Pengaruh Aspek Kesehatan Bank Terhadap Profitabilitas Bank Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam
pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan
perekonomian tidak bisa terlepas dari besarnya peranan lembaga keuangan.
Secara umum lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang
keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya
menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana
(Kasmir, 2012:12). Dalam menunjang perkembangan perekonomian di Indonesia,
Sektor perbankan merupakan bagian penting dari infrastruktur untuk kinerja
kebijakan ekonomi makro dan moneter yang kuat di tingkat nasional (Javaid et
al., 2011). Dinamisnya aktivitas perekonomian masyarakat menuntut setiap
lembaga keuangan mampu memberikan kepercayaan bagi masyarakat dalam
fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial
intermediary).
Secara umum tujuan perbankan di Indonesia dijelaskan dalam pasal 4
undang-undang No. 10 tahun 1998, yaitu: perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan

kesejahteraan masyarakat banyak. Efisien dan optimalnya penghimpunan dan
penyaluran dana yang dilakukan oleh bank akan sejalan dengan tujuan utama
perbankan yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang optimal (Miadalyni, 2013).

1
Universitas Sumatera Utara

Kesehatan merupakan hal yang penting dalam berbagai bidang kehidupan,
baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan
gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti halnya
manusia yang harus menjaga selalu kesehatannya.Perbankan juga harus selalu
dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Bank
yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi pihak
lain. Penilaian tingkat kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank
memperoleh dana dan mengelola dana dari masyarakat yang dipercayakan kepada
bank tersebut. Masyarakat yang sebagai pemilik dana dapat saja menarik dana
yang dimiliki nya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang
dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.
Dengan sehatnya suatu bank menandakan kinerja sebuah bank itu baik
dalam menjalankan kegiatan operasinya dan memperoleh laba, laba atau sering

disebut profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
selama periode tertentu (Munawir, 2010:33). Profitabiltas di dalam dunia
perbankan sangat penting, baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah, dan
masyarakat (Audhya, 2014). Oleh karena itu bank perlu menjaga profitabilitas
agar tetap stabil atau bahkan meningkat. Return on Asset (ROA) digunakan
sebagai proksi dalam mengukur profitabilitas suatu bank. Return on Asset
digunakan karena merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi bank dan
digunakan untuk mengukur efektivitas bank dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan total aktiva-aktiva yang dimilikinya (Agustiningrum, 2013).

2
Universitas Sumatera Utara

Menurut SK Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR Tgl 19 Maret
1998, suatu bank dikatakan sehat apabila bebas perselisihan interen, tidak ada
campur tangan pihak ekstern, terhindar dari praktek perbankan lain yang dapat
membahayakan usaha bank. Selain itu, dalam menilai sehat atau tidaknya suatu
bank, ada alat ukur untuk mengetahui indikator kesehatan bank, yaitu berupa
faktor kualitatif dan faktor kuantitatif. Namun biasanya faktor yang mudah diukur
adalah faktor kuantitatif berupa rasio-rasio keuangan, karena datanya mudah

diperoleh. Dengan kata lain rasio-rasio keuangan tersebut kita bisa gunakan untuk
mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap profitabilitas bank setiap
tahunnya.
Mengenai sistem penelitian tingkat kesehatan bank dapat diukur
berdasarkan faktor CAMELS (sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004). Namun saat ini penilaian menggunakan faktor CAMELS
telah digantikan dengan sistem penilaian yang berdasarkan pendekatan Risiko
Risk-Based Bank Rating /RBBR yang terdiri dari Profil Risiko (Risk Profile),
Good Corporate Govermance (GCG). Rentabilitas (Earnings) dan Permodalan
(Capital) (Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia NO.13/24/DPNP 25
Oktober 2011). Menurut SE BI No.13/24/DPNP 25 Oktober 2011 ini, bank wajib
memelihara dan / atau meningkatkan Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dalam
penelitian ini Tingkat Kesehatan Bank yang digunakan adalah Risk-Based Bank
Rating. Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank ini merupakan tata cara
penilaian baru menggantikan tata cara penilaian sebelumnya yaitu analisis

3
Universitas Sumatera Utara


CAMELS. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dan
dijadikan proksi dari indikator-indikator RBBR adalah Non Performing Loan
(NPL) dan Loan to Deposito Ratio (LDR) merupakan proksi dari profil risiko,
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan proksi
dari Good Corporate Governance, Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan
proksi dari permodalan, Return on Assets (ROA) merupakan proksi dari
rentabilitas.
Di dalam dunia perbankan, modal merupakan hal yang paling utama dalam
menjalankan operasional perbankan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai
financial intermediary yang mempertemukan surplus unit of fund dengan defisit
unit of fund bank juga harus menjaga rasio kecukupan modalnya atau CAR
(Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 1998). Menurut Dendawijaya (2009:121) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dan modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. Dengan
adanya modal yang memadai, bank dapat melakukan kegiatan operasionalnya
secara efisien yang akan memberikan keuntungan pada perusahaan tersebut. CAR
yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya kepercayaan
masyarakat yang stabil. Hal ini disebabkan karena bank mampu untuk

menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko. Semakin tinggi

4
Universitas Sumatera Utara

CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga
laba bank semakin meningkat.
Dalam upaya bank meningkatkan laba, bank harus memenuhi standar
kecukupan modalnya. Tingkat kecukupan modal yang memadai dapat melindungi
sebuah bank ketika mengalami kerugian dari aktivitas operasionalnya yang tidak
terduga (Anjani, 2014). Dengan cukupnya permodalan, suatu bank dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya. Modal bank diperoleh dari pemilik bank
sendiri dan melalui Dana Pihak Ketiga yaitu masyarakat. Berdasarkan peraturan
Bank Indonesia No.15/12/PBI/2013 permodalan minimum yang harus dimiliki
oleh suatu bank adalah 8%. Berikut perkembangan Jumlah Aset terbesar bank
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia :
Tabel 1.1
Total Aset Terbesar Perbankan Indonesia Tahun 2013-2015
No


Bank

1
Mandiri
2
BRI
3
BCA
4
BNI
5
CIMB Niaga
Sumber: Kompas.com

2013
733 trilliun
606 trilliun
447 trilliun
386 trilliun
224 trilliun


Total Asset
2014
798,19 trilliun
705,29 trilliun
537,21 trilliun
416,05 trilliun
227,73 trilliun

2015
905, 76 trilliun
802, 30 trilliun
584, 44 trilliun
456, 46 trilliun
244, 28 trilliun

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat kita lihat bahwa bank Mandiri dalam 3
(tiga) tahun berturut-turut adalah bank yang memiliki jumlah aset terbesar dengan
kenaikan jumlah aset pada tahun 2014 sebesar 8,89% dan mengalami kenaikan
kembali sebesar 13,47% pada tahun 2015. Walupun bank Mandiri memiliki

jumlah aset terbesar dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut, Namun berdasarkan
kenaikan jumlah aset tertinggi dimiliki oleh bank BCA yaitu sebesar 20,18% pada
tahun 2014 dan 8,79% di tahun 2015, selanjutnya diikuti oleh bank BRI, yaitu
sebesar 16,38% pada tahun 2014 dan 13,75% di tahun 2015. Hal ini menandakan

5
Universitas Sumatera Utara

bahwa bank-bank tersebut dalam keadaan yang cukup sehat. Sehatnya suatu bank
menandakan kinerja sebuah bank itu baik dalam menjalankan kegiatan operasinya
dan memperoleh laba, laba atau sering disebut profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).
Walaupun tidak mengalami kenaikan yang cukup besar seperti bank BCA,
BRI dan Mandiri, peningkatan jumlah aset juga terjadi pada bank-bank lain
seperti bank BNI yang mengalami kenaikann sebesar 7,78% pada tahun 2014 dan
sebesar 9,71% pada tahun 2015 kemudian pada bank CIMB mengalami kenaikan
1,66% pada tahun 2014 dan sebesar 7,26% pada tahun 2015.
Selain kecukupan modal, pengelolaan likuiditas juga merupakan masalah
yang cukup kompleks dalam kegiatan operasional suatu bank, hal tersebut
dikarenakan dana yang dikelola oleh bank sebagian besar adalah dana dari

masyarakat yang bersifat jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu
(Puspitasari, 2009). Kemampuan bank dalam mengelola likuiditasnya akan
berdampak terhadap kepercayaan masyarakat kepada bank itu sendiri sehingga
akan membantu kegiatan operasional maupun keberadaan bank tersebut.
Manajemen likuiditas sangat penting dalam sebuah organisasi untuk memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek dalam kegiatan operasionalnya (Saleem dan
Rehman, 2011). Secara teknis likuiditas dapat diartikan kemampuan terusmenerus perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (Uremadu et al.
,2012). Menurut Kasmir (2011:73) kredit dapat berupa uang atau tagihan yang
nilainya diukur dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank

6
Universitas Sumatera Utara

(Kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) dengan perjanjian yang telah
dibuatnya.
Biaya operasi merupakan elemen penting dalam aktivitas ekonomi pada
suatu perusahaan dalam pembentukan laba. Menurut Nafarin (2004:67)
menyatakan bahwa biaya operasi adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam
suatu organisasi guna pelaksanaan aktivitas serta pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.

Net income atau sering disebut laba bersih didefinisikan sebagai hasil
operasi terakhir setelah bunga dan pajak. Tinggi rendahnya perubahan hutang dan
investasi dapat mempengaruhi perusahaan untuk memperoleh laba (Desiani,
2011). Sebuah perusahaan dalam kegiatan operasinya yang dilakukan pada suatu
tahun tertentu. Dengan naiknya Net income per tahun bank menandakan bahwa
kinerja suatu perbankan dapat dikatakan baik dalam proses investasi maupun
kegiatan operasi yang dilakukan selama tahun tersebut.
Efisiensi operasional adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan yang
dalam melakukan kegiatan operasionalnya dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada dengan optimal dan efisien sehingga profitabilitas perusahaan dapat
meningkat. Menurut Purba (2011) dalam Prasetyo dan Darmayanti (2015:2603)
efisiensi adalah “melakukan sesuatu secara tepat”, efisiensi didefinisikan sebagai
hubung an input dan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai
untuk melakukan aktivitas operasional. Secara sederhana efisiensi operasional
adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola input menjadi output dengan
efisien. Dalam penelitian ini Efisiensi Operasional diukur dengan skala ukur

7
Universitas Sumatera Utara


Biaya

Operasional

terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO).

Menurut

Dendawijaya (2009:119) BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Jika tingkat
BOPO yang dihasilkan semakin rendah maka kinerja manajemen dari bank
tersebut berarti semakin baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank lebih efisien
dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk kegiatan operasionalnya.
Tabel 1.2
Modal, Total kredit, Kredit bermasalah, Biaya operasional dan Net income Bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Jutaan Rupiah)
Bank

Modal
Total kredit
Kredit Bermasalah
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
BKSW
863.0
1.513. 2.280. 3.168. 8.197.
15.09
23.13
18.85
46.79
68
028
924
908
682
3.659
3
4
0
BNGA
22.56
25.79
28.44
3.286. 3.497. 6.881.
75.27
77.99
268.3
7.773
2.028
6.960
909
420
335
0
2
72
BEKS
654.1
717.9
636.1
5.654. 6.788. 6.578.
562.5
458.2
456.5
84
16
46
001
755
209
73
40
27
Sumber: Data diambil dari masing-masing laporan keuangan Bank tahun 2012-2014 secara acak

Biaya Operasional
2012
2013
2014
256.7
392.2
457.0
80
78
54
6.056. 6.495. 6.830.
466
003
462
854.0
970.4
953.4
40
73
57

2012
(29.49
9)
4.249.
861
46.86
5

Net Income
2013
2014
3.357
120.7
79
4.296. 2.343.
151
840
96.27
(119.1
2
73)

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pada Bank QNB Kesawan
(BKSW) mengalami kenaikan jumlah kredit bermasalah tahun 2014 sebesar
148,17% namun pada net income pada tahun 2014 justru mengalami kenaikan
sebesar 3.497%. Hal ini sangat berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa
kenaikan jumlah kredit akan mengakibatkan penurunan jumlah profitabilitas bank
dikarenakan pihak bank harus membayar sejumlah uang yang dinyatakan dalam
bentuk kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang yang mengakibatkan
bank harus mengeluarkan sejumlah dana dalam kegiatan operasionalnya.
Pada jumlah biaya operasional bank QNB kesawan dapat dilihat bahwa
tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 16,51% namun pada net income bank
QNB Kesawan justru mengalami kenaikan pula sebesar 3.497%. Hal ini juga

8
Universitas Sumatera Utara

sangat berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa kenaikan jumlah biaya
operasional sebuah bank akan mengakibatkan jumlah net income bank mengalami
penurunan dikarenakan bank harus membayar sejumlah dana untuk kegiatan
operasional bank tersebut, dan ini akan mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah
uang yang diterima sebuah bank dalam kegiatan operasionalnya. Tingginya
tingkat rasio Non Performing Loan memiliki arti kualitas kredit suatu bank buruk
dan menyebabkan kredit bermasalah semakin banyak, sehingga kerugian yang
timbul akibat kredit bermasalah semakin besar (Fifit, 2013). Bank memberikan
pinjaman kepada nasabah, namun ketika nasabah gagal memenuhi kewajibannya
maka masalah kredit macet akan meningkat (Kargi, 2014). Manajemen bank harus
mengetahui

bagaimana

kebijakan

kredit

dapat

mempengaruhi

kegiatan

operasional bank, sehingga akan berdampak pula terhadap tingkat profitabilitas
yang dicapai oleh bank itu sendiri (Nawaz dan Munir, 2012). Hal ini menandakan
bahwa semakin tinggi jumlah kredit bermasalah dapat mengakibatkan penurunan
laba pada perusahaan perbankan.
Pada bank CIMB Niaga (BNGA) jumlah modal mengalami kenaikan pada
tahun 2014 sebesar 9,33%. Namun pada net income bank tersebut justru
mengalami penurunan sebesar 45,44%. Hal tersebut berbeda dengan teori yang
menyatakan bahwa kenaikan jumlah modal sebuah bank akan mengakibatkan net
income bank tersebut meningkat. Modal merupakan instrument yang cukup
penting dalam kegiatan operasional bank, dengan adanya modal yang cukup, bank
dapat menjalankan aktivitas operasionalnya dengan baik sehingga laba bisa

9
Universitas Sumatera Utara

bertambah dengan memanfaatkan modal sebagai sumber dana untuk memperoleh
keuntungan.
Pada jumlah total kredit tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 96,75%.
Namun pada net income mengalami penurunan pada tahun yang sama sebesar
45,44%. Hal ini sangat berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa kenaikan
jumlah total kredit yang dimiliki sebuah bank akan mengakibatkan jumlah net
income bank tersebut meningkat. Dikarenakan bank terlah memperoleh jumlah
dana akibat aktivitas operasionalnya dalam hal menyalurkan kredit kepada pihak
debitur.
Pada bank Pundi (BEKS) dapat dilihat bahwa keadaan Modal, Total
Kredit, Kredit bermasalah dan Biaya Operasional mengalami penurunan dari
tahun 2013-2014 dilihat dari keadaan Modal pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 11,38 %, Total Kredit mengalami penurunan sebesar 2,95 % ,
keadaan Kredit bermasalah mengalami penurunan sebesar 0,37 % dan keadaan
Biaya Operasional mengalami penurunan sebesar 1,75 % namun keadaan Net
income bank Pundi justru mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar
223,78 %.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Aspek Kesehatan Bank terhadap Profitabilitas Bank
Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2014”

10
Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah Pengaruh Aspek Kesehatan Bank
terhadap Profitabilitas Bank Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek
IndonesiaTahun 2010-2014?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Pengaruh Aspek Kesehatan Bank terhadap Profitabilitas
Bank Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan Perbankan
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada pihak manajemen
ataupun pengambil kebijakan dari perusahaan dalam menetapkan
kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan,
khususnya profitabilitas bank.
2. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dapat
menjadi acuan, perbandingan, dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi untuk
penelitian selanjutnya secara meluas dan mendalam yang berkaitan dengan
manajemen keuangan bank.

11
Universitas Sumatera Utara