SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

  LAPORAN AKHIR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH RPIJM

  SAFEGUARD SOSIAL DAN

  11 LINGKUNGAN

  11.1. PETUNJUK UMUM

  Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola lingkungan dari dampak-dampak yang diprakirakan timbul ketika dilakukan kegiatan penyiapan (pra konstruksi, kegiatan konstruksi, maupun kegiatan pasca konstruksi/operasional dan pasca operasional), sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan pada lingkungan. Safeguard juga dibuat dengan landasan yang jelas adanya Undang-Undang Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan dari masing-masing rencana usaha dan / atau kegiatan tiap-tiap sektor bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tabalong yang meliputi sektor Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan air bersih diprakirakan akan memberikan perubahan pada lingkungan social dan lingkungan terutama kesiapan masyarakat dalam menerima sarana dan prasarana bidang PU/Cipta Karya, adanya konflik dengan masyarakat, maupun perubahan pada lingkungan fisik-kimia, biologi, dan kesehatan masyarakat yang bersifat negatip.

  Tujuan khusus dari adanya safegurd sosial dan lingkungan adalah memastikan bahwa kegiatan tahap penyiapan sampai dengan tahap pelaksanaan fisik maupun operasional tidak menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat, kegiatan dapat diterima, serta melindungi masyarakat dari adanya penurunan kualitas lingkungan sehingga tercapai kondisi pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, tercapainya kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman, maupun sampah dan tersedianya sanitasi dasar yang memadai.

  11.1.1. Prinsip Dasar Safeguard

  Prinsi-prinsip dasar safeguard adalah sebagai berikut ini:

  1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka safeguard lingkungan dan sosial.

  2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif.

  XI-1

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

LAPORAN AKHIR

  3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam kerangka proyek.

  4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaanm persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

  5. Diharapkan RPIJM tidak mebiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.

  6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

  7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denag kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak diinginkan bagi mereka.

11.1.2. Lingkup Kerangka Safeguard

  Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU / Cipta Karya terdiri dari dua komponen yakni:

  1. Safeguard Sosial Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau DP (Displaced People).

  2. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP (Potentially Affected People).

  XI-2

  LAPORAN AKHIR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH RPIJM

  11.1.3. Pembiayaan

  Pembiayaan rencana safeguard sosial dan lingkungan dapat dilaksanakan melalui APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kota.

  11.2. KOMPONEN SAFEGUARD

  11.2.1. Komponen Sosial Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan permukiman kebali.

  Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini. Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

  1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.

  2. Partisipatif: Warga yang berpotendi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek jumlah dan bentuk kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

  3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah pengganti dan /atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan /atau permukiman kembali.

  11.2.2. Komponen Lingkungan

  Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

  1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk :

  XI-3

  RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014 LAPORAN AKHIR

  XI-4

  RPIJM

  Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

  Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Standar Operasi Baku (SOP) Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

  2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

  3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.

  4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :

  Bahan-bahan perusak ozon Bahan-bahan mengandung asbes. Bahan-bahan mengandung B3 Pestisida, herbisida, dan insektisida. Pembangunan bendungan. Perusakan kekuayaan budaya. Penebangan kayu.

  11.3. METODE PENDUGAAN DAMPAK

  11.3.1. Metode Pendugaan Dampak Sosial

  Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

LAPORAN AKHIR

  RPIJM

  Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penypisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel 6.1. perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

  Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan denagn baik.

Tabel 11.1. Metode Prakiraan Dampak Komponen Sosial No Komponen Indikator Metode Prakiraan Dampak

  1 Pendapatan Peningkatan /penurunan pendapatan Naik, jika : Masyarakat > X – Z a / 2 S / n

   turun jika :  < X + Z a / 2 S / n

  

2 Mata Perubahan mata pencaharian Jumlah penduduk yang kehilangan mata

Pencaharian pencaharian

  

3 Kesempatan Tersedianya lapangan kerja dan Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh

Kerja berusaha proyek dan munculnya kesempatan berusaha

4 Interaksi Persepsi masyarakat terhadap Analisa kualitatif terhadap hasil kuesioner Sosial pendatang tentang adanya pendatang baru.

  

5 Sikap dan Adanya persepsi masyarakat dengan Analisa kualitatif (proporsi) berdasarkan

Persepsi adanya proyek (baik dalam bentuk pendapatan masyarakat (dari data ganti rugi maupun perubahan sosial, kuesioner) ekonomi dan budaya)

Tabel 11.2. Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali Kategori Dampak Persyaratan

  A Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

  1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah Surat Pernyataan dari

negara pemrakarsa kegiatan

  

2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian Laporan yang disusun oleh

menempati tanah yang dihibahkan secara pemrakarsa kegiatan

  XI-5

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM Kategori Dampak Persyaratan sukarela B Pembebasan tanah secara sukarela: Surat Persetujuan yang

  Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang disepakati dan ditandatangai dihibahkan < 10% dan memotong < bidang lahan bersama antara pemrakarsa sejarak 1,5 m dari batas kavling atau garis sepadan kegiatan dan warga yang bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak menghibahkan tanahnya dengan lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta. sukarela C Pembebasan tanah berdampak pada < 200 oran RTPTPK sederhana atau 40 KK atau < 10% dari aset produktif atau melibaykan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi D Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang RTPTPK menyeluruh atau memindahkan warga > 100 orang

11.3.2. Metode Pendugaan Dampak Lingkungan

  Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan (lihat tabel 6.2. perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

  

Tabel 11.3.

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

  Persyaratan Kategori Dampak Pemerintah A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang ANDAL dan buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak RKL/RPL* yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

  B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan UKL/UPL dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan Tidak ada tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air. Catatan: ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkunga UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

  • Lihat lampiran bagian III: SK Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001;SK Menteri PU No. 17/KPTS?M/2003; UU No.

  23/1997, Pasal 15(1); dan PP No.27/1999, pasal 5(1).

  XI-6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  1 Jumlah manusia yang terkena dampak Perbandingan antara penduduk yang terkena dampak negatip dengan penduduk yang menikmati manfaat kurang dari 100%

  Dampak tak terperbalikan efek majemuk Dampak tak terperbalikan efek sangat majemuk

  Sumber: Fandeli, Chafid (1992)

Tabel 11.5.

  

Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting

(Kep. Ka.Bapedal No.056/1994)

  No Faktor Penentu Dampak

  Penting Kriteria Dampak Penting

  Tidak penting Penting

  Perbandingan antara penduduk yang terkena dampak negatip dengan penduduk yang menik-mati manfaat lebih besar atau sama dengan dari 100%

  VI Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Sangat cepat berbalik

  2 Luas wilayah persebaran dampak Tidak ada wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi inten- sitas dampak tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak

  Ada wilayah yang meng-alami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak

  3 Lama berlangsungnya dampak dan intensitas dampak

  Dampak yang terjadi hanya berlangsung pada kurang dari satu tahapan kegiatan intensitas dampak :

  Tidak ada perubahan pada sifat fisik atau Dampak yang terjadi hanya berlangsung pada kurang dari satu tahapan kegiatan intensitas dampak :

  Ada perubahan pada sifat fisik atau hayati

  Cepat berbalik Dampak terperbalikan agak sukar dikendalikan

  XI-7

  RPIJM

Tabel 11.4.

Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting

  II Luas wilayah persebaran dampak berlangsung

sangat sempit sempit Bila dampak

lebih sempit dari wilayah kabupaten

  No. Komponen Lingkungan Nilai dan Rentangan *) Tidak penting Penting

  1

  

2

  3

  4

  5 I Jumlah manusia terkena akan dampak Terkena dampak 10% Sangat sedikit Terkena

dampak 11-

20% Sedikit Terkena dampak 21- 30% Sedang Terkena dampak 31- 50% Banyak Terrkena dampak  51% Sangat banyak

  Bila dampak lebih luas dari wilayah kabupaten

  Dampak muncul kumulatif relatif singkat

  Bila dampak melebihi luas nasional

  III Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Dampak sangat singkat

  Dampak singkat Dampak berlangsung 1- 2 tahap Dampak mulai dari pra konstruksi dan operasi Dampak sangat panjang

  IV Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak Sangat sedikit/

  0 komponen Sedikit/1 komponen Sedang/2 komponen Banyak/3 komponen Sangat banyak/ >

  3 komponen

  V Sifat kumulatif dampak Antagonistik/ saling menetralisir Dampak muncul kumulaitf sedang Dampak muncul kumulatif lama

  Dampak muncul kumulatif sangat singkat

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  XI-8

  RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  No Faktor Penentu Dampak

  Penting Kriteria Dampak Penting

  Tidak penting Penting hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan Tidak ada perubahan mendasar pada kompo- nen lingkungan hidup yang melampaui krite-ria mendasar berdasar pertimbangan ilmiah Tidak ada spesies langka , endemik yang dilindungi menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku, terancam punah atau habitat alaminya mengalami kerusakan Tidak ada gangguan atau kerusakan pada kawasan lindung Tidak ada kerusakan atau pemusnahan benda- benda bersejarah Tidak mengakibatkan kon-flik di kalangan masyara-kat, Pemda maupun Pemerintah Pusat Tidak mengubah atau me-modifikasi area yang mempunyai keindahan alami yang tinggi lingkungan yang melampaui baku mutu ling-kungan yang telah ditetapkan Ada perubahan mendasar pada komponen lingkungan hidup yang melampaui kriteria men- dasar berdasar pertim- bangan ilmiah Ada spesies langka , endemik yang dilin-dungi menurut peraturan per- undang-undangan yang berlaku, terancam punah atau habitat alaminya mengalami kerusakan Ada gangguan atau kerusakan pada kawasan lindung Ada kerusakan atau pemusnahan benda-benda bersejarah Mengakibatkan konflik di kalangan masyarakat, Pemda maupun Pemerin- tah Pusat Mengubah atau memodi- fikasi area yang mem- punyai keindahan alami yang tinggi

  4 Komponen lain yang terkena dampak Tidak menimbulkan dam-pak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan kom-ponen lingkungan yang terkena dampak primer menimbulkan dampak se- kunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer

  5 Sifat kumulatif dampak Tidak kumulatif Bersifat kumulatif, tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan dan bersifat sinergetik

  6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dapat dipulihkan Tidak dapat dipulihkan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  0.20-0.25 Berbau 56-60 8-15 Perubahan 61-80% 6-9 kali per tahun Agak coklat Payau Berbau tanpa dicium langsung.

  b. Rasa

  c. Bau

  d. Kekeruhan Debit (m3/hr) LINGKUNGAN Estetika Lingkungan Limbah Domestik (m3/hr) Kualitas Jalan Gangguan Lalu-lintas

   0.26 Sangat berbau > 60

  15 Terjadi perubahan 81-100% > 10 kali Setahun Hitam-coklat Asin Sangat berbau Keruh berlumpur < 1 Kondisi alamiah kurang

  > 5.50 > 40% rusak > 40%

  Keruh 1-10 Kondisi alamiah sedang 4.76-5.50 21-40% Rusak 21-40%

  4 KUALITAS UDARA Debu ( mg/m3) Bau KEBISINGAN Tingkat Kebisingan (dBA) TANAH & LAHAN Topografi (%) Tata Guna Lahan Erosi Longsoran HIDROLOGI Kualitas Air

  0.13-0.19 Agak berbau 51-55 5-8 Perubahan 41-60% 5-3 kali per tahun Kuning Asam Berbau bila dicium langsung. Agak keruh 10-50 Kondisi alamiah cukup 4.01-4.75 11-20% rusak < 10%

  0.06-0.12 Sedikit berbau 45-60 2-5 Perubahan 21-40% 2-1 kali per tahun Agak kuning Agak asam Agak berbau bila dicium langsung. Bening berwarna.

  50-100 Kondisi alamiah baik 3.26-4.00 < 10% Rusak < 10%

   0.05 Tidak berbau 41-45 0-2 perubahan  20% Tidak pernah longsor Terang Tawar Tidak berbau Bening tak berwarna.

  > 100 Kondisi alamiah sangat baik  3.25 Tidak terjadi kerusakan Tidak terganggu

  2. jelek 3. sedang 4. baik 5. sangat baik

  a. Warna

  3

  XI-9

  1

  RPIJM

Tabel 11.6.

Kriteria Kualitas Lingkungan Geo Fisik Kimia

No. Komponen

  Lingkungan Nilai dan Rentangan *)

  1

  2

  3

  4

  5 I

  2 II

  2

  1 III

  1

  2

  3 IV

  1

  2 V

  1

  • ) Keterangan: nilai/kriteria 1. sangat jelek Sumber: Fandeli, Chafid (1992)

  RPIJM

Tabel 11.7.

Kriteria Kualitas Lingkungan Biologi dan Sosekbudkesmas

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  Nilai dan Rentangan *) No. Komponen Lingkungan

  1

  2

  3

  4

  5 I BIOLOGI

  1 Keanekaragaman Flora 0-0.17 0.18-0.35 0.36-0.53 0.54-0.71  0.72

  2 Keanekaragaman Fauna 0-0.17 0.18-0.35 0.36-0.53 0.54-0.71  0.72

  3 Kerapatan Relatif Vegetasi  20 21-50 51-100 101-200  200 (pohon/ha)

II SOSEKBUDKESMAS

  1 Mata Pencaharian Tidak Ada mata Ada mata Menganggur Ada mata menentu pencaharian pencaharian pencaharian Terjadi pokok pokok+

2 Interaksi Sosial (Norma perubahan Terjadi Terjadi Hanya sedikit sambilan.

  Sosial) perubahan perubahan terjadi sangat besar Tidak terjadi besar agak besar perubahan. perubahan

  3 Nilai Budaya Sda Sda Sda Sda Sda

  4 Kesehatan Masyarakat (5 1-5 semuanya 1-3 penyakit 1-2 penyakit 1 penyakit Tidak ada macam jenis penyakit infeksi; 4-5 infeksi; 3-5 infeksi; 2-5 penyakit penyakit terbanyak) bukan bukan. bukan infeksi. infeksi

Sangat tidak Kurang

  5 Persepsi Masyarakat Tidak setuju setuju Setuju setuju Sangat setuju (50-69%) (30-49%) (10-29%)

  (>70%) (<10%)

  • ) Keterangan: nilai/kriteria

  1. sangat jelek Sumber: Fandeli, Chafid (1992) 2. jelek 3. sedang 4. baik 5. sangat baik

  Dari matriks ini akan diperoleh skala besarnya perubahan kualitas lingkungan bila dibandingkan dengan kualitas lingkungan pada kondisi awal (sebelum ada proyek) yang juga dibagi menjadi 3 (tiga) skala, baik positip maupun negatip yaitu : skala 1 : besar perubahan kualitas lingkungan (prakiraan dampak) kecil skala 2 : besar perubahan kualitas lingkungan sedang skala 3 : besar perubahan kualitas lingkungan besar

11.4. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN DARI SUB PROYEK

  Uraian dampak penting terhadap lingkungan hidup dari masing-masing rencana usaha dan / atau kegiatan tiap-tiap sektor bidang PU/Cipta Karya meliputi sektor Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan air bersih adalah sebagai berikut :

  XI-10

  LAPORAN AKHIR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH RPIJM A. Kegiatan Tahap Pra Konstruksi

  1. Survey Lapangan

  a) Keresahan Masyarakat Keresahan pada masyarakat berpotensi timbul karena adanya kekhawatiran masyarakat

  akan kemungkinan dampak negatif akibat pembangunan proyek seperti tergusurnya lahan masyarakat, kemacetan lalu lintas, debu, bising dan lainnya

  b) Persepsi Positif Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya harapan meningkatnya kualitas

  lingkungan dan berkurangnya daerah genangan saata musim penghujan tiba karena saluran drainase menjadi bersih serta meningkatnya kesehatan karena lingkungan menjadi lebih bersih karena terbangunnya infrastruktur lingkungan

  2. Perencanaan Dan perijinan

   Persepsi Positif

  Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya perencanaan dilakukan secara

  seksama dan memperhatikan aspek lingkungan. Persepsi positif juga dapat timbul karena proses perijinan dilakukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.  Persepsi Negatip

  Persepsi negatip dapat timbul karena adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan

  dampak negatif akibat pembangunan sub proyek investasi seperti terganggunya lingkungan dan persepsi kemungk inan adanya pengenaan biaya dan kenaikan pungutan atau retribusi sampah bahkan air limbah apabila infrastruktur tersebut telah beroperasi

  3. Penyampaian Informasi pada masyarakat

   Persepsi Positif

  Persepsi positif dapat timbul di masyarakat setelah mendapatkan informasi yang memadai

  tentang rencana pembangunan sub proyek serta jika didukung adanya kesepakatan bersama antara pemrakarsa dengan warga  Keresahan Masyarakat

  Keresahan masyarakat masih mungkin terjadi jika informasi yang diberikan tidak memadai

  atau tidak sesuai dengan harapan / keinginan warga setempat atau bila ada pembebasan lahan maka belum tercapai kata sepakat untuk kompensasinya.  Gangguan Kamtibmas

  Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila keresahan yang timbul di masyarakat tidak

  ditanggulangi dengan baik atau tidak adanya solusi yang dapat diterima oleh masing-masing

  XI-11

  LAPORAN AKHIR BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH RPIJM

  pihak, baik pemrakarsa maupun warga setempat (terjadi kebuntuan) atas masalah yang dihadapi. Gangguan kamtibmas dapat berupa protes atau aksi yang mengancam kelancaran kegiatan pembangunan proyek

  B. TAHAP KONSTRUKSI

  1. Mobilisasi Tenaga Kerja

  a) Peningkatan Kesempatan Kerja Peningkatan kesempatan kerja disebabkan oleh adanya kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan pembangunan proyek terutama pekerja kasar.

  b) Kecemburuan sosial Kecemburuan sosial dapat timbul jika pihak kontraktor proyek lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah proyek dalam perekrutan pekerja proyek.

  c) Gangguan kamtibmas Gangguan kamtibmas dapat terjadi jika kecemburuan sosial yang ada di masyarakat

  dibiarkan berlarut-larut tanpa diantisipasi dengan baik akan dapat mengancam kelancaran kegiatan pembangunan proyek. Selain itu, gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila tenaga kerja proyek tidak dapat berbaur dengan masyarakat setempat atau melakukan tindakan kriminalitas.

  2. Mobilisasi Peralatan dan Material

  a) Penurunan kualitas udara Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan kendaraan bermotor

  yang digunakan untuk pengangkutan material. Penurunan kualitas udara terjadi terutama pada jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut yang umumnya akan melewati daerah padat penduduk.

  b) Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising kendaraan pengangkut yang digunakan

  terutama jika mobilisasi alat berat dan material dilakukan dalam jumlah besar dan bersamaan serta melewati wilayah penduduk padat.

  c) Peningkatan volume lalu lintas Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute

  pengangkutan terutama di jalan-jalan yang padat atau jika mobilisasi alat berat dan material dilakukan pada jam-jam sibuk

  XI-12

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

d) Kerusakan Jalan

  Kerusakan Jalan dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute pengangkutan

  terutama di jalan-jalan yang padat atau jika mobilisasi alat berat dan material dilakukan menggunakan kendaraan besar dan melebihi kekuatan jalan.

3. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp

  a) Peningkatan volume air buangan Peningkatan volume air buangan terjadi karena adanya penggunaan KM/WC di base camp oleh pekerja proyek. Air sisa dari kegiatan di KM/WC tersebut akan menimbulkan

  air limbah, dan bila hanya dibuang langsung ke saluran akan memberikan peningkatan pencemaran.

  b) Peningkatan volume sampah Peningkatan volume sampah diprakirakan timbul dari kegiatan manajemen dan aktivitas

  pekerja proyek yang tinggal di base camp. Sampah yang dihasilkan sebagian besar berupa sampah yang dapat didaur ulang seperti kertas, lapak dan lain-lain dan sisanya adalah sampah yang mudah terurai (sisa-sisa makanan).

  c) Gangguan kamtibmas Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila terdapat konflik antara masyarakat sekitar

  dengan tenaga kerja proyek atau pekerja proyek melakukan tindakan kriminalitas di lokasi proyek dan sekitarnya.

4. Pekerjaan Penyiapan Lahan

  a) Keresahan masyarakat Keresahan Masyarakat dapat timbul dari penyiapan lahan. Karena masyarakat khawatir

  lahan mereka akan tergusur, timbul bau, jumlah sampah meningkat, timbulnya debu dan bising.

  b) Persepsi positif Persepsi Positif dapat timbul karena sampah dalam saluran drainase berkurang serta air

  limbah dan sistem drainase dapat ditangani dengan baik

  c) Peningkatan volume sampah hasil dari pengerukan di pinggir saluran drainase Peningkatan volume sampah dapat timbul dari kegiatan penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase pada saat kegiatan normalisasi saluran.

  Terutama jika sampah tidak segera dikelola dengan baik.

  XI-13

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM d) Berkurangnya jumlah sampah dalam saluran drainase

  Berkurangnya Jumlah Sampah dalam Saluran Drainase dapat timbul karena kegiatan

  penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase yang akan dinormalisasi

  e) Penurunan kualitas udara Penurunan kualitas udara disebabkan karena adanya Bau yang berasal dari kegiatan

  penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase serta peningkatan debu akibat kegiatan peralatan berat untuk penyiapan lahan

  f) Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam kegiatan penyiapan lahan terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.

  g) Penurunan vegetasi di sepanjang saluran drainase Penurunan Jumlah Pohon di wilayah proyek dapat terjadi karena pelebaran drainase atau

  penyiapan lahan untuk TPST, peningkatan kualitas TPA, maupun jaringan limbah atau jamban komunal/IPAL komunal, yang memerlukan penebangan pohon.

5. Pembongkaran aspal dan Penggalian Tanah

  a) Penurunan kualitas udara Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

  dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah untuk kegiatan pemasangan sistem sewerage atau normalisasi dan pembuatan saluran drainase serta untuk pemasangan pipa transmisi maupun pipa distribusi.

  b) Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

  kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.

  c) Penurunan K3 Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

  terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

  XI-14

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

d) Keresahan masyarakat

  Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

  nantinya kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah dapat menyebabkan kerusakan bangunan milik warga yang berdekatan dengan lokasi proyek dan terganggunya kenyamanan lingkungan

  6. Pembangunan Bak Kontrol dan Manhole

   Penurunan kualitas udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

  dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole sebagai pelengkap pembangunan sistem jaringan air limbah  Peningkatan kebisingan

  Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

  kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.  Penurunan K3

  Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

  terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

  

7. Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan perpipaan

air bersih)

   Penurunan kualitas udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan baik debu maupun gas

  dari proses kegiatan pengaspalan dan akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan perpipaan air bersih)

  8. Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal

   Penurunan kualitas udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

  dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal.

  XI-15

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

LAPORAN AKHIR

  RPIJM

   Peningkatan kebisingan

  Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

  kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.  Penurunan K3

  Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

  terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

   Keresahan masyarakat

  Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

  nantinya kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal dapat menyebabkan kerusakan bangunan milik warga yang berdekatan dengan lokasi proyek ataupun dapat menimbulkan masalah lainnya apabila nantinya bangunan tersebut tidak dikelola dengan baik.

9. Pekerjaan Pondasi

   Penurunan Kualitas Udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya peningkatan debu serta kadar polutan

  akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pondasi bangunan TPST, bangunan IPA dan IPAL serta bangunan untuk peningkatan kualitas TPA  Peningkatan kebisingan

  Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pondasi terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.

   Penurunan K3

  Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

  terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

   keresahan masyarakat

  Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat akan adanya kerusakan bangunan saat pondasi dibuat.

  XI-16

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

LAPORAN AKHIR

  10. Pekerjaan Struktur Bangunan IPAL dan

  IPA serta sistem jaringan drainase dan Pelengkapnya

   Peningkatan kebisingan

  Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

  Pekerjaan Struktur Bangunan IPA, IPAL, TPST, TPA dan Pelengkapnya terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.  Penurunan K3 Penurunan K3 timbul kegiatan konstruksi dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

  11. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

   Keresahan masyarakat

  Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

  nantinya kegiatan Pembangunan TPST akan menimbulkan bau dan timbulnya penyebaran bibit penyakit.  Penurunan kualitas udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya peningkatan debu serta kadar polutan

  akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pembangunan TPST.  Peningkatan kebisingan

  Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat proyek yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pembangunan TPST .

  12. Demobilisasi Peralatan dan Material

   Penurunan kualitas udara

  Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan dari emisi yang

  dihasilkan kendaraan pengangkut pengembalian alat berat dan sisa material. Penurunan kualitas udara terutama terjadi di jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut alat berat.  Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising kendaraan pengangkut yang digunakan.

   Peningkatan volume lalu lintas

  Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute

  pengangkutan kegiatan demobilisasi alat berat dan sisa material, terutama di jalan-jalan yang padat atau pada jam-jam sibuk.

  XI-17

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

13. Demobilisasi Tenaga Kerja

   Penurunan lapangan pekerjaan

  Menurunnya lapangan pekerjaan dapat terjadi di akhir masa konstruksi karena selesainya masa kontrak kerja antara pekerja proyek dengan kontraktor pelaksana.

  Khusus untuk peningkatan kualitas TPA, maka dampak yang terjadi pada tahap konstruksi adalah :

  1. Pembangunan jalan akses ke TPA dan jalan operasional dilakukan dengan konstrusi berupa jalan beton bertulang belakang. Kegiatan perkerasan beton tersebut dilakukan dengan menggunakan alat-alat berat yang dapat menimbulkan penurunan kualitas udara berupa peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu di udara.

  2. Pada kegiatan recovery sampah lama dengan penataan kembali operasional sel-sel sampah di atasnya, dilakukan pemadatan sampah lama mamakai buldozer sehingga terdapat dampak adanya penurunan sampah sehingga perataan sampah dalam setiap sel dalam proses penataan memerlukan kecermatan dan kehati-hatian karena kemungkinan masih ada gas yang terperangkap yang menyebabkan penurunan kualitas udara. Sedangkan pada pemanfaatan sampah lama yang digunakan sebagai biogas dapat memberikan peluang usaha namun kegiatan ini juga dapat berisiko akan terjadi penumpukan gas landfill yang menyebabkan terjadinya gangguan K3 akibat kemungkinan ledakan gas di dalam sampah.

  3. Kegiatan pembangunan saluran drainase sebagai saluran untuk mengalirkan limpasan dari TPA dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola aliran dan potensi banjir. Pada pembangunan tanggul penahan sampah dapat menyebabkan terjadinya potensi longsor pada timbunan sampah.

  4. Kegiatan pemasangan pipa ventilasi gas dan pipa lindi dilakukan setelah tanah di areal sel sampah diratakan. Pipa ventilasi gas merupakan jalan keluarnya gas metahana yang terperangkap dalam timbunan sampah, sehingga terjadi peningkatan produksi gas

  methan atau tertangkapnya gas methana. Pemasangan pipa lindi sebagai jalan

  keluarnya air lindi menuju saluran lindi berdampak pada tertangkapnya cairan lindi dan menghindari meresapnya lindi ke dalam air tanah sehingga terjadi peningkatan kualitas air tanah.

  5. Kegiatan Pagar keliling TPA memberikan dampak positip terjadinya penurunan

  gangguan kamtibmas karena keleluasaan masuknya masyarakat ke dalam TPA sudah terbatasi karena adanya pemagaran.

  XI-18

LAPORAN AKHIR

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

  RPIJM

C. TAHAP OPERASI

  

1. Operasional dari saluran drainase, Pipa Jalur SPAB, Jamban dan Septicktank

Komunal, IPAL, pompa dan TPST

   Peningkatan fungsi saluran Karena saluran drainase sudah dibersihkan dan saluran juga sudah diperbaiki sehingga

  fungsi saluran drainase lebih maksimal. Dan saluran drainase dan SPAB sudah terpisah

  sehingga saluran drainase tidak bercampur dengan air limbah sehingga lebih bersih dan sehat.  Peningkatan kualitas air saluran

  Kualitas air pada seluruh badan air akan meningkat karena kondisi perairan lebih bersih

  dan air dapat mengalir dengan baik serta sistem penyaluran air limbah tertata secara jaringan.  Peningkatan kesempatan kerja

  Meningkatnya lapangan pekerjaan disebabkan oleh adanya kebutuhan tenaga kerja sebagai tenaga operator dan sebagai pemelihara dari semua fasilitas yang telah di bangun.

   Kecemburuan sosial

  Kecemburuan sosial dapat timbul jika pihak pemrakarsa lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah proyek dalam perekrutan tenaga kerja.

   Berkurangnya volume sampah pada saluran drainase

  Volume sampah akan berkurang sejalan dengan adanya pengoperasian TPST dan sarana lain yang mendukung.

   Penurunan Banjir Karena saluran drainase telah ternormalisasi dan mengalir sesuai fungsinya, maka diharapkan tidak akan terjadi genangan/banjir di kawasan proyek  Perubahan pola perilaku hidup masyarakat

  Perilaku masyarakat akan lebih baik karena seluruh infrastruktur sanitasi lingkungan

  telah terbangun dan difungsikan terutama masyarakat diharapkan tidak membuang sampah dan air limbah ke badan air dan tidak melakukan aktivitas apapun untuk membuang limbah ke badan air.

  XI-19

LAPORAN AKHIR

  RPIJM

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TABALONG 2010-2014

   Peningkatan Estetika lingkungan

  Estetika lingkungan akan meningkat dengan beroperasinya seluruh sarana dan

  prasarana proyek . Peningkatan Estetika lingkungan ditandai dengan semakin bersihnya kawasan dimana proyek dilakukan.  Peningkatan Kesehatan Masyarakat

  Kesehatan masyarakat diprakirakan akan menjadi lebih baik karena sarana sanitasi telah

  terbangun dan lingkungan menjadi lebih sehat

2. Pemeliharaan Bangunan dan Lingkungan

   Peningkatan kualitas dan estetika lingkungn Dengan beroperasinya proyek sesuai fungsinya maka volume sampah berkurang dan air limbah tidak dibuang langsung ke saluran. Dengan berkurangnya sampah dan air limbah maka secara tidak langsung meningkatkan kualitas dan estetika lingkungan.

   Peningkatan kesehatan masyarakat

  Peningkatan kesehatan masyarakat disebabkan membaiknya kondisi estetika

  lingkungan. Hal ini akan banyak meningkatkan kesehatan masyarakat di kawasan proyek dan sekitarnya.

  Khusus untuk kegiatan peningkatan TPA maka dampak yang terjadi adalah sebagai berikut :

  Kegiatan operasional TPA dimulai dari proses pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, Kegiatan pengangkutan sampah dapat memberikan prioritas dampak penting hipotesis adanya

  penurunan kualitas udara, peningkatan kecelakaan, penurunan kesehatan masyarakat