Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Health Component pada Siswa SMAN 8 Medan

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi
Maloklusi adalah kelainan hubungan antara satu gigi dengan gigi lain pada satu
rahang dengan antagonisnya dan merupakan penyimpangan oklusi ideal yang dapat
mempengaruhi

ketidakpuasan

estetik.

Maloklusi

secara

tidak

langsung


mempengaruhi ketidakseimbangan hubungan ukuran dan posisi gigi, tulang wajah,
dan jaringan lunak seperti bibir, pipi, dan lidah.14World Health Organization (WHO)
menyatakan maloklusi memiliki prevalensi ketiga terbesar diantara penyakit gigi dan
mulut setelah karies dental dan penyakit periodontal.14-15
Angle menjelaskan tujuh individual malposisi gigi yaitu: bukal atau labial,
lingual, mesial, distal, rotasi (torso), infra (erupsi tidak mencapai permukaan oklusal),
dan supra (erupsi melebihi permukaan oklusal). Sistem klasifikasi maloklusi Angle
digunakan luas dan didasari hubungan anteroposterior dari molar pertama permanen
dan gigi kaninus.16-17
1. Maloklusi Klas I Angle
Maloklusi klas I Angle menunjukkan relasi molar yang normal. Rahang bawah
terletak pada relasi mesiodistal yang normal terhadap rahang atas, dimana tonjol
mesiobukal molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal molar
pertama permanen rahang bawah dan tonjol mesiolingual molar pertama permanen
atas kontak dengan fosssa oklusal molar pertama permanen rahang bawah.16-17

Gambar 1. Maloklusi Klas I Angle18

Universitas Sumatera Utara


6

2. Maloklusi Klas II Angle
Hubungan mesiodistal pada lengkung gigi tidak normal dengan seluruh gigi
rahang bawah lebih posterior menciptakan ketidakharmonisan dengan gigi insisivus
atas dan garis wajah. Tonjol mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi dengan
ruang diantaratonjol mesiobukal molar pertama rahang bawah dan dengan bagian
distal premolar dua rahang bawah. Selain itu, tonjol mesiolingual molar pertama
permanen rahang atas beroklusi lebih ke mesial dari tonjol mesiolingual premolar
pertama permanen rahang bawah.16-17

Gambar 2. Maloklusi Klas II Angle18

a. Klas II divisi 1 Angle
Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki karakteristik dengan adanya proklinasi
atau labioversi gigi insisivus rahang atas, sehingga overjet meningkat.Pada maloklusi
ini juga menunjukkan adanya aktivitas otot yang abnormal, fungsi bibir abnormal,
obstruksi nasal dan pernafasan melalui mulut.16-17


b. Klas II divisi 2 Angle
Maloklusi Klas II divisi 2 dikarakteristikkan dengan gigi insisivus setralis atas
berinklinasi ke arah lingual dan insisivus lateral rahang atas yang lebih ke labial atau
mesial sehingga overlap pada insisivus sentralis. Pasien dengan maloklusi Klas II
divisi 2 biasanya memiliki fungsi bibir dan pernafasan yang normal.16-17

Universitas Sumatera Utara

7

3. Klas III Angle
Hubungan mesiodistal rahang abnormal dengan semua gigi rahang bawah ke
arah mesial. Rahang bawah protrusif terhadap rahang atas. Pada Klas III, tonjol
mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi dengan ruang interdental diantara
molar pertama dan molar dua permanen rahang bawah. Susunan gigi bervariasi
dengan berjejal dan overlapping pada gigi rahang atas. Insisivus sentralis dan kaninus
berinklinasi lingual dikarenakan tekanan dari bibir bawah. Beberapa kasus
menyebabkan terjadinya deformitas pengucapan.16-17

Gambar 3. Maloklusi Klas III Angle18


Penyimpangan maloklusi sangat bervariasi baik pada tiap individu maupun
kelompok

populasi.

Bertambahnya

peningkatan

maloklusi

di

masyarakat

menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan perawatan ortodonti.17

2.2Perawatan Ortodonti
Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan penampilan dentofasial yang menarik secara estetik.Perawatan
ortodonti dapat memperbaiki susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan
rotasi dan apikal dari gigi geligi, dan mengoreksi hubungan antar insisal serta
menciptakan hubungan oklusi yang baik.19 Bertambahnya kesadaran akan pentingnya
penampilan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap perawatan
ortodonti.19-20
Peningkatan maloklusi pasien dengan berbagai variasi maloklusi digolongkan
berdasarkan jenis maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti masing-masing

Universitas Sumatera Utara

8

pasien.18 Penilaian kebutuhan perawatan ortodonti pasien dapat dilakukan
menggunakan indeks kebutuhan perawatan ortodonti.Indeks kebutuhan perawatan
ortodonti digunakan padaperawatan dimana adanya keterbatasan layanan kesehatan
bidang ortodonti di masyarakat. Indeks dapat membantu dokter gigi menilai
kebutuhan perawatan secara subjektif dan objektif berdasarkan pada estetik, potensi
yang buruk pada kesehatan, serta penyimpangan oklusi normal.11,21Indeks yang telah
dikembangkan seperti Dental Aesthetic Index, Index of Complexity, Outcome and

Need, dan Index of Orthodontic Treatment Need.21

2.2.1 Dental Aesthetic Index
Dental Aethetic Index (DAI) dikembangkan oleh Cons, Jenny, dan Kohout
tahun 1986. Dental Aethetic Index telah banyak digunakan dalam studi epidemiologi
kebutuhan perawatan ortodonti dan telah diadopsi oleh World Health Organization
(WHO) sebagai suatu indeks internasional cross-cultural. Dental Aethetic Index
mengevaluasi 10 karakter oklusal: overjet, underjet, kehilangan gigi, openbite
anterior, berjejal anterior, diastema anterior, penyimpangan yang parah pada gigi
anterior,

dan

hubungan

antero-posterior

molar.

Dental


Aethetic

Index

menghubungkan komponen klinis dan estetik secara matematis untuk menghasilkan
skor tunggal yang menggabungkan aspek fisik dan estetik dari oklusi, termasuk
persepsi pasien.5
Perhitungan skor DAI menggunakan persamaan sebagai berikut: (kehilangan
gigi x 6) + (gigi berjejal) + (diatema x 3) + (penyimpangan yang parah rahang bawah)
+ (overjet gigi anterior rahang bawah x 4) + (openbite anterior x 4) + (hubungan
atero-posterior molar x 3) + 13. Indeks ini membagi nilai kebutuhan akan perawatan
ortodonti menjadi 4 tingkat, yaitu:5
a. Normal atau maloklusi ringan dan tidak atau sedikit memerlukan perawatan
(tingkat< 25)
b. Indikasi maloklusi nyata dan memerlukan perawatan (tingkat26-30)
c. Indikasi maloklusi parah dan sangat memerlukan perawatan (tingkat31-35)
d. Indikasi maloklusi sangat parah dan wajib dilakukan perawatan (tingkat≥ 36)

Universitas Sumatera Utara


9

2.2.2 Index of Complexity, Outcome, and Need
Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON) merupakan indeks
internasional yang menyediakan metode penilaian tunggal untuk mencatat
kekomplekan, kebutuhan dan keberhasilan perawatan. Indeks ini terdiri dari 5
komponen, yaitu: estetik yang diadaptasi dari komponen estetik IOTN dengan skala
1, untuk estetik baik, sampai 10, untuk estetik terburuk, dan komponen diastema
rahang atas, crossbite, openbite/overbite anterior, dan relasi anteroposterior segmen
bukal.12

2.2.3Index of Orthodontic Treatment Need
Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) diperkenalkan sebagai kombinasi
dari skala SCAN (Standardized Continuum of Aesthetic Need) yang dikembangkan
Evans dan Shaw pada tahun 1987 dan indeks yang digunakan Swidish Dental Health
Board tahun 1974. Index of Orthodontic Treatment Need mengalami modifikasi oleh
Richmond dkk pada tahun 1992, selanjutnya oleh Lunn dkk tahun 1993.17Index of
Orthodontic Treatment Need merupakan metode mengukur tingkat keparahan
maloklusi untuk mengidentifikasi individu yang paling memerlukan perawatan

rongga

mulut
5,11

profesional.

dalam

jangka

waktu

panjang

dan

terbatasnya

tenaga


Index of Orthodontic Treatment Need tidak hanya untuk mengetahui

tipe maloklusi dan derajat keparahan, tetapi juga dapat digunakan untuk menyeleksi
batasan perawatan.21
Index of Orthodontic Treatment Need terdiri dari dua komponen analisi yaitu
Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic Component (AC). Dalam
penggunaannya, Dental Health Component digunakan lebih dahulu dan diikuti oleh
analisis Aesthetic Component.Aesthetic Component menunjukkan kebutuhan subjektif
pasien dan Dental Health Component menyatakan kebutuhan objektif pasien terhadap
perawatan ortodonti. Kedua komponen ini mengambarkan keunggulan IOTN
dibandingkan dengan penilaian klinis lainnya.15

Universitas Sumatera Utara

10

2.2.3.1Dental Health Component (DHC)
Dental Health Component diajukan untuk mengatasi subjektivitas pengukuran
dengan batas ambang yang jelas, dimana indeks ini lebih banyak digunakan daripada

AC. Dental Health Component juga menggambarkan aspek biologis dan anatomis
dari pencatatan kebutuhan perawatan ortodonti.3,13Dental Health Component terdiri
dari 5 tingkatberdasarkan tingkat keparahan maloklusi dimana tingkat1 menunjukkan
tidak atau sedikit membutuhkan perawatan ortodonti, sedangkan tingkat 5 merupakan
keadaan maloklusi yang parah dan sangat membutuhkan perawatan ortodonti. Banyak
penelitian menggunakantingkat 3 sebagai titik perpotongan antara membutuhkan
perawatan atau tidak membutuhkan perawatan ortodonti.4
Tingkatpada Dental Health Component sebagai berikut:11
a. Tingkat 1-2 : tidak/sedikit diperlukan perawatan (Tabel 1)
b. Tingkat 3

: perawatan sedang (Tabel 2)

c. Tingkat 4-5 : memerlukan perawatan ortodonti (Tabel 3)
Tabel 1. Tingkat1-2 komponen DHC dari IOTN11

2a.
2b.
2c.
2d.
2e.
2f.
2g.

Tingkat1
Maloklusi ringan termasuk kontak poin yang kurang dari 1 mm
Tingkat2
Overjet yang lebih besar dari 3,5 mmtetapi kurang atau sama dengan 6
mm serta bibir kompeten
Reverse overjet yang lebih besar dari 0 mm tetapi kurang atau sama
dengan 1 mm
Crossbite anterior atau posterior yang kurang atau sama dengan 1 mm
diskrepansi antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau
sama dengan 2 mm
Openbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm
Overbite yang lebih besar atau sama dengan 3,5 mm tanpa kontak pada
gingiva
Pre-normal atau post-normal oklusi dengan atau tanpa anomali

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2. Tingkat3 indeks DHC dari IOTN11
3a.
3b.
3c.

3d.
3e.

Tingkat3
Overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tetapi kurang atau sama dengan 6
mm
Reverse overjet yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau sama
dengan 3,5 mm
Crossbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm diskrepansi antara posisi kontak retrusi
dan posisi interkuspal
Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 2 mm tetapi kurang atau
sama dengan 4 mm
Openbite anterior atau lateral yang lebih besar dari 2 mm tetapi kurang
atau sama dengan 4 mm

3f.

Deepbite yang komplit dengan atau tanpa trauma pada jaringan gingiva
atau palatal

Tabel 3. Tingkat4-5 indeks DHC dari IOTN11
4a.
4b
4c.
4d.
4e.
4f.
4g.

4h.
4i.
4k.

Tingkat4
Overjet yang lebih besar dari 6 mm tetapi kurang atau sama dengan 9
mm
Reverse overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tanpa kesulitan
pengunyahan atau bicara
Crossbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 2 mm tanpa
kesulitan pengunyahan atau bicara
Pengeseran titik kontak yang parah yang lebih besar dari 4 mm
Openbite anterior atau lateral yang ekstrim lebih besar dari 4 mm
Overbite yang besar dan komplit dengan trauma pada gingiva atau
palatal
Daerah hipodonsia yang tidak terlalu besar membutuhkan perawatan
restorasi ortodonti atau penutupan ruang untuk meniadakan kebutuhan
perawatan prostetik
Crossbite lingual posterior tanpa kontak fungsional oklusal pada salah
satu atau kedua segmen bukal
Reverse overjet yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau sama
dengan 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan atau bicara.
Gigi supernumerary
Tingkat5

Universitas Sumatera Utara

12

Overjet yang lebih besar dari 9 mm
Daerah hipodonsia yang besar dengan implikasi restorasi (lebih dari 1
gigi pada setiap kwadran) yang membutuhkan perawatan ortodonti prerestorasi
Gigi terpendam (kecuali molar tiga) yang disebabkan karena gigi
berjejal, pergeseran kontak poin, gigi supernumerary, gigi desidui yang
presisten dan penyebab patologi lainnya
Reverse overjet yang lebih besar dari 3,5 mm dengan kesulitan
pengunyahan dan bicara
Cacat akibat celah bibir dan palatum dan anomali kraniofasial lainnya
Gigi desidui yang terpendam

5a.
5h.

5i.

5m.
5p.
5s.

2.2.3.2 Aesthetic Component
Aesthetic Component (AC) terdiri dari 10 foto bewarna yang menunjukkan
derajat perbedaan dari penampilan estetik susunan geligi (Gambar 4).4 Dengan
mengacu gambar ini, derajat penampilan estetik gigi dari sudut pandang pasien dapat
dinilai dalam salah satu tingkat derajat tertentu. Tingkat 1 menunjukkan susunan gigi
yang paling menarik dari sudut estetik geligi, sedangkan tingkat 10 menunjukkan
susunan geligi yang paling tidak menarik. Nilai yang dihasilkan mengambarkan
gangguan estetik susunan gigi. Foto hitam putih dapat digunakan untuk menilai
susunan suatu model karena penilaian tidak dipengaruhi oleh kebersihan rongga
mulut, kondisi gingiva atau perubahan warna restorasi yang berpengaruhi pada gigi
anterior. Tingkatan derajat keparahan dari Aesthetic Component adalah sebagai
berikut:20
a. Tingkat1-4

: tidak diperlukan perawatan/perawatan ringan

b. Tingkat5-7

: perawatan ringan

c. Tingkat8-10 : sangat memerlukan perawatan.

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 4. Skala Aesthetic Component20

2.3Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
Penentuan

kebutuhan

perawatan

ortodonti

penting

karena

dapat

mengidentifikasi maloklusi, mendiagnosa keparahan atau kompleksitas perawatan
yang akan dilakukan, dan menilai tingkat kebutuhan perawatan sehingga keberhasilan
perawatan menjadi lebih baik.22 Kebutuhan akan perawatan berdasarkan index lebih
tinggi dibandingkan kebutuhan akan perawatan menurut subjek itu sendiri. Hal ini
disebabkan karena perbedaan persepsi dimana banyak ditemui dalam penelitian
bahwa pasien dengan perbedaan persepsi dari hasil kebutuhan perawatan ortodonti
menunjukkan peningkatan kualitas hidup dengan perawatan ortodonti yang
berpengaruh kepada estetik makro, mini, dan mikro.23
Jenis kelamin, sosial ekonomi, dan usia mempengaruhi pandangan seseorang
terhadap kebutuhan perawatan ortodonti. Persepsi laki-laki terhadap penampilan gigi
kurang sehingga tidak membutuhkan perawatan ortodontidibandingkan dengan
wanita. Berdasarkan penelitian Birkeland, tampilan fisik seseorang berperan penting
dalam kehidupan sosialnya dan memudahkan dalam beradaptasi.13World Health

Universitas Sumatera Utara

14

Organization (WHO) pada tahun 1995 telah mengukur prevalensi kebutuhan
perawatan ortodonti di 10 negara industri, dimana kebutuhan perawatan ortodonti
berkisar 21-64%.22

2.3.1 Remaja
Masa remaja merupakan tahap penting dalam kehidupan manusia karena
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, terjadi banyak
perkembangan dalam tahap ini yaitu perkembangan fisik, kepribadian dan
perkembangan emosi, serta rentan terhadap masalah maloklusi.8,23World Health
Organization (WHO) menetapkan usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia
remaja dimana usia 10 sampai 14 tahun sebagai remaja awal dan usia 15 sampai 20
tahun sebagai remaja akhir. Menurut Departemen Kesehatan, masa remaja di
Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok usia yaitu remaja awal (13-15 tahun) dan usia
remaja akhir (16-18 tahun).24-25
Kesadaran tentang penampilan fisik meningkat selama anak-anak mendekati
remaja, maka masa remaja dianggap sebagai sebuah kelompok usia yang relevan
untuk meneliti persepsi penampilan gigi pribadi. Perilaku remaja mudahterpengaruh
oleh lingkungan, salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah
penyesuaian terhadap lingkungan sosial, lawan jenis dalam hubungan interpersonal
yang awalnya tidak ada, dan juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di
luar lingkungan sekolah dan keluarga.25Pencarian identitas diri terjadi pada masa
remaja dilakukan dengan memperluas pergaulan dengan teman-teman sebayanya.
Pencarian identitas diri dilakukan dengan cara bergaul dengan teman-teman
seusianya. Remaja cenderung untuk melepaskan diri sedikit demi sedikit dari ikatan
psikis orangtua. Remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan
sendiri, menerima pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari
pola prilaku yang diterima dari kelompoknya. Hal ini dilakukan remaja dengan tujuan
untuk mendapatkan pengakuan dan dapat diterima oleh kelompok teman sebaya
sehingga tercipta rasa aman.26

Universitas Sumatera Utara

15

2.3.2Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan DHC pada Remaja
Remaja menjadi waktu yang sesuai untuk melakukan perawatan ortodonti.
Ketika gigi permanen erupsi, rahang akan tumbuh secara vertikal dan anteroposterior.
Perawatan ortodonti pada remaja dapat menghasilkan hubungan oklusal yang stabil
pada anak dengan maloklusi ringan atau berat selama masa gigi bercampur.2728

Meskipun membutuhkan perawatan ortodonti, beberapa remaja tidak merasa

mengalami maloklusi atau mengetahui bahwa dirinya membutuhkan perawatan
ortodonti.29
Penampilan

giligi

memberikan

pengaruh

pada

bagaimana

seseorang

menghargai dirinya sendiri. Anak-anak dan remaja dengan gigi yang buruk sering
menjadi sasaran gangguan dari anak lain. Hal ini menyebabkan mereka tidak percaya
diri dalam interaksi sosial dan menjadi rendah diri. Remaja yang melakukan
perawatan ortodonti menyatakan pengaruh kesehatan gigi dan mulut lebih sedikit
pada aktivitas keseharian mereka daripada mereka yang tidak melakukan perawatan.
Kelompok anak dengan kebutuhan perawatan ortodonti menunjukkan dampak
signifikan pada emosional dan kebahagiaan sosial mereka.18
Penelitian Johal menyatakan pengaruh maloklusi pada kualitas hidup anak
dinilai dari efek peningkatan overjetatau adanya ruang pada gigi anterior. Kelompok
anak memiliki pengaruh sosial dan emosional pada anak dengan gigi yang berjajar
rapi. Penelitian ini juga menemukan pada kedua ciri maloklusi tersebut terdapat
dampak negatif pada kualitas hidup orang tua dan anggota keluarga lainnya.30-31
Remaja mengambil pemikiran untuk mendapatkan penampilan gigi yang menarik.
Psikologi mencatat wajah yang menarik khususnya mata dan mulut paling penting
dari semua bentuk fisik seperti tinggi, berat, warna kulit dan lainnya.18,32
Penelitian Zamzuri dkk pada 700 siswa usia 13-14 tahun di Malaysia
menunjukkan 27% membutuhkan perawatan ortodonti, tetapi hanya 3,2% yang setuju
dirinya membutuhkan perawatan.2Penelitian Janosevic dkk 301 siswa usia 11-14 di
Serbia menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti 27,4% memerlukan
perawatan ortodonti dan 31,6% tidak/sedikit memerlukanperawatan.17Penelitian
Alkhatib dkk pada 3500 siswa usia 12-14 tahun di London menggunakan DHC

Universitas Sumatera Utara

16

menunjukkan 68% tidak membutuhkan perawatan, 17% perawatan sedikit, dan 15%
sangat membutuhkan perawatan. Penelitian ini juga melihat hubungan etnik dimana
anak-anak berkulit hitam lebih sedikit membutuhkan perawatan dibandingkan mereka
yang berkulit putih, China dan etnik India.25,33

Universitas Sumatera Utara

17

2.4KERANGKA KONSEP

Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Health
Component Pada SMAN 8 Medan

Tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti
pada SMAN 8
Medanberdasarkan
DHC

Crossbite(anteri
or dan
posterior)

Overjet

Overbite

Remaja SMA

Daerah
hipodonsia

Pergeseran gigi

Universitas Sumatera Utara

18

2.5KERANGKA TEORI

Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Health
Component Pada SMAN 8 Medan

Maloklusi

Remaja SMA
Kualitas hidup
Dewasa

Kebutuhan
perawatan ortodonti

Dental Aesthetic
Index (DAI)

Index of Complexity,
Outcome and Need
(ICON)

Index of Orthodontic
Need (IOTN)

Aesthetic
Component (AC)

Dental Health
Component
(DHC)

Universitas Sumatera Utara