KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)

  KEKURANGAN ENERGI KEKURANGAN ENERGI

  PROTEIN (KEP) Sukma Sahadewa, dr.,SH., M.Kes., CHt.

PROTEIN (KEP)

  Sukma Sahadewa, dr.,SH., M.Kes., CHt.

  

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

  

Status gizi dan perkembangan psikososial

Status gizi dan perkembangan psikososial

anak merupakan salah satu indikator status anak merupakan salah satu indikator status kesehatan bangsa menuju Indonesia Sehat kesehatan bangsa menuju Indonesia Sehat

  2010 dengan meningkatkan upaya 2010 dengan meningkatkan upaya kesehatan yang proaktif kesehatan yang proaktif

   Angka kejadian KEP yang selalu ada dan Angka kejadian KEP yang selalu ada dan merupakan penyebab kematian anak merupakan penyebab kematian anak

bahkan membutuhkan upaya pencegahan

bahkan membutuhkan upaya pencegahan

dan penanggulangan yang tidak mudah dan penanggulangan yang tidak mudah

  

DEFINISI

DEFINISI

   Kekurangan Energi Protein ( KEP ) adalah seseorang yang Kekurangan Energi Protein ( KEP ) adalah seseorang yang kurang gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi kurang gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari dan atau energi dan protein dalam makanan sehari – hari dan atau gangguan penyakit tertentu gangguan penyakit tertentu

   Pengertian: Suatu penyakit / kondisi klinis yang disebabkan oleh defisiensi energi dan protein, dan sering disertai defisiensi nutrien yang lain

   Ada beberapa istilah yang digunakan untuk KEP menurut Ada beberapa istilah yang digunakan untuk KEP menurut penyebabnya adapun i stilah – istilah tersebut adalah : penyebabnya adapun i stilah – istilah tersebut adalah :

  • Protein Calori Malnutrition ( PCM )

  Protein Calori Malnutrition ( PCM )

  • Protein Energi Malnutrition ( PEM )

  Protein Energi Malnutrition ( PEM )

  • Energi Nutrient Malnutrition ( ENM ) 2

  Energi Nutrient Malnutrition ( ENM ) 2

  FAKTOR-FAKTOR FAKTOR-FAKTOR

   Faktor Internal Faktor Internal 1.

  1. Fisik Fisik 2.

  2. Psikis Psikis

   Faktor Eksternal Faktor Eksternal 1.

  1. Sosial Sosial 2.

  2. Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk 3.

  3. Kemiskinan Kemiskinan 4.

  4. Fisiologis Fisiologis 5.

  5. Pengolahan Makanan Pengolahan Makanan

  Faktor Internal Faktor Internal

  1. Fisik

  1. Fisik

  

a. Makanan yang tidak seimbang

  

a. Makanan yang tidak seimbang

  b. Infeksi

  b. Infeksi

  2. Psikis

  2. Psikis a.

  a.

  Stres Stres b.

  b.

  Konsep diri Konsep diri a. Makanan yang tidak seimbang

  a. Makanan yang tidak seimbang

  Kematian Makanan yang kurang KEP seimbang (komposisi,jumlah) Pemenuhan kebutuhan energi

  Peningkatan kejadian sakit tubuh berkurang Penurunan fungsi sistem

  Peningkatan metabolisme dari tubuh (imunitas ) lemak dan protein untuk membantu menyediakan energi

  b. Infeksi

  b. Infeksi

  Kematian Infeksi Pengaktifan sistem Penurunan kualitas fungsi imunitas tubuh sistem imunitas Meningkatkan metabolisme KEP protein sebagai bahan dasar pembentukan sel a. Stres

  a. Stres

  KEP Kematian Stres psikis

  Pemenuhan kebutuhan energi Mengaktifkan sistem tubuh tubuh berkurang LAS dan GAS

  Asupan makanan yang kurang Peningkatan metabolisme dari seimbang karbohidrat, lemak dan protein untuk membantu menyediakan energi b. Konsep diri

  b. Konsep diri

  Gangguan konsep diri Peningkatan metabolisme dari karbohidrat, lemak dan protein untuk membantu menyediakan

  Kecemasan energi

  Merangsang peningkatan kerja Pemenuhan kebutuhan energi sistem saraf tubuh berkurang

  Penurunan nafsu makan KEP

  Penurunan asupan makanan Kematian

  Faktor Eksternal Faktor Eksternal

  1. Sosial

  1. Sosial

   Pantangan menggunakan bahan makanan Pantangan menggunakan bahan makanan tertentu tertentu

   Perceraian Perceraian

   Poligami Poligami

   Ibu merupakan wanita karir Ibu merupakan wanita karir lanjutan lanjutan

  2. Kepadatan penduduk

  2. Kepadatan penduduk

   Proses perpindahan penduduk dari desa ke Proses perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mencari nafkah kota untuk mencari nafkah

   Meningkatnya angka kelahiran Meningkatnya angka kelahiran lanjutan lanjutan

  3. Kemiskinan

  3. Kemiskinan

   Penghasilan yang rendah Penghasilan yang rendah

   Ketidak mampuan untuk menanam bahan Ketidak mampuan untuk menanam bahan makanan sendiri makanan sendiri

   Timbulnya penyakit infeksi karena Timbulnya penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal kepadatan tempat tinggal lanjutan lanjutan

  4. Fisiologis

  4. Fisiologis

   Kurangnya pengetahuan ibu akan zat gizi Kurangnya pengetahuan ibu akan zat gizi lanjutan lanjutan

  5. Pengolahan makanan

  5. Pengolahan makanan

   Nilai gizi bahan makanan dipengaruhi oleh Nilai gizi bahan makanan dipengaruhi oleh tiap perlakuan mulai saat panen sampai di tiap perlakuan mulai saat panen sampai di konsumsi konsumsi

  DAMPAK DAMPAK

   Terganggunya tumbuh kembang anak Terganggunya tumbuh kembang anak

   Terjadinya gangguan pada sistem integumen Terjadinya gangguan pada sistem integumen

   Penurunan fungsi mobilitas dan aktivitasnya Penurunan fungsi mobilitas dan aktivitasnya

   Gangguan fungsi mental Gangguan fungsi mental

   Penurunan kemampuan tubuh dalam pengaturan Penurunan kemampuan tubuh dalam pengaturan kebutuhan thermoregulasi kebutuhan thermoregulasi

   Penurunan kemampuan kerja dari enzim-enzim tubuh Penurunan kemampuan kerja dari enzim-enzim tubuh

   Penurunan fungsi hati dalam mensintesis protein Penurunan fungsi hati dalam mensintesis protein

   Penurunan daya imunitas tubuh Penurunan daya imunitas tubuh

   Kematian Kematian

  

DISTRIBUSI KEP

DISTRIBUSI KEP

   Distribusi Per Kelompok Umur Distribusi Per Kelompok Umur

  Usia rawan KEP Usia rawan KEP

   

  Balita, terutama yang berusia 12-23 Balita, terutama yang berusia 12-23 bulan. bulan. hal tersebut disebabkan karena hal tersebut disebabkan karena jumlah makanan yang jumlah makanan yang dikonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dikonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu banyak bermain, dan keengganan terhadap beberapa banyak bermain, dan keengganan terhadap beberapa makanan yang asing dan mulai lebih banyak makanan yang asing dan mulai lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka akan lebih bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka akan lebih sering kontak dengan orang-orang di sekitarnya sering kontak dengan orang-orang di sekitarnya sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah. lemah.

   Distribusi Per Kondisi Geografis Distribusi Per Kondisi Geografis

  Penderita KEP di pedesaan > penderita KEP di perkotaan Penderita KEP di pedesaan > penderita KEP di perkotaan hal tersebut di sebabkan kondisi geografis pedesaan hal tersebut di sebabkan kondisi geografis pedesaan yang terpencil, kurangnya sarana prasarana, tidak yang terpencil, kurangnya sarana prasarana, tidak meratanya pendistribusian pangan, daerah tandus, meratanya pendistribusian pangan, daerah tandus,

  Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan, minimnya Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan, minimnya tenaga kesehatan, kurangnya pendidikan dan tenaga kesehatan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat pengetahuan masyarakat .

  .

   Distribusi Per Makanan Pokok Distribusi Per Makanan Pokok

  

Bila pola konsumsi yang diberikan tidak sesuai dengan

Bila pola konsumsi yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan gizi anak akan kebutuhan gizi anak akan mengganggu status gizi anak mengganggu status gizi anak mereka mereka .

  .

  Dengan pola makanan yang tepat akan Dengan pola makanan yang tepat akan

mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan oleh

mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuh. tubuh.

  

Pola makan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan

Pola makan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan

pola belanja ibu, dimana ibu merupakan penentu

pola belanja ibu, dimana ibu merupakan penentu

kebijakan tentang kualitas dan kuantitas dari jenis

kebijakan tentang kualitas dan kuantitas dari jenis

makanan yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga

makanan yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga

   Distribusi Per Kondisi Ekonomi Distribusi Per Kondisi Ekonomi

  Golongan ekonomi rendah lebih rawan menderita KEP Golongan ekonomi rendah lebih rawan menderita KEP dibanding dengan golongan ekonomi tinggi. dibanding dengan golongan ekonomi tinggi. kondisi ekonomi kondisi ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan merupakan faktor yang paling menentukan pola makan serta kualitas dan kuantitas makanan seperti pola makan serta kualitas dan kuantitas makanan seperti apa yang akan dibeli apa yang akan dibeli .

  .

  Apabila tingkat Apabila tingkat p p endapatan suatu keluarga itu rendah akan endapatan suatu keluarga itu rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli mereka, sehingga mengakibatkan lemahnya daya beli mereka, sehingga mereka tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan mereka tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi pe makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi pe r r baikan baikan gizi yang efektif terutama untuk anak-anak mereka gizi yang efektif terutama untuk anak-anak mereka

  

Klasifiasi KEP

Klasifiasi KEP

   Menurut Gomez (1956) Menurut Gomez (1956)

   Menurut Jellife (1966) Menurut Jellife (1966)

   Menurut Bengoa (1970) Menurut Bengoa (1970)

   Menurut Wellcome (1970) Menurut Wellcome (1970)

   Menurut Waterlow (1973) Menurut Waterlow (1973)

   Menurut Departemen Kesehatan Menurut Departemen Kesehatan

  RI (2000) RI (2000)

   Menurut loiaiarya antropometri Menurut loiaiarya antropometri

  

Menurut Gomez (1956)

Menurut Gomez (1956)

  Derajat KEP Derajat KEP Berat badan/ Berat badan/ usia usia

  I Ringan

  I Ringan

  II Sedang

  II Sedang

  III Berat

  III Berat 90% - 76%

  90% - 76% 75% - 61%

  75% - 61% < 60%

  < 60%

  

Menurut Jellife (1966)

Menurut Jellife (1966)

  Kategori Kategori Berat badan/ usia Berat badan/ usia KEP I KEP I KEP II KEP II KEP III KEP III KEP IV KEP IV

  90% - 80% 90% - 80%

  80% - 70% 80% - 70%

  70% - 60% 70% - 60%

  < 60% < 60%

  Menurut Bengoa (1970) Menurut Bengoa (1970) Kategori Kategori Berat badan/ usia Berat badan/ usia KEP I KEP I KEP II KEP II KEP III KEP III

  96% - 76% 96% - 76%

  74% - 61% 74% - 61%

  Semua penderita Semua penderita dengan edema dengan edema

  

Menurut Wellcome (1970)

Menurut Wellcome (1970)

  Tanda Tanda yang ada yang ada % Berat % Berat baku baku edema edema Defisit Defisit BB/TB BB/TB Kurus

  Kurus Pendek

  Pendek Marasmus

  Marasmus Kwarsiorkor

  Kwarsiorkor Marasmik-

  Marasmik- kwarsiorkor kwarsiorkor

  80 – 60 80 – 60

  < 60 < 60

  < 60 < 60

  80 – 60 80 – 60

  < 60 < 60

  Minimal Minimal

  Minimal Minimal

  

Menurut Waterlow (1973)

Menurut Waterlow (1973)

  Derajat Derajat kependekan kependekan

  Derajat kekurusan (BB/ TB) Derajat kekurusan (BB/ TB)

  Persen (derajat) Persen (derajat) BB/ U BB/ U >90% >90% (0) (0) 80- 80- 90% 90% (1) (1) 70- 70- 80% 80% (2) (2) <70% <70% (3) (3) > 90%(derajat 0)

  > 90%(derajat 0) 95-90%(derajat 1)

  95-90%(derajat 1) 85-90%(derajat 2)

  85-90%(derajat 2) <85%(derajat 3)

  <85%(derajat 3) Normal

  Normal Pendek

  Pendek Kurus

  Kurus Kurus – pendek

  Kurus – pendek

  • 2 s/d +2 SD
  • >2 s/d +
  • 2 SD s/d +2 SD
  • >2 SD s/d +2 SD

      >

      < -2 SD

      Normal

      Normal

      Pendek

      Pendek

      Berat badan

      Berat badan

      terhadap tinggi

      terhadap tinggi

      badan (BB/ TB)

      badan (BB/ TB)

      >

      2 SD

      (TB/ U)

      2 SD

      < -2 SD s/d -3 SD

      < -2 SD s/d -3 SD

      < -3 SD

      < -3 SD

      Gemuk

      Gemuk

      Normal

      Normal

      Kurus

      Kurus

      Sangat kurus

      < -2 SD

      (TB/ U)

      Sangat kurus

      >

      Menurut Departemen Kesehatan RI (2000) Menurut Departemen Kesehatan RI (2000) indeks

      indeks

      Simpangan baku

      Simpangan baku

      Status gizi

      Status gizi

      Berat badan

      Berat badan

      terhadap usia

      terhadap usia

      (BB/ U)

      (BB/ U)

      >

      terhadap usia

      2 SD

      2 SD

      < -2 s/d -3 SD

      < -2 s/d -3 SD

      < -3 SD < -3 SD Gizi lebih

      Gizi lebih

      Gizi baik

      Gizi baik

      Gizi kurang

      Gizi kurang

      Gizi buruk Gizi buruk Tinggi badan

      Tinggi badan

      terhadap usia

    • 2 SD s/d +2 SD
    • >2 SD s/d +2 SD

      MENURUT LOKAKARYA MENURUT LOKAKARYA

        

      ANTROPOMETRI

      ANTROPOMETRI

      KATEG BB/U TB/U LLA/U BB/TB LLA/TB

      ORI Gizi 100-80 100-95 100-85 100-90 100-85 Baik Gizi <80-60 <95-85 <85-70 <90-70 <85-75 kurang Gizi <60 <85 <70 <70 <75 buruk**

        (Body Mass Index/ BMI). (Body Mass Index/ BMI). BMI BMI

        2

      2 Derajat KEP Derajat KEP

        >18,5 >18,5

        17,0 – 18,4 17,0 – 18,4

        16,0 – 16,9 16,0 – 16,9

        <16,0 <16,0

        Normal Normal

        Ringan Ringan

        Sedang Sedang

        Berat Berat

        

      PARAMETER KEP

      PARAMETER KEP

      PENILAIAN KEP

        1. ANTROPOMETRI

        1. SURVEI KONSUMSI

        2. BIOKIMIA

        2. STATISTIK VITAL

        3. KLINIS

        3. FAKTOR EKOLOGI

        4. BIOFISIK

        5. DIETETIK

      1. ANTROPOMETRIK GIZI

      MASSA JARINGAN

        LINEAR

      • BB
      • >TB
      • L.
      • TEBAL LEMAK
      • L.KEPALA

        Menunjukkan keadaan gizi (gizi kurang) akibat kekurangan energi dan protein yang diderita dimasa

        Menunjukkan keadaan gizi (gizi kurang) akibat kekurangan energi dan protein yang diderita sekarang atau pada saat pengukuran Antropometri digunakan untuk melihat Antropometri digunakan untuk melihat

      ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

      ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

      ketidakseimbangan ini terlihat pada pola ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

      seperti lemak,otot dan jumlah air pada tubuh.

      seperti lemak,otot dan jumlah air pada tubuh.

        BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA/TB

      • LLA/U adalah indikator yang baik untuk menilai

        KEP berat

      • Lingkar Dada umur antara 6 bln- 5th rasio lingkar dada < 1 KEP pada balita

        ANTROPOMETRI ANTROPOMETRI STATUS

        KURANG

        81-90%

        81-90%

        71-85%

        71-85%

        76-85%

        76-85%

        KURANG

        < <

        71-85%

        60% 60%

        < <

        70% 70%

        < <

        80% 80%

        < <

        80% 80%

        < <

        71-85%

        61-80%

        STATUS

        LLA/TB LLA/TB

        GIZI

        GIZI

        Ambang batas baku untuk keadaan gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks berdasarkan indeks

        BB/U BB/U

        TB/U TB/U

        BB/TB BB/TB

        LLA/U LLA/U

        BAIK

        61-80%

        BAIK

        > 80% > 80%

        > 85% > 85%

        > 90% > 90%

        > 85% > 85%

        > 85% > 85%

        SEDANG

        SEDANG

        75% 75%

        2. BIOKIMIA

        2. BIOKIMIA

      pemeriksaan spesimen yang

      diuji secara laboratorium yang

      dilakukan pada berbagai macam

      jaringan tubuh.jaringan tubuh

      yang digunakan antara lain;

      terutama Hb, albumin, serum

      ferritin.

      • Kadar Albumin
      • >Kadar Albumin

          Gizi Buruk *) Marasmus Kwashioskor *)

          3.2 +/- 0.4

          3.2 +/- 0.4

          Kwashioskor **)

          Kwashioskor **)

          3.3+/- 0.2

          3.3+/- 0.2

          7.6+/- 0.6

          7.6+/- 0.6

          Gizi Buruk *) Marasmus Kwashioskor *)

          12.4 +/-1.0

          12.4 +/-1.0

          Gizi Kurang *) Marasmus **)

          Gizi Kurang *) Marasmus **)

          16.5 +/- 0.8

          16.5 +/- 0.8

          Gizi Sedang *)

          23.8 +/- 0.9 23.8 +/- 0.9 Gizi Sedang *)

          Nilai Prealbumin μg/dl Status Gizi Baik *)

          PARAMETER BIOKIMIA PARAMETER BIOKIMIA

        • )
        • >)

             Keterangan : * ) menurut klasifikasi Waterlow Keterangan : * ) menurut klasifikasi Waterlow **) Menurut klasifikasi Welcome **) Menurut klasifikasi Welcome

            Kadar serum protein dan Kadar serum protein dan albumin albumin

            

          No Senyawa&satuan Umur(th) Kurang Margin Cukup

            1 Serum Albumin (gr/ 100ml) <1 - <2,5 2,5+ 1-5 - <3,0 3,0+ 6-16 - <3,5 3,5+ 16+ <2,8 2,8-3,4 3,5+ Wanita hamil <3,0 3,0-3,4 3,5+

            2 Serum protein (gr/100ml) <1 - <5,0 5,0+ 1-5 - <5,5 5,5+ 6-16 - <6,0 6,0+ 16+ 6,0 6,0-6,4 6,5+ Wanita hamil 5,5 5,5-5,9 6,0+

            3. KLINIS

            3. KLINIS

          a. Marasmus

          • anak tampak sangat kurus • wajah seperti orang tua.
          • cengeng dan rewel
          • kulit keriput jaringan lemak subkutis sedikit
          • sering disertai diare kronik/konstipasi, serta penyakit kronis.
          • tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang
          b. Kwashiorkor

            b. Kwashiorkor

             oedema t.u pd kaki (dorsum pedis) oedema t.u pd kaki (dorsum pedis)

             wajah membulat dan sembab. wajah membulat dan sembab.

             otot mengecil, t.u pada posisi berdiri&duduk, otot mengecil, t.u pada posisi berdiri&duduk, anak berbaring terus menerus. anak berbaring terus menerus.

             perubahan mental perubahan mental

             anoreksia anoreksia

             pembesaran hati pembesaran hati

          • Infeksi, anemia, dan diare
          • rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
          • gangguan kulit berupa bercak merah meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas (crazy pavement

             dermatosis) c. Marasmus-kwashiorkor

            c. Marasmus-kwashiorkor

             gejala gabungan dari tanda-tanda gejala gabungan dari tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor. marasmus dan kwashiorkor.

            4. BIOFISIK

            4. BIOFISIK

          TES SITOLOGI (CYTOLOGICAL TEST)

          Tes ini digunakan untuk menilai KEP berat.

            Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel (stained epithelial smears).

            Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukkan bahwa perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini

             Tes fungsi fisik Tes fungsi fisik

            Pengukuran pada ketajaman penglihatan, Pengukuran pada ketajaman penglihatan, paling sering dilakukan pada kasus paling sering dilakukan pada kasus kekurangan Vit A kekurangan Vit A

             Tes Sitologi Tes Sitologi

            Pengukuran dilakukan pada kasus dengan Pengukuran dilakukan pada kasus dengan

            KEP berat, dengan melihat noda pada epitel KEP berat, dengan melihat noda pada epitel mukosa oral dimana apabila terjadi mukosa oral dimana apabila terjadi peningkatan dinyatakan positif KEP peningkatan dinyatakan positif KEP

            5. DIETETIK

            5. DIETETIK Metode pengukuran dietetik meliputi 3 hal yaitu:

            1.Tingkat nasional

            2. Tingkat keluarga

            3. Tingkat individu

            

          6. Radiologi

            merapuhnya tulang,khususnya

            pengapuran, perubahan bentuk

            Peningkatan pengerasan tulang,

            Peningkatan pengerasan tulang,

            fluorosis

            fluorosis

            Pembesaran jantung

            Pembesaran jantung

            Beri-beri

            Beri-beri

            Sariawan

            Sariawan

            tl.pinggul

            tl.pinggul

            merapuhnya tulang,khususnya

            

          6. Radiologi

          Jenis Penyakit

            Kelainan bentuk tulang dan

            Kelainan bentuk tulang dan

            Osteomalasia

            Osteomalasia

            pinggul

            pinggul

            Pelebaran tulang lengan dan tulang

            Pelebaran tulang lengan dan tulang

            Riketsia

            Riketsia

            Tanda-tanda khas

            Tanda-tanda khas

            Jenis Penyakit

            pengapuran, perubahan bentuk tulang belakang. tulang belakang.

             repeated 24 hours recall method repeated 24 hours recall method 1. Dalam menentukan KEP yang digunakan adalah metode pengukuran Individu: Dalam menentukan KEP yang digunakan adalah metode pengukuran Individu:  24 hours recall method 1. Kuantitatif Kuantitatif 24 hours recall method Weighted food record Weighted food record  estimated food record  estimated food record

            2. Kualitatif

          • dietary history
          • Food frequency questionery

          METABOLISME PADA PENDERITA KEP

            

          PROSES METABOLISME UMUM

            Makanan masuk melalui mulut (INGESTION) Pencernaan (DIGESTION) Penyerapan (ABSORPION) Metabolisme (METABOLISM) Penggunaan oleh Pembuangan sisa makan tubuh (DIGESTION) yang tidak dipergunakan oleh tubuh (DIGESTION)

          PROSES METABOLISME KEP

            KARBOHIDRAT LEMAK

            VITAMIN MINERAL PROTEIN L (-) Glukosa KH (-) Gliserol As.lemak Hidrolisis P (-)

            VIT (-) MNR (-) Sbg transformator Anaerobic Aerobic As.Amino Metabolisme Oksidasi

            KH,L dan P yg Siklus Siklus glukosa As.lemak Esensial Nonesensial tidak sempurna

            Cori Creb’s disimpan Tdk terbentuk Tdk Energi

          SIKLUS CLORI SIKLUS CLORI

            

          ASAM LAKTAT

          DARAH

          GLIKOGEN OTOT (Muscle Glycogen) GLUKOSA DARAH GLIKOGEN HATI (Liver Glikogen) G lik og en es is Gl ik ol is is

            Glik on eo ge ne sis Gl ik og en ol is is

            

          SIKLUS Creb’s

          SIKLUS Creb’s

            

          Pencegahan dan Penanggulangan

          Pencegahan dan Penanggulangan

            

          KEP (Keiurangan Energi & Protein)

          KEP (Keiurangan Energi & Protein)

            Penanggulangan KEP Penanggulangan KEP

            

          (Kekurangan Energi dan Protein)

          (Kekurangan Energi dan Protein)

            Makro Mikro Makro Mikro Penanggulangan taraf makro ; Penanggulangan taraf makro ;

            1. Perbaikan Ekonomi Negara

            1. Perbaikan Ekonomi Negara

            2. Peningkatan Pendidikan gizi

            2. Peningkatan Pendidikan gizi

            3. Peningkatan Produksi Makanan

            3. Peningkatan Produksi Makanan

            

          4. Peningkatan Hygiene lingkungan

            

          4. Peningkatan Hygiene lingkungan

            5. Memgatur Keluarga Berencana

            5. Memgatur Keluarga Berencana

            Penanggulangan taraf mikro ;

            Penanggulangan taraf mikro ;

            1. Pengetahuan Ilmu Kesejahteraan Keluarga

            1. Pengetahuan Ilmu Kesejahteraan Keluarga

            2. Peningkatan penghasilan keluarga

            2. Peningkatan penghasilan keluarga

            3. Penambahan persediaan bahan makanan

            3. Penambahan persediaan bahan makanan keluarga. keluarga.

            4. Pengaturan distribusi makanan menurut

            4. Pengaturan distribusi makanan menurut

            kebutuhan fisik akan zat gizi anggota

            kebutuhan fisik akan zat gizi anggota keluarga. keluarga.

            5. Keterampilan menanggulangi penderita KEP

            

          5. Keterampilan menanggulangi penderita KEP

            Pencegahan KEP 1. Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan.

            Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

            2. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

            3. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya.

            Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat, dengan rincian kebutuhan gizi sebagai berikut

            4. Pemantauan dan Evaluasi Diet Timbang BB

            Hituing kenaikan BB dalam gr/kg BB/mg Bila kenaikan BB < 50 gr/kg BB/mg Bila kenaikan BB => 50 gr/kg BB/mg Kurang Berhasil Baik Infeksi Pemenuhan Zat Masalah Teruskan pemberian gizi kurang Psikologis makanan~jadwal Asupan zat gizi kurang Ada gangguan saluran pencernaan Modifikasi diet~selera Gunakan formula rendah laktosa Tindakan : Tindakan :

            5. Penyuluhan Gizi

          • Gunakan leaflet yang berisi jumlah, jenis dan frekuensi/jadwal pemberian makanan
          • Berikan contoh menu
          • Promosikan ASi bagi anak kurang 2 tahun
          • Perhatikan riwayat gizi
          • Pertimbangkan sosial ekonomi
          • Demonstrasikan praktek memasak makanan balita untuk ibu

            6. Tindak lanjut

          • Merujuk ke PKM/RS
          • Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah
          • Merencanakan pemberdayaan keluarga

          • – Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat
          • – Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 24 bulan
          • Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2

            

          kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan

            bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan

            bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan

            Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader

            keluarga lainnya

            keluarga lainnya

            Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota

            kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan

            tahun\Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi

            tahun\Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi

            Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2

            Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 24 bulan

            badannnya

            badannnya

            teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat

             Oleh Orang Tua Oleh Orang Tua

            Pencegahan KEP Pencegahan KEP

          • – Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota
          • – Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader
          • – Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

            Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

            Pencegahan KEP Pencegahan KEP

             Oleh Pemerintah Oleh Pemerintah

          • – Menjamin ketersediaan pangan

            Menjamin ketersediaan pangan

          • – Meningkatkan daya beli masyarakat

            Meningkatkan daya beli masyarakat

          • – Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam

            Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakatkesehatan. masyarakatkesehatan.

            

          Penanggulangan KEP

          Penanggulangan KEP

             Upaya Langsung Upaya Langsung

          • – pelayanan dasar gizi,
          • – kesehatan

            pelayanan dasar gizi,

            kesehatan

          • – pendidikan.
          • – Jaminan ketahanan pangan (food security)
          • – Memperluas kesempatan kerja
          • – Membangun dan mengembangkan industri kecil dan

            pendidikan.

             Upaya tidak langsung Upaya tidak langsung

            Jaminan ketahanan pangan (food security)

            Memperluas kesempatan kerja 

             daya beli meningkat daya beli meningkat

            Membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah menengah

              meningkatkan pendapatan meningkatkan pendapatan

             Upaya Lain Upaya Lain

              pemantauan secara periodik pemantauan secara periodik

            Terima kasih atas perhatiannya

Dokumen yang terkait

Tampilan GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI SUMBER ENERGI DAN PROTEIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA TAHUN 2016

0 0 6

PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN TERNAK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF SKALA RUMAH TANGGA DI DESA TEGALWERU

0 0 10

PEMANFAATAN GARAM CaCl2 SEBAGAI HEAT STORAGE UNTUK SUMBER ENERGI TERMAL PADA Thermo Electric Converter

0 0 8

PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL ISOLAT KHAMIR ASAL LIMBAH PABRIK KECAP DENGAN METODE CO-CULTURE

1 1 5

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT PROTEIN DAUN KELOR DAN KARAGENAN TERHADAP KUALITAS MIE KERING TERSUBSTITUSI MOCAF Effect of Addition Moringa Protein Concentrate and Carrageenan For Quality Properties of Dried Noodle Substitued By Mocaf

0 0 11

PENGARUH IRADIASI GAMMA TERHADAP KADAR PROTEIN DAN MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BROILER PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN JAKARTA SELATAN The influence of Gamma Irradiation Against levels of Protein and Microbiologists Broiler Chicken Meat Modern Market and

0 0 7

ANALISIS PENGARUH SKALA DIAMETER COMBUSTOR DENGAN SUDDEN EXPANSION PADA PEMBAKARAN GAS LPG (LIQUIFIED PETROLEUM GAS) TERHADAP ENERGI OUTPUT PEMBAKARAN

0 0 6

EVALUASI PERFORMANSI MESIN BENSIN SIKLUS EMPAT LANGKAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS ENERGI DAN EKSERGI PERFORMANCE EVALUATION OF FOUR-STROKE CYCLE GASOLINE ENGINE BY USING ENERGY AND EXERGY ANALYSIS

0 0 8

SISTEM PENGATURAN KADAR ASAM (PH) DAN WAKTU PEMBERIAN NUTRISI TANAMAN HIDROPONIK MENGGUNAKAN ENERGI SOLAR CELL

0 1 12

PERANCANGAN SYSTEM PENGUSIR NYAMUK MENGGUNAAN SENSOR ULTRASONIK DENGAN PANEL SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI

0 1 6