Medical Technology and Public Health Journal
Daftar Isi
KETERKAITAN ANTARA SANITASI PONDOK PESANTREN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT YANG DIALAMI SANTRI DI PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT Agus Aan Adriansyah .............................................................................................................
ANALISA KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA AIR DI KECAMATAN TANGGULANGIN SIDOARJO Devyana Dyah Wulandari .....................................................................................................
PENGARUH KEBUTUHAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DI DESA PETIS RT 02 RW 02 KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK Eppy Setiyowati dan Desi Emilyati ......................................................................................
PENGARUH KEMAMPUAN IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI RISIKO PREEKLAMSIA TERHADAP PARITAS, PENGETAHUAN DAN KETERPAPARAN INFORMASI Rr. Galuh Ajeng Indu Dewi ................................................................................................
PENGARUH UMUR KEHAMILAN USIA REMAJA, PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA, DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA Pratiwi Hariyani Putri .........................................................................................................
PENGARUH NORMAL FLORA Streptococcus sp. KARANG GIGI TERHADAP PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA MAHASISWA UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2016 Rahayu Anggraini, Umi Hanik, Gilang Nugraha, dan Dwi Lestari Pertiwi ......................
DETEKSI DELESI GEN DAZ (Deleted in AZoospermia) PADA PRIA AZOOSPERMIA DENGAN METODE PCR (Polymerase Chain Reaction)
V.A. Ferandra dan Sukarjati .............................................................................................. (52)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- PEDOMAN PENULISAN JURNAL
ALUR PENERBITAN NASKAH
MITRA BESTARI & TIM JURNAL MTPH
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta atas kehendak-Nya jurnal Fakultas Kesehatan “Medical Technology and Public Health Journal” telah diselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jurnal ini insya Allah diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun, semoga diberi kelancaran dan sukses selalu untuk menuju jurnal yang Terakreditasi. Aamiin.
Ttd Dewan Redaksi
3| Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
KETERKAITAN ANTARA SANITASI PONDOK PESANTREN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT YANG DIALAMI SANTRI DI PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT
Agus Aan Adriansyah
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Email: aan.naufal87@unusa.ac.id or aan_naufal87@yahoo.com
Abstract
Health requirements boarding school environment basically consists of a few things such as construction and general sanitary conditions, basic sanitation facilities, food management, and so on. With good environmental health, health risks and other risks will be avoided. Almost 80% of disease in the boarding school due to the health condition of the environment. Good conditions will also improve the aesthetics of the boarding school. This research was analitic study that held observationally with cross sectional design and used quantitative approach. Sample in this research was male religious pupil of Sunan Drajat Islamic Boarding School with MTS level of education. Sample numbers were 97 religious pupil that was collected from population with proportional random sampling. Variable test held using correlation analysis method. Correlation test results or the r value indicates the value of 0.792. Thus it can be interpreted that there is a strong relationship between sanitation and disease incidence in Pondok Pesantren Sunan Drajat. Therefore, it is necessary to increase the quality and quantity of islamic boarding school sanitation to increase the health of religious pupil. The method that can be done is by providing the islamic boarding school facilities or religious pupil room that appropriate with standard and the improvement of basic sanitation facilities of islamic boarding school such as the providing of bathroom/toilet.
Keywords: Sanitation of Islamic Boarding School, Environment, Disaster
Abstrak
Persyaratan kesehatan lingkungan pondok pesantren pada dasarnya terdiri atas beberapa hal seperti konstruksi dan kondisi sanitasi umum, fasilitas sanitasi dasar, tempat pengelolaan makanan, dan sebagainya. Dengan kondisi kesehatan lingkungan yang baik, risiko kesehatan dan risiko lainnya akan bisa dihindari. Hampir 80% penyakit yang ada di pondok pesantren diakibatkan oleh kondisi kesehatan lingkungan yang tidak baik. Kondisi yang baik juga akan meningkatkan estetika pondok pesantren tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan secara observasional dengan rancang bangun cross sectional dan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini merupakan santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan pendidikan MTs. Jumlah sampel sebanyak 97 santri yang diambil dari populasi dengan cara proportional random sampling . Pengujian variabel dilakukan dengan menggunakan metode analisis korelasi. Hasil uji korelasi atau nilai r menunjukkan nilai 0,792. Dengan demikian dapat di interpretasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sanitasi lingkungan dan kejadian penyakit di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Butuh peningkatan kualitas dan kuantitas dari sanitasi pondok pesantren untuk
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 4 Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 4
Kata Kunci: Sanitasi Pondok Pesantren, Lingkungan, Penyakit
PENDAHULUAN
perumahan yang sehat yaitu memenuhi Sanitasi lingkungan adalah status kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, kesehatan suatu lingkungan yang mencakup adanya perlindungan terhadap penularan perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air penyakit dan perlindungan atau pencegahan
bersih dan sebagainya 3 . Sedangkan jika terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah . diterapkan dalam lingkup pondok pesantren,
Persyaratan kesehatan lingkungan pondok maka sanitasi pondok pesantren adalah suatu pesantren pada dasarnya terdapat 10 item yang upaya pengendalian atau pengawasan terhadap ideal. Dengan kondisi kesehatan lingkungan faktor-faktor
mengganggu yang baik, risiko kesehatan dan risiko lainnya perkembangan
yang
dapat
dan akan bisa dihindari. Hampir 80% penyakit yang kelangsungan hidup manusia yang ditimbulkan ada di pondok pesantren diakibatkan oleh kondisi oleh pondok pesantren sebagai tempat menimbah kesehatan lingkungan yang tidak baik. Kondisi ilmu agama bagi para santri.
fisik,
kesehatan
yang baik juga akan meningkatkan estetika
Menurut teori H.L Blum 4 derajat kesehatan pondok pesantren tersebut . Untuk memenuhi seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu persyaratan tersebut bagi pondok pesantren
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan memang tidaklah mudah. Bahkan pada item-item genetika. Faktor lingkungan mempunyai tertentu sangat berat untuk mencapainya karena pengaruh besar terhadap status kesehatan, baik terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Item lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Salah persyaratan kesehatan lingkungan pondok satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pesantren tersebut meliputi konstruksi dan terhadap status kesehatan seseorang adalah kondisi sanitasi umum, fasilitas sanitasi dasar, perumahan.
tempat pengelolaan makanan, tempat wudhu, Perumahan merupakan kelompok rumah asrama/ruang tidur, ruang kelas, ruang yang berfungsi sebagai lingkungan tempat perpustakaan, ruang laboratorium, masjid dan tinggal atau lingkungan hunian dan sarana hygiene perorangan. pembinaan keluarga yang dilengkapi sarana dan
Aspek kesehatan pada pondok pesantren prasarana lingkungan. Perumahan harus meliputi terpenuhinya kebutuhan fisiologis dan menjamin kesehatan penghuninya dalam arti psikologis, mencegah penularan penyakit serta luas. Oleh sebab itu, diperlukan syarat mencegah terjadinya kecelakaan. Untuk
5| Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
memperoleh keadaan pondok pesantren yang sehat sehingga tidak mempermudah timbulnya sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi penyakit. perumahan seperti ventilasi, penerangan alami,
sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan METODE PENELITIAN
limbah atau kotoran manusia dan air bersih.
ini termasuk Permasalahan yang sering terjadi di observasional analitik dengan menggunakan pondok pesantren adalah penyediaan air bersih, pendekatan cross sectional. Desain penelitian ini pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, mencoba menggali bagaimana dan mengapa
Desain
penelitian
sampah dan kepadatan penghuni 5 . Lingkungan masalah itu terjadi dan kemudian melakukan
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya analisis antara fenomena 6 .
Populasi pada penelitian ini adalah santri khususnya di lingkungan pondok pesantren, putra yang bermukim di asrama pondok sehingga hal ini merupakan prioritas yang perlu pesantren dan sedang menempuh pendidikan diperhatikan dan dibenahi. Beberapa penyakit tingkat MTs setara dengan SMP di Pondok yang erat hubungannya dengan keadaan Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, lingkungan pondok pesantren antara lain: Lamongan, dengan jumlah santri sebanyak 247 penyakit kulit, diare, tifus, demam berdarah, orang santri. Besar sampel pada penelitian ini malaria, batuk pilek (ISPA), tuberculosa (TBC), adalah sebesar 97 orang santri. Cara pengambilan
terhadap derajat
kesehatan
masyarakat
leptospirosis dan hepatitis 4 . Penyakit lain yang sampel santri MTs pada penelitian ini adalah sering terjadi di pondok pesantren adalah dengan cara proportional random sampling yaitu
gangguan penginderaan seperti keluhan pada suatu teknik pengambilan sampel proporsi atau mata. Permasalahan ini jika tidak ditangani serius sampel imbangan yang dilakukan untuk dapat menurunkan derajat kesehatan.
memperoleh sampel yang representatif dari
Oleh karena itu, perlu diadakan penilaian setiap wilayah/unit/kelas 7 .
untuk menggambarkan sanitasi
Pengumpulan data terbagi atas data primer pesantren di Pondok Pesantren Sunan Drajat, dan data skunder. Data primer diperoleh dengan Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Hal ini mendapatkan data/informasi langsung dari dilakukan untuk mengetahui hubungan kondisi responden yang menjadi sasaran penelitian sanitasi pondok pesantren terhadap timbulnya melalui wawancara kuesioner dan observasi berbagai penyakit pada santri. Diharapkan pengukuran. Data sekunder diperoleh melalui nantinya dapat digunakan acuan dalam telaah kepustakaan dan data yang diperoleh dari memperbaiki
pondok
kondisi pondok pesantren atau instansi lainnya sebagai lingkungan di pondok pesantren yang bersih dan penunjang penelitian. Data yang telah
dan
menciptakan
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 6 Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 6
statistik dengan uji korelasi dengan bantuan Tabel 2. Tingkat Penyediaan Air Bersih
program SPSS. No. Penyediaan Air Jumlah Persentase
Bersih Asrama
1. Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Cukup
Sanitasi Lingkungan Pondok Pesantren
3 100 Hasil penilaian sanitasi lingkungan pondok
pesantren didasarkan atas beberapa indikator Berdasarkan pada Tabel 2. dapat dilihat seperti yang digambarkan berikut ini.
bahwa dari semua asrama memiliki tingkat
1. Kondisi Bangunan Asrama penyediaan air bersih yang baik. Hal ini sejalan Tabel 1. Kondisi Bangunan Asrama
dengan teori yang menyebutkan bahwa Kualitas
No. Kondisi
Jumlah Persentase
fisik air bersih yang dimanfaatkan oleh santri
1. Kurang
0 0 harus memenuhi syarat fisik air yaitu jernih,
2. Cukup
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau 8 .
3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tabel 3. Kondisi SPAL
Berdasarkan pada Tabel 1. dapat dilihat
Jumlah Persentase bahwa terdapat 2 asrama yang memiliki tingkat
No.
SPAL
3 100 kondsi bangunan asrama yang baik dan 4 asrama
1. Kurang
2. Cukup
0 0 memiliki kondisi bangunan asrama cukup baik.
3. Baik
3 100 Hasil penelitian ini sudah cukup sesuai
Total
dengan arahan dari instansi terkait terkait dampat Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa dari kondisi bangunan yang tidak baik dapat semua asrama memiliki tingkat kondisi saluran
berdampak pada kesehatan. Hal ini disebabkan pembuangan air limbah yang kurang baik. karena hampir 80% penyakit yang ada di pondok Kondisi ini menandakan bahwa penerapan pesantren diakibatkan oleh kondisi kesehatan anjuran bahwa sarana pengelolaan limbah lingkungan yang tidak baik. Kondisi yang baik haruslah terdiri dari saluran-saluran air limbah juga akan meningkatkan estetika pondok yang tertutup dan mengalir dengan lancar. Ada pesantren tersebut 4 .
peresapan yang tertutup atau disalurkan ke saluran umum. Hasil buangan tidak mencemari
lingkungan sekitar belumlah terlaksana dengan
4 baik .
7| Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
4. Kondisi Kamar Mandi dan WC Tempat sampah harus kuat, tahan karat, Tabel 4. Kondisi Kamar Mandi dan WC
kedap air, mudah dibersihkan dan ada penutup.
Tempat sampah segera diokosongkan 1 x 24 jam No.
Kondisi
Jumlah Persentase
1. 4 Kurang 2 66,7 atau sudah terisi sekitar 2/3 bagian .
2. Cukup
6. Kamar Santri
Tabel 6. Kondisi Kamar Santri
Berdasarkan pada Tabel 4. dapat dilihat No. Kondisi Kamar Jumlah Persentase
Santri
bahwa dari semua asrama yang ada, terdapat 2
11 28,9 asrama yang memiliki tingkat kondisi kamar
0 0 mandi dan WC yang kurang baik. Hasil
3. Baik
38 100 penelitian ini menandakan bahwa persyaratan
Total
kesehatan lingkungan di pondok pesantren belum Berdasarkan pada Tabel 6. dapat dilihat dilaksanakan secara menyeluruh. Salah satu bahwa mayoritas kondisi kamar santri dari semua persyaratan kesehatan lingkungan pondok asrama termasuk dalam kategori cukup baik. pesantren yang ideal adalah tersedianya fasilitas Hasil penelitian ini menandakan bahwa sanitasi dasar yang baik. Diantaranya adalah persyaratan kesehatan lingkungan di pondok sarana
manusia pesantren terkait ruang/kamar santri telah (WC/Jamban) dan kamar mandi 4 .
belum secara
5. Pengelolaan Sampah
menyeluruh.
Tabel 5. Kondisi Pengelolaan Sampah
Salah
satu
persyaratan kesehatan
lingkungan pondok pesantren yang ideal adalah No.
Pengelolaan
Jumlah Persentase
Sampah tersedianya fasilitas sanitasi yang baik.
1. Kurang
Diantaranya adalah sarana asrama atau kamar
2. Cukup
0 0 tidur santri. Syarat-syarat yang harus dipenuhi Total
3. Baik
adalah lantai harus bersih, kedap air dan mudah
dibersihkan. Dinding berwarna terang, bersih, Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa
tidak lembab dan mudah dibersihkan. Ruang kondisi pengelolaan sampah dari semua asrama
penerangan cukup, terdapat ventilasi, sirkulasi masih kurang baik. Hasil penelitian ini
udara lancar. Terdapat rak atau almari untuk menandakan bahwa persyaratan kesehatan
menyimpan buku, pakaian dan barang lain. lingkungan di pondok pesantren belum
Peralatan tidur (bantal, sprei, tikar) tertata rapi dilaksanakan secara menyeluruh. dan bersih. Penghuni kamar tidak padat ± 4 m 2
untuk 1 orang 4 .
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 8
7. Kondisi Tempat Belajar Lamongan termasuk dalam kategori cukup baik. Tabel 7. Kondisi Tempat Belajar
hal ini cukup sesuai dengan beberapa teori yang
menyatakan bahwa persyaratan umum dari No. Kondisi Tempat Jumlah Persentase
Belajar lingkungan pondok pesantren ada tiga hal pokok
1. Kurang
yang perlu diperhatikan 9 , yaitu lingkungan dan
2. Cukup
0 0 bangunan pondok pesantren selalu dalam Total
3. Baik
keadaan bersih dan tersedia sarana sanitasi yang
Berdasarkan pada Tabel 7. dapat dilihat memadai. Lingkungan dan bangunan pondok bahwa sebagian besar kondisi ruangan tempat pesantren tidak memungkinkan sebagai tempat belajar di tiap asrama termasuk dalam kategori bersarang dan berkembangbiaknya serangga, cukup baik. Hasil penelitian ini menandakan tikus, kecoa dan lainnya. Bangunan pondok bahwa persyaratan kesehatan lingkungan di pesantren harus kuat, terpelihara, mudah pondok pesantren terkait tempat belajar santri dibersihkan dan dapat mencegah penularan telah dilaksanakan meskipun belum secara penyakit dan kecelakaan. menyeluruh.
Salah satu
persyaratan
kesehatan Kejadian Penyakit
lingkungan pondok pesantren yang ideal adalah Jenis penyakit yang sering dialami oleh juga tersedianya fasilitas tempat belajar yang para santri di lingkungan Pondok Pesantren
baik dalam rangka mendukung peningkatan Sunan Drajat dapat tergambarkan pada tabel prestasi belajar santri. Syarat-syarat yang harus berikut ini. dipenuhi adalah ruang belajar yang cukup terang Tabel 8. Jenis Penyakit yang Sering Dialami
dan nyaman, dapat untuk membaca buku pada
Jumlah Persentase siang hari tanpa bantuan cahaya buatan (lampu)
1 1,1 dan pada malam hari pencahayaan dari lampu
2. Bisul
3 3,2 cukup untuk menerangi ruangan belajar. Ruang
1 1,1 belajar juga harus bersih, ada ventilasi dan
5. Febris
20 21,3 sirkulasi udara lancar serta luasan ventilasi 20%
4 4,3 dari luasan lantai. Kemudian dinding dan lantai
8. Konjungtivis
2 2,1 bersih, tidak ada coretan 4 .
2 2,1 Secara keseluruhan penilaian dari item
11. Tonsilitis
2 2,1 sanitasi lingkungan di pondok pesantren dapat
1 1,1 disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan Pondok
14. Varicella
94 100 Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran,
Total
9| Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa terus menerus, serta tidak menjaga pola makan terdapat 94 kejadian penyakit yang terdata di yang sehat. Dianjurkan sedikit beraktivitas klinik Pondok Pesantren selama 3 bulan terakhir. selama sakit untuk membiasakan diri. Aktivitas Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat 14 santri saat sakit pun bervariasi, tidak dapat jenis penyakit yang sering diderita. Penyakit dipungkiri pula bahwa saat sakit masih ada santri scabies memiliki frekuensi kejadian yang paling yang memaksakan diri untuk beraktivitas. Dari tinggi yaitu 24 kali (25,5%). Semua jenis hasil penelitian didapatkan informasi bahwa penyakit yang sering timbul di pondok pesantren banyak
memilih untuk tersebut rata-rata dikarenakan kondisi kebersihan tidur/beristirahat pada waktu sedang sakit. diri para santri yang kurang baik dan sanitsi Hampir sebagian besar santri sedikit beraktivitas lingkungan yang kurang baik. Para santri kurang pada saat sedang sakit dan sisanya tetap begitu memperhatikan kesehatan dirinya, beraktivitas seperti biasa walaupun sedang sakit. sehingga perilaku mereka cenderung jauh dari
santri
yang
Secara keseluruhan, penilaian kejadian konsep PHBS.
penyakit beserta interaksinya kepada para santri Keadaan sakit membuat aktivitas yang dapat disimpulkan termasuk dalam kategori dilakukan menjadi lebih berat dan lelah. Asupan cukup baik. Hal ini dijelaskan dengan daya makanan dan gizi tentunya harus terus diberikan respon maupun daya tanggap santri serta secara cukup. Dibutuhkan upaya pengobatan aktivitas santri saat sedang mengalami sakit. agar keadaan yang tidak mengenakkan ini segera Pada umumnya para santri masih tetap berlalu. Oleh karena itu, upaya penanggulangan melakukan aktivitas seperti biasa walaupun harus dilakukan. Terkait upaya penanggulangan terkadang intensitasnya sedikit berkurang. Sama yang dilakukan santri saat sakit adalah sebagian halnya dengan kegiatan belajar, meskipun ada besar santri melakukan pengobatan sebagai yang merasa tidak terganggu, tidak sedikit para upaya penanggulangan sakit. Sedangkan sisanya santri yang merasa terganggu dengan sakit yang kadang-kadang melakukan pengobatan.
diderita.
Kemudian tempat dalam mendapatan obat
yang sering diakses santri adalah mayoritas Keterkaitan Sanitasi Lingkungan Ponpes berkunjung ke klinik pondok pesantren, dan dengan Kejadian Penyakit
sisanya beli di apotek atau di warung. Berdasarkan hasil pengujian analisis antara Istirahat yang cukup sangat perlu untuk variabel sanitasi lingkungan dan kejadian dilakukan,. Karena pada dasarnya, dalam penyakit dengan menggunakan program SPSS, keadaan sakit tubuh dan badan kita otomatis didapat output correlations pada hasil uji memerlukan istirahat setelah beraktivitas secara multikolinearitas yaitu angka koefisien korelasi
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 10 Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 10
yang menyerang.
kuat karena terletak antara 0,750 – 0,999.
b. Unsur pejamu (Host)
Dengan demikian dapat di interpretasikan bahwa Manusia sebagai makhluk biologis terdapat hubungan yang kuat antara sanitasi
memiliki sifat biologis, seperti: umur, jenis lingkungan dan kejadian penyakit di Pondok
kelamin, imunitas dan reaksi tubuh Pesantren Sunan Drajat.
terhadap berbagai unsur dari luar maupun Penyebab dan proses terjadinya suatu
dari dalam tubuh sendiri. Semakin jelek penyakit berkembang dari rantai sebab akibat ke
daya tahan tubuhnya, maka semakin suatu proses kejadian penyakit, yakni proses
terserang penyakit. interaksi antara manusia (pejamu) dengan
mudah
untuk
Sedangkan manusia sebagai makhluk berbagai
sosial mempunyai berbagai sifat khusus psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan
seperti: kelompok etnik termasuk adat, penyebab (agent) serta dengan lingkungan
kebiasaan, agama, kebiasaan hidup dan (environment). kehidupan sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan yang buruk dan tidak sehat dapat makin memudahkan seseorang terserang suatu penyakit.
c. Unsur lingkungan (Environment)
Lingkungan memegang peranan yang Gambar 1. Interaksi Host,
Agent
dan
10 cukup penting dalam Environment menentukan terjadinya proses penyakit. Secara garis
Dalam teori keseimbangan, interaksi antara besarnya, maka unsur lingkungan dapat di ketiga unsur tersebut harus dipertahankan
bagi dalam tiga bagian utama, yakni: keseimbangannya. Apabila terjadi gangguan
lingkungan fisik, lingkungan biologis dan keseimbangan
lingkungan sosial. Semakin jelek dan tidak
menyebabkan timbulnya penyakit tertentu 10 .
sehat kondisi lingkungan, maka semakin
a. Unsur penyebab (Agent) mudah timbulnya berbagai penyakit yang Pada umumnya, kejadian setiap penyakit
nantinya dapat menyerang manusia. sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Terjadinya
11 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
SIMPULAN DAN SARAN
pembuangan awal untuk menyaring
Simpulan
sampah. Memberikan penutup diatas Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
saluran limbah, dan selalu dibersihkan. dapat disimpulkan bahwa:
d. Mengembalikan fungsi sanitasi kamar
1. Penilaian sanitasi pondok pesantren yang sebagai sarana penetralan kondisi kamar, meliputi 6 asrama secara umum termasuk
memberi cahaya matahari masuk dengan dalam kategori cukup baik.
leluasa tanpa ada pengahalang, diantaranya
2. Terdapat 14 jenis penyakit yang sering mengusahakan agar tidak mengantungkan diderita santri. Diantaranya adalah tertinggi
pakaian didekat cendela. Tidak meletakkan penyakit scabies, penyakit ISPA dan
barang-barang maupun almari didekat penyakit gastritis. Semua jenis penyakit
almari hingga menutupi sebagian jendela. yang terjadi rata-rata karena kondisi
kebersihan diri santri dan sanitsi REFERENSI
lingkungan yang kurang baik. Kemudian
1. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat : kejadian penyakit beserta interaksinya
Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta. 2007. termasuk dalam kategori cukup baik.
2. Azwar, A.. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta. PT. Mutiara Sumber
Saran
Widya. 1995.
3. Mukono, H.J.. Prinsip Dasar Kesehatan sebaiknya dilakukan renovasi atau perbaikan
Dalam sanitasi pondok pesantren,
Surabaya. Airlangga terhadap beberapa asrama yang kurang
Lingkungan.
University Press. 2006. memenuhi persyaratan kesehatan agar tidak
4. Dinkes. Jatim. Materi Pelatihan Pos dijadikan sebagai sarang penyakit, diantaranya:
Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) .
a. Pengecatan dinding kamar santri yang Surabaya. Dinas Kesehatan Jawa Timur. masih bewarna gelap menjadi terang
dengan memakai jenis warna cat yang
5. Dinkes. Jatim.. Sanitasi Pondok Pesantren terang seperti warna putih.
di Jawa Timur. Surabaya. Dinas Kesehatan
b. Pembenahan dan perawatan kondisi kamar
Jawa Timur. 1997.
mandi/WC yang kurang baik pada
6. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian beberapa asrama, termasuk dinding, lantai,
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 2005. atap dan bak mandi.
7. Arikunto, S. Prosedur Penelitian : Suatu
c. Rekonstruksi bangunan SPAL yang lebih Pendekatan Praktik . Jakarta. PT Rineka baik. Pemberian saringan di saluran
Cipta. 2006.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 12
8. Notoatmodjo,
Kesehatan Masyarakat
S.
Ilmu
Prinsip-Prinsip Dasar . Jakarta. Rineka Cipta. 1997.
9. Rahman, A. Sanitasi Pondok Pesantren. Surabaya. FKM Unair. 2003.
10. Noor, N.N.. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
13 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
ANALISA KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA AIR DI KECAMATAN TANGGULANGIN SIDOARJO
Devyana Dyah Wulandari
Staf Pengajar Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Surabaya, Indonesia
Abstract
Subdistrict Tanggulangin was relatively close to the source of the Lapindo mud flow, the release of mud content into the water will cause the death of aquatic organisms and lead to serious consequences for humans who depend their life on these waters. Therefore, researchers seek to determine the total water hardness and chloride content in Tanggulangin district. Water make up the population and sample, taken from 15 points in Tanggulangin, Sidoarjo. Total hardness determination was conducted using complexometric titration method, whereas chloride content was performed using argentometry Mohr titration method. Water sample from 3 of 10 regions in Tanggulangin is drinkable, namely the sample A (320 mg / L), sample C (170 mg / L), sample E (304 mg / L), sample F (298 mg / L), sample I (372 mg / L), samples J (340 mg / L). While the in the other samples, the content of total hardness exceeds the maximum threshold (> 500 mg / L) which means unfit for consumption, and 5 of the 10 areas in the district is drinkable, namely the sample A (123.2 mg / L), sample C (49.7 mg / L), sample E (245.7 mg / L), sample I (182.4 mg / L), and samples J (64 mg / L).
Keywords: Total Hardness, Chloride Levels, Water
Abstrak
Kecamatan Tanggulangin merupakan daerah yang cukup dekat dengan sumber lumpur Lapindo. Kandungan pelepasan lumpur ke perairan akan menyebabkan kematian hewan air dan menyebabkan akibat serius bagi manusia yang tergantung pada perairan tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui kandungan kesadahan total dan kadar klorida air di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah air yang diambil dari 15 titik di wilayah Tanggulangin, Sidoarjo. Kesadahan total dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, sedangkan kadar klorida air dilakukan menggunakan metode titrasi argentometri metode Mohr. Diperoleh hasil 3 dari 10 daerah di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (320 mg/L), C (170 mg/L), E (304 mg/L), F (298 mg/L), I (372 mg/L), dan J (340 mg/L). Sedangkan pada kode sampel lainnya, kandungan kesadahan total melebihi ambang batas maksimal (> 500 mg/L) yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi, dan 5 dari
10 daerah di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (123.2 mg/L), C (49.7 mg/L), E (245.7 mg/L), I (182.4 mg/L), dan J (64 mg/L). Sedangkan pada kode sampel lainnya, kandungan kadar klorida melebihi ambang batas maksimal yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi.
Kata Kunci: Kesadahan total, Kadar klorida, Air
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 14
PENDAHULUAN
sewajarnya dalam sumber air minum tersebut Air merupakan kebutuhan pokok bagi (Azwar, 1995). manusia, hampir 2/3 bagian massa tubuh
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor manusia berisi cairan, oleh karena itu setiap hari 492/Menkes/IV/2010 menyatakan bahwa air dianjurkan untuk minum air sebanyak delapan minum yang sehat harus memenuhi persyaratan gelas atau sekurang-kurangnya dua setengah fisik, kimia, dan mikrobiologi. Beberapa liter, dan sebaiknya mengkonsumsi air putih, persyaratan tersebut antara lain air harus jernih karena air putih memiliki daya larut yang tinggi, atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, sehingga metabolisme tubuh berjalan dengan pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, baik. Hal ini sangat penting apalagi hidup di kesadahannya rendah, dan tidak boleh iklim tropis dimana akan lebih banyak cairan mengandung bakteri patogen seperti Escherichia tubuh yang keluar sehingga akibatnya jika tubuh coli . Berdasarkan peraturan tersebut jelas kurang minum maka terjadi dehidrasi dan dapat disebutkan bahwa salah satu syarat yang harus merusak sel saraf tubuh; Air juga membantu dipenuhi dalam kualitas air minum dengan oksigen bersirkulasi keseluruh sel tubuh. parameter kimia adalah kesadahan. Kadar Meskipun air begitu vital, masyarakat jarang kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam sekali mengawasi mutu air yang dikonsumsi dan air minum adalah 500 mg/L (Permenkes, 2010). sering kali menganggap ringan tentang hal ini.
Kecamatan Tanggulangin merupakan Air minum yang sehat harus memenuhi daerah yang cukup dekat dengan sumber lumpur persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis. Lapindo. Berdasarkan Laporan “Environmental Untuk mendapatkan kualitas air yang baik maka assasment ” oleh UNDAC Tahun 2006 di daerah air perlu diproses terlebih dahulu sebelum sekitar luapan lumpur Sidoarjo, disebutkan dikonsumsi.
bahwa kandungan pelepasan lumpur ke perairan Air minum tidak boleh mengandung racun, akan menyebabkan kematian hewan air dan zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam menyebabkan akibat serius bagi manusia yang jumlah melampaui batas yang telah ditentukan tergantung pada perairan tersebut. Kandungan (Sutrisno et al, 2004). Zat ataupun bahan kimia logam berat yang bersifat toksik dan ditemukan yang terdapat di dalam air minum tidak boleh pada konsentrasi yang tinggi adalah merkuri sampai menimbulkan kerusakan pada tempat (Hg) yang berpotensi terakumulasi dalam tubuh penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan manusia melalui kegiatan mengkonsumsi ikan. kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui tubuh, hedaknya harus terdapat dalam kadar yang kandungan kesadahan total dan kadar klorida
15 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
pada air kran di beberapa daerah di kecamatan Analisis Kadar Klorida:
Tanggulangin Sidoarjo.
a. Ukur dengan teliti 100 ml contoh yang mempunyai nilai pH 7-10, apabila contoh
METODE PENELITIAN
tidak berada dalam kisaran pH tersebut, Penelitian ini merupakan penelitian jenis
tambahkan H 2 SO 4 N atau NaOH 1 N eksperimental karena data diambil melalui uji
menjadi pH 7-10;
laboratorium. Populasi dan sampel pada b. Tambahkan 1 ml indikator K 2 CrO 4 ; penelitian ini adalah air yang diambil dari 15 titik c. Titrasi dengan larutan standar perak nitrat di wilayah Tanggulangin, Sidoarjo. Kesadahan
(AgNO 3 ) sampai timbul warna kuning total dilakukan menggunakan metode titrasi
kemerah-merahan; kompleksometri, sedangkan kadar klorida air d. Lakukan titrasi blanko dengan mengukur
dengan teliti 100 ml air suling dan argentometri metode Mohr.
dilakukan menggunakan
metode
titrasi
selanjutnya kerjakan sama dengan perlakuan
Analisis Kesadahan total
contoh;
a. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, e. Lakukan pengerjaan duplo; masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 f. Hitung kadar klorida (Cl-) dalam contoh.
mL, encerkan dengan air suling sampai Perhitungan volume 50 mL.
mg Cl/l = (A - B) x N × 35450
b. Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL
larutan penyangga pH 10 + 0,1.
dengan:
c. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai
A adalah volume AgNO 3 yang dipakai penitaran dengan 50 mg indikator EBT.
contoh (ml);
d. Lakukan titrasi dengan larutan baku
B adalah volume AgNO 3 yang dipakai penitaran Na 2 EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
blanko (ml);
terjadi perubahan warna merah keunguan N adalah normalitas AgNO 3 ; menjadi biru.
V adalah volume contoh (m.l)
e. Catat volume larutan baku Na 2 EDTA yang
digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
f. Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata- Kesadahan Total
Telah dilakukan penelitian analisis Kesadahan Total (mg CaCO3/L) =
ratakan volume Na 2 EDTA yang digunakan.
kesadahan total (CaCO 3 ) air di Kecamatan 1000 x V EDTA XM EDTA
X 100
Tanggulangin Sidoarjo dengan jumlah sampel
V sampel
diambil di 15 titik daerah yang berbeda. Sampel
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 16 Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 16
X 100 Dari jumlah 15 sampel tersebut dilakukan
sampel V
pemeriksaan secara duplo (dua kali). Penetapan Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai kesadahan total ini menggunakan metode berikut: kompleksometri, yaitu pembentukan kompleks Saat sebelum titik ekuivalen:
→ CaIn - + H + larutan standar Na 2 EDTA dan indikator EBT.
berwarna oleh logam. Dengan menggunakan Ca 2+ + HIn 2- (biru)
Merah Bila penambahan indikator EBT pada larutan Saat setelah titik ekuivalen: yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 ± CaIn - + H 2 Y 2- → CaY 2- + HIn 2- + H +
0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila Biru
kemudian dititrasi dengan Na 2 EDTA, ion Ca dan
Mg sudah terikat, larutan yang berwarna merah Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, batas titrasi. Hasil titrasi Na 2 EDTA pada pemeriksaan maksimal kesadahan total dalam air minum kesadahan total (CaCO3) disajikan dalam Tabel adalah 500 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat
5.1 berikut. diketahui bahwa 3 dari 10 daerah di kecamatan Tabel 1 Hasil analisa kesadahan total air
Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, Volume
Volume
yaitu pada kode sampel A (320 mg/L), kode
Kadar
Kode Titran (mL)
Titran
Klorida sampel C (170 mg/L), kode sampel E (304 Sampel
Rata-Rata
(mg/L)
I II (mL)
mg/L), kode sampel F (298 mg/L), kode sampel
I (372 mg/L), dan kode sampel J (340 mg/L).
A 8 8 8 320
B 21.7 22.1 21.9 876
Sedangkan pada kode sampel lainnya,
C 4.5 4 4.25 170
kandungan kesadahan total melebihi ambang
D 20 18 19 760
batas maksimal (> 500 mg/L) yang berarti tidak
E 7.4 7.8 7.6 304
F 7.6 7.3 7.45 298
layak untuk dikonsumsi.
G 14 14 14 560
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan
H 13 13 13 520
menimbulkan dampak, terhadap kesehatan dapat
I 8.8 9.8 9.3 372
menyebabkan cardiovascular (penyumbatan darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal),
Kesadahan total dihitung menggunakan menyebabkan pengerakan pada peralatan logam rumus (SNI 01- 3554-2006):
untuk memasak sehingga penggunaan energi menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam
17 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
karena endapan CaCO 3, dan pemakaian sabun dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan pH 6,5 – 9,0. Apabila ion klorida telah habis sedikit.
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat
Kadar Klorida
akan bereaksi membentuk endapan perak kromat Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik di laboratorium biokimia Universitas Nahdlatul akhir titrasi. Reaksi yang terjadi saat titrasi Ulama Surabaya menggunakan metode titrasi adalah sebagai berikut: argentometri berdasarkan SNI 01- 3554-2006 diperoleh hasil sebagai berikut:
Saat sebelum titik ekuivalen: Tabel 2 Hasil analisa kadar klorida air
AgNO 3 + Cl - AgCl (s) + NO 3 -
Volume
Endapan putih
Kadar
Kode Volume
Titran
Klorida Saat setelah titik ekuivalen:
Sampel Titran (mL)
Rata-
(mg/L)
3 - Rata AgNO + K 2 CrO 4 Ag 2 CrO 4(s) + NO 3
I II (mL)
Endapan merah bata
A 20 18 19 123.2
B 77 77.4 77.2 519.3
C 8 8.4 8.2 49.7 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
D 77 77.2 77.1 518.6 Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, batas
E 37 37 37 245.7
F 40 40.6 40.3 268.2 maksimal kadar klorida dalam air minum adalah
G 46.6 46.4 46.5 310.4 250 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat
H 43 43 43 286.5
diketahui bahwa 5 dari 10 daerah di kecamatan
I 28 27.4 27.7 182.4
10 10.6 10.3 64.0 Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (123.2 mg/L), kode
Kadar klorida dihitung menggunakan rumus sampel C (49.7 mg/L), kode sampel E (245.7 (SNI 01- 3554-2006):
mg/L), kode sampel I (182.4 mg/L), dan kode sampel J (64 mg/L). Sedangkan pada kode
mg Cl/l = (A - B) x N × 35450 sampel lainnya, kandungan kadar klorida
V melebihi ambang batas maksimal yang berarti Analisa kadar klorida air dilakukan tidak layak untuk dikonsumsi. menggunakan titrasi argentometri metode Mohr.
Kadar klorida yang tinggi dapat berbahaya Metode Mohr dapat digunakan untuk bagi kesehatan diantaranya dapat bersifat
menetapkan kadar klorida dalam suasana netral merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, dengan larutan standar AgNO 3 dan penambahan selain itu juga berpotensi merusak sistem K 2 CrO 4 sebagai indikator. Titrasi ini dilakukan pernafasan manusia dan hewan.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 18
SIMPULAN DAN SARAN
Heruna Tanty Statistika. 2011. Analisis
Simpulan
Kandungan Zat Kimia Anorganik pada Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Beberapa Proses Filtrasi Air Minum dapat disimpulkan bahwa:
Menggunakan One-Way Manova. Jurusan
1. 3 dari 10 daerah di kecamatan Matematik & Statistik, Fakultas Sains dan Tanggulangin Sidoarjo yang memiliki
Teknologi Vol. 11 No. 2. tingkat kesadahan < 500 mg/L (kesadahan Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia ringan).
Analitik. Jakarta: UI Press
2. 5 dari 10 daerah di kecamatan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Tanggulangin Sidoarjo yang memiliki
Yogyakarta: Pustaka Pelajar kadar klorida < 250 mg/L.
Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Saran
Press
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Sunaryo, T.M. 2005. Pengelolaan Sumber Daya untuk mengetahui kadar logam lain seperti Pb,
Air. Malang: Bayumedia Publishing Cd dan Hg untuk mendukung penelitian ini.
Anggota IKAPI Jatim Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah
REFERENSI
dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta. Campbell, J and Peterson, D. 2010. Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Determination Of Water Hardness From
Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta Common Water Sources Using Flame Tae-Kee Hong, Myung-Hoon Kim, and Myung- Atomic
Zoon Czae. 2010. Research Article Concordia College Journal of Analytical
Absorbance
Spectrometry.
Determination of Chlorinity of Water Chemistry 1, 4-8 4
without the Use of Chromate Indicator. Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis
International Journal of Analytical Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Chemistry Volume, Article ID 602939, 7 Erlangga
pages
Depkes RI. 2010. Permenkes RI No. Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. 492/MENKES/PER/IV/2010.
Tentang
Malang: UMM Pres
Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.
19 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
PENGARUH KEBUTUHAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DI DESA PETIS RT 02 RW 02 KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK
Eppy Setiyowati 1 , Desi Emilyati 2
1 Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email : eppyseti@gmail.com
Abstract
Pregnancy caused by changes in body weight of pregnant women, which is not significantly impact on the growth of the fetus in the womb, experiencing anemia and low birth weight. The purpose of this study analyzed the nutritional needs of pregnant mothers to changes in maternal and fetal body weight in the Village District of RW 02 Petis Duduk Sampeyan Gresik. Analytical study design with cross sectional study design. The population is all pregnant women in the village of RT 02 RW
02 Petis Sitting Sampeyan District of Gresik by 33 people. Sampling sampling techniques with simple random sampling. The instrument uses observation. This variable is the nutritional needs of pregnant women and changes in maternal and fetal body weight. Data were analyzed with the Mann-Whitney test with α = 0.05. The result showed the majority (66.7%) of respondents need good nutrition. As well as the vast majority (66.7%) of respondents normal weight. It can be concluded that there is influence the nutritional needs of pregnant mothers to changes in maternal and fetal body weight in the Village District of RW 02 Petis Sitting Sampeyan Gresik. More nurses can improve the promotion program to improve maternal and fetal body weight through promotion and education in local communities about the importance of maternal and fetal weight.
Key words: Nutrition of Pregnant Women, Weight
Abstrak
Kehamilan yang disebabkan oleh perubahan berat badan ibu hamil, yang tidak signifikan dapat berdampak pada pertumbuhan janin dalam rahim, mengalami anemia dan berat badan lahir rendah. Tujuan penelitian ini menganalisis kebutuhan gizi ibu hamil terhadap perubahan berat badan ibu dan janin di Desa Petis RW 02 Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik. Desain penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasinya adalah semua ibu hamil yang berada di Desa Petis RW 02 RT 02 Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik sebesar 33 orang. Teknik sampling dengan sampling simple random sampling. Instrumen menggunakan observasi. Variabel ini adalah kebutuhan gizi ibu hamil dan perubahan berat badan ibu dan janin. Data dianalisis dengan uji
mann-Whitney dengan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar (66,7%) responden kebutuhan gizi baik. Serta sebagian besar (66,7%) responden berat badan normal. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kebutuhan gizi ibu hamil terhadap perubahan berat badan ibu dan janin di Desa Petis RW 02 Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik. Perawat lebih banyak dapat meningkatkan penggalakan program peningkatan berat badan ibu dan janin melalui promosi maupun penyuluhan pada masyarakat setempat tentang pentingnya berat badan ibu dan janin.
Kata Kunci : Gizi Ibu Hamil, Berat Badan
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 20
PENDAHULUAN
janin dalam rahim, ibu mengalami anemia dan
Kehamilan merupakan proses yang berat badan lahir rendah (Lailiyana, 2010). berkesinambungan mulai dari ovulasi, konsepsi,
Asupan makanan ibu hamil meningkat nidasi, pembentukan plasenta dan pertumbuhan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan hasil konsepsi sampai aterm (Manuba, 2010). Ibu sehingga mempengaruhi pola kenaikan berat hamil akan mengalami perubahan anatomi dan badan ibu selama kehamilan (Paath, 2004). adaptasi fisiologis diantaranya adalah perubahan Perubahan berat badan ibu hamil merupakan berat badan. Penambahan berat badan ibu hamil salah satu penilaian yang digunakan untuk yang terjadi selama kehamilan disebabkan juga memberikan gambaran massa tubuh ibu sebagai oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan penentu kondisi gizi ibu hamil. Trimester I reproduksi, dan terbentuknya cadangan lemak kisaran pertambahan berat badan 1-2 kg dalam tubuh ibu (Dikutip oleh Meita Dwi sementara trisemester II dan III sekitar 0,34-0,0 Endarwati, 2013). Sebuah kehamilan dianggap kg tiap minggu. Kenaikan total berat badan ibu normal jika tanpa ada penyulit atau komplikasi, hamil dihitung mulai trimester I sampai trimester akan tetapi kehamilan saat ini banyak sekali
III sebesar 11,5-16 kg atau 20% dari berat badan diiringi dengan komplikasi salah satunya sebelum hamil (Arisman, 2009). kehamilan yang disebabkan oleh perubahan berat
Kebutuhan gizi adalah ekspresi dari badan ibu hamil, kejadian komplikasi dengan keadaan seimbang dalam bentuk variabel. preeklampsia, begitu banyak disebabkan oleh ibu Kebutuhan gizi ibu hamil adalah keadaan gizi ibu hamil obesitas dengan indeks massa tubuh > 29 berdasarkan IMT yaitu berat badan (kg)/ tinggi meningkatkan yang meningkatkan resiko empat badan (cm)(Supariasi, 2002). Kebutuhan gizi ibu kali lipat terjadi preeklampsia. Akan tetapi hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fenomena tersebut tidak semua terjadi pada ibu embrio pada masa perkembangan dan hamil obesitas tetapi perempuan dengan indeks pembentukan organ-organ tubuh (Setianingrum, masa tubuh normal juga banyak yang mengalami 2005). Gizi pada ibu hamil yang kurang dapat preeklamsia Chapman (2006), selain itu ibu mengurangi cadangan jaringan tubuh ibu hamil yang mempunyai peningkatan berat badan sehingga akan terjadi juga kemerosotan jaringan yang terlalu berlebihan akan beresiko terjadinya yang ditandai dengan penurunan berat badan ibu komplikasi
kehamilan
seperti
diabetes (Supariasa, 2012).
gestasional, dan terjadinya bayi makrosomia. UNICEF-WHO (2007) memperkirakan Perubahan berat badan ibu hamil yang tidak 189 juta ibu hamil beresiko tinggi diseluruh signifikan dapat berdampak pada pertumbuhan dunia mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2005 yang mencapai 276 juta ibu
21 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
hamil dengan tinggat prevalensi tinggi terdapat kehamilan dengan cara memenuhi kebutuhan di Afrika (45%) dan Asia (34%)
gizi ibu hamil secara kuantitas maupun kualitas, Hasil Riskesdas (2013) prevalensi ibu menjaga lingkungan yang kondusif yaitu hamil beresiko tinggi yaitu ibu hamil dengan membuat suasana tempat tinggal yang nyaman, tinggi badan < 150 cm. Prevalensi ibu hamil menjaga
kehamilan dengan beresiko tinggi sebesar 31,3 %. Prevalensi ibu memeriksakan kehamilanya. hamil beresiko tinggi terendah di Bali (12,1 %)
kesehatan
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat dan tertinggi di Sumatera Barat (39,8%) dan di untuk menekan angka gizi kurang pada ibu hamil jawa timur (15,8%) (Warta Surya, 2011).
salah satunya dengan memberikan pendidikan Data awal yang penulis lakukan pada bulan kesehatan tentang kebutuhan gizi yang baik pada januari 2015 ditemukan 7 ibu hamil pada ibu hamil. Disamping itu dengan pemantauan trimester I sampai trimester III mengalami kebutuhan gizi ibu hamil baik pada awal penurunan berat badan yang tidak sesuai dengan kehamilan dan pemantauan gizi selama hamil kondisi normal pada ibu hamil. Dua ibu hamil sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi mengalami penurunan berat badan dengan berat sedini mungkin (Marsianto dkk, 2005). Hasil
55 kg pada trimester I, sedangkan 5 ibu hamil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mengalami penurunan berat badan 60 kg pada masukan kepada ibu dan perawat khususnya trimester III.