Tourism Planning and Development PERENCA

 
PERENCANAAN PARIWISATA
PROGRAM PASCA SARJANA KAJIAN PARIWISATA (DDIP)
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
PUTU RATIH PERTIWI

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA
(NEGERI KHAYAL)

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai industri di setiap negara di
dunia. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah semakin lebar hal ini disebabkan
karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan
keuntung ekonomi bagi negara – negara yang menerima kedatangan wisatawan
(tourist receiving countries).
Begitu juga dengan Negeri Khayal yang memiliki keragaman potensi wisata
baik itu keindahan alam, adat – istiadat, dan keramah – tamahan dari masyarakat

lokalnya menjadikan pengembangan pariwisata di Negeri Khayal sebagai daerah
tujuan wisata yang unik dan menarik. Pemerintah Negeri Khayal pun mengundang
seorang konsultan dari Negeri Impian untuk merencakan pariwisata di Negeri Khayal
dan berhasil.
Sehingga arus kedatangan wisatawan sangat lancar, masyarakat lokal pun
dapat merasakan manfaat ekonomi dari pengembangan parwisata tersebut. Tetapi
akibatnya keinginan wisatawan terus meningkat untuk memfasilitasi kegiatan
pariwisatanya, bukan hanya dalam mengunjungi berbagai objek wisata untuk
pengalaman dan kepuasan batinnya tetapi tentu saja para wisatawan juga
menginginkan sarana dan prasarana pariwisata yaitu akomodasi dan fasilitas

 



 
pendukung pariwisata lainnya seperti hotel dan villa yang mewah, restoran, bar, spa
yang memiliki standar internasional.
Para pelaku pariwisata di Negeri Khayal pun terus berusaha untuk mengejar
keinginan – keinginan para wisatawan yang tidak terbatas tersebut dengan

membangun dan menyediakan semua fasilitas tersebut demi memberikan kemudahan
dan kenyamananbagi para wisatawan. Tetapi dalam mewujudkan akomodasi serta
fasilitas- fasilitas yang mewah tersebut para pelaku pariwisata termasuk para investor
akhir merubah beberapa perencanaan yang telah dibuat.
Terutama dalam hal alih fungsi lahan di negeri tersebut dimana banyaknya
lahan pertanian, jalur hijau bahkan kawasan yang semestinya menjadi kawaan
konservasi dirubah menjadi kawasan villa dan hotel mewah, juga banyak pemukiman
tradisional dirubah menjadi fasilitas- fasilitas pendukung pariwisata lainnya. Dalih
dari para pihak berwenang karena telah memutuskan hal tersebut adalah agar dapat
memenuhi kebutuhan pariwisata sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan
penerimaan devisa di Negeri Khayal.
Perubahan dalam perencanaan tersebut akan mempengaruhi pengembangan
pariwisata di Negeri Khayal dan akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi
negeri itu sendiri. Karena dalam pengembangan pariwisata di suatu destinasi tidak
akan berhasil tanpa perencanan yang matang. Seperti yang diungkapkan Yoeti
(2008;47) bahwa:
“Pelaku pariwisata harus menyadari akan pentingnya perencanaan dalam
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri agar sesuai dengan apa yang
telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu
ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya, juga lingkungan hidup”.

Sehingga dapat dilihat bahwa fenomena yang terjadi di Negeri Khayal sudah
melenceng jauh dari perencanaan pariwisata yang awalnya telah dibuat, sehingga
akan menyebabkan beberapa kerugian.
Tulisan ini akan membahas bagaimana menyikapi fenomena perencanaan
pariwisata di “Negeri Khayal” sebagai sebuah destinasi baru dimana arah kebijakan
pengembangannya hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi. Dengan
memaparkan mengenai pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata di

 



 
suatu destinasi, pentingnya 5 pilar dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata,
proses perencanaan, dan prinsip – prinsip perencanaan.

 




 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Perencanaan Pariwisata
Begitu kompleksnya dalam pengembangan pariwisata, sehingga dalam
perencanaannya tidak hanya mementingkan wisatawan, tetapi harus melibatkan
semua pihak yaitu para stakeholder, pemerintah, dan kalangan masyarakat umum
(lokal). Sehingga diperlukannya kesepahaman mengenai seluk beluk kepariwisataan,
dampak positif dan negatifnya dan juga timbal balik antara sector pariwisata dengan
sector lainnya.
Perlu diketahui bahwa perencanaan adalah sebuah proses pengambilan
keputusan yang menyangkut masa depan dari suatu destinasi atau atraksi. Planning
adalah proses yang bersifat dinamis untuk menentukan tujuan, bersifat sistematis
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, merupakan implementasi dari berbagai
alternatif pilihan dan evaluasi apakah pilihan tersebut berhasil.
Proses perencanaan menggambarkan lingkungan yang meliputi elemenelemen : politik, fisik, sosial, budaya dan ekonomi, sebagai komponen atau elemen
yang saling berhubungan dan saling tergantung, yang memerlukan berbagai
pertimbangan (Paturusi, 2001).
Perencanaan adalah sesuatu proses penyusunan tindakan-tindakan yang mana

tindakan tersebut digambarkan dalam suatu tujuan (jangka pendek, jangka menengah,
maupun jangka panjang) yang didasarkan kemampuan-kemampuan fisik, ekonomi,
sosial budaya,dan tenaga yang terbatas.
Perencanaan dari suatu daerah tujuan (destination plan) yang baik akan dapat
memudahkan tujuan yang ingin dicapai, disamping dapat menekan dampak negatif
dan mengmaksimalkan dampak positif pada suatu destinasi wisata.
Perencanaan regional mencakup perencanaan pembangunan suatu daerah
tujuan wisata secara geografis di daerah yang memiliki potensi sebagai destinasi
wisata.

 



 
Menurut A. Yoeti (2008:49) perencanaan sebagai suatu alat atau cara harus
memiliki tiga unsur:
a. Suatu pandangan jauh kedepan.
b. Merumuskan secara konkret apa yang hendak dicapai dengan
menggunakan alat – alat secara efektif dan ekonomis.

c. Menggunakan koordinasi dalam pelaksanaannya.
Dalam hal ini Negeri Khayal harus menyadari dengan mengembangkan
pariwisata yang merupakan suatu bidang yang memiliki keterkaitan dengan bidang –
bidang lainnya juga menyangkut hubungan anatara wistawan dan masyarakat
setempat, snagat memerlukan perencanaan yang seksama. Karena hal yang terpenting
adalah menjaga bagaimana agar pergerakan di sector ini berkelanjutan.
Peningkatan potensi yang ada, haruslah memiliki sifat yang berkelanjutan,
dalam artian pariwisata yang dikembangkan harus memiliki beberapa prinsip penting,
diantaranya kesejahteraan lokal, penciptaan lapangan kerja, konservasi sumber daya
alam, pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup, serta keseimbangan inter dan
antar generasi dalam distribusi kesejahteraan, sebagaimana tertuang dalam Pacific
Ministers Conference on Tourism and Enviroment di Maldivest pada tahun 1997
(Widiatedja, 2010).
2.2 Pentingnya 5 Pilar Dalam Pengembangan Pariwisata
Potensi pengembangan suatu destinasi pariwisata dapat dikaji melalui
keterkaitan pendekatan faktor demand (pengunjung) dan supply (4A dan 1C)
yaitu attraction, accessibilty, amenity, ancillary, dan community involvement.
Hal ini berlaku juga pada perencanaan pengembangan pariwisata di Negeri
Khayal.
Karena jika suatu negara sepakat untuk membangun pariwisata mereka

harus

menerima

konsekuensi

untuk

membangun

daya

tarik

wisata

“attractions” khususnya daya tarik wisata yang dibuat oleh manusia,
sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya diperlukan penataan dan
pengemasan agar lebih menarik.
Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable” juga merupakan


 



 
faktor penting dalam menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu destinasi
wisata maka pemerintah harus membangun jalan raya yang layak bagi
transportasi untuk menunjang kegiatan pariwisata.
Sementara fasilitas yang dibutuhkan pada kegiatan pariwisata
“amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan demi
menunjang kenyamanan para wisatawan.
Selain itu diperlukan juga hal – hal pendukung kegiatan wisata tersebut
“ancillaries” sebagai contoh jika para wisatawan yang memerlukan jasa tourist
information dapat mengunjungi pusat informasi di counter – counter tertentu
juga tersedianya toko – toko souvenir untuk membebli oleh – oleh pada saat
wisatawan akan pulang ke negaranya juga lemabaga – lembaga pariwisata dan
perhotelan.
Dari keempat pilar tersebut saling terkait satu sama lain untuk
menunjang kesuksesan pengembangan suatu detsinasi wisata, tetapi masih

belum lengkap tanpa adanya keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan
awal, pelaksanaan, dan pengelolaan pembangunan dan pengembangan
pariwisata di suatu destinasi wisata.
Karena masyarakat lokal Negeri Khayal sendirilah yang akan
membangun, memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta
pelayanannya, agar dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi,
memproteksi nilai – nilai sosial dan budayanya serta menjaga kelestarian dan
keamanan lingkungan sekitarnya.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri
ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing
khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan
Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan
insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk lokal
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat lokal
akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di
negerinya.

 




 

2.3 Proses Perencanaan Pariwisata A. Yoeti (2008:53)
Tetapi untuk membangun kelima pilar tersebut harus melalui proses
perencanaan pariwisata yang juga memiliki 5 tahap yaitu:
a. Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan
potensi yang dimiliki.
b. Menaksir pasaran pariwisata dan mencoba melakukan proyeksi arus
kedatangan wisatawan pada masa yang akan datang.
c. Memperhatikan di mana terapat permintaan yang lebih besar daripada
persediaan atau penawaran.
d. Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman nodal baik
negeri maupun asing.
e. Melakukan perlindungan terhadap kekayaan alam yang dimiliki dan
memelihara warisan budaya bangasa serta adat istiadat suatu bangsa
yang ada.
Kelima tahap proses perencanaan pariwisata tersebut sangat sesuai jika
diadopsi oleh Negeri Khayal dalam mengembangkan pariwisatanya. Dengan
mengikuti kelima tahap tersebut Negeri Khayal dapat mengetahui fasilitas apa

saja yang sudah tersedia dan potensi apa saja yang sudah dimiliki, juga
memiliki proyeksi arus kedatangan wisatawan di masa yang akan datang,
sehingga negeri khayal dapat dengan terencana membangun fasilitas dan
akomodasi demi kebuthuan para wisatawan.
Lahan – lahan yang merupakan kekayaan alam pun dapat
terselamatkan, karena tidak semua lahan harus dialihkan fungsinya menjadi
akomodasi pariwisata. Pemerinyah juga dapat mengetahui jumlah yang tepat
dalam mengundang investor baik asing maupun dalam negeri untuk
menanamkan modalnya di Negeri Khayal. Melalui pengendalian di dalam hal hal tersebut, selain menjaga carrying capacity lingkungan Negeri Khayal
pemerintah juga dapat menghindari terjadinya degradasi budaya yang
erupakan warisan nenek moyang yang dimiliki masyarakat setempat.

 



 

2.4 Prinsip – Prinsip Dasar Perencanaan Pariwisata A. Yoeti (2008:58)
Pemerintah di Negeri Khayal bersama masyarakatnya juga harus
mengetahui prinsip – prinsip dasar dalam perencanaan pariwisata yaitu:
a. Perencanaan pembangunan kepariwisataan suatu daerah haruslah
dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara
keseluruhan.
b. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula
berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan, alam, dan budaya di
daerah sekitarnya.
c. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata haruslah
didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar
dengan memperhatikan faktor geografi yang lebih luas dan tidak
meninjau dari segi administrasi saja.
d. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan faktor ekologi
daerah yang bersangkutan.
e. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memperhatikan
masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya
memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkannya.
Melalui prinsip– prinsip dasar dalam perencanaan pariwisata ini
diharapkan pemerintah dan masyarakat Negeri Khayal tidak hanya
mementingkan manfaat ekonomi yang diberikan oleh industri pariwisata di
negeri mereka tetapi juga harus mementingkan dampak yang akan terjadi pada
aspek – aspek lainnya.
Dimana jika salah satu sumber daya terlampau atau tidak memenuhi
kapasitas yang dibutuhkan, maka akan berpengaruh pada sumber daya lainnya
akan berdampak pada keberlangsungan dari objek wisata itu sendiri. Ancaman
akan terjadinya prubahan struktur sosial dan peningkatan kejahatan di negeri
tersebut, dan akan sangat disayangkan jika hal – hal tersebt terjadi di suatu
negeri yang memiliki potensi wisata yang luar biasa.

 



 
BAB III
SIMPULAN

Pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sebagai
suatu industri tidak lain ialah agar perkembangan industri pariwisata sesuai
dengan apa yang dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang
dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan
lingkunagn hidup.
Negeri Khayal sebagai suatu destinasi wisata yang memiliki banyak
potensi wisata sebaiknya memiliki perencanaan yang memperhatikan
keterkaitan 5 pilar dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata, proses
perencanaan pariwisata, dan juga prinsip – prinsip perencanaan pariwisata
yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan kata lain jika dalam
pengembangan pariwisata tidak terencana dengan baik maka akan terjadi
masalah – masalah sosial dan budaya terhadap penduduk lokalnya dengan
pendatang (wisatawan).
Oleh karena itu dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri
di suatu destinasi harus mempertimbangkan seluruh aspek tanpa terkecuali
karena indutri pariwisata berkaitan erat dengan aspek lainnya seperti ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Pemerintah dan juga masyarakat local
pun juga harus konsekuen dalam menjalani rencana tersebut tanpa
mengadakan perubahan – perubahan yang signifikan demi mengejar
keuntungan ekonomi semata dengan mengabaikan kepentingan – kepentingan
dari aspek lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Hall,Michael C (145), bahwa negara
penerima wisatawan akan memiliki dampak positif dan dampak negatif baik
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, bahkan lingkungan. Jadi, jika
pengembangan tidak terarah dan tidak terencanakan dengan baik maka
nantinya akan menimbulkan kerugian – kerugian karena terbenturnya aspek –
aspek tersebut yang akan berimbas kepada kenyamanan wisatawan, yang
akhirnya akan mematikan usaha – usaha yang telah lama dibangun dengan
susah payah.
 



 

Dalam usaha menekan dampak negatif dari pengembangan pariwisata,
dan meningkatkan dampak positif yang dapat diberikan maka perlu adanya
suatu daya dukung guna membatasi penggunaan sumber daya. Seperti yang
dijelaskan dalam Michael Hall, Collin (2006: 151 - 154), konsep daya dukung
kemudian merupakan suatu metodologi dan nilai konseptual untuk dapat
memetakan dan menganalisis masalah keruangan seperti ledakan penduduk
serta toleransi terhadap kunjungan wisatawan.
Dari suatu model menejemen terhadap suatu sumber daya pariwisata
yang baik, dengan penentuan daya dukung di masing – masing bidang yang
tersebut diatas, maka diharapkan akan mampu menjaga keberlangsungan
kegiatan pariwisata di destinasi itu dalam hal ini adalah Negeri Khayal.
Dengan hubungannya terhadap penentuan daya dukung pariwisata adalah
dapat menekan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif, sehingga
akan dicapai keberlangsungan pariwisata dapa destinasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Gunn, Clare A. Tourism Planning. 4th Ed. New York: Routledge. 2002
Hall, Michael C. & Page, Stephen J. The Geography of Tourism and Recreation:
Environment, Place and Space. 3rd Ed. New York: Routledge. 2006
Inskeep, Edward. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development
Approach. New York: Van Nostrand. 1991
Paturusi, Samsul A. (2001). Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata, Materi
kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata Program Magister (S2) Kajian
Pariwisata, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.
Widiatedja, IGN Parikesit. 2011. Kebijakan Liberalisasi Pariwisata. Denpasar:
Udayana University Press
Yoeti,Oka.A.(2008) Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita :
Jakarta

 

10 

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Community Development In Productive Village Through Entrepreneurship Of Rosary

0 60 15

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22