BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Butiraldehid Dari Propena Dan Gas Campuran Hidrogen-Karbon Monoksida Dengan Reaksi Hidroformilasi Katalis Rhodium Termodifikasi PPH3 Dan Silika Dengan Kapasitas 33.000 Ton/Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Aldehid

  Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari “alkohol dehidrogenatum“ (cara campurannya).

  Struktur Aldehid : R – CHO

Gambar 2.1 Struktur aldehid

  Ciri-ciri aldehid : ­ Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar(Ratna dkk,2010) ­ Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah(1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5 sukar larut dalam air. ­ Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya.

  2 membentuk alkohol primernya.

  ­ Aldehid dapat direduksi dengan gas H (Efrilianti, 2010)

  2.2 Butiraldehid

  Aldehid yang banyak digunakan dalam dunia industri adalah formaldehid (metanal), asetaldehid (etanal), isobutiraldehid (2-metilpropanal), dan butiraldehid (n-butanal) (Othmer, 1998).

  Butiraldehid merupakan salah satu senyawa yang memiliki gugus aldehid yang banyak digunakan dalam industri kimia. Butiraldehid dikenal juga dengan nama n-butanal atau butil aldehid. Secara alami butiraldehid terdapat pada daun teh, aroma kopi, dan asap tembakau. Butiraldehid merupakan produk intermediet yang banyak digunakan untuk menghasilkan produk-produk lain seperti n-butanol, 2 etil heksanol (2-EH), dan Poli Vinil Butiral(PVB) (Othmer,

Gambar 2.2 Struktur Butiraldehid

  N-butiraldehid sebagai bahan baku pembuatan n-butanol ini merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang khas. Sifat fisika n- butiraldehid antara lain dapat larut dalam air, etil alkohol, etil asetat, aseton, dan toluena, dan merupakan zat yang mudah terbakar (Surijarifre, 2009).

  Butiraldehid dihasilkan dari reaksi hidroformilasi antara propena dan gas campuran antara hidrogen-karbon monoksida. Pada reaksi hidroformilasi gugus ganda pada propena bereaksi berikatan dengan gas campuran hidrogen-karbon monoksida membentuk n-butiraldehid dan i-butiraldehid seperti yang ditunjukkan di bawah.

  Reaksi Hidroformilasi:

  2RCH2 = CH2 + 2CO + 2H2  RCH2CH2CHO + RCH(CH3)CH Propena n-butiraldehid i-butiraldehid Propena dan gas campuran hidrogen-karbon monoksida merupakan reaktan yang digunakan dalam proses hidroformilasi ini. Sedangkan katalis yang digunakan adalah rhodium yang berikatan dengan ligannya PPh

  3 (tripenilpospin). Katalis ini disuspensikan dengan air agar mempermudah proses.

  Pada proses ini juga dibantu dengan silika untuk memperbesar konversi reaksi. (Othmer, 1998).

2.3 Kegunaan Butiraldehid

  Butiraldehid merupakan produk utama dalam proses hidroformilasi propena dan gas campuran serta merupakan produk antara yang banyak digunakan dalam industri kimia. Butiraldehid melalui beberapa proses pengolahan lanjut, baru dapat dikonsumsi secara langsung oleh manusia. heksanol yang banyak digunakan sebagai plasticiser.

  Produk n-butanol dihasilkan dari proses hidrogenasi n-butiraldehid, sedangkan penambahan polivinil alkohol pada n-butiraldehid menghasilkan polivinil butiral. I-butiraldehid yang merupakan produk antara dalam pembuatan n- butiraldehid pada proses hidroformilasi ini juga memiliki banyak kegunaan. Hidrogenasi dari i-butiraldehid akan menghasilkan isobutanol yang berguna sebagai bahan plasticiser dan pelarut. Sedangkan oksidasi i-butiraldehid menghasilkan asam isobutiral (Anonim, 2003b). Untuk kegunaan lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kegunaan Butiraldehid

  (Anonim, 2012 c)

Gambar 2.4 Turunan Senyawa n-Butiraldehid dan i-Butiraldehid

  (Agar, 2003) Produk butiraldehid adalah n-butiraldehid dan iso-butiraldehid yang banyak sekali manfaatnya baik sebagai produk jadi maupun sebagai produk intermedietnya.

  1. Kegunaan n-butiraldehid

  • Sebagai plasticiser digunakan untuk menambah flexibilitas dan memudahkan dalam proses pengolahan plastik.
  • Bahan baku polivinil butiral
  • Kondensasi butiraldehid dengan phenol fan HCl atau NaOH serta formaldehid membentuk resin yang digunakan sebagai molding powder.
  • Bahan baku but ilamina yang digunakan sebagai zat warna, bahan insekt isida dan zatfloatasi
  • Bahan baku 2-et il-1-heksano l yang merupakan solvent defoaming , dispersing, dan wetting agent.
  • Surface coating agent, digunakan untuk pelarut tinta printing

  2. Kegunaan iso-butiraldehid

  • Bahan baku asam panthothenic untuk bahan baku suplemen makanan
  • Bahan baku valen untuk bahan baku suplement makanan
  • Sebagai pelarut (Anonim, 2012d)

   Sifat Reaktan, Produk, dan Bahan Baku

3 H 6 )

2.4.1 Propena (C

  1. Berat molekul : 42,0804 gr/mol

  2. Titik didih : 225,4K - 47,7 °C

  3. Titik beku : 87,6 K

  4. Temperatur kritis : 365 K

  5. Tekanan kritis : 4,6 Mpa

  6. Volume kritis : 181 cm

  A. Sifat – Sifat Fisika

  /mol

  7. Densitas cairan pada 223 K : 0,612 gr/ cm

  3

  8. Entalpi pembentukan : 20,42 kJ/ mol

  9. Wujud : Gas

  10. Merupakan senyawa yang tidak berwarna yang memiliki bau tajam (Othmer, 1998)

  B. Sifat – Sifat Kimia

  1. Propena diproduksi melalui proses steam cracking hidrokarbon pada pemurnian minyak bumi yang juga menghasilan etilen, metana dan hidrogen. Reaksi : 2CH

  3

  • CH
  • H

  2 CH merupakan produk inetmediet dalam industri fenol dan aseton. Reaksi : (Speight, 1995)

  3 = CH CH

  3 CH

  

CH

3 propylene oxide

  O

  2 or ϕ – CH – OOH

  2 CH CH

  CH

  3 t- BuOOH

  3. Produk iso-propil alkohol dibuat dari propilen dengan asam sulfat yang untuk selanjutnya direaksikan dengan uap air. Produk ini banyak digunakan dalam proses industri kimia, pelarut, dan farmasi. Reaksi : CH

  3 CH = CH

  2. Reaksi propena dengan salah satu asam karboksilat menghasilan propena oksida yang banyak digunakan dalam industri plastik poliuretan dan foam.

  2

  4

  = CH

  2

  = CH

  2

  2

  3 CH

2.4.2 Karbon Monoksida (CO)

  A. Sifat – Sifat Fisika

  1. Berat molekul : 28,01 gr/mol

  2. Titik didih : 68,09K

  3. Titik lebur : 81,65 K

  3

  4. Densitas pada 273 K : 1,2501 kg/ cm

  5. Temperatur kritis : 132,9 K

  6. Tidak berwarna

  7. Tidak berbau

  8. Tidak berasa

  9. Bersifat racun (Othmer, 1998)

  B. Sifat – Sifat Kimia

  1. Reaksi eksotermik antara uap air dan karbon akan menghasilkan gas sintetis yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses hidroformilasi. Reaksi : H O + C + CO

  2

  2

  → H

  2. Karbon monoksida merupakan hasil samping dari reduksi biji logam oksida dengan karbon.

  Reaksi : MO + C → M + CO

  3. Reaksi karbon monoksida dengan alkohol merupakan proses dalam industri etil akrilat.

2.4.3 Hidrogen (H 2 )

  2. Elektrolisis air menghasilkan hidrogen atau disebut juga dengan dekomposisi air.

  Reaksi : 2H

  → CH

  2

  → CO + 3H

  4 + H

  Reaksi : CH

  1. Hidrogen biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana.

  B. Sifat – Sifat Kimia

  (Othmer, 1998)

  10. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi.

  9. Unsur teringan

  7. Bersifat non logam 8. Merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar.

  6. Tidak berbau

  5. Tidak berwarna

  4. Konduktivitas : 1,740mW/(cm.K)

  3

  mol/ cm

  3

  3. Densitas pada 0°C : 0,04460 x 10

  2. Viskositas pada 0°C : 0,00839 cP

  1. Berat molekul : 2 gr/mol

  A. Sifat – Sifat Fisika

  ethyl acrylate (Speight, 1995).

2 O

  • O

  2

2 O

  → CO

  → 2H

  2

  2

  → CO + 3H

  2 CH 4 + 2H

  

2 + 2H

  2

  3. Keseluruhan dari reaksi steam hidrokarbon ini dalam industri akan menghasilkan efisiensi dalam operasi dan memberikan panas pada boiler. Reaksi : CH

  4 + 2O

  CH

  2 O

  

2 + 2H

  → CO

  2

  4 + 2O

2 O

  yang sangat penting dalam produksi metanol. Reaksi : CO + 2H

  2

  

3 OH

  → CH

  5. Campuran gas digunakan untuk memproduksi substitusi gas alam (SNG), metana dan hidrokarbon tinggi.

  Reaksi : CO + 3H + H O

  2 → CH

  4

  2 (Othmer, 1998).

2.4.4 Rhodium (Rh)

  A. Sifat – sifat Fisik:

  1. Berat molekul : 102,90550 gr/mol

  3

  2. Massa jenis : 12,41 gr / cm

  3. Titik lebur : 2237 K

  4. Titik didih : 3968 K

  5. Kalor peleburan : 26,59 kJ/mol

  6. Kalor penguapan : 494 kJ/mol

  7. Kapasitas kalor : 24,98 J/(mol.K)

  8. Konduktivitas termal : 150 W/(m.K)

  9 Merupakan logam transisi yang berwarna putih keperakan dan sering digunakan sebagai katalis.

  (Anonim, 2012e)

  B. Sifat – sifat Kimia :

  1. Rhodium sebagian tahan terhadap serangan atmosfer. Pada pemanasan dengan oksigen pada suhu 600 °C, rhodium logam memberikan rodium (III) oksida, Rh O .

  2

  3 Reaksi: 4Rh(s) + 3O 2 (g)

  2 O 3 (s)

  → 2Rh

  2. Rodium sebagai Metal bereaksi langsung dengan gas fluor untuk membentuk rodium sangat korosif (VI) fluoride (RhF6).

  Reaksi: Rh(s) + 3F

  2 (g) 6 (s)

  → RhF

  3. Trihalides rodium (III) fluoride, IrCl

  3 , rhodium (III) klorida, IrCl 3 ,

  dan rhodium (III) bromida, IrBr

  3 , dapat dibentuk melalui reaksi

  → 2RhF

  2Rh(s) + 3Cl (g) (s) [merah]

  2

  3

  → 2RhCl

  2Rh(s) + 3Br

  2 (g) 3 (s) [merah – abu]

  → 2RhBr (Winter, 2012)

2.4.5 H P)

  18

15 Trifenilfosfin (C

  A. Sifat – Sifat Fisik :

  1. Berat molekul : 262,29 gr/mol

  2. Titik didih : 337 °C

  3. Titik lebur : 79 °C - 81°C

  4. Spesifik graviti : 1,08

  5. Tidak larut dalam air

  6. Merupakan pengoksidasi kuat yang sering digunakan sebagai ligan katalis dalam dunia industri

  7. Berbentu serbuk putih.

  B. Sifat – sifat Kimia :

  1. Trifenilfosfin mengalami oksidasi lambat dengan udara untuk menjadi oksida trifenilfosfin, Ph3PO: Reaksi : 2 PPh + O

  3 2 → 2 OPPh

  3

  2. oksigenasi pada PPh3 dimanfaatkan untuk mengisap oksigen dari peroksida organik, yang umumnya terjadi dengan retensi konfigurasi: Reaksi : PPh

  3 + RO

  2 H 3 + ROH (R = alkyl)

  → OPPh

  3. PPh3 teroksidasi lagi menjadi OPPh

  3 dalam aplikasi ini, yang

  mengubah alkohol untuk alkil halida menggunakan CX (X = Cl,

  4 Br):

  Reaksi : PPh

  3 + CBr 4 + RCH

  2 OH 3 + RCH

  2 Br + HCBr

  3

  → OPPh (Anonim, 2012g)

   Silika ( SiO

  A. Sifat – Sifat Fisik :

  2230 °C

  1. Titik didih :

  3

  2. Densitas : 2,648 g/cm

  3. Berat molekul : 60,08 /mol

  4. Kelarutan dalam air : 0,079 g /L

  5. Bentuk Transparent cristals

  B. Sifat – sifat Kimia :

  1. Metode alternatif yang digunakan untuk deposit lapisan SiO2 meliputi :

  • Suhu rendah oksidasi (400-450 °C) dari silan

  SiH

  4 + 2 O

  2 2 + 2 H

  2 O

  → SiO

  • Dekomposisi Tetraethyl ortosilikat (TEOS) pada 680-730 °C

  Si(OC

  2 H 5 )

  4 2 + 2 H

  2 O + 4 C

  2 H

  4

  → SiO

  • Plasma ditingkatkan deposisi uap kimia menggunakan TEOS pada sekitar 400 °C Si(OC

  2 H 5 ) 4 + 12 O

  2 2 + 10 H

  2 O + 8 CO

  2

  → SiO

  2. Silika pyrogenic (kadang disebut silika diasapi atau silika fume), yang merupakan bentuk partikulat yang sangat halus silikon dioksida, disusun dengan membakar SiCl4 dalam api hidrokarbon yang kaya oksigen untuk menghasilkan sebuah "asap" SiO2: SiCl

  4 + 2 H 2 + O

  2 2 + 4 HCl.

  → SiO (Anonim, 2011)

  2.4.7

2 O) Air (H

  A. Sifat – sifat Fisik:

  1. Titik beku : 0 °C

  2. Titik didih : 100 °C

  3. Densitas : 1 gr/ml

  4. Berat molekul : 18,0148 gr/mol

  • (aq) + OH

2 O (l) H

  • 4 + OH −
  • (Lewis acid) + H
  • Fe

  • 6

  6

  2 O)

  3

  Cl

  −

  (Lewis base) + H

  

2 O (Lewis acid)

  → Cl(H

  2 O) −

  (anonim, 2011b)

  7 CHO

  4 H

  → Fe(H

  A. Sifat – Sifat Fisika

Tabel 2.1 Perbandingan Sifat n-butiraldehid dan i-butiraldehid

  No Keterangan n-Butiraldehid i-Butiraldehid

  1. Rumus kimia n-C

  

3 H

  7 CHO i-C

  3 H

  8 O)

  (Lewis acid) + H

  2 O (Lewis base)

  Reaksi : 2 H

  7. Kalor jenisnnya : 1 kal/gr°C

  8. Viskositas : 0,8909 mPa.s (25°C) 9. Membiaskan cahaya datang. 10. pH antara 6,8-7,2.

  11. Merupakan larutan elektrolit.

  12. Larutan bersifat polar karena memiliki sepasang elektron.

  13. Bentuk molekulnya tetrahedral (menyudut).

  14. Merupakan senyawa kovalen.

  (Perry, 1999)

  B. Sifat – sifat Kimia :

  1. Cairan polar yang sedikit terdisosiasi secara tidak proporsional ke dalam ion hidronium.

  3 O

  3+

  −

  (aq)

  2. Dalam reaksi dengan amonia, NH3 menyumbangkan air ion H +, dan dengan demikian bertindak sebagai asam: Reaksi : NH

  3 (base) + H

  2 O (acid) b NH

  3. Karena atom oksigen dalam air memiliki dua pasangan mandiri, air sering bertindak sebagai basa Lewis atau donor pasangan elektron dalam reaksi dengan asam Lewis. Reaksi : H

  

2 O (Lewis base)

  → H

  3 O

2.4.8 Butiraldehid (C

  4. Titik lebur -96,4 °C -60,0 °C

  5. Temperatur kritis 263,95 °C 233,85 °C

  6. Tekanan kritis 4000 kPa 4100 kPa

  3

  3

  7. Densitas cairan 801,6 kg/m 798,1 kg/m

  8. Viskositas 0,343 cP 0,504 cP (Othmer, 1998)

  B. Sifat – Sifat Kimia 1. Dihasilkan melalui reaksi antara propena dan gas campuran.

  Reaksi:CH

  3 CH=CH 2 + CO + H

  2

  3 CH

  2 CH

  2 CHO + (CH 3 )

  2 CHCHO

  →C H 2. Hidrogenasi n-butiraldehid menghasilkan n-butanol. Reaksi : C

  3 H

  7 CHO + H

  2

  4 H

  9 OH

  → C

  3. Proses aldolisasi dari n-butiraldehid menghasilkan 2-etil heksanal dan untuk selanjutnya hidrogenasi 2-etil heksanal akan menghasilkan 2-etil heksanol yang banyak digunakan sebagai plasticiser.

  4. Penambahan polivinil alkohol pada n-butiraldehid menghasilkan polivinil butiral.

  5. Hidrogenasi dari i-butiraldehid akan menghasilkan isobutanol yang berguna sebagai bahan plasticiser dan pelarut.

  6. Oksidasi i-butiraldehid menghasilkan asam isobutiral. (Othmer, 1998)

2.5 Pembuatan Aldehid Cara pembuatan aldehid adalah dengan cara reaksi hidroformilasi.

  Reaksi ini ditemukan oleh Roelen of Ruhrchemie AG di Jerman pada tahun 1938. Katalis yang digunakan pertama kali adalah Cobalt tetracarbonyl hidrida

  o proses yang paling banyak digunakan dalam produksi bahan kimia dengan

  9

  logam transisi kompleks, yaitu sekitar 3,5 x 10 kg/tahun. Reaksi ini dapat mengkonversi olefin menjadi rantai lurus dan cabang dengan perbandingan 3 : 1 (freepatens, 2008).

  Hasil dari reaksi ini selanjutnya dapat dihidrolisa menjadi oxo alcohol yang dapat digunakan sebagai pelarut dan pembuatan plasticizer. Khusus alkohol rantai lurus C12 – C15 dapat disulfonasi dalam skala besar menjadi detergen.

  Pembuatan butiraldehid dari propena di dunia sangat banyak dilakukan melalui proses oxo. Produksi dan konsumsi dunia akan oxo reaction pada tahun 2005 mencapai 2,9 juta meter ton.

Gambar 2.5 Konsumsi Dunia Terhadap Oxo Chemichal

  (Anonim, 2012 b)

2.6 Pemilihan Proses

  Berikut beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan proses, bahan dan reaktor dalam pembuatan butiraldehid :

  1. Penelitian mengenai reaksi hidroformilasi dewasa ini terfokus pada penggunaan katalis cobalt dan rhodium. Namun katalis akan kami pergunakan yaitu rhodium tripenilpospin (Rh-PPh

  3 ). Hal ini disebabkan

  karena rhodium merupakan katalis logam yang sangat reaktif bila dibandingkan dengan katalis logam lainnya.

  Rh >> Co >> Ir > Ru > Os> Pt > Pd > Fe > Ni Adapun perbedaan dari penggunaan katalis coblat dan rodium ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Perbedaan dari Penggunaan Katalis Coblat dan Rodium

  Katalis Cobalt Rhodium Tanpa Dimodifikasi Tanpa Dimodifikasi

  Jenis Ligan dimodifikasi fosfin dimodifikasi fosfin Aktif katalis RCo(CO)

  4 HCo(CO) 3 (L) HRh(CO)

  4 HRh(CO) (L)

  3 Temperatur (°C) 150-180 160-200 100-140 60-120

  Tekanan (bar) 200-300 50-150 200-300 10-50 Katalis untuk

  0,1-1 0.6 0,0001-0,001 0,001-0,1 olefin Produk Aldehid Alkohol Aldehid Aldehid

  Produk samping Tinggi Tinggi Rendah Rendah n/b rasio 80/20 88/12 50/50 92/8 Selektivitas tidak tidak tidak ya racun

  (Zafar, dkk. 2009)

  2. Reaktor yang digunakan yaitu Fixed Bed. Reaktor ini berbentuk kolom yang dilengkapi dengan katalis berbentuk padatan(SiO

  2 ) dan katalis padat yang

  disuspensikan (Rhodium). Gas Propena dan gas campuran dialirkan dari bawah reaktor setelah katalis dimasukkan terlebih dahulu ke dalam reaktor. Ketika proses reaksi terjadi terjadi gelembung-gelembung akibat masuknya gas dari bawah. Produk yang dihasilkan(n-butiraldehid dan i-butiraldehid) akan berbentuk gas dan mengalir keluar dari atas reaktor.

  3. Pemurnian produk menggunakan destilasi karena adanya perbedaan titik didih antara n-butiraldehid dan i-butiraldehid. Dimana titik didih n-C

  4 H

  8 O o o

  yaitu 74,8 C dan i-C

  4 H

  8 O yaitu 64,1 C.

   Deskripsi Proses

  Proses pembuatan butiraldehid dari propena dan gas campuran dengan ini meliputi :

  2.7.1 Persiapan Bahan Baku

  Pada tangki gas campuran (TT-102) yang terdiri dari gas CO dan H dengan perbandingan 49 : 51 dengan suhu awal 30°C dan tekanan awal

  2

  13 atm sebelum dimasukkan ke dalam reaktor. Campuran gas ini terlebih

  o

  dulu dinaikkan suhunya mencapai 120 C dengan menggunakan Heater I (E-101) dan tekanannya diturunkan dengan dimasukan ke dalam Expander I (JC-102) sehingga gas yang dihasilkan memiliki tekanan 2 atm.

  Reaktan yang berada dalam tangki penyimpanan (TT-101) terdiri dari propana dan propena dimana propana 3,5 % dan propena 96,5% yang berwujud cair dengan suhu awal -49,85 °C dan tekanan 6 atm dipompakan ke vaporizer (FE-101) untuk diuapkan dan menaikkan suhu reaktan

  o

  menjadi suhu 120 C dan tekanannya diturunkan hingga 2 atm dengan expander II (JC-101) sebelum dipompakan ke reaktor R-101 .

  Setelah semua persiapan bahan baku selesai di proses, reaktan dan gas campuran dimasukkan ke dalam reaktor R-101 maka tahap reaksi akan dimulai.

  2.7.2 Tahap Reaksi

  Propena dan gas campuran (CO dan H

  2 ) yang digunakan sebagai reaktan memiliki perbandingan 1 : 1 : 1.

  Reaksi :

  2CH CH=CH + 2CO + 2H CH CH CHO + (CH ) CHCHO

  3

  2

  2

  3

  2

  2

  3

  2

  → CH Propena Gas campuran n-butiraldehid iso-butiraldehid (freepatents, 2008)

Gambar 2.6 Reaksi Pembentukan Butiraldehid

  Katalis yang digunakan adalah katalis Rhodium yang berikatan dengan ligannya yaitu PPh

  3 (Triphenilphospin) dan dimodifikasi dengan SiO (Silika) yang telah di-packing ke dalam reaktor packed bed (R-101).

  2 o

  Dengan menggunakan katalis ini dan kondisi operasi bertemperatur 120 C dan tekanan 2 atm, dapat diperoleh konversi reaktan sebesar 100%.

  Campuran gas yang keluar dari reaktor selanjutnya didinginkan pada

  o cooler E-201 untuk menurunkan keluaran produk menjadi 60

  C, hal ini dilakukan untuk mencairkan produk (n- dan i-butiraldehid) sehingga produk (n- dan i-butiraldehid) dan reaktan yang berupa gas (hidrogen) dapat terpisahkan berdasarkan fasanya. Setelah didinginkan produk dialirkan ke compressor (JC-201) untuk menaikkan tekanan produk dan reaktan sisa yang berupa gas (hidrogen) menjadi 6 atm sehingga produk (n- dan i-butiraldehid) dapat mengembun sempurna untuk selanjutnya dipisahkan dengan Vertical Knockout Drum (KO-201) yang dilengkapin

  

wire mesh deentrainer untuk mencegah cairan ikut terikut bersama gas

  reaktan sisa sehingga produk dan reaktan dapat terpisah sempurna. Gas hidrogen yang terpisah akan dialirkan ke tangki hidrogen sisa TT-202.

  Produk yang dihasilkan terdiri dari campuran n- dan i-butiraldehid. Produk ini akan dimurnikan berdasarkan perbedaan titik didihnya pada kolom destilasi MD-301. Sebelum dimurnikan pada kolom destilasi, larutan ini dipompakan ke expander (JC-301) untuk menurunkan o 73,947 C pada kolom destilasi.

2.7.3 Tahap Pemurnian Produk

  Di dalam kolom destilasi akan terjadi proses pemisahan dari larutan tersebut berdasarkan titik didihnya. Produk yang diinginkan adalah n- butiraldehid dengan kadar 95%. Umpan masuk adalah n-butiraldehid dengan kadar 93,3% dan sisanya i-butiraldehid. Produk atas dari destilasi dikondensasi pada K-303 dan dihasilkan n- dan i-butiraldehid dengan kadar i-butiraldehid 99%. Hasil dari kondensasi dialirkan ke akumulator (V-302). Dari akumulator, aliran sebagian di refluks ke kolom destilasi dan sebagian lagi dipompakan ke cooler E-402 sehingga suhu i-

  o

  butiraldehid mencapai suhu 33 C dan kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan TT-402 untuk disimpan. Produk bawah dari kolom destilasi dipanaskan pada reboiler E-302. Sebagian produk dikembalikan ke kolom destilasi dan sebagian lagi dipompakan ke cooler E-401 sehingga suhu n-

  o

  butiraldehid mencapai 33

  C. Selanjutnya n-butiraldehid dipompa dan disimpan dalam tangki penyimpanan TT-401.

Dokumen yang terkait

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Gas Metana Dari Kotoran Ayam Dengan Kapasitas 8.228 Ton/Tahun

11 113 184

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Butiraldehid Dari Propena Dan Gas Campuran Hidrogen-Karbon Monoksida Dengan Reaksi Hidroformilasi Katalis Rhodium Termodifikasi PPH3 Dan Silika Dengan Kapasitas 33.000 Ton/Tahun

6 77 378

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Butiraldehid dari Propena dan Gas Campuran Hidrogen-Karbon Monoksida dengan Reaksi Hidroformilasi Katalis Rhodium Termodifikasi PPh3 dan Silika dengan Kapasitas 39.600 ton/tahun

13 81 358

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Butinediol Dari Gas Asetilen Dan Formaldehid Dengan Kapasitas 2.500 Ton/Tahun

15 58 441

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan N-Butiraldehid Dari Propilen Dan Gas Sintesis Dengan Katalis Rhodium Melalui Proses Oxo-Reaction Dengan Kapasitas Produksi 21.000 Ton/Tahun

12 73 458

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan N-Butiraldehid Dari Propilen Dan Gas Sintesis Dengan Katalis Rhodium Melalui Proses Oxo-Reaction Dengan Kapasitas Produksi 18.000 Ton/Tahun

13 120 473

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Gas Metana Dari Kotoran Ayam Dengan Kapasitas 6.733 Ton/Tahun

31 73 198

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Gas Metana Dari Kotoran Ayam Dengan Kapasitas 8.228 Ton/Tahun

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sodium Lactate Dari Molase Dengan Kapasitas Produksi 1.800 Ton/Tahun

0 1 9

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Butiraldehid Dari Propena Dan Gas Campuran Hidrogen-Karbon Monoksida Dengan Reaksi Hidroformilasi Katalis Rhodium Termodifikasi PPH3 Dan Silika Dengan Kapasitas 33.000 Ton/Tahun

1 3 233