Standart Pelaksanaan Fungsi Intern Audit

RINGKASAN AUDIT PERBANKAN
Judul
Standart Pelaksanaan Fungsi Intern Audit Bank

Kelas W
Di susun Oleh : Kelompok 8

Nama

: 1. Widyanto Dwi Eriek M.

2012110342

2. Mochammad Ilham F

2012110837

3. Arwan Yuliansyah

2012110876


4. Moch. Afriansyah H.

2012110824

5. Dimas K.

2012110955

D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA
Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya 60118 Telp.(031) 5947151–5947152

RINGKASAN
Standart Pelaksanaan Fungsi Intern Audit Bank (SPFAIB)

SPFAIB merupakan

standar yang memuat ukuran minimal tentang Fungsi

Audit Intern yang perlu diselenggarakan oleh bank umum serta aspek-aspek yang

berkaitan dengan pelaksanaan Audit Intern tersebut. Standar ini tidak dimaksudkan
untuk menguraikan secara teknis dan rinci tentang teknik dan tatacara pelaksanaan
fungsi Audit Intern serta tidak pula dimaksudkan untuk mengatur bentuk organisasi
SKAI. Dengan adanya SPFAIB diharapkan dapat tercipta kesamaan landasan semua
bank umum di Indonesia mengenai tingkat pemeliharaan kepentingan dari semua pihak
terkait dengan bank. Dalam pelaksanaannya masing-masing bank perlu menjabarkan
lebih lanjut penyusunan Internal Audit Charter dan panduan Audit Intern yang
disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank yang bersangkutan.
a) Hubungan SPFAIB dengan standar yang lain
Bank yang secara organisatoris atau karena hal lain harus mengikuti
standar dari lembaga lain atau dari organisasi induknya, baik di dalam maupun
di luar negeri, seperti Norma Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern
BUMN/BUMD, atau Standards For The Professional Practice of Internal
Auditing (The Institute of Internal Auditors), dalam pelaksanaan fungsi Audit
Internnya minimal harus memenuhi ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam
SPFAIB.
b) Kontinuitas SPFAIB
Ukuran-ukuran yang dinyatakan dalam SPFAIB ini akan terus
dimutakhirkan


dengan

memperhatikan

perkembangan

didalam

praktek

perbankan.
c) Keterkaitan SPFAIB dengan Pengawasan Bank Indonesia
Kepatuhan bank dalam melaksanakan fungsi Audit Intern berdasarkan
SPFAIB merupakan salah satu aspek pengawasan dari Bank Indonesia.

Audit Perbankan

Page 2

Mekanisme pengendalian intern

SPFAIB mensyaratkan adanya pembagian tanggung jawab dan wewenang pengawasan
antara Dewan Komisaris dan Direksi harus dinyatakan dengan jelas dalam Anggaran
Dasar bank atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yaitu diatur sebagai
berikut:












Tanggung jawab akhir pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris,
Dewan Komisaris mengevaluasi hasil temuan pemeriksaan oleh SKAI,
Dewan Komisaris berwenang untuk meminta Direksi menindaklanjuti hasil
temuan pemeriksaan SKAI,

Dewan Direksi bertanggung jawab menciptakan struktur pengendalian intern,
Dewan Direksi bertanggung jawab untuk menjamin terselenggaranya Fungsi
Audit Intern bank dalam setiap tingkatan manajemen,
Direksi berkewajiban untuk menindaklanjuti temuan Audit Intern,
Direksi berkewajiban pula melaporkan kegiatan tersebut di atas kepada Rapat
Umum Pemegang Saham.

Tanggung jawab dan wewenang pengawasan antara dewan komisaris dan direksi ini
tentunya bukan hanya sekedar dinyatakan dalam anggaran dasar, Committee Audit
charter, atau dokumen-dokumen corporate governance lainnya. Namun lebih dari itu

yang lebih substansial adalah bagaimana tanggung jawab dan wewenang pengawasan
tersebut dilaksanakan secara efektif.
Secara spesifik, SPFAIB juga mensyaratkan kewajiban Dewan Komisaris untuk:









Mereview proses perencanaan audit intern;
Mereview pelaksanaan audit;
Melakukan pemantauan atas tindak lanjut hasil audit;
Mereview menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan.

Impelementasinya, komisaris membentuk komite audit untuk melaksanakan kewajiban
tersebut. Pelaksanaan kaji ulang difokuskan sejauhmana kewajiban tersebut telah
terlaksana secara efektif. Tidak jarang komite audit justru tidak memiliki agenda yang
jelas bagaimana kewajiban tersebut dapat terlaksana secara efektif.

Audit Perbankan

Page 3

SKAI merencanakan audit intern bukan hanya sebatas rencana audit tahunan, namun
juga sampai dengan rencana individual audit saat akan dilaksanakan. Komite audit
sebagai representasi komisaris memiliki kewajiban untuk mereview apakah proses

perencanaan ini cukup memadai untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan terhadap fungsi SKAI. Bukan mustahil SKAI menyusun rencana audit
tahunan yang monoton dari periode ke periode secara sama tanpa landasan penetapan
sasaran audit yang jelas. Bahkan pelaksanaannya pun tanpa perencanaan yang memadai.
Apabila SKAI dapat melakukan audit terhadap kinerja pencapaian business plan
auditee-nya, lalu siapa yang melakukan review terhadap audit plan SKAI sendiri?
Dalam pelaksanaan audit, SKAI dapat melakukan audit terhadap auditee sejauh mana
kepatuhannya terhadap kebijakan, prosedur dan peraturan yang berlaku. Komisaris
melalui komite audit juga memiliki kewajiban untuk mereview apakah SKAI juga telah
melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebijakan, prosedur dan peraturan yang berlaku.
Suatu hal yang ironis apabila SKAI memiliki egoisme terhadap auditee untuk mematuhi
kebijakan, prosedur (standar operating procedures/SOP) dan peraturan yang berlaku
sementara SKAI tidak melakukan hal yang sama.

Internal Audit Charter
Audit Intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern dan merupakan segala
bentuk kegiatan yang berhubungan dengan audit dan pelaporan hasil audit mengenai
terselenggaranya struktur pengendalian secara terkoordinasi dalam setiap tingkatan
manajemen bank. Transparansi dan kejelasan merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam pengelolaan bank sehingga kebijakan Audit Intern yang berkaitan dengan

wewenang dan tingkat independensinya perlu dinyatakan dalam sebuah dokumen
tertulis dari Direktur Utama bank dengan persetujuan Dewan Komisaris yang disebut
Internal Audit Charter. Secara periodik Internal Audit Charter ini perlu dinilai
kecukupannya oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris agar pelaksanan Audit Intern
senantiasa berada pada tingkat yang optimal.
Sebagai suatu service level agreement, internal audit charter seharusnya secara jelas
mengungkapkan ‘transaksi’ antara ekspektasi manajemen dalam hal ini dewan
komisaris dan direksi dengan ‘value’ yang dapat di-‘deliver’ oleh SKAI. Apabila

Audit Perbankan

Page 4

terdapat ‘gap’ antara keduanya maka terjadi ‘ketidakseimbangan’ antara apa yang
menjadi ekspektasi manajemen dengan ‘value’ yang diberikan oleh fungsi SKAI.
Sebagai contoh ekspektasi manajemen terhadap SKAI adalah audit terhadap seluruh
aspek dan aktivitas bank melalui pemeriksaan secara detail terhadap seluruh transaksi
yang ada. Namun disisi lain SKAI tidak dicukupi dengan sumber daya, fasilitas dan
kompetensi yang memadai untuk memenuhi ekspektasi ini secara optimal. Dalam
kondisi ini, SKAI menjadi ‘terforsir’ untuk memenuhi harapan sehingga fungsinya

menjadi tidak berjalan efektif. Setiap kali ditemukan adanya kelemahan atau
permasalahan terkait pengendalian intern justru kinerja SKAI yang menjadi sorotan.
Sebagai catatan akhir, efektivitas fungsi SKAI bank sangat dipengaruhi oleh efektivitas
peranan komisaris dan direksi bank tersebut. Suatu pelaksanaan kaji ulang terhadap
fungsi SKAI pada hakikatnya secara mendasar implikasinya adalah terhadap efektivitas
peranan dewan komisaris dan direksi terhadap berjalannya fungsi SKAI bank.

Audit Perbankan

Page 5