Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) di Rumah Kasa

TINJAUAN PUSTAKA
Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
Biologi Hama
Klasifikasi wereng coklat menurut Nurbaeti et al. (2010) adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Homoptera


Famili

: Delphacidae

Genus

: Nilaparvata

Spesies

: Nilaparvata lugens Stal.
Metamorphosis

wereng

coklat

sederhana

(heterometabola).Telur


berbentuk lonjong, diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi
kalau polpulasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang
daun.Jumlah telur yang diletakkan beragam, dalam satu kelompok antara 3-21
butir.Telur menetas antara 7-11 hari atau rata-rata 9 hari (Baehaki & Widiarta,
2010).

Gambar 1. Telur N. lugens
(Sumber: Nurbaeti, et al., 2010)

Universitas Sumatera Utara

Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama
dengan induknya. Nimfa mengalami pergantian kulit (instar), rata-rata stadium
nimfa adalah 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa
beragam tergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul (Nurbaetiet al., 2010).
Baehaki (1993) menyatakan lamanya stadia nimfa instar I, II, III, IV dn V
berturut-turut 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari, 2,4 hari dan 3,1 hari.
Nimfa wereng coklat berwarna krim akan berubah menjadi keabuan
seiring denga usia, panjang nimfa dewasa sekitar 2,1 mm, bersamaan dengan itu

garis hitam pada thorax mulai menghilang (Wirajaswadi, 2010).

Gambar 2. Nimfa N.lugens, A= instar 1, B= instar 2,
C= instar 3, D= instar 4, E= instar 5
(Sumber : Foto Langsung)
Nimfa dapat berkembang menjadi 2 bentuk wereng dewasa. Bentuk
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu sayap depan dan belakang
normal, bentuk kedua adalah brakhiptera (bersayap kerdil) yaitu sayap depan dan
belakang tumbuh tidak normal. Umumnya wereng brakhiptera bertubuh lebih
besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang.Kemunculan makropera
lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda, dan lebih banyak pada

Universitas Sumatera Utara

tanaman setengah rusak daripada tanaman sehat

(Baehaki &

Widiarta, 2010).


A
B
Gambar 3. Imago N.lugens,A= Makroptera, B= Brakhiptera
(Sumber: Foto Langsung)
Wereng coklat memiliki ukuran panjang badan sekitar 2,6 – 2,9 mm,
serangga dewasa berwarna coklat kehitaman, bergerak dengan berjalan dan
terbang. Siklus hidup N.lugens cukup singkat sehingga proses pergantian generasi
berlangsung

dengan

cepat

stadia

dewasa

(imago)

10-20


hari

(Wirajaswadi, 2010).
Gejala Serangan
N.lugens dapat menyebabkan kerusakan secara langsung maupun tidak

langsung.Kerusakan langsung oleh N.lugen adalah menghisap cairan sel tanaman
padi, sehingga pertumbuhan tanaman padi terhambat, mati kekeringan dan tampak
seperti terbakar.Kerusakan tidak langsung oleh N.lugens adalah sebagai vektor
penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa (Hariastuti, 2011).
Pada tahap permulaan wereng batang coklat datang pada pertanaman padi
pada umur 15 hari setelah tanam (Nurbaeti et al., 2010).Anggraini et al. (2014)
menyatakan bahwa gejala serangan hama wereng batang coklat mulai terlihat
setelah tanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada fase vegetatif
karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih muda, yaitu

Universitas Sumatera Utara

dengan menghisap cairan batang tanaman padi sehingga menyebabkan gejala pada

daun menguning akibat batang tanaman sudah terganggu.
Gejala kerusakan seperti tanaman menguning kemudian mengering dengan
cepat (seperti terbakar) dikenal dengan istilah hopperbum.Dalam suatu hamparan
gejala hopperbum terlihat seperti lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran
wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah
dalam bentuk lingkaran (Saputra et al., 2012).
Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan
yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah
menjadi berwarna cokelat jerami dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram
air panas berwarna kuning coklat dan mengering. Apabila menyerang pada fase
generatifakan menyebabkan terjadinya puso (gagal panen)

(Nurbaeti

et al., 2010).

Wereng coklat merupakan hama laten dan dapat mentransfer virus kerdil
hampa (VKH = ragged stunt) dan virus kerdil rumput (VKR = Grassy Stunt) yang
serangannya lebih besar dari serangan wereng itu sendiri dan bahkan saat ini
wereng coklat sedang aktif bekerja menularkan penyakit kerdil rumput tipe 2

(Grassy Stunt Type 2 = GST2) (Baehaki & Widiarta, 2010).
Tanaman padi mengalami hambatan dalam pertumbuhannya sehingga
tanaman tidak mencapai tinggi yang optimal sesuai potensi pertumbuhannya. Hal
ini dapat disebabkan virus kerdilrumput yang terbawa oleh wereng batang coklat
yang menyerang pertanaman. Selain itu, tidak optimalnya tinggi tanaman padi
disebabkan tanaman padi mengalami kerusakan mekanis akibat dampak langsung
serangan wereng batang coklat dan cekaman kekeringan (Priasmoro et al., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi hama
Beberapa faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya serangan
wereng coklat antara lain: 1) kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau
tetapi masih turun hujan, 2) ketahanan varietas, 3) pola tanam padi-padi-padi, 4)
keberadaan musuh alami rendah, 5) penggunaan pestisida kurang bijaksana.
Secara umum serangan wereng coklat lebih dominan terjadi pada musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah – daerah yang
sering hujan dan populasi wereng coklat cepat meningkat pada kelembaban tinggi
(70 – 80%), suhu siang hari optimum (28 – 30oC), intensitas cahaya matahari
rendah, pemupukan N tinggi, tanaman rimbun, air, lahan basah serta angina

kencang (Nurbaeti et al., 2010).
Ledakan hama wereng coklat akan timbul apabila lingkungan untuk
berkembangbiak cukup kondusif diantaranya: hujan berlebih di musim kemarau
atau kemarau basah akibat penyimpangan iklim. Penyimpangan iklim
menyebabkan suhu minimum 1-2oC dan kelembaban nisbih 6-10% lebih tinggi
dibandingkan kondisi saat iklim normal (Wirajaswadi, 2010).
Perbedaan populasi wereng batang coklat diduga karena adanya perbedaan
karakter biofisik dan ketahanan yang berbeda antar varietas.Variasi ukuran daun,
bentuk, warna dan ada atau tidaknya sekresi glandular mungkin dapat
berperandalam menentukan penerimaan serangga terhadap inangnya.Morfologi
tanaman merupakan salah satu kunci ketahanan tanaman (Priasmoro et al., 2013).
Secara umum ketahanan tanaman ditentukan oleh tiga mekanisme
ketahanan yaitu ketidaksukaan (non preferences) atau antisenosis, antibiosis dan
toleran. Mekanisme antibiosis adalahsuatu mekanisme yang dapat menghambat

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan dan perkembangan serangga jika makan dan hidup pada kultivar
tahan (Hariastuti, 2011)
Yeherwandi et al. (2009) menyatakan bahwa batang yang keras dan daun

yang kasarkurang disukai oleh wereng batang coklat, karena dapat menyulitkan
wereng batang coklat saat menusukkan alat mulutnya untuk menghisap cairan
tanaman dan dapat pula menyebabkan kematian pada nimfa karena tidak dapat
makan.Tinggi rendahnya populasi wereng yang mampu mencapai dewasa eret
hubungannya dengan jumlah dan mutu makanan yang diperoleh.Kebutuhan hidup
serangga yang terpenuhi dengan kualitas makanan yang lebih baik menyebabkan
semakin sempurnanya perkembangan dan pertumbuhannya.
Wereng coklat mempunyai plastisitas genetik yang tinggi sehingga mampu
beradaptasi dengan berbagai lingkungan pada waktu yang relatif singkat. Hal ini
terbukti dengan timbulnya biotipe/populasi baru yang dapat mengatasi sifat
ketahanan tanaman atau hama tersebut menjadi resisten terhadap insektisida. Sifat
demikian menimbulkan ledakan dan menurunnya produksi padi nasional secara
drastis (Baehaki & Widiarta, 2010).
Wereng batang coklat tidak dapat berkembang dengan baik apabila
tanaman padi mengalami kerusakan relatif berat yaitu sekitar 40-100%
(menunjukkan gejala kering) sehingga ketersediaan pakan menurun.Ketersediaan
pakan yang terbatas juga menyebabkan meningkatnya angka mortalitas dan
memicu wereng macroptera bermigrasi sehingga populasi wereng batang coklat
yang dijumpai relatif sedikit.wereng batang coklat lebih tertarik pada pertanaman
yang lebih muda yang warnanya lebih hijau dibanding tanaman tua (Priasmoro et

al., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Waktu perkembangan yang pendek dan tingkat reproduksi yang tinggi
menggambarkan kesesuaian wereng dengan tanaman inangnya.Laju pertumbuhan
intrinsik, waktu generasi, dan waktu penggandaan populasi berguna sebagai
indikasi pertumbuhan populasi. Lama hidup, fluktuasi populasi, laju reproduksi,
dan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh sumber makanan (Rahminiet al., 2012).
Pengendalian Hama
Setyorini et al.(2013) menyatakan bahwa alternatif pengendalian wereng
batang coklat dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya tanaman
padi, sehingga kondisinya kurang mendukung untuk perkembangan wereng
batang coklat. Upaya lain adalah dengan memenuhi kebutuhan unsur hara padi,
dengan menggunakan musuh alami yaitu organisme di alam yang dapat
melemahkan serangga, membunuh serangga sehingga dapat mengakibatkan
kematian pada serangga dan mengurangi fase reproduksi dari serangga.
Tanam padi serempak dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng
batang coklat, karena hama ini sering berpindah-pindah ke lahan padi yang belum
panen. Menggunakan sistem padi legowo dan tanam varietas padi tahan wereng

coklat seperti Inpari 1, Inpari 2, Inpari 13, Indragiri dan Punggur
(Saputra et al., 2012).
Melakukan pengamatan di pertanaman setiap 1-2 minggu, periksa 20
rumpun tanaman pada arah diagonal petakan kemudian dihitung jumlah wereng
coklat sayap panjang, sayap pendek dan nimfa. Bila rata-rata wereng dan
nimfanya 3-4 ekor/rumpun pada tanaman kurang dari 40 hari setelah tanam atau
rata-rata 5 ekor tau lebih/rumpun pada tanaman berumur lebih dari 40 hari setelah

Universitas Sumatera Utara

tanam berarti sudah mencapai ambang ekonomi dan perlu dilakukan pengendalian
dengan insektisida (Wirajaswadi, 2010).
Botani Tanaman Padi
Klasifikasi botani tanaman padi menurut Perdana (2012) adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monotyledonae

Keluarga

: Gramineae (Poaceae)

Genus

: Oryza

Spesies

: Oryza spp.
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam

akar yaitu :1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu
berkecambah dan bersifat sementara, 2. Akar adventif sekunder yang bercabang
dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut
menggantikanakar seminal.Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari
bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang
telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005).
Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, daun dan tunas
(anakan) tumbuh pada buku.Pada permukaan stadia tumbuh batang yang terdiri
atas pelepah-pelepah daun ruas-ruas yang tertumpuk padat, ruas-ruas tersebut
kemudian memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki stadia

Universitas Sumatera Utara

reproduktif.Oleh karena itu stadia reproduktif disebut juga sebagai stadia
perpanjang ruas (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselangselang satu daun pada tiap buku.Tiap daun terdiri atas (1) helai daun, (2) pelepah
daun yang membungkus ruas, (3) telinga daun (auricle), (4) lidah daun
(ligule).Sifat daun yang dikehendaki pada tanaman padi adalah daun yang tumbuh
tegak, tebal, kecil dan pendek(Sumoharjo, 2014).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai.Tiap unit bunga pada malai
dinamakan spikelet yang pada hakikatnya adalah bunga yang terdiri atas tangkai,
bakal buah, lemma, palea, putik dan benang sari serta beberapa organ lainnya
yang bersifat inferior.Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang
bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada
hakikatnya adalah floret yang hanya terdiri atas sat bunga. Satu floret berisi satu
bunga dan satu bunga terdiri atas organ betina (pistil) dan 6 organ jantan (stamen).
Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk
panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma melalui
stile pendek (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer dan
cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel)
tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder.pada umumnya,
dari buku pangkal malai hanya akan muncul satu cabang primer, tetapi dalam
keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2-3 cabang primer
(Makarim dan Suhartatik, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere).Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan
(Perdana, 2012).
Syarat Tumbuh
Tanaman Padi Sawah
Iklim
Padi sawah tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis.Ketersediaan
air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat pentimg.Untuk
kebutuhan ait tersebut diperlukan sumber mata iar yang besar, kemudian
ditampung dalam bentuk waduk.Dari waduk inilah sewatu-waktu air dapat
dialirkan

selama

periode

pertumbuhan

padi

sawah

(Suparyono & Setyono, 1997).
Tanah
Tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti
tanah lempung karena dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air
agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam.Tanah yang
baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi
tumbuh tanaman padi.kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan
kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang
netral, serta tergantung sumber air alam (Suparyono & Setyono, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Budidaya Padi Sawah ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani
dalam malakukan budidaya padi sawah diantaranya yaitu: persemaian, pengolahan
lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan,pengendalian dan pemberantasan
hama dan penyakit serta panen. 1. Persemaian Persemaian dilakukan 25
harisebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau
berdekatan dengan petakan sawahyang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit
yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanammudah diangkut dan
tetap segar (Norsalis, 2011).
Pemberian air dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian
air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5 cm). pada
periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian
air terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan
pertumbuhan tunas tidak optimal (Sampoerna, 2012).
Tanaman Padi Gogo
Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air
tersebut hanya mengandalkan curah hujan.Tanaman dapat tumbuh pada daerah
mulai

dari

daratan

rendah

sampai

daratan

tinggi.Tumbuh

di

daerah

tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban
tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat
ditanam di musim kemarau atau hujan.Pada musim kemarau produksi meningkat
asalkan air irigasi selalu tersedia.Di musim hujan, walaupun air melimpah
produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.Di dataran rendah

Universitas Sumatera Utara

padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27OC sedangkan
di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23OC (Perdana, 2012).
Tanah
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis
tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi
gogo.Sedangkan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah
sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk
pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan
penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan
25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 – 30 cm (Perdana, 2011).
Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah
yang remah.Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus,
berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup
banyak.Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH)
tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada
umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan
bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn (Perdana, 2012) .
Botani Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Menurut Steenis (1997) dalam Astuti (2006), klasifikasi Teki adalah
sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Cyperales

Universitas Sumatera Utara

Famili

: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Spesies

: Cyperus rotundusL.
C.rotundus adalah teki tahunan yang memiliki ciri khas tumbuh rendah,

perbungaan berwarna coklat kemerah-merahan terdapat di ujung batang,
mempunyai 2-4 braktea yang bentuknya menyerupai daunnya, buliran tersusun
berselang-seling sedikit tumpang tindih, berumbi dan mempunyai rimpang,
rimpangnya dapat mencapai kedalaman 15 cm dalam tanah dan dapat membentuk
tunas-tunas baru (Nasution, 1986).
C.rotundus tumbuh dominan di perkebunan karet, terdapat di tanah

alluvial atau podsolik yang lembab atau agak kering dengan suasana terbuka atau
sedikit ternaung, daerah penyebarannya meliputi 0-1000 m di atas permukaan
laut.Di luar perkebunan karet, rumput ini juga sering terdapat di ladang, tepi jalan,
tepi sungai/tebing berpasir dan di pekarangan berpasir (Nasution, 1986).
Rumput teki memiliki batang berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak
lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm, membentuk umi di
pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang dapat membentuk tunas baru,
daun-daun terdapat di pangkal batang. Helai daun kaku berbentuk garis, licin,
tidak berambut, warna permukaan atas hijau muda, mempunyai parit yang
membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang
yang membawa bunga, lebar 2-6 mm. upih daun tmpang tindih menangkup
pangkal batang dan bagian pangkal berwarna ungu (Nasution, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh
Iklim
Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari
sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan
atau di lahan pertanian. Tumbuhan ini merupakan gulma yang susah diberantas
(Wijaya, 2006 dalam Izah 2009).
Tanah
Tanaman teki tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m
di atas permukaan laut, banyak tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Jepang,
Taiwan, Malaysia, Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.Pada umumnya teki
tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu kering, di ladang dan kebun
(Sudarsono dkk, 1996 dalamAstuti, 2006).
Preferensi
Pengertian preferensi / non preferensi ialah disukai atau tidak disukainya
suatu tanaman oleh serangga sebagai tempat bertelur, berlindung, sebagai
makanannya atau kombinasi dari ketiganya (Painter, 1951).
Serangga juga akan melakukan pemilihan dalam mencari inangnya, proses
pemilihan inang oleh serangga ini dilakukan dengan beberapa cara seperti melalui
penglihatan (visual), penciuman (olfaktori), pencicipan (gustatori) dan perabaan
(taktil) (Sodiq, 2009).
Proses pemilihan inang oleh serangga melalui beberapa tahap, yaitu :
a.

Pencarian habitat inang (host habitat finding) ; mencari habitat inang dengan

mempergunakan

mekanisme

yang

melibatkan

fototaksis,

anemotaxisgeotaksis,preferensi tempat dan kelembaban.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pencarian inang (host finding); pada umumnya mempergunakan mekanisme
sensorik jarak panjang yang melibatkan tanggap penglihatan dan penciuman.

c.

Pengenalan inang (host recognition); serangga menerima rangsangan dengan
menggigit tanaman.

d.

Penerimaan inang (host acceptance) ; adanya bahan kimia yang berbeda
yang dikandung inang akan mengatur proses pakan serangga.

e.

Kesesuaian inang (host suitability) ; tanaman yang memiliki nilai gizi dan
tidak mengandung senyawa racun akan menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan serangga.

(Metclaf & Luckman, 1975).
Tidak tertariknya serangga pada varietas / makanan mungkin disebabkan
varietas tersebut tidak disukai untuk bertelur, tempat hidup atau sebagai
makanan.Bentuk

maupun

faktor

kimia

secara

kualitatif

dapat

menarik/menolak.Pada tumbuhan inang yang sesuai, wereng dapat mengambil
pakan

dan

mengasimilasikan

sehingga

mempercepat

pertumbuhan

dan

menghasilkan banyak telur.Sebaliknya pada tumbuhan inang yang kurang sesuai
nimfa dapat mencapai dewasa namun tidak menghasilkan telur (Sodiq, 2009).

Universitas Sumatera Utara