Pengaruh Aspek Kesehatan Bank Terhadap Profitabilitas Bank Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Perbankan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 dan tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2011:12). Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat.
Berikut ini adalah pengertian bank menurut para ahli :
1. Hasibuan (2009:2) “bank umum adalah lembaga keuangan, pencipta uang,
pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran,
stabilisator moneter, serta dinamisator pertumbuhan perekonomian”. Bank
merupakan sektor yang sangat penting dan berpengaruh dalam dunia usaha.
Banyak orang dan organisasi yang memanfaatkan jasa bank untuk menyimpan
atau meminjam dana. Oleh karena itu bank mempunyai peran yang sangat
penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem moneter
melalui kedekatan hubungannya dengan badan-badan pengatur dan instansi
pemerintah. Dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat tersebut,

pemerintah banyak mengeluarkan peraturan di bidang perbankan. Dapat
dipahami apabila terdapat perhatian yang meluas terhadap kesehatan bank,
terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan solvabilitas bank serta tingkat

12
Universitas Sumatera Utara

resiko relatif yang melekat pada tipe usaha yang dijalankan bank yang
bersangkutan (Kasmir, 2012).
2. Dalam booklet perbankan Indonesia tahun 2009 yangdimaksud dengan
perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitandengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara danproses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Perbankan Indonesiadalam menjalankan fungsinya
berdasarkan demokrasi ekonomimenggunakan prinsip kehati-hatian.

2.1.1.1 Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
Menurut UU No. 7 tahun 1992, asas, fungsi, dan tujuan bank di indonesia adalah:
1. Asas
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2. Fungsi
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of
trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru, dan Budi
Santoso, 2008:9).
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan
kepada bank yang bersangkutan.

13
Universitas Sumatera Utara

b. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan
sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi
saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran
kegiatan


perekonomian

di

sektor

riil.

Kegiatan

bank

tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga
konsumsi barang dan jasa.
c. Agent of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa - jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa - jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
3. Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.1.1.2 Jenis-jenis Bank di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang
kemudian diperbaharui dengan UU No. 10 Tahun 1998, jenis-jenis bank di
Indonesia ditinjau dari berbagai segi antara lain:

14
Universitas Sumatera Utara

1. Berdasarkan jenisnya
a. Bank Umum / Konvensional
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, dimana dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (Hasibuan, 2011: 36).

b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
(Hasibuan, 2011:38).
2. Berdasarkan kepemilikannya
Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang
dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya:
a. Bank Milik Pemerintah
Bank dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah. Namun Bank Indonesia selaku Bank Sentral menyebut bank
tersebut sebagai Bank Persero, karena bank tersebut telah go public dan
sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian
merupakan milik masyarakat.

15
Universitas Sumatera Utara

b. Bank Milik Pemerintah Daerah

Bank milik pemerintah daerah, adalah bank dimana pemiliknya adalah
pemerintah daerah tertentu misalnya BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat
dan lain-lain (Lubis, 2010:32).
c. Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
d. Bank Milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi.
e. Bank Milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank
milik swasta asing atau pemerintah asing.Kepemilikannya dimiliki oleh
pihak luar negeri.
f. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional.Kepemilikan saham mayoritas dipegang oleh WNI.
3. Berdasarkan Status
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque,

16
Universitas Sumatera Utara

pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Syaratsyarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank non devisa dapat diberikan
izin untuk menjadi bank devisa sesuai SK DIR No. 28/64/KEP/DIR antara
lain:
1) CAR (Capital Adequacy Ratio) minimum dalam bulan terakhir 8%
2) Tingkat Kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong
sehat.
3) Modal disetor minimal 150 miliar.
4) Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan sebagai
bank umum devisa meliputi organisasi, sumber daya manusia, dan
pedoman operasional kegiatan devisa, dan sistem administrasi serta
pengawasannya.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4. Berdasarkan penentuan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenis pembiayaannya terdiri atas Bank Devisa Konvensional
dan Bank Perkreditan Rakyat.

17
Universitas Sumatera Utara

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.2 Kesehatan Bank
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,bank
wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan bank yang merupakan cerminan
kondisi dan kinerja bank menjadi sarana bagi otoritas pengawas dalam

menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan
bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
(manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank. Menyadari arti pentingnya
kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan
serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking), dalam
dunia perbankan, maka indonesia merasa perlu untuk menetapkan aturan tentang
kesehatan bank. Dengan adanya aturan bank tentang kesehatan bank ini,
perbankan diharapkan untuk selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan
merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.
Komponen penting untuk mengetahui kinerja kesehatan perbankan adalah
identifikasi risiko, pengukuran, pemantauan, dan pengelolaan risiko. Bagi
perbankan, hasil akhir penilaian kondisi tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Analisis
kerja dari lembaga keuangan, terutama bank umum, dapat dilakukan dari tahun
ketahun, dengan menggunakan rasio keuangan untuk memberikan informasi

18
Universitas Sumatera Utara

tentang kinerja keuangan. Sehingga dapat dilihat kinerja bank melalui assets,

revenue, profit, market value serta hubungan dari berbagai rasio keuangan
tersebut sehingga dapat menunjukkan kinerja bank.
Tanggal 5 Januari 2011 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru
mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 yang menyebabkan terjadinya perubahan tata
cara penilaian dan pelaporan bank. Untuk menilai kinerja bank, Bank Indonesia
menggunakan penilaian berdasarkan pendekatan risiko yang disebut Risk Based
Bank Rating (RBBR). RBBR menggunakan 4 faktor penilaian yaitu profil risiko,
Good Corporate Governance (GCG), Earning (Rentabilitas), dan Capital
(Permodalan). Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan secara selfassesment oleh masing-masing bank melalui penilaian kuantitatif atau kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas
dan signifikansi dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan
perekonomian nasional.

2.1.2.1 Risk Based Bank Rating (RBBR)
1. Risk Profile
Risk Profile atau profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan
kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank sebagai strategi
bisnis bank. Berdasarkan lampiran Surat Edaran (SE) Bank Indonesia
No.13/24/DPNP 25 Oktober 2011, Bank Indonesia mengklasifikasikan risiko

ke dalam 8 jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko hukum, risiko strategik, risiko kepatuhan, dan risiko

19
Universitas Sumatera Utara

reputasi. Risiko tersebut mengarah pada prinsip-prinsip umum penilaian tingkat
kesehatan bank umum. Berikut ini adalah indikator minimum yang wajib
dijadikan acuan oleh bank dalam menilai profil risiko:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajibannya. Parameter yang digunakan adalah:
1) Komposisi portofolio asset dan tingkat konsentrasi
2) Kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan
3) Strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana
4) Faktor eksternal
b. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang antara lain disebabkan bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank untuk
membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo atau permintaan penarikan
dana, untuk mendanai pertumbuhan aset dan memenuhi kewajiban dalam
kontrak sesuai harga yang wajar di pasar. Parameter yang digunakan
adalah:
1) Komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif
2) Konsentrasi dari aset dan kewajiban
3) Kerentanan pada kebutuhan pendanaan
4) Akses pada sumber-sumber pendanaan

20
Universitas Sumatera Utara

c. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang antara lain disebabkan adanya
ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi diluar kendali bank. Parameter yang digunakan adalah:
1) Karakteristik dan kompleksitas bisnis
2) Sumber daya manusia
3) Teknologi informasi dan infrastruktur pendukung
4) Fraud, baik internal maupun eksternal
5) Kejadian eksternal
d. Risiko Hukum
Risiko hukum merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya
tuntutan

hukum,

ketiadaan

peraturan,

perundang-undangan

yang

mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhi syarat sahnya
kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Parameter yang
digunakan untuk menilai risiko hukum adalah:
1) Faktor litimigasi
2) Faktor kelemahan perikatan
3) Faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.

21
Universitas Sumatera Utara

e. Risiko Strategik
Risiko strategik merupakan risiko yang antara lain disebabkan penetapan
dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
ekstenal. Parameter yang digunakan untuk menilai risiko strategik adalah:
1) Kesesuaian strategi bisnis bank dengan lingkungan bisnis
2) Strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi
3) Posisi bisnis bank
4) Pencapaian rencana bisnis bank
f. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lain yang berlaku.
g. Risiko Reputasi
Risiko yang disebabkan adanya kerusakan potensial sebagai akibat
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi
negatif terhadap bank.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate

Governance

(GCG)

merupakan penilaian terhadap

manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur
dalam PBI GCG. Penetapan sistem GCG didasarkan pada tiga aspek utama
yaitu:

22
Universitas Sumatera Utara

a. Governance Structure yaitu kecukupan tata kelola (governance) atas
struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada Bank.
b. Governance Process yaitu mencakup penerapan fungsi kepatuhan bank,
penanganan

benturan

kepentingan,

penerapan

manajemen

risiko,

penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, penerapan fungsi
audit intern dan ekstern, serta rencana strategis bank
c. Governance Outcomes yaitu mencakup informasi lain yang terkait dengan
GCG pada data dan informasi yang relevan seperti transparansi kondisi
keuangan dan non-keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan
internal. Aspek GCG sendiri mencakup transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, keadilan, komitmen, kompetensi, misi,
kepemimpinan, kolaborasi, moral etika, dan strategi.Di perusahaan
perbankan tersebut, nilai-nilai GCG telah diinternalisasi dan dipraktikkan
oleh seluruh jajaran pimpinan ataupun karyawan perusahaan yang
menjadikan GCG sebagai budaya perusahaan.
3. Rentabilitas (Earnings)
Penilaian faktor rentabilitas mencakupi penilaian terhadap kinerja rentabilitas,
sumber-sumber yang terkait pada rentabilitas, sustainability earnings bank,
serta

manajemen

rentabilitas.

Penilaian

ini

dilakukan

dengan

mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas, rentabilitas bank dan
memperhatikan kinerja peer group, serta manajemen rentabilitas baik melalui
analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.

23
Universitas Sumatera Utara

4. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor Capital atau permodalan meliputi penilaian terhadap
tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Bank wajib
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur dan stabilitas permodalan, dengan
memperhatikan kinerja peer group serta manajemen permodalan bank, baik
melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.

2.1.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan
disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan
eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang
merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.
Menurut Brigham dan Houston (2010: 86) informasi yang terkandung
dalam laporan tahunan dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan
dividen di masa depan. Oleh karena itu, para investor biasanya sangat tertarik
dengan laporan keuangan, karena dapat membantu memprediksikan return yang
akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang.Laporan keuangan
merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan,
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13
Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam
bentuk dan cakupan yang tediri dari (Siamat, 2005):

24
Universitas Sumatera Utara

1. Laporan Tahunan Dan Laporan Keuangan Tahunan
Laporan tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank
dalam kurun waktu satu tahun.Laporan keuangan tahunan adalah laporan
keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
yang berlaku dan wajib diaudit oleh akuntan public. Laporan keuangan tahunan
adalah:
a. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang
merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu tanggal
tertentu.
b. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari
satu kesatuan usaha untuksatu periode tertentu.
c. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan perubahan modal dari satu kesatuan
usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komprehensif, investasi
dan distribusi kepada pemilik.
d. Laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik
yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan
bulanan

bank

umum

yang disampaikan

kepada

Bank

Indonesia

dan

dipublikasikan setiap bulan.
4. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
memiliki anak perusahan wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian LaporanKeuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
2. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi keuangan
perusahaan.
4. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan. Menurut SFAC
No.1 FASB 1978 tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor, dan pemakai lainnya
baik yang sekarang maupun yang potensial dalam pembuatan investasi, kredit,
dan keputusan sejenis secara rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan
informasi dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari

26
Universitas Sumatera Utara

dividen dan bunga di masa yang akan datang. Hal ini mengandung makna
bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko atas investasi
yang dilakukan.

2.1.4 Rasio Keuangan Berdasarkan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR)
Penilaian tingkat kesehatan bank menurut Risk Based Bank Rating
(RBBR) menitikberatkan penilaian berdasarkan pendekatan risiko. Terdapat
empat faktor penilaian yang digunakan dalam metode ini, yaitu profil risiko, Good
Corporate Governance, Earnings (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan).
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dan dijadikan proksi dari indikatorindikator RBBR adalah Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) merupakan proksi dari profil risiko, Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan proksi dari Good Corporate
Governance, Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan proksi dari permodalan
dan Return on Assets (ROA).

2.1.4.1 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG) merupakan penilaian
terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.Prinsipprinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi
bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Penilaian kualitas manajemen suatu bank dapat dilakukan dengan menghitung
rasio-rasio efesiensi usaha sehingga dapat diukur secara kuantitatif.

27
Universitas Sumatera Utara

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Rivai, et al, 2007:722). Biaya operasi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya
bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya).
Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga
yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi
lainnya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efesien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011, kategori
peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Peringkat Bank Bedasarkan Rasio BOPO
Peringkat
1
2

Rasio
< 94 %
> 94 %

Predikat
Sehat
Tidak Sehat

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.1.4.2 Non Performing Loan (NPL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003, risiko adalah
potensi terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko kredit
menunjukkan kemungkinan terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang terhadap
sejumlah pinjaman yang telah diberikan (Rivai et al. ,2007:731). Bank dalam
melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk
28
Universitas Sumatera Utara

membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib
melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan
kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan
dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/1/PBI/2011 indikator
yang digunakan untuk mengukur risiko kredit yaitu Non Performing Loan (NPL).
Non Performing Loan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko
gagal bayar yang dihadapi suatu bank ketika menjalankan kegiatan penyaluran
kredit perbankan. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung oleh bank sehingga bank dapat meningkatkan profit dan
meminimalisir kerugian yang ditanggung bank. Menurut peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 13/1/PBI/2011 batas NPL dapat dikategorikan baik adalah
dibawah 5%.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 menyatakan
bahwa risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit yang biasa dihadapi
adalah ketidakmampuan nasabah untuk melakukan pelunasan kewajibannya
kepada bank. Peneliti menggunakan Non Performing Loan (NPL) sebagai proksi
untuk mengukur tingkat risiko kredit. Non Performing Loan merupakan rasio
keuangan yang secara umum dipergunakan sebagai pengukuran risiko kredit
(Agustiningrum, 2013). Non Performing Loan yang tinggi mengindikasikan
bahwa pengelolaan kredit pada bank tidak optimal yang mengakibatkan risiko
kredit yang dialami oleh bank tersebut akan menjadi tinggi (Oktaviantari, 2013).

29
Universitas Sumatera Utara

Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Non
Performing Loan suatu bank memiliki arti bahwa kualitas kredit dari bank
tersebut buruk dan menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin banyak
sehingga kerugian yang ditimbulkan terhadap profitabilitas akibat kredit yang
bermasalah semakin besar. Peraturan Bank Indonesia menetapkan batas
maksimum Non Performing Loan yaitu 5% agar tidak mempengaruhi tingkat
kesehatan bank tersebut.Oleh sebab itu, maka bank dituntut untuk senantiasa
menjaga agar tingkat Non Performing Loan tidak melebihi dari batas maksimal
yang disyaratkan Bank Indonesia yaitu 5%. Semakin tinggi tingkat Non
Performing Loan menandakan bahwa risiko akan terjadinya kredit macet yang
dihadapi juga tinggi sehingga mengurangi profitabilitas yang akan dicapai,
Sebaliknya, jika tingkat Non Performing Loan rendah menandakan bahwa kualitas
kredit tersebut berada dalam kondisi baik, sehingga profitabilitas yang akan
dicapai juga tinggi.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:

No
1
2
3
4
5

Tabel 2.2
Predikat Non Performing Loan (NPL)
Rasio
Predikat
0% < NPL < 2%
Sangat Baik
2% ≤ NPL < 5%
Baik
5% ≤ NPL < 8%
Cukup Baik
8% < NPL ≤ 11%
Kurang Baik
NPL > 11%
Tidak Baik

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

30
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal adalah hal yang paling penting bagi bank karena merupakan dasar
untuk mengembangkan bisnisnya. CAR atau sering disebut rasio permodalan
merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Kecukupan modal
merupakan rasio yang bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap
kerugian yang timbul dari aktivitas yang dilakukannya (Sianturi, 2012). Menurut
Dietrich et al., (2009) (dalam Prasanjaya dan Ramantha (2013), bank dengan
modal yang tinggi dianggap relatif lebih aman dibandingkan dengan bank modal
yang rendah, hal ini disebabkan bank dengan modal yang tinggi biasanya
memiliki kebutuhan yang lebih rendah dari pada pendanaan eksternal.
Menurut Peraturan Bank Indonesia (2008) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dll. Capital Adequacy Ratio (CAR)
dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan atas
hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank
(ROA). Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada
untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan
perdagangan surat surat berharga. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal

31
Universitas Sumatera Utara

minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana - dana dari sumbersumber diluar bank (PBI, 2008). Menurut Surat Edaran (SE) Bank Indonesia
No.6/23/DPNP/2011, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara
modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Bank yang termasuk bank
sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan standar
Bank for International Settlements (BIS). Sesuai dengan penilaian rasio CAR
berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
CAR minimal 8%.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio CAR dapat dilihat pada Tabel 2.3
berikut ini:

No
1
2
3
4
5

Tabel 2.3
Predikat Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio
Predikat
12% < CAR
Sangat Sehat
9% < CAR ≤ 12%
Sehat
8% < CAR ≤ 9%
Cukup Sehat
6% < CAR ≤ 8%
Kurang Sehat
CAR ≤ 6%
Tidak Sehat

Sumber : Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.1.4.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa besar kemampuan bank dalam
membayar

kembali

penarikan

dana

yang

dilakukan

deposan

dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dikatakan
likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar dan bank juga harus dapat
32
Universitas Sumatera Utara

pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai (Kasmir 2011:44).
Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya
kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Rivai et al.2013:484).
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan
tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun
oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank
Indonesia adalah sebesar 110%.
Dari uraian di atas dapat diketahui kaitan antara LDR dengan bank yang
terletak pada hal penghimpunan dana dan penyaluran dan kepada sektor riil. Bank
dapat mengelola tingkat likuiditasnya yang diukur dengan LDR. Hubungan antara
Loan to Deposit Ratio terhadap kinerja bank adalah bahwa LDR menunjukkan
tingkat kinerja bank apabila bank memiliki kinerja yang baik maka kemampuan
bank dalam menciptakan laba akan bertambah. Semakin tinggi LDR maka laba
perusahaan mempunyai kemungkinan untuk meningkat dengan catatan bahwa
bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan optimal, maka dapat
disimpulkan

bahwa

LDR

berpengaruh

positif

terhadap

laba

bank.

Likuiditas menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012:129) adalah rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Kemampuan bank dalam mengelola likuiditasnya akan berdampak
terhadap kepercayaan masyarakat kepada bank itu sendiri sehingga akan
membantu kelangsungan operasional maupun keberadaan bank tersebut.

33
Universitas Sumatera Utara

Manajemen likuiditas sangat penting bagi setiap organisasi untuk memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek di dalam kegiatan operasionalnya (Saleem &
Rehman, 2011). Menurut Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013, Loan to
Deposit Ratio merupakan rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam
Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana
pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan
valuta asing, tidak termasuk dana antar bank.
Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio pada suatu bank
menandakan bahwa jumlah kredit yang disalurkan lebih maksimal. Jika bank
mampu menyalurkan kredit secara maksimal namun tetap menjaga agar tingkat
Loan to Deposit ratio tetap berada pada batas aman yaitu 78-100 persen maka
profitabilitas yang dicapai akan lebih maksimal. Sedangkan Veithzal, dll (2007)
menyatakan penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank
untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan
kecukupan manajemen risiko likuiditas. Bank dikatakan likuid apabila
mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar lebih besar dibandingkan dengan
seluruh kewajibannya. Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR)
dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah
mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Atau dengan kata lain
34
Universitas Sumatera Utara

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit
(Lukman, 2005). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember
2001, LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan
akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit
sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut
rugi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba perusahaan semakin meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif,
sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).
Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank yang sudah
ditarik atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada
bank lain (Kasmir, 2008). Akan tetapi rasio ini, menggambarkan kemampuan
bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maka semakin
tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank, hal ini sebagai
akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar (Veithzal, dkk., 2007:724).
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total
dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga
(DPK) yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang

35
Universitas Sumatera Utara

diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Kriteria penilaian
tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

No
1
2
3
4
5

Tabel 2.4
Predikat Loan to Deposit Ratio
Rasio
Predikat
50% < LDR ≤ 75%
Sangat Baik
75% < LDR ≤ 85%
Baik
85% < LDR ≤ 100%
Cukup Baik
100% < LDR ≤ 120%
Kurang Baik
LDR > 120%
Tidak Baik

Sumber : Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.1.4.5 Return on Assets (ROA)
Salah satu penilaian dari aspek earning adalah rasio laba terhadap total aset
atau ROA (Return on Assets). ROA adalah rasio yang menunjukkan perbandingan
antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank. Rasio ini menunjukkan tingkat
efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan. ROA
merupakan indikator kemampuan kemampuan perbankan untuk memperoleh laba
atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank (Pandia, 2012:71). Semakin besar
ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semaikin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan
aset.Angka ROA yang ditetapkan Bank Indonesia adalah minimal adalah 1,5%.
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba bersih terhadap total
assets. Laba bersih merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total
assets merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total
assets yang sering digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah
dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga.

36
Universitas Sumatera Utara

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut
ini:
Tabel 2.5
Peringkat Bank Berdasarkan ROA
No
Rasio
Predikat
1 2% < ROA
Sangat Baik
2 1,25% < ROA ≤ 2%
Baik
3 0,5% < ROA ≤ 1,25%
Cukup Baik
4 0% < ROA ≤ 0,5%
Kurang Baik
5 ROA ≤ 0%
Tidak Baik
Sumber : Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.2 Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.

Defri (2012) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Capital
Adequancy Ratio, Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Tingkat
Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ROA. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, LDR,
dan BOPO. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian tersebut variabel CAR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. LDRberpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA, dan BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

2.

Rizkita (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
CAR, BOPO, NIM, LDR Terhadap Perubahan Laba Perbankan yang

37
Universitas Sumatera Utara

Terdaftar di BEI”. Variabel dependen yang digunakan ROA. Sedangkan
variabel independen yang digunakan adalah CAR, BOPO, NIM, dan LDR.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan uji
hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial,
serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan level
5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normlitas,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Bedasarkan
hasil penelitian CAR, NIM, dan LDR berpengaruh secara parsial terhadap
ROA.
3.

Prasanjaya dan Ramantha (2013) melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Resiko CAR,LDR,BOPO dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Profitabilitas Bank yang terdaftar di BEI. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah CAR,LDR,BOPO dan Ukuran
Perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji F dan Uji t.
Hasil

penelitian

dengan

melakukan Uji

F memperlihatkan

rasio

CAR,BOPO,LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan Terhadap
ROA, Sedangkan Hasil Uji t menunjukkan rasio CAR dan BOPO
berpengaruh signifikan terhadap ROA namun rasio LDR dan Ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
4.

Heydari dan Abdoli (2015) melakukan penelitian yang berjudul “
The Effect of Credit Risk Management and Capital adequacy of the
Boarding costs Against Business Finance Bank. Variabel dependen yang

38
Universitas Sumatera Utara

digunakan adalah ROA. Sedangkan variabel Idependen yang digunakan
adalah Jumlah kredit, Likuiditas dan Kecukupan modal. Teknik analisis
yang digunakan adalah Analisis Multivariat - regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara cadangan kerugian pinjaman dan adanya
hubungan positif rasio likuiditas dan rasio kecukupan modal dengan kinerja
bank.
5.

Prasetyo dan Darmayanti (2015) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Resiko Kredit, Likuiditas, Kecukupan Modal, dan Efisiensi
Operasional Terhadap Profitabilitas Pada PT BPD Bali. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah Risiko Kredit, Likuiditas, kecukupan
modal dan Efisiensi Operasional. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan Risiko Kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA,
Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, Kecukupan modal
berpengaruh negative tidak signifikan terhadap ROA, dan Efisiensi
Operasional berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

39
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No
1

2

3

4

5

Peneliti
Defri (2012)

Andra Rizkita
(2012)

Judul Penelitian
Pengaruh
Capital
Adequancy
Ratio,
Likuiditas
dan
Efisiensi Operasional
TerhadapProfitabilitas
Perusahaan
Perbankan
yang
Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Analisis
Pengaruh
CAR, BOPO, NIM,
NPL
dan
LDR
Terhadap Perubahan
Laba Perbankan yang
Terdaftar di BEI

A.A
Yogi
Prasanjaya dan
I
Wayan
Ramantha
(2013)

Analisis
Pengaruh
Rasio CAR, BOPO,
LDR, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Profitabilitas
Bank
yang Terdaftar di BEI

Dwi
Agung
Prasetyo dan
Ni Putu Ayu
Darmayanti
(2015)

Pengaruh
Risiko
Kredit,
Likuiditas,
Kecukupan
Modal
dan
Efisiensi
Operasional Terhadap
Profitabilitas pada PT
BPD Bali

Mohsen
Heydari dan
Mohamadreza
Abdoli (2015)

The Effect of Credit
Risk Management and
Capital adequacy of
the Boarding costs
Against
Business
Finance Bank.

Variabel
Penelitian
Dependen:
ROA

Independen:
1. CAR
2.
LDR
3.BOPO
Dependen :
ROA
Independen :
1. CAR
2. BOPO
3. NIM
4. NPL
5. LDR
Dependen :
ROA
Independen :
1. CAR
2. BOPO
3. LDR
4.
Ukuran
Perusahaan
Dependen :
ROA

Metode
Analisis
Regresi
Linier
Berganda

1.
CAR
dan
LDR
berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap
ROA
2. BOPO berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap ROA

Regresi
Linier
Berganda

1. CAR, NIM, dan LDR
berpengaruh
positif
signifikan terhadap ROA
2. BOPO dan NPL tidak
berpengaruh terhadap ROA

Regresi
Linier
Berganda

CAR, BOPO, LDR, dan
Ukuran
Perusahaan
Berpengaruh
Secara
Simultan Terhadap ROA

Regresi
Linier
Berganda

1.
Risiko
Kredit
berpengaruh negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
2. Likuiditas berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap Profitabilitas
3.
Kecukupan
modal
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
profitabilitas
4. Efisiensi Operasional
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Profitabilitas.
1. Pada tingkat kepercayaan
95% menunjukkan ada
hubungan negatif antara
cadagan kerugian pinjaman
2. Adanya hubungan positif
rasio likuiditas dan rasio
kecukupan modal dengan
kinerja bank

Independen :
1.
Risiko
Kredit
2. Likuiditas
3.Kecukupan
Modal
4.
Efisiensi
Operasional

Dependen:
ROA
Independen:
1.
Jumlah
Kredit
2. Likuiditas
3. Kecukupan
Modal

Hasil Penelitian

Regresi
Linier
Berganda

40
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang
maksimal. Return on Assets (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2005). Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank.ROA
penting bagi bank karena rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya.
Menurut Siamat (2005:291), fungsi utama modal yaitu untuk memenuhi
kebutuhan minimum dan untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin besar Capital
Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi
penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah.Dalam
hal ini bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas
pengambilan risiko. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank,
dikarenakan perusahaan mampu menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang beresiko. Jika CAR tinggi maka perusahaan mampu membiayai
kegiatan operasional dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas bank.
Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar
sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut menunjukkan ROA
semakin tinggi.Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola danayang

41
Universitas Sumatera Utara

dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk
kredit. Logika teori tersebut didukung oleh hasil penelitian Rizkita (2012)yang
menyatakan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif terhadap
ROA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu
maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit akan
meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi. Penelitian ini
dibuktikan oleh Rizkita (2012) yang menyatakan LDR berpengaruh postif
signifikan terhadap ROA.
Non Performing Loan adalah perbandingan total pinjaman bermasalah
dibanding dengan total pinjaman diberikan pihak ketiga. Non Performing Loan
merupakan proksi dari resiko kredit yang terdapat dalam laporan keuangan
publikasi.Dengan demikin kenaikan Non Performing Loan mengakibatkan laba
menurun sehingga ROA menjadi semakin kecil. Semakin tinggi NPL maka
kinerja bank menurun dan sebaliknya (Yonira, 2014). Pengaruh NPL terhadap
ROA didukung oleh penelitian Dewi (2015) bahwa Non Performing Loan
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Biaya

Operasional

terhadap

Pendapatan

Operasional

(BOPO)

perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional.Bank
yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi
dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya
jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk
memperoleh pendapatan operasional (Rivai, 2007:722). Semakin rendah BOPO,
berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya

42
Universitas Sumatera Utara

operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh
bank akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan Pamularsih (2013) BOPO
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Berikut adalah gambar kerangka
konseptual:

KESEHATAN
BANK

Kecukupan Modal
(CAR) (X1)

Likuiditas (LDR)
(X2)

Profitabilitas
Bank ROA (Y)

Resiko kredit
(NPL) (X3)

Efisiensi
Operasional
(BOPO) (X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan bahwa terdapat
Pengaruh Aspek Kesehatan Bank terhadap Profitabilitas Bank Konvensional yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.

43
Universitas Sumatera Utara