PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Peraturan Perundang – undangan tentang
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Yasda - 1
DASAR HUKUM
UU No. 12 Tahun 1985 jo
UU No. 12 Tahun 1994
PP No. 25 Tahun 2002
KMK No. 523/KMK.04/1998
KEP-16/PJ.6/1998
Yasda - 2
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)
ADALAH
PAJAK KEBENDAAN ATAS
BUMI DAN/ATAU BANGUNAN
DIKENAKAN TERHADAP
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI ATAU BADAN
SECARA NYATA:
• MEMPUNYAI HAK DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BUMI,
DAN/ATAU
• MEMILIKI, MENGUASAI, DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS
BANGUNAN
Yasda - 3
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
BUMI
ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YG MELIPUTI TANAH
DANPERAIRAN PEDALAMAN
SERTA LAUT WILAYAH
INDONESIA, DAN TUBUH BUMI YG
ADA DIBAWAHNYA
Pasal 1 angka 1
BANGUNAN
ADALAH :
KONSTRUKSI TEKNIK
YG DITANAM ATAU
DILEKATKAN SECARA
TETAP PADA TANAH
DAN/ATAU PERAIRAN
Pasal 1 angka 2
Yasda - 4
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
BANGUNAN
TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN ADALAH (Penjelasan
Pasal 1 angka 2) :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
Jalan tol;
Kolam renang;
Pagar mewah;
Tempat olah raga;
Galangan kapal, dermaga;
Taman mewah;
Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Yasda - 5
FAKTOR YANG MENENTUKAN
KLASIFIKASI OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)
BUMI/TANAH
- Letak
- Peruntukan
- Pemanfaatan
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
BANGUNAN
- Bahan bangunan
- Rekayasa
- Letak
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
Yasda - 6
OBJEK PAJAK
YANG TIDAK DIKENAKAN PBB
Pasal 3 ayat (1)
ADALAH OBJEK PAJAK YANG :
§
§
§
§
§
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak;
Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Yasda - 7
OBJEK PAJAK
YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
Pasal 3 Ayat (2)
PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR
LEBIH LANJUT DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
Yasda - 8
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
ORANG ATAU BADAN
Memperoleh
manfaat
atas bangunan
Memperoleh
manfaat
atas bumi
Memiliki,
menguasai
bangunan
Mempunyai
suatu hak
atas bumi
Pasal 4 ayat (2)
SUBJEK
PAJAK
Dikenakan
kewajiban
membayar
pajak
WAJIB
PAJAK
Yasda - 9
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)
Dirjen
Dirjen Pajak
Pajak menetapkan
menetapkan Subjek
Subjek
Pajak
Pajak
Objek
Objek Pajak
Pajak yang
yang belum
belum jelas
jelas Wajib
Wajib
Pajaknya
Pajaknya
Yasda - 10
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)
Pasal 3 Ayat (3)
NJOPTKP
Berbeda untuk masing-masing daerah, maks Rp 12 juta
Per Wajib Pajak;
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa
pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu
pajak yang nilainya terbesar.
Objek
Objek
Yasda - 11
DASAR PENGENAAN
Pasal 6 Ayat (1), (2)
NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak)
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar
Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual
Objek Pajak ditentukan melalui :
- perbandingan harga dengan Objek lain yang sejenis;atau
- nilai perolehan baru; atau
- Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya
Yasda - 12
PENENTUAN NJOP
PENILAIAN
PENILAIAN OBJEK
OBJEK PBB
PBB
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Data Pasar
(Market Data Approach)
Pendekatan Biaya
(Cost Approach)
Pendekatan Pendapatan
(Income Approach)
CARA PENILAIAN
Penilaian Massal
Penilaian Individual
Yasda - 13
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
Pendekatan Biaya (Cost Approach)
NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis
dengan Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya.
Pendekatan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah,
namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan
terutama untuk menentukan NJOP bangunan dengan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis
dikurangi dengan penyusutan phisiknya.
Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetapi
ditentukan berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut
Pendekatan ini terutama digunakan untuk menentukan NJOP galian tambang
atau objek perairan
Yasda - 14
CARA PENILAIAN
Penilaian Massal (Mass Appraissal)
NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap
Zona Nilai Tanah (ZNT).
NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
dikurangi penyusutan phisik.
Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program komputer
(Computer Assisted Valuation / CAV).
Penilaian Individual (Individual Appraissal)
Diterapkan untuk Objek tertentu yang bernilai tinggi atau keberadaannya mempunyai sifat
khusus, antara lain :
Jalan tol
Pelabuhan laut/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/pupuk
PLTA, PLTU, PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain sejenisnya
Objek pajak tertentu, seperti rumah mewah, pompa bensin, jalan tol, lap. golf, Objek
rekreasi, usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Yasda - 15
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
NILAI
NILAI JUAL
JUAL KENA
KENA PAJAK
PAJAK
1.
1.
2.
2.
OBJEK
OBJEKPAJAK
PAJAKPERKEBUNAN,
PERKEBUNAN,
KEHUTANAN,
DAN
KEHUTANAN, DANPERTAMBANGAN;
PERTAMBANGAN;
OBJEK
OBJEKPAJAK
PAJAKLAINNYA
LAINNYABILA
BILANJOP
NJOPRp.
Rp.11
MILYAR
MILYARATAU
ATAULEBIH
LEBIH
40% X NJOP
40% X NJOP
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
20% X NJOP
20% X NJOP
Yasda - 16
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)
NILAI
NILAI JUAL
JUAL KENA
KENA PAJAK
PAJAK
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
Yasda - 17
TARIF
Pasal 5
TARIF
TARIF TUNGGAL
TUNGGAL
0,5 %
Yasda - 18
CARA MENGHITUNG
PBB =
TARIF
=
=
0,5%
0,5%
x
NJKP
x 20% x NJOP
x 40% x NJOP
NJOP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) NJOPTKP
Yasda - 19
TAHUN PAJAK, SAAT, DAN TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG
Pasal 8 ayat (1), (2), (3)
Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun takwim, yaitu dari tanggal 1 Januari
s/d 31 Desember.
Saat yang menentukan pajak terutang
Adalah menurut keadaan Objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Tempat Pajak Terutang :
untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta;
untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten/Kota;
yang meliputi letak Objek pajak.
Yasda - 20
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
WAJIB PAJAK MENGISI SPOP
• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
Yasda - 21
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10
SPOP
tidak disampaikan dalam
waktu 30 hari
disampaikan dalam waktu
30 hari
Setelah
Setelah ditegor
ditegor secara
secara tertulis
tertulis
SPPT
SPPT
SKP
SKP
BERDASARKAN
BERDASARKANPEMERIKSAAN/
PEMERIKSAAN/DATA
DATA
LAIN
SPOP
TIDAK
BENAR
LAIN SPOP TIDAK BENAR
Yasda - 22
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 11, 12, 13, dan 14
DASAR PENAGIHAN
SPPT
SKP
6 bulan
1 bulan
1 bulan
STP
SEJAK
D
I
T
E
R
I
M
A
TEMPAT
PEMBAYARAN
- Bank,
- Kantor Pos ,
- Tempat lain
yg ditunjuk
MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN
KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK KEPADA :
- GUBERNUR
- BUPATI/WALIKOTA
Yasda - 23
SURAT PAKSA
psl 13
Jumlah pajak terutang berdasarkan STP yang:
Tidak dibayar pada Waktunya
Dapat
Ditagih dgn Surat Paksa
Yasda - 24
PENDAFTARAN, PENAGIHAN,
DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 dan 10
SPOP
DIKEMBALIKAN
30 hr
TIDAK
SKP
+ denda 25%
dari pokok
pajak
YA
SPPT
Ternyata SPOP
tdk benar
(Ketetapan
kurang)
6 bulan
JATUH TEMPO
STP
+ bunga 2%
sebulan
(maks 24
bulan)
KLN
SKP
+ denda 25%
dari selisih
pajak terutang
1 bulan
1 bln
JATUH
TEMPO
Segera
stlh.
TEGORAN
7 hari
21 hr
SURAT
PAKSA
2 X 24 JAM
PERMINTAAN JADWAL
WAKTU & TEMPAT PELELANGAN
14 hr
SURAT PERINTAH
MELAKUKAN PE- NYITAAN
Yasda - 25
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 15 dan 16
Keberatan diajukan atas :
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT);
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Jangka waktu pengajuan keberatan adalah 3 (tiga) bulan setelah SPPT atau SKP
diterima oleh WP kecuali WP dalam keadaan di luar kekuasaannya.
Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas keberatan WP paling lama
12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.
Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak, atau menambah jumlah pajak terutang.
Keberatan dapat diajukan dalam hal terjadi perbedaan persepsi antara Wajib Pajak dan
Fiskus
Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas keberatan terhadap keputusan Direktur
Jenderal Pajak kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Ketentuan banding PBB mengikuti ketentuan Pasal 27
UU No. 6 Tahun 1983
tentang KUP sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994.
Pengajuan keberatan atau banding tidak menunda pembayaran pajak.
Yasda - 26
PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN PBB
Pasal 18
DATI I
16,2 %
DATI I I
64,8 %
PEM. PUSAT
BIAYA PEMUNGUTAN
10 %
9%
- Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 83/KMK.04/1994
tanggal 19 Maret 1994, 10% bagian
pemerintah pusat dibagikan kepada
seluruh Daerah Tingkat II
- SKB DJA-DJP
KEP. 56/A/44/1996
KEP. 50/PJ.6/1996
Yasda - 27
ALUR PENERIMAAN PBB
TEMPAT
PEMBAYARAN
BANK
PERSEPSI/
KANTOR POS
Pelimpahan
Pembayaran
WAJIB
PAJAK
Pelimpahan
Pembayaran
BANK/
OPERASIONAL V
PETUGAS
PEMUNGUT
Pembagian
10%
PEM.
PUSAT
9%
BIAYA
PEMUNGUTAN
16,2%
Propinsi
64,8%
Kab/Kota
Yasda - 28
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20
Menteri Keuangan dalam hal :
PAJAK
TERUTANG
- Kondisi tertentu Objek pajak yang
ada hubungannya dengan subjek
pajak/sebab -sebab tertentu
lainnya
- Objek pajak terkena bencana alam
atau sebab lain yang luar biasa
DENDA
ADMINISTRASI
Dirjen Pajak
atas permintaan WAJIB PAJAK
karena hal-hal tertentu
Yasda - 29
KEWAJIBAN PEJABAT YANG DALAM
JABATAN/TUGAS PEKERJAANNYA
BERKAITAN LANGSUNG DENGAN Objek PAJAK
(Pasal 21 dan 22)
1. MENYAMPAIKAN LAPORAN BULANAN
MENGENAI SEMUA MUTASI DAN PERUBAHAN OBJEK PAJAK KEPADA DJP;
2. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ATAS PERMINTAAN DJP
KEWAJIBAN TERSEBUT BERLAKU
JUGA BAGI PEJABAT LAIN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN OBJEK PAJAK
KEWAJIBAN UNTUK MERAHASIAKAN
DITIADAKAN SEPANJANG MENYANGKUT
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PBB
TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN DIKENAKAN
SANKSI MENURUT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
Yasda - 30
HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR SECARA KHUSUS DALAM UU
PBB
Pasal 23
TIDAK DIATUR DALAM
UU PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
BERLAKU KETENTUAN :
- UU KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
- PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
Yasda - 31
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
KARENA
KARENA ALPA
ALPA
TIDAK
TIDAK MENGEMBALIKAN
MENGEMBALIKAN SPOP
SPOP
KEPADA
KEPADADITJEN
DITJEN PAJAK
PAJAK
SPOP
SPOP TIDAK
TIDAK BENAR/
BENAR/ TIDAK
TIDAK
LENGKAP
LENGKAP DAN/ATAU
DAN/ATAU MELAMPIRKAN
MELAMPIRKAN
KETERANGAN
KETERANGAN YANG
YANG TIDAK
TIDAK BENAR
BENAR
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
-- PIDANA
PIDANA KURUNGAN
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA
SELAMA-LAMANYA
66 (ENAM)
(ENAM) BULAN,
BULAN,ATAU
ATAU
-- DENDA
DENDA SETINGGI-TINGGINYA
SETINGGI-TINGGINYA 22 (DUA)
(DUA)
KALI
KALI PAJAK
PAJAK TERUTANG
TERUTANG
Yasda - 32
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25 ayat (1)
D E N G A N S E N G A J A
TIDAK MENGEM
BALIKAN/
MENYAM
PAIKAN
SPOP KEPADA
DITJEN PAJAK
SPOP TIDAK
BENAR/
TIDAK LENGKAP
DAN/ATAU
MELAMPIRKAN
KETERA
NGAN YANG
TIDAK BENAR
MEMPERLIHAT
KAN
SURAT/
DOKUMEN PALSU
ATAU
DIPALSUKAN
TIDAK
MEMPERLIHATK
AN/
MEMIN
JAMKAN
SURAT/
DOKUMEN
LAINNYA
TIDAK MENUN
JUKKAN/
MENYAM
PAIKAN DATA/
KETERA
NGAN YANG
DIPERLU
KAN
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
- PIDANA PENJARA SELAMA-LAMANYA 2 (DUA) TAHUN, ATAU
- DENDA SETINGGI- TINGGINYA 5 (LIMA) KALI PAJAK TERUTANG
Yasda - 33
Pasal 25 ayat (2), KETENTUAN PIDANA
(3) dan Pasal 26
Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan, yang dengan sengaja melakukan
tindakan :
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda
setinggi-tingginya
Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Ancaman pidana dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun terhitung sejak selesai menjalani
pidana penjara/sejak dibayarnya denda.
Tindak pidana tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
Yasda - 34
PENGENAAN PBB TERHADAP OBJEK PAJAK
YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL
KMK No. 523/KMK.04/1998
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS DAPAT DITENTUKAN
BERDASARKAN PENILAIAN SECARA INDIVIDUAL
KEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP. 16/PJ.6/1998
Objek Pajak yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :
Jalan tol
Pelabuhan laut/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/pupuk
PLTA, PLTU, PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain sejenisnya
Yasda - 35
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998
Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
pembangunan dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam
atau budidaya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan
dan alat, mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau
menghasilkan
SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk
suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari
satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar
standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu
tahun.
Yasda - 36
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Areal kebun :
Pasal 3
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanah++Jumlah
JumlahInvestasi
InvestasiTanaman
Tanaman
Perkebunan
Perkebunansesuai
sesuaidengan
denganSIT
SITmenurut
menurutumur
umurtanaman
tanaman
Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 37
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 4
A.Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Areal produktif :
NJOP
NJOP==8,5
8,5xxHasil
Hasilbersih
bersihsetahun
setahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajak
berjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 38
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
B.Untuk HPHTI
Pasal 5
Areal hutan :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanah++jumlah
jumlahbiaya
biayapembangunan
pembangunan
hutan
hutantanaman
tanamanindustri
industrimenurut
menurutumur
umurtanaman
tanaman
Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman
industri
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 39
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 6
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilpenjualan
penjualanminyak
minyakdan
dangas
gasbumi
bumi
dalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 40
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 7
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilpenjualan
penjualanenergi
energipanas
panasbumi/
bumi/listrik
listrik
dalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 41
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 8
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilbersih
bersihgalian
galiantambang
tambangdalam
dalamsatu
satu
tahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 42
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 9
Areal produktif :
NJOP
NJOP==Angka
Angkakapitalisasi
kapitalisasitertentu
tertentu XXhasil
hasilbersih
bersihgalian
galian
tambang
tambangdalam
dalamsetahun
setahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur
dalam kontrak yang berlaku
(Pasal 10)
Yasda - 43
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 11
Areal penangkapan ikan :
NJOP
NJOP==10
10xxHasil
Hasilbersih
bersihikan
ikandalam
dalamsatu
satutahun
tahun
sebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal pembudidayaan ikan
NJOP
NJOP==88xxHasil
Hasilbersih
bersihikan
ikandalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelum
tahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 44
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN DARAT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 12
Areal pembudidayaan ikan darat :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya++Standar
Standarbiaya
biayainvestasi
investasitambak
tambakmenurut
menurut
jenisnya
jenisnya
Areal emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 45
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 13
Areal tanah :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf
serta tempat rekreasi
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaijual
jualyang
yangditentukan
ditentukanberdasarkan
berdasarkankorelasi
korelasi
garis
garislurus
luruskesamping
kesampingdengan
denganklasifikasi
klasifikasiNJOP
NJOP
permukaan
permukaanbumi
bumiberupa
berupatanah
tanahsekitarnya
sekitarnya
Areal perairan untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) NJOP
NJOP==10
10XX(10
(10%
%dari
darihasil
hasilbersih
bersihdalam
dalamsatu
satutahun
tahun
sebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan)
berjalan)
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 46
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 14
Besarnya NJOP atas Objek Pajak yang bersifat khusus atau objek lainnya dapat
ditentukan berdasarkan penilaian individual yang dilaksanakan oleh pejabat
fungsional penilai dan dibuatkan laporan penilaian kemudian ditetapkan oleh
Kakanwil DJP atas nama Menteri Keuangan
Objek Pajak Khusus adalah Objek Pajak yang memiliki jenis konstruksi khusus
baik ditinjau dari segi bentuk, material pembentuk maupun keberadaannya
memiliki arti khusus seperti :
a. jalan tol
b. pelabuhan laut/sungai/udara
c. lapangan golf
d. industri semen/pupuk
e. PLTA, PLTU dan PLTG
f. pertambangan
g. tempat rekreasi
h. dan lain-lain yang sejenis
Yasda - 47
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Yasda - 1
DASAR HUKUM
UU No. 12 Tahun 1985 jo
UU No. 12 Tahun 1994
PP No. 25 Tahun 2002
KMK No. 523/KMK.04/1998
KEP-16/PJ.6/1998
Yasda - 2
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)
ADALAH
PAJAK KEBENDAAN ATAS
BUMI DAN/ATAU BANGUNAN
DIKENAKAN TERHADAP
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI ATAU BADAN
SECARA NYATA:
• MEMPUNYAI HAK DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BUMI,
DAN/ATAU
• MEMILIKI, MENGUASAI, DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS
BANGUNAN
Yasda - 3
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
BUMI
ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YG MELIPUTI TANAH
DANPERAIRAN PEDALAMAN
SERTA LAUT WILAYAH
INDONESIA, DAN TUBUH BUMI YG
ADA DIBAWAHNYA
Pasal 1 angka 1
BANGUNAN
ADALAH :
KONSTRUKSI TEKNIK
YG DITANAM ATAU
DILEKATKAN SECARA
TETAP PADA TANAH
DAN/ATAU PERAIRAN
Pasal 1 angka 2
Yasda - 4
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)
BANGUNAN
TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN ADALAH (Penjelasan
Pasal 1 angka 2) :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
Jalan tol;
Kolam renang;
Pagar mewah;
Tempat olah raga;
Galangan kapal, dermaga;
Taman mewah;
Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Yasda - 5
FAKTOR YANG MENENTUKAN
KLASIFIKASI OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)
BUMI/TANAH
- Letak
- Peruntukan
- Pemanfaatan
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
BANGUNAN
- Bahan bangunan
- Rekayasa
- Letak
- Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain
Yasda - 6
OBJEK PAJAK
YANG TIDAK DIKENAKAN PBB
Pasal 3 ayat (1)
ADALAH OBJEK PAJAK YANG :
§
§
§
§
§
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak;
Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Yasda - 7
OBJEK PAJAK
YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
Pasal 3 Ayat (2)
PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR
LEBIH LANJUT DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
Yasda - 8
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
ORANG ATAU BADAN
Memperoleh
manfaat
atas bangunan
Memperoleh
manfaat
atas bumi
Memiliki,
menguasai
bangunan
Mempunyai
suatu hak
atas bumi
Pasal 4 ayat (2)
SUBJEK
PAJAK
Dikenakan
kewajiban
membayar
pajak
WAJIB
PAJAK
Yasda - 9
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)
Dirjen
Dirjen Pajak
Pajak menetapkan
menetapkan Subjek
Subjek
Pajak
Pajak
Objek
Objek Pajak
Pajak yang
yang belum
belum jelas
jelas Wajib
Wajib
Pajaknya
Pajaknya
Yasda - 10
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)
Pasal 3 Ayat (3)
NJOPTKP
Berbeda untuk masing-masing daerah, maks Rp 12 juta
Per Wajib Pajak;
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa
pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu
pajak yang nilainya terbesar.
Objek
Objek
Yasda - 11
DASAR PENGENAAN
Pasal 6 Ayat (1), (2)
NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak)
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar
Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual
Objek Pajak ditentukan melalui :
- perbandingan harga dengan Objek lain yang sejenis;atau
- nilai perolehan baru; atau
- Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya
Yasda - 12
PENENTUAN NJOP
PENILAIAN
PENILAIAN OBJEK
OBJEK PBB
PBB
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Data Pasar
(Market Data Approach)
Pendekatan Biaya
(Cost Approach)
Pendekatan Pendapatan
(Income Approach)
CARA PENILAIAN
Penilaian Massal
Penilaian Individual
Yasda - 13
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
Pendekatan Biaya (Cost Approach)
NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis
dengan Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya.
Pendekatan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah,
namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan
terutama untuk menentukan NJOP bangunan dengan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis
dikurangi dengan penyusutan phisiknya.
Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetapi
ditentukan berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut
Pendekatan ini terutama digunakan untuk menentukan NJOP galian tambang
atau objek perairan
Yasda - 14
CARA PENILAIAN
Penilaian Massal (Mass Appraissal)
NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap
Zona Nilai Tanah (ZNT).
NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
dikurangi penyusutan phisik.
Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program komputer
(Computer Assisted Valuation / CAV).
Penilaian Individual (Individual Appraissal)
Diterapkan untuk Objek tertentu yang bernilai tinggi atau keberadaannya mempunyai sifat
khusus, antara lain :
Jalan tol
Pelabuhan laut/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/pupuk
PLTA, PLTU, PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain sejenisnya
Objek pajak tertentu, seperti rumah mewah, pompa bensin, jalan tol, lap. golf, Objek
rekreasi, usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Yasda - 15
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
NILAI
NILAI JUAL
JUAL KENA
KENA PAJAK
PAJAK
1.
1.
2.
2.
OBJEK
OBJEKPAJAK
PAJAKPERKEBUNAN,
PERKEBUNAN,
KEHUTANAN,
DAN
KEHUTANAN, DANPERTAMBANGAN;
PERTAMBANGAN;
OBJEK
OBJEKPAJAK
PAJAKLAINNYA
LAINNYABILA
BILANJOP
NJOPRp.
Rp.11
MILYAR
MILYARATAU
ATAULEBIH
LEBIH
40% X NJOP
40% X NJOP
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
20% X NJOP
20% X NJOP
Yasda - 16
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)
NILAI
NILAI JUAL
JUAL KENA
KENA PAJAK
PAJAK
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
Yasda - 17
TARIF
Pasal 5
TARIF
TARIF TUNGGAL
TUNGGAL
0,5 %
Yasda - 18
CARA MENGHITUNG
PBB =
TARIF
=
=
0,5%
0,5%
x
NJKP
x 20% x NJOP
x 40% x NJOP
NJOP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) NJOPTKP
Yasda - 19
TAHUN PAJAK, SAAT, DAN TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG
Pasal 8 ayat (1), (2), (3)
Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun takwim, yaitu dari tanggal 1 Januari
s/d 31 Desember.
Saat yang menentukan pajak terutang
Adalah menurut keadaan Objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Tempat Pajak Terutang :
untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta;
untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten/Kota;
yang meliputi letak Objek pajak.
Yasda - 20
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
WAJIB PAJAK MENGISI SPOP
• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
Yasda - 21
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10
SPOP
tidak disampaikan dalam
waktu 30 hari
disampaikan dalam waktu
30 hari
Setelah
Setelah ditegor
ditegor secara
secara tertulis
tertulis
SPPT
SPPT
SKP
SKP
BERDASARKAN
BERDASARKANPEMERIKSAAN/
PEMERIKSAAN/DATA
DATA
LAIN
SPOP
TIDAK
BENAR
LAIN SPOP TIDAK BENAR
Yasda - 22
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 11, 12, 13, dan 14
DASAR PENAGIHAN
SPPT
SKP
6 bulan
1 bulan
1 bulan
STP
SEJAK
D
I
T
E
R
I
M
A
TEMPAT
PEMBAYARAN
- Bank,
- Kantor Pos ,
- Tempat lain
yg ditunjuk
MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN
KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK KEPADA :
- GUBERNUR
- BUPATI/WALIKOTA
Yasda - 23
SURAT PAKSA
psl 13
Jumlah pajak terutang berdasarkan STP yang:
Tidak dibayar pada Waktunya
Dapat
Ditagih dgn Surat Paksa
Yasda - 24
PENDAFTARAN, PENAGIHAN,
DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 dan 10
SPOP
DIKEMBALIKAN
30 hr
TIDAK
SKP
+ denda 25%
dari pokok
pajak
YA
SPPT
Ternyata SPOP
tdk benar
(Ketetapan
kurang)
6 bulan
JATUH TEMPO
STP
+ bunga 2%
sebulan
(maks 24
bulan)
KLN
SKP
+ denda 25%
dari selisih
pajak terutang
1 bulan
1 bln
JATUH
TEMPO
Segera
stlh.
TEGORAN
7 hari
21 hr
SURAT
PAKSA
2 X 24 JAM
PERMINTAAN JADWAL
WAKTU & TEMPAT PELELANGAN
14 hr
SURAT PERINTAH
MELAKUKAN PE- NYITAAN
Yasda - 25
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 15 dan 16
Keberatan diajukan atas :
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT);
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Jangka waktu pengajuan keberatan adalah 3 (tiga) bulan setelah SPPT atau SKP
diterima oleh WP kecuali WP dalam keadaan di luar kekuasaannya.
Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas keberatan WP paling lama
12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.
Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak, atau menambah jumlah pajak terutang.
Keberatan dapat diajukan dalam hal terjadi perbedaan persepsi antara Wajib Pajak dan
Fiskus
Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas keberatan terhadap keputusan Direktur
Jenderal Pajak kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Ketentuan banding PBB mengikuti ketentuan Pasal 27
UU No. 6 Tahun 1983
tentang KUP sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994.
Pengajuan keberatan atau banding tidak menunda pembayaran pajak.
Yasda - 26
PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN PBB
Pasal 18
DATI I
16,2 %
DATI I I
64,8 %
PEM. PUSAT
BIAYA PEMUNGUTAN
10 %
9%
- Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 83/KMK.04/1994
tanggal 19 Maret 1994, 10% bagian
pemerintah pusat dibagikan kepada
seluruh Daerah Tingkat II
- SKB DJA-DJP
KEP. 56/A/44/1996
KEP. 50/PJ.6/1996
Yasda - 27
ALUR PENERIMAAN PBB
TEMPAT
PEMBAYARAN
BANK
PERSEPSI/
KANTOR POS
Pelimpahan
Pembayaran
WAJIB
PAJAK
Pelimpahan
Pembayaran
BANK/
OPERASIONAL V
PETUGAS
PEMUNGUT
Pembagian
10%
PEM.
PUSAT
9%
BIAYA
PEMUNGUTAN
16,2%
Propinsi
64,8%
Kab/Kota
Yasda - 28
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20
Menteri Keuangan dalam hal :
PAJAK
TERUTANG
- Kondisi tertentu Objek pajak yang
ada hubungannya dengan subjek
pajak/sebab -sebab tertentu
lainnya
- Objek pajak terkena bencana alam
atau sebab lain yang luar biasa
DENDA
ADMINISTRASI
Dirjen Pajak
atas permintaan WAJIB PAJAK
karena hal-hal tertentu
Yasda - 29
KEWAJIBAN PEJABAT YANG DALAM
JABATAN/TUGAS PEKERJAANNYA
BERKAITAN LANGSUNG DENGAN Objek PAJAK
(Pasal 21 dan 22)
1. MENYAMPAIKAN LAPORAN BULANAN
MENGENAI SEMUA MUTASI DAN PERUBAHAN OBJEK PAJAK KEPADA DJP;
2. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ATAS PERMINTAAN DJP
KEWAJIBAN TERSEBUT BERLAKU
JUGA BAGI PEJABAT LAIN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN OBJEK PAJAK
KEWAJIBAN UNTUK MERAHASIAKAN
DITIADAKAN SEPANJANG MENYANGKUT
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PBB
TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN DIKENAKAN
SANKSI MENURUT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
Yasda - 30
HAL-HAL YANG TIDAK DIATUR SECARA KHUSUS DALAM UU
PBB
Pasal 23
TIDAK DIATUR DALAM
UU PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
BERLAKU KETENTUAN :
- UU KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
- PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
Yasda - 31
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
KARENA
KARENA ALPA
ALPA
TIDAK
TIDAK MENGEMBALIKAN
MENGEMBALIKAN SPOP
SPOP
KEPADA
KEPADADITJEN
DITJEN PAJAK
PAJAK
SPOP
SPOP TIDAK
TIDAK BENAR/
BENAR/ TIDAK
TIDAK
LENGKAP
LENGKAP DAN/ATAU
DAN/ATAU MELAMPIRKAN
MELAMPIRKAN
KETERANGAN
KETERANGAN YANG
YANG TIDAK
TIDAK BENAR
BENAR
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
-- PIDANA
PIDANA KURUNGAN
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA
SELAMA-LAMANYA
66 (ENAM)
(ENAM) BULAN,
BULAN,ATAU
ATAU
-- DENDA
DENDA SETINGGI-TINGGINYA
SETINGGI-TINGGINYA 22 (DUA)
(DUA)
KALI
KALI PAJAK
PAJAK TERUTANG
TERUTANG
Yasda - 32
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25 ayat (1)
D E N G A N S E N G A J A
TIDAK MENGEM
BALIKAN/
MENYAM
PAIKAN
SPOP KEPADA
DITJEN PAJAK
SPOP TIDAK
BENAR/
TIDAK LENGKAP
DAN/ATAU
MELAMPIRKAN
KETERA
NGAN YANG
TIDAK BENAR
MEMPERLIHAT
KAN
SURAT/
DOKUMEN PALSU
ATAU
DIPALSUKAN
TIDAK
MEMPERLIHATK
AN/
MEMIN
JAMKAN
SURAT/
DOKUMEN
LAINNYA
TIDAK MENUN
JUKKAN/
MENYAM
PAIKAN DATA/
KETERA
NGAN YANG
DIPERLU
KAN
MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA
- PIDANA PENJARA SELAMA-LAMANYA 2 (DUA) TAHUN, ATAU
- DENDA SETINGGI- TINGGINYA 5 (LIMA) KALI PAJAK TERUTANG
Yasda - 33
Pasal 25 ayat (2), KETENTUAN PIDANA
(3) dan Pasal 26
Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan, yang dengan sengaja melakukan
tindakan :
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda
setinggi-tingginya
Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Ancaman pidana dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun terhitung sejak selesai menjalani
pidana penjara/sejak dibayarnya denda.
Tindak pidana tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
Yasda - 34
PENGENAAN PBB TERHADAP OBJEK PAJAK
YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL
KMK No. 523/KMK.04/1998
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS DAPAT DITENTUKAN
BERDASARKAN PENILAIAN SECARA INDIVIDUAL
KEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP. 16/PJ.6/1998
Objek Pajak yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :
Jalan tol
Pelabuhan laut/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/pupuk
PLTA, PLTU, PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain sejenisnya
Yasda - 35
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998
Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
pembangunan dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam
atau budidaya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan
dan alat, mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau
menghasilkan
SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk
suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari
satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar
standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu
tahun.
Yasda - 36
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Areal kebun :
Pasal 3
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanah++Jumlah
JumlahInvestasi
InvestasiTanaman
Tanaman
Perkebunan
Perkebunansesuai
sesuaidengan
denganSIT
SITmenurut
menurutumur
umurtanaman
tanaman
Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 37
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 4
A.Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Areal produktif :
NJOP
NJOP==8,5
8,5xxHasil
Hasilbersih
bersihsetahun
setahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajak
berjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 38
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
B.Untuk HPHTI
Pasal 5
Areal hutan :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanah++jumlah
jumlahbiaya
biayapembangunan
pembangunan
hutan
hutantanaman
tanamanindustri
industrimenurut
menurutumur
umurtanaman
tanaman
Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman
industri
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 39
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 6
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilpenjualan
penjualanminyak
minyakdan
dangas
gasbumi
bumi
dalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 40
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 7
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilpenjualan
penjualanenergi
energipanas
panasbumi/
bumi/listrik
listrik
dalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 41
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 8
Areal produktif :
NJOP
NJOP==9,5
9,5xxHasil
Hasilbersih
bersihgalian
galiantambang
tambangdalam
dalamsatu
satu
tahun
tahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 42
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 9
Areal produktif :
NJOP
NJOP==Angka
Angkakapitalisasi
kapitalisasitertentu
tertentu XXhasil
hasilbersih
bersihgalian
galian
tambang
tambangdalam
dalamsetahun
setahunsebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam
atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur
dalam kontrak yang berlaku
(Pasal 10)
Yasda - 43
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 11
Areal penangkapan ikan :
NJOP
NJOP==10
10xxHasil
Hasilbersih
bersihikan
ikandalam
dalamsatu
satutahun
tahun
sebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal pembudidayaan ikan
NJOP
NJOP==88xxHasil
Hasilbersih
bersihikan
ikandalam
dalamsatu
satutahun
tahunsebelum
sebelum
tahun
tahunpajak
pajakberjalan
berjalan
Areal emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 44
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN DARAT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 12
Areal pembudidayaan ikan darat :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya++Standar
Standarbiaya
biayainvestasi
investasitambak
tambakmenurut
menurut
jenisnya
jenisnya
Areal emplasemen dan areal lainnya
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 45
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 13
Areal tanah :
NJOP
NJOP==NJOP
NJOPtanah
tanahsekitar
sekitardengan
denganpenyesuaian
penyesuaian
seperlunya
seperlunya
Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf
serta tempat rekreasi
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaijual
jualyang
yangditentukan
ditentukanberdasarkan
berdasarkankorelasi
korelasi
garis
garislurus
luruskesamping
kesampingdengan
denganklasifikasi
klasifikasiNJOP
NJOP
permukaan
permukaanbumi
bumiberupa
berupatanah
tanahsekitarnya
sekitarnya
Areal perairan untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) NJOP
NJOP==10
10XX(10
(10%
%dari
darihasil
hasilbersih
bersihdalam
dalamsatu
satutahun
tahun
sebelum
sebelumtahun
tahunpajak
pajakberjalan)
berjalan)
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP
NJOP==Nilai
Nilaikonversi
konversibiaya
biayapembangunan
pembangunanbaru
barusetiap
setiap
jenis
jenisbangunan
bangunan--penyusutan
penyusutanfisik
fisik
Yasda - 46
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 14
Besarnya NJOP atas Objek Pajak yang bersifat khusus atau objek lainnya dapat
ditentukan berdasarkan penilaian individual yang dilaksanakan oleh pejabat
fungsional penilai dan dibuatkan laporan penilaian kemudian ditetapkan oleh
Kakanwil DJP atas nama Menteri Keuangan
Objek Pajak Khusus adalah Objek Pajak yang memiliki jenis konstruksi khusus
baik ditinjau dari segi bentuk, material pembentuk maupun keberadaannya
memiliki arti khusus seperti :
a. jalan tol
b. pelabuhan laut/sungai/udara
c. lapangan golf
d. industri semen/pupuk
e. PLTA, PLTU dan PLTG
f. pertambangan
g. tempat rekreasi
h. dan lain-lain yang sejenis
Yasda - 47