Analisis Kelayakan Penggunaan OpenBTS di Daerah Bencana di Indonesia analysis of feasibility of openBTS utilization on disaster area in indonesia

Analisis Kelayakan Penggunaan OpenBTS di Daerah Bencana di Indonesia analysis of feasibility of openBTS utilization on disaster area in indonesia

Rahmat Saleh

Puslitbang SDPPI Kementrian Komunikasi dan Informatika Jalan Medan Merdeka Barat No 9 Jakarta Pusat 10110 [email protected]

Naskah diterima: 13 Juli 2012; Naskah disetujui: 27 Agustus 2012

Abstract — Telecommunication access is the right of every people and area including people in disaster area. The lack of access to

I. P ENDAHULUAN

A.

telecommunication in disaster areas generates a new problem in

Latar Belakang

disaster itself. The existence of OpenBTS can be a solution of

D alam era modern saat ini, dimana jarak menjadi tidak

telecommunication limitation in the affected area because it is

teknologi TIK, teknologi OpenBTS can be used by telecommunication operators and non- telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang paling

mobile, fast deployment, compact, and low-cost budgeting.

operators. There are some adjustments needed in term of

berkembang pesat yang digunakan sebagai sarana untuk

regulation if OpenBTS implemented by non-telecommunication

memberi dan menerima informasi tersebut di atas. Sama

operators because it has potential conflict with existing

halnya dengan setiap orang yang berhak mendapatkan akses

regulations. Even though Ministerial Transportation Decree

telekomunikasi maka semua daerah juga mempunyai hak

Number 21 in 2001, articles 5 and 6 not explicitly allowed the use

of OpenBTS but it gives opportunities to be implemented in yang sama untuk mendapatkan infrastruktur telekomunikasi

yang layak, tak terkecuali daerah bencana. Terlebih daerah ini

disaster areas where the

existing telecommunications

infrastructure damaged and has not recovered yet.

sangat membutuhkan sistem komunikasi yang cepat tanggap untuk koordinasi penanggulangan bencana dimana jiwa

Keywords — openBTS, disaster area, feasibility

manusia menjadi taruhannya. Seperti pada kasus tsunami di Aceh pada tahun 2004 dimana infrastruktur telekomunikasi

hancur secara masif dan perlu waktu yang tidak singkat untuk

Abstrak — Akses terhadap telekomunikasi merupakan hak setiap

proses pemulihannya.

orang dan setiap daerah tidak terkecuali masyarakat yang terkena bencana di daerah bencana. Terbatasnya akses telekomunikasi di daerah bencana menjadi masalah khusus dalam penanggulangan bencana itu sendiri. Keberadaan OpenBTS bisa menjadi suatu solusi keterbatasan telekomunikasi

di daerah bencana karena sifatnya yang mobile, fast deployment,

compact, dan low-cost budgeting. OpenBTS bisa digunakan oleh operator dan non-operator telekomunikasi. Jika OpenBTS

diselenggarakan oleh non-operator telekomunikasi maka perlu

ada beberapa penyesuaian dalam hal regulasi karena berpotensi

berbenturan dengan regulasi yang sudah ada. Keputusan Gambar 1 Arsitektur GSM Menteri Perhubungan No.21 tahun 2001 pasal 5 dan 6 walau

belum secara tegas mengijinkan pennyelenggaraan OpenBTS

Skala bencana yang begitu luas dengan tingkat kerusakan

tetapi memberikan peluang OpenBTS untuk diselenggarakan di

yang cukup tinggi membuat proses penanggulangan bencana

daerah bencana dimana infrastruktur telekomunikasi yang ada

menjadi tidak mudah. Diperlukan suatu sistem telekomunikasi

rusak dan belum pulih.

yang bisa tersedia dalam hitungan jam bahkan menit untuk mempercepat proses penanggunalan tersebut. Pada saat itu Keywords — openBTS, daerah bencana, kelayakan hanya telepon satelit yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi harga perangkat dan tarifnya yang masih

Analisis Kelayakan … terbilang mahal membuat sistem komunikasi ini belum

B. Perumusan Masalah

terjangkau masyarakat luas. Maka dari itu perlu ada suatu Belum tersedianya regulasi yang jelas mengatur tentang solusi dimana akses terhadap telekomunikasi bisa tetap penggunaan OpenBTS telah menyebabkan penggunaan tersedia dengan murah dan mudah dan menggunakan perangkat ini belum bisa diterapkan secara bebas di daerah perangkat yang sudah dimiliki oleh masyarakat.

bencana. Penelitian ini ingin mencari tahu faktor apa yang Open Base Transceiver Station (BTS) atau disebut dengan

menjadikan OpenBTS belum bisa diterapkan dan juga untuk merk dagang OpenBTS, dibuat dan dikembangkan untuk mengetahui kemungkinan penerapan perangkat ini di daerah aplikasi di daerah bencana atau daerah dimana infrastruktur

bencana di Indonesia dimana jaringan GSM belum pulih. telekomunikasi belum memadai. Sistem ini dirancang oleh

Maka dari itu pokok permasalahan dari penelitian ini adalah dua orang mahasiswa Amerika Serikat (Balakrishnan, 2010) ―Bagaimana kemungkinan penerapan OpenBTS di daerah yang bertujuan untuk menekan biaya GSM didaerah rural

bencana dimana jaringan GSM yang ada rusak dan belum (Kristo, 2012). Tetapi pada praktiknya OpenBTS juga cukup

pulih?‖

efektif untuk diterapkan di daerah bencana karena sifat

perangkatnya yang lebih ringan dan mobile dibandingkan C. Tujuan Penelitian

dengan perangkat operator GSM. Selain itu akses ke jaringan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan OpenBTS

penerapan OpenBTS di Indonesia sebagai suatu solusi utama menggunakan telepon genggam yang ada.

juga mudah

di daerah bencana dimana jaringan GSM yang ada rusak dan belum pulih.

II. G AMBARAN U MUM OpenBTS pertama kali diperkenalkan oleh David A. Burgess pada tahun 2008 dengan tujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat yang tidak tersentuh oleh infrastruktur telekomunikasi, kepada industri yang tidak mempunyai sistem komunikasi yang efektif, dan untuk

Gambar 2 Skema OpenBTS pelayanan publik yang bersifat darurat (Corbet, 2009). Tetapi pada praktiknya OpenBTS juga cukup efektif untuk Gambar 2 mengilustrasikan bagaimana sistem OpenBTS

diterapkan di daerah bencana karena sifat perangkatnya yang menggantikan sistem GSM yang normal.Perangkat OpenBTS lebih ringan dan mobile dibandingkan dengan perangkat ini terdiri dari Hardware dan Software yang cukup murah

operator GSM. Selain itu akses ke jaringan OpenBTS juga yang menggantikan fungsi dari Base Station Subsystem (BSS) mudah karena masyarakat cukup menggunakan telepon dan Network Switching Subsystem (NSS). BSS terdiri dari genggam yang ada. Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC) sedangkan NSS terdiri dari Mobile Switching Center (MSC), Home Location Register (HLR), VisitorLocation Register (VLR), Authentication Center (AUC), dan Equipment Identity Register (EIR).

Perkembangan OpenBTS muncul dari kesadaran bahwa negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat bencana alam yang tinggi. OpenBTS dengan harganya yang murah diharapkan bisa

Keberadaannya yang cenderung cepat beradaptasi dengan lingkungan bencana dapat membuatnya menjadi pilihan utama

bagi komunikasi

penanggulangan

bencana.

Keberadaannya yang bersifat sementara sampai jaringan GSM yang ada bisa pulih juga membuat OpenBTS tidak akan mengancam keberadaan operator GSM yang sudah ada.

Namun pada kenyataannya masih ada hambatan berupa Gambar 3 Arsitektur Bts Generik Dan OpenBTS regulasi yang belum jelas mengatur penggunaan perangkat

Perkembangan mutakhir adalah penggunaan OpenBTS di tersebut, karena OpenBTS menggunakan pita frekuensi yang

sama dengan frekuensi digunakan oleh operator GSM yang negara maju sudah mulai dicoba diarahkan untuk menggantikan perangkat GSM yang sudah ada seperti pada

ada. Pasal 14 ayat (2) dalam KM No 21 tahun 2001

proyek OpenBTS yang dilakukan di California pada tahun 2008. Bahkan pada kenyataannya penggunaan perangkat ini

mensyaratkan bahwa penyelenggara jaringan telekomunikasi yang dimaksud dalam ayat (1)-nya harus mendapatkan izin bukan hanya berorientasi hanya pada penurun biaya perangkat

tapi sudah fokus pada potensi penggunaan teknologi yang dari Menteri. Tidak terkecuali OpenBTS jika ingin

mengoperasikan perangkatnya dan menggelar layanannya. mungkin digunakan untuk lima tahun ke depan, seperti menyiapkan OpenBTS yang akan digunakan untuk teknologi

4G, walaupun kemungkinannya masih dianggap kecil.

Analisis Kelayakan … Sedangkan pada negara berkembang, dimana penyebaran

OpenBTS dan tidak memegang hak paten GSM (Corbet, infrastruktur belum merata, penggunaan OpenBTS bisa

diarahkan pada daerah-daerah yang belum terjangkau oleh Undang Undang No 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi infrastruktur dimana operator GSM tidak tertarik untuk menyatakan pada pasal 30 ayat 1 bahwa ―Dalam hal berinvestasi di daerah tersebut atau pada daerah bencana penyelenggara

telekomunikasi dan atau dimana infrastruktur GSM yang rusak belum bisa pulih.

jaringan

penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan Gambar 3 memberikan gambaran singkat mengenai

akses di daerah tertentu, maka penyelenggara telekomunikasi bagaimana perbandingan arsitektur GSM dengan skema khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a, OpenBTS yang diajukan. Bisa terlihat bahwa pada dasarnya

dapat menyelenggarakan jaringan telekomunikasi dan atau penyebutan OpenBTS yang ada memberikan sedikit

jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 gambaran dari kemampuan OpenBTS yang sebenarnya

aya t (1) huruf a dan huruf b setelah mendapat izin Menteri.‖. (Apvrille, 2011). OpenBTS dapat memberikan kemampuan

Tertulis secara jelas bahwa penyelenggara telekomunikasi yang lebih dari sekedar namanya karena sistem tersebut juga khusus bisa menyelenggarakan jaringan dan atau jasa bergerak pada ranah Mobile Switching Center yang dimana

telekomunikasi jika penyelenggara jaringan dan atau jasa pada arsitektur GSM ranah ini di kerjakan oleh perangkat

telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di suatu tersendiri yang menangani sambungan dan routing telepon

daerah tertentu. (Purbo, 2012).

dan SMS dan layanan lainnya. OpenBTS secara keseluruhan Penyelenggara telekomunikasi yang dimaksud dalam pasal memperpendek rangkaian arsitektur GSM karena OpenBTS

tersebut bisa selenggarakan oleh Perorangan, Instansi terdiri dari software yang sekaligus menjalankan fungsi BSC, Pemerintah dan Badan Hukum selain penyelenggara jaringan MSC, VLR, HLR, dan SMSC.

dan atau jasa telekomunikasi sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 8 ayat (2) yaitu ―Penyelenggaraan

A. Potensi penggunaan telekomunikasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Dengan menggunakan ijin frekuensi radio sementara,

ayat (1) huruf c dapat dilakukan oleh : a.perseorangan; sebuah percobaan di Nevada mempertunjukkan bahwa b.instansi pemerintah; c.badan hukum selain penyelenggara OpenBTS stabil dan layak untuk digunakan dan bisa

jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa dikoneksikan dengan PSTN atau pengguna seluler lainnya.

telekomunikasi.‖. Lebih lanjut pada ayat (3) pasal tersebut Pada ujicoba selama satu minggu dan dengan luas areal

dinyatakan bahwa ―Ketentuan mengenai penyelenggaraan sekitar 2,4 kilometer itu, OpenBTS berhasil menghubungkan

telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat 120 sambungan telepon ke 95 nomor kode area di Amerika (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.‖. OpenBTS Serikat melalui sebuah server yang tersambung menggunakan

merupakan teknologi yang bisa diselenggarakan oleh protokol SIP ke sebuah jaringan 3G operator GSM yang

perorangan atau masyarakat pada umumnya. Dari pasal-pasal tersedia disitu.

tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan OpenBTS bisa saja dimungkinkan untuk diterapkan di daerah bencana dimana

B. Kelebihan OpenBTS jaringan GSM yang ada belum bisa digunakan. (Purbo, 2012). Sistem ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan

Lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Perhubungan No 21 dengan sistem pada penyelenggara GSM yang ada. Range tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Network sebagai penyedia perangkat jaringan seluler berbasis

dinyatakan pada pasal 5 ayat (1) yaitu ―Dalam OpenBTS memberikan beberapa kelebihan dari perangkat

menyelenggarakan jasa telekomunikasi, penyelenggara jasa GSM tradisional diantaranya:

telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik  10% biaya operasional yang lebih rendah dari sistem

penyelenggara jaringan telekomunikasi.‖, dan pasal 6 ayat (1) GSM tradisional pada umumnya.

yaitu ―Dalam hal tidak tersedia jaringan telekomunikasi  35 Watt konsumsi daya yang lebih rendah dari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), penyelenggara

membangun jaringan  Tanpa ketergantungan dengan pada server jaringan telekomunikasi.‖ memberikan peluang lebih besar lagi kepada lain.

sistem GSM tradisional pada umumnya.

teknologi ini untuk bisa diselenggarakan dengan syarat Sumber: http://www.rangenetworks.com/

tersebut mempunyai ijin penyelenggara jasa telekomunikasi. (Purbo, 2012). Selain karena portabilitasnya, OpenBTS sangat mudah

penyelenggara

OpenBTS

Penyelenggara jasa telekomunikasi yang dimaksud pada untuk dirakit dan dilepas dalam waktu singkat. Hal ini sangat pasal tersebut di atas adalah penyelenggara yang tertuang cocok untuk karakteristik daerah bencana dimana kondisi

pada pasal 3 ayat (1) pada KM yang sama, yaitu alam serba tidak pasti.

―Penyelenggaraan jasa telekomunikasi terdiri atas : a.penyelenggaraan jasa teleponi dasar; b.penyelenggaraan jasa

C. Legalitas OpenBTS nilai tambah teleponi;c.p enyelenggaraan jasa multimedia.‖. Penggunaan OpenBTS masih diragukan oleh beberapa

Melihat pasal tersebut maka OpenBTS bisa termasuk ke pihak karena penggunaannya kemungkinan terkendala hak

dalam penyelenggara teleponi dasar. (Purbo, 2012). paten dari standar perangkat GSM dan ijin dari developer

Penyelenggara teleponi dasar yang terdapat dalam KM yang terkait dengan software OpenBTS seperti GNU Public tersebut terdapat dalam pasal 14 ayat (1) yang terdiri dari License (GPL).

a.penyelenggara jaringan tetap lokal; b.penyelenggara Walaupun terdapat beberapa hal yang masih dianggap

jaringan bergerak seluier; c.penyelenggara jaringan bergerak kontroversial,

radio trunking. Para diperbolehkan selama penggunanya tidak memodifikasi penyelenggara teleponi dasar ini wajib mendapatkan izin dari

d.penyelenggara

Analisis Kelayakan … Menteri sebagaimana tersurat pada pasal 14 ayat (2) bahwa

nya. Setelah berbagai opsi/pilihan untuk memecahkan ―Penyelenggaraan jasa teleponi dasar dapat diselenggarakan

masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah oleh

melakukan seleksi terhadap berbagai pilihan tersebut. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan wajib mendapat

selain penyelenggara

jaringan

telekomunikasi

Proses seleksi diawali dengan penilaian dari aspek izin dari Menteri.‖ (Purbo, 2012).

legalitas, karena setiap opsi/pilihan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang

D. Regulatory Impact Analysis berlaku. Untuk pilihan-pilihan yang tidak bertentangan Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) untuk proses

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perencanaan kebijakan yang lebih baik lagi sudah digunakan

dilakukan analisis terhadap biaya (cost) dan manfaat di beberapa negara di dunia seperti negara-negara yang

(benefit) pada masing-masing pilihan. tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation 5. Pemilihan kebijakan terbaik. Analisis Biaya-Manfaat

and Development Country (OECD) . kemudian dijadikan dasar untuk mengambil keputusan Di negara-negara berkembang penggunaan RIA juga mulai

tentang opsi/pilihan apa yang akan diambil. digunakan dan hal ini telah terbukti dari makin meningkatnya 6. Penyusunan strategi implementasi. Langkah ini diambil

penggunaan RIA di negara-negara berkembang dengan cara berdasarkan kesadaran bahwa sebuah kebijakan tidak bisa mengadakan proyek-proyek penelitian yang berkaitan

berjalan secara otomatis setelah kebijakan tersebut langsung dengan RIA.

ditetapkan atau diambil.

7. Partisipasi masyarakat di semua proses. Semua tahapan masih belum begitu banyak dilakukan. Salah satu Lembaga

Di Indonesia penelitian kebijakan yang menggunakan RIA

tersebut di atas harus dilakukan dengan melibatkan atau Badan yang menerapkan RIA dalam perencanaan

berbagai komponen yang terkait, baik secara langsung kebijakannya adalah Bappenas yang berfokus salah satunya

maupun tidak langsung, dengan kebijakan yang disusun. pada Dokumen Perencanaan. Sedangkan untuk level

perorangan, penelitian yang menggunakan RIA bisa

diterapkan pada bidang konvergensi teknologi ICT seperti

yang di teliti oleh Wawan Ridwan dan Iwan Krisnadi

mengenai Regulatory Impact Analysis terhadap Rancangan

Undang-Undan Konvergensi Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Penelitian tersebut bisa memberikan saran

kepada regulator untuk melakukan revisi terhadap undang-

undang terkait ICT dan melakukan pemerataan sector ICT.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam RIA adalah

bahwa kebijakan yang dianalisa bisa merupakan kebijakan

yang sudah ada maupun kebijakan yang akan diterapkan

(kebijakan baru), obyek metoda RIA adalah kebijakan yang

dapat berupa peraturan ataupu non-peraturan, dan kegiatan

RIA mencakup analisa dan konsultasi terhadap pihak-pihak

yang terkait langsung terhadap dampak dari regulasinya.

Sebagai sebuah proses, Metode RIA mencakup beberapa

langkah sebagai berikut (Bappenas, 2011):

1. Identifikasi dan analisis masalah terkait kebijakan. Langkah ini dilakukan agar semua pihak, khususnya

pengambil kebijakan, dapat melihat dengan jelas masalah

apa sebenarnya yang dihadapi dan hendak dipecahkan

dengan kebijakan tersebut.

2. Penetapan tujuan. Setelah masalah teridentifikasi, selanjutnya perlu ditetapkan apa sebenarnya tujuan

kebijakan yang hendak diambil. Tujuan ini menjadi satu

komponen yang sangat penting, karena ketika suatu saat

dilakukan penilaian terhadap efektivitas sebuah kebijakan.

3. Pengembangan berbagai pilihan/alternatif kebijakan untuk mencapai tujuan. Setelah masalah yang hendak

dipecahkan dan tujuan kebijakan sudah jelas, langkah

berikutnya adalah melihat pilihan apa saja yang ada atau

bisa diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam metode RIA, pilihan atau alternatif pertama adalah ―do nothing

‖ atau tidak melakukan apa-apa, yang pada tahap berikutnya akan dianggap sebagai kondisi awal (baseline)

untuk dibandingkan dengan berbagai opsi/pilihan yang Gambar 4 Bagan Proses Ria.

ada.

4. Penilaian terhadap pilihan alternatif kebijakan, baik dari

Sumer: Western Australia

sisi legalitas maupun biaya (cost) dan manfaat (benefit)-

Analisis Kelayakan …

III. M ETODE P ENELITIAN T ABEL 2 TARGET DAN R EALISASI S URVEY

A. Model Penelitian Penelitian

Yogyakarta

Bandung Jakarta

R Ta R pendekatan kualitatif.

ini dilaksanakan

lis rg lis Teknik penelitian menggunakan wawancara mendalam

et asi et asi et asi dengan pihak-pihak yang diduga terlibat dengan penerapan OpenBTS.

• √ yang diduga berkepentingan dengan penerapan OpenBTS

Lokasi penelitian dilakukan di daerah dimana para pihak -

Ditjen

SDPPI

- • - berada. Seperti di Jakarta dimana terdapat Dirjen SDPPI dan

Ditjen PPI

- • √ PPI Kemenkominfo, BRTI dan tiga besar penyelenggara

BRTI

Operator

GSM. Lalu Bandung dan Yogyakarta dimana terdapat

GSM

√ - - dari Penyelenggara GSM dikarenakan keterbatasan waktu

Akademisi, Pemda dan BPBD setempat.Dipilihnya tiga besar

Akademisi

√ - wawancara dan durasi penelitian. Sedangkan dipilihnya -

Dinas

Kominfo

daerah bandung dan Yogyakarta karena daerah ini termasuk

- • √ daerah rawan bencana dan diharapkan mewakili kondisi

BNPB

√ - - daerah bencana lainnya di Indonesia.

B. Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan, yaitu data primer dan data Sedangkan hasil interview dengan informan dijabarkan dalam sekunder, ini meliputi :

paragraf di bawah:

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari hasil

A. Hasil Wawancara

interview dengan pihak terkait seperti diantaranya pihak Dirjen SDPPI dan PPI Kemenkominfo, BRTI dan

1. Adis Alifiawan -- staf Ditjen Sumber Daya Perangkat

penyelenggara GSM. Lalu Akademisi, Pemda dan Lembaga

Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo

penanggulangan bencana.

1. Sepertinya belum ada keputusan resmi dari Pemerintah Data sekunder yang meliputi semua data yang berkaitan

dalam hal ini Kemenkominfo yang memutuskan bahwa dengan OpenBTS dan regulasi telekomunikasi.

OpenBTS adalah ilegal –hal ini perlu diklarifikasi, karena Pengumpulan data pun dilakukan secara dua tahap (tahap 1

isu ini bergulir begitu saja dengan sendirinya. dan 2). Pada tahap pertama, objektif utamanya adalah

mengumpulkan hal-hal (brainstroming) yang diduga terkait 2. Jika OpenBTS dijadikan solusi di daerah bencana dimana dengan penerapan OpenBTS di Indonesia. Data yang didapat

OpenBTS di-dismantle (bongkar) setelah infratruktur pada tahap pertama lalu diolah menjadi pedoman wawancara

telekomunikasi GSM pulih maka sepertinya belum terlihat yang lebih baik lagi untuk digunakan di tahap kedua.

urgensitas-nya. OpenBTS bisa terlihat urgensitasnya jika dipasang di daerah rural yang masih terdapat blank-spot.

C. Metode Analisis Data

3. OpenBTS yang ditempatkan di daerah rural bisa dijadikan Alat ukur penelitian menggunakan Regulatory Impact

sebagai tambahan bagi Universal Service Obligation (USO) Assessment (RIA) karena keluaran dari penelitian ini akan

karena bisa jadi OpenBTS tersebut dihubungkan dengan diharapakan menghasilkan rekomendasi yang bisa dijadikan

produk USO yang sudah ada untuk mendapatkan dasar untuk kebijakan penggunaan OpenBTS.

sambungan internet seperti untuk aplikasi VoIP (Skype). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik berdasarkan

Produk USO yang dihubungkan dengan OpenBTS tersebut RIA maka proses analisa RIA harus melaui beberapa tahap.

yaitu Penyediaan Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan turunannya mobile-PLIK (MPLIK).

IV. H ASIL P ENELITIAN DAN P EMBAHASAN 4. Pada sistem dimana OpenBTS dihubungkan dengan Tabel di bawah memaparkan data atau informasi yang

PLIK/MPLIK maka PLIK/MPLIK bisa bersifat sebagai berhasil dihimpun dari Informan dari seluruh daerah yang

backbone -nyasedangkan OpenBTS bersifat sebagai last dijadikan lokasi survey. Pada penelitian ini jumlah Informan

mile -nya.

yang berada di Jakarta tidak bisa terrealisasi secara optimal. 5. Produk USO saat ini meliputi: PLIK/MPLIK, Desa Dering Hal ini dikarenakan prosedur perjanjian untuk interview

dan BTS Perbatasan. Dua yang pertama terkait erat dengan menghabiskan waktu yang terbilang lama dan rumit meskipun

infrastruktur internet. Sedangkan sisanya terkait dengan sudah adanya tahapan pra-survey. Penulis melihat bahwa

telekomunikasi. Hanya saja pada Desa Dering masih Informan di Jakarta terkesan lebih berhati-hati atau waspada

terdapat kekurangan dimana walaupun dua orang yang dalam memberikan data atau informasi. Hal ini tidak terjadi

ingin berkomunikasi berada pada satu desa yang sama, pada Informan di daerah selain Jakarta. Pada daerah selain di

tetapi salah satunya tidak bisa di hubungi. OpenBTS bisa Jakarta, Informan cenderung kooperatif dalam prosedur

menjembatani kekurangan ini dengan memberikan solusi perjanjian untuk interview.

Analisis Kelayakan … telekomunikasi yang hampir setara dengan operator GSM

GSM tidak bisa masuk kesana. OpenBTS bisa dijadikan yang ada.

sebagai solusi alternatif untuk meng-cover area ini dengan cepat dan mudah.

6. Sedangkan untuk

telekomuniikasi yang diberikan sudah mencukupi hanya

6. Jika SMS broadcast ini diterapkan maka penerapan saja masyarakat di daerah perbatasan tersebut masih harus

OpenBTS sebagai pengganti sementara BTS operator menggunakan kartu provider GSM yang sama dengan

GSM yang ada merupakan suatu hal yang cukup bagus. operator GSM yang menjalankan BTS Perbatasan tersebut.

Walaupun di satu sisi SMS broadcast ini bisa menimbulkan kepanikan yang tidak perlu yang terjadi di

7. Melihat dari kekurangan yang masih dimiliki oleh dua tengah masyarakat di daerah bencana. produk USO yang terkait dengan telekomunikasi maka

OpenBTS masih memungkinakan untuk digunakan di

7. Perlu juga diperhatikan overload traffic dari OpenBTS daerah rural yang masih blank-spot.

jangan sampai masyarakat tetap tidak bisa berkomunikasi hanya karena overload traffic.

8. OpenBTS bisa di-interkoneksi-kan dengan jaringan telekomunikasi GSM dengan syarat operator GSM yang ada mau melakukan interkoneksi tersebut.

3. Deden dan Eko (staf Dalop) -- Badan Penanggulangan

9. OpenBTS lebih efektif manfaatnya dan ada benturan

Bencana Daerah (BPBD) Bandung

regulasinya jika digunakan di daerah rural yang blank-spot.

1. Selama ini sistem komunikasi untuk masyarakat pada

10. OpenBTS yang digunakan di daerah publik dan dibangung daerah bencana baru sampai pada level Kabupaten secara swadaya oleh masyarakat berpotensi melanggar

sehingga masyarakat yang ingin mengakses komunikasi regulasi jika dilakukan di daerah dimana sebenarnya

harus datang ke Kabupaten terdekat. Bentuk komunikasi daerah tersebut tidak blank-spot. Kekhawatiran ini yang

ini menggunakan perangkat radio seperti HT dengan mungkin muncul di sisi operator GSM karena akan

frekuensi High Frequency (HF). Kelemahan sistem HT ini merugikan mereka. Tetapi jika di banung di daerah blank-

adalah tidak semua orang mempunyai HT. spot maka sebenarnya hal ini perlu difahami sebagai

bentuk dari ketidaktersediannya fasilitas telekomunikasi. Durasi diterimanya informasi tentang bencana cukup lama

padahal seharusnya informasi ini bisa cepat sampai kepada

11. Yang lebih tepat menangani OpenBTS ini adalah BNPB BPBD. Seperti kasus di daerah gempa sukabumi dimana karena institusi ini menangani langsung bencana dan

berita baru sampai ke BPBD sekitar 4 jam setelah bencana mempunyai perlengkapan yang tepat untuk komunikasi

terjadi. Itupun komunikasinya melalui mesin fax. dalam kaitannya dengan bencana.

3. Punya radio komunikasi VHF, HF, repeater radio, telepon satelit, HT, mobile communication, internet, SMS gateway (belum jalan sempurna),dan server untuk menyimpan dan

2. Leo (Kepala Pusdatin), Zaki (staf Pusdatin), Pilus (staf

mengirim data.

Dalop), dan Fajar (staf Darurat) -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

4. Ada sistem komunikasi pengganti BTS yang rusak seperti Mobile BTS, tetapi ukuran dan proses pemasangannya

1. OpenBTS itu ilegal karena belum resmi atau dengan kata masih terbilang besar dan tidak sebentar. Sejauh lain belum ada perijinan yang sah dan regulasinya juga pemantauan biasanya mobile BTS ini ditempatkan pada belum jelas. Tetapi untuk kondisi darurat, OpenBTS

level kabupaten.

mungkin bisa dikecualikan.

2. Secara pribadi, staf BPBD menyatakan bahwa OpenBTS

Pihak Kementrian Kominfo juga pernah melakukan ini sangat perlu karena bisa dijadikan cadangan dari

ujicoba OpenBTS dimana pengguna bukan saja bisa perangkat radio yang sudah terlebih dulu ada. Walaupun berkomunikasi secara internal tetapi juga dengan staf BPBD lain menyatakan bahwa masyarakat tidak pelanggan dari operator GSM yang ada di Indonesia –hal

terlalu butuh.

ini perlu diklarifikasi lagi.

3. Peralatan yang dimiliki BNPB saat ini adalah Big Gun,

Dwi Arto Setiabudi (Sekretaris BPBD) dan Deka (staf Dalop) -- Badan Penanggulanan Bencana Daerah

Telepon Satelit, dan COMO (Communication Mobile).

Como ini serupa dengan COMODO yang dimiliki oleh BPBD karena pada dasarnya peralatan ini merupakan

(BPBD) Yogyakarta

gabungan dari Big Gun dan Telepon Satelit yang

1. Perangkat komunikasi yang dimiliki oleh BPBD provinsi diintegrasikan ke dalam satu tempat seperti koper.

Yogyakarta adalah Radio Communication dan Mobile Communication .

4. OpenBTS bagus jika diterapkan untuk petugas penanganan bencana di daerah bencana karena pada umumnya selain

2. Pada Radio Communication peralatan terdiri dari HT, menggunakan

ataupun komunikasi antar moda yang disingkat menjadi menggunakan telepon satelit yang biayanya lebih mahal

frekuensi radio,

para petugas

ini

KOMODO. KOMODO ini berfungsi sebagai sebagai dari biaya telepon seluler.

tracking dari suatu posisi stasiun penanggulangan bencana. KOMODO merupakan gabungan beberapa alat yang

5. Pada kasus longsor di daerah perkebunan teh di Bandung terintegrasi menjadi satu. Di dalamnya terdapat HT, PC, dimana daerahnya cenderung cekung, sinyal operator UPS, Modem, dan GPS. KOMODO ini baru terdapat di 4

Analisis Kelayakan … daerah yaitu di Bantul, Kulonprogo, Sleman, dan daerah

karena sifat dari bencana yang darurat. Maka dari itu Provinsi Yogyakarta.

penggunaan OpenBTS di daerah bencana oleh selain penyelenggara GSM yang ada bisa saja di-legal-kan

3. Pada Mobile Communication terdiri dari perangkat dengan syarat terkoordinir dengan baik atau setidaknya komunikasi High Frequency standar yang dilengkapi terdapat peraturan khusus yang menaungi tentang dengan satelit untuk proses siaran langsung. penggunaan frekuensi ini. Kelebihan OpenBTS di daerah

4. OpenBTS dinilai bisa mengisi kekosongan komunikasi bencana adalah sifatnya yang fast deployment. yang ada selama bencana terjadi karena dapat dipastikan

bahwa 1x24jam semenjak terjadinya bencana, pasti terjadi ITB juga perhatian terhadap OpenBTS dengan mencari

tahu potensi penggunaan OpenBTS. Karena OpenBTS ini kekosongan komunikasi. Seperti pada saat terjadi bencana bisa digunakan bukan saja untuk komunikasi GSM pada Merapi hanya radio Sonora satu-satunya jalur penyebaran

umumnya.

informasi yang bisa bertahan. Saat itu semua jaringan telekomunikasi GSM tidak bisa berfungsi normal.

3. Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan OpenBTS saat ini, yang pertama tentang Power dan

5. OpenBTS ini juga bisa mengurangi isu tidak benar yang frekuensi. Jika ingin area jangkuannya luas maka berkembang di masyarakat di daerah bencana seperti pada dibutuhkan power yang tinggi (bisa menggunakan booster) isu Tsunami di Yogyakarta dengan cara memberikan atau frekuensi yang rendah. Sebaliknya jika power yang informasi yang sebenarnya terjadi kepada masyarakat digunkaan kecil atau frekuensi yang digunakan tinggi melalui HP yang rata-rata sudah dimiliki oleh masyarakat. maka area jangkauannya kecil. Keduanya ini berujung

6. OpenBTS pun tidak harus ditangani oleh BPBD, tetapi

kepada optimasi jaringan.

bisa dialihkan ke Dinas Perhubungan atau Dinas Kominfo.

4. Kompleksitas konfigurasi juga menjadi perhatian karena OpenBTS ini bersifat Software Define Radio (SDR). Belum lagi jika dilakukan interkoneksi maka kompleksitas

5. Asep - (Kepala Dinas Kominfo Bandung)

jaringan akan semakin berkembang karenafungsi back-

1. Perbedaan mendasar antara fungsi Dinas Kominfo dengan office seperti Authentication, Authorization, Accounting BPBD adalah jika BPBD menangani frekuensi (yang

(AAA) menjadi lebih rumit lagi. Pada saat terjadi dikoordinasikan dengan Kementrian Kominfo) sedangkan

interkoneksi juga dibutuhkan software interkoneksinya. jika Dinas Kominfo menangani infrastrukturnya. Oleh

karena itu jika OpenBTS jadi diterapkan di daerah bencana Secara pribadi berpendapat bahwa pada saat terjadi

bencana maka bencana itu akan dinyatakan secara resmi maka bisa jadi OpenBTS tersebut ditangani oleh Dinas oleh pihak yang berwenang dan pada saat pernyataan itu Kominfo. berlaku maka sebenarnya regulasi tidak berlaku.

2. Sebagai pemerintah maka sudah kewajibannya untuk

menyediakan infrastruktur telekomunikasi yang memadai Secara pribadi juga berpendapat bahwa pihak Dinas

Kominfo adalah pihak yang lebih cocok dalam menangani di

daerah bencana

menggunakan fasilitias tersebut atau tidak. Jangan sampai terjadi kekosongan komunikasi hanya karena belum

7. Pada saat interkoneksi antara OpenBTS dengan jaringan tersedianya sistem telekomunikasi pada saat terjadi

GSM yang ada, maka masalah akan timbul dalam hal bencana.

keamanan, karena OpenBTS menggunakan open source sedangkan BTS generik menggunakan standar yang

3. Biasanya sebelum terjadi bencana sudah disiapkan rencana proprietery yang dimiliki masing-masing vendor BTS itu kotigensi yang berisikan tentang hal-hal yang perlu sendiri. Tetapi sekali lagi dalam hal terjadi bencana

dilakukan oleh pihak terkait pada saat bencana. seharusnya hal keamanan tidak harus menjadi prioritas

4. Dinas Kominfo juga menjadi corong informasi bencana saat itu. Sesuai dengan filosofi telekomunikasi yaitu (semisal jumlah korban, daerah cakupan bencana dan

konektivitas, kapasitas, dan kualitas (Connectivity, sebagainya). Tidak boleh ada informasi yang keluar selain

Capacity, Quality ).

dari Dinas Kominfo termasuk BPBD sekalipun.

5. Pihak Gubernur juga sebenarnya sudah berencana untuk mengisi daerah blank-spot bukan saja daerah bencana

7. Risanuri – Dosen Universitas Gajah Mada (UGM)

dengan menggandeng operator GSM yang ada. Tentunya

1. OpenBTS merupakan suatu sistem yang berdasarkan dengan

linux. Jika OpenBTS ingin berkembang dengan baik maka operator GSM tertarik untuk membangung infrastruktur di

peraturan yang memayunginya harus ketat dan jelas. daerah blank-spot tersebut.

Seperti harus tegas penggunaan dayanya dan lokasinya diatur. Karena bila OpenBTS dilarang total juga akan

menjadi hal tidak baik bagi perberkembangan penelitian.

6. Agung Harsoyo – Dosen Institut Teknologi Bandung

2. Pada dasarnya OpenBTS sangat bisa digunakan di daerah

(ITB)

bencana hanya saja penggunaannya harus terdaftar oleh

1. Secara pribadi berpendapat bahwa pada saat terjadi badan koordinator yang menanggulangi bencana. Jangan bencana peraturan tentang penggunaan frekuensi tidak

sampai misalnya ada bantuan OpenBTS dari luar negeri berlaku normal seperti pada saat tidak terjadi bencana

yang masuk tanpa terdaftar oleh pihak setempat yang

Analisis Kelayakan … berwenang dan jangan sampai juga seperti tanah kosong

dengan OpenBTS. Perbandingan ini mungkin tidak bisa dimana semua pihak bisa masuk ke dalam daerah bencana

disandingkan secara apple to apple dikarenakan kedua BTS berbuat apapun yang mereka mau tanpa diketahui oleh

bekerja pada platform yang tidak sama. Seperti tidak adanya pihak yang berwenang.

faktor perijinan mendirikan bangunan atau pun sewa tempat pada OpenBTS.

3. Interkonektivitas bisa menjadi kendala karena suatu sistem Walaupun terdapat poin-poin dalam mendirikan sebuah yang open akan rentan untuk digunakan oleh pihak pihak BTS tetapi harga masing-masing dari kedua BTS itu tidak yang tidak bertanggung jawab dan jika terdapat masalah bisa ditampilkan per poin tersebut di atas dikarenakan biaya maka tidak ada yang ber-tanggungjawab secara resmi. yang bervariasi di setiap itemnya. Oleh karena itu hasil total Sama halnya seperti bank yang tidak mudah untuk pun merupakan hasil yang berkisar antara biaya minimal dan menerapkan sistem open source karena sensitivitas data biaya total. Seperti pada OpenBTS dimana harga basic yang mereka punya. Begitu pula di sistem GSM dimana merupakan harga USRP saja dan harga advance merupakan data juga bisa menjadi sensitif. Sistem proteksinya juga harga dimana USRP sudah ditambahkan dengan perangkat harus diperhatikan karena jika tidak maka akan mudah lain seperti power amplifier dan tower. Pada dasarnya untuk disusupi oleh pihak yang bertujuan tidak baik. penggunaan USRP saja cukup bagi OpenBTS untuk bisa

4. Jika OpenBTS dipasang di suatu daerah bencana dimana

beroperasi.

belum ada operator GSM yang masuk ke daerah tersebut,

atau sudah masuk tetapi infrastrukturnya hancur maka T ABEL 2 C OST A NALYSIS seharusnya tidak apa-apa.

OpenBTS

BTS generik

Penilaian Dampak Tahap Awal (Preliminary Impact Tidak Perlu Assessment) dikembangkan oleh Penulis agar penelitian tidak

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

Perlu

Perlu Tidak Perlu bergeser dari tujuan sebenarnya. Penilaian dampak ini disusun

Sewa Tempat / Tanah

Bangunan

Perlu Tidak Perlu

Perlu berdasarkan data yang ada sebelum pengumpulan data Tidak Harus

Tower

Perlu Perlu dimulai dan dilihat dari sudut pandang pihak yang diduga

Transceiver

Perlu Perlu kuat terkena dampak baik itu positif maupun negatif. Pihak-

Power Amplifier

Perlu Perlu pihak yang memiliki dampak cukup kuat terdapat pada

Duplexer

Perlu Perlu Regulator dalam hal ini Dijten SDPPI & BRTI, lalu Operator

Antenna

Alarm Extension System

Perlu Perlu

Perlu dan terakhir Pengguna telekomunikasi GSM. Perlu

Control Function

Perlu Perlu Berikut adalah penilaian dampak tersebut:

Baseband Receiver Unit

– 15 Juta (basic) –

1. Penggunaan OpenBTS di daerah bencana dimana jaringan 100 Juta GSM yang ada rusak dan belum pulih berpotensi

480 Juta

4.8 Milyar * (advance) ** melanggar regulasi yang ada. * Sumber: Nokia Siemens Network (2010) ** Sumber: harga USRP dalam rupiah (Dengan/ tanpa Tower dan Amplifier)

2. Penggunaan OpenBTS di daerah bencana dimana jaringan

GSM yang ada rusak dan belum pulih berpotensi menimbulkan masalah dengan operator GSM yang ada

akan sewa tempat, baik dari pendapatan operator ataupun jaringan operator

pembangunan gedung, IMB, dan tower bisa ditiadakan karena itu sendiri.

sifat dari OpenBTS itu sendiri yang ringkas, mobile, dan kompak. Melihat dari Tabel 2 di atas, Penulis dapat

3. Penggunaan OpenBTS di daerah bencana dimana jaringan menyimpulkan bahwa harga total dari OpenBTS adalah 0.02x GSM yang ada rusak dan belum pulih diduga bisa

sampai 0.03x dari haga BTS generik.

memberikan solusi terbaik bagi Pengguna Telekomunikasi GSM karena saat ini penetrasi HP sudah sampai ke

pelosok daerah dan bervariasi mulai dari yang muda T ABEL 3 B ENEFIT -C OST A NALYSIS sampai tua, ataupun yang miskin sampai kaya.

Penghematan biaya Penurunan Pada RIA handbook (2009) disebutkan bahwa untuk

instalasi BTS yang kapasitas dari menentukan dampak dari suatu kebijakan diperlukan adanya

sebuah BTS karena suatu cost analysis. Yang perlu difahami adalah bahwa cost

Secara

umum

signifikan bagi

yang disediakan analysis tidak s elalu terkait dengan biaya. Kata ―cost‖ pada

(sebelum

operator GSM yang terbatasnya layanan

(hanya suara dan cost analysis bisa juga berarti kerugian dan sekaligus

text) Akan mengangkat

keuntungannya atau yang biasa dikenal ―untung-rugi‖ (dalam Biaya koneksi dan nama operator bagi

termin bahasa inggris biasa disebut ―cost and benefit interkoneksi yang Saat

operator GSM yang mungkin analysis ‖).

digratiskan dengan Dalam penelitian ini Penulis menganalisa dari kedua sisi

bencana

menggunakan

alasan kemanusiaan yaitu baik berupa analisa biaya maupun analisa untung-rugi. Secara

OpenBTS

Tidak ada antara BTS generik yang dipakai operator GSM saat ini

Ekonomi

umum

Tabel di bawah menampilkan perbandingan biaya total

(Economics)

(sebelum

Tidak ada

bencana)

Analisis Kelayakan … Secara lokal makro

T ABEL 5 P EMBOBOTAN S EKTOR B ISNIS Saat

maka beban kerugian ekonomi

Cenderung tidak

UNTUNG

RUGI

bencana akibat bencana

ada rugi

Penurunan kapasitas dapat diminimalisir

Penghematan biaya BTS

(1) (2) (3) Secara

Masyarakat di

daerah rural yang

Pengguna hanya

umum blan-spot bisa

H H H M M sek M (sebelum

u en u en al en bencana)

bisa memperoleh

n ru ru iu Pengguna

merasakan fasilitas

layanan suara dan

umum

n Akses yang lebih

(Consumers) yang layak

bencana)

ja

ja Saat

i al

sa

mudah karena

Cenderung tidak

bencana tersediannya

- - v layanan komunikasi

ada rugi

Tidak ada pemasukan Oleh karena itu sebenarnya OpenBTS-pun bisa dijadikan

Nama baik operator GSM

operator bahan pertimbangan bagi operator GSM untuk menekan biaya

(1) (2) modal dari operator, walaupun masih terdapat isu keamanan (3) dalam proses interkoneksi antara open standard dengan

d d d proprietary standard . Setidaknya OpenBTS bisa ditempatkan

d d di daerah rural yang masih blank-spot sehingga operator tidak a at at at a a a perlu menyediakan biaya yang tidak perlu.

v - - terkait keamanan (security) jaringan GSM. Isu tersebut

Selain tiga sektor di atas, ternyata ditemukenali satu isu

dimasukkan ke dalam satu tabel tersendiri yaitu tabel sektor

5 4 untuk ―Lain-lain‖.

Total →

3. Pada poin nama baik operator GSM, nilai T ABEL 4 K ERUGIAN L AIN -L AIN "terangkat" diberikan karena pada sewaktu terjadi

bencana masyarakat tidak terlalu peduli dengan siapa

Sektor UNTUNG

RUGI

yang menyediakan layanan telekomunikasi.

4. Pada poin tidak ada pemasukan operator, nilai "tidak

berintegrasinya dua standard yang

ada saja" diberikan karena pada saat bencana

operator dituntut untuk tidak berorientasi kepada

dioperasikan oleh non-penyelenggara GSM)

keuntungan.

5. Pada poin kerugian ekonomi diminamlisir, nilai

"diminimalisir saja" diberikan karena memang OpenBTS bisa mengurangi kerugian ekonomi walau

6. Pada poin merasakan komunikasi, nilai "merasakan lain. Sesuai dengan flow-chart RIA maka harus dicari tahu

Dua tabel di atas (tabel 3 dan 4) melihat keuntungan dan

tidak terlalu signifikan.

kerugian dari sisi Bisnis, Ekonomi, dan Pengguna serta Lain-

sekali" diberikan karena memang operator belum signifikansi dampak dari setiap sektor tersebut di atas. Untuk

melihat daerah blank-spot sebagai daerah yang tetap mengetahui tingkat signifikansi dampak maka Penulis

harus diisi walaupun keuntungan yang didapat membuat pembobotan dari setiap Untung-Rugi yang terjaring.

memang tidak signifikan. Maka kehadiran OpenBTS bisa dinilai sebagai solusi yang sangat tepat.

7. Pada poin hanya layanan suara dan text, nilai "rugi"

B. Pembobotan diberikan karena seperti dijelaskan di atas bahwa Penjelasan dari nilai pembobotan:

sekarang komunikasi sudah merambah ke data.

1. Pada poin penghematan biaya BTS, nilai "hemat

8. Pada poin akses lebih mudah, nilai "mudah sekali" sekali" diberikan karena memang perbandingan

diberikan karena memang OpenBTS hadir sebagai biaya OpenBTS adalah 0.02 - 0.03 kali dari BTS

suatu solusi yang lansung dirasakan bagi masyakarat generik.

yang sedang mengalami kesusahan karena bencana.

2. Pada poin penurunan kapasitas, nilai "menurun

sekali" diberikan karena pada kondisi tidak ada bencana penggunaan OpenBTS tidak menjadi senjata

T ABEL 6 P EMBOBOTAN S EKTOR E KONOMI ampuh bagi operator untuk menjual layanannya karena sekarang ini penggunaan telekomunikasi

UNTUNG

RUGI

bukan hanya sebatas suara dan text saja, tetapi sudah

- merambah ke data. Faktor ini yang belum bisa

Secara

disediakan oleh OpenBTS.

- - - bencana)

(sebelum

Analisis Kelayakan … T ABEL 8 A NALISA U NTUNG -R UGI U NTUK P ENANGGUNG J AWAB O PEN BTS

Kerugian ekonomi

UNTUNG

RUGI

diminimalisir Karena cakupan (1)

Koordinasi tingkat

tanggungjawab

Kemenkominfo berskala

Saat

nasional maka bisa a imi

saj D D sek D -

Kemenkominfo

nasional sehingga lebih

imi

imi

memberatkan tugas dan im

cepat untuk komando-nya

bencana

al n

fungsi kementrian al

im

im

isi Penghematan biaya yang isi isi Isu keamanan dari r

al

al

Operator GSM

signifikan dan tidak terjadi pelanggaran

proprietary ke open standard

regulasi

Total → Sesuai tugas fungsinya

1 0 yang menyediakan

Dinas Kominfo

infrastruktur

Potensi tumpang tindih

telekomunikasi dan yang koordinasi dengan

Kemenkominfo sektor, yang jika kesemuanya di total maka akan terlihat

Dari tabel 5 - 7 dapat dilihat sub total dari masing-masing

lebih mengetahui kondisi

wilayahnya

kecenderungan UNTUNG atau RUGI-nya. Dari sub total Bukan tugas fungsi

BNPB/BPBD. Tetapi

yang ada maka bisa dihitung TOTAL dari keuntungan

tidak menutup

sejumlah 12 dan dari kerugian sejumlah 6.

BNPB/BPBD

kemungkinan jika

Tidak ada

BNPB/BPBD mempunyai

sendiri perangkat OpenBTS

T ABEL 7 P EMBOBOTAN S EKTOR P ENGGUNA

UNTUNG

RUGI

C. Faktor Lain

Merasakan komunikasi

Hanya layanan suara dan

Melihat tabel 3, kondisi infrastruktur telekomunikasi pada

masa tanggap darurat jauh berada di bawah kondisi (1)

bencana. Hal ini

Secara

mengindikasikan bahwa sektor telekomunikasi termasuk

umum

saj M M

sektor yang terkena dampak signifikan selama bencana dan a er er

ak karena pada saat bencana komunikasi itu adalah penting maka ak ak an k

penyediaan fasilitas telekomunikasi saat itu menjadi wajib. Dianggap penting karena komunikasi pada saat bencana

menentukan kecepatan dalam bertindak bagi petugas penanggulangan bencana. Setiap detik adalah sangat berharga

karena menyangkut jiwa manusia.

Oleh karena itu perlu ditentukan juga batas maksimal (1)

Akses lebih mudah

dimana komunikasi harus sudah tersedia pada saat bencana.

Melihat dari data yang ada dilapangan bahwa 4 jam termasuk

bencana

a u d u d u d kategori lama bagi informasi yang datang ke BPBD maka

ah ah i al ah standar koneksi OpenBTS harus terjadi dalam rentang waktu kurang dari 4 jam. Hal ini sesuai dengan filosofi

telekomunikasi yang dipaparkan oleh Dosen ITB dimana

Total →

6 2 konektivitas menjadi hal pertama yang perlu disediakan. Setelah koneksi ada barulah ditetapkan kapasitas beban

OpenBTS yang akan disediakan. Penetapan ini tergantung kondisi dari area cakupan bencana dan banyaknya pengguna

Tabel 8 memberikan analisa tentang tanggungjawab GSM di daerah yang akan dipasangi OpenBTS. Jika kepemilikan dan pengoperasian OpenBTS dari masing- pengguna GSM banyak maka mungkin perlu dipertimbangkan masing pihak yang terkait dengan penanganan bencana. Dari

penambahan OpenBTS untuk peningkatan kapasitas koneksi. tabel tersebut Dinas Kominfo menempati urutan pertama Sedangkan untuk kualitas hal ini tidak terlalu dijadikan fokus dalam hal tanggungjawab terhadap OpenBTS ini karena utama dalam berkomunikasi di daerah bencana. sesuai dengan salah satu Tugas Fungsi dari Dinas Kominfo itu

paparannya tentang sistem sendiri yaitu menyediakan infrastruktur telekomuniakasi di

telekomunikasi pada saat bencana mengidentifikasi tingkat wilayahnya. Selain itu Dinas Kominfo juga lebih mengetahui

kerusakan infrastruktur telekomunikasi dan masa tanggap dan memahami kondisi di wilayahnya termasuk berapa

darurat maupun recovery-nya.

jumlah penduduk, kontur geografis, akses kabel-kabel listrik, telekomunikasi, air dan dan lain sebagainya.

Analisis Kelayakan …

digunakan atau rusak itu termasuk ke dalam katergori ―tidak ada jaringan telekomunikasi‖.

V. K ESIMPULAN DAN R EKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. OpenBTS adalah solusi low-cost budgeting di daerah bencana yang sebenarnya bisa di-interkoneksi-kan dengan

jaringan telekomunikasi GSM yang ada dengan syarat

operator GSM mau melakukannya. Hal ini bisa di dorong oleh Regulator kepada operator GSM dengan alasan kemanusiaan.

G AMBAR 4 H IRARKI K EBUTUHAN K OMUNIKASI Y ANG Diambil Dari Filosofi Telekomunikasi

2. Penyediaan fasilitas telekomunikasi pada saat terjadi

bencana adalah wajib. Oleh karena itu semua hal yang

Pada gambar di bawah dapat dilihat durasi tanggap darurat berpotensi memberikan akses telekomunikasi perlu mulai dari yang kecil selama 2 (dua) minggu sampai yang

didukung dengan memperhatikan situasi kondisi dan tetap besar selama 2 (dua) bulan. Durasi ini juga berkaitan erat

dalam kewaspadaan.

dengan masa tanggap daruratnya infrastruktur telekomunikasi. 3. Pada saat bencana proses perijinan telekomunikasi bisa di Walau setiap operator GSM mempunyai standar yang

Dokumen yang terkait

Life cycle and life table of the B and non-B biotypes of the whitefly Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) on chili pepper (Capsicum annuum L.)

0 0 9

Minat masyarakat terhadap layanan Near Field Communication (NFC) komersial di Indonesia public interest on commercial near field communication (nfc) service in indonesia

0 1 12

Diversity of Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera as bioindicator of water quality in Jangkok River, West Nusa Tenggara

0 0 8

Utilization of ovitraps in Aedes sp. population measurements and determination of house condition

0 1 9

Proteksi Short Message Service (SMS) Pada Smart Device Menggunakan Algoritma Rijndael sms protection in smart device using rijndael algorithm

0 0 12

Daily flight activity rhythms of Tetragonula laeviceps (Smith) (Hymenoptera: Apidae) in Bogor

0 0 9

Kesiapan Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Mendukung WiMAX the readiness of information and communications Technology (ict) industries in supporting wimax

0 0 14

Analisis Kesiapan Penyelenggara Jaringan Internet di Indonesia dalam Migrasi ke IPv6 analysis of the readiness of internet service providers in migrating to ipv6 in indonesia

0 0 10

Analisis Kesiapan Industri Manufaktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Negeri Untuk Mendukung Implementasi Green-ICT Pada Sektor Telekomunikasi analysis of domestic information and communication technologies (ict) manufacture industry readin

0 2 12

Efektivitas Penggunaan Frekuensi Radio Pada Penyelenggaraan Radio Siaran Swasta effectiveness of the use of radio frequency on private radio broadcasting

0 0 12