kata kunci


(13)

BAB 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Sistem Instrumentasi dalam pengukuran suhu telah dipergunakan secara luas dalam kegiatan perindustrian, karena merupakan bagian dari proses kontrol. Pengukuran besaran fisis adalah salah satu langkah dalam pengukuran data. Temperatur merupakan salah satu besaran fisis yang sering dipakai dalam suatu sistem kontrol baik hanya untuk sistem monitoring saja atau untuk proses pengendalian lebih lanjut.

Aplikasi sistem pengukuran pada tulisan ini adalah aplikasi sistem pada proses pemantauan suhu dari 8 ruangan inkubator. Inkubator sering sekali digunakan sebagai tempat untuk mengkondisikan agar suatu benda dapat berada dalam keadaan suhu tertentu. Misalnya inkubator yang digunakan untuk penetasan telur. Inkubator akan menjaga suhu telur yang diletakkan di dalamnya pada keadaan suhu tertentu agar telur dapat menetas. Untuk itu, diperlukanlah sebuah alat yang berfungsi sebagai pengukur suhu dalam ruangan inkubator tersebut.

Alat ini dibangun menggunakan mikrokontroler ATMega8535 yang didalamnya sudah terintegrasi ADC. Dengan demikian, alat ini dapat mengukur suhu dari 8 ruangan sekaligus. Sensor yang digunakan untuk mengindera suhu dari incubator adalah sensor suhu LM 35. Kemudian, data suhu akan ditampilkan di LCD. Dengan demikian, suhu ruangan inkubator akan dapat dipantau setiap saat.


(14)

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui Pengunaan Tampilan LCD yang berfungsi sebagai keluaran pada mikrokontroller ATMega8535.

2. Merancang Sensor suhu Otomatis dengan Penampil LCD berbasis ATMega8535.

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Adapun Perumusan Masalah pada tulisan ini adalah Hardware dari sebuah rangkaian Alat pengukur Suhu Ruangan Otomatis berbasis ATMega8535 dengan penampil LCD.

1.4 BATASAN MASALAH

Mengingat pembahasan dalam perancangan Alat yang dibuat dapat meluas maka tulisan ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut :

1. Tulisan ini hanya membahas tentang Hadware Alat pada praktek Proyek.

2. Alat Pengukur suhu dari Sistem ini mengunakan LCD 20x4 karakter.

3. Alat Pengukur suhu dari sistem ini adalah Sensor LM35, karena LM35 berfungsi untuk mengukur suhu.

4. Alat pengukur suhu ruangan ini Mengunakan Mikrokontroller ATMega8535.


(15)

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan laporan ini, penulis membuat susunan bab – bab yang membentuk laporan ini dalam sistematika penulisan laporan dengan urutan sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan

Dalam bab ini berisikan latar belakang, batasan masalah, tujuan pembuatan alat dan sistematika penulisan laporan. BAB 2 : Dasar Teori

Bab ini berisikan tentang teori – teori penunjang yang mendukung pemecahan masalah pada bagian pembahasan. BAB 3 : Perancangan Sistem

Berisikan tentang proses Perancangan dan pembuatan sistem. Mulai dari perancangan dan pembuatan sistem secara hardware.

BAB 4 : Pengujian Alat Dan Program

Bab ini berisikan tentang pengukuran dan analisa secara hardware.

BAB 5 : Kesimpulan Dan Saran

Bagian ini berisikan kesimpulan dari proyek dan saran – saran dari penulis.


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Suhu IC LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat dikalibrasikan langsung dalam , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1.1 LM 35 basic temperature sensor

IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV. IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada


(17)

temperature ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indicator tampilan

catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.

Gambar 2.1.2 Rangkaian pengukur suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± ¼ °C pada temperatur ruangan dan ± ¾ °C pada kisaran -55 °C to +150 °C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada -55 °C hingga +150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga +110 °C, dan LM35D pada kisran 0-100°C.

LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1°C (300mV pada 30 °C).


(18)

Gambar 2. 1.3 Bentuk Fisik LM 35

Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektri tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1°C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu 150°C. Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat suhu 100°C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/°C x 100°C) = 1V. Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V (300mV). Tengan ini diolah dengan mengunakan rangkaian pengkondisi sinyal agar sesuai dangan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelibihan – kelebihan sebagai

berikut:

1. Di kalibrasi langsung dalam celsius

2. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/°C 3. Memiliki ketetapan 0,5°C pada suhu 25°C

4. Jangkauan maksimal suhu antara -55°C sampai 150°C 5. Cocok untuk applikasi jarak jauh


(19)

7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt 8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp

9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating) 10. 0,08˚C diudara diam

11. Ketidak linearanya hanya sekitar ±¼°C

12. Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mAmp.

Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memilik kelebihan dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi

keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface untuk membaca atau mengotrol sirkuit lebih mudah. Pin V+ dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin\ Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke vin (+) dan ADC 0840.

LM35DZ adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92). Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear


(20)

dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai teman eksperimen kita, atau bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi, atau termometer badan digital.

LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60 mikroampere, memiliki tingkat efek self-heating yang rendah (0,08 derajad Celcius).

Btw, self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan dan diupakara atau di-handle dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Seperti sensor suhu jenis RTD PT100 atau PT1000 misalnya, komponen ini tidak boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1 miliampere, jika melebihi, maka sensor akan mengalami self-heating yang menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih tinggi dibandingkan suhu yang sebenarnya.


(21)

Gambar diatas adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius. Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.

Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perberubah-ubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan.Untuk memperbaiki kinerja rangkaian dasar di atas, maka ditambahkan beberapa komponen pasif seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.


(22)

Dua buah resistor 150K yang diparalel membentuk resistor 75K yang diseri dengan kapasitor 1uF. Rangkaian RC-Seri ini merupakan rekomendasi dari pabrik pembuat LM35. Sedangkan resistor 1K5 dan kapasitor 1nF membentuk rangkaian passive low-pass filter dengan frekuensi 1 kHz. Tegangan keluaran filter kemudian diumpankan ke penguat tegangan tak-membalik dengan faktor penguatan yang dapat diatur menggunakan resistor variabel. Dengan rangkaian ini, terbukti tegangan keluaran rangkaian ini jauh lebih stabil dibandingkan tegangan keluaran rangkaian dasar di atas. Dengan demikian akurasi pengukuran telah dapat ditingkatkan. Tegangan keluaran opamp dapat langsung diumpankan ke rangkaian ADC untuk kemudian datanya diolah lebih lanjut oleh mikrokontroler.

Rangkaian tersebut telah saya aplikasikan pada Sistem Monitoring Suhu Air Pendingin Mesin Open-Mill di Pabrik Rol Karet USTEGRA Malang dengan performa yang baik dengan mikrokontroler AT89S52 dan ADC0809 serta Audible Warning System berbasis ISD1420.

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.


(23)

Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah

yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC.

3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut

VLM35 = Suhu* 10 mV

Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya .


(24)

Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35.

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC seperti terlihat pada gambar 2.2.

3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.

7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA. 8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.


(25)

2.2 Penampil LCD (Liquid Crystal Display)

LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. Dipasaran tampilan LCD sudah tersedia dalam bentuk modul yaitu tampilan LCD beserta rangkaian pendukungnya termasuk ROM dll. LCD mempunyai pin data, kontrol catu daya, dan pengatur kontras tampilan.

Sekarang LCD lebih dipilih daripada dot matriks, sevensegment LED atau Multi -segment LED untuk tampilan, disebabkan oleh selain harganya murah, LCD sudah mampu menampilkan huruf, angka bahkan grafik sekalipun serta dalam memprogramnya lebih mudah.

LCD juga merupakan perangkat display yang paling umum dipasangkan di Mikrokontroller, Mengingat ukurannya yang kecil dan kemampuannya manampilkan karakter atau grafik yang lebih dibandingkan display 7segmen. Pada pengembangan sistem embedded LCD mutlak dipelukan sebagai sumber pemberi informasi utama, misalnya alat pengukur kadar gula darah, penampil jam, penampil counter putaran motor industri dan lainya.

Berdasarkan jenis tampilan, LCD dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu:

• Segment LCD

LCD ini berbentuk dari beberapa Sevent Segment Display atau Sixteen Segment Dispaly, namun ada juga yang mengabungkan keduanya. LCD ini sering dipakai untuk jam digital.


(26)

• Dot Matrix character LCD

LCD ini terbentuk dari beberapa Dot Matrix Display berukuran 5x7 atau 5x9 yang membentuk sebuah matriks yang lebih besar dengan berbagai kombinasi jumlah baris dan kolom. Kombinasi ini yang menentukan karakter yang dapat ditampilkan LCD tersebut. Seperti 2 baris x 20 karakter atau 4 baris 20 karakter.

• Graphic LCD

LCD jenis ini masih berkembang saat ini. Resolasi LCD ini bervariasi, diantaranya 128x64, 128x128. Sekarang ini Graphic LCD banyak dipakai pada Handycam, laptop,telpon seluler (cellphone), monitor komputer dan lain sebagainya.

2.3.1 Register LCD

Register yang terdapat di LCD adalah sebagai berikut:

• IR (Intruction Register)

Digunakan untuk menentukan fungsi yang harus dikerjakan oleh LCD serta pengalamatan DDRAM atau CGRAM.

• DR (Data Register)

Digunakan sebagai tempat data DDRAM atau CGRAM yang akan ditulis atau dibaca oleh komputer atau sistem minimum. Saat dibaca, DR menyimpan data DDRAM atau CGRAM, setelah itu data alamatnya secara otomatis masuk ke DR. Pada waktu menulis, cukup lakukan inisialisasi DDRAM atau CGRAM, kemudian untuk selanjutnya data dituliskan ke DDRAM atau CGRAM sejak awal alamat tersebut.


(27)

• BF (Busy Flag)

Digunakan untuk bahwa LCD dalam keadaan siap atau sibuk. Apabila LCD sedang melakukan operasi internal, BF diset menjadi 1, sehingga tidak akan menerima perintah dari luar. Jadi, BF harus dicek apakah telah diriset menjadi 0 ketika akan menulis LCD (memberi data pada LCD). Cara untuk menulis LCD adalah dengan mengeset RS menjadi 0 dan mengeset R/W menjadi 1.

• AC (Address Counter)

Digunakan untuk menunjukan alamat pada DDRAM atau CGRAM dibaca atau ditulis, maka AC secara otomatis menunjukan alamat berikutnya. Alamat yang disimpan AC dapat dibaca bersamaan dengan BF.

• DDRAM (Display Data Random Access Memory)

Digunakan sebagai tempat penyimpanan data yang sebesar 80 byte atau 80 karakter. AC menunjukan alamat karakter yang sedang ditampilkan.

• CGROM (\Character Generator Read Only Memory)

Pada LCD terdapat ROM untuk menyimpan karakter-karakter ASCII (American Standart Code for Interchage Intruction), sehingga cukup memasukan kode ASCII untuk menampilkanya.

• CGRAM (Character Generator Random Access Memory)

Sebagai data storage untuk merancang karakter yang dikehendaki. Untuk CGRAM terdapat kode ASCII dari 00h sampai 0Fh, tetapi hanya 8 karakter yang disediakan. Alamat CGRAM hanya 6 bit, 3 bit untuk mengatur tinggi karakter dan 3 bit tinggi menjadi 3 bit rendah DDRAM yang menunjukan karakter, sedangkan 3 bit rendah sebagai posisi data CGRAM untuk membuat tampilan baris dalam dot


(28)

matriks 5x7 karakter tersebut, dimulai dari atas. Sehingga karakter untuk kode ASCII 00h sama dengan 09h sampai 07h dengan 0Fh. Dengan demikian untuk perancangan 1 karakter memerlukan penulisan data ke CGRAM samapai 8 kali.

• Cursor and Blink Control circuit

Merupakan rangkaian yang menghasilkan tampilan kursor dan kondisi blink (berkedap-kedip).

Sebagai bahasan berikut adalah modul LCD 4x20 karakter yang akan digunakan dalam proyek akhir ini. Salah satu alasan mengapa modul LCD dipakai dalam proyek akhir ini adalah kenyataan bahwa modul LCD relatif jauh lebih sedikit memerlukan daya

ketimbang modul-modul display berbasis LED. Selain itu desain LCD lebih kompak dan dimensinya juga lebih kecil. Dengan mikrokontroler kita dapat mengendalikan suatu peralatan agar dapat bekerja secara otomatis. Untuk mengakses LCD 4x20 harus melakukan konfigurasi pin dari LCD dengan pin I/O mikrokontroler tersebut.

Gambar 2.2. LCD 4 x 20 karakter


(29)

Pin Simbol I/O Deskripsi

1 VSS -- Ground

2 VCC -- + 5 V power suplay

3 VEE -- Power suplay source to control contrast 4 RS I Register select: RS = 0 to select instruksi.

Command register; RS =1 to selsct data reg. 5 R/W I Read/Write: R/W =0 for write, R/W= 1 for read

6 E I Enable

7 DB0 I/O The 8-bit data bus 8 DB1 I/O The 8-bit data bus 9 DB2 I/O The 8-bit data bus 10 DB3 I/O The 8-bit data bus 11 DB4 I/O The 8-bit data bus 12 DB5 I/O The 8-bit data bus 13 DB6 I/O The 8-bit data bus 14 DB7 I/O The 8-bit data bus


(30)

2.3 Catu Daya

Power Supply merupakan pemberi sumber daya bagi perangkat elektronika. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh power supply arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya ( power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada power supply dengan regulator zener, op amp dan regulator 78xx. Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan tegangan keluaran ini menjadi stabil.

Rangkaian rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.


(31)

2.3.1. PENYEARAH (RECTIFIER)

Prinsip penyearah dibawah berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.. Rangkaian Penyearah Sederhana yaitu :

Gambar 2.3.1 Penyearah Sederhana

Pad beban RL. Ini yang disebut denga Untuk mendapatkan penyearah transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.3.1

2.3.2 Rangkaian Penyearah Sederhana

Gambar 2.3.2 Rangkaian Penyearah Sederhana


(32)

Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C

Gambar 2.3.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengah Filter C Gambar diatas adalah rangkaian kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaia kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.


(33)

2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor

Gambar 2.3.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor

Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :

Vr = VM -VL ………. (1) dan tegangan dc ke beban adalah:

Vdc = VM + Vr/2 ….. (2)

Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :

VL = VM e –T/RC ………. (3) Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :


(34)

Vr = VM (1 – e –T/RC) …… (4) Jika T << RC, dapat ditulis :

e –T/RC » 1 – T/RC ….. (5)

sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :

Vr = VM(T/RC) …. (6)

VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang diinginkan.

Vr = I T/C … (7)

Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyeara 0.01 det.

Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator


(35)

yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.

2.3.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter C

Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.

C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.

Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.


(36)

BAB III

PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok

Adapun diagram blok dari rancangan alat yang dibuat adalah sebagai berikut:

Sensor Suhu 1

Sensor Suhu 3

Sensor Suhu 8 Sensor Suhu 4 Sensor Suhu 5

Sensor Suhu 7 Sensor Suhu 6 Sensor Suhu 2

Mikrokontroler ATmega8535

LCD 20x4

Gambar 6.1 Diagram Blok Alat

Alat terdiri dari 8 buah sensor suhu. Sensor suhu yang digunakan adalah sensor LM35. Sensor ini akan merubah parameter suhu menjadi parameter tegangan. Tegangan yang dihasilkan sensor ini akan diumpankan pada sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler akan membaca tegangan dari tiap sensor dan kemudian akan menampilkannya di sebuah LCD karakter.


(37)

3.2. Rancangan Perangkat Keras

3.2.1. Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Gambar 3.2.1 Rangkaian Mikrokontroler Atmega8535

Rangkaian ini digunakan sebagai pusat pemrosesan data. Pada rangkaian ini, tegangan yang berasal dari LM35 akan diubah menjadi data digital oleh mikrokontroler. Kemudian data tersebut dikonversi menjadi data suhu dan kemudian ditampilkan pada LCD.


(38)

Rangkaian ini merupakan rangkaian minimum dari mikrokontroler Atmega8535. Rangkaian ini terdiri dari rangkaian reset yang dibentuk dari resistor dan kapasitor yang terhubung ke pin 9 (reset) dari mikrokontroler, dan sebuah rangkaian oscillator eksternal yang dibentuk dari Kristal 12MHz dan 2 buah kapasitor 22pF pada pin 12 dan 13 mikrokontroler. Rangkaian ini merupakan rangkaian yang paling sederhana supaya mikrokontroler tersebut dapat berfungsi. Rangkaian LCD Karakter 20x4

3.2.2 RANGKAIAN LCD

Gambar 3.2.2 rangkaian LCD Karakter 20x4

LCD digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data pada mikrokontroler dalam bentuk tulisan. Pada alat ini, mode pemrograman LCD yang digunakan adalah mode pemrograman 4 bit. Dengan demikian, pin data LCD yang dihubungkan ke mikrokontroler hanya pin D4, D5, D6, dan D7. Sedangkan untuk jalur kontrolnya, pin LCD yang dihubungkan adalah pin RS dan E. LCD


(39)

pada alat ini hanya digunakan sebagai penampil, sehingga pin R/W-nya dihubungkan ke ground.

3.2.3. Rangkaian Sensor Suhu

Gambar 3.2.3 Rangkain Sensor Suhu

Sensor suhu yang digunakan pada alat ini adalah sensor LM35. Sensor ini akan mengindera perubahan suhu disekitarnya, kemudian merubahnya menjadi tegangan analog yang nantinya kemudian diinputkan pada pin ADC mikrokontroler untuk kemudian diproses.

Ketika dihubungkan ke rangkaian, output LM35 dapat menjadi kurang stabil. Hal ini disebabkan karena adanya beban kapasitif yang timbul. LM35 hanya mampu men-drive output stabil pada beban kapasitif maksimal 50pF, jika terjadi beban kapasitif yang berlebih, maka diperlukan rangkaian seri RC Damper yang dipasang pada output dan ground dari LM35. Rangkaian ini berfungsi sebagai berfungsi sebagai noise filtering untuk men-drive beban kapasitif yang terjadi. Nilai komponen untuk rangkaian ini adalah 75 Ohm untuk resistor dan 1µF (dari datasheet LM35).


(40)

Adapun follow chart dari alat adalah sebagai berikut:

Mulai

Inisialisasi Variabel dan Pin Mikrokontroler Yang

Digunakan

N = 0

Pengambilan data adc kanal ke-n

Suhu kanal ke-n = ( data adc kanal ke-n * 5 / 1023 ) * 100

N = N + 1

N = 8 ?

Tampilkan Data Suhu Pada LCD

Tidak

Ya


(41)

Pada saat awal alat dinyalakan, maka mikrokontroler akan segera melakukan inisialisasi variabel dan pin-pin yang akan digunakan untuk pemrosesan data. Setelah itu, sebuah variabel dengan nama N dipersiapkan dengan nilai awal = 0. Kemudian mikrokontroler akan mengambil data pada pin adc ke-n. Data adc tersebut kemudian diolah menjadi data suhu. Kemudian disimpan pada variabel yang bernama suhu. Setelah itu, untuk pengambilan data dari kanal selanjutnya, nilai n dinaikkan dengan cara menambahkannya dengan 1. Apabila rutin ini sudah dilakukan 8 kali, maka kemudian, data suhu tersebut ditampilkan pada LCD. Kemudian program akan berulang dari awal lagi.


(42)

BAB IV

PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN SISTEM 4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Pengujian pada rangkaian ini dilakukan dengan cara mengisikan program sederhana ke dalam mikrokontrolernya. Kemudian, diamati apakah rangkaian dapat bekerja sesuai dengan perintah program yang diisikan ke dalam mikrokontroler tadi.

Pada alat ini, rangkaian mikrokontroler diuji dengan cara memasukkan program yang bila diaktifkan akan membuat LED yang tersambung pada pin PD.7-nya akan berkedip.

Ketika program ini diaktifkan pada rangkaian mikrokontrolernya, maka LED yang terhubung pada pin PD.7 akan berkedip terus menerus. Dengan demikian, maka rangkaian mikrokontroler tersebut dinyatakan dalam kondisi baik.


(43)

4.2 Pengujian Rangkaian LCD Karakter 20x4

Untuk menguji rangkaian LCD, maka dibuatlah rangkaian sebagai berikut ini:


(44)

Ketika program dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “hello, world” pada layar LCD.

4.3 Pengujian Rangkaian LM35

Ketika program dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “hello, world” pada layar LCD.

Gambar 4.3 Rangakaian LM35

Untuk menguji rangkaian ini, diukur tegangan pada titik PINADC dengan multimeter. Kemudia suhu disekitar LM35 dinaikkan, dan hasil pengukuran tegangan dibandingkan dengan pengukuran termomoter.


(45)

Hasil pengukuran dapat ditabelkan sebagai berikut: Pengukuran

Termometer (°C)

Tegangan Output LM35 (mV)

27 271

27,5 277

28 282

28,5 286

29 292

29,5 296


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. beserta rangkaian pendukung termasuk ROM dll. Dan LCD mempunyai pin data, kontrol catu daya, dan pengatur kontras tampilan.

2. Alat Ini terdiri dari 8 buah sensor suhu. Sensor suhu yang digunakan adalah sensor LM35. Sensor ini akan merubah parameter suhu menjadi parameter tegangan. Tegangan yang dihasilkan sensor ini akan diumpankan pada sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler akan membaca tegangan dari tiap sensor dan kemudian akan menampilkannya di sebuah LCD karakter.

3. Rangkaian ini digunakan sebagai pusat pemrosesan data. Pada rangkaian ini, tegangan yang berasal dari LM35 akan diubah menjadi data digital oleh mikrokontroler. Kemudian data tersebut dikonversi menjadi data suhu dan kemudian ditampilkan pada LCD.

4.

5.2 SARAN

1. Diharapkan untuk pembuatan alat praktek proyek selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam merancang rangkaian alat- alat sensor suhu ini.


(47)

2. Diharapkan untuk pengukuran data suhu selanjutnya agar lebih teliti lagi dalam menganalisa data suhu agar hasilnya lebih sempurna.

3. Dalam membuat alat sensor suhu selanjutanya penulis mengharapkan agar pembuat alat ini selanjutnya dapat menganalisa data lebih dari 8 ruangan sekaligus secara otomatis.


(48)

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Prihono.” Jago Elektronika secara Otodidak “. Jakarta. Kawan Pustaka. 2009. 2. Wasito S. ‘Vandemekum Elektronika’. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 1992. 3. Widodo Budiharto.’10 Proyek Robot Spektakuler’ . Jakarta.

4. Elex MediaKomputindo.Tri Wibowo.’Sensor Kehadiran Orang Sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan’.Semarang. Teknik Elektro Fakultas Teknik UNDIP. 2011.


(1)

4.2 Pengujian Rangkaian LCD Karakter 20x4

Untuk menguji rangkaian LCD, maka dibuatlah rangkaian sebagai berikut ini:


(2)

Ketika program dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “hello, world” pada layar LCD.

4.3 Pengujian Rangkaian LM35

Ketika program dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “hello, world” pada layar LCD.

Gambar 4.3 Rangakaian LM35

Untuk menguji rangkaian ini, diukur tegangan pada titik PINADC dengan multimeter. Kemudia suhu disekitar LM35 dinaikkan, dan hasil pengukuran tegangan dibandingkan dengan pengukuran termomoter.


(3)

Hasil pengukuran dapat ditabelkan sebagai berikut:

Pengukuran Termometer (°C)

Tegangan Output LM35 (mV)

27 271

27,5 277

28 282

28,5 286

29 292

29,5 296


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. beserta rangkaian pendukung termasuk ROM dll. Dan LCD mempunyai pin data, kontrol catu daya, dan pengatur kontras tampilan.

2. Alat Ini terdiri dari 8 buah sensor suhu. Sensor suhu yang digunakan adalah sensor LM35. Sensor ini akan merubah parameter suhu menjadi parameter tegangan. Tegangan yang dihasilkan sensor ini akan diumpankan pada sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler akan membaca tegangan dari tiap sensor dan kemudian akan menampilkannya di sebuah LCD karakter.

3. Rangkaian ini digunakan sebagai pusat pemrosesan data. Pada rangkaian ini, tegangan yang berasal dari LM35 akan diubah menjadi data digital oleh mikrokontroler. Kemudian data tersebut dikonversi menjadi data suhu dan kemudian ditampilkan pada LCD.

4.

5.2 SARAN

1. Diharapkan untuk pembuatan alat praktek proyek selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam merancang rangkaian alat- alat sensor suhu ini.


(5)

2. Diharapkan untuk pengukuran data suhu selanjutnya agar lebih teliti lagi dalam menganalisa data suhu agar hasilnya lebih sempurna.

3. Dalam membuat alat sensor suhu selanjutanya penulis mengharapkan agar pembuat alat ini selanjutnya dapat menganalisa data lebih dari 8 ruangan sekaligus secara otomatis.


(6)

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Prihono.” Jago Elektronika secara Otodidak “. Jakarta. Kawan Pustaka. 2009. 2. Wasito S. ‘Vandemekum Elektronika’. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 1992. 3. Widodo Budiharto.’10 Proyek Robot Spektakuler’ . Jakarta.

4. Elex MediaKomputindo.Tri Wibowo.’Sensor Kehadiran Orang Sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan’.Semarang. Teknik Elektro Fakultas Teknik UNDIP. 2011.