Bahaya Kesombongan dan Keutamaan Tawadlu

  

KHOTBAH JUM'AT

Bahaya Kesombongan dan Keutamaan Tawadlu

دهشششأ . ,راردششملا همششسق ىلع هركشأ ,رازغلا همعن ىلع ىلاعتو هناحبسو هدمحأ ه دمحلا

يبششنلا هلوششسر و هدششبع ادششمحم انديششس نا دهشششاو .هششل كيرششش ل هدششحو ل لا هششلا ل نا

اميلششست ملششسو راششيأخا هباحصأو راهأخا هلأ ىلعو دمحم انديس ىلع لص مهللا .راتأملا

ل لاششقو .نوملششسم متنأو لا نتوششمتلو هششتاقت قششح لوقتا تاششنلا اششهيأايف دعب امأ .اريثك

اوُلاششَق َنوُلِها ششَجْلا ُمُهَبَأاششَأ اَذِإ َو اششًن ْوَه ِض ْرَ ْخا ىَلَع َنو ُشششْمَي َنيِذَلا ِنَم ْحَرششلا ُداششَبِع َو : ىلاعت

اًم َلَس

  Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan segala sifat-sifat kebaikan dan menghindar dari sifat tercela. Diantara sifat baik yang dulu menjadi karakter bangsa ini dan kini semakin menipis karena terkena erosi kehidupan materialistic adalah tawadhu'. Dan hal ini secara otomatis menyuburkan sifat tercela yang menjadi kebalikannya yaitu takabbur atau sombong.

  Dalam kesempatan ini, khatib hendak menengok kembali kedua sifat yang saling bertentangan ini. sekedar sebagai pengingat bagi kita semua agar tidak semakin terjerumus dalam kesombongan-kesombongan yang menyebabkan Allah swt membenci kita. Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia Tawadhu' termasuk salah satu sifat terpuji yang harus dimilki oleh seorang muslim. Tawadhu' secara bahasa dapat dimaknai dengan 'merendahkan diri'. Artinya sengaja memposisikan diri lebih rendah dari posisi sebenarnya. Pada dasarnya tawadhu' hanya ditujukan kepada Allah Yang Maha Agung. Yakni merasa lemah dan tidak berdaya dibanding dengan kekuasaan Allah swt. apalah kuasa manusia sampai berani mengharap surganya Allah? apakah Allah rela memberikan surga kepada seorang hamba, jika hamba tersebut merasa tidak memerlukan surga? Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa tujuan tawadhu sebenarnya adalah mengharapkan surga (ridha-Nya) Allah swt dan menghindarkan diri dari api neraka (thoma'an li jannatihi ta'ala wa rahban min narihi ta'ala). Meskipun tawadhu' ditujukan kepada Allah swt sebagai bukti adanya hubungan fertikal, tetepi harus dibuktikan dalam praktek keseharian ketika bermuamalah dengan seksama yang mengandaikan hubungan horizontal. Sebagaimana di terangkan dalam surat al-Furqan ayat

  63

  اًم َلَس اوُلاَق شَنوُلِها َجْلا ُمُهَبَأا َأ اَذِإ َو اًن ْوَه ِض ْرَ ْخا ىَلَع َنوُشْمَي َنيِذَلا ِنَم ْحَرلا ُداَبِع َو

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di

atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka

mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

  Artinya bahwa diantara tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu' selalu berjalan dengan menundukkan kepala. Seolah-olah tidak pernah melihat langit. Berjalan dengan santai tanpa membusungkan dada. Meskipun ia memiliki kuasa sebagai gubernur, jendral ataupun ulama misalnya. Hal ini berbeda dengan orang-orang yang sombong yang berjalan dengan mendongak ke atas tidak pernah melihat bumi. Bahkan ketika mereka disapa dan dikomentari, mereka hanya menjawab 'salama', yang artinya keselamatan atas kita semua, diantara kita tidak ada yang lebih baik, aku juga tidak lebih baik dari kamu begitu juga sebaliknya.

  Begitu spesialnya sifat tawadhu, sehingga Allah mengistimewakan mereka yang memiliki sifat tawadhu' dengan menyebut 'ibadurrahman' hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang. Hal ini sejalan dengan janji Allah sebagaimana disampaikan kepada Rasulullah saw dalam haditsnya

  ل هعضو ربكت نمو ل هعفر عضوت نم

Allah akan mengangkat derajat mereka yang memiliki sifat tawadhu', dan akan

membenamkan mereka yang bersifat sombong.

  Jama'ah Rahimakumullah Lalu apakah sebenarnya pentingnya tawadhu'? selain mengharapkan derajat dari Allah swt, tawadhu juga menghindarkan diri kita dari sifat yang paling dibenci Allah Yang Maha Kuasa yaitu sombong. Karena kesombongan akan menimpa mereka yang tidak memiliki ketawadhuan. Padahal sejatinya kesombongan itu hanya pantas dimiliki-Nya. Oleh karena itu Allah sangat membenci orang yang sombong. Hal ini terbersit dari hadits qudsi yang disampaikan oleh Rasulullah saw

  

: لششجو زششع ل لاششق ( : - ملششسو هششيلع ل ىلششص - ل لوششسر لاششق : لاق ةريره يبأ نع

ىفو ) راششنلا يف هششتفذق اششمهنم ًادششحاو ينعزاششن نمف ، يرازإ ةششمظعلاو ، يئادر ءاششيربكلا

)ىلابأ لو( ةياور

  

Sifat sombong itu selendang-Ku, keagungan adalah busana-Ku. Barang siapa yang merebut

salah satu dari-Ku, akan Ku lempar ia ke neraka. Dan Aku tidak peduli.

  Artinya, kesombongan dan keagungan itu hanya khusus milik Allah. Allah sungguh tidak terima bila ada hamba yang memilki sifat keduanya. Begitu tersinggungnya Allah hingga Ia akan melempar siapapun yang 'menggunakan' kedua sifat itu, ke Neraka tanpa peduli. Tanpa peduli apakah dia seorang sufi, seorang wali, seorang nabi, seorang preiden atau juga seorang raja. Oleh karena itu guna mempermudah diri melatih menuju ketawadhuan kepada Allah hendaknya seorang hamba harus mengakui dan memiliki beberapa perasaan. Pertama, merasa hina (dzlil) dan meyakini bahwa yang mulia adalah Allah. seorang hamba harus segera sadar bahwa ia seorang yang hina. Ia hanyalah berasal dari setetes air mani, yang jikalau Allah swt menghendaki bisa saja mani itu tumpah dan menjadi konsumsi semut dan lalat.

  

Kedua, merasa faqir selalu membutuhkan dan Allahlah yang Maha Kaya Raya. Sekarang

  para hartawan dan miliyuner akan merasa bangga atas kejayaan dan mengandalkan segala macam harta yang dimilikinya padahal kata Allah:

  

يلاششبو مهتقذأ يلاششيع ىلع يئلكو لأب نإف يئلكو ءاينأخاو يلايع شءارقفلاو يلام لاملا

... يلابأ لو

Sesungguhnya semua harta itu adalah hartaKu, orang-orang faqir itu keluargaKu, dan para

hartawan adalah wakilku. Barang siapa yang berlaku pelit terhadap keluargaKu. Aku akan

menyiksanya tanpa peduli.

Ketiga, merasa bahwa dirinya adalah orang yang bodoh dan Allah yang Yang Maha

  Mengetahui. Seringkali para hamba yang dianugerahi ilmu oleh Allah swt. melupakan bahwasannya ilmu itu hanya sekedar titipan Allah swt yang dapat diambil kapanpun. Lihatlah ketika seorag professor, doctor, cendekia tetapi terkena struk apa yang dapat ia lakukan?

  

Keempat, merasa lemah dan hanya Allah Yang Maha Kuat. Sebagai pelajaran betapa banyak

  legenda tentang kejayaan para raja yang berkuasa begitu hebatnya, tetapi sekarang hanya tinggal dalam kenangan dan catatan sejarah saja. Bukankah kekuatan negara adidaya di dunia juga selalu silih berganti? Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah Adapun gambaran praktek tawadhu kepada sesama dalam kehidupan sehari sangatlah bagus berpegang pada pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani kepada muridnya bahwa

  

ىنششم اريششأ ل دنع نوكي نأ ىسع لوقتو كيلع هل لضفلا ريأر تانلا نم ادحأ ريقل اذا

ريششأ هششنإ كششش لف هتيششصع دششق اششنأو ل عي مل اذششه رلق اريغششص ناك نإف ,ةجرد عفرأو

غششلبأ ملاششم يأعأ اذششه رلق املاع ناك نإو ,ىلبق ل دبع دق اذه رلق اريبك ناك نإو ,ىنم

لششهجلاب ل ىششصعأ اذششه لهاج ناك نإو ,هملعب لمعي وهو رلهج ام ملعو لانأ ملام لانو

  هل لمتحي لو ىل لمتحي امب ىردأ لو ملعلاب هتيصع انأو

  Jikalau kamu berjumpa dengan seseorang maka hendaklah engkau melihat keunggulannya dibanding denganmu. Dan katkanlah (dalam hati) bahwa "orang itu lebih baik dari pada aku di mata Allah swt". Maka apabila (kamu berjumpa) dengan anak kecil, hendaklah berkata (dalam hati) dia ini belum terlalu banyak maksyiyat (karena umurnya lebih muda) dan otomatis dia lebih baik dari pada aku. Dan apabila (kamu berjumpa) dengan orang tua, hendaklah berkata orang ini telah lama beribadah kepada Allah sebelum aku (karena umurnya lebih tua, maka dia lebih baik dia dari pada aku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang 'alim, hendaklah berkata (dalam hati) dia telah diberi sesuatu (pengetahuan) yang aku belum memilikinya dan dia telah memperoleh sesuatu yang aku belum peroleh dan dia juga telah mengerti apa yang aku tidak mengerti. Dia beamal dengan ilmunya (pastilah lebih diterima amalnya dari padaku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang bodoh, hendaklah berkata dia maksyiat karena kebodohannya, sedangkan aku melakukan maksyiat dengan ilmuku. Sungguh aku tidak tahu apakah aku lebih baik dari pada dia? Demikianlah khutbah sigkat kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah tunjukkanlah jalan kepada hambamu yang sombong ini jalan menuju ketawadhu'an yang engkau ridhai. Karena sesungguhnya hanya engkaulah yang mampu menjadikan kami orang yang bertawadhu.

  

َلَبَقَت َو ِمْيِكَحْلاِ رْكذلا َو ِتَاييْا َنِم ِهْيفِ اَمبِ ْمُكاَيإ َو يِنَعَفَن َو ِمْي ِظَعلْا ِنآ ْرُقلْا ْيِف ْمُكَل َو ْيِل ُا َكَراَب

ُمْيِلَعلْا ُعْيِمَسلا َوُه ُهَنإ ُهَت َوَلِت ْمُكْنِم َو يِنِم

  Khutbah II

  

ُل َو ُل َلِا َهششَلِا َل ْنَا ُدَه ْشششَا َو .ِهششِناَنِتْمِا َو ِهششِقْيِف ْوَت َىلَع ُهششَل ُرْك ُشششلا َو ِهِنا َششس ْحِا َىلَع ِه ُدْم َحْلَا

ِلَص َمُهللا .ِهِنا َو ْض ِر َىلِا ىِعاَدلا ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع اًدَم َحُم اَنَدِيَس َنَا ُدَهْشَا َو ُهَل َكْي ِرَش َل ُهَد ْح َو

ُد ْعَب اَمَا ا ًرْيثِك اًمْيِل ْسَت ْمِلَس َو ِهِباَحْصَا َو ِهِلَا ىَلَعِو ٍدَمَحُم اَنِدِيَس ىَلَع

  

ِهششْيِف َأَدششَب ٍرْمَاششِب ْمُكَرششَمَا ّل َنَا ا ْوششُمَلْعا َو ىَهَن اَمَع ا ْوششُهَتْنا َو َرَمَا اَمْيِف َلاوُقَتِا ُتاَنلا اَهُيَا َايَف

اششَهُيَا آششي ىِبَنلا َىلَع َن ْوُل َششصُي ُهششَتَكِئ َم َو َل َنِا ىَلَاششعَت َلاَق َو ِهِسْدُقِب ِهِتَكِئ َمِب ىَنشَث َو ِهِسْفَنِب

  

ِهششْيَلَع ُل ىَل َششص ٍدَمَحُم اَنِدِي َششس ىَلَع ِل َششص َمُهللا .اًمْيِل ْششسَت ا ْوُمِل َششس َو ِهششْيَلَع ا ْوُل َششص ا ْوششُنَمآ َنْيِذَلا

ِنَع َمُهّللا َض ْرا َو َنْيِب َرششَقُملْا ِةششَكِئ َم َو َكِل ُششسُر َو َكِئآيِبْنَا ىَلَع َو ٍدَم َحُم َانِدِي َششس ِلآ ىَلَع َو ْمِلَس َو

يِعِباششَت َو َنْيِعِباَتلا َو ِةَباَح َششصلا ِةَيِقَب ْنَع َو ىِلَع َو ناششَمْثُع َورَمُع َو ٍرْكَب ىِبَا َنْيِد ِشششاَرلا ِءاششَفَلُألْا

َنْيِمِحا َرلا َم َح ْرَا اَي َكِتَم ْح َرِب ْمُهَعَم اَنَع َض ْرا َو ِنْيِدلا ِم ْوَيىَلِا ٍناَس ْحِاِب ْمُهَل َنْيِعِباَتلا

  

َمُهللا ِرا َوششْمَلْا َو ْمُهْنِم ُءآششي ْحَلَا ِراَمِل ْششسُملْا َو َنْيِمِل ْششسُملْا َو ِراششَنِم ْؤُملْا َو َنْيِنِم ْؤششُمْلِل ْرِف ْأا َمُهللَا

ْنَم ْر ُششصْنا َو َةَيِد ِح َوُملْا َكَداششَبِع ْر ُششصْنا َو َنْيِك ِر ْشششُملْا َو َك ْر ِشششلا َلِذَأ َو َنْيِمِل ْششسُملْا َو َمَلْسِلْا َزِعَا

.ِنْيِدششلا َم ْوششَي ىَلِا َكششِتاَمِلَك ِلششْعا َو ِنْيِدششلاَءاَدْعَا ْرِمَد َو َنْيِمِل ْششسُملْا َلَذَأ ْنَم ْلُذ ْأا َو َنْيِدلا َرَصَن

اششَم َو اششَهْنِم َرششَهَظ اَم َن َحِملْا َو ِةَنْتِفلْا َء ْوُس َو َن َحِملْا َو َل ِزَلَزلا َو َءاَب َولْا َو َءَلَبلْا اَنَع ْعَفْدا َمُهللا

َاششنِتآ اَنَب َر . َنْيِمَلاَعلْا َب َر اَي ًةَمآع َنْيِمِلْسُملْا ِناَدْلُبلْا ِرِئاَس َو ًةَصآأ اَيِسْيِنوُدْنِا اَنِدَلَب ْنَع َنَأَب

اششَنَل ْرششِف ْغَت ْمَل ْنِا َواَن َششسُفْنَا اششَنْمَلَظ اششَنَب َر . ِراَنلا َباَذَع اَنِق َو ًةَنَسَح ِةَرِأخْا ىِف َو ًةَنَسَح اَيْنُدلا ىِف

ىِذ ِءآششتْيِإ َو ِنا َششس ْحِلْا َو ِلْدششَعلْاِب اششَنُرُمْأَي َل َنِا ! ِلَداَبِع . َنْي ِر ِششساَألْا َنِم َنَن ْوششُكَنَل اششَنْمَح ْرَت َو

َمْي ِظَعلْا َلاوُرُك ْذا َو َن ْوُرَكَذشششَت ْمُكَلَعَل ْمُكُظِعَي ي ْغَبلْا َو ِرشششَكْنُملْا َو ِءآشششش ْحَفلْا ِنَع ىَهْنَي َو َىب ْرشششُقلْا

  ْرَبْكَا ِل ُرْكِذَل َو ْمُك ْد ِزَي ِهِمَعِن َىلَع ُه ْوُرُكْشا َو ْمُك ْرُكْذَي