2. MATERI PESANTREN RAMADHAN 2015-2016

  

MATERI PESANTREN RAMADHAN

SMP NEGERI 215 JAKARTA

Tahun Pelajaran 2015 - 2016

  

{

PENGETIAN AL-QUR’AN

  

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab

yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata

Al-Qur'an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a

yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai

pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18

yang artinya:

  "Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya". (Al-Qiyāmah 75:17-18)

  Nama-nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan

nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.

  

Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

Al-Kitab (Buku)  Al-Furqan (Pembeda benar salah)  Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)

   Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)

   Al-Hukm (Peraturan/hukum)  Al-Hikmah (Kebijaksanaan)  Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)

   Al-Huda (Petunjuk)

   At-Tanzil (Yang diturunkan)  Ar-Rahmat (Karunia)  Ar-Ruh (Ruh)

   Al-Bayan (Penerang)

   Al-Kalam (Ucapan/firman)  Al-Busyra (Kabar gembira) 

  Al-Basha'ir (Pedoman)  Al-Balagh (Penyampaian/kabar)

   Al-Qaul (Perkataan/ucapan)

  

Keutamaan membaca Al Quran Menurut Beberapa Ayat Suci Al

Quran dan Hadits Shahih :

  1. Firman Allah Swt: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al- Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)

  2. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16).

  3. Firman Allah Swt: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. ” (Yunus: 57).

  4. Sabda Rasulullah Saw: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa ‘at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).

  5. Dari An-Nawwas bin Sam’an ra. katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Didatangkan pada hari Kiamat Al- Qur’an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini.” (HR, Muslim).

  6. Dari Utsman bin Affan ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)

  7. Dari Ibnu Mas’ud ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).

  8. Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash ra, bahwa Nabi Saw bersabda: “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an: “Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits hasan shahih).

  

9. Dari Aisyah ra, katanya: Nabi Saw bersabda: “Orang yang

membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat

yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran

dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.”

(Hadits Muttafaq ‘Alaih). Dua pahala, yakni pahala membaca dan

pahala susah payahnya.

  

10. Dari Ibnu Umar ra, Nabi Saw bersabda: “Tidak boleh hasad (iri)

kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al- Qur’an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang”. (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).

  

11. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2

ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

  

12. Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan

kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)

  

13. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an bertemu

pembacanya pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat. Dia (Al-Qur’a) bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al-Qur’an berkata, “Aku adalah temanmu, Al- Qur’an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik orang itu Al- Qur’an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan Al-Qur’an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, “Karena apa kami engkau kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan Al-Qur’an. Kemudian dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang

  dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).

  

14. Dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda, “Bacalah Al-

Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).

  

15. Dari An Nawas bin Sam’an, Rasulullah Saw bersabda, ”Pada hari

kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim).

  

16. Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah Saw bersabda, ” Barang siapa

yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali.

  Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

  

17. Dari Aisyah ra, Raslullah Saw bersabda, ”Orang yang mahir

dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhari, Muslim)

  

18. Dari Al Barra bin Azib ra, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi

sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada Nabi Saw, maka bersabda nabi Saw, ”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah

turun untuk bacaan Al-Qur’an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).

  

Setelah kita mengetahui betapa banyak keutamaan membaca Al

Quran, maka mulai hari ini, mari kita perbanyak membaca Al Quran.

Dan bila ada dari kita yang mungkin masih belum lancar membaca Al

Quran , jangan patah semangat, lihatlah hadits No.9, teruslah

membacanya, karena Al Quran yang yang kita baca, akan menemui

kita dihari kiamat kelak, lihatlah sabda Rasulullah Saw, pada hadits No.

13 diatas. Selain itu Al Quran yang kita baca, akan memberikan

syafaat untuk kita (hadits No. 4).

  

S@msu’ 19 Juni 2015

MATERI PESANTREN RAMADHAN

SMP NEGERI 215 JAKARTA

  

Tahun Pelajaran 2015 - 2016

Hikmah puasa

zakat infaq dan shadaqah

  

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil

dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar,

menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian

karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau

cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu

yang kering.

  

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat

Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok,

dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya.

Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk

‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati,

sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’

yang ada dalam diri kita.

  

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai

dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para

ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

  

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah

Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain

itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan

pada bulan yang sama.

  

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya

Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa

selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama

bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

  

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada

  

Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al-

Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah

menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan.

Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-

lebar.

  

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah

menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa

api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata

mengharap ridha-Nya. Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/

berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan

dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga,

termasuk para fakir miskin

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat

Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan

beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik

sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

  

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih

seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan

tahan ujian.

  

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah

melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.

  

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang

kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan

Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas,

keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan

harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan

individual serta sosial.

10 HIKMAH MELAKSANAKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

  

Ibadah puasa Ramadhan memiliki banyak keutamaan, dan diantara

keutamaan tersebut sebagian besar manfaat/hikmahnya merupakan

untuk diri kita sendiri.

  1. Melatih Disiplin Waktu — Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki

  

2. Keseimbangan dalam Hidup — Pada hakikatnya kita adalah

hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain- lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.

  

3. Mempererat Silaturahmi — Dalam Islam ada persaudaraan

sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.

  

4. Lebih Perduli Pada Sesama — Dalam Islam ada persaudaraan

sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.

  

5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan — Tujuan puasa adalah

melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa- apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.

  

6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah — Setiap langkah kaki

menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

  

7. Berhati-hati Dalam Berbuat — Puasa Ramadhan akan

sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

  

8. Berlatih Lebih Tabah — Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita

dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah- marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.

  

9. Melatih Hidup Sederhana — Ketika waktu berbuka puasa tiba,

saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja.

  

10. Melatih Untuk Bersyukur — Dengan memakan hanya ada saat

berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT.

  

HIKMAH ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH Makna Zakat

Secara Bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah

(HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau

mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Seorang yang membayar zakat

karena keimanannya nicaya akan memperoleh kebaikan yang

banyak. Allah SWT berfirman : “Pungutlah zakat dari sebagian

kekayaan mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”. (QS : At-Taubah : 103).

Sedangkan menurut terminologi syari’ah (istilah syara’), zakat berarti

kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.

Sementara pengertian infaq adalah mengeluarkan harta yang

mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang

sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll. Infak

sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin sesama muslim,

infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll. Terkait dengan infak ini

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari

dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan

sore : “Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan

berkata yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran”.

Adapun Shadaqoh dapat bermakna infak, zakat dan kabaikan non

materi. Dalam hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada

orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang

banyak bershadaqoh dengan hartanya, beliau bersabda : “Setiap

tasbih adalah shadaqoh, setiap takbir shadaqoh, setiap tahmid

shadaqoh, setiap tahlil shadaqoh, amar ma’ruf shadaqoh, nahi shadaqoh”. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran ( shiddiq ) iman seseorang. Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.

HIKMAH ZAKAT

  

1. Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan

dhu’afa.

  

2. Pilar amal jama’i antara aghniya dengan para mujahid dan

da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

  3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk

  

4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang

jahat.

  

5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan

  6. Untuk pengembangan potensi ummat

  7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam

  

8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang

berguna bagi ummat.

  Selain itu juga, zakat merupakan ibadah yang memiliki nilai dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan Allah SWT maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, antara lain

  

9. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum

dhuafa yang lemah papa dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT

  

10. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari

diri orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah.

  Sedang ia sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

  

11. Menjadi unsur penting dalam mewujudakan keseimbanagn

dalam distribusi harta (sosial distribution), dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat

  

12. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan

Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: Ummatn Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti’ma (tanggung jawab bersama)

  

13. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa,

emurnikan jiwa (menumbuhkan akhlaq mulia menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu akhirnya suasana ketenangan bathin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.

  

14. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi

dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusian dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan ummat dan bangsa, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah

  

15. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana

hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam masyarakat seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya komunisme 9atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab dengan dimensi dan fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT, akan terciptalah

sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa Rabbun Ghafur.

  

MATERI PESANTREN RAMADHAN

SMP NEGERI 215 JAKARTA

Tahun Pelajaran 2015 - 2016

AQIDAH SEORANG MUSLIM

  Pengertian Aqidah

Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan),

al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi

kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-

tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga

mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).

“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan).

Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu”

(mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah”

(ikatan menikah). Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum

kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk

bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah

yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).

  

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang

mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama

maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.

Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk

jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab,

al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang

secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.

  Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

  

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi

tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh

dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu

keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai

dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka.

Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh,

maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu

mengikat hatinya diatas hal tersebut.

  Aqidah Islamiyyah:

Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah

Allah Ta’ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik

maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib,

pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush

Shalih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah Ta’ala baik dalam

perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta

meneladani Rasulullah SAW.

  Aqidah Islamiyyah:

Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah

Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena itulah pemahaman Islam yang

telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah

Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu

generasi sahabat, Tabi’in dan orang yang mengikuti mereka dengan

baik.

  Nama lain Aqidah Islamiyyah:

Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah

mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah,

Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari’iah dan al-Iman.

Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu

‘aqidah.

3 PRINSIP AKIDAH SEORANG MUSLIM

  

Para ulama sering menjelaskan tiga prinsip yang harus jadi pegangan

setiap muslim. Jika prinsip ini dipegang, barulah ia disebut muslim

sejati.

  

Berserah diri pada Allah dengan mentauhidkan-Nya, patuh kepada-

Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan

pelaku syirik.Prinsip pertama: Berserah diri pada Allah dengan bertauhid

Maksud prinsip ini adalah beribadah murni kepada Allah semata, tidak

pada yang lainnya. Siapa yang tidak berserah diri kepada Allah, maka

ia termasuk orang-orang yang sombong. Begitu pula orang yang

berserah diri pada Allah juga pada selain-Nya (artinya: Allah itu

diduakan dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang berserah diri

pada Allah semata, itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).

  

Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Sesembahan itu

beraneka ragam, orang yang bertauhid hanya menjadikan Allah

sebagai satu-satunya sesembahan. Allah Ta’ala berfirman,

Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak

ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari

apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31).

  Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ibadah kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan

zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah:

5).

  

Dalam ayat lain, Allah menyebutkan mengenai Islam sebagai agama

yang lurus,

Hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar

kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf: 40). Inilah yang

disebut Islam. Sedangkan yang berbuat syirik dan inginnya

melestarikan syirik atas nama tradisi, tentu saja tidak berprinsip seperti

ajaran Islam yang dituntunkan.

  Prinsip kedua: Taat kepada Allah dengan melakukan ketaatan

Orang yang bertauhid berarti berprinsip pula menjalankan perintah

Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan berarti menjalankan

perintah dan menjauhi larangan. Jadi tidak cukup menjadi seorang

muwahhid (meyakini Allah itu diesakan dalam ibadah) tanpa ada amal.

  Prinsip ketiga: Berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik

Tidak cukup seseorang berprinsip dengan dua prinsip di atas. Tidak

cukup ia hanya beribadah kepada Allah saja, ia juga harus berlepas diri

dari syirik dan pelaku syirik. Jadi prinsip seorang muslim adalah ia

meyakini batilnya kesyirikan dan ia pun mengkafirkan orang-orang

musyrik. Seorang muslim harus membenci dan memusuhi mereka

karena Allah. Karena prinsip seorang muslim adalah mencintai apa dan

siapa yang Allah cintai dan membenci apa dan siapa yang Allah benci.

Demikianlah dicontohkan oleh Ibrahim ‘alaihis salam di mana beliau

dan orang-orang yang bersama beliau berlepas diri dari orang-orang

musyrik. Saksikan pada ayat,

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada

Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka

berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri

daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah.

(QS. Al Mumtahanah: 4). Ibrahim berlepas diri dari orang musyrik dan

sesembahan mereka.

  

Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu

permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu

beriman kepada Allah saja.” (QS. Al Mumtahanah: 4).

  Dalam ayat lain disebutkan pula,

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari

akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang

Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau

anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al

Mujadilah: 22).

  

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan

saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih

mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu

yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim.” (QS. At Taubah: 23).

  

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-

Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS. Al Mumtahanah: 1

Demikianlah tiga prinsip agar disebut muslim sejati, yaitu bertauhid,

melakukan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik.

Semoga Allah memudahkan kita menjadi hamba-hambaNya yang

bertauhid.

  

MATERI PESANTREN RAMADHAN

SMP NEGERI 215 JAKARTA

Tahun Pelajaran 2015 - 2016

  

Lailatul qadar

MENYINGKAP MAKNA LAILATUL QODAR

  

        

       

      

        

 

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam

kemuliaan. Dan Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam

kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun

malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk

mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit

fajar”. (QS. Al Qadr: 1-5).

  Pengertian Lailatul Qodar

‘Lailatul Qadar’ merupakan gabungan dari dua kata, kata ‘lailatu’ dan

kata ‘al qodr’, kata ‘lailatu’ berarti malam, sedangkan ‘al qodr’ berarti

kemuliaan. Dalam memberikan makna ‘Lailatul Qadar’, terdapat

beberapa pendapat ulama beserta argumentasinya.

  

Pertama: Lailatul Qadar berarti malam kemuliaan dan keutamaan

(Lailatusy Syarafi wal Fadhli). Disebut dengan malam kemuliaan dan

keutamaan, karena pada malam itu diturunkan kitab suci Al Qur’an.

  

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada

malam kemuliaan”.(QS.Al Qadar, 1).

Asy Sya’bi menafsirkan ayat di atas dengan, “Kami memulai proses

penurunan Al Qur’an pada malam Lailatul Qodar”. Al Qur’an diturunkan

dalam bentuk satu edisi sempurna pada malam Lailatul Qodar dari

Lauhul Mahfuzh ke langit dunia, kemudian setelah itu diturunkan

Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur

sesuai dengan berbagai peristiwa selama dua puluh tiga tahun. Lafadz

“Wa maa adrooka” yang terdapat pada ayat kedua surat Al Qadr

menunjukkan bahwa malam Al Qodr merupakan malam yang penuh

berkah dan keagungan. sesuai dengan firman Allah SWT: “Ha Mim.

Demi kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami telah

menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi”. (QS. Ad-Dukhan:

1-3). Dari 10 lafaz “Wa maa adrooka” yang terdapat dalam Al Qur’an,

semuanya menunjukkan hal-hal yang agung.

  

Kedua: Lailatul Qadar berarti malam perencanaan dan penetapan

(Lailatut Tadbiri wat Taqdiri). Disebut demikian karena pada malam itu

ditetapkan segala rencana yang akan terjadi untuk satu tahun

mendatang, seperti rezeki, untung baik dan buruk, hidup dan mati,

turunnya hujan, bahkan seseorang yang akan berangkat haji pun

dituliskan pada malam itu, semuanya dituliskan di Lauhul Mahfuzh. Ini

sesuai dengan firman Allah SWT:“Pada malam itu dijelaskan segala

urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad-Dukhan: 4). Kata “Kullu amrin

hakim” (Segala urusan yang penuh hikmah) ditafsirkan dengan segala

perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti hidup,

mati, rezeki, untung baik dan untung buruk.

  

Ketiga: Lailatul Qodar disebut juga dengan malam yang sempit,

karena pada malam itu bumi dipenuhi oleh para malaikat. Sesuai

dengan firman Allah SWT: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat

dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala

urusan”. (QS. Al Qadar: 5)

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADAR

  1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar Cukuplah utk mengetahui tinggi kedudukan Lailatul Qadar dgn mengetahui bahwasa malam itu lbh baik dari seribu bulan Allah berfirman "Sesungguh Kami menurunkan Al Qur'an pada malam Lailatul Qadar tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lbh baik dari seribu bulan Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dgn izin Rabb mereka (untuk

  membawa) segala urusan Selamatlah malam itu hingga terbit fajar." (Al Qadar : 1-5) Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah "Sesungguh Kami menurunkan pada suatu malam yg diberkahi dan sesungguh Kami-lah yg memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah (yaitu) urusan yg besar dari sisi Kami. Sesungguh Kami adl Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Ad Dukhan : 3 - 6)