Pages from Manusia dan Sistem Nilai budaya

MANUSIA DAN SISTEM NILAI BUDAYA
( Kajian Awal Menuju Kajian Filsafat Hukum )

?,!

I .t

Oleh: Amir Syarifudin
(Dosen Fakultas Hukum UNSRI)

Abstrak : Manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan ruakhtuk lainnya,
vokni aknl dan kemampuan berbahasa- Dengan kedua kelebihan ini nrunusia
,tatmpu menciptakan kebudavaan \)ang mencakup ilmu, kaedah, dan seni yang
mewujudkandii dalam kebudayaanfisik, sistem sosial, dan sistem budava dan
sistem nilai budava. Selain itu, dalam kehidupan manusia tercipta sesuatu vang
berharga atau bernilai, yaitu nilai kebenaran, nilai keserasian dan nilai
keindahan

Kata kunci: Manusia, Sistem, Nilai, Budaya, Filsafat Hukurn

A- Pendahuluan

Manusia dibedakan dengan makhluk-makhluk lain, karerra manusia rnerniliki
kelebihan yang sangat mencolok dibandingkan dengan rnaklrluk lainnya yaitu
memiliki pikiran. Pada zaman Yunani kuno, telah ada tesis -yang menyatakan
trahwa manusia makhluk berakal atau "animale rationale". Socrates telah
men_"*adari kemampuan yang dimiliki oleh manusia tersebut, sebagai kernampuan yang maha besar.Sehingga, ia menyeruhkan agar manusia menyadari kemampuan yang dimilikinya dengan ungkapan "kenali dirimu" (Gnothi Seauton).
Dengan pikiran, manusia mampu menciptaan alat komunikasi yang
dinamakan bahasa. Bahasa mengantarkan manusia untuk berpikir pada tahap
yang lebih tinggi yaitu berpikir abstrak, berpikir menggunakan simbol-simbol,
meng-komunikasikan pikiran kepada orang lain. menyimpan hasil pikirannya
kedalam cataan-cammn, pada buku-buku dan sebagainya.
Beberapa ahli telah mengadakan penelitian yang mendalam terhadap
manusia. Manusia dikaji dari berbagai sudut,idari filsafat maka timbullah
filsafat manusia, dari sudut tubuhnya maka timbullah ilmu kedokteran, dari
sudut me-menuhi kebutuhannya timbullah ilmu ekonomi dan seterusnya.
Contotr-contoh di atas -merupakan hasil kegiatan manusia yang dinamakan
"kebudayaan" atau hasil budi daya (cultura). Pada mulanya cultura dianikan
sebagai pengolahan tanah, namun pada perkembangannya, diartikan sebagai
segala sesuatu yang di-hasilkan oleh kegiatan manusia.
Sitl*ltr Calrya


No. 05 Tahun I

I

Desember 1997

ISSN.

t4r0-06t4

Setiap suku bangsa mengembangkan kebudayaannya masing-masing. Kita
mengenal kebudapan Cina, lndia, Yunani, Indonesia dan lain-lain. Disamping
itu, juga dikenal isilah kebudayaan modern dan kebudayaan primitif, kebudayaan bar:at dan kebuday:nn timur. Namun, dari berbagai penggolongan kebudayaan tersebut terdapat suatu persamaan. yaitu wujud kebuday;n dan
unsur-unsur kebudayaan.
Di dalam kebudayaan itulah manusia menerapkan kemampuan berbahasanya
(Soemargono, 1988) dan dengan bahasa manusia menentukan
sifat-sifat dan
berusaha untuk menyingkap rahasia-rahasia alam semesta. Dengan perkataan
lain bahwa kebudayaan manusia merupakan usaha-usaha untuk memberikan
penjelasan-penjelasan untuk menyingkapkan serra mengungkapkan

alam.
Manusia selain disebut makhluk kebudayaan juga *"iupitrn makhluk yang
mempunyai sitat kesusilaan (ethical animal)- Disinilah manusia se ring
mengajukan pertanyaan-penanyaan renang yang baik dan buruk.
Apalagi
tnanusia tidak hidup di ruang hampa. melainkan dikelilingi nilai-nilai
yang
dikenalnya sejak lahir, sehingga manusia dapat rnembedakui u,rtum yangtaik
dan buruk, indah dan jelek. benar dan salah.

$:

B- Manusia dan Kebudayaan
Charles Darwin berpendapat bahwa manusia sekarang ini merupakan
hasil
proses evolusi yang sangat lama. Asal mula manusia
iermasuk dalam suku
primat.yaitu sejenis kera yang berevolusi menjadi sub-suku
anthropoid yang
kemudian berkernbang lagi menlaoi infrasuku hominoid.

Selanjutnyainfrasuku
Hominoid berevoiusi *.niuai keluarga hominidae dan selanjutnya
berkembang
menjadijenis horno sapiens. Jenis Homo sapien berevolusi
menjadi 4 ras yaitu:
Australoid, 2. Mongoroid, 3. causasoid, dan 4. Negroid (Koentjaraningrat,
1996).

Evolusi manusia terus berranjut. Isi otaknya makin membesar
dan organ_
organ tubuhnya berkembang sedemiki"n rupa, misalnya
tenggorokan, .rn-ggu
mulut, lidah dan bibir dapat membuat variasi $ara yang t
ompteks oan aktr'[_
nya dapat berbahasa- Kemampuan bahasa ini dapat
*"nio.ong perkembangan
otak dan sebaliknya otak manusia digunaku, ,ntuk *.ng"*bungkan
bahasa.
Teuku Jaco,b berpendapat bahwa u*ur pikiran dan
biasa merupakan dua,

unsur m1{ak yang memungkinkan manusia mempunyai
kebudayaan. Apabila
suatu makhluk terah memiriki suatu kebudayaan, maka
krurah ia secara utuh
dapat disebut .rnanufia" (Koentjaraningrat,
Evolusi pikiran manusia terus berranjut &ngan merarui
.
beberapa tahap.
A u sgu ste comte mengem ukakan bah wa sejarah
r rirt r"nu sia, termasri j i ;"r,y"
baik secara individual maupun secam keLluruhan, berkembang
menurut tiga

1996).

SimbwCahaya No- 0S Tahw

il

Desember 1997


,

lssM.

t4t046t4
&5

tahap, ,'aitu tahap teologi aau fiktip, metafisik atau abstrak dan tahap positip
atau riel (Wibisono, 1996). Makna teori Comte itu adalah bahwa perkembangan jiwa atau masyarakat di atas garis linier menuju kearah kemajuan dan
kemajuan itu digambarkan sebagai masyarakat tahap positip, yakni masyarakat
induSrial. Pada tahap ini ilmu pengetahuan berkembang pesat, masyarakat
menjadi lebih baik berkat diatur oleh ilmu pengeahuan.
Studi tentang hakekat manusia cenderung melihat manusia sebagai gabungan
antara jiwa (subsansi berpikir) dan raga (substansi berkeluasaan) seperti yang
telah dilakukan oleh Plato dan Descartes. Notonagoro menyebut manusia itu
sebagai susunan kodrat jiwa-raga, susunan sitht kodrat individu-makhluk Tuhan
(Notonagoro, 1995)- Purbacaraka (1986) juga mengemukakan bahwa manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani. Kedua unsur ini saling
melengkapi agar'manusia' dapat disebut manusia adanya. Dalam unsur rohani

(yang dilengkapi unsur jasmani), manusia mendapatkan kesadaran, yang
tersimpul dari adanya kegiatan berpikir, berkehendak dan merasa. Sebaliknya
rnanusia yang (sedang) tidak sadar, tidak berpikir. ridak memiliki kehendak dan
tidak bisa merasakanDengan pikiran (cipta) manusia mendapatkan pengetahuan, dengan kehendaknya (karsa) mengarahkan sikap tindaknya dan dengan perasaannya dapat mencapai kesenangan. Pengetahuan manusia yang disusun secara sistematis dengan
memakai metode terrcntu disebut ilmu. Kehendak (karsa) terbentuk karina
gabungan anara pikiran dengan rasa, menghasilkan kaedah atau norma, yang
dapat dibedakan menjadi: l. kaedah religi, 2. kaedah kesusilaan, 3. kaedah
hukum, dan 4. kaedah sopan saRtun.
Selanjutnya rasa manusia dapat diwujudkan dalam kesenian. Manusia tidak
saja dapat menghasilkan ilmu, kaedah dan kesenian, terapi juga sanggup merenungkan sistem ajaran yang disebut filsafat sebagai sarana (alae untuk memelihara dan meningkatkan mutu hasil dayanya. Sarana untuk memelihara dan
meningkatkan muru ilmu disebut logika, sarana untuk meningkatkan mutu
kaedah atau norma disebut etika dan sarana untuk meningkalkan dan memelihara mutu seninya disebut estitika (Purbacaraka, 1986).
Logika berpedoman kepada ide kebenaran, etika berpedoman pada ide keserasian dan estitika berpedoman pada ide keindahan. Apabila kesemuanya itu
disusun dalam suaru skema adalah sebagai berikut (purbacaraka, l9g6)-

SiaburCbhqn

No- 05

Tohu I I De*aber


1997

tssN.

t4l0-ail4

Dunia Kebudayaan Dunia nilai

Dunia alam kodrat

;-

Pfiiran

Ihu

renauan

Iaedah Erika


fohani |ranusial L nrm

logika

lesnian - Estet ik

[-lasaani

Manusia dengan dua unsur pokoknya (asmani dan rohani) serta kesadarannva (pikiran. kemauan dan rasa) disebut dunia alam kodrat (natura), karena
keberadaannya tidak tergantung pada manusia. Sebaliknya ilmu, kaedah, seni
dan sarana berpikir (logika, etika dan estetika) dinamakan kebudayaan, karena
merupakan hasil kegiatan manusia- Selanjutnya kebenaran, keserasian dan keindahan merupakan dunia nilai.
a;.

C. Unsur-rf;*. dan Wujud

Kebudayaan

Apabila orang mengatakan kenyataan sebagai keseluruhan, maka yang dimaksudkan ialah:(l). hal-hal yang adanya tidak terganrung pada manusia, dan

(2). hal-hal yang adanya sebagai hasil kegiatan manusia. Hal yang pertama disebut "alam kodrat" (natura), dan yang kedua disebut "kebudayaan" atau "pembudidayaan" atau "hasil budidaya' (cultura).
Manusia dengan kesadarannya (cipta, rasa dan karsa) dapat mengusahakan
segala s€suatu yang diperlukan dalam hidupnya dan hasil usaha itu merupakan
"way of life" serta "tools for living" dan itu dinamakan kebudayaan
(Purbacaraka, I987). Atas dasar itu penelaahan terhadap manusia dapat didasarkan pada segi "penguasaarry?" dalam memenuhi kebutuhan hidup, yang tercakup dalam antroplogi budaya. Antropolqgi budaya mencakup (Purbacaiaka,
r

987):
I

. lingguisik/kebahasaan;

2. ekonomi;

3.'sistemologi' sosial;
4. logikalkeilmuan;
5. estetika/kesenian;
- 6. ethika (religi, keakhlakan, sopan santun dan hukum);
7. teknologi.


Simbur

Colrya

No. OS Tahyn I

I Desembcr I 997

dan

TSSN.

1410-0614

-:--&.

Ketujuh rumusan' antropologi budaya itu merupakan hasi I penguasinn manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketujuh unsur tersebut di atas dimiliki oleh semua kebudayaan masyarakat yang ada di dunia (Koentjaraningrat,
199+). Ketujuhnya dapat ditemukan pada masyarakat pedesaan yang kecil maupun pada masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks. Atas dasar tersebut
Koentjaraningrat menyebutnya sebagai "unsur-unsur kebudayaan universal"Kebudayaan mewujudkan diri dalam empat wujud konkrit, yaitu:
Kebudayaan fisik, yaitu berupa benda-benda fisik yang dapat dilihat,
diraba, difoto,. Sebutan lain untuk benda-benda fisik ini ialah artifact.
Contohnya candi-candi, kendaraan, komputer, rumah dan lain-lain;
Sistem sosial, yaitu berupa wujud prilaku manusia yang masih kongkrit,
dapat difoto dan diflimkan. Contohnya menari, berbicara, cara kerja
dan lain-lain;

l.

)-

3.

Sistem sosial, yaitu berupa wujud prilaku manusia yang masih
konkrit,dapat difoto dan difilm. Contoh wujud kongkrit sistem sosial ini

seperti menari, berbicara,cara bekerja dan lain-lain.
Sistem budaya,yaitu berupa wujud gagasan yang keberadaannya terdapat
dalam pikiran atau kesadaran atau jiwa manusia. Ia bersil'at abstrak tak
dapat difoto dan hanya diketahui dan difahami melalui wawancara yang
intensif atau dipelajari dari buku-buku. Contoh sistem budaya adalah
adat istiadat;
Sistem nilai budaya, yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh
warga masyarakat sejak kecil, telah mendarah daging, shingga sulit
diubah. Sistem nilai sangat abstrak sekali, tidak bisa dilihat dan difoto,
dan ia menentukan corak dari pikiran, ciri-ciri berpikir dan menentukan
tingkah laku manusia. Sistem nilai juga menentukan corak benda
budaya (anifacts) yang dibuat oleh warga suatu kebudayaan. ,,
Jika unsur-unsur kebudayaan universal tersebut dihubungkan dengan empat
wujud konkrit kebudayaan, maka setiap unsur akan terjelma dalam keempat
wujud konkrit. Sebagai contoh sistem ekonomi memiliki nilai budaya ekonomi,
sistem budaya ekonomi, sistem sosial ekonomi dan kebudayaan fisik ekonomi.
Demikian juga unsur lain seperti teknologi, religi, bahasa dan lain-lain.

4.

5.

l.

Rumusan ketujuh unsur keudayaan tersebut di atas agak berbeda
dengan rumusan C.Kluckhohm dalam karangannya "Universal Categories of
Culture (1953). Ketujuh rumusan Kluckhohn dapat dibaca dalam buku
Kantjaraningrat yang berjudul "Pengantar Antropologi I', hal. 80-81.
Simbu Calnlm No. 05 Tahu I I Desember 1997

ISSN. I4tA-0614

D. t{anusia dan dunia Nilai
Uraian memperlihatkan bahwa salah satu wujud konkrit kebud4yaan ialah
sistem nilai budaya. Sisem adalah keseluruhan yang terdiri dari beberapa
bagian dan antara bagian mempunyai hubungan sntu sama lain. Demikian juga
halnya dengan sistem nilai, nilai-nilai tidak berdiri sendiri akan tetapi berhubungan satu samu tainnya. Nilai-nilai menentukan corak pikiran, cara berpikir, prilaku dan benda-ben& budaya (artifacts ). Demikian juga nilai-nilai
menjadi landasan terdalam dari sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan
frsik (Koentjaraningrat, 1996 ).
Timbul pertanyaaan apakah yang dimaksud dengan nilai ?. Purbacaraka dan
Soekanto (1985) mengemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang diinginkan
(positip) dan sesuatu yang tidak diinginkan (negatip). Nilai merupakan sesuatu
yang diinginkan dalam hal nilai itu bersifat positip, dalam arti menguntungkan
atau men)renangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut.
Sebaliknya, merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam hal nilai tersebut
bersifat negatff;artinya rnerugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingannya, sehingga nilai tersebut dijauhi.
Telah disebutkan di atas, bahwa nilai itu dapat dikelompokkan menjadi; (l)
nilai kebenaran, (2) nilai keserasian, dan (3) nilai keindahan. Berikut ini akan
dibicarakan satu persatu.

l.

Nilai kebenaran

Abbas Hamarni (1996) mengemukakan bahwapertama kebenaran itu berkair
an dengan kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, misalnya seseorang memiliki pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafati
dan pengetahuan agama.
Jenis pengetahuan biasa memiliki inti kebenaran yang sangat bersifat subjektif, aninya kebenaran itu sangat ditentukan oleh subjek yang mengetahui.
Pengetahuan ilmiah ),iang mempunyai metode khas, memiliki sifat kebenaran
relatif, artinya ia dianggap benar sepanjang tidak terbukti salah. Pengetahuan
filsafati memiliki sifat kebernran absolut-intersubjektif, artinya kebenaran itu
selalu melekat pada pandangan filosuf )ang bersangkutan atau filosuf lain yang
mendukungnya. Akhirnya kebenaran pada pengetahuan agama memilki sifat
dogmatis, artinya kebeoaran didasarkan pada dogma-dogma rgama yang bersangkutan.
Dalam perkembangan sejarah pemikiran filsafat yang dimulai dari Plato dan
Arisdeles sampai &ngan sekarang rclah berkembang banyak rcori-rcori ke-

SinfurColqt

No. 05 Tahun

ll

Descrter D97

t&sN.14104614
s

benaran, yaitu (Abbas Hamami, 1996):
Teori kebenaran Koreryondensi, yang intinya mengemukakan bahwa
suatu pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan itu sesuai
dengan kenyataan yang diketahui.
Teori kebenaran Koherensi, yang intinya bahwa suatu pengetahuan itu
benar apabila sesuai dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya.
Teori Kebenaran Pragmatis, yang intinya meng€mukakan bahwa suatu
pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan itu mempunyai
konsekwensi dibidang praktis, artinya pengetahuan itu benar apabila
mempunyai manfaat dibidang praktek.
Teori Kebenaran Semantis, yang intinya mengemukakan bahwa suatu
pengetahuan dianggap benar apabila ia mempunyai pangkal acu
(referensi) yang jelas.
Teori Kebenaran Non-Deskriptif, yang intinya mengemukakan bahwa
suatu pengetahuan dianggap benar apabila pernyataan itu memiliki
fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Teori kebenaran sintaksis, yang intinya mengemukakan bahwa suatu
pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan itu mengikuti aturanaturan atau gramatika yang baku.
Teori kebenaran yang berkelebihan yang intinya mengemukakan bahwa
teori kebenaran itu hanya pemborosan karena pada dasarnya kebenaran
yang hendak dibuktikan telah memiliki derajat yang logik yang saling
melengkapi.
Pranarka (1987) membedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu(l)
Kebenar- an epistimologikal, yaitu kebenaran yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia,(2) Kebenaran ontologikal, yaitu kebenaran yang melekat
pada sesuatu yang ada atau tiada, dan (3) Kebenaran semantikal, yaitu
kebenaran yang melekat dalam tutur kata atau bahasa.

a.

b.
c.

d.

e.
f.

g.

2. Nilai Keserasian
Keserasian merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh kaedah (Purbacaraka
dan Soekanto, 1985). Secara filosofis keserasian termasuk bidang filsafat moral
atau etika. Berten (1994) mengemukakan sistena etika sebagai berikut:
Hedonisme, yang intinya bahwa apa yang dianggap terbaik adalah yang

a.

menyenangkan (he'done'-kesenangan).Sesuatu

b.

yani

menyenangkan

adalah yang memuaskan keinginan, yang meningkatkan kuantitas
kesenangan atau kenikmatan dalam diri manusia yang aktual dan
individual.
Eudemonisme, yang intinya bahwa apa yang dianggap baik adalah

Simlwr Cnfiay,s No. 05 Tahun I I Desember 1997

tssN. t4t0-0614

segala sesuatu yang mendaangkan kebahagian, yaqg menryakan

tujuan hidup tertinggi.
c.

d.

Utilitarisme yang intinya balrwa apa yaog dianggap

hik

adalah

perbuatan yang mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan adajil@ saldo
kebahagian melebihi ketidak bahagiaan. Selain itu, masih rcrdapat
utilitarisme. Aturan yang intinya bahrrya prinsip keguraan ti&k harus
di te rapkan atas salah satu perbuatan, melainkan aas aturan-aruran moral
yang mengatur perbuatan manusia.
Deontologi, bahwa apa yang dianggap baik adalah kehendak png baikKesehatan, kepintaran, kekayaan adalah baik jika dipakai &ngan baik
oleh kehendak baik manusia. Yang membuat keherdak menjadihik, jika
bertindak karena kewajiban. Oleh sebab itu, perbuaan dilakukan
karena kewajiban (l-rgalitas).

3. Nilai Keindahan.
Keindahan dapat dirumuskan, sebagai contoh kita melihat sbuah tarian,
"mengalir' dengan lancar
jugd
Demikian
dengan keindahan warna yang merupakan kornbimsi serta
nuansa dari kontras susunan warna (Purbacaraka. 1986). Kattsoff (1995)
mengemukakan bahwa memberi definisi tentang keindahan akan nrcnutup
nutupi sejumlah besar kesulitan. Ia menyatakan lebih baik mengemukakan
penlyataan "gambar ini indah". Pernyataan ini akan menimbulkan pertanyaanpertanyaan; (l).makna apa yang dikandung oleh pernyauan terrebut?, (2)
bagaimana cara orang untuk mengetahuinya ?, (3) bahan bukti ap lrang tersedia ?. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah kepada penyusunan teori estetika.
Santayana, dalam bukunnya "The Sense of Beauty" memandang keir&han
dan seni berhubungan secara interinsik dengan manusia- Kausoff (1995) menyatakan bahwa keindahan berhubungan dengan masalah:
a. keindahan tergantung pada pencerapan, artinya kia tidak &pat
mengarakan sesuatu itu indah kalau tidak dapat die.ap.
b. keindahan bersangkut paut dengan rasa nikmat, arrin)'ajika $arau objek
' tidak menimbulkan rasa nikmat pada siapapun, maka tidak mungkin,
objek itu dikatakan indah.
rnaka yang d{4flksud adalah mengenai hal-hal yang

E.

Penu_tup

Manusia adalah makhluk yang memilki kelebihan dibadirgkan dengan
makhluk-makhluk lainnya. Kelebihan manusia terdapat pada ekul dan kernamSimburCahayo No. 05

Ta,lrrulr

lI b**r

l9f7

ESN-

IltOfiI.
*

puannlaberbahasa. Kemampuan akaldan bahasa ini membuat manusia mampu
mencipakan kebudayaan yang pada garis besarnya mencakup ilmu, kaedah dan
seni. Kebudayaan terwujud dalam kebudayaan fisik, sistem sosial, sistem
budaya dan sisem nilai budaya. Disamping itu manusia juga berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang terlihat dari unsur-unsur kebudayaan yang
universal. Dalam kehidupan manusia tercipta sesuatu yang berharga atau bernilai png mencakup nilai kebenaran, nilai keserasian dan nilai keindahan.

F. Daftar Pustaka
Adi Imam Muhni, Djuretna., 19.. Pengantar Ke Filsafat Kebudayaan., FF
UGM, Yogyakarta.
Benens,K, l994., Etika., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakara
Kattsoff, [,ouis, o.. Elemerx of Philosophy., Diterjemahkan oleh soejono
soernargono, 1992, dalam., Pengantar Filsafat., Tiara wacana, yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1994.,Kebtda.vaan Mentalitas dan pembangunan., pr.
Gramedia Pusraka Utama, Jakana
---. 1996., Pengantar Awroplogi 1., pT.Rineka Cipta, Jakarta
Notonagoro, 1995. , Pancasila Secara tlntiah populer., Bumi Aksara, Jakarta
Purbacaraka, Purnadi, 1986., penggarapan Disiptin Hukum dan Fitsafat
Hukum Bagi Pendidikan Hukum., Ra.iawali, Jakarta
Purbacaraka, Purnadi dan Soekanto, Soerjono, 1985. , Ikhtisar Antirnmi Aliran
Filsafat sebagai Landasan Filsafat Hukum., Rajawali, Jakarta
Pranarka, A.M.w., 1987, Epistimologi Dasar suatu pengantar., yayasan
Proklamasi, CSIS, Jakarta.
soemargono, soejono, 1988. , Berpikir secara Kfilsafatan, Nur Cahaya,

Yogyakarta.
Tim Dosen Filsafat llmu FF

Abisono, Koento.,

1996.

uGM, 1996., Fitsafat llmu.,Literty, yogyakarra
. Arti perkembangan Menurut Fikafat poiitivisme

Auguste Comte., Gajah Mada University press, yogyakarta

SiafurCalryw

No. 05 Ta.hm

It

besember Ig97

lssN. 11t046t4