HEGEMONI IDEOLOGI GENDER DALAM NOVEL ERA REFORMASI: TELAAH ATAS NOVEL SAMAN,
HEGEMONI IDEOLOGI GENDER DALAM NOVEL ERA REFORMASI: TELAAH ATAS NOVEL SAMAN, TARIAN BUMI , DAN TANAH TABU
The Hegemony of Gender Ideology in Novel Published During Reformation Era: Study
on Novel Saman, Tarian Bumi, and Tanah Tabu
Y ulianeta
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS UPI Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung Pos-el nismara@live.com, Telp. 082111102005 Naskah masuk: 19 Juni 2014, disetujui: 11 September 2014, revisi akhir: 29 September 2014
Abstrak: Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang didasari oleh fenomena bahwa ideologi gender yang berlaku pada suatu masyarakat dapat mewarnai karya sastra yang
dilahirkan. Oleh karena itu, meskipun novel merupakan kreasi imajinatif, isi maupun ideologi gender yang diembannya tidak begitu saja dapat dilepaskan dari realitas kehidupan masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) representasi ideologi gender, dan (2) hegemoni ideologi gender dalam novel Indonesia era reformasi. Untuk mendeskripsikan hal tersebut digunakan teori hegemoni Gramsci dan analisis gender. Sementara sumber data penelitian ini adalah novel Saman karya Ayu Utami, Tarian Bumi karya Oka Rusmini, dan Tanah Tabu karya Anindita S. Tayf. Hasil telaah ini memberikan gambaran bahwa novel Indonesia era reformasi merepresentasikan ideologi patriarki, ideologi familialisme, ideologi ibuisme, dan ideologi umum. Keberadaan dan kemelembagaan ideologi gender tersebut disebabkan oleh hegemoni maskulinitas dalam kebudayaan Indonesia.
Kata Kunci: hegemoni, gender, ideologi gender, novel, era reformasi
Abstract: This article is based on a phenomenon that gender ideology practiced by a society may be reflected on the production of literary work. Thus, even though a novel known as an imaginative work, its content and its gender ideology cannot be detached from social reality. This writing aims to describe (1) the representation of gender ideology, and (2) the hegemony of gender ideology during the reform era in the novel published in Indonesia. Gramsci’s theory on hegemony and gender perspective help describing those two problems presented in this article. While the data source of this study is the work of Ayu Utami's novel Saman, Tarian Bumi Oka Rusmini work, and the work of Anindita S. Tayf Tanah Tabu. The research found that the novel represents patriarchal ideology, familiasme ideology, ibuism ideology, and general gender ideology. The existence and the organization of the gender ideology are supported by masculine hegemony in Indonesian culture.
Keywords : hegemony, gender, gender ideology, novel, reformation era
1. Pendahuluan
perjuangan perempuan dalam karya- karyanya.
Karya sastra pada dasarnya Karya-karya tersebut lebih adalah
dengan sastra masa penggambaran suatu zaman. Setiap
pembebasan atau sastra era reformasi zaman memiliki persoalan dan
yang tentu saja dipengaruhi oleh kecenderungan yang berbeda-beda.
reformasi. Semangat Persoalan
semangat
reformasi tersebut menuntut adanya tersebut akan tercermin dalam karya
dan
kecenderungan
untuk menyuarakan sastra yang muncul pada zaman itu.
kebebasan
pendapat individu yang selalu Hal itu terjadi karena pengarang yang
dan dipasung menciptakan karya tersebut adalah
dibungkam
kreativitasnya pada masa Orde Baru. bagian dari masyarakat. Ia mengamati
Hal inilah yang membuat sifat dari dan
sastra era reformasi itu bebas dan masalah-masalah yang berasal dari
menghayati
kehidupan,serta
Lebih lanjut realitas
demokratis.
Suryakusuma (2007:16) menyatakan kemudian
di sekelilingnya
yang
bahwa sejak reformasi, bidang sastra karyanya.
dituangkan
dalam
lebih berkembang daripada bidang- apabila kemudian, karya sastra pada
Tidak
mengherankan
bidang lainnya, seperti bidang kurun waktu atau zaman tertentu
politik, pendidikan, menunjukkan
ekonomi,
transportasi ataupun kecenderungan
kecenderungan-
kesehatan,
bidang lainnya. Sastra era reformasi dengan kecenderungan yang terjadi
tertentu
sesuai
menjamur, bahkan bisa dikatakan pada zaman tersebut.
booming dalam berbagai ragam dan Kecenderungan itu terjadi pula
genrenya. Ada sastra daerah, sastra pada era reformasi. DiIndonesia,
islami, sastra komunitas, sastra anak- revolusi teknologi informasi dan
teenlit , hingga globalisasi mulai menguat pada era
anak,
chicklit ,
cybersastra . Namun, penelitian ini 1990-an. Munculnya akses informasi
dibatasi pada karya sastra, yakni yang lebih luas dan terbuka, telah
novel yang mengandung persoalan memicu perkembangan pemikiran
gender.
feminisme di Indonesia yang semakin Berkaitan dengan kajian ini, ada kuat, radikal, terbuka, dan kompleks.
tiga novel yang dijadikan sebagai Selanjutnya, kebebasan pers pada era
sumber data yakni Saman karya Ayu 2000-an menyebabkan kebebasan
Utami, Tarian Bumi Karya Oka berpendapat dan mengemukakan
Rusmini dan Tanah Tabu karya gagasan.Di
Anindita S. Tayf. Ketiga novel kecenderungan yang terlihat pada
secara dominan penulisan bidang prosa (novel),yakni
tersebut
merepresentasikan persoalan gender. dominannya karya-karya sastra yang
Saman merupakan tonggak novel berbicara tentang seksualitas dan
Indonesia era reformasi yang secara tubuh (Aisyah,2008), termasuk di
terbuka membicarakan persoalan dalamya permasalahan gender dan
perempuan dan dekonstruksi atas ideologi gender
seksualitas
gender yang yang berlaku di masyarakat. Karya-
problematika
sebelumnya dianggap tabu. Novel ini karya ini banyak ditulis oleh kaum
pemenang pertama perempuan, tetapi ada juga beberapa
merupakan
sayembara penulisan roman DKJ pengarang laki-laki yang mengangkat
1998. Tarian Bumi karya Oka Rusmini
Women's Studies persoalan
dijelaskan bahwa budaya Bali. Novel ini mendapat
gender dengan latar
Encyclopedia
gender adalah suatu konsep kultural penghargaan Penulisan Karya Sastra
yang berupaya membuat perbedaan 2003.
dalam hal peran, merepresentasikan persoalan gender
Sementara
Tanah
Tabu (distinction)
perilaku, mentalitas, dan karakteristik dengan latar budaya Papua yang
emosional antara laki-laki dan selama ini jarang diangkat oleh
perempuan yang berkembang di pengarang Indonesia. Selain itu Tanah
dalam masyarakat. Hal tersebut Tabu juga menjadi satu-satunya
dengan apa yang pemenang
senada
diungkapkan oleh Hilary M. Lips roman DKJ 2008. Selanjutnya dalam
sayembara
penulisan
dalam bukunya “Sex dan Gender: An tulisan inidibahas (1) representasi
Introduction” sebagaimana dikutip ideologi
Umar (1999:33-34), Indonesia era reformasi, dan (2)
harapan-harapan hegemoni ideologi gender dalam
gender
adalah
terhadap laki-laki dan novel Indonesia era reformasi dengan
budaya
perempuan (cultural expetations for menggunakan
teori
hegemoni
women and men).
Gramsci dan analisis gender. Hal itu ditegaskan kembali oleh Udasmoro (2009:1) bahwa gender
2. Kajian Teori
didefinisikan sebagai relasi sosial antara orientasi-orientasi seksual
2.1 Konsep Ideologi Gender
yang berbeda yang melibatkan konstruksi sosial, politik, dan
Sejak dini manusia, baik laki- kultural. Jadi gender bukanlah laki maupun perempuan sudah
kodrat melainkan peran yang terkondisi dengan lingkungan sosial
ditampilkan oleh budaya yang budaya. Melalui proses sosialisasi,
menempatkan perempuan dan laki- manusia belajar membedakan jenis
laki menjadi feminin atau maskulin. laki-laki dan perempuan tidak hanya
Menurut Saptari dan Holzner dipandang dari aspek biologisnya
dalam bukunya Perempuan, Kerja, dan saja, tetapi juga dikaitkan dengan
Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi fungsi
Perempuaan (1997:192-193), ideologi pekerjaannya. Dari proses belajar ini
dasar dan
kesesuaian
memang banyak muncul teori gender yang kemudian
gender
tingkah laku dijadikan landasan berpikir dan
mempengaruhi
perempuan dan hubungan sosial falsafah hidup sehingga menjelma
antara laki-laki dan perempuan. menjadi ideologi. Sebagai ideologi,
mekanisme-mekanisme gender telah menjadi cara berpikir,
Melalui
tertentu, ideologi tersebut dapat sistem
berlaku secara dominan dalam membentuk karakteristik, sikap hidup
masyarakat. Bahkan, Suryakusuma maupun tingkah laku individu,
(1991:83) menyatakan bahwa ideologi kelompok, dan masyarakat, bahkan
gender merupakan salah satu ideologi menentukan pula sistem ekonomi dan
informal yang dikonstruksikan oleh politik negara. Gender telah menjadi
negara Indonesia, yaitu ideologi yang bagian hidup sehari-hari manusia dan
laki-laki dan dijalani sebagai norma dan nilai.
mendefinisikan
perempuan dalam peran-peran yang sempit, terbatas, dan stereotip.
Pelbagai nilai, persepsi, merasuk ke arena publik atau sosial. stereotip,
Kemudian menurut Mies dan kepercayaan
Djajadiningrat (dalam Suryakusuma, hubungan perempuan dan laki-laki
yang
menyangkut
1991:73) selama Orde Baru ideologi atau yang bersangkutan dengan
ibuisme negara dominan sekali di identitas orang atas dasar jenis
Indonesia, yaitu ideologi yang kelamin atau gendernya inilah yang
merupakan kombinasi nilai borjuis disebut dengan ideologi gender.
kecil Belanda dan nilai tradisional Ideologi gender tersebut dapat
priyayi yang mengamini tindakan beroperasi dalam waktu yang lama
apa pun yang diambil oleh seorang dalam masyarakat karena didukung
demi keluarga, dengan sistem kepercayaan gender
perempuan
kelompok, kelas, perusahaan atau (gender believe system). Hal itu mengacu
negara tanpa mengharap kekuasaan pada serangkaian kepercayaan dan
atau prestise sebagai imbalan. pendapat tentang laki-laki dan
Selanjutnya bagi Suryakusuma (1991: perempuan,
74),ideologi gender yang sangat maskulinitas dan feminitas. Dengan
serta
tentang
dominan dalam negara Orde Baru kata lain, sistem kepercayaan gender
adalah ideologi bapak-ibuisme yang mencakup elemen deskriptif dan
menempatkan bapak sebagai sumber preskriptif,
utama kekuasaan dan ibu sebagai "bagaimana sebenarnya laki-laki dan
yaitu
kepercayaan
salah satu perantara kekuasaan perempuan itu", serta "bagaimana
dalam masyarakat. Sementara itu, di seharusnya laki-laki dan perempuan
negara Asia berlaku itu" (Deaux dan Kite,1987: 82).
berbagai
berbagai bentuk ideologi umum, Bentuk ideologi gender yang
yaitu ideologi yang menekankan mengatur identitas perempuan dan
pemingitan (seclusion) laki-laki, kedudukan dan posisi
nilai
perempuan, pengucilan perempuan perempuan dan laki-laki, serta
bidang-bidang tertentu tingkah laku perempuan dan laki-
dari
dan pengutamaan laki tersebut ada bermacam-macam.
(exclusion),
feminitas perempuan. Jenis atau macam ideologi itu ada
Berkaitan dengan itu, sastra yang dominan, ada pula yang tidak
memainkan peranan yang penting pada suatu tempat dan kurun waktu
dalam kaitannya dengan ideologi tertentu (Saptari & Holzner, 1997:
gender. Sastra sebagai bagian dari 211). Dibandingkan dengan ideologi
diskursif dalam matriarkhi, ideologi patriarki diakui
praktik-praktik
masyarakat seperti yang dilakukan dominan sekali pada masyarakat
oleh media massa ikut menyusun atau Asia
mengubah ideologi gender (Budianta, sedangkan pada masyarakat kapitalis
(simak
Bhasin,1996:25),
perempuan telah Inggris dan masyarakat Indonesia
Studi
membuktikan bahwa dunia simbolis dominan
termasuk dunia sastra telah menjadi familialisme, yaitu ideologi yang
salah satu wahana pembentukan, mengkonstruksi
pelembagaan, dan pelestarian ideologi berperan di rumah tangga sebagai
perempuan
gender yang dominan (simak Saptari ibu rumah tangga, istri yang baik dan
& Holzner, 1997; Budianta, 1998). ibu yang baik. Bahkan, menurut
Karya sastra (novel) sebagai salah satu Abdullah
arena dan lembaga kultural simbolis, familialisme ini sudah meluas dan
ideologi
terbukti mempunyai pengaruh besar
Selain ideologi, konsep penting melembagakan,
dalam
membentuk,
yang dibicarakan Gramsci adalah mengarahkan, dan memasyarakatkan
melestarikan,
hegemoni. Titik awal konsep Gramsci ideologi gender.
tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan
anggotanya menjalankan
2.2 Teori Hegemoni Gramsci dan
kekuasaan terhadap kelas-kelas di
Analisis Gender
bawahnya dengan dua cara, yaitu kekerasan dan persuasi (Simon, 2004:
Konsep hegemoni Gramsci yang 19-20). Cara kekerasan (represif) yang diperkenalkan ke British Cultural
dilakukan kelas atas terhadap kelas Studies pada awal tahun 1970
bawah disebut dengan tindakan menyumbangkan pandangan baru
sedangkan cara terhadap budaya populer (termasuk
dominasi,
disebut dengan di dalamnya karya sastra). Menurut
persuasinya
hegemoni. Perantara tindak dominasi Simon (2001:19) hegemoni bukanlah
ini dilakukan oleh para aparatur hubungan
negara seperti polisi, tentara, dan menggunakan kekuasaan, melainkan
dominasi
dengan
sedangkan hegemoni hubungan
hakim,
dalam bentuk dengan rnenggunakan kepemimpinan
ideologi untuk politik dan ideologis. Hegemoni
menanamkan
kelas atau lapisan adalah suatu organisasi konsensus.
menguasai
masyarakat di bawahnya. Dalam
demikian, konsep Notebooks , Gramsci memakai berbagai
yang dikembangkan istilah yang menurutnya ekuivalen
hegemoni
Gramsci berpijak pada kepemimpinan dengan ideologi, seperti kebudayaan,
yang sifatnya “intelektual dan moral”. filsafat, pandangan dunia, atau
Kepemimpinan ini terjadi karena konsepsi mengenai dunia. Demikian
adanya kesetujuan yang bersifat pula istilah ‘reformasi moral dan
sukarela dari kelas bawah atau intelektual’
masyarakat terhadap kelas atas yang membicarakan
ketika
Gramsci
memimpin. Kesetujuan kelas bawah kesadaran
transformasi
ini terjadi karena berhasilnya kelas perbaikan menuju sosialisme (Simon,
sebagai
prasyarat
atas dalam menanamkan ideologi 2004: 85). Dengan demikian, ideologi
kelompoknya. Internalisasi ideologis bukanlah dunia khayalan atau fantasi
ini dilakukan dengan membangun milik perorangan, bukan pula sesuatu
sistem dan lembaga- lembaga, seperti yang bersifat di awang-awang dan
negara, commen sense, kebudayaan, berada di luar aktivitas manusia.
pendidikan, dan Ideologi adalah suatu material yang
organisasi,
seterusnya, yang dapat ‘menyemen’ terjelma dalam aturan dan cara-cara
memperkokoh hegemoni hidup yang dilakukan oleh individu
atau
kepemimpinan, secara
tersebut.
Dua
kolektif. Ideologi selalu dominasi dan hegemoni menjadi hal memberikan berbagai aturan bagi
dalam teori hegemoni tindakan praktis perilaku manusia
penting
Gramscian.
secara kolektif sehingga menjelma
sejarah pemikiran dalam praktik-praktik sosial setiap
Dalam
manusia, analisis gender merupakan orang dalam lembaga-lembaga dan
analisis yang dianggap baru dan organisasi-organisasi di mana praktik
mendapat tanggapan positif pada sosial itu berlangsung.
akhir-akhir ini. Analisis ini turut akhir-akhir ini. Analisis ini turut
3 Hasil dan Pembahasan
sosial yang telah ada. Dalam bidang epistemologi dan riset, misalnya
3.1 Representasi Ideologi Gender
analisis kritis penganut mazhab
Frankfrut yang
Dalam novel Saman, perbedaan perhatian pada perkembangan alur
menfokuskan
secara nyata masyarakat
gender
merepresentasikan profil atau sosok dominasi epistemologi positivisme
kapitalisme
dan
dan identitas gender laki-laki dan terasa kurang mendasar tanpa
gender perempuan. disertai persoalan gender dalam
identitas
Shakuntala, Laila, Yasmin, dan Cok kritiknya.
merupakan perempuan kota yang epistemologi feminis dan riset
Bahkan,
lahirnya
secara ekonomis tidak kekurangan, feminis
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kritik mazhab Frankfurt yang
adalah
penyempurnaan
dan terpelajar. Sejak kecil, Shakuntala, disertai pertanyaan gender. Dengan
Laila, Yasmin dan Cok dilatih untuk demikian,
menerima peran gender sebagai merupakan analisis kritis yang
analisis
gender
perempuan tradisional oleh Ibu, mempertajam analisis kritis yang
Ayahnya, dan lingkungan sekitarnya. telah ada (Fakih, 1997:5).
Namun mereka tidak menerima Analisis gender (women studies,
begitu saja peran tersebut dan banyak gender studies) berkembang berkat
mempertanyakan ketidakadilan yang berkembangnya gerakan perempuan
serta melakukan atau feminisme. Akibat beragamnya
diterimanya,
pemberontakan terhadap nilai-nilai gerakan perempuan dan feminisme,
yang membelenggunya. beragam pulalah pengertian kajian
dalam Saman juga perempuan atau gender (simak
Di
ditampilkan laki-laki yang menerima Mosse, 1996, Fakih, 1997; Saptari &
peran gender tradisional seperti ayah Holzner,
Wis dan Ayah Shakuntala. Ayah Wis demikian, secara umum dapat
1997:45-50).
Meskipun
dan Ayah Shakuntala adalah laki-laki dikatakan bahwa kajian perempuan
menerima peran gender atau analisis gender mencoba
yang
sebagai kepala mengangkat
tradisionalnya
keluarga sekaligus ayah yang sangat permukaan
perempuan
ke
menjunjung tinggi tradisi. Bahkan, gender dan kesetaraan gender
sehingga
keadilan
ayah Shakuntala sangat otoriter (secara struktural dan kultural)
ideologinya pada dapat diwujudkan. Menurut Saptari
memaksakan
Shakuntala. Peran gender tradisional dan Holzner (1997:46) ada dua
dipertanyakan dan tujuan kajian perempuan atau
tersebut
diperhitungkan oleh Saman. Saman analisis
laki-laki modern yang memperoleh pemahaman tentang
dan menghargai perkembangan
menghormati
Ia hubungan asimetris atas dasar jenis
hal-hal yang kelamin, ras, dan kelas dalam suatu
mempertanyakan
menjadikan perempuan inferior dan masyarakat serta pelestariannya,
terpinggirkan.
dan (2) mencari strategi yang dapat Mak Argani, ibunya Wis, mengubah situasi tersebut ke situasi
Sudoyo, Mintoraharjo adalah profil yang mewujudkan hubungan yang
gender yang menerima peran gender lebih simetris.
tradisional. Mereka menerima apa tradisional. Mereka menerima apa
yang sudah
ada
tanpa
dosa asal. Hal ini memperhitungkan bahwa perempuan
maupun
penyebab
akar kesadaran dalam relasinya dengan gender laki-
merupakan
inferioritas perempuan dan rasa laki. Hal ini terjadi karena adanya
bersalah pada perempuan yang penetrasi kebudayaan patriarki yang
mengakibatkan kuat. Kebudayaan patriarki yang
akhirnya
ketidakadilan terhadap perempuan. maskulinitas tersebut sepenuhnya
Sebagai perempuan, Yasmin merasa dikendalikan
berdosa dan bersalah karena telah Reproduksi dan produksi nilai-nilai
oleh
laki-laki.
memperjakai Saman yang membuat kebudayaan tersebut ditentukan oleh
Saman mengingkari kaulnya sebagai laki-laki dan untuk kepentingan laki-
Prater. Yasmin mengidentikkan apa laki. Mereka terikat oleh kebudayaan
yang telah ia lakukan pada Saman patriarkis sehingga mereka pun
tindakan Hawa yang mendukung kebudayaan patriarkis
dengan
mengakibatkan Adam melanggar tersebut semakin kuat.
larangan Tuhan.
Sebaliknya Laila, Shakuntala, Tradisi keperawanan sangat Yasmin, Cok, dan Saman (Wis) adalah
diagung-agungkan dalam masyarakat profil gender yang mempertanyakan
patriarki dan telah menjadi ideologi. dan memperhitungkan peran gender
Tradisi keperawanan ini merupakan tradisional. Mereka sudah memiliki
ideologi yang memuat kepentingan kesadaran
laki-laki dan mencerminkan dominasi kebudayaan patriarki, antara lain
akan
kekurangan
laki-laki atas perempuan. Oleh karena ideologi gender yang mengotak-
kuatnya dominasi tersebut, ideologi kotakkan peran gender laki-laki dan
disosialisasikan dan perempuan dan membatasi relasi
ini
telah
diinternalisasikan dari generasi ke gender. Mereka berhasil berperan
generasi, bukan hanya oleh kaum serta dalam reformasi kebudayaan,
laki-laki tetapi juga kaum perempuan yakni
Melalui ideologi yang patriarkis ke kebudayaan androginis.
diciptakan oleh masyarakat patriarki, Novel Saman merepresentasikan
ibu Shakuntala ideologi
ayah
dan
mengsosialisasikan dan ibuisme, dan ideologi umum. Ideologi
patriarki,
familialisme,
menginternalisasikan pada patriarki
Shakuntala. Melalui nasihatnya, ibu merasionalisasikan subordinasi dan
dipakai
untuk
mengatakan bahwa diskriminasi terhadap perempuan,
Shakuntala
jangan sampai diantaranya legend of fall, yaitu kisah
keperawanannya
hilang. Apabila keperawanan itu dramatis kejatuhan manusia pertama,
sampai hilang, ia sudah tidak ada Adam dan Hawa. Kejatuhan ini
harganya lagi di mata masyarakat. disebabkan oleh pelanggaran yang
Oleh karena itu dalam bertindak ia mereka perbuat terhadap larangan
harus menjaga ‘porselen cina’ itu agar Tuhan. Pelanggaran ini pertama kali
tidak ‘retak’ dan dibuang ke tempat dilakukan oleh Hawa yang tergoda
sampah. Hal ini amat berbeda dengan iblis
perlakuan yang diberikan kepada “pengetahuan yang baik dan buruk”.
untuk memetik
buah
anak laki-laki yang ibarat ‘gading Kisah
yang tiada retak’. Selain itu menurut diinternalisasikan dalam masyarakat
ini disosialisasikan
dan
ayah dan ibunya (sosok patriarki) dari generasi ke generasi sehingga
menyatakan bahwa perempuan harus menyatakan bahwa perempuan harus
di rumah tangga sebagai ibu rumah satu, yaitu laki-laki. Keperawanan
tangga, istri yang baik, dan ibu yang merupakan persembahan perempuan
baik. Sebagai seorang perempuan, kepada suami yang telah disahkan
Laila berusaha mencari seorang laki- oleh lembaga perkawinan.
laki yang pantas untuk membangun Ideologi patriarki dalam wujud
keluarga dan membahagiakan orang tradisi
tua karena keduanya adalah ibadah ditentang dan ditolak Shakuntala.
keperawanan
tersebut
mendatangkan pahala. Ketika ibunya memberikan nasehat
yang
Shakuntala yang selama ini tak peduli tentang ‘kodrat’ seorang gadis harus
pada pernikahan atau neraka, dan menjaga
menganggap perkawinan sebagai Shakuntala tidak menurutinya sebab
keperawanannya,
persundalan yang ‘hipokrit’ atau bagi Shakuntala, ibunya hanya
persundalan yang munafik pun kepanjangan tangan dari ayahnya.
beranggapan bahwa berkeluarga Melalui
merupakan sesuatu yang indah meresistensi konsep keperawanan
Shakuntala,
pengarang
karena mendatangkan pahala dan tinggi-tinggi
membahagiakan orang tua. Ia pun memperlakukannya sebagai sesuatu
dengan
menginginkannya. yang biasa saja atau tidak ada artinya
familialisme yang sama sekali. Shakuntala merenggut
Ideologi
direpresentasikan dalam novel Saman keperawanannya
mengkonstruksi perempuan berperan menyerahkannya atas pilihan sendiri
sendiri
atau
di rumah tangga sebagai ibu rumah dengan keyakinan bahwa ia adalah
tangga, istri yang baik dan ibu yang manusia mandiri yang mampu
baik, yakni dengan penekanan mengambil keputusan yang terbaik
“kodrat” dan fungsi reproduksi bagi dirinya tanpa diembel-embeli
perempuan. Sebagai istri yang baik keharusan untuk menjadi perempuan
harus dapat baik-baik sesuai dengan norma yang
perempuan
mendampingi suami untuk mencapai berlaku di masyarakat.
cita-cita hidup. Ia harus pandai Ideologi
menjaga diri, baik dalam sikap direpresentasikan
patriarki
yang
Saman maupun bertingkah laki sehingga menekankan kekuasaan bapak/suami
dalam
akan selalu disayang suami. Oleh (kaum
karena itu, peran perempuan sebagai mendominasi, mensubordinasi dan
ibu atau istri sangat dominan. Hal ini mendiskriminasi kaum perempuan,
tidak hanya didefinisikan oleh laki- yakni dominasi orangtua terhadap
laki tapi juga oleh perempuan. anak, dominasi suami atas istri,
Dalam Saman, ideologi ibuisme pengagungan tradisi keperawanan,
direpresentasikan melalui sikap Orde inferioritas perempuan, perbedaan
Baru terhadap perempuan dengan stereotip laki-laki dan perempuan,
struktur organisasi dalam ABRI. Hal dan penekanan fungsi reproduksi
menjelaskan bahwa peran perempuan.
ini
adalah sebagai hubungan laki-laki dan perempuan
suami, kemudian adalah subordinat, yang dalam
pendamping
sebagai ibu, yang terakhir berkiprah beberapa hal ditentukan laki-laki.
di ruang publik dengan catatan Ideologi
sebagai pencari nafkah tambahan. kekeluargaan adalah ideologi yang
ibuisme mendukung ibuisme mendukung
perempuan. Berbeda dengan stereotip perempuan demi keluarga, kelompok,
perempuan pada masyarakat lain kelas, perusahaan, atau negara tanpa
pelabelan atau mengharapkan kekuasaan sebagai
yang
memberi
mengharuskan perempuan halus dan imbalannya. Karena itu, ideologi
lemah, stereotip perempuan dalam ibuisme ini sudah menjadi bagian dari
novel ini digambarkan sebaliknya, realitas budaya masyarakat sekaligus
perempuan Bali harus kuat. juga budaya resmi negara.
Dalam novel ini perempuan Ideologi umum menekankan
direpresentasikan sebagai nilai
juga
makhluk pembawa sial, terutama jika pengucilan perempuan dari bidang-
pemingitan
perempuan,
berkaitan dengan persoalan kasta. bidang tertentu, dan pengutamaan
Dalam masyarakat Bali, persoalan feminitas perempuan. Dalam hal ini
kelas akan terus jadi persoalan sebab terlihat penekanan dan pengucilan
perempuan atau laki-laki dari kasta perempuan
brahmana harus menikah dengan tertentu, yakni dengan pembagian
dari
bidang-bidang
brahmana lagi, dan perempuan atau kerja secara seksual sehingga sektor
laki-laki dari kasta sudra harus publik merupakan dunia laki-laki dan
menikah dengan sudra lagi. Ketika sektor domestik merupakan dunia
terjadi kasta sudra menikah dengan perempuan.
kasta brahmana atau sebaliknya, Dalam novel Tarian Bumi karya
maka si perempuan akan dianggap Oka Rusmini perbedaan gender
membawa kesialan. (stereotip) laki-laki mengarah pada
Novel Tarian Bumi karya Oka stereotip yang bersifat fisik (tubuh),
merepresentasikan yakni stereotipnya sebagai makhluk
Rusmini
dominannya ideologi patriarki yang gagah dan jantan. Tokoh laki-laki juga
terdapat dalam masyarakat dan digambarkan sebagai makhluk yang
budaya Bali. Ideologi patriarki diberi banyak kebebasan dalam segala
diejawantahkan melalui hal, atau memiliki previlese sosial.
tersebut
peran gender dan perbedaan gender, Berbeda dengan representasi laki-laki
kemudian melahirkan di atas, perempuan direpresentasikan
yang
gender. Dalam memiliki
ketidakadilan
representasi tersebut, tampak bahwa label/standar/norma dalam sifat dan
sejumlah
masalah gender yang dihadapi kaum perilaku mereka. Perempuan dalam
perempuan Bali tidak hanya terkait novel ini digambarkan dengan
dengan persoalan budaya patriarki, sejumlah keharusan berupa kehati-
tetapi juga persoalan kasta. Hal ini hatian
menyebabkan persoalan gender yang tanduknya. Mereka harus selalu sadar
dalam menjaga
tindak-
dihadapi kaum perempuan Bali akan kesopanan dan tatakrama,
menjadi lebih rumit dan kompleks. terlebih
perempuan dari kasta Ideologi gender yang terlihat melalui brahmana.
peran gender tersebut menunjukkan Selain itu novel ini pun
bahwa peran gender perempuan Bali merepresentasikan tuntutan terhadap
gender ganda, perempuan sebagai makhluk yang
adalah
peran
laki-lakinya tidak harus memperhatikan kecantikan
sedangkan
berperan apa-apa. Mereka hanya fisiknya. Demi mencapai kecantikan
ongkang-ongkang menikmati segala fisik itu, perempuan rela melakukan ongkang-ongkang menikmati segala fisik itu, perempuan rela melakukan
Papua yang digambarkan dalam Ideologi
novel ini adalah menjadi pengantin, diejawantahkan melalui perbedaan
patriarki
yang
sedangkan laki-laki digambarkan gender
cita-cita yang tinggi. menunjukkan bahwa (1) perempuan
Stereotip gender tersebut muncul dari harus selalu menjaga tata krama dan
pembedaan perempuan dan laki-laki memelihara
ditanamkan sejak dini. perempuan tak lepas dari mitos
Perempuan digambarkan sebagai kecantikan;
lemah yang harus distereotipkan
dilindungi, sedangkan laki-laki hanya kesialan (pembawa sial); dan (4)
sebagai
sumber
boleh membawa senjata, sebab tugas berbeda dengan masyarakat lainnya,
mereka berburu dan melindungi. Hal yang cenderung memberi tuntutan
itu menunjukkan adanya ideologi agar perempuan bersifat halus dan
patriarki yang memandang bahwa melabeli perempuan sebagai kaum
perempuan adalah makhluk kelas lemah, perempuan dalam masyarakat
dua, sedangkan laki-laki adalah Bali justru dituntut menjadi makhluk
makhluk yang superior. yang kuat.
Ideologi gender yang dominan Dalam novel Tanah Tabu ,
dalam novel Tanah Tabu adalah masyarakat
ideologi patriarki dan umum. Ideologi menstereotipkan dan mengharuskan
cenderung
patriarki direpresentasikan melalui perempuan
laki-laki daripada mengabdi,
menjadi istri
yang
pengutamaan
anak laki-laki pendiam, pemaaf dan sikap lain yang
lebih diinginkan akan bertambah sesuai kebutuhan.
digambarkan
daripada anak perempuan. Ayah Oleh karena itu, jika perempuan ingin
Leksi hanya mengakui Lukas, anak disayang suami, ia harus memiliki
laki-lakinya. Demikian pula orangtua sifat-sifat
Yosi pun lebih menginginkan anak perempuan diharuskan memendam
laki-laki karena anak laki-laki dapat perasaannya, sedangkan laki-laki
membantu menaikkan perekonomian digambarkan
mereka. Selain gambaran tersebut, pemberani dan makhluk alam sejati
sebagai
seorang
novel Tanah Tabu juga kental sekali yang tak pernah gentar di medan
penggambaran laki-laki sebagai sosok perang dan berburu di hutan liar. Hal
pahlawan karena laki-laki rela mati itu merupakan penggambaran yang
demi membela kehormatan suku dan mengandung
novel Tanah Tabu jika dapat menikah dengan laki-laki
perempuan itu dianggap beruntung
Dalam
digambarkan pula bahwa perempuan yang
suku Dani yang sudah menikah, kekayaannya melebihi perempuan
status sosialnya
atau
tugas sebagai istri, tersebut.
memiliki
mengurus rumah, kebun, dan lain- Stereotip tersebut menunjukkan
adalah “takdir bahwa perempuan tidak memiliki
perempuan suku Dani. Kata “takdir” pilihan lain selain menerima apa yang
dalam konteks kalimat di atas, telah diberikan bagi mereka. Hal ini
bahwa budaya juga terlihat dari keadaan perempuan
menunjukkan
suku Dani turut yang tidak memiliki cita-cita yang
masyarakat
mendukung ideologi patriarki yang mendukung ideologi patriarki yang
mengkotak-kotakkan
tugas
digambarkan sangat dekat dengan Pola-pola budaya masyarakat suku
karena budayanya Dani dapat dilihat dari perilaku,
kekerasan
membangun image bahwa laki-laki artefak, dan alam yang dimodifikasi.
harus demikian. Bahkan, ada kriteria Perempuan
khusus bagi pemimpin masyarakat hanya untuk keluarga, suami, kebun,
digambarkan
hidup
suku Dani di antaranya memiliki dan
berani, pandai digambarkan hidup untuk menjadi
babi, sedangkan
berperang dan berburu. “pahlawan”, sebagai orang yang
Penomorsatuan laki-laki menjaga perempuan dengan kekuatan
daripada perempuan, tampak pula yang
dalam bidang pendidikan. Dalam berdasarkan
mengenyam pendidikan, laki-laki lah dihasilkannya, terlihat bahwa dalam
artefak
yang
yang harus didahulukan. Hal ini budaya masyarakat Dani, para
terjadi karena masyarakat dalam perempuan harus mahir membuat
menganggap bahwa noken yang digunakan juga sebagai
novel
ini
perempuan tidak perlu sekolah simbol kesuburan pertanian dan
tinggi-tinggi, karena nantinya akan kesuburan
kembali ke dapur, sumur, dan kasur. perempuan. Jika perempuan tersebut
kandungan
seorang
Perempuan cukuplah di rumah saja, dapat membuat noken yang bagus,
untuk membantu ibu menjaga adik- sudah tentu akan melahirkan anak-
adik. Thayf menggunakan tokoh anak yang sehat. Seorang perempuan
untuk menyuarakan yang tidak tahu membuat noken
Mabel
pendidikan.Dengan dianggap belum dewasa, mandiri,
pentingnya
pendidikanlah, sistem patriarki yang mampu bekerja, dan layak untuk
menganggap perempuan sebagai menikah.
makhluk kelas dua dapat diubah. perempuan, laki-laki dalam novel ini
Berbeda
dengan
umum yang tidak digambarkan harus membuat
Ideologi
mengutamakanpemingitan artefak tertentu untuk menunjukkan
perempuan juga digambarkan dalam kredibilitas dirinya sebagai laki-laki
novel ini. Dalam novel tersebut, tokoh suku Dani. Budaya seperti inilah yang
Mabel digunakan pengarang untuk menjadi faktor pendukung ideologi
menyuarakan kritik terhadap ideologi patriarki tumbuh subur.
umum yang dianut masyarakatnya. Dalam
Berbagai jenis ideologi gender masyarakat suku Dani, laki-laki
sistem
kepercayaan
direpresentasikan oleh memegang peranan yang sangat
yang
pengarang dalam ketiga novel diatas penting. Masyarakat suku Dani
adalah ideologi patriarki, ideologi menghormati roh nenek moyang yang
familialisme, ideologi ibuisme dan dipusatkan pada diselenggarakannya
ideologi umum. Representasi ideologi upacara-upacara adat dan pesta babi.
gender tersebut menyiratkan adanya Konsep kepercayaan yang terpenting
gender dalam adalah atou, yaitu kekuatan sakti para
ketimpangan
yang menyebabkan nenek moyang yang diturunkan
masyarakat
tersubordinasinya perempuan dalam secara patrilineal (diturunkan kepada
relasinya dengan laki-laki. Ideologi anak laki-laki). Dalam novel ini
gender tersebut diterima tanpa harus digambarkan
dipertanyakan dan diperhitungkan diposisikan sebagai seseorang yang
bahwa
laki-laki
(taken for granted) oleh masyarakat (taken for granted) oleh masyarakat
laki-laki. Dalam hubungan ini, terjadi karena adanya penetrasi
ditempatkan sebagai kebudayaan patriarki yang kuat.
perempuan
makhluk kelas dua (the secondsex), Kebudayaan
tersubordinasi, dan maskulinitas tersebut sepenuhnya
terpinggirkan. Ideologi patriarki dikendalikan
direpresentasikan dalam Reproduksi dan produksi nilai-nilai
pengagungan tradisi kebudayaan
bentuk
keperawanan ini sejalan dengan tersebut ditentukan oleh laki-laki dan
(ideologi
gender)
penelitian Hellwig (1987) yang untuk
menyatakan bahwa keperawanan Masyarakat (laki-laki dan perempuan)
kepentingan
laki-laki.
perempuan merupakan hal yang terikat
paling utama. Pemaknaan akan patriarkissehingga tidak menyadari
oleh
kebudayaan
keperawanan kekurangan-kekurangan
pentingnya
perempuan antara lain didasarkan patriarki
budaya
pada kesucian lembaga perkawinan. mendukung kebudayaan patriarkis
tersebut.Mereka
pun
Hanya melalui dan dalam institusi tersebut dengan semakin kuat.
ini sajalah, hubungan seksual antara Ideologi
perempuan dan laki-laki boleh direpresentasikan
patriarki
dilakukan. Ironisnya, pembatasan dominasi orang tua atas anak,
dalam
bentuk
ini hanya diberlakukan secara ketat dominasi suami atas istri, dominasi
perempuan. Dengan sosok
terhadap
ideologi patriarki perempuan
moralitas seksual kepanjangan tangan sosok patriarki)
standar ganda. atas perempuan, pengagungan tradisi
mengandung
pembatasan-pembatasan keperawanan menekankan kekuasaan
Artinya,
yang ada hanya ditujukan terhadap bapak
perempuan, tetapi pada saat hal itu mendominasi,
mensubordinasikan diberlakukan terhadap laki-laki, dan
kelonggaran untuk menerjemahkan perempuan. Hal ini sejalan dengan
mendiskriminasikan
kaum
batasan tersebut diberikan secara pendapat
leluasa dan tidak mengikat. Hal itu menyatakan bahwa ideologi patriarki
Mananzan
(1996)yang
mengimplikasikan betapa ini merupakan sebuah sistem sosial
dominannya ideologi patriarki. yang mendukung dan membiarkan
familialisme predominasi laki-laki, menimbulkan
Ideologi
mengonstruksi perempuan berperan pemusatan kekuasaan dan privelesedi
di rumah tangga (ruang domestik tangan
atau sektor domestik) sebagai ibu mengakibatkan
rumah tangga, istri yang baik dan subordinasi
kontrol
dan
ibu yang baik. Oleh karena itu, menciptakan
perempuan,
serta
tujuan utama hidup perempuan ketidakadilan gender. Sistem ini
ketimpangan
atau
semata-mata untuk mempersiapkan menempatkan hubungan laki-laki dan
diri menjadi istri yang baik, dan ibu perempuan bersifat hierarkis, yaitu
Abdullah (1997) suatu posisi dan peran di mana laki-
yang
baik.
peran perempuan laki lebih dominan, dan lebih
menyatakan
sebagai istri atau ibu sangat menentukan.Sementara
dominan, hal ini tidak saja perempuan adalah subordinatyang
itu,
didefinisikan oleh laki-laki, tetapi didefinisikan oleh laki-laki, tetapi
perempuan di Indonesia. dalam berbagai bentuk diskursus
yang
direproduksi
umumdigambarkan telah menjadi kekuatan penting
Ideologi
bentuk pengucilan dalam menyadarkan peran domestik
dalam
perempuan (exclusion) dari bidang perempuan.
pekerjaan tertentu dan pengutamaan ldeologi ibuisme juga turut
feminitas perempuan. Hal itu menempatkan
perempuan pada disebabkan oleh dikotomi laki-laki sektor domestik. Gagasan tentang
dan perempuan yang hierarkis peran dan status perempuan ideal
sehingga mengakibatkan pembagian disimbolkan melalui konsep `ibu'.
kerja secara seksual. Pembagian Menjadi `ibu' merupakan simbol
seksual ini perempuan sempurna. Perempuan
kerja
secara
menempatkan laki-laki di sektor diharapkan turut berperan aktif
publik, sedangkan perempuan di dalam pembangunan. Tindakan
sektor domestik. Pekerjaan tertentu perempuan ini dilakukan demi
yang berkaitan dengan sektor publik keluarga,
dianggap hanya layak dilakukan perusahaan, atau negara tanpa
kelompok,
kelas,
oleh laki-laki, sementara pekerjaan mengharapkan
tertentu yang berkaitan dengan prestisesebagai imbalan. Menurut
kekuasaan
atau
domestik hanya layak Mies dan Djajadiningrat (dalam
sektor
dilakukan oleh perempuan. Hal ini Suryakusuma, 1991:73), selama Orde
kenyataan bahwa Baru, ideologi ibuisme negara
memperkuat
tempat yang ideal bagi perempuan dominan
adalah di sektor domestik. Ideologi ibuisme ini sudah menjadi
penelitian ini bagian
Hasil
mendukung pernyataan Saptari dan masyarakat sekaligus juga budaya
dari realitas
budaya
(1997:221-222) yang resmi
Holzner
menyatakan bahwa karya sastra perkembangannya interaksi antara
negara.
Pada
(novel) sebagai salah satu arena dan ide
lembaga kultural simbolis, terbukti berlangsung
lokal dan
global
terus
mempunyai pengaruh besar dalam internasional terhadap status dan
ketika
kepedulian
melembagakan, peran
membentuk,
mengarahkan, mewarnai perkembangan gagasan
memasyarakatkan, dan atau perempuan "ideal" dan relasi gender
mengoperasikan ideologi gender. di Indonesia. Kebijakan "Peran
Hal itu menunjukkan dominannya Ganda Wanita" yang kemudian
ideologi gender yang berlaku dalam menjadi "kemitrasejajaran" adalah
saat karya sastra konsekuensi logis dari kesediaan
masyarakat
tersebut dilahirkan. Dengan kata Orde
lain, novel Saman, Tarian Bumi, dan Konvensi
Baru untuk
menerima
Tabu menjadi cermin "Penghapusan
berlakunya ideologi gender pada Diskriminasi terhadap Perempuan"
Segala
Bentuk
saat karya tersebut diciptakan. Hal (Conv , ention on the Elimination of all
ini sejalan dengan pendapat Teeuw forms Discrimination Against Women)
(1983:11) yang menyatakan bahwa yang diratifikasi pada tahun 1984,
karya sastra tidak ditulis dalam Hal
budaya. Di sini, diskursus perempuan di tingkat
ini menunjukkan
bahwa
kekosongan
pengarang tidak terlepas dari latar pengarang tidak terlepas dari latar
memperhitungkan peran gender pengarangnya, karya tersebut tidak
tradisional. Masyarakat (laki-laki lahir dari kekosongan sosial. Hasil
dan perempuan) yang menerima penelitian ini mendukung penelitian
dan menghayati peran gender Hellwig (1994) yang menyimpulkan
menyadari akan bahwa terdapat hubungan antara
modern,
kekurangan kebudayaan patriarki, ideologi dalam novel dan realitas
antara lain ideologi gender yang sosial. Dengan demikian, novel
mengkotak-kotakkan peran gender Indonesia era reformasi sebagai hasil
perempuan dan kegiatan budaya yang intelektual
laki-laki
dan
membatasi relasi gender. Misalnya sifatnya, akan bersungguh-sungguh
dalam novel Saman, Shakuntala, terhadap
Laila, Yasmin, Cok, dan Saman merupakan
kehidupan
karena
dengan kritis mempertanyakan dan perenungan atas realitas budaya
penghayatan
dan
memperhitungkan ideologi gender masyarakat pada zamannya.
menyebabkan Hasil
yang
tersubordinasinya perempuan menunjukkan ideologi gender para
penelitian
ini
dalam relasinya dengan laki-laki. pengarang novel Indonesia era
Demikian juga Mabel dalam Tanah reformasi yakni Ayu Utami, Oka
Tabu selalu memberontak dan Rusmini, dan Anindyta S. Tayf
mempertanyakan norma-norma sebagai feminis. Hal ini sejalan
gender) yang harus dengan penelitian Anwar (2009)
(ideologi
ditaatinya. Dalam hal ini, Ayu bahwa novel Indonesia yang dikaji
Utami dan Anindyta S. Tayf sebagai merefleksikan
pengarang berusaha mereformasi feminisme yang menarik karena
suatu
macam
patriarkis yang gugatannya terhadap perkawinan
kebudayaan
ketidakadilan yang dianggap sebagai institusi
mengakibatkan
gender. Dengan demikian, selain yang mengesahkan ideologi gender
merepresentasikan ideologi gender yang berpihak pada laki-laki. Seperti
yang dominan, pengarang juga kajian sebelumnya, novel Indonesia
melakukan resistensi atau counter- era reformasi juga merefleksikan
hegemoni terhadap ideologi gender semangat feminis para pengarang
yang dominan untuk mewujudkan yang
keadilan dan kesetaraan gender. ideologi gender yang cenderung
menggugat
keberadaan
sejalan dengan mengedepankan superioritas laki-
Temuan
ini
pernyataan Budianta (1998) bahwa laki dan menekankan inferioritas
sastra sebagai bagian dari "praktik- perempuan.
praktik diskursif' dalam masyarakat perempuan
seperti yang dilakukan oleh media adalah sosok perempuan yang
ciptaan
pengarang
menyusun atau merdeka
massa
ikut
mengubah ideologi gender. menentukan pilihannya sendiri. Selain
(otonom),
bebas
3.2 Hegemoni Ideologi Gender ideologi
familialisme, ideologi ibuisme dan Reformasi merupakan upaya ideologi umum, pengarang juga
sistem, aktor, meresistensi keberadaan ideologi
memperbaharui
ideologi, struktur, dan mekanisme gender
tersebut.
Pengarang
politik dalam kekuasaan. Melalui politik dalam kekuasaan. Melalui
upaya tersebut
diharapkan
ini, karakter Saman digambarkan tidak lagi hidup di “kamar gelap”
“intelektual organik”. epistemologi politik dan demokrasi
sebagai
Intelektual organik, menurut Gramsci yang selalu dipermainkan oleh aktor
adalah intelektual yang memiliki politik tunggal (Jurdi, 2008:20). Era
kesadaran politik kritis terhadap reformasi memiliki beberapa produk
hegemoni dominan yang tidak adil. di antaranya adalah di bidang sosial,
Konteks novel tersebut memposisikan politik, budaya, dan ekonomi. Produk
Ayu Utami sebagai intelektual era reformasi dalam bidang sosial
organik, yaitu masyarakat Indonesia mengakibatkan
lebih terbukanya yang memiliki “kesadaran” terhadap akses dalam hubungan internasional.
adanya hegemoni dominan yang Hal ini mengakibatkan adanya
tidak adil. Ketidakadilan pada interaksi nilai lokal dan nilai dari luar
perempuan dipaparkan Ayu Utami yang berpengaruh terhadap sudut
melalui narasi tentang karakter pandang masyarakat. Perubahan ini
Shakuntala, Laila, Cok, dan Yasmin. kemudian
Melalui karakter-karakter tersebut, sudut pandang perempuan terhadap
membawa
perubahan
mempertanyakan pergaulan.
Ayu
Utami
yang tabu dan pengaruh asing tersebut, masyarakat
Dengan
masuknya
berbagai hal
seksualitas Indonesia
kembali konsep-konsep yang selama Dalam era reformasi, seperti ini dipegangnya, dapat lebih bebas
telah disebutkan di atas, hak untuk mengeluarkan aspirasinya. Dalam
menyuarakan aspirasi semakin besar. sastra, bisa dilihat dari karya Ayu
Ayu Utami dianggap sebagai penulis Utami, Saman. Dalam karya tersebut,
yang menciptakan kanon sastra Ayu Utami dapat dengan leluasa
karena ia menawarkan warna baru mengemukakan hal-hal yang awalnya
pada kesusastraan Indonesia, yaitu dianggap tabu untuk dibicarakan
keberaniannya menjadi layak diperbincangkan. Hal
dalam
hal-hal yang ini juga berkaitan erat dengan
mengungkapkan
dianggap tabu tersebut. Novel ini dicabutnya SIUPP untuk penerbitan
laku keras di pasaran. Tema media massa, dan dibubarkannya
seksualitas yang diusung Ayu Utami Departemen Penerangan (termasuk
dalam novel Saman ini, dapat pula badan sensor di dalamnya).
dilihat sebagai wacana pembebasan. Novel yang berseting era Orde
Pembebasan di sini, maksudnya Baru
pembebasan dari hal tabu dan sensor. pemerintah yang represif, yaitu untuk
tersebut
menggambarkan
Foucault, seksualitas mempertahankan
Menurut
dikonstruksi secara sosial dan sangat “penguasa”
kekuasaannya,
berhubungan erat dengan kekuasaan. kekerasan misalnya dengan cara
melakukan
tindak
Dalam pandangannya, seksualitas membungkam para aktivis. Saman,
adalah produk historis suatu sistem digambarkan sebagai pastor yang
pengawasan, kontrol, dan ekspresi kemudian tergugah hatinya untuk
dari yang membangun suasana sosial. membantu masyarakat yang tertindas
represi, yakni oleh negara melalui aparat militernya.
Segala
unsur
pelarangan, penolakan, penyensoran, Saman akhirnya menanggalkan jubah
dan penyangkalan, merupakan mesin kepastorannya itu, dan menjadi dan penyangkalan, merupakan mesin kepastorannya itu, dan menjadi
terlibat dengan Menurut
yang
pernah
organisasi terlarang semasa Orde bukunya Seks dan Kekuasaan (2000:
Foucault
dalam
Baru tersebut akan mengalami 102-103) ada beberapa ciri kekuasaan
kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. dalam mengkonstruksi seksualitas, di
Ia akan kesulitan mencari pekerjaan, antaranya
selain itu anggapan buruk masyarakat hubungan negatif dalam bentuk
akan menjadi siksaan yang juga penyingkiran, pengabaian, penolakan,
menyakitkan. Hal ini tergambar dari penghambatan, atau penyelubungan
karakter Luh Sekar yang lahir sebagai dan penyamaran; (2) adanya aturan
kelas sudra yang yang mengatur hukum seks, misalnya
perempuan
mengalami himpitan sosial dan dengan adanya undang-undang, dan
kemiskinan akibat ayah Luh Sekar sebagainya; (3) siklus larangan yang
terlibat PKI.
tujuannya agar seks menyangkal Permasalahan perempuan yang dirinya sendiri; (4) logika sensor,
menjadi korban dari ideologi patriarki larangan ini memiliki tiga bentuk,
dan budaya Bali tergambar jelas yaitu bahwa “itu” tidak boleh,
dalam novel ini. Melalui paparannya, menghalangi “itu” untuk dikatakan,
Oka Rusmini menyampaikan bahwa dan menyangkal kalau “itu” ada; dan
telah terjadi ketidakadilan gender (5) kesatuan perangkat, maksudnya
yang diakibatkan oleh sistem tersebut. kekuasaan atas seks diterapkan secara
Perempuan Bali digambarkan sebagai merata di segala tataran. Ciri
perempuan yang harus bekerja keras, kekuasaan
sementara laki-laki hanya ongkang- seksualitasdalam novel Saman, dapat
mengkonstruksi
ongkang saja. Dalam budaya Bali, dilihat melalui karakter Shakuntala.
harus memberikan Shakuntala diharuskan melakukan
perempuan
hidupnya untuk kenyamanan laki- penyingkiran
laki. Perempuanlah yang bekerja seksualnya dengan aturan adat Jawa
terhadap
hasrat
mencari nafkah, mengurus rumah yang menyebutkan “hanya lelaki
tangga, dan mengurus anak. Adapun yang
laki-laki, diberi kenyamanan yang perempuan”. Pada kutipan tersebut
boleh
menghampiri
luar biasa oleh pelayanan yang ditunjukkan bahwa adanya kesatuan
diberikan perempuan. perangkat,
Hal tersebut mencerminkan terhadap seks tersebut diterapkan
bahwa
pengaturan
budaya Bali yang menganggap laki- secara merata. Kakak perempuan dan
laki adalah makhluk kelas satu. Ayah
Menurut Atmaja (2008:2), anak laki- Shakuntala sundal. Selain itu, juga
Shakuntala
menganggap
laki dalam keluarga Bali dianggap ditunjukan adanya hukum yang
pokok dan utama menyusul nilai mengatur
rendah yang diberikan terhadap bagaimana “itu” tidak boleh, dan lain
seksualitas,
yaitu
lebih khusus lagi sebagainya.
keluarga,