Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati
kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani
dan rohani demi kelangsungan hidup. Manusia dalam hidupnya memerlukan
banyak kebutuhan, baik kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan
papan, ataupun kebutuhan sekunder yang dapat mendukung aktifitas seharihari, seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain1.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam
kebutuhannya tersebut. Di zaman yang modern ini, alat transportasi juga
merupakan salah satu kebutuhan manusia, salah satunya adalah sepeda motor.
Sepeda Motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital,
karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung
kebutuhan aktifitas manusia. Selain itu sepeda motor lebih mudah dan praktis
disbanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktifitas
manusia. Oleh karena itu kebutuhan akan sepeda motor sebagai alat
transportasi sangatlah tinggi.
Selain

praktis,


ekonomis

dan

mudah

dalam

pengoperasian

berkendaraan, sepeda motor juga tepat untuk segala kondisi jalan menjadikan
sepeda motor sebagai sarana transportasi yang penting bagi konsumennya.
Hal ini memacu para produsen kendaraan untuk menciptakan inovasi baik
https:/Winarno999wins.wordpress.com/…/resume-pelajaran-ekonomi-SMA-kelas-x/-.
(diakses pada tahun 2017)
1

Universitas Sumatera Utara

dari segi mutu, model dan teknologi produknya untuk mendapat simpati dari

konsumen. Sedangkan dari segi pemasaran, produsen berusaha melakukan
kegiatan pemasaran yang efektif antara lain dengan melakukan promosi
untuk menawarkan dan mempromosikan produk baru yang dikeluarkan yaitu
dengan berbagai macam periklanan baik melalui media cetak maupun
elektronik. Dengan harapan volume penjualan dapat meningkat, kepuasaan
konsumen akan terpenuhi, dan laba perusahaan akan meningkat. Upaya untuk
meningkatkan volume penjualan tersebut dilakukan melalui studi atau
penelitian dengan maksud mencari sejumlah informasi tentang faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan meningkatkan
permintaan terhadap sebuah produk.
Sistem jual beli beraneka ragam, hingga jual beli di bidang transportasi
yang semakin pesat, memberikan dampak terhadap perdagangan otomotif,
dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis sepeda motor baru dari berbagai
merek. Model dan tipe sepeda motor baru dengan banyak fasilitas dan
kemudahan, sehingga banyak diminati oleh pembeli, tidak jarang untuk
membeli model dan tipe baru dari suatu merek, pembeli harus memesan lebih
dahulu (indent).
Jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata, suatu persetujuan, dimana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan sesuatu kebendaan,
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Perjanjian

jual beli merupakan suatu ikatan bertimbal balik dimana pihak yang satu (si
penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri
atas jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.2
Objek perjanjian jual beli cukup barang-barang tertentu, setidaknya
dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak
miliknya kepada si pembeli, sehingga menjadi sah dalam perjanjian jual beli.
Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Sesuai
dengan asas “konsensualisme” yang menjiwai hukum perjanjian hukum
perdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata
“sepakat” mengenai barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang
sah.3
Hukum perjanjian dari hukum perdata menganut asas konsensualisme.
Artinya, untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa
perjanjian itu (dengan demikian “perikatan” yang ditimbulkan karenanya)
sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana
dimaksudkan di atas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat,

bukannya pada detik-detik lain yang terkemudian atau sebelumnya.
Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat yaitu : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya, (2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, (3) Suatu hal
tertentu, dan (4) Kausa/sebab yang halal4. Dua syarat yang pertama
merupakan syarat yang menyangkut subjeknya (syarat subjektif) sedangkan

2

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.12.
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm.29.
4
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet 28,
(Jakarta:Pradnya Paramita,1996), hlm.339.
3

Universitas Sumatera Utara

dua syarat terakhir adalah mengenal objeknya (syarat objektif). Suatu
perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya tidak selalu menjadikan

perjanjian tersebut menjadi batal dengan sendirinya, tetapi seringkali hanya
memberikan kemungkinan untuk dibatalkan, sedangkan perjanjian yang cacat
dalam segi objeknya adalah batal demi hukum.
Dalam jual beli ada dua subjek, yaitu penjual dan pembeli, yang
masing-masing mempunyai berbagai kewajiban dan berbagai hak. Maka
masing-masing dalam beberapa hal tersebut merupakan pihak yang
berkewajiban dan dalam hal lain merupakan pihak yang berhak. Ini
berhubungan dengan sifat timbal balik dari perjanjian jual beli.
Subjek yang berupa manusia, harus memenuhi syarat umum untuk
dapat melakukan suatu perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah
dewasa, sehat pikirannya dan secara hukum tidak dilarang atau diperbatasi
dalam hal melakukan. Perbuatan hukum yang sah. Untuk orang yang belum
dewasa, harus didampingi orangtua atau walinya, untuk orang-orang yang
tidak sehat pikirannya, harus bertindak seorang pengawas atau kuratornya.
Apabila subjek dari jual beli adalah si penjual dan pembeli, yaitu
unsur-unsur yang bertindak, maka objek dari jual beli adalah barang yang
oleh mereka dijual atau dibeli. Untuk menentukan apa yang menjadi objek
jual beli adalah barang atau hak yang dimiliki. Ini berarti, bahwa yang dapat
dijual atau dibeli itu tidak hanya barang yang dimiliki, melainkan suatu hak
atas barang yang bukan hak milik. Syarat dari objek jual beli adalah layak,

apabila pada waktu jual beli terjadi. Apabila barang sudah musnah sama

Universitas Sumatera Utara

sekali, maka perjanjian batal, sedangkan apabila barangnya hanya sebagian
saja musnah, maka si pembeli dapat memilih anatara pembatalan jual beli
atau penerimaan bagian barang yang masih ada dengan pembayaran sebagian
dari harga yang sudah diperjanjikan.5 Berdasarkan undang-undang Hukum
Perdata, ada beberapa macam perjanjian jual beli, diantaranya adalah : (1)
jual beli dengan percobaan, ditentukan bahwa barang yang dibeli harus
dicoba dulu oleh si pembeli, (2) jual beli dengan contoh (koop op monster),
waktu jual beli terjadi, belum lihat barang tertentu yang akan dibeli,
melainkan ditunjukkan saja kepadanya suatu contoh dari yang akan dibeli, (3)
jual beli secara kredit, unsur dari jual beli yang dibuktikan dengan adanya
persetujuan jual beli barang.
Penjualan suatu piutang meliputi segala sesuatu yang melekat pada
piutang tersebut. Pihak yang berhutang telah mengikatkan dirinya untuk
jumlah harga pembelian yang telah diterima untuk piutangnya dan cara
pembayarannya, (4) jual beli dengan memesan lebih dahulu (indent), jual beli
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, setelah terjadi antara pembeli

dan penjual mencapai sepakat tentang benda tersebut dan harganya,
meskipun benda itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.
Jual beli secara indent, suatu sistem perintah (order) pembelian oleh
seorang penjual kepada seorang pembeli dengan harga yang ditetapkan
sebelumnya untuk spesifikasi yang dimaksud dan biasanya dilaksanakan

5

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 20, (Jakarta: PT.Intermasa,1985),

hlm.163.

Universitas Sumatera Utara

dalam jangka waktu tertentu.6 Jual beli dengan cara indent bahwa sistem
pembayaran dimuka atau panjer termasuk dalam perjanjian. Sistem
pembayaran ini merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang
sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah tujuan perjanjian
kedua belah pihak pada waktu membentuk persetujuan. Sedangkan untuk jual
beli indent dapat dilakukan secara kredit maupun cash (kontan).

Jual beli secara indent biasanya dilakukan untuk mendapatkan sepeda
motor dengan model dan tipe baru yang belum banyak dijual. Dapat
dilakukan dengan memesan terlebih dahulu atau indent. Adapun sistem
perjanjian dan pembayarannya tergantung dari masing-masing toko sepeda
motor dengan pembelinya. Umumnya pembeli memesan model dan tipe atau
merek sepeda motor tertentu dengan membayar uang muka atau panjar,
kemudian

disepakati

cara

pembayarannya

dan

sanksi-sanksi

yang


diberlakukan dalam suatu akta perjanjian jual beli sepeda motor.
Indent-cash adalah jual beli dengan sistem pembayaran muka atau
panjer juga termasuk dalam perjanjian, pembayaran ini merupakan
pelaksanaan perjanjian dalam arti yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan
pembayaran ini tercapailah perjanjian kedua belah pihak pada waktu
membentuk persetujuan. Sedangkan untuk indent-kredit adalah jual beli
dengan pembayaran secara angsuran. Pembeli tinggal menandatangani
perjanjian yang disodorkan penjual dan membayar uang muka, angsuran

6

http://justitiaomnibous.blogspot.com/2008/08/aspek-yuridis-perjanjian-jualbeli.html,
diakses pada april 2017.

Universitas Sumatera Utara

bulanan dan biaya-biaya lain yang telah disepakati serta sanksi-sanksi yang
diberlakukan terhadap pembeli secara kredit.7
PT. Indako Trading Coy, Medan adalah dealer yang menjalankan
kegiatan usaha jual beli sepeda motor. Dalam menjalankan kegiatan usaha

jual-beli sepeda motor tersebut, PT. Indako Trading Coy, Medan pernah
mengalami kejadian indentor yang mengalami ketidaksesuain pada sepeda
motor yang diterima, dimana ketika sepeda motor yang telah diterima oleh
indentor tersebut mengalami gangguan pada komponen mesin, tepatnya pada
hari ketujuh penggunaan, mesin sepeda motor mengalami gangguan yang
mengakibatkan mengeluarkan suara tak enak didengar.
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1474 KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa penjual memiliki kewajiban utama, yaitu untuk
menyerahkan barangnya dan menanggungnya, berkaitan dengan hal tersebut,
penjual tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyerahkan sepeda motor
yang sesuai dengan pesanan indentor, tetapi juga menanggung segala risiko
yang ditimbulkan dari penyerahan sepeda motor tersebut. Jual beli dengan
cara indent tidak berakhir seketika setelah dilakukan penyerahan, tetapi
masih tetap berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
Berkaitan dengan terjadinya ketidaksesuaian pada sepeda motor yang
diterima oleh indentor tersebut, sebagai pihak penjual PT. Indako Trading
Coy, Medan melakukan bentuk-bentuk pertanggungjawaban tersendiri
kepada indentor.
7


https://accounting-media.blogspot.co.id/penegrtian-pembayaran-tunai-dan.html (diakses
pada april 2017)

Universitas Sumatera Utara

Dengan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul skripsi :
“Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor
Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent”.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini,
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara indent
pada PT. Indako Trading Coy, Medan?
2. Bagaimanakah upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak indentor?
3. Bagaimanakah tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal sepeda
motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan diterima
melewati waktu yang diperjanjikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara
indent pada PT. Indako Trading Coy, Medan.
2. Untuk mengetahui upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak
indentor.
3. Untuk mengetahui tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal
sepeda motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan
diterima melewati waktu yang diperjanjikan.

Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini, adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat secara teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
masukan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya
pengetahuan ilmu hukum perdata di bidang jual beli mobil secara indent di
PT. Indako Trading Coy, Medan. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi
referensi bagi penulisan berikutnya.
2. Manfaat secara Praktis :
Hasil pembahasan dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan
solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu, penulisan ini
diharapkan dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teoriteori yang sudah ada. Secara praktis juga diharapkan agar penulisan skripsi
ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak yang
berperan serta secara langsung dalam perjanjian jual-beli sepeda motor secara
indent. Dengan kata lain, diharapkan para pihak dapat lebih memperhatikan
kedudukan masing-masing pihak agar seimbang dalam penyusunan dan
pelaksanaan perjanjian jual-beli sepeda motor secara indent tersebut sehingga
mengurangi resiko timbulnya suatu permasalahan di kemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

E. Metode Penelitian
Bambang Sunggono menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya
ilmiah ada 2 (dua) jenis metode penelitian, yaitu penelitian yuridis normatif,
disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini
dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan
bahan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian
kepustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan karena penelitian ini lebih
banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di
perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dikatakan sebagai lawan dari
penelitian empiris (penelitian lapangan)8.
Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian hukum non
doktrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empiris untuk menemukan
teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya
hukum di dalam masyarakat atau yang disebut juga sebagai socio legal
research9.
1.

Spesifikasi Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, jenis

penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka
yang ada. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian
yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu
dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua
8

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

hlm. 81.
9

Ibid, hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara

penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).
Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
hukum normatif ini menggunakan metode pendekatan normatif yang
bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala sedang diteliti.

2.

Data Penelitian
Dalam penelitian hukum normatif, data yang dipergunakan adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library
research), yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori
dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan
perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya 10. Data sekunder yang
digunakan dalam penulisan ini terdiri dari :
a. Data primer yaitu berupa keterangan-keterangan yang berasal dari
pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang
10

Jhonny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:
Bayumedia, 2006), hlm.192.

Universitas Sumatera Utara

diteliti secara langsung yang dimaksudkan untuk lebih memahami
maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada.
b. Data sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan relevan
seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran
karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari situs atau website yang
berkaitan dengan materi yang diteliti.

3. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan
(library research) dan juga dengan melakukan wawancara langsung dengan
informan (field research). Studi kepustakaan (library research) adalah
serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah,
mengklarifikasi, mengindentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap
bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta bukubuku literature yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian.
Wawancara dengan informan (field research) dalam hal ini kepada
pelaku usaha (penjual), yaitu suatu sarana atau alat pengumpulan data di
dalam mengandalkan diri pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
bahan yang dikaji. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat
ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen.
Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi,

Universitas Sumatera Utara

teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian yang dibahas dalam skripsi ini11.

4.

Analisis Data
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif

dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan
kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke
dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum
tersebut12. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan
analisis data kualitatif, yaitu:
a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan permasalahan.
b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya
melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan permasalahan.
c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya untuk
menemukan kaidah, asas dan konsep yang terkandung di dalam bahan
hukum tersebut.
d. Menemukan hubungan konsep, asas, dan kaidah tersebut dengan
menggunakan teori sebagai pisau analisis.
Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan
dengan menggunakan logika berfikir deduktif. Metode deduktif dilakukan

11

Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan
Ajar, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara), 2009, hlm. 24.
12
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 225.

Universitas Sumatera Utara

dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan
konsep, asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang
sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan13.

F. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul “Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku
Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara
“Indent”.
Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahanbahan yang berkaitan dengan perjanjian jual beli secara indent, baik melalui
literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun
media elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan
dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa
judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Bila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh
orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu
menjadi tanggung jawab saya sendiri.

13

Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2008), hlm. 48

Universitas Sumatera Utara

G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat
diuraikan, yaitu :
BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode
Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Perjanjian Jual Beli meliputi : Pengertian dan Dasar Hukum
Perjanjian Jual Beli, Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli, Hak dan Kewajiban
Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli, Resiko dalam Perjanjian Jual Beli,
Penyerahan Objek dalam Perjanjian Jual Beli.
BAB III : Tinjauan Tentang Indent meliputi : Pengertian Indent, Objek
Indent, Sistem Indent, Berakhirnya Sistem Indent.
BAB IV : Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap
Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent meliputi :
Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent Pada PT.
Indako Trading Coy, Medan, Upaya Indentor Agar Perusahaan Memenuhi
Hak Indentor, Tanggung Jawab PT. Indako Trading Coy Dalam Hal Sepeda
Motor Yang Diterima Indentor Tidak Sesuai Yang Dipesan dan Diterima
Melewati Waktu Yang Diperjanjikan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Leasing Kenderaan Bermotor (Studi pada PT. Astra Credit Company Medan)

12 106 96

Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Dengan Jaminan Secara Kredit (Studi PT. Indako Medan)

7 132 90

TANGGUNG JAWAB PT. NASMOCO KALIGAWE SEMARANG TERHADAP INDENTOR DALAM PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL DENGAN SISTEM INDENT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 86

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

0 0 8

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

0 0 1

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

0 1 28

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan) Chapter III V

0 3 45

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

0 0 2

Pelaksanaan Retensi Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Angsuran

0 0 80