Analisis Kesiapan Industri Manufaktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Negeri Untuk Mendukung Implementasi Green-ICT Pada Sektor Telekomunikasi analysis of domestic information and communication technologies (ict) manufacture industry readin

Analisis Kesiapan Industri Manufaktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Negeri Untuk Mendukung Implementasi Green-ICT Pada Sektor Telekomunikasi

analysis of domestic information and communication technologies (ict) manufacture industry readiness to

support green ict implementation in telecommunication sector

Diah Yuniarti

Puslitbang SDPPI Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta Pusat [email protected]

Naskah diterima: 9 Juli 2012; Naskah disetujui: 27 Agustus 2012

Abstract — ICT industry is part of future industry comprises of dikenal dengan istilah TIK hijau. Implementasi TIK Hijau pada device, infrastructure/network and application/content industry.

penyelenggara telekomunikasi masih menemui beberapa kendala Recently, environment aspect is considered in creating industrial

yaitu efisiensi rendah dan investasi tinggi pada penggunaan sustainability, including ICT industry, known as green ICT

perangkat TIK berbasis energi alternatif. Selain itu, rencana terminology. Green ICT implementation in telecommunication

implementasi TIK Hijau di lembaga pemerintah maupun swasta providers still faces several constraints such as low efficiency and

masih dibayangi isu terkait kekuatan industri dalam negeri. high investment on alternative energy based ICT devices usage.

Penelitian ini bertujuan mengukur kesiapan industri manufatur Furthermore, green ICT implementation plan in government

TIK dalam negeri untuk mendukung implementasi TIK Hijau and private agency still faces issue related to domestic industry

Pendekatan penelitian power. The research objective is to measure domestic ICT

menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan indikator manufacture industry readiness to support green ICT

attitude, policy, practice, technology dan governance yang implementation in telecommunication sector. Research approach

dimodifikasi pada Green IT Readiness Model oleh Molla, uses quantitative approach based on modified attitude, policy,

Alemayehu, et.al. Berdasarkan analisis LSR, secara umum lima practice, technology and governance indicators in Green IT

responden industri manufaktur dikategorikan memiliki sikap Readiness Model developed by Molla, Alemayehu, et.al.

positif. Indikator yang perlu mendapatkan perhatian dari According to LSR analysis, generally five respondents of

responden yang tergolong memiliki sikap negatif adalah manufacture industry categorized to have positive figure.

indikator policy dan governance.

Indicators which need to gather attention from respondent categorized to have negative figure is policy and governance indicators.

Kata Kunci — TIK Hijau, industri manufaktur dalam negeri,

green IT readiness model, LSR

Keywords — green ICT, domestic manufacture industry, green

ENDAHULUAN I. P

IT Readiness Model, LSR

A. Latar Belakang

Abstrak — Industri TIK merupakan bagian dari industri masa

Pengembangan

industri

nasional bertujuan untuk

depan yang terdiri

meningkatkan daya saing industri, dan yang memiliki struktur

infrastruktur/jaringan dan aplikasi/konten. Akhir-akhir ini,

yang sehat dan berkeadilan, berkelanjutan, serta mampu

aspek lingkungan menjadi pertimbangan dalam menciptakan kesinambungan industri, termasuk industri TIK atau yang

Analisis Kesiapan … memperkokoh ketahanan nasional. Tujuan pembangunan sendiri, masyarakat maupun pemerintah. Akan tetapi, pada

sektor industri jangka menengah ditetapkan bahwa industri: perjalanannya, implementasi Green ICT pada penyelenggara

1. harus tumbuh dan berkembang sehingga mampu telekomunikasi masih menemui beberapa kendala, diantaranya memberikan sumbangan

teknologi pemanfaatan energi terbarukan yang belum matur

2. nilai tambah yang berarti bagi perekonomian dan dimana tingkat efisiensinya masih rendah dan investasi yang menyerap tenaga kerja

dikeluarkan dianggap masih cukup tinggi. Dari hasil in depth

3. secara berarti; interview penelitian tersebut diketahui bahwa perangkat Green

4. mampu menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan ICT yang digunakan oleh para penyelenggara telekomunikasi ekspor;

sebagian besar menggunakan vendor asing yang beroperasi di

5. mampu mendukung perkembangan sektor infrastruktur; Indonesia. Selain itu, hasil in depth interview dengan

6. mampu memberikan sumbangan terhadap penguasaan

Informatika, rencana teknologi nasional;

implementasi Green ICT di lembaga pemerintah maupun

7. mampu meningkatkan pendalaman struktur industri dan swasta masih dibayangi isu terkait kekuatan industri dalam mendiversifikasi

negeri dalam mendukung kesuksesan implementasi Green ICT

8. jenis-jenis produksinya;

(Yuniarti & Ariansyah, 2011).

9. tumbuh menyebar ke luar Pulau Jawa. Berdasarkan latar belakang realita tersebut dan dalam Tujuan pembangunan industri jangka panjang adalah

rangka mendukung kebijakan nasional, diperlukan suatu membangun industri dengan konsep pembangunan yang

kajian yang dapat mengidentifikasi kesiapan industri TIK berkelanjutan, yang didasarkan pada tiga aspek yang tidak

dalam negeri dalam mendukung implementasi green ICT, terpisahkan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial terutama pada sektor telekomunikasi di Indonesia. Selanjutnya, dan lingkungan hidupIndustri TIK merupakan industri andalan diharapkan dapat dirumuskan suatu strategi kebijakan yang masa depan yang merupakan bagian dari bangun industri

dapat mengoptimalkan peran industri dalam negeri dalam nasional tahun 2025 yang terdiri atas industri perangkat,

implementasi Green ICT pada sektor telekomunikasi. Adapun infrastruktur/jaringan dan aplikasi/konten. Akhir-akhir ini, studi ini fokus pada perumusan masalah yaitu seberapa besar aspek lingkungan menjadi pertimbangan dalam menciptakan

kesiapan industri TIK dalam negeri dalam mendukung kesinambungan industri, termasuk industri TIK atau yang

implementasi TIK hijau pada sektor telekomunikasi. dikenal dengan istilah TIK hijau. Di Indonesia, terdapat Diharapkan penelitian dapat mengukur seberapa besar tingkat perusahaan nasional yang telah memproduksi perangkat

kesiapan industri TIK dalam negeri dalam mendukung elektronika yang berbasis energi terbarukan, yaitu PT.INTI

implementasi TIK hijau pada sektor telekomunikasi. dan PT.LEN. PT.LEN mengembangkan panel surya yang digunakan antara lain untuk sistem BTS tenaga surya (PT. Len,

AJIAN II. K L ITERATUR DAN G AMBARAN U MUM 2012). Akan tetapi, produksi perangkat telekomunikasi oleh

A.

Penelitian Sejenis

industri dalam negeri masih dibayangi oleh makin

meningkatnya impor perangkat telekomunikasi. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian Menurut Data Statistik Postel Semester 2 Tahun 2011

mengenai kesiapan industri dalam mengimplementasikan (Ditjen SDPPI Kemkominfo, 2011), neraca perdagangan suatu teknologi atau kebijakan baru diantaranya adalah perangkat telekomunikasi Indonesia dalam lima tahun terakhir

penelitian mengenai kesiapan dan persepsi industri dalam menunjukkan keseimbangan perdagangan (balance of trade) mengimplementasikan ICD-10 yang dilakukan oleh Milliman

yang awalnya positif dengan kecenderungan selisih yang (Kasey, Naugle, & Zenner, 2010). Penelitian ini dilaksanakan semakin kecil sampai menjadi negatif sejak tahun 2008. dengan survey pilihan ganda menggunakan instrumen berbasis Memasuki tahun 2008, meskipun nilai ekspor perangkat

web yang dikirim kepada responden melalui email. Survey telekomunikasi Indonesia meningkat 32%, namun pada saat

diikuti oleh 79 responden yang mewakili 69 organisasi. yang sama impor perangkat telekomunikasi ke Indonesia juga

Survey ini menghasilkan beberapa pandangan mengenai meningkat 70,3%. Pada tahun 2009, kinerja ekspor meningkat kesiapan dan persepsi responden terhadap implementasi ICD- kembali hingga mencapai 80,7%, namun impor produk

10 yang dibagi menjadi tiga topik yaitu kesiapan secara umum, telekomunikasi juga meningkat lebih tajam lagi sebesar

persepsi industri terhadap resiko dan persepsi industri 121,4 % sehingga defisit neraca perdagangan produk

terhadap peluang implementasi ICD-10. Hasil survey telekomunikasi Indonesia mencapai 617 juta dollar. Pada

mengenai kesiapan secara umum menunjukkan bahwa: tahun 2010, peningkatan impor produk telekomunikasi

1. Mayoritas responden (70%) mengindikasikan bahwa Indonesia meningkat sebesar dua kali peningkatan ekspor

organisasi reponden baru melaksanakan ―sedikit atau yaitu sebesar 44,6%. Dalam hal proporsi penerbitan sertifikat

belum sama sekali‖ mengimplementasikan standar yang perangkat telekomunikasi pada tahun 2010, penerbitan

baru

sertifikat perangkat asal Cina sangat dominan dengan proporsi

2. Alasan utama mengapa organisasi responden baru mencapai 53,4%. Sedangkan, proporsi penerbitan sertifikat

melaksanakan sedikit persiapan karena 30% responden perangkat Amerika Serikat dan Jepang menduduki tempat

meyakini bahwa vendor eksternal memiliki tanggung kedua dan ketiga sebesar masing-masing 9,2 % dan 5,4 %.

jawab utama untuk mengimplementasikan perubahan Indonesia sendiri menempati proporsi yang cukup kecil, yaitu

tersebut.

1.4% dari total penerbitan sertifikat. Persepsi industri terhadap resiko menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai ―Evaluasi

responden dengan persentase yang signifikan meyakini bahwa Implementasi Green ICT Pada Penyelenggara Telekomunikasi resiko terbesar terkait dengan persyaratan implementasi yang

di Indonesia‖, dapat disimpulkan bahwa secara umum, proses dibutuhkan oleh vendor. Di sisi lain, terdapat pula persentase implementasi Green ICT pada penyelenggara telekomunikasi yang signifikan yang menganggap kebergantungan vendor berjalan baik dan berdampak positif baik bagi penyelenggara

sebagai resiko rendah. Persepsi industri terhadap peluang

Analisis Kesiapan … menunjukkan

B. Industri Manufaktur TIK Dalam Negeri mengindikasikan bahwa organisasi mereka melihat konversi

Kegiatan Industri Manufaktur dalam pengertian sebenarnya ICD-10 sebagai suatu peluang. Survey ICD-10 Milliman memang sangat terkait erat dengan penguasaan teknologi,

menunjukkan bahwa meskipun banyak organisasi menyadari

karena kegiatannya selalu mencakup:

1. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) baik melaksanakan perencanaan dan persiapan dalam menghadapi

resiko implementasi

dalam bidang penelitian dasar maupun Pengembangan transisi menuju ICD-10.

Teknologi dan Produk baru.

Akuisisi Teknologi melalui penelitian ‗IT and Eco-Sustainability: Developing and Kemitraan Strategis dengan mitra asing/global yang memiliki

Model kesiapan Green ICT salah satunya terdapat di dalam

2. Kegiatan

Validating a Green IT Readiness Model ‘ oleh Alemayehu

teknologi.

Molla, Vanessa A.Cooper, dan Siddhi Pittayachawan. (Molla, Cooper, & Pittayachawan, 2009). Model yang dinamakan dengan G-Readiness ini terdiri dari lima dimensi, yaitu attitude , policy, practice, technology dan governance. G- readiness didefinisikan sebagai kemampuan suatu organisasi yang ditunjukkan melalui kombinasi attitude, policy, practice, technology dan governance dalam mengimplementasikan kriteria lingkungan untuk infrastruktur IT, infrastruktur SDM IT dan menajemen yang meliputi pembelian, operasi, dan pembuangan

IT untuk

menyelesaikan

permasalahan

keberlanjutan baik IT maupun non IT (dengan menggunakan IT).

Attitude didefinisikan sebagai sikap infrastruktur SDM IT terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan. Attitude mengukur tingkat dimana seberapa besar IT dan

Gambar 1. Peta Kompetensi Dasar Industri Perangkat Telekomunikasi bisnis sadar dan memperhatikan dampak IT terhadap

(Sumber: Mastel, 2008) keberlanjutan lingkungan. Policy mencakup kerangka kerja

organisasi untuk mengimplementasikan kriteria lingkungan Garis besar kompetensi industri perangkat telekomunikasi pada aktivitas yang terkait IT. Policy mengukur tingkat tersebut dapat dipetakan seperti pada Gambar 1. Bagian yang dimana isu lingkungan tercakup didalam prosedur panduan

paling memberi nilai tambah tinggi adalah kegiatan organisasi untuk pembelian, penggunaan dan pembuangan manufacturing . Bidang perangkat telekomunikasi perlu infrastruktur teknis IT dan aktivitas infrastruktur SDM IT.

berkompetensi di bidang Dimensi technology terkait dengan sistem informasi dan rekayasa/konsep sistem, rancang bangun rangkaian teknologi untuk mengurangi konsumsi energi listrik dan

elektronika analog, digital atau radio/frekuensi tinggi, pendinginan, optimisasi efisiensi energi dari infrastruktur

rancang bangun firmware (low level machine language teknis IT, mengurangi emisi gas rumah kaca dari yang programming ) dan software (high-level programming, dihasilkan

terutama yang bercirikan realtime software engineering). menghasilkan karbon, dan menganalisis total jejak lingkungan. Kegiatan engineering services, pada intinya adalah kegiatan Governance merupakan model operasi yang mendefinisikan

IT, menggantikan

pendukung yang diperlukan bagi setiap produk yang pengaturan inisiatif green IT dan sangat berkaitan dengan bersifat teknologi tinggi, karena produk seperti demikian kebijakan. Peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan kendali

kompleks sehingga memerlukan keahlian teknik khusus dalam dari inisiatif Green IT perlu didefinisikan. Perusahaan harus merancang pengoperasiannya, memasang dan menguji di

menentukan apakah tanggung jawab inisiatif Green IT lokasi yang sesungguhnya dan kemudian melakukan ditugaskan

sepanjang umur Data penelitian dikumpulkan melalui survey kepada teknisnya.Secara garis besar, kompetensi yang sudah dimiliki organisasi-organisasi untuk menentukan kerangka sampling

kepada CIO

industri perangkat telekomunikasi dalam negeri hingga saat penelitian dimana organisasi yang ditargetkan berada di

ini adalah antara lain :

1. Jasa-jasa litbang, pabrikasi dan rekayasa di bidang dari 100 karyawan kecuali pada sektor pertambangan dan

Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat dengan lebih

perangkat transmisi radio, yang terdiri dari beberapa pertanian. Untuk menilai instrumen dan mengetes bangun

sub kelompok produk seperti: antena, up/down konsep awal, digunakan confirmatory factor analysis (CFA)

converter , modem, multiplication equipment, echo dan program LISREL 8.8. Karena data menggunakan skala

canceller , digital microwave radio, dan sejenisnya. Likert, polychoric correlation dan generally weighted least-

2. Jasa-jasa litbang, pabrikasi dan rekayasa di bidang squares (WLS) digunakan untuk mengestimasi parameter

perangkat sentral telepon digital yang terdiri atas model. Penelitian ini memberikan

beberapa sub kelompok produk antara lain switches mendefinisikan bangun dan model G-readiness serta

kontribusi dalam

(STDI, STDI-K, STK 1000, SENA, PABX, dan lain-lain) mengembangkan dimensinya. Selain itu, dikembangkan pula

beserta perangkat pendukungnya. instrumen penelitian yang sudah divalidasi. Model yang

3. Litbang dan Pabrikasi perangkat terminal, yang terdiri dikembangkan terdiri dari indeks dengan level yang lebih

atas beberapa sub kelompok seperti: pesawat telepon tinggi, lima indeks komponen, 10 sub-indeks dan 32 item.

meja, faksimili, wartel/kiosphone, telepon umum kartu (card payphone), telepon umum multikoin (multicoin

payphone ), telepon umum collect call (collect call payphone ), single channel radio dan subscriber PCM.

Analisis Kesiapan …

4. Litbang dan pabrikasi peralatan pendukung (catu daya) B. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data seperti rectifier, UPS, stationary battery, dan lain-lain.

Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu industri

C. G-Readiness Framework manufaktur dalam negeri yang menghasilkan perangkat TIK. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey melalui

Dalam mendefinisikan kerangka kerja G-readiness, kuesioner pada tiga kota besar di Indonesia yang melalui didefinisikan konsep kerangka kerja dari e-readiness, kajian literatur dianggap memiliki industri manufaktur TIK

literature Green IT yang ada dan penelitian terkait praktek dalam negeri dalam jumlah yang cukup banyak yaitu Jakarta, bisnis berkelanjutan dan CSR. Selain itu, dimasukkan pula

Batam, dan Bandung. Setelah melalui tahap survey dan praktek bisnis-bisnis yang mengembangkan brand green IT. konfirmasi, dari kuesioner yang disebarkan terhadap sembilan

Kerangka kerja ini dapat pula digunakan sebagai kerangka buah industri manufaktur, terdapat lima industri manufaktur kerja umum untuk isu-isu green di dalam bisnis. Kerangka TIK yang sudah mengembalikan kuesioner tersebut yaitu PT.

kerja g-readiness berdasarkan suatu pemikiran bahwa g- Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), PT. Compact readiness dikonsep sebagai suatu kemampuan organisasi

Microwave Indonesia (CMI) Teknologi, PT. Len Industri, PT. untuk mengimplementasikan Green IT yang holistik, seperti Xirka Darma Persada, dan PT. Abhimata Citra Abadi. Untuk

didefinisikan sebelumnya, prinsip-prinsip dan praktek- keperluan normalisasi data, terdapat beberapa industri prakteknya. Terdapat minimal lima hal penting dalam

manufaktur yang dalam pengisian kuesioner mewakilkan lebih kesuksesan dalam proses green IT, yaitu sikap (attitude), dari satu responden. Data dukung penelitian diperoleh dengan

kebijakan (policy), praktek (practice), teknologi (technology) metode wawancara kepada regulator yaitu Direktorat dan tata kelola (governance), dimana semuanya menghasilkan Standardisasi Ditjen SDPPI dan Balai Besar Pengujian kualitas kritis yang dinamakan g-readiness (Molla A. e., Perangkat Telekomunikasi (BBPPT). 2008) .

C. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Skala Likert. Ukuran pernyataan dirancang dalam skala pilihan jawaban antara 1 – 7. Masing-masing indikator memiliki lima buah variabel pertanyaan. Analisis data menggunakan Likert Summating (LSR) yang mengkategorisasi skor nilai total dari variabel pertanyaan indikator menjadi empat bagian, yaitu sikap sangat negatif, sikap negatif, sikap positif dan sikap sangat positif.

ASIL IV. H P ENELITIAN DAN P EMBAHASAN Hasil pengumpulan data terdiri dari hasil pengisian

kuesioner dan hasil wawancara. Kuesioner terdiri dari kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

A. Hasil Penyebaran Kuesioner

Kuesioner yang disebarkan terdiri dari lima buah indikator yang diturunkan dari konsep Green IT readiness oleh Mola, et.al. yaitu attitude, policy, practice, technology dan governance. Untuk keperluan normalisasi data, jika memungkinkan, kuesioner disebarkan kepada lebih dari satu responden di masing-masing industri manufaktur. Berikut profil dan sebaran responden kuesioner pada Tabel 1.

Gambar 2. Kerangka Kerja G-Readiness (Sumber: Molla A. Et..Al., 2008)

T ABEL 1 P ROFIL D AN S EBARAN R ESPONDEN K UESIONER

ETODE III. M P ENELITIAN Manufaktur

Responden

A. (orang) Model Penelitian

Kabag Umum dan Model penelitian menggunakan Green IT Readiness Model

1. PT.INTI

3 (tiga)

properti, Kepala Divisi oleh Molla, Alemayehu, et.al. yang disesuaikan dengan fokus

Pengembangan penelitian terkait dukungan industri manufaktur dalam negeri

Produk, Kadiv terhadap

Produksi dan Purna penyelenggara telekomunikasi. Pada penelitian Molla,

Alemayehu, et.al ―IT and Eco-Sustainability: Developing and Manajer RnD Validating a Green IT Readiness Model Teknologi ‖ (Molla, Cooper, &

2. PT.CMI

1 (satu)

Kabag Manajemen Pittayachawan, 2009), Green IT Readiness Model digunakan

3. PT.Len

1 (satu)

Teknologi dan untuk

Dukungan Industri mengimplementasikan TIK Hijau. Pada penelitian ini,

ASIC Manajer, dilakukan modifikasi beberapa indikator yang terdapat pada

4. PT. Xirka

3 (tiga)

Manajer, Platform Green IT Readiness Model. Indikator yang digunakan yaitu

GM Product indikator

5. PT.Abhimata

1 (satu)

attitude, policy,

practice, technology dan

governance . 216

Analisis Kesiapan …

skala likert 1-7 dapat dilihat pada Tabel 2 hingga Tabel 6

Adapun kesiapan industri manufaktur untuk tiap indikator

sebagai berikut.

yang diperoleh dari responden industri manufaktur dengan

T ABEL 2 H ASIL P ENGUMPULAN D ATA I NDIKATOR A TTITUDE

LEN XIR- ABHI- KA

MATA

1. Perusahaan Kami peduli mengenai regulasi yang ada mengenai emisi gas rumah kaca

2. Perusahaan Kami peduli mengenai konsumsi energi dari perangkat TIK yang perusahaan Kami hasilkan

3. Perusahaan Kami peduli mengenai kontribusi TIK terhadap emisi gas rumah kaca

6 5 7 6 4 perangkat berbasis TIK Hijau

4. Perusahaan Kami peduli terhadap kebutuhan klien Kami dalam menggunakan

5. Perusahaan Kami peduli mengenai dampak lingkungan pembuangan perangkat TIK yang dihasilkan dari limbah hasil proses produksi

Total

T ABEL 3 H ASIL P ENGUMPULAN D ATA I NDIKATOR P OLICY

ABHI- No Variabel

INTI

CMI

LEN XIRKA MATA

1. Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR)

2. Kebijakan Green Supply Chain Management

3. Kebijakan pengurangan jejak karbon

4. Kebijakan pengembangan produk berbasis TIK Hijau

5. Kebijakan pengolahan limbah proses produksi perangkat TIK yang dihasilkan

Total

T ABEL 4. H ASIL P ENGUMPULAN D ATA I NDIKATOR P RACTICE

No Variabel

INTI

CMI LEN XIRKA ABHI- MATA

1. Memasukkan pertimbangan lingkungan pada perancangan perangkat yang dihasilkan

2. Melakukan audit konsumsi energi terhadap perangkat TIK yang dihasilkan

3. Melakukan audit emisi gas karbon terhadap perangkat TIK yang dihasilkan

4. Melakukan support terhadap klien yang mengembalikan atau menukar tambah perangkat TIK yang hasil produksi yang sudah tidak digunakan

5 3 7 5 4 Total

5. Menerapkan green supply chain management

T ABEL 5 H ASIL P ENGUMPULAN D ATA I NDIKATOR T ECHNOLOGY

No Variabel

INTI

CMI

LEN XIRKA ABHI- MATA

1. Pengembangan/produksi perangkat dengan efisiensi energi yang tinggi

2. Pengembangan/produksi perangkat yang menggunakan sumber energi terbarukan

3. Pengembangan/produksi perangkat yang meminimalisasi penggunaan AC (mengoptimalkan penggunaan udara ambien sebagai pendingin perangkat)

4. Pengembangan/produksi perangkat dengan ukuran yang lebih kecil dari sebelumnya atau dari perangkat yang ada di pasaran

5. Penggunaan komponen dalam negeri pada perangkat berbasis TIK Hijau yang

T ABEL 6 H ASIL P ENGUMPULAN D ATA I NDIKATOR G OVERNANCE

No Variabel

INTI

CMI

LEN XIRKA ABHI- MATA

1. Perusahaan Kami telah mengalokasikan budget untuk pengembangan perangkat berbasis TIK Hijau

2. Manajemen perusahaan Kami mendiskusikan isu TIK Hijau sebagai prioritas

3. Perusahaan Kami telah menetapkan pengukuran yang jelas untuk menilai dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dalam penggunaan perangkat TIK yang Kami

5 4 6 5 4 hasilkan

4. Perusahaan Kami menetapkan pola koordinasi yang jelas dalam merancang maupun menindaklanjuti setiap inisiatif hijau yang ada, terutama untuk

Analisis Kesiapan … pengembangan perangkat TIK yang Kami hasilkan

7 4 7 6 4 Total

5. Perusahaan kami siap dalam mendukung implementasi TIK Hijau

Untuk akumulasi indikator Green IT Readiness, rata-rata

Indikator Green IT Readiness di PT.Len

nilai skala variabel dan akumulasi total skor untuk seluruh indikator disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

T Attitude ABEL 7 R ATA -R ATA N ILAI S KALA V ARIABEL S ELURUH I NDIKATOR

Policy Practice Technology

No. Indikator

Rata-Rata Nilai Skala

INTI CMI LEN XIRKA

6 4 7 5 4 Gambar 5.Proporsi Indikator Green IT Readiness di PT.LEN

3. Practice

4. Technology

5 5 7 5 4 Indikator Green IT Readiness di PT.Xirka

T 22% ABEL 8 A KUMULASI T OTAL S KOR S ELURUH I NDIKATOR Attitude

No. Policy Indikator Total Skor Nilai Skala

Practice

INTI CMI LEN XIRKA

27 26 33 27 20 Gambar 6.Proporsi Indikator Green IT Readiness di PT.Xirka

Indikator Green IT Readiness di PT.Abhimata

Masing-masing industri manufaktur memiliki proporsi indikator

attitude, policy,

practice, technology dan

governance 20% yang berbeda-beda. Hasil pengumpulan data berupa proporsi indikator Green IT Readiness untuk masing- Attitude

Policy

masing industri manufaktur dapat dilihat pada Gambar 3

Practice

hingga Gambar 7. Technology

20% Governance

Indikator Green IT Readiness di PT.INTI

Gambar 7.Proporsi Indikator Green IT Readiness di PT.Abhimata

Attitude Policy

Hasil isian kuesioner terbuka terkait perangkat berbasis

Practice

TIK Hijau yang dihasilkan oleh industri manufaktur TIK,

yang dihadapi

industri manufaktur dalam

pengembangan perangkat TIK Hijau, dan saran industri manufaktur bagi Pemerintah dalam pengembangan TIK Hijau ditunjukkan pada Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel 11 secara

Gambar 3.Proporsi Indikator Green It Readiness di PT.Inti

berurutan.

T ABEL 9. P ERANGKAT B ERBASIS T IK H IJAU O LEH I NDUSTRI M ANUFAKTUR

Indikator Green IT Readiness di PT.CMI

T IK

No. Industri

Perangkat Berbasis TIK Hijau

1. PT.INTI

Low Power KWH-Meter

Practice

Tablet PC

Technology

Smart Phone

Genuine GPA (General Purpose Agent)

2. PT.CMI

Warung Telekomunikasi bertenaga surya Radio Komunikasi dengan konsumsi

Gambar 4.Proporsi Indikator Green IT Readiness di PT.CMI

daya rendah

3. PT.Len

Radio Komunikasi HF, UHF Combat Management System Surveillance System

Analisis Kesiapan …

Sistem Persinyalan Kereta Api

mengembangkan teknologi

Sistem Energi Surya

Kawal setiap perusahaan anak negeri yang

Simulator

ingin memulai bisnis TIK sehingga mereka

Wimax

merasa tidak sendiri

4. PT.Xirka

Low power chip design untuk Wimax

Batasi setiap teknologi luar negeri yang ingin

Penerapan jam untuk aktivasi pendingin

masuk ke Indonesia sehingga perusahaan

ruangan (AC)

dalam negeri bisa berkembang

5. PT.Abhimata

Pembangkit listrik berbasis solar panel

Tingkatkan sinergi antara industri lokal,

untuk daerah terpencil

pemerintah, dan universitas sehingga bisa menghasilkan teknologi dalam negeri yang

T ABEL 10. K ENDALA D ALAM P ENGEMBANGAN P ERANGKAT T IK H IJAU menjadi kebanggaan bangsa

No. Industri Kendala

Pemberian insentif untuk mengembangkan

Manufaktur

green ICT misal dengan award, potongan

1. PT.INTI Anggaran masih terbatas pajak, infrastruktur, regulasi yang Jaringan pemasaran masih terbatas

mendukung

Biaya pembelian komponen yang

Ciptakan kondisi yang kondusif untuk berkualitas masih mahal

5. PT.Abhimata

perkembangan industri karena sejauh ini

2. PT.CMI Sulit/tidak adanya komponen pendukung barang impor lebih baik dan lebih murah dalam negeri

B. Hasil Wawancara

Ketergantungan teknologi yang ada

3. PT.Len Ketersediaan komponen, misalnya solar cell Wawancara terhadap Balai Besar Pengujian Perangkat masih impor

Telekomunikasi (BBPPT) dan Direktorat Standardisasi Ditjen Tidak adanya industri komponen elektronik

SDPPI digunakan sebagai data dukung penelitian. Daftar khususnya semikonduktor

informan wawancara ditunjukkan pada Tabel 12. Tidak adanya manufaktur PCB multilayer

Kebijakan yang tidak menentu dan tumpang T ABEL 12. I NFORMAN W AWANCARA tindih

4. PT.Xirka Know-how dan technical experience Xirka merupakan satu-satunya perusahaan

Kasubbag Keuangan BBPPT di Indonesia yang mengembangkan Wimax

1. Lince

Tampubolon Kepegawaian

pada level chipset sehingga pengalaman

Kepala Seksi Pelayanan BBPPT harus dimulai dari nol

2. Subari

Kasubdit Kualitas Direktorat Belum ada dukungan/dorongan ke arah

3. Hadiyana

Standardisasi tersebut

Pelayanan dan

Harmonisasi Standar Ditjen SDPPI

5. PT.Abhimata Engineering dan material yang harus Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari diimpor

BBPPT dapat disimpulkan bahwa pengujian perangkat

telekomunikasi dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur P ENGEMBANGAN T IK H IJAU Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika No.55/Dirjen/2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penilaian

T ABEL 11. S ARAN I NDUSTRI M ANUFAKTUR B AGI P EMERINTAH D ALAM

No. Industri Saran

Pencapaian Standar Kualitas Pelayanan Jasa Teleponi Dasar.

Manufaktur

Walaupun dari tahun ke tahun terdapat peningkatan PNBP

1. PT.INTI Ikut memberikan masukan/sosialisasi dan memberikan pengawasan terhadap

dari permohonan pengujian perangkat telekomunikasi. Namun, masukan/sosialisasi yang telah dilakukan

sayangnya peningkatan permohonan pengujian ini sebagian Pemerintah menjadi early adopter

besar berasal dari negara lain yaitu Cina. Terkait dengan TIK Mengurangi pajak masuk komponen grade

Hijau, belum ada persyaratan ramah lingkungan di dalam industri

persyaratan pengujian ramah lingkungan.

2. PT.CMI Pemerintah sebaiknya memberikan insentif Saat ini Direktorat Standardisasi sedang menyiapkan bagi perusahaan-perusahaan yang telah

regulasi berupa peraturan menteri mengenai ketentuan catu mengembangkan produksi perangkat TIK

daya (charger) telepon genggam yang ramah lingkungan. berbasis green

Ketentuan ini terdiri dari persyaratan kabel detachable (ujung Pemerintah membuat peraturan/kebijakan-

kebijakan yang lebih memudahkan dan kabel yang menuju adaptor dapat dilepas), catu daya secara

menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan otomatis dapat memutuskan pencatuan ketika kapasitas baterai yang bergerak di bidang produksi perangkat

sudah terisi penuh, penggunaan material catu daya yang TIK berbasis green

efisien, dan kemampuan material catu daya untuk bisa di-

3. PT.Len Mendirikan pabrik solar cell reuse . Jika ketentuan ramah lingkungan untuk pencatu daya Mendirikan pabrik semikonduktor

sudah diterapkan, industri dalam negeri dapat memproduksi Mendirikan manufaktur PCB multilayer

pencatu daya ramah lingkungan tersebut dimana teknologinya Tata ulang kebijakan, khususnya untuk

cukup mudah dan pangsa pasarnya cukup luas. Ke depannya, pengadaan yang berpihak pada industri

ketentuan pencatu daya yang ramah lingkungan akan dalam negeri

diperluas tidak hanya untuk telepon genggam, namun juga

4. PT.Xirka Tumbuhkan semakin banyak industri berbasis chip design di Indonesia sehingga

laptop, komputer, dan peralatan elektronik lainnya. terbentuk sutau ekosistem yang di dalamnya

C.

akan terjadi proses sharing technology yang Analisis Indikator Green IT Readiness

salah satunya adalah green technology Secara keseluruhan skala likert untuk setiap variabel Dukung terus segala penelitian yang

pertanyaan pada masing-masing indikator memiliki skala dilakukan oleh universitas-universitas dalam

pengisian minimum 3 dan maksimum 7. Jumlah skor tertinggi

Analisis Kesiapan … untuk masing-masing indikator yang terdiri dari 5 variabel

adalah 5x7 = 35 sehingga jumlah skor tertinggi untuk lima indikator kesiapan adalah 5x35 = 175. Dengan metode Likert

Indikator Attitude

Summating Rating (LSR), skala ordinal 1-7 diperoleh batasan quartil. Untuk tiap indikator per industri manufaktur:

8 Batas bawah (B) = jumlah responden x skor terendah (1) x

inti jumlah pertanyaan

= 1x1x5 5 2 2 cmi = 5

0 len Batas atas (A) = jumlah responden x skor tertinggi (7) x jumlah

xirka pertanyaan

=1x7x5

abhimata

Range atau n = 35-5 = 30

Quartil I (Q1) = B + (n/4) = 5 + (30/4) = 12.5 Quartil II (Q2) = B + (n/2) = 5 + (30/2) = 20 Quartil III (Q3) = B + (n.3/4) = 5 + (90/4) = 32.5 Untuk keseluruhan indikator per industri manufaktur:

Gambar 8.Indikator Attitude Pada Industri Manufaktur Batas bawah (B) = jumlah responden x skor terendah (1) x

jumlah pertanyaan Berdasarkan Tabel 2, total skor dari PT.INTI, PT.CMI, = 1 x 1 x 25

PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 29, = 25

26, 35, 27 dan 20. Berdasarkan total skor tersebut, untuk jumlah pertanyaan

Batas atas (A) = jumlah responden x skor tertinggi (7) x

indikator attitude, PT.INTI, PT.CMI, PT.Xirka, dan = 1 x 7 x 25

PT.Abhimata dikategorikan memiliki sikap positif. PT.Len = 175

dikategorikan memiliki sikap sangat positif dan sikap negatif. Range atau n = 175-25 = 150

1. Policy

Quartil I (Q1) = B + (n/4) = 25 + (150/4) = 62.5

Quartil II (Q2) = B + (n/2) = 25 + (150/2) = 100 Skala yang digunakan di dalam indikator policy bernilai Quartil III (Q3) = B + (n.3/4) = 25 + (450/4) = 137.5

1-7 dimana nilai 1 berarti tidak sama sekali berkembang dan nilai 7 berarti berkembang sangat baik. Nilai skala penilaian

Apabila total skor berada diantara: berdasarkan Tabel 3 memiliki rentang 3-7. Grafik indikator policy pada industri manufaktur ditunjukkan pada Gambar 9.

B ≤ total skor < Q1 = sikap sangat negatif Dari lima variabel pertanyaan mengenai kebijakan CSR Q1≤ total skor < Q2 = sikap negatif

(variabel pertanyaan 1), kebijakan Green Supply Chain Q2 ≤ total skor < Q3 = sikap positif

Management (variabel pertanyaan 2), kebijakan pengurangan Q3 ≤ total skor ≤ A = sikap sangat positif

pertanyaan 3), kebijakan

pengembangan produk berbasis TIK Hijau (variabel Analisis kesiapan industri manufaktur akan pertanyaan 4), dan kebijakan pengolahan limbah proses

dilihat dari indikator attitude, policy, practice, produksi perangkat TIK yang dihasilkan (variabel pertanyaan

5), nilai skala tertinggi untuk masing-masing variabel

technology , dan government.

indikator policy diwakili oleh PT.Len sedangkan total nilai

1) Attitude skala terendah ditunjukkan oleh PT.CMI.

Skala yang digunakan di dalam indikator attitude bernilai 1-7 dimana nilai 1 berarti sangat tidak setuju dan nilai

7 berarti sangat setuju. Nilai skala penilaian berdasarkan Tabel 2 memiliki rentang 4-7. Grafik indikator attitude pada

Indikator Policy

industri manufaktur ditunjukkan pada Gambar 8. Dari lima

variabel pertanyaan mengenai kepedulian perusahaan terhadap

regulasi rumah kaca (variabel pertanyaan 1), konsumsi energi 6

dari perangkat TIK yang dihasilkan (variabel pertanyaan 2),

3 kontribusi TIK terhadap emisi gas rumah kaca (variabel inti 5 2 2 cmi pertanyaan 3), kebutuhan klien dalam menggunakan

perangkat berbasis TIK Hijau (variabel pertanyaan 4), dan 0 len dampak lingkungan pembuangan perangkat TIK yang

xirka dihasilkan dari limbah hasil proses produksi (variabel

abhimata pertanyaan 5), nilai skala tertinggi untuk masing-masing variabel indikator attitude diwakili oleh PT.Len sedangkan

total nilai skala terendah ditunjukkan oleh PT.Abhimata.

Gambar 9.Indikator Policy Pada Industri Manufaktur

Analisis Kesiapan … Berdasarkan Tabel 3, total skor dari PT.INTI, PT.CMI,

(variabel pertanyaan 1), PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 32, pengembangan/produksi perangkat

yang menggunakan

(variabel pertanyaan 2), indikator policy, PT.INTI, PT.Xirka, dan PT.Abhimata

18, 34, 23, dan 20. Berdasarkan total skor tersebut, untuk sumber

energi

terbarukan

pengembangan/produksi perangkat yang meminimalisasi dikategorikan memiliki sikap positif. PT Len dikategorikan

pertanyaan 3), memiliki

penggunaan

AC (variabel

pengembangan/produksi perangkat dengan ukuran yang lebih dikategorikan memiliki sikap negatif.

sikap sangat

positif.

Sedangkan, PT.CMI

kecil dari sebelumnya atau dari perangkat yang ada di pasaran (variabel pertanyaan 4), dan penggunaan komponen dalam

2) Practice negeri pada perangkat berbasis TIK Hijau yang dihasilkan Skala yang digunakan di dalam indikator practice bernilai

(variabel pertanyaan 5), nilai skala tertinggi untuk masing- 1-7 dimana nilai 1 berarti tidak sama sekali dipraktekkan dan

masing variabel indikator technology diwakili oleh PT.Len nilai 7 berarti dipraktekkan sangat baik. Nilai skala penilaian sedangkan total nilai skala terendah ditunjukkan oleh

berdasarkan Tabel 4 memiliki rentang 3-7. Grafik indikator PT.Abhimata. practice pada industri manufaktur ditunjukkan pada Gambar

10. Dari lima variabel pertanyaan mengenai pertimbangan lingkungan pada perancangan perangkat yang dihasilkan

Indikator Technology

(variabel pertanyaan 1), audit konsumsi energi terhadap perangkat TIK yang dihasilkan (variabel pertanyaan 2), audit

emisi gas karbon terhadap perangkat TIK yang dihasilkan 1

(variabel pertanyaan 3), support terhadap klien yang

mengembalikan atau menukar tambah perangkat TIK yang

5 inti hasil produksi yang sudah tidak digunakan (variabel

pertanyaan 4), dan penerapan green supply chain management 3

5 2 2 cmi (variabel pertanyaan 5), nilai skala tertinggi untuk masing-

1 len masing variabel indikator practice diwakili oleh PT.Len

0 xirka sedangkan total nilai skala terendah ditunjukkan oleh

PT.Abhimata. Namun, nilai skala terendah bernilai 3 abhimata ditunjukkan oleh PT.CMI untuk variabel pertanyaan 5 .

Indikator Practice

6 Gambar 11. Indikator Technology Pada Industri Manufaktur

4 inti

Berdasarkan Tabel 5 total skor dari PT.INTI, PT.CMI,

5 2 2 cmi

PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 27,

1 len 26, 33, 27, dan 20. Berdasarkan total skor tersebut, untuk

0 indikator technology, PT.INTI, PT.CMI, PT.Xirka, dan

xirka

PT.Abhimata dikategorikan memiliki sikap positif. PT.Len

abhimata

dikategorikan memiliki sikap sangat positif.

4) Governance

4 3 Skala yang digunakan di dalam indikator governance bernilai 1-7 dimana nilai 1 berarti sangat tidak setuju dan nilai

7 berarti sangat setuju sekali. Nilai skala penilaian berdasarkan Tabel 6 memiliki rentang 3-7. Grafik indikator governance pada industri manufaktur ditunjukkan pada

Gambar 10. indikator practice pada industri manufaktur Gambar 12. Dari lima variabel pertanyaan mengenai alokasi Berdasarkan Tabel 4 total skor dari PT.INTI, PT.CMI,

budget untuk pengembangan perangkat berbasis TIK Hijau PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 29, (variabel pertanyaan 1), diskusi manajemen perusahaan dalam

24, 32, 21, dan 20. Berdasarkan total skor tersebut, untuk mendiskusikan isu TIK Hijau sebagai prioritas (variabel indikator practice, seluruh responden industri manufaktur

pertanyaan 2), penetapan pengukuran yang jelas untuk menilai dikategorikan memiliki sikap positif.

dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dalam penggunaan perangkat TIK yang dihasilkan (variabel pertanyaan 3),

3) Technology penetapan pola koordinasi yang jelas dalam merancang Skala yang digunakan di dalam indikator technology

maupun menindaklanjuti setiap inisiatif hijau yang ada, bernilai 1-7 dimana nilai 1 berarti tidak sama sekali

terutama untuk pengembangan perangkat TIK yang dihasilkan dikembangkan dan nilai 7 berarti dikembangkan sangat baik. (variabel pertanyaan 4), dan kesiapan dalam mendukung

Nilai skala penilaian berdasarkan Tabel 5 memiliki rentang 4- implementasi TIK Hijau (variabel pertanyaan 5), nilai skala

7. Grafik indikator technology pada industri manufaktur tertinggi untuk masing-masing variabel indikator governance ditunjukkan pada Gambar 11. Dari lima variabel pertanyaan diwakili oleh PT.Len sedangkan total nilai skala terendah mengenai pengembangan/produksi perangkat dengan efisiensi

Analisis Kesiapan … ditunjukkan oleh PT.CMI. Skala terendah bernilai 3 ini

Nilai rata-rata total skor indikator Green IT Readiness ditunjukkan oleh variabel pertanyaan 1.

responden adalah 129.4. Dengan kata lain, secara umum seluruh responden memiliki kesiapan Green IT dalam hal sikap (attitude), kebijakan (policy), praktek (practice), teknologi

(technology)

dan

tata kelola perusahaan

Indikator Governance

(governance). Diantara kelima indikator, indikator yang perlu mendapat perhatian di PT.CMI adalah indikator policy dan

7 indikator governance. Pada indikator policy, variabel yang

6 perlu mendapatkan perhatian adalah kebijakan green supply

5 chain management , kebijakan pengurangan jejak karbon dan

4 inti

kebijakan pengolahan limbah proses produksi perangkat TIK

5 2 2 cmi

yang dihasilkan. Pada indikator governance, variabel yang

1 len perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi budget untuk

0 pengembangan perangkat berbasis TIK Hijau.

xirka

menunjukkan kesiapan industri manufaktur dalam kerangka Green IT Readiness yang dilihat

Proporsi

indikator

abhimata

dari masing-masing indikator kesiapan. Di PT.INTI, indikator policy merupakan indikator yang paling menonjol diantara

4 3 indikator Green IT readiness lainnya sedangkan indikator governance dan technology termasuk dalam indikator yang perlu mendapat perhatian. Indikator attitude merupakan

indikator yang paling besar proporsinya di PT.CMI, PT.Len, dan PT Xirka. Indikator yang paling kecil proporsinya di

Gambar 12. Indikator Governance Pada Industri Manufaktur PT.CMI adalah policy. Sedangkan, di PT.Xirka dan PT.Len,

indikator yang paling kecil proporsinya adalah indikator Berdasarkan Tabel 6 total skor dari PT.INTI, PT.CMI,

practice . Di PT. Abhimata, seluruh indikator memiliki PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 27, proporsi yang sama.

19, 33, 25 dan 20. Berdasarkan total skor tersebut, untuk indikator practice, PT.INTI, PT.Xirka, dan PT.Abhimata

D. Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur TIK Dalam dikategorikan memiliki sikap positif. PT.Len dikategorikan

Negeri

terbuka, responden industri sikap negatif.

memiliki sikap sangat positif sedangkan PT.CMI memiliki

manufaktur telah menghasilkan perangkat berbasis TIK Hijau, Secara keseluruhan, rata-rata skala tertinggi untuk seluruh

misalnya perangkat berbasis tenaga surya yang dikembangkan indikator dengan nilai total 34 ditunjukkan oleh PT.Len

oleh PT.INTI, PT.CMI, PT.Len, dan PT.Abhimata. PT.INTI sedangkan rata-rata skala terendahnya dengan nilai total 20 dan PT.Xirka telah mengembangkan perangkat yang berdaya ditunjukkan oleh PT. Abhimata, seperti terlihat pada Tabel 7. rendah, masing-masing untuk KWH-meter dan chip Wimax. Grafik indikator Green IT Readiness ditunjukkan oleh Dalam hal pengembangan perangkat, industri manufaktur Gambar 13.

telah berorientasi pada kebutuhan pasar global yaitu dengan pengembangan perangkat yang meminimalisasi penggunaan

Indikator Green IT Readiness

daya listrik dan berukuran lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan kata lain, teknologi untuk perangkat

1 telah berorientasi pada prinsip TIK Hijau. Akan tetapi,

8 terdapat beberapa kendala yang masih dihadapi oleh industri

mencari komponen

INTI

4 CMI elektronika di dalam negeri. Sebagian besar komponen

5 2 2 LEN elektronika harus diimpor dari luar negeri. Hal ini salah satunya disebabkan tidak adanya industri komponen

0 XIRKA

elektronika pendukung di dalam negeri. Salah satu contoh,

ABHIMATA

misalnya untuk BTS yang menggunakan energi surya. Investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan BTS bertenaga surya dianggap masih cukup besar karena komponen sel surya masih diimpor dari luar negeri.

4 3 Ketergantungan terhadap teknologi dan kebijakan pemerintah yang tidak menentu menjadi beberapa faktor yang

menghambat perkembangan industri manufaktur dalam negeri. Gambar 13. Perbandingan Indikator Green It Readiness Pada Industri

ESIMPULAN DAN V. K R EKOMENDASI Berdasarkan Tabel 8, total skor dari PT.INTI, PT.CMI,

Manufaktur

A. Kesimpulan

PT.Len, PT.Xirka, PT.Abhimata masing-masing bernilai 144,

1. Parameter yang didapatkan dengan metode Likert 113, 167, 123, dan 100. Berdasarkan total skor tersebut,

Summating Rating dengan skala ordinal pengisian 3-7 PT.INTI dan PT.Len dikategorikan memiliki sikap sangat

adalah:

positif. Sedangkan, PT.CMI, PT.Xirka, dan PT.Abhimata

dikategorikan memiliki sikap positif. 222

Analisis Kesiapan …

a. Untuk tiap indikator per industri manufaktur diantaranya sulitnya mencari komponen elektronika di

B = 5, A=35, Q 1 = 12.5, Q 2 = 20, Q 3 = 32.5

dalam negeri, ketergantungan terhadap teknologi dan

b. Untuk seluruh variabel indikator: kebijakan pemerintah yang dianggap tidak menentu.

B = 25, A=175, Q 1 = 62.5, Q 2 = 100, Q 3 = 137.5

B. Rekomendasi

3. Analisis dengan LSR per indikator sebagai berikut:

1. Kesulitan yang dihadapi selama melaksanakan penelitian

a. Attitude ini di lapangan adalah sulitnya mencari basis data  Skala pengisian 4-7

mengenai data direktori industri manufaktur TIK di  PT. INTI, PT. CMI, PT. Xirka, dan PT. Abhimata:

Indonesia, khususnya pada sektor Telekomunikasi. Data sikap positif, PT. Len: sikap sangat positif

direktori industri manufaktur yang diterbitkan BPS

b. Policy dirasa masih belum memadai. Oleh karena itu, untuk  Skala pengisian 3-7

penyempurnaan data responden dan analisis data yang  PT. INTI, PT. Xirka, dan PT. Abhimata : sikap

lebih mendalam, diperlukan basis data mengenai positif, PT. Len: sikap sangat positif, PT. CMI :

direktori industri manufaktur TIK yang lebih lengkap sikap negatif

dan lebih memadai.

2. Normalisasi data responden pada penelitian ini masih  Skala pengisian 3-7

c. Practice

kurang memadai karena sebaran responden yang belum  PT. INTI, PT. CMI, PT. Xirka, PT. Len dan PT. merata di tiap industri manufaktur. Untuk keperluan

Abhimata : sikap positif validitas data, diperlukan sebaran responden lebih dari

d. Technology satu secara merata di tiap industri manufaktur.

3.  Skala pengisian 4-7 Metode analisis data bisa dikembangkan lebih jauh  PT. INTI, PT. CMI, PT. Xirka, dan PT. Abhimata : dengan menggunakan metode Method of Successive

Interval (MSI) yang mengubah skala ordinal likert sikap positif, PT. Len: sikap sangat positif

menjadi skala interval terukur

4.  Skala pengisian 3-7 Untuk mengatasi kelangkaan komponen elektronika dan

e. Governance

terhadap  PT. INTI, PT. Xirka, dan PT. Abhimata : sikap komponen elektronika impor, pemerintah perlu membangun pabrik

mengurangi

ketergantungan

positif, PT. Len: sikap sangat positif, PT. CMI : komponen elektronika dalam negeri untuk mendukung sikap negatif

produksi perangkat berbasis TIK Hijau oleh industri

4. Secara keseluruhan, dari 25 variabel indikator disimpulkan manufaktur lanjutan pada sektor telekomunikasi, sebagai berikut:

misalnya pabrik solar cell dan pabrik semikonduktor.

a. Skala pengisian 3-7 Dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika

b. PT. INTI dan PT. Len dikategorikan memiliki sikap dapat memberikan rekomendasi terkait hal tersebut sangat positif sedangkan PT. Xirka, PT. CMI dan PT.

Kementerian Perindustrian atau instansi Abhimata dikategorikan memiliki sikap positif.

kepada

berwenang lainnya.

5. Perlu disusun suatu regulasi yang mengatur insentif responden industri manufaktur adalah 129.4 sehingga

c. Nilai rata-rata total skor indikator untuk seluruh

jangka pendek, misalnya publikasi instansi yang secara

bersangkutan dan jangka panjang, misalnya pengurangan memiliki sikap positif

umum seluruh responden

dikategorikan

pajak dan pinjaman lunak bagi industri manufaktur

dalam negeri yang mengembangkan perangkat berbasis mendapatkan perhatian dan perlu ditingkatkan adalah:

5. Berdasarkan analisis

LSR,

indikator

yang perlu

TIK Hijau dimana regulasi tersebut harus integral dan

a. Indikator policy, terdiri dari variabel kebijakan green komprehensif dengan berbagai instansi terkait misal supply management , kebijakan pengurangan jejak

Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, karbon, dan kebijakan pengolahan limbah proses

Kementerian Kominfo, Kementerian Perindustrian, produksi perangkat TIK yang dihasilkan

Kementerian Perdagangan, dan BKPM.

6. Perlu dimasifkan dukungan penelitian sinergis dalam budget untuk pengembangan perangkat berbasis TIK

b. Indikator governance, terdiri dari variabel alokasi

bidang TIK Hijau pada sektor telekomunikasi yang Hijau

6. Proporsi indikator Green IT Readiness sebagai berikut: ‘ pemerintah sehingga bisa mendorong kemunculan

melibatkan perguruan tinggi, industri, dan instansi

Dokumen yang terkait

Minat masyarakat terhadap layanan Near Field Communication (NFC) komersial di Indonesia public interest on commercial near field communication (nfc) service in indonesia

0 1 12

Diversity of Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera as bioindicator of water quality in Jangkok River, West Nusa Tenggara

0 0 8

Utilization of ovitraps in Aedes sp. population measurements and determination of house condition

0 1 9

Proteksi Short Message Service (SMS) Pada Smart Device Menggunakan Algoritma Rijndael sms protection in smart device using rijndael algorithm

0 0 12

Daily flight activity rhythms of Tetragonula laeviceps (Smith) (Hymenoptera: Apidae) in Bogor

0 0 9

Kesiapan Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Mendukung WiMAX the readiness of information and communications Technology (ict) industries in supporting wimax

0 0 14

Biologi dan statistik demografi Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum Linnaeus)

0 0 10

Kesiapan Operator Seluler dalam Mengimplementasikan Teknologi Long Term Evolution (LTE) cellular operator readiness for implementing long term evolution (lte) technology

0 0 18

Analisis Kesiapan Penyelenggara Jaringan Internet di Indonesia dalam Migrasi ke IPv6 analysis of the readiness of internet service providers in migrating to ipv6 in indonesia

0 0 10

Studi Awal Teknologi WIFI Untuk Diimplementasikan Pada Pembuatan Prototipe Sistem Remote Terminal Unit Multi Sensor Dengan Energi Mandiri Preliminary Study for Wifi Technology Prototyping System Implemented In Remote Terminal Units Multi Sensor With Indep

0 1 16