MAKALAH TEORI BAB 4.docx (1)
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah pengantar pendidikan yang diampu oleh:
Bapak HUSAMAH,S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh:
Ilham Ramadhan (043)
Nuri Trihasti Miranda (049)
Rika Kusuma Wardani (061)
Iin Indah Prasetyawati (072)
Laily Nur Fauziah (081)
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, April 2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat waktu. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberi sumbangan baik meteri maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga penyusunan makalah tentang teori belajar konstruktivistik
dan teori belajar revolusi sosio-kultural ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya serta dari cara penulisannya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang teori konstuktivistik dan teori
belajar revolusi sosio-kultural ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Malang, 03 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………...............................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………1
A.
LATAR BELAKANG…………………………………………….1
B.
RUMUSAN MASALAH………………………………………….1
C.
TUJUAN PENULISAN…………………………….......................2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….3
A.
PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK………..3
B.
KONSTRUKTIVISTIK PSIKOLOGI/KOGNITIF PIAGET……….4
C.
TEORI KONSTRUKTIVISTIK SOSIAL VIGOTSKY………………5
D.
PANDANGAN-PANDANGAN TOKOH LAIN TENTANG TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISTIK………………………………………………...6
BAB III PENUTUP………………………………………………………..7
A.
KESIMPULAN……………………………………………………………...7
B.
KRITIK DAN SARAN………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas.
Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan materi,
media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar mengajar yang baik adalah proses
belajar yang dapat mengena pada sasaran melalui kegiatan yang sistematis dan untuk itu
sangatlah diperlukan keaktifan guru dan siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang baik tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, strategi sangat dibutuhkan oleh guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Strategi merupakan cara atau keinginan guru dalam membawa siswa
menuju target yang diinginkan secara tepat.
Konstruktivistik merupakan salah satu landasan berpikir pendekatan pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL), yaitu pengetahuan
yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu, memberi
makna melalui pengetahuan itu, kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Esensi
dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan
situasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka
sendiri.
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruk”
bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi
pusat kegiatan, bukan guru.
Konstruktivistik menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada siswa. Siswa
harus menjadikan informasi itu sebagai miliknya sendiri. Dalam hal ini guru tidak dapat
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswalah yang harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya.
B.
Rumusan masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :
a.
Apa penegertian dari teori belajar konstruktivisik
b.
Bagaimana metode belajar kostruktivisik menurut teori piagnet
c.
Bagaimana metode belajar kosntruktivisik menurut pandangan vigotsky
C.
Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut :
a.
Untuk mengetahui apa pengertian dari teori belajar kosntruktivisik
b.
Untuk mengetahui metode belajar konstruktivisik menurut teori piagnet
c.
Untuk mengetahui metode belajar kosntruktivisik menurut pandangan vigotsky
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses
dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman
atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarpun, memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif, imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Pendekatan konstruksivistik dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan
bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Berkenaan dengan proses pembelajaran, aliran konstruksivistik memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesaui dengan pemahaman
yang telah dimiliki, memerlukan serangkaian kesadaran akan makna bahwa pengetahuan tidak
bersifat obyektif atau stabil, tetapi bersifat temporer atau selalu berkembang tergantung pada
persepsi subjektif individu dan individu yang berpengetahuan menginterptretasikan serta
mengkonstruksi sesuatu realisasi berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan
lingkungan.
Bagi konstruktivis,belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu,bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.Belajar adalah suatu
perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda.Siswa harus
puneya pengalaman dengan membuat hipotesis,menguhi hipotesis,memanipulasi
objek,memecahkan
persoalan,mencari
jawaban,meneliti,berdialog,mengadakan
refleksi,mengungkapkan pertanyaan,mengekspresikan gagasan,dan lain-lain untuk
membentuk konsturksi yang baru.
Menurut Suparno(2012) proses belajar menurut konstruktivistik antara lain bercirikan
sebagai berikut :
a) Belajar berarti membentuk makna.Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat,dengar,rasakan,dan alami.
b) Konstruksi arti itu proses yang terus menerus.Setiap kali berhadapan dengan
fenomena atau persoalan yang baru,diadakan rekonstruksi baik secara kuat
maupun lemah.
c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta,melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertia yang baru.
d) Proses balajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan
yang
merangsang
pemikiran
yang
berlanjut.Situasi
ketidakseimbangan (disekiuilibrium)adalah situasi baik untuk belajar.
e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar:
konsep-konsep,tujuan,dan motivasi yang memengaruhininteraksi dengan
bahan yang dipelajari.
Prinsip-prinsip dari teori belajar konstruktivisme adalah :
1. Belajar dari pengetahuan yang terletak dalam beragam opini dan argumen.
2. Belajar merupakan proses menghubungkan sumber-sumber informasi tertentu.
3. Kemampuan dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal
yang penting,daripada berpatokan kepada pengetahuan yang diketahui
sekarang.
4. Memelihara dan menjaga antar berbagai diperlukan untuk memfasilitasi belajar
agar berkelanjutan.
5. Kemampuan untuk melihat hubungan antar bidang-bidang,ide-ide,dan konsep
merupakan inti keterampilan.
6. Penentu keberhasilan belajar adalah proses belajar itu sendiri.Pemilihan atas
hal-hal apa yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk melalui
realita yang ada.
B. KONSTRUKTIVISTIK PSIKOLOGI/ KOGNITIF PIAGET
Salah satu teori belajar konstruktivistik adalah teori perkembangan mental Piaget yang
disebut juga teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. 3 dalil pokok
yang dikemukakan Piaget yaitu, 1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap
beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama, maksudnya setiap manusia mengalami
urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, 2) tahap-tahap tersebut didefinisikan
sebagai seatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan,
pembuatan hipoteses, dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual, dan 3) gerak melalui tahap-tahap yang dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan stryktur kognitif yang timbul (akomodasi).
1. Perspektif Intelegensi Piaget
Menurut Piaget (1988) intelegensi atau perkembangan intelektual dapat dilihat dari 3
perspektif yaitu :
a. Stuktur
Struktr kognitif merupakan mental framework yang dibangun
seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasi,
mereoorganisasi serta mentransformasikannya.
b. Isi
Isi merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respon yang diberikannya terjadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi
Fungsi merupakan suatu proses dimana struktur kognitif dibangun.
Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai
fungsi melalui proses organisasi dan adaptasi.
2. Konsep proses belajar Piaget
Inti dari pemikiran Piaget tentang proses belajar seseorang adalah mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
C. TEORI KOSTRUKSIVISTIK SOSIAL VIGOTSKY
1. Pandangan-pandangan Vigotsky tentang belajar
Pandangan Vigotsky yang mengemukakan bahwa belajar itu harus berlangsung
dalam kondisi sosial, memperlihatkan peranan bahasa dalam belajar konstruktif.
Menurut Vigotsky perkembangan dan pembelajaran terjadi didalam konteks sosial,
yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak
itu lahir. Menurut Budiningsih (2012) terdapat 3 konsep penting dalam teori
Vigotsky antara lain :
a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati 2 tataran, yaitu
interpsilogis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan
teori intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor priomer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan sedangkan fungsi intramental dipandang
sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses sosial.
b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vigotsky membagi perkembangan proksimal kedalam 2 tingkat yaitu :
1. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara
mandiri (intramental)
2. Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah
bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang
lebih kompeten (intermental)
c. Mediasi
Menurut Vigotsky mediasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan
untuk malakukan self regulation yang meliputi self planning, self monitoring,
self checking, dan self evaluating. Mediasi ini berkembang dalam konikasi
antar pribadi.
2. Mediasi kognitif adalah penggunaan alay-alat kognitif untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject domain
problem. Mediasi kognitif berkaitan dengan konsep spontan dan konsep
ilmiah.
2. Prinsip pembelajaran Vigotsky
a. Pembelajaran sosial (social learning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif.
b. ZPD (Zone Of Proximal Develpoment)
Siswa tidak dapat memcahkan masalh sendiri, tetapi dapt memecahkan
9masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya.
c. Masa magang kognitif
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh
kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli.
d. Pembelajaran termediasi (mediated learning)
Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberi
bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah.
Vigotsky menyatakan menyatakan bahwa konsep dasar konstruktivistik adalah
scaffolding dan kooperatif. Scaffolding, berarti memberikan kepada seorang individu
sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri.Scaffolding, berarti upaya
pembelajar untuk membimbing siswa dalam mencapai keberhasilan.
D. PANDANGAN-PANDANGAN TOKOH LAIN
1. Von Glasersfeld
Menurut dia pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran
seseorang yang memiliki pengetahuan (guru) kepikiran orang yang belum memiliki
pengetahuan siswa,bahkan apabila
guru bermaksud menstranfer konsep,ide,atau
pengertiaannya kepada siswa.Von membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan
hubungan pengetahuan dan kenyataan,yaitu :
\
a) Konstrutivisme radikal,yaitu konstrukivisme yang mengesampingkan hubungan antara
dan kenyataan sebaai kriteria’
b) Realisme Hipotesis,memandang bahwa pengetahuan sebagai suatu hipotesis.
c) Konstruktivisme tengah.pengetahuan sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari
kenyataan.
2. Tasker
Menurut Anggraini (2011) ,Tasker mengemukakan 3 penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme ,yaitu :
a) Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b) Pentingnya membuat kaitan antara gaggasan dalam pengkonstruksikan secara
bermakna.
c) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
3. Wheatley
Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinspi utama dalam
pembelajarn dengan teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
a) Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif,tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa.
b) Fungsi kognisi bersifaf adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman
nyata yang dimiliki anak.
4. Hanbury
Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran dan saling
berkaitan :
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuam dengan cara-cara mengintegrasikan ide yang
mereka miliki.
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c) Strategi siswa bernilai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi
pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarpun, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk
berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif, imajinatif serta
dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya
B. KRITIK DAN SARAN
Makalah ini sangat jauh dari sempurna,karena mungkin masih banyak kesalahankesaalahan yang terjadi baik dari penulisan kata,ejaan,paragraph dan lain-lain.Oleh karena
itu ,untuk dapat menutupi hal itu kami berharap adanya apresiasi yang diberikan dari
pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah pengantar pendidikan yang diampu oleh:
Bapak HUSAMAH,S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh:
Ilham Ramadhan (043)
Nuri Trihasti Miranda (049)
Rika Kusuma Wardani (061)
Iin Indah Prasetyawati (072)
Laily Nur Fauziah (081)
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, April 2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat waktu. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberi sumbangan baik meteri maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga penyusunan makalah tentang teori belajar konstruktivistik
dan teori belajar revolusi sosio-kultural ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya serta dari cara penulisannya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang teori konstuktivistik dan teori
belajar revolusi sosio-kultural ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Malang, 03 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………...............................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………1
A.
LATAR BELAKANG…………………………………………….1
B.
RUMUSAN MASALAH………………………………………….1
C.
TUJUAN PENULISAN…………………………….......................2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….3
A.
PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK………..3
B.
KONSTRUKTIVISTIK PSIKOLOGI/KOGNITIF PIAGET……….4
C.
TEORI KONSTRUKTIVISTIK SOSIAL VIGOTSKY………………5
D.
PANDANGAN-PANDANGAN TOKOH LAIN TENTANG TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISTIK………………………………………………...6
BAB III PENUTUP………………………………………………………..7
A.
KESIMPULAN……………………………………………………………...7
B.
KRITIK DAN SARAN………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas.
Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan materi,
media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar mengajar yang baik adalah proses
belajar yang dapat mengena pada sasaran melalui kegiatan yang sistematis dan untuk itu
sangatlah diperlukan keaktifan guru dan siswa untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang baik tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, strategi sangat dibutuhkan oleh guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Strategi merupakan cara atau keinginan guru dalam membawa siswa
menuju target yang diinginkan secara tepat.
Konstruktivistik merupakan salah satu landasan berpikir pendekatan pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL), yaitu pengetahuan
yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu, memberi
makna melalui pengetahuan itu, kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Esensi
dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan
situasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka
sendiri.
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruk”
bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi
pusat kegiatan, bukan guru.
Konstruktivistik menekankan pada prinsip belajar yang berpusat pada siswa. Siswa
harus menjadikan informasi itu sebagai miliknya sendiri. Dalam hal ini guru tidak dapat
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswalah yang harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya.
B.
Rumusan masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :
a.
Apa penegertian dari teori belajar konstruktivisik
b.
Bagaimana metode belajar kostruktivisik menurut teori piagnet
c.
Bagaimana metode belajar kosntruktivisik menurut pandangan vigotsky
C.
Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut :
a.
Untuk mengetahui apa pengertian dari teori belajar kosntruktivisik
b.
Untuk mengetahui metode belajar konstruktivisik menurut teori piagnet
c.
Untuk mengetahui metode belajar kosntruktivisik menurut pandangan vigotsky
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses
dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman
atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarpun, memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif, imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Pendekatan konstruksivistik dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan
bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Berkenaan dengan proses pembelajaran, aliran konstruksivistik memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesaui dengan pemahaman
yang telah dimiliki, memerlukan serangkaian kesadaran akan makna bahwa pengetahuan tidak
bersifat obyektif atau stabil, tetapi bersifat temporer atau selalu berkembang tergantung pada
persepsi subjektif individu dan individu yang berpengetahuan menginterptretasikan serta
mengkonstruksi sesuatu realisasi berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan
lingkungan.
Bagi konstruktivis,belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu,bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.Belajar adalah suatu
perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda.Siswa harus
puneya pengalaman dengan membuat hipotesis,menguhi hipotesis,memanipulasi
objek,memecahkan
persoalan,mencari
jawaban,meneliti,berdialog,mengadakan
refleksi,mengungkapkan pertanyaan,mengekspresikan gagasan,dan lain-lain untuk
membentuk konsturksi yang baru.
Menurut Suparno(2012) proses belajar menurut konstruktivistik antara lain bercirikan
sebagai berikut :
a) Belajar berarti membentuk makna.Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat,dengar,rasakan,dan alami.
b) Konstruksi arti itu proses yang terus menerus.Setiap kali berhadapan dengan
fenomena atau persoalan yang baru,diadakan rekonstruksi baik secara kuat
maupun lemah.
c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta,melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertia yang baru.
d) Proses balajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan
yang
merangsang
pemikiran
yang
berlanjut.Situasi
ketidakseimbangan (disekiuilibrium)adalah situasi baik untuk belajar.
e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar:
konsep-konsep,tujuan,dan motivasi yang memengaruhininteraksi dengan
bahan yang dipelajari.
Prinsip-prinsip dari teori belajar konstruktivisme adalah :
1. Belajar dari pengetahuan yang terletak dalam beragam opini dan argumen.
2. Belajar merupakan proses menghubungkan sumber-sumber informasi tertentu.
3. Kemampuan dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal
yang penting,daripada berpatokan kepada pengetahuan yang diketahui
sekarang.
4. Memelihara dan menjaga antar berbagai diperlukan untuk memfasilitasi belajar
agar berkelanjutan.
5. Kemampuan untuk melihat hubungan antar bidang-bidang,ide-ide,dan konsep
merupakan inti keterampilan.
6. Penentu keberhasilan belajar adalah proses belajar itu sendiri.Pemilihan atas
hal-hal apa yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk melalui
realita yang ada.
B. KONSTRUKTIVISTIK PSIKOLOGI/ KOGNITIF PIAGET
Salah satu teori belajar konstruktivistik adalah teori perkembangan mental Piaget yang
disebut juga teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. 3 dalil pokok
yang dikemukakan Piaget yaitu, 1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap
beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama, maksudnya setiap manusia mengalami
urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, 2) tahap-tahap tersebut didefinisikan
sebagai seatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan,
pembuatan hipoteses, dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual, dan 3) gerak melalui tahap-tahap yang dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan stryktur kognitif yang timbul (akomodasi).
1. Perspektif Intelegensi Piaget
Menurut Piaget (1988) intelegensi atau perkembangan intelektual dapat dilihat dari 3
perspektif yaitu :
a. Stuktur
Struktr kognitif merupakan mental framework yang dibangun
seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasi,
mereoorganisasi serta mentransformasikannya.
b. Isi
Isi merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respon yang diberikannya terjadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi
Fungsi merupakan suatu proses dimana struktur kognitif dibangun.
Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai
fungsi melalui proses organisasi dan adaptasi.
2. Konsep proses belajar Piaget
Inti dari pemikiran Piaget tentang proses belajar seseorang adalah mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
C. TEORI KOSTRUKSIVISTIK SOSIAL VIGOTSKY
1. Pandangan-pandangan Vigotsky tentang belajar
Pandangan Vigotsky yang mengemukakan bahwa belajar itu harus berlangsung
dalam kondisi sosial, memperlihatkan peranan bahasa dalam belajar konstruktif.
Menurut Vigotsky perkembangan dan pembelajaran terjadi didalam konteks sosial,
yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak
itu lahir. Menurut Budiningsih (2012) terdapat 3 konsep penting dalam teori
Vigotsky antara lain :
a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati 2 tataran, yaitu
interpsilogis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan
teori intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor priomer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan sedangkan fungsi intramental dipandang
sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses sosial.
b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vigotsky membagi perkembangan proksimal kedalam 2 tingkat yaitu :
1. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara
mandiri (intramental)
2. Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah
bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang
lebih kompeten (intermental)
c. Mediasi
Menurut Vigotsky mediasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan
untuk malakukan self regulation yang meliputi self planning, self monitoring,
self checking, dan self evaluating. Mediasi ini berkembang dalam konikasi
antar pribadi.
2. Mediasi kognitif adalah penggunaan alay-alat kognitif untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject domain
problem. Mediasi kognitif berkaitan dengan konsep spontan dan konsep
ilmiah.
2. Prinsip pembelajaran Vigotsky
a. Pembelajaran sosial (social learning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif.
b. ZPD (Zone Of Proximal Develpoment)
Siswa tidak dapat memcahkan masalh sendiri, tetapi dapt memecahkan
9masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya.
c. Masa magang kognitif
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh
kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli.
d. Pembelajaran termediasi (mediated learning)
Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberi
bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah.
Vigotsky menyatakan menyatakan bahwa konsep dasar konstruktivistik adalah
scaffolding dan kooperatif. Scaffolding, berarti memberikan kepada seorang individu
sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri.Scaffolding, berarti upaya
pembelajar untuk membimbing siswa dalam mencapai keberhasilan.
D. PANDANGAN-PANDANGAN TOKOH LAIN
1. Von Glasersfeld
Menurut dia pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran
seseorang yang memiliki pengetahuan (guru) kepikiran orang yang belum memiliki
pengetahuan siswa,bahkan apabila
guru bermaksud menstranfer konsep,ide,atau
pengertiaannya kepada siswa.Von membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan
hubungan pengetahuan dan kenyataan,yaitu :
\
a) Konstrutivisme radikal,yaitu konstrukivisme yang mengesampingkan hubungan antara
dan kenyataan sebaai kriteria’
b) Realisme Hipotesis,memandang bahwa pengetahuan sebagai suatu hipotesis.
c) Konstruktivisme tengah.pengetahuan sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari
kenyataan.
2. Tasker
Menurut Anggraini (2011) ,Tasker mengemukakan 3 penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme ,yaitu :
a) Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b) Pentingnya membuat kaitan antara gaggasan dalam pengkonstruksikan secara
bermakna.
c) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
3. Wheatley
Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinspi utama dalam
pembelajarn dengan teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
a) Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif,tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa.
b) Fungsi kognisi bersifaf adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman
nyata yang dimiliki anak.
4. Hanbury
Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran dan saling
berkaitan :
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuam dengan cara-cara mengintegrasikan ide yang
mereka miliki.
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c) Strategi siswa bernilai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi
pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarpun, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk
berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif, imajinatif serta
dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya
B. KRITIK DAN SARAN
Makalah ini sangat jauh dari sempurna,karena mungkin masih banyak kesalahankesaalahan yang terjadi baik dari penulisan kata,ejaan,paragraph dan lain-lain.Oleh karena
itu ,untuk dapat menutupi hal itu kami berharap adanya apresiasi yang diberikan dari
pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.