BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA PROVINCE

  BALABA Vol. 10 No. 01, Juni 2014 : 47-52

PENGANTAR REDAKSI

  BIONOMI VEKTOR MALARIA KELOMPOK Anopheles punctulatus (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) DI PROVINSI PAPUA

  BALABA edisi Volume 10 No. 1 Juni 2014 memuat artikel mengenai chikungunya, kartu penderita

  BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles

  malaria, vaksin Dengue, vektor malaria, spasial DBD, biji jarak, tikus, dan leptospirosis. Artikel yang mengawali

  punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA PROVINCE

  edisi ini berjudul “Distribusi Spasial Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.” Artikel ini berisi tentang menganalisis faktor risiko spasial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD

  Semuel Sandy*

  • *Balai Litbang Biomedis Papua menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis dan informasi sebaran DBD secara keruangan.

  Jl. Kesehatan No.10 Dok II Jayapura, Papua, Indonesia

  Selanjutnya, disusul artikel kedua dengan judul “Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Merah (Jatropha

  E-mail: mercury.sandy56@gmail.com gossypiifolia), Jarak Pagar (J. curcas) dan Jarak Kastor (Riccinus communis) Famili Euphorbiaceae terhadap

  Hospes Perantara Schistosomiasis, Keong Oncomelania hupensis lindoensis” mengkaji tentang efektifitas fraksi

  Received date: 14/11/2013, Revised date: 27/3/2014, Accepted date: 1/4/2014 ekstrak biji jarak merah, biji jarak pagar dan biji jarak kastor terhadap keong O. h. lindoensis.

  Artikel ketiga berjudul “Kewaspadaan Dini Kejadian Leptospirosis di Desa Selandaka Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2013.” Artikel ini mengungkap mengenai identifikasi rodensia jenis tikus sebagai hewan penular leptospirosis, keberadaan bakteri Leptospira pada tikus dan manusia.

  Artikel keempat berjudul “Gambaran Pemanfaatan Kartu Penderita Malaria sebagai Upaya Pemantauan

  ABSTRAK

  Pengobatan Malaria Vivax (Studi Kasus di Puskesmas Wanadadi I dan Banjarmangu I, Kabupaten

  Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Provinsi Papua dengan angka Annual Parasite Incidence (API) pada

  Banjarnegara).” Artikel ini mengungkap mengenai kelengkapan pengisian kartu penderita malaria, ketepatan

  tahun 2011 sebesar 58 per 1000 penduduk dan Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 169 per 1000 penduduk. Vektor waktu dan kelengkapan follow up. malaria Papua dilaporkan Anopheles farauti, An. punctulatus dan An. koliensis. Tiga spesies tersebut aktif menggigit pada malam hari (nokturnal), antropofilik dengan karakteristik tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat

  Artikel kelima berjudul “Identifikasi Tikus dan Cecurut di Kelurahan Argasoka dan Kutabanjarnegara

  istirahat dilaporkan spesifik setiap spesies. Kajian ini untuk melihat beberapa aspek bionomi (tempat perkembangbiakan,

  Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014.” Artikel ini menceritakan tentang identifikasi

  aktifitas menggigit, dan tempat istirahat. Larva An. farauti memiliki habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki jenis tikus yang tertangkap. toleransi terhadap salinitas 4,6%), irigasi buatan atau alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat nokturnal,

  Artikel keenam berjudul “Faktor Risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya di Kecamatan

  eksofagik, eksofilik, dan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di perairan payau, banyak ditemukan di hutan rawa, hutan sagu, kolam semi permanen atau permanen yang dangkal dan terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk

  Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2014” mengungkap deskripsi KLB dan faktor dewasa An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% menggigit manusia), eksofagik, eksofilik sedangkan larva An. risiko yang berhubungan terhadap kejadian KLB demam chikungunya.

  punctulatus tidak ditemukan di air payau, tetapi ditemukan pada kolam dengan air jernih atau keruh dengan vegetasi atau

  Artikel ketujuh berjudul “Vaksin Dengue, Tantangan, Perkembangan dan Strategi.” Artikel ini membahas

  tanpa vegetasi air. Larva An. punctulatus juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan paparan sinar matahari tantangan yang dihadapi dalam perkembangan vaksin dan strategi yang dilakukan untuk mempercepat langsung. Nyamuk dewasa An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik (98% menggigit manusia), eksofagik, endofilik. Data dasar mengenai perilaku nyamuk Anopheles (bionomi) sangat diperlukan dalam mengembangkan pola intervensi dan penyediaan vaksin Dengue. kontrol vektor yang lebih efektif dan efisien.

  Artikel terakhir yang menutup edisi ini berjudul “Bionomi Vektor Malaria Kelompok Anopheles

  punctulatus (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus)” di Provinsi Papua mengkaji Kata kunci: vektor malaria, An. punctulatus group, bionomi, Papua mengenai bionomi dari ketiga kelompok Anopheles punctulatus.

  ABSTRACT Malaria is a major health problem in Papua province with Annual Parasite Incidence (API) was reported 58/1000

  Salam,

  population in 2011, and the Annual Malaria Incidence (AMI) was 169/1000 population. The malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An. punctulatus and An. koliensis. These three species were nocturnal, antrophopilic with the diferrence bionomics such as breeding habitats, biting activity, and resting places. The aim of this study was to determine the bionomic

  Dewan Redaksi aspects of the malaria vectors (resting places, biting activity and breading habitats) in the study areas. The larvae of An.

  farauti was reported found at coastal, area with brackish water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An. farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik , and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and sago forest, semipermanent or permanent ponds which shallow and exposed to direct sunlight . Adult mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, antrophopilic (78% human bites), eksofagik, eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not found in brackish water, it was found in a pool with clear or turbid water which presence or no water vegetation, the larvae of An. punctulatus also found in sago and swamp forest with exposure to direct sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were nocturnal, antrophopilic (98% human bites), eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of Anopheles spp (bionomic) is necessary in developing effective and efficient intervention pattern and control vector.

  Key words: malaria vector, An. punctulatus group, bionomic, Papua

  A N O P H E

  PEMBAHASAN

  Bionomi Vektor ...............................(Semuel Sandy)

  (Mapurajaya, Tipuka, Timika, dan Atuka) dan 5,6,7 penting dalam epidemiologi penyakit malaria. 10 bagian utara (Arso dan Armopa). Tingkat Malaria merupakan masalah utama kesehatan kepadatan An. farauti lebih kecil ditemukan di di Indonesia, khususnya di daerah Maluku, Nusa bagian selatan Papua (< 5%). Kondisi tersebut

  malaria dapat dilakukan secara efektif dan efisien b a h w a A n . f a r a u t i b e t i n a d i t e m u k a n sesuai kondisi setempat. Kelvey menyatakan bahwa mengandung sporozoit (Plasmodium falcifarum hubungan antara spesies nyamuk Anopheles dengan dan Plasmodium vivax) di Papua bagian selatan lingkungan serta sosial budaya, merupakan kunci

  punctulatus dan An. koliensis. Dilaporkan

  menyebabkan perbedaan respon setiap spesies di sebagai spesies kompleks (8 spesies) dan ekosistem tersebut yang berdampak terhadap termasuk dalam An. punctulatus group. Nyamuk perilaku kehidupan (bionomi). Pengetahun tentang betina merupakan vektor malaria (ada juga bionomi Anopheles sangat diperlukan untuk dilaporkan sebagai vektor limfatik filariasis menentukan strategi pengendalian malaria di Wuchereria bancrofti) sama seperti An. masyarakat, sehingga strategi pemberantasan kasus

  Anopheles farauti Laveran dilaporkan

  dan kimia (pH dan salinitas). Kondisi tersebut

  lingkungan biologi, fisik (suhu dan kelembaban),

  Spesies vektor malaria di setiap daerah berbeda tergantung pada faktor geografis, kondisi

  habitats) in the study areas. The larvae of An. farauti was reported found at coastal, area with brackish water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An.

  faruti, An. koliensis An. punctulatus) Anopheles punctulatus group An. farauti An. dan di Pulau yaitu , 3,4 koliensis An. punctulatus Papua. dan .

  Metode penulisan artikel adalah studi literatur dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan tersebar dengan menelusur artikel jurnal yang terkait dengan lokal spesifik. Vektor malaria utama di Indonesia bionomi nyamuk kelompok An. punctulatus (An. Timur, khususnya di Provinsi Papua termasuk

  Anopheles, 22 spesies diantaranya telah METODE

  (deteksi antigen sporozoit) maupun secara peta vektor Anopheles sangat membantu kebijakan mikroskopis dengan cara pembedahan kelenjar pengendalian populasi vektor Anopheles. 3 ludah (salivary gland) nyamuk Anopheles. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan bahan Dilaporkan 420 spesies Anopheles, 70 spesies kimia atau secara hayati dengan menggunakan diantaranya merupakan vektor malaria dan 23 metode aplikasi yang sesuai bionomi vektor. 4,5 spesies kembar. Di Indonesia ditemukan 80 spesies

  Kejadian malaria tergantung pada kondisi geografis, malaria dapat ditentukan menggunakan parameter demografi dan adanya vektor Anopheles yang Entomological Inoculation Rate (EIR). Indikator menularkan parasit Plasmodium spp. Kejadian tersebut menunjukkan hubungan Human Bitting malaria dipengaruhi oleh lingkungan (ekologis), Rate (HBR) dan sporozoite rate (persentase nyamuk iklim, keberadaan vektor dan bionominya, serta Anopheles ditemukan mengandung sporozoit pada 8 perilaku masyarakat. Peranan Anopheles sebagai kelenjar saliva). Hubungan EIR dengan prevalensi vektor malaria telah banyak dilaporkan melalui malaria di suatu daerah menunjukkkan intensitas 9 penelitian baik pemeriksaan secara uji ELISA transmisi malaria. Data entomologi dan tersedianya

  Parasit malaria ditularkan melalui gigitan koliensis dan An. punctulatus merupakan vektor 6 nyamuk Anopheles betina. Siklus hidup nyamuk utama malaria di Papua. Penelitian bioekologi vektor dan parasit malaria sangat dipengaruhi faktor vektor malaria di Papua masih sangat sedikit iklim (curah hujan, suhu, dan kelembaban). Curah sehingga diperlukan informasi sehubungan hujan berkaitan dengan tempat perkembangbiakan epidemiologi malaria guna penentuan kebijakan (breeding habitat), sedangkan suhu dan kelembaban pengendalian yang efektif dan efisien. berkaitan dengan perkembangan parasit malaria Salah satu metode dalam penanggulangan 1 dalam tubuh nyamuk vektor. Malaria tersebar di transmisi malaria adalah pengendalian populasi sekitar 100 negara di daerah tropis dan sub tropis vektor malaria dengan cara mempelajari dan seperti India, Amerika Selatan, Afganistan, Sri mengumpulkan data entomologi vektor (ekologi dan Lanka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, bionomi vektor), membuat pemetaan fauna serta 2 7 Cina, Filipina, Amerika Tengan dan Afrika. melakukan kontrol populasi. Indikator kuantitatif

  PENDAHULUAN Tengara Timur, dan Papua. Nyamuk An. farauti, An.

  and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and sago forest, semipermanent or permanent ponds which shallow and exposed to direct sunlight. Adult mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, antrophopilic (78% human bites), eksofagik, eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not found in brackish water, it was found in a pool with clear or turbid water which presence or no water vegetation, the larvae of An. punctulatus also found in sago and swamp forest with exposure to direct sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were nocturnal, antrophopilic (98% human bites), eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of Anopheles spp (bionomic) is necessary in developing effective and efficient intervention pattern and control vector. Key words: malaria vector, An. punctulatus group, bionomic, Papua

  farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik,

1. Bionomi Anopheles farauti Laveran (1902)

  eksofilik. The larvae of An. punctulatus was not NLM: WC 528 found in brackish water, it was found in a pool with Dewi Marbawati, Tri Wijayanti clear or turbid water which presence or no water (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, vegetation, the larvae of An. punctulatus also found Banjarnegara) in sago and swamp forest with exposure to direct sunlight. Adult mosquites of An. punctulatus were D E N G U E VA C C I N E , C H A L L E N G E S , nocturnal, antrophopilic (98% human bites), DEVELOPMENT AND STRATEGIES eksofagik, endofilik. Basic data on the behaviour of

  Guinea di daerah dengan ketinggian 800 – 1700 20 indoor dan outdoor 1:3. Hal ini mengambarkan m dpl. 15 sifat eksofagik yang rendah dari An. farauti.

  timur laut Papua (Sorong), dilaporkan metode CSP-ELISA (deteksi sirkum sporozoit perbandingan rasio human biting indoor dan

  (CSP) menggunakan ELISA) dan indeks

  outdoor 1:8. Hal ini menggambarkan sifat

  transmisi malaria entomological inoculation eksofagik spesies An. farauti di tempat ini. Studi

  rate (EIR) 0,17.2 Spesies ini dapat ditemukan di longitudinal di daerah bagian timur laut Papua

  Papua, Kepulauan Guadalcana dan Papua New (Jayapura) perbandingan rasio human biting

  Larva An. koliensis Owen dapat Kebiasaan menggigit An. farauti pada pukul ditemukan pada kolam rawa di sepanjang hutan, 02.00 atau 03.00 dini hari.14 rawa hutan sagu, kolam permanen dan semi-

  tergantung pada lokasi geografis. Penelitian yang dilakukan di Mimika-Papua ditemukan yang dilakukan Pranoto dan Munif di bagian

  Nyamuk An. farauti aktif mencari darah 11 permanen dengan air dangkal. Larva An. pada malam hari (nokturnal), tetapi ada yang

  koliensis juga ditemukan pada habitat yang

  diurnal di kawasan hutan dan sering ditemukan terpapar cahaya matahari langsung ataupun tidak istirahat (resting) di dalam rumah. Tempat 22 langsung. Larva ini tidak ditemukan di air istirahat nyamuk An. farauti tergantung pada payau dan tidak ditemukan bersamaan dengan setiap habitat dan lokasi geografis. Nyamuk An. 17 larva An. farauti dan An. punctulatus.

  farauti istirahat setelah menghisap darah di

  Keberadaan perindukan larva An. koliensis dalam rumah (endofilik), kemudian istirahat berhubungan dengan keberadaan tempat tinggal pada habitat aslinya di luar rumah (eksofilik) manusia. Nyamuk dewasa An. koliensis betina pada siang hari di tempat lembab dengan menyukai darah manusia (antropofilik) dan temperatur udara optimum. Anopheles farauti darah hewan (zoofilik) seperti anjing, babi dan dapat ditemukan di daerah sampai ketinggian burung. Anopheles koliensis lebih menyukai 800 - 2250 meter, dengan jarak terbang menghisap darah manusia (78%). Kebiasaan d i l a p o r k a n ± 1 k m d a r i h a b i t a t menggigit tergantung dari lokasi geografis. 15,16,17 perkembangbiakannya. Nyamuk dewasa An. koliensis betina ditemukan 18 Munif, dkk melaporkan bahwa habitat lebih banyak menggigit di luar rumah dengan larva An. farauti adalah genangan air sementara rasio indoor dan outdoor (1:1,1) di Distrik Arso, atau permanen seperti saluran air, parit,

  rasio 1:4 di Daerah Entrop Papua. Anopheles

  sporozoite rate 0,3% dengan mengunakan

  koliensis positif sporozoit (0,63%). Penelitian

  Anopheles spp (bionomic) is necessary in BALABA

  Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 31-38 involved in advocacy to convince the international community about the essence and urgency of Chikungunya fever is a vector-borne disease with Dengue vaccine. Indonesian Dengue vaccine high morbidity rates it caused socioeconomic consortium is currently working to develop a impact. On 17 January 2014, an outbreak of Dengue vaccine using locally virus strain. Chikungunya fever was reported in Batang Toru Sub-district, South Tapanuli District, North Key words: Dengue, virus, vaccine Sumatera. The total number of cases were 74 with no fatalities. An analytical study with case control design was undertaken to determine the risk factors NLM: WC 755 of the outbreak. The cases were population with Semuel Sandy major clinical symptoms of Chikungunya, such as (Biomedical Institute of Health Research and fever, arthralgia, myalgia, rash and headache. Development, Papua) Controls were neighbours of the cases who did'nt have clinical symptoms of chikungunya. The study BIONOMY OF Anopheles punctulatus GROUP used bivariate analyses with chi-square and logistic (Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles regression (95% confidence level). Some patient's punctulatus) MALARIA VECTOR IN PAPUA blood were tested with rapid diagnostic test (RDT) of PROVINCE IgM Chikungunya. The bivariate analysis showed that variable associated with the incidence of BALABA chikungunya were sleeping without bednets in the Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 47-52 morning anf afternoon (p- value: 0,000; OR= 4.825, CI= 2.379-9.782) and the mosquitoes larvaes in the Malaria is a major health problem in Papua province water reservoirs around the house (p-value: 0.013; with Annual Parasite Incidence (API) was reported OR=3.837; CI=1.322-11.131). The result of RDT 58/1000 population in 2011, and the Annual Malaria confirmed that two of seven cases were positive for Incidence (AMI) was 169/1000 population. The IgM Chikungunya. Outbreak of chikungunya fever malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An. was confirmed. Chikungunya transmission occured punctulatus and An. koliensis. These three species continuosly and the source of transmission was more were nocturnal, antrophopilic with the diferrence than one person. bionomics such as breeding habitats, biting activity, and resting places. The aim of this study was to Key words: risk factor, outbreak, chikungunya fever determine the bionomic aspects of the malaria vectors (resting places, biting activity and breading

  developing effective and efficient intervention Vol. 10 No.12, Juni 2014, Pages. 39-46 pattern and control vector.

  Dengue fever is endemic in more than 100 countries Key words: malaria vector, An. punctulatus group, in the world. The effective dengue antiviral drug has bionomic, Papua not been found yet, and vector control is considered less effective. Prevention program by vaccination is needed. An ideal dengue vaccine should be

  NLM: WC 500 inexpensive, covering four serotypes (tetravalent), Frans Yosep Sitepu, Emilda Arasanti, Amri Rambe effective in providing immunity, given once a (North Sumatera Province Health Official) lifetime, safe, stable in storage and genetically.

  Several vaccine candidates have been and are being RISK FACTORS OF CHIKUNGUNYA FEVER developed included attenuated tetravalent vaccine, O U T B R E A K I N B ATA N G TO R U S U B - ChimeriVax, sub- unit vaccines and DNA vaccines.

  DISTRICT, SOUTH TAPANULI DISTRICT, Dengue vaccine is seen as an effective and NORTH SUMATERA, 2014 sustainable approach to controll Dengue infection.

  In 2003, Pediatric Dengue Vaccine Initiative (PDVI) BALABA has been formed as an international consortium

  BALABA Vol. 10 No. 01, Juni 2014 : 47-52

  dari 1.748 nyamuk yang ditangkap dan dibedah lubang kayu/bambu, tempurung kelapa dan kelenjar salivanya, ditemukan 11 nyamuk An. 20 drum. Perilaku nyamuk An. farauti dewasa

  berbeda dengan spesies An. punctulatus group tanaman air kangkung. Kadar garam air kolam 11 , 1 2 lain. Tetapi kepadatan tinggi pernah 0‰ dan pH 6 – 8 dengan suhu 26 - 30°C. dilaporkan di Papua bagian utara (> 50%).13, 14 Nyamuk dewasa An. farauti tidak ditemukan Distribusi An. farauti Laveran yaitu di istirahat di dalam rumah pada siang hari. Papua dan Kepulauan, Papua New Guinea Sedangkan nyamuk An. farauti paling banyak (PNG), Moluccas (Maluku), New Hebrides, ditemukan istirahat di luar rumah di tempat Kepulauan Bismarck, Kepulauan Salomon, dan teduh seperti di dalam ban mobil bekas atau Australia. Anopheles farauti banyak ditemukan drum, rerumputan, pokok pohon pisang, celah- di alam bebas. Larva An. farauti berkembang celah tumpukan batu dan tumbuhan semak. biak pada kondisi alami atau buatan. Habitat Aktifitas menggigit spesies ini sepanjang malam larva An. farauti ditemukan di daerah pantai di luar rumah dan kepadatan meningkat pada 19 dengan air payau (larva An. farauti memiliki bulan Januari, Februari sampai dengan Mei. 12 toleransi terhadap salinitas air (4,6%), air

  2. Bionomi Anopheles koliensis Owen (1945)

  irigasi buatan (aliran air selokan/parit) atau

  Anopheles koliensis Owen termasuk

  alami (aliran sungai) dengan atau tanpa adanya dalam kelompok An. punctulatus dan merupakan vegetasi (vegetasi Ipomea aquatic). Larva An. vektor primer malaria. Metselaar melaporkan

  farauti juga ditemukan pada genangan air pada

  kubangan air, tepi kolam ikan dan kolam dengan EARLY WARNING OF LEPTOSPIROSIS IN therapy follow up. The used of malaria card in SELANDAKA VILLAGE, SUMPIUH SUB Banjarnegara District begins around 1999. Not all DISTRICT, BANYUMAS DISTRICT AT 2013 public health center in Banjarnegara District used malaria card. The aim of this research was to BALABA describe benefit of malaria card to control of malaria

  Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 15-20 vivax theraphy. This research was observasional with case study approach, information collected by

  Bionomi Vektor ...............................(Semuel Sandy) koliensis aktif istirahat (resting) di dalam rumah. dewasa sangat bervariasi tiap lokasi/daerah Nyamuk dewasa An. koliensis betina aktif di bergantung pada kondisi lingkungan dan musim.

  Leptospirosis became known in Banyumas since the indepth interview and observation of malaria card. discovery of one case in 2010, 5 cases in 2011, 3 This study was conducted in Wanadadi I and cases in 2012 and until July 2013, 3 cases occurred Banjarmangu I Public Health Center, Banjarnegara in Selandaka village, Sumpiuh sub-District. This at April to May 2012. Result of this research showed research aimed to identify rats spesies and shrew as that 60 malaria card (80%) were filled by JMD and reservoir of leptospirosis and to detect the presence only 23 cards (38.3 %) were filled completely in of Leptospira sp in rats, shrew and human at the Wanadadi I public health center. In Banjarmangu I area with leptospirosis problem in Banyumas. The public health center no malaria card were filled. The research method was a survey with cross sectional follow up of the most appropriate time (82%) was the approach, located in Selandaka village Sumpiuh, fourth. Completeness of follow up implementation Banyumas on July 2013. Traping rats and case at five times as many as 18 cases (30%) . The used of screening using the Rapid Diagnostic Test ( RDT ) malaria card in Wanadadi I and Banjarmangu I for Leptospira IgG/IgM were conducted during the public health center was not used well. survey. Polymerase Chain Reaction (PCR) assay was performed at Bacteriology Laboratory in Key words: vivax malaria, malaria card, theraphy BalaiLitbang P2B2 Banjarnegara to detect leptospira in patient's blood and rat's kidney.

  Kedalaman air kolam 26-68 cm, suhu air 30°C dengan pH 6 – 7 dan ketinggian lokasi penelitian P e n e l i t i a n y a n g d i l a k u k a n o l e h 24 82 – 86 dpl. Nyamuk betina dewasa aktif Nurhasanah, dkk di Desa Yobeh Kabupaten menggigit pada malam hari (nokturnal) dan Jayapura menyebutkan habitat larva An. bersifat antropofilik. punctulatus merupakan genangan air sementara bekas galian pasir dengan vegetasi rumput dan

  punctulatus memiliki jarak terbang 0,4–2,4 km vegetasi rumput, tumbuhan lumut dan kangkung. 28 dari habitat perkembangbiakannya.

  Penelitian Nurhasanah, dkk di Desa di luar rumah di dinding rumah atau semak- Dobonsolo menyebutkan larva An. koliensis 11,26 semak sekitar rumah (endofilik). Anopheles ditemukan di sumur, kolam air tergenang dengan

  malam hari (nokturnal) pada pukul 21.00 - 06.00 Aktifitas menggigit nyamuk An. punctulatus di pagi dengan frekuensi menggigit dan puncak luar rumah (outdoors), dimulai pada tengah kepadatan nyamuk dewasa bervariasi ditiap malam (eksofagik) pukul 22.00- 23.00 dan pukul 16,23 27 lokasi/daerah dan musim. 02.00-03.00 dini hari. Setelah menggigit 24 umumnya nyamuk An. punctulatus akan resting

3. Bionomi Anopheles punctulatus Donitz

  BALABA

  Dari hasil beberapa kajian pustaka dapat malaria Plasmodium falcifarum, Plasmodium disimpulkan yaitu bionomi Anopheles punctulatus

  sebagai penyebab kejadian luar biasa malaria di An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik dataran tinggi Papua tahun 1989 pada daerah (98% menggigit manusia), eksofagik dan endofilik. ketinggian 1.260 dpl dimana hampir 98% (n = 2577) positif menggigit manusia. Frekuensi menggigit dan puncak aktifitas nyamuk betina

  Anopheles punctulatus pernah dilaporkan paparan sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa

  °C. Anopheles punctulatus bersifat aktif di spesies tersebut kolam dengan air jernih atau keruh malam hari (nokturnal), dan aktif menghisap dengan atau tanpa vegetasi air, larva An. punctulatus 16 darah manusia dan hewan (antropofilik). juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan

  Larva An. punctulatus berkembang biak di toleransi terhadap salinitas), irigasi buatan atau daerah kolam terbuka dengan air kolam yang alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat jernih atau keruh tanpa adanya vegetasi air, nokturnal dan diurnal, eksofagik, eksofilik, dan genangan air terbuka bekas tapak kaki hewan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di (babi dan sapi) atau manusia, pelepah pohon perairan payau, tetapi banyak ditemukan di rawa sagu. Anopheles punctulatus tidak ditemukan di daerah hutan, maupun hutan sagu, kolam dangkal daerah pantai air payau. Larva juga ditemukan semipermanen atau permanen yang dangkal dan pada genangan air di ban bekas, dan bekas jejak terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa ban mobil. Habitat larva An. punctulatus An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% biasanya terpapar sinar matahari langsung dan menggigit manusia), eksofagik, eksofilik. Larva An. dapat hidup pada suhu lingkungan habitat 42 punctulatus tidak ditemukan di air payau, habitat 17

  Tipuka) maupun dataran tinggi (Obio dekat istirahat (resting site). Larva An. farauti memiliki 10,25,26 Wamena dan Oksibil. habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki

  habitat), aktifitas menggigit (feeding, dan tempat

  rendah (Armopa, Timika, Arso, Mapurujaya dan

  koliensis) memiliki perbedaan habitat (breeding

  selatan dan utara baik daerah pantai, dataran

  vivax dan Plasmodium malariae di Papua bagian group (An. farauti, An. punctulatus dan An.

  KESIMPULAN An. punctulatus betina terbukti sebagai vektor

  farauti were found nocturnal, eksofagik eksofilik ,

  vektor malaria dan spesies tersebut banyak ditemukan di Papua New Guinea, Moluccas, New Britain dan Kepulauan Salomon. Nyamuk

  Anopheles punctulatus Donitz merupakan ketinggian lokasi 90 meter dpl.

  langsung, air kolam genangan dengan pH 7, satu dari 12 spesies An. punctulatus group. kedalaman 27 cm, suhu air kolam 30°C dan

  Descriptive analysis were done on the data to know NLM: WA 106 leptospirasp to know of spesies rats and human. Hendri Anggi Widayani, Setiana Susilowati Result : 15 rats captured (10 Rattus tanezumi dan 5 (Environmental Health Diploma Program, Suncus murinus) and from the screening 7 human Politeknik Banjarnegara) was suspected of leptospirosis. Results of laboratory tests showed no leptospira bacteria

  tumbuhan lumut, terkena cahaya matahari

  IDENTIFICATION OF RATS AND SHREW IN

  found in rats , shrew or serum of patients suspected ARGASOKA AND KUTABANJAR VILLAGE of leptospirosis . It's important to do and activate B A N J A R N E G A R A S U B D I S T R I C T leptospirosis surveillance and socialization for all BANJARNEGARA DISTRICT 2014 stakeholders (community , health workers and local government), especially in improving early BALABA diagnosis and control / prevention of leptospirosis. Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 27-30 Key words : leptospirosis, Banyumas, rats Malaria is a major health problem in Papua province

  with Annual Parasite Incidence (API) was reported 58/1000 population in 2011, and the Annual Malaria

  NLM: WC 770 Incidence (AMI) was 169/1000 population. The Agung Puja Kesuma, Nova Pramestuti malaria vector in Papua were Anopheles farauti, An. (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, punctulatus and An. koliensis. These three species Banjarnegara) were nocturnal, antrophopilic with the diferrence bionomics such as breeding habitats, biting activity, DESCRIPTION OF MALARIA CARD UTILIZE and resting places. The aim of this study was to AS EFFORT TO CONTROL OF MALARIA determine the bionomic aspects of the malaria

  VIVAX THERAPHY (CASE STUDY IN vectors (resting places, biting activity and breading WANADADI I AND BANJARMANGU I PUBLIC habitats) in the study areas. The larvae of An. farauti H E A LT H C E N T E R , B A N J A R N E G A R A was reported found at coastal, area with brackish DISTRICT) water (salinity ± 4.6 %), natural or artificial irrigation canals. Adult female mosquitoes of An.

  Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 21-26 and antrophopilic habit. An. koliensis larvae not found in brackish, they were found in the swamp and Banjarnegara district is a malaria endemic areas in sago forest, semipermanent or permanent ponds Central Java Province. Therapy role to prevent which shallow and exposed to direct sunlight . Adult malaria transmission. Malaria card is one of mosquitoes of An. koliensis were nocturnal, instrument for monitoring the implementation of antrophopilic (78% human bites), eksofagik,

  Anopheles punctulatus merupakan salah

ISSN 1858-0882

  9.

  15. Pranoto, Munif A. Beberapa aspek perilaku 1968 Anopheles farauti di Klademak IIA, Sorong. CDK.

  1994; 94: 23–8.

  5. Subbarao SK. Anopheline species complex in South-East Asia. In tehnical Publication, SEARO

  16. Wepster BJ, Swellengrebel NH. The Anopheline No.18, WHO Regional Office for South-East Asia. mosquitoes of The Indo-Australia Region. New Delhi; 1998. Amsterdam: The Department of Tropical Hygiene and Geographical Pathology, Royal Tropical

  6. Prasetyowati H, Yuliasih Y. Anopheles spp dan Institute Amsterdam; 1953. peranannya sebagai vektor penyakit malaria di beberapa daerah di Indonesia. Surabaya: Loka

  17. Lee DJ, Hicks MM, Griffiths M, Debenham ML, Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit Health Advocacy Bryan JH, Russell RC, et al. The culicidae of the Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat; A u s t r a l a s i a n R e g i o n . V o l u m e 5 . 2013.

  Nomenclature,synonymy, literature, distribution, biology and relation to disease. Genus Anopheles.

  7. Fuadzy H, Marina R. Karateristik Anopheles Subgenera Anopheles, Cellia Canberra: Australian nigerrimus Giles sebagai vektor malaria. Surabaya: Government Publishing Service; 1987. Sinka et al.

  Loka Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit Health Parasites & Vectors 2011, 4:89. Available from: Advocacy Yayasan Pemberdayaan Kesehatan http://www.parasitesandvectors.com/content/4/1/8 Masyarakat; 2013.

  8. Molineaux L, Muir DA, Spencer HC, Wernsdorfer

  4. Reid JA. Anopheles mosquitoes of Malaya and Sythoff, Doezastraat I, Leyden, Holland; 1964:144.

  18. Sukirno MK, Santiyo AA, Nadjib, Suyitno, WH. The epidemiology of malaria and its Mursiyatno, Hasyimi M. Fauna Anopheles dan measurement. Malaria: principles and practice of status, pola penularan serta endemisitas malaria di malariology. Edinburgh: Wernsdorfer WH, Halmahera Maluku Utara. Cermin Dunia McGregor I; 1988. Kedokteran. 1997.

  9. Burkot TR, Graves PM. The value of vector-based

  19. Munif A. Beberapa aspek perilaku Anopheles estimates of malaria transmission. Ann Trop Med farauti di Kalademak IIA Sorong. Cermin Dunia Parasitol. 1995; 89:125–34.

  Kedokteran. 1994.

  10. Bangs MJ, Rusmiarto S. Malaria vector

  20. Metselaar D. A pilot project of residual-insecticide incrimination in Indonesia using CSPELISA from spraying to control malaria transmitted by the 1986 to 2007. U.S. Naval Medical Research Unit Anopheles punctulatus group in Netherlands New

  No. 2, Jakarta, Indonesia; 2007. Unpublished Guinea. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1956; 5: 977–87. report.

  21. Pribadi W, Sutanto I, Atmoesoedjono S, Rasidi R, 11. Lee VH, Atmosoedjono S, Aep S, Swaine CD.

  Surya LK, Susanto L. Malaria situation in several Vector studies and epidemiology of malaria in Irian villages around Timika, South Sentral Irian Jaya, Jaya, Indonesia. Southeast Asian J. Trop. Med.

  Borneo. Studies from The institute for Medical research Malaya No.31. Government of Malaysia;

  A N O P H E

  BALABA JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

  Gossypiifolia seeds extract. Jatropha gossypiifolia may become an alternative to control O.h lindoensis.

  VOLUME 10 NO. 1 Juni 2014 ABSTRACT SHEET

  This abstract sheet may reproduced/copied without permission NLM: WC 528 EXTRACT AGAINST THE SCHISTOSOMIASIS Sunaryo, Bina Ikawati, Dewi Puspita Ningsih

  INTERMEDIATE SNAIL, Oncomelania hupensis (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, lindoensis Banjarnegara)

  BALABA SPATIAL DISTRIBUTION OF DENGUE Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Pages. 9-14 H A E M O R R H A G I C F E V E R C A S E S I N BANYUMAS DISTRICT, CENTRAL JAVA At present, Scistosomiasis are still endemic in PROVINCE

  Indonesia, especially in Napu Highland, Poso Regency, Central Sulawesi Province. Oncomelania

  BALABA

  hupensis lindoensis, the intermediate host of Vol. 10 No. 2, Juni 2014, Pages. 1-8 Scistosomiasis are wide spread in Napu Highland.

  One effort of snail control on Scistosomiasis control Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is the most program was used Bayluscide molluscicide every important public health problem in Indonesia, that six mounths. Used of chemical molluscicide have needs serious attention. DHF cases in Banyumas inadequacy because poluted the environtment. Used regency always high in every year, and decrease in of herbal molluscicide to be alternative snails 2011.This research aimed to describe spatial control have done. Euphorbiaceae family know have distribution of DHF in Banyumas district based on molluscicide activity. The study aimed to location, altitude, landuse and population density determined the effectiveness of Jatropha and pattern of cases based on rainfall. DHF cases gossypiifolia, J. Curcas and Riccinus communis data obtained from Banyumas District Health extract and fraction againts O.h. lindoensis. The test Office. Topography map scale 1:25.000 obtained was conducted from March-September 2009 in from Bakosurtanal and Bappeda of Banyumas Laboratory of Scistosomiasis Napu. The snails regency. Processing data and DHF spatial analize by exposed with the solution of Jatropha gossypiifolia, overlay using Arc Gis.10 software. This research J. Curcas and Riccinus communis extract for 24 showed DHF cases in 2012 were 200, spread in hours, the mortality of snails were counted and almost all subdistrict (75%). DHF cases clustered in analyzed using probit to determine the LC 50 and LC East Purwokerto, South Purwokerto and North 95 value. The result showed the methanol extract Purwokerto, that were lowlands area (12-250 above from Jatropha gossypiifolia, J. Curcas and Riccinus sea level) , urban area, settlement closed to ricefild communis have lethal capacity againts O.h and height density population. DHF cases were Indoensis. The concentration of J. gossypiifolia distributed in lowland area with densely populated seeds extract showed a highest lethal capacity to the closed to rice field. DHF cases increasing on highly snail, with LC 50 value in 10,41 ppm and LC 95 in rainfall on January until May. 18,6 ppm. The methanol fraction of J. gossypiifolia seeds extract was the most effective among the ethyl- Keyword : spatial distribution, DHF, Banyumas acetate fraction and n-hexane fraction of J.

  Regency

  NLM: WC 810 Key words: schistosomiasis, J. gossypifolia, J. Anis Nurwidayati, Ni Nyoman Veridiana, Octaviani, curcas, R. communis, O. h. lindoensis Yudith L (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, Donggala)

  301–14. Surabaya: Loka Litbang P2B2 Ciamis, Penerbit Health Advocacy Yayasan Pemberdayaan

  NLM: WC 420 Dewi Puspita Ningsih, Rahmawati, Dian Indra Dewi

  THE EFFECTIVITY OF Jatropha gossypifolia L, (Vector and Animal Borne Disease Control Unit,

  J.curcas AND Riccinus communis SEEDS Banjarnegara) BALABA Vol. 10 No. 01, Juni 2014 : 47-52

  DAFTAR PUSTAKA Public Health. 1980; 11: 341–47.

  1. Amek N, Bayoh N, Hamel M, Linblade KA, Gimnig

  12. Van den Assem J, Bonne-Wepster J. New Guinea J, Odhiambo F, et al. Spatial and temporal dynamics Culicidae, a synopsis of vectors, pests and common of malaria transmission in Rural Western Kenya. species, vol. 6. Rijksmuseum van Natuurlijke Journal Parasites and Vectors. 2012; 5: 1-13. Historie, Leiden, The Netherlands.1964: 1–139.

  2. Sembel DT. Entomologi kedokteran. Yogyakarta:

  13. Sari JFK, Sudjadi FA, Mardihusodo SJ. Diferensiasi Penerbit C.V Andi Offset; 2009. spesies sibling Anopheles farauti Laveran 1902 vektor malaria di Jayapura dengan scrutiny

  3. Ipa M, Astuti. Anopheles spp. vektor malaria yang morphometry vena sayap. Sains Kes. 2004;17: bersifat lokal spesifik. Fauna Anopheles spp.

  14. Slooff R. Observation on the effect of residual DDT Kesehatan Masyarakat; 2013. house spraying on behaviour and mortality in species of the Anopheles punctulatus group. A.W. Bionomi Vektor ...............................(Semuel Sandy) Intermezo

  saat ini berupaya mengembangkan vaksin Dengue

  Indonesia.Southeast Asian J. Trop. Med. Public

  26. Bangs MJ, Rusmiarto S, Anthony RL, Wirtz RZ, dengan menggunakan strain virus lokal. Health. 1998; 29: 228–35. Subianto B. Malaria transmission by Anopheles punctulatus in the highlands of Irian Jaya. Indonesia.

  Kata kunci: Dengue, virus, vaksin

  22. Church CJ, Atmosoedjono S, Bangs MJ. A review of Ann. Trop. Med. Parasitol. 1996; 90: 29–38.

  Anopheline mosquitoes and malaria control strategies in Irian Jaya, Indonesia. Bull. Penelitian

  27. Saputro G, Hadi K, Koesharto FX. Perilaku

  NLM: WC 755

  Kes. 1995; 23: 3–17. Anopheles punctulatus dan kaitannya dengan

  Semuel Sandy

  epidemiologi malaria di Desa Dulanpokpok

  (Balai Litbang Biomedis Papua)

  23. Charlwood JD, Graves PM, Alpers MP. The ecology Kabupaten Fakfak Papua Barat. Hemara Zoa. of the Anopheles punctulatus group of mosquitoes

  BIONOMI VEKTOR MALARIA KELOMPOK

  Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia. 2010; 2 (1): from Papua New Guinea: a review of recent work. P Anopheles punctulatus (Anopheles farauti, 25-33.

  N G Med J. 1986; 29:19-26.

  Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus) DI

  28. S i n k a M E , B a n g s J M , M a n g u i n S ,

  PROVINSI PAPUA

  24. Nurhasanah S. Laporan penelitian studi bioekologi Chareonviriyaphap, Patil AP, Temperley HP, vektor malaria di distrik sentani Kabupaten

  BALABA

  Gething WP, et al. The dominant Anopheles vectors Jayapura. Balai Litbang Biomedis Papua; 2010.

  Vol. 10 No. 1, Juni 2014, Hal. 47-52

  human malaria in the Pasific region: occurrence

  25. Anthony RL, Bangs MJ, Hamzah N, Basri N, data, distributions map and bionomic precis.

  Malaria merupakan masalah kesehatan utama di

  Purnomo, Subianto B. Heightened transmission of Parasites and Vectors. 2011; 4: 89.

  Provinsi Papua dengan angka Annual Parasite

  stable malaria in an isolated population in the Incidence (API) pada tahun 2011 sebesar 58 per highlands of Irian Jaya, Indonesia. Am. J. Trop. Med.

  1000 penduduk dan Annual Malaria Incidence Hyg. 1992; 47: 346–56. (AMI) sebesar 169 per 1000 penduduk. Vektor malaria Papua dilaporkan Anopheles farauti, An.

  punctulatus dan An. koliensis. Tiga spesies tersebut

  aktif menggigit pada malam hari (nokturnal), antropofilik dengan karakteristik tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat dilaporkan spesifik setiap spesies. Kajian ini untuk melihat beberapa aspek bionomi (tempat perkembangbiakan, aktifitas menggigit, dan tempat istirahat. Larva An. farauti memiliki habitat di daerah pantai, perairan payau (memiliki toleransi terhadap salinitas 4,6%), irigasi buatan atau alami. Nyamuk dewasa An. farauti betina bersifat nokturnal, eksofagik, eksofilik, dan antropofilik. Larva An. koliensis tidak ditemukan di perairan payau, banyak ditemukan di hutan rawa, hutan sagu, kolam semi permanen atau permanen yang dangkal dan terpapar sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. koliensis bersifat nokturnal, antropofilik (78% menggigit manusia), eksofagik, eksofilik sedangkan larva An. punctulatus tidak ditemukan di air payau, tetapi ditemukan pada kolam dengan air jernih atau keruh dengan vegetasi atau tanpa vegetasi air. Larva An. punctulatus juga ditemukan di hutan sagu dan hutan rawa dengan paparan sinar matahari langsung. Nyamuk dewasa An. punctulatus bersifat nokturnal, antropofilik (98% menggigit manusia), eksofagik, endofilik. Data dasar mengenai perilaku nyamuk Anopheles (bionomi) sangat diperlukan dalam mengembangkan pola intervensi dan kontrol vektor yang lebih efektif dan efisien.

Dokumen yang terkait

KOLEKSI REFERENSI NYAMUK Anopheles DI BEBERAPA KABUPATEN DENGAN MASALAH MALARIA DI PULAU JAWA

0 0 6

Bina Ikawati, Bambang Yunianto, Tri Ramadhani ABSTRACT STUDY OF RATS AND SUNCUS FAUNA IN LEPTOSPIROSIS AREA IN KLATEN DISTRICT, CENTRAL JAVA PROVINCE

0 1 6

MALARIA SEBAGAI PENYAKIT ZOONOSIS | Wijayanti | BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

0 4 5

PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013 STUDY ENDOPARACITES HELMINTH OF RATS (Rattus spp.) IN CITEREUP- DAYEUH KOLOT BANDUNG, WEST JAVA 2013

0 0 8

POLA SEBARAN SPESIES TIKUS HABITAT PASAR BERDASARKAN JENIS KOMODITAS DI PASAR KOTA BANJARNEGARA PATTERN OF RAT DISTRIBUTION IN MARKET HABITAT BASED ON COMMODITY IN BANJARNEGARA CITY MARKET

0 0 7

POLA SEBARAN SPESIES TIKUS HABITAT PASAR BERDASARKAN JENIS KOMODITAS DI PASAR KOTA BANJARNEGARA PATTERN OF RAT DISTRIBUTION IN MARKET HABITAT BASED ON COMMODITY IN BANJARNEGARA CITY MARKET

0 0 5

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KASUS LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2011 LEPTOSPIROSIS OUTBREAK SPATIAL ANALYSIS IN KULONPROGO DISTRICT, 2011

0 0 5

PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013 STUDY ENDOPARACITES HELMINTH OF RATS (Rattus spp.) IN CITEREUP- DAYEUH KOLOT BANDUNG, WEST JAVA 2013

0 1 6

SPESIES TIKUS, CECURUT DAN PINJAL YANG DITEMUKAN DI PASAR KOTA BANJARNEGARA, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 SPECIES RATS, SHREW AND FLEAS FOUND IN THE MARKET TOWN BANJARNEGARA, BANJARNEGARA DISTRICT 2013

0 3 8

SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 ENTOMOLOGY SURVEY AS EARLY WARNING OF MALARIA TRANSMISION IN KENDAGA VILLAGE, BANJARMANGU SUB DISTRICT, BANJARNEGAR

0 0 6