c. Bridging Teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai penjaga kese

PANJAT TEBING

DEFINISI PANJAT TEBING
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari
sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki
gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan
peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing
dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai
lebih dari 45o dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.

Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan
kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan
dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah
ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah yang terdapat
ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai
puncak pemanjatan
Pada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan
sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu
sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat
tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan
olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih

mengedepankan unsur olah raga murni (sport)

SISTEM PEMANJATAN
System pemanjatan dibagi menjadi dua :
* Himalayan system
Pemanjatan system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara
terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan,
hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali
tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang

dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan
pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan ataupun yang lainnya
* Alpen system
Lain halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali
tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur
perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan
dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya karena semua kebutuhan
yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus dibawa pada saat itu juga.
1. LEADER
a. Langkah - langkah awal untuk peletakan peralatan.

- Piton dijadikan satu dalam sebuah carabiner non screw sesuai dengan jenis piton dan
diletakkan di samping harnest.
- Untuk peralatan lainnya dijadikan satu (friend, chock stopper,cholk hexentrik) dalam
sebuah carabiner non screw sesuai dengan jenisnya dan diletakkan disamping harnest.
- Sling diselempangkan di badan.
- Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest, bagian pangkal hammer menggunakan
carabiner screw dan di ikatkan sling atau tali prussik dengan panjang kurang lebih 1 M pada
harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi carabiner non screw untuk
menggantungkan hammer di samping harnest.
- Stirup, bagian atas stirup memakai carabiner non screw dan di letakkan pada samping
harnest.
- Cowstail sebanyak 2 buah dipasangkan pada harnest bagian depan dan pada kedua ujung
cowstail diberi carabiner non screw.
b. Setelah selesai memasang peralatan.
Pemanjat pertama menggunakan ujung tali utama yang di ikatkan pada harnest bagian
depan sebagai tali pengaman utama dan menggunakan simpul delapan tanpa menggunakan
carabiner, serta memasang tali transfer pada bagian belakang harnest dengan
menggunakan simpul delapan. pemanjat pertama memanjat dan memasang pengaman dan
menggunakan salah satu teknik pemakaian tali di atas teknik twin, double atau single-rope
tehnique, lalu pemanjatan siap dilaksanakan.

2. BELAYER
Belayer pada double, twin-rope tehnique dan single rope tehnique
Belayer memakai harnest lalu memasang carabiner screw dan figure of eight, kemudian ke
dua tali di pasangkan ke figur of eight pada bagian depan harnest. Ada hal yang harus di
ingat sebelum ke dua tali di pasangkan pada figur of eight yaitu kedua tali tersebut di
pisahkan dengan cara mengurai dan memisahkan kedua tali secara terpisah agar tali tidak
sampai kusut, baik antar tali atau pada bagian tali itu sendiri. (Teknik ini digunakan untuk
double dan twin-rope tehnique) untuk single rope tehnique talinya di uraikan Selanjutnya
harnest bagian belakang di ikatkan dengan cara mengikatkan ujung webbing ke bagian
belakang harnest dan bagian pangkal webbing di pasang ke pengaman, fungsi pentingnya
sebagai pengaman belay bila si pemanjat jatuh maka belayer tertahan oleh pengaman yang

dipasang pada bagian belakang tadi.
Setelah pemasangan diatas selesai pemanjatan dapat dimulai, Leader mulai langsung
memasang pengaman pertama, pengaman kedua dan pengaman seterusnya dengan posisi
tali tidak boleh zig zag karena akan menyebabakan tali lebih panjang terulur dan juga
beban hentakan pengaman tersebut akan lebih besar diterima, untuk menghindari hal
tersebut maka panjang sling dari pengaman tersebut di sesuaikan agar posisi talinya tetap
lurus .setelah sampai pada sebuah pitch atau ketinggian yang di inginkan, Hanging belay,
untuk lokasi, belayer harus mempunyai syarat :

Tempat pemasangan pengaman yang baik dan mencari teras untuk belayer itu sendiri agar
dapat leluasa dan tidak bosan
1. Belayer juga mencoba mencari tempat di mana belayer sendiri dapat melihat si pemanjat
dan si pemanjat dapat melihat si belayer.
2. Belayer sendiri menjaga mata dari jatuhnya batuan dari atas dan bila batu yang jatuhnya
sangat berbahaya kamu harus menggunakan helm atau meletakkan tas di atas kamu.
3. Antara belayer dan si pemanjat harus saling berkomunikasi untuk mengetahui posisi dan
keadaan dan juga menjaga kalau lagi ada kendala di antara keduanya.
Setelah melakukan itu semua, leader kemudian memasang minimal dua pengaman yang
benar-benar dapat menahan beban barang dan semua pemanjat, untuk pengaman pertama
ini menggunakan carabiner screw dan membuat simpul pangkal pada tali utama lalu
memasang pengaman kedua carabiner yang di gunakan carabiner screw dan membuat
simpul delapan pada sisa tali utama yang panjang dan satu pengaman lagi menggunakan
carabiner bebas untuk alur tali agar posisi yang membelay tetap ke atas, setelah itu
memasang sisa tali utama yang panjang pada figur of eight kemudian siap membelay
pemanjat yang tadinya menjadi belayer dimana sebelum melakukan pemanjatan memasang
carabiner screw di bagian depan harnest lalu membuat simpul delapan ganda untuk
dipasang pada carabiner tersebut dan pemanjatan siap dilakukan dengan memberi tanda
kepada belayer dan leader pun siap membelay pemanjat ke dua, setelah itu orang kedua
dengan di belay oleh leader tadi memanjat dengan melewati pengaman yang di pasang

leader.
Setelah selesai membelay, pemanjat kedua melakukan pemanjatan dengan melewati
pengaman yang di pasang dengan dibelay oleh leader, setelah tiba pada posisi belayer tadi
berada maka, pemanjat tadi langsung membuat simpul sesuai dengan simpul pada
pengaman pertama, pengaman kedua yang di pasang dan untuk peletakan simpul dan
carabiner yang di gunakan pada posisi sama dengan belayer.
3. RECORDING
Bekerja sebagai pencatat segala kegiatan yang di lakukan oleh team dan catatan itu di
sertai waktunya, juga tidak lupa mencatat apa saja alat yang sudah di gunakan oleh leader
dan juga bertugas mencatat semua alat yang sudah di cleaning. Agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan
4. CLEANING
Alat yang di pasang pada harnest :
a. Hammer : untuk melepaskan pengaman piton.

Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest, bagian pangkal hammer menggunakan
carabiner screw dan diikatkan sling atau tali prussik dengan panjang kurang lebih 1 M pada
harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi carabiner non screw untuk
menggantungkan hammer di samping harnest.
b. Chocker : untuk melepaskan pengaman sisip/chock

Chocker, untuk peletakkan pada harnest sama dengan cara peletakan hammer pada
harnest.
Setelah semua selesai, cleaner melakukan pemanjatan sambil mengambil pengaman yang
dipasang oleh leader tadi sampai cleaner berada pada posisi belayer kemudian memasang
simpul ,carabiner dan peletakannya sama dengan posisi belayer tadi.
c. Jumar : alat untuk melakukan ascending.
Adalah alat bantu untuk untuk naik melalui tali kernamantel.
>>Dilihat dari bentuk penggunaan peralatan panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok
besar :
# Artificial climbing :
Merupakan pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat
dan pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain
sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan
pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman
dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super
modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.
# Free climbing :
Adalah pemenajatan yang mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah
ketinggian dan alat berfungsi sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari
pemanjat. Walaupun dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer

namun pengaman yang baik adalah diri sendiri.
Sedangkan untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi
menjadi dua yaitu :
- Top rope : pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
- Solo : pemanjatan yang dilakukan seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leade,
Cleaner dan Belayer.
Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Solo artificial climbing
b. Solo free climbing

>>Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa
ketegori :
• Gym Climbing

Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor
(pullay atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan
dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.
• Top Roping
Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju
climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh,

biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).
• Lead Climbing
Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari
belayer langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali,
kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus
memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan
climber akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang
dia pasang. Terbagi 2 :
• Sport Climbing
Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan
dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport
climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada
hanger pada dinding tebing).
• Traditional / Trad / Adventure Climbing
Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad
Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak ada pengaman buatan yang
dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat
pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis
Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya
membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil

kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.
TEKNIK DASAR PANJAT TEBING
Seorang pemanjat harus bisa memahami tebing yang akan dipanjat, bagaimana kontur
tebing tersebut, apa saja peralatan yang nantinya akan dipergunakan, dan kalau bisa tahu
secara detail bagaimana bentuk pegangan dan celah-celah yang ada pada tebing tersebut
yang paling utama pemanjat harus bisa menentukan jalur pemanjatan, cara pemasangan
dan penggunaan peralatan yang benar, hal itu akan menjadi safety standart prosedur dalam
pemanjatan sehingga menjadi support tambahan bagi kesuksesan dalam melakukan

pemanjatan.
Teknik pemanjatan dikelompokkan sesuai bagian dengan tebing yang dimanfaatkan untuk
memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :
a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang
memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan
b. Friction / Slab Climbing
Teknik ini hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu
c. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang digunakan oleh anggota badan yang seolah-olah
berfungsi sebagai pasak

>>Dengan cara demikian dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut ;
a. Jamming
Teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan,
kaki atau tangan dapat dimasukkan / diselipkan pada celah sehingga seolah-olah
menyerupai pasak
b. Chimneying
Teknik memanjat celah vertical yang cukup besar. Badan masuk diantara celah dan
punggung menempel disalah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing
depan, dan sebelah lagi menempel ke sisi tebing belakang. Kedua tangan diletakkan
menempel pula dan membantu mendorong serta membantu menahan berat badan.
c. Bridging
Teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan
menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi
badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai penjaga
keseimbangan.
d. Lay back
Teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini
jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk
menempatkan kedua kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik silih berganti.
e. Hand traverse

Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila
pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertukal sudah tidak
memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh
berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan
pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
f. Mantelself
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun
cukup besar untuk diandalkan untuk tempat brdiri selanjutnya. Kedua tangan dgunakan
untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut

setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk
mengngkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.
Sebagaimana panjat tebing ialah memanfaatkan cacat batuan untuk menambah ketinggian
sehingga seorang pemanjat dituntut berani, teliti dan terampil juga dalam kemampuan
berfikir yang tepat dalam bertindak dengan keadaan yang terbatas untuk membuat
keputusan menyiasati dan memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat, cepat
dan aman.
PROSEDUR PEMANJATAN
Tahapan-tahapan dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai
berikut :
a. mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dicapai.
b. Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan
c. Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil /
memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri adalah membuat
lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
d. Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu
Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga
bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan langkah awal
yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
e. Bila belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba
pemanjatan
f. Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch (tali habis) ian harus memasang ancor.
g. Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer untuk
mengamankan pemenjat berikutnya.
PERALATAN PANJAT TEBING
Adapun jenis-jenis peralatan yang biasa digunakan untuk panjat tebing adalah :
1) Tali Karmantel
Tali dibagi 2 macam Tali serat alam (tali dadung) dan Tali serat sintetis.
Tali serat sintetis menjadi dibagi 2 yaitu
a. Tali Hawserlaid (terbuat dari nilon)
b. Tali Kern mantel, tali ini dibagi 2 bagian yaitu bagian mantel biasanya bagian ini terbuat
dari kain khusus dan bagian inti yang umumnya bagian ini terbuat dari serabut-serabut
nilon.
Tali kern mantel ada 3 jenis yaitu:
a. Dinamis, tali ini lentur dengan daya regang sekitar 30 % biasa digunakan untuk climbimg
b. Statis, tali ini kurang lentur dan daya regang sekitar 15% biasa digunakan untuk
rappelling.
c. Semi, daya regang antara dinamis dan statis dapat digunakan untuk climbing maupun
rappelling.
2) Carabiner

Carabiner adalah pengaman pemanjat berupa cincin kail yang meyambungkan raner dengan
badan climber yang dipasang pada harness.
Bahan-bahan carabiner:
a. Besi Baja
b. Campuran alumunium
Jenis pinti carabiner:
a.Memakai kunci (screw gate,), carabiner jenis ini lebih aman tapi sulit untuk dipasang atau
dilepas
b.Tanpa kunci, carabiner ini lebih mudah untuk dipasang dan dilepas tapi keamanannya
tidak seperti carabiner screw gate.
3) Harnes Yaitu pengaman yang dipakai oleh climber. Jenisnya yaitu:
-sit harness
-full boby (body harness)
4) SlinkSlink yaitu tali penggabung carabiner
Slink ada 2 macam yaitu:
a slink pita dapat digunakan untuk menyambung carabiner
b.slink prusik
5) Raner
Raner digunakan oleh pendaki untuk menghubungkan tali untuk jangkar baut, atau untuk
perlindungan tradisional lainnya, yang memungkinkan tali bergerak melalui sistem penahan
dengan gesekan minimal. QuickDraw terdiri dari dua non-penguncian carabiner terhubung
bersama-sama oleh loop, pendek sebelum dijahit anyaman. Atau, dan cukup teratur,
anyaman pra-dijahit digantikan oleh sling dari anyaman di atas Dyneema / nilon. Hal ini
biasanya dari sebuah loop cm 60 dan dapat meningkat tiga kali lipat antara carabiner untuk
membentuk loop cm 20. Kemudian ketika panjang lebih lanjut diperlukan sling dapat
dikembalikan kembali ke dalam lingkaran 60 cm menawarkan fleksibilitas lebih dari loop
sebelum dijahit. Carabiner digunakan untuk kliping ke dalam perlindungan umumnya
memiliki gerbang lurus, mengurangi kemungkinan carabiner sengaja unclipping dari
perlindungan. Para carabiner ke tali yang terpotong sering memiliki gerbang membungkuk,
sehingga kliping tali ke carabiner ini dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
6)Sepatu Panjat
Sepatu panjat biasanya terbuat dari karet mentah, bagian depan dari sepatu panjat ini lebih
keras agar kaki climber tidak sakit.
7) Webing
Webing biasanya digunakan untuk pengaman badan climber pengganti harness yang
umumnya terbuat dari nilon.

Kapasitas menahannya sekitar 4000 pon dan kekuatan menahannya tergantung dari
simpulnya.
8). Piton
Piton biasanya digunakan pada saat memanjat tebing alam fungsinya sebagai pengaman
pemanjatan pengganti raner yang digunakan pada bongkahan-bongkahan batu. Ada dua
tipe yaitu piton bilah /pasak , piton siku. Bahannya dari baja kromoli
9) Chook
Cok bermacam-macam bentuknya, diantaranya bentuk persegi empat (Interlaph) dan
persegi enam (Exentric). Bentuk segi empat panjangnya dari ½ cm-1 ½ cm dipasang pada
bongkahan-bongkahan tebing, segienam ukuran panjangnya 2cm-5cm. Tali cok terbuat dari
baja. Keuntungan menggunakan cok sebagai raner pada bongkahan-bongkahan batu
ditebing adalah dapat dilepas kembali dengan menggunakan alat pembukanya.
10) Figure of eight Digunakan pada biley/ rappelin
Ini adalah aluminium (atau kadang-kadang baja) "8" perangkat berbentuk, tapi datang
dalam beberapa varietas. Keuntungan utama adalah pembuangan panas yang efisien.
Sebuah persegi delapan, digunakan dalam aplikasi penyelamatan, lebih baik untuk
rappelling dari 8 tradisional. Sebuah angka delapan descender.
11) Glops
Sarung tangan yang biasa dipakai oleh biley/ rappeling untuk menghindari gesekan
langsung ke tali.
12) Helmet
Helmet digunakan sebagai pelindung kepala climber
13)Chalk Bag
Digunakan sebagai pengemas chock(magnesium) yang fungsinya untuk tangan dan kaki
agar tidak licin ssat memanjat.
14) Stik Plan
Digunakan sebagai discander untuk menuruni tebing umumnya terbuat dari alumunium
15) Rock Bandering
Pada zaman dahulu sering digunakan untuk mengemas peralatan panjat, tapi sekarang
sudah tidak dipakai karena telah ditemukan harness untuk membawa peralatan panjat.
16)Ascander
Ascander digunakan untuk naik diudara(bukan pada tebing) dapat juga digunakan untuk
menaiki tebing yang posisinya vertical.
1 7)Discander

Discander digunakan untuk turun dengan menggunakan tali bukan pada tebing.
18) Pulley
Pulley digunakan untuk mengangkat peralatan dari bawah kepuncak tebing, bentuknya
seperti katrol kecil dan terbuat dari campuran beton dan alumunium.
19) Hammer
untuk melepaskan pengaman piton. Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest,
bagian pangkal hammer menggunakan carabiner screw dan diikatkan sling atau tali prussik
dengan panjang kurang lebih 1 M pada harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi
carabiner non screw untuk menggantungkan hammer di samping harnest.
20) Eterier (tangga tali)
Eterier atau yang biasa di sebut tangga tali ini biasanya terbuat dari webing yang berfungsi
membantu atau memudahkan pemanjat.
21) Sky Hook
Alat yang berfungsi untuk memudahkan pemanjat untuk free dari pemanjatan, dengan cara
bertumpu pada tebing.

Referensi :
http://yusmosupadmo.blogspot.co.id/2015/11/artikel-panjat-tebing-rockclimbing.html