Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
MAKALAH
ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Disusun oleh :
Kelompok 3
Amajida Lutfia
(140400104)
Astuty Hidayanti
(140400075)
Emilia Septiani
(140400081)
Faza M Abdillah
(140400096)
Indra Kusuma W.
(140400077)
M. Hafid Arasyid
(140400089)
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Pangan yang dimaksud
dalam hal ini adalah pangan pokok bagi masyarakat Indonesia, yaitu
beras, sumber karbohidrat bagi tubuh. Tercukupinya asupan gizi yang
terkandung dalam pangan dan diserap oleh tubuh dapat menghasilkan
sumber
daya
memenuhi
manusia
kecukupan
yang
berkualitas.
pangan,
maka
Mengingat pentingnya
setiap
negara
akan
mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai fondasi
bagi pembangunan sektor-sektor lainnya (Arumsari dan Rini, 2007).
Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan ketahanan
pangan dan hal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7
tahun 1996 tentang pangan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 68 tahun 2002 tentang pangan, ketahanan
pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari : (1) tersedianya pangan secara
cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata;
dan
(4)
terjangkau.
Dengan
pengertian
tersebut,
mewujudkan
ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:
1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup,
diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan
yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan
manusia.
2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas
dari
cemaran
biologis,
kimia,
dan
benda
lain
yang
dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia,
serta aman dari kaidah agama.
3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan
yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau
(Rahayu, 2007).
Terdapat beberapa definisi lain tentang ketahanan pangan yang
dikemukakan baik oleh lembaga perbankan maupun hasil konferensi
internasional.
Menurut
World
Bank
dalam
Indaryanti
(2003)
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses semua orang pada
setiap
saat
kehidupan
terhadap
yang
aktif
pangan yang
dan
sehat.
mencukupi
untuk
menjamin
Berdasarkan
hasil
konferensi
internasional World Conference on Human Right (1993) dalam Saliem
(2005), ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya
kebutuhan gizi setiap individu baik dalam jumlah maupun mutu agar
dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai dengan
budaya setempat. Berdasarkan definisi tersebut, ketahanan pangan
yang dimaksud tidak hanya di tingkat global, nasional, dan regional tapi
juga sampai pada tingkat rumah tangga. Ketersediaan pangan nasional
dan regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan rumahtangga
atau individu karena ketersediaan pangan dan ketahanan pangan
ditentukan oleh akses untuk mendapatkan pangan (Saliem et al., 2005).
B. Tujuan
1. Menyelesaikan tugas Blok Food Safety and Nutrition Security II yaitu
melakukan pengamatan ketahanan pangan keluarga dengan
kuesioner yang telah disediakan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan suatu keluarga.
3. Mahasiswa dapat mengetahui serta menentukan bagaimana suatu
keluarga dapat digolongkan tahan pangan dan rawan pangan.
BAB II
ISI
A. Gambaran Lokasi
a. Ekonomi menengah ke bawah
Lokasi terletak di daerah Rungkemn Rt 03, Taman Tirto, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta. Memiliki kriteria sebagai berikut yaitu:
rumah dengan atap genting, berdinding tembok dan sebagian
berdinding anyaman bambu, memiliki 1 ruang kamar dan 1
kamar
mandi,
berlantai
dasar
tanah,
setiap
harinya
menggunakan perapian berbahan bakar kayu.
b. Ekonomi menengah ke atas
Lokasi terletak di dusun Tundan, Taman Tirto, Bantul, Yogyakarta.
Dengan kriteria sebagai berikut yaitu: rumah yang beratapkan
genting,
dengan
dinding
tembok,
berlantai
dasar(sudah
bertekel), memiliki 6 ruang kamar, 1 ruang tamu dan 3 kamar
mandi, serta memiliki 1 ruang untuk memasak atau dapur yang
setiap
harinya
digunakan
untuk
memasak
yang
sudah
menggunakan kompor gas.
B. Karakteristik Sampel
a. Ekonomi menengah ke bawah
Pada keluarga ini memiliki 2 orang anggota keluarga yaitu: 1
orang sebagai kepala rumah tangga yang juga bertugas untuk
mencari nafkah dan 1 orang sebagai ibu rumah tangga
b. Ekonomi menengah ke atas
Pada keluarga ini memiliki 4 orang anggota keluarga yaitu 1
orang sebagai kepala rumah tangga yang juga bertugas untuk
mencari nafkah, 1 orang ibu rumah tangga, 2 orang anak (salah
satu anaknya masih bersekolah dan yang satunya tidak
bekerja).
C. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil form penilaian pada Bapak A
Katego
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan
Apakah anda khawatir keluarga anda akan
0 =Tidak
1
kehabisan makanan sebelum anda punya
Apakah
anda membelinya
khawatir anda
tidak punya cukup
uang untuk
kembali?
1
uang untuk membeli makanan yang cukup
Apakah
gizi? anda berharap dapat membeli
makanan lebih banyak, jika anda punya uang
yang lebih?
Apakah
keluarga anda pernah kehabisan
0
0
makanan, karena anda tidak punya uang
Apakah keluarga anda pernah makan dengan
1
makanan yang sama selama beberapa hari,
Apakah
makan
sedikit
dari
yang
karena anda
anda pernah
tidak punya
uang
untuk
membeli
1
anda inginkan, karena anda tidak punya cukup
Apakah
anak membeli
anda, termasuk
anda sendiri
uang untuk
makanan?
1
pernah tidak cukup makan karena anda tidak
Apakah
anda untuk
tidak punya
cukup
uang untuk
punya uang
membeli
makanan
1
membeli makanan yang sehat dan bergizi
Kadang
kalaanda?
berat badan seseorang turun
bagi anak
karena kurang makan. Apakah dalam satu
1 =Ya
0
tahun terakhir berat badan keluarga anda
b. Hasil form penilaian pada Bapak K
No
1
2
Pertanyaan
Apakah anda khawatir keluarga anda akan
kehabisan makanan sebelum anda punya
Apakah
anda membelinya
khawatir anda
tidak punya cukup
uang untuk
kembali?
uang untuk membeli makanan yang cukup
Apakah anda berharap dapat membeli
3 gizi?
makanan lebih banyak, jika anda punya uang
Apakah
keluarga anda pernah kehabisan
yang lebih?
4
makanan, karena anda tidak punya uang
Katego
0 =Tidak 1 =Ya
0
0
0
0
untuk membeli
Apakah
keluarga makanan?
anda pernah makan dengan
5
makanan yang sama selama beberapa hari,
karena anda tidak punya uang untuk membeli
makanan yang berbeda?
0
6
7
8
9
Apakah anda pernah makan sedikit dari yang
0
anda inginkan, karena anda tidak punya cukup
Apakah
anak membeli
anda, termasuk
anda sendiri
uang untuk
makanan?
0
pernah tidak cukup makan karena anda tidak
Apakah
anda untuk
tidak punya
cukup
uang untuk
punya uang
membeli
makanan
0
membeli makanan yang sehat dan bergizi
Kadang
berat badan seseorang turun
bagian kala
aanda?
0
karena kurang makan. Apakah dalam satu
tahun terakhir berat badan keluarga anda
Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi setiap saat. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN)
yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 dalam Susilowati (2014)
mendefinisikan
bahwa:
“Ketahanan
pangan
rumah
tangga
(household food security) adalah kemampuan rumah tangga untuk
memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar
dapat
hidup
sehat
dan
mampu
melakukan
kegiatan
sehari-
hari”kemudian dalam sidang Committee on World Food Security
1996 definisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan
“Harus diterima oleh budaya setempat (acceptable with given
culture)”.
Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan
yang
menyatakan
bahwa
ketahanan
pangan
adalah
kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan. Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO
(1996) dan UU RI No. 18 tahun 2012, yang mengadopsi definisi dari
FAO, ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu:
kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan,
aksesibilitas terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
di
kawasan
Asia
Tenggara.
Sebagai
konsekuensi
negara
berkembang, tentu tidak luput dari kemiskinan. Berdasarkan data
dari BPS, pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan Rp271.626,00) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang
(11,37 persen).
Menurut Mubyarto (1994: 158) yang dimaksud kelompok
miskin ialah mereka yang aktif bekerja namun memiliki penghasilan
yang rendah sekali, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang mereka perlukan khususnya kebutuhan pangan. Konsumsi
makanan pokok mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860
kalori sehari, dengan orang dewasanya memperoleh maksimum
2000 kalori seorang perhari. Suatu jumlah yang sangat rendah bagi
seorang
tenaga
kasar
karena
seorang
petani
pencangkul
memerlukan 3500 kalori sehari.
Menurut UU No 52 tahun 2009 yang dimaksud keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Keluarga merupakan lingkungan dimana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Mereka saling
berinteraksi satu sama lain. Keluarga adalah tempat pertama dan
utama dalam pembentukan karakter seseorang.
Menurut Susilowati (2014) yang dimaksud dengan pendapatan
rumah tangga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
semua
anggota
keluarga
yang
bekerja
dalam
satu
bulan.
Pendapatan masing-masing anggota keluarga tersebut kemudian
dijumlahkan menjadi satu.
Keynes
dalam
Nopirin
(1997:
80)
menyatakan
bahwa
pengeluaran konsumsi (C) terutama tergantung dari pendapatan
(Y), makin tinggi pendapatan makin tinggi konsumsi. Pengeluaran
konsumsi merupakan fungsi (linier) terhadap pendapatan. Adapun
fungsi konsumsi tersebut adalah sebagai berikut:
C = a + bY
Keterangan:
C = konsumsi
a = konstanta
b = perubahan konsumsi per unit perubahan pendapatan (ΔC/ΔY)
atau biasa disebut marginal propensity to consume (MPC)
Menurut
berpengaruh
Susilowati
positif
(2014)
terhadap
pendapatan
ketahanan
rumah
pangan
tangga
RTM
yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumah tangga
maka semakin tinggi pula probabilitas RTM masuk dalam kategori
tahan pangan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan sangat terlihat
dengan jelas perbedaan antara keluarga bapak K yang merupakan
golongan ekonomi menengah keatas dan bapak A yang merupakan
golongan
ekonomi
menengah
kebawah.
Perbedaan
tersebut
diakibatkan oleh perbedaan perkapita keluarga bapak K dan bapak
A.
Data
yang
telah
didapatkan
juga
menunjukkan
bahwa
keluarga bapak K termasuk golongan tahan pangan dan keluarga
bapak A termasuk golongan keluarga rawan pangan. Penggolongan
ini
didapatkan dari uraian Tim Dosen Blok Food Safety and
Nutrition Security II (2015) yang menuturkan bahwa apabila
terdapat satu jawaban dari kuesioner yang dijawab “Ya” maka
rumah tangga tersebut dinyatakan Tidak Tahan Pangan.
BAB III
Kesimpulan
Dari data yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap ketahanan pangan suatu keluarga atau
rumah tangga adalah faktor pendapatan perkapita rumah tangga
tersebut.
2. Dari kedua sampel dapat digolongkan rumah tangga yang tahan
pangan adalah keluarga bapak K , kemudian rumah tangga bapak A
termasuk golongan rawan pangan atau tidak tahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arumsari, Vini dan Wulandari Dwi Etika Rini. 2007. “Peran Wanita Tani
dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan pada Tingkat Rumahtangga di Kabupaten
Sleman,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta”.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan Vol. 13 No.1, April 2008 Hal: 71-82. (Situs
Universitas
Islam
Indonesia
http://journal.uii.ac.id/index.Php/
JEP/article/viewFile/52/150).
FAO. 1996. World Food Summit, 13-17 Nopember 1996. Volume 1, 2
dan 3. FAO, Rome.
Indaryanti, Y. 2003. “Analisis Strategi Ketahanan Pangan Komunitas Petani
(Studi
Kasus
di
Desa
Sidajaya,
Kecamatan
Cipunagara,
Kabupaten Subang, Jawa Barat)”. Tesis pada Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Mubyarto. 1994. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
LP3ES, Indonesia.
Nopirin. 1997. “Ekonomi Moneter”. Yogyakarta: BPFE
Rahayu, D. 2007. “Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau
Andalan Pulp And Paper Dalam Kaitannya dengan Upaya
Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga”. Tesis pada
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Saliem, Handewi P., Adreng P., Gatoet S. H., Tri B. P., Yana S., Yuni M., dan
Waluyo. 2005. “Manajemen Ketahanan Pangan Era Otonomi
Daerah dan Perum BULOG”. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan
Pertanian,
Badan
Penelitian
Pertanian, Departemen Pertanian.
dan
Pengembangan
Susilowati, Heni. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Srandakan Bantul”.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Tim Dosen Blok Food Safety and Nutrition Security II. 2015. “Petunjuk
Praktikum Food Safety and Nutrition Security II”. Universitas
Alma Ata. Yogyakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2012 tentang Pangan
(diakses
dari
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=5AkiVMaTGpCVuASX7oCIAQ=
UndangUndang+Republik+Indonesia+No+18+tahun+2012+ten
tang+Pangan)
Undang-Undang
Republik
Perkembangan
(diakses
Indonesia
Kependudukan
dari
No
52
dan
tahun
2009
Pembangunan
tentang
Keluarga
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=5AkiVMaTGpCVuASX7oCIAQ#q=UndangUndang+
Republik+Indonesia+No+52+tahun+2009+tentang+Perkemban
gan++Kependudukan+dan+Pembangunan+Keluarga
ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Disusun oleh :
Kelompok 3
Amajida Lutfia
(140400104)
Astuty Hidayanti
(140400075)
Emilia Septiani
(140400081)
Faza M Abdillah
(140400096)
Indra Kusuma W.
(140400077)
M. Hafid Arasyid
(140400089)
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Pangan yang dimaksud
dalam hal ini adalah pangan pokok bagi masyarakat Indonesia, yaitu
beras, sumber karbohidrat bagi tubuh. Tercukupinya asupan gizi yang
terkandung dalam pangan dan diserap oleh tubuh dapat menghasilkan
sumber
daya
memenuhi
manusia
kecukupan
yang
berkualitas.
pangan,
maka
Mengingat pentingnya
setiap
negara
akan
mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai fondasi
bagi pembangunan sektor-sektor lainnya (Arumsari dan Rini, 2007).
Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan ketahanan
pangan dan hal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7
tahun 1996 tentang pangan.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 68 tahun 2002 tentang pangan, ketahanan
pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari : (1) tersedianya pangan secara
cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata;
dan
(4)
terjangkau.
Dengan
pengertian
tersebut,
mewujudkan
ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:
1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup,
diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan
yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan
manusia.
2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas
dari
cemaran
biologis,
kimia,
dan
benda
lain
yang
dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia,
serta aman dari kaidah agama.
3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan
yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau
(Rahayu, 2007).
Terdapat beberapa definisi lain tentang ketahanan pangan yang
dikemukakan baik oleh lembaga perbankan maupun hasil konferensi
internasional.
Menurut
World
Bank
dalam
Indaryanti
(2003)
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses semua orang pada
setiap
saat
kehidupan
terhadap
yang
aktif
pangan yang
dan
sehat.
mencukupi
untuk
menjamin
Berdasarkan
hasil
konferensi
internasional World Conference on Human Right (1993) dalam Saliem
(2005), ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya
kebutuhan gizi setiap individu baik dalam jumlah maupun mutu agar
dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai dengan
budaya setempat. Berdasarkan definisi tersebut, ketahanan pangan
yang dimaksud tidak hanya di tingkat global, nasional, dan regional tapi
juga sampai pada tingkat rumah tangga. Ketersediaan pangan nasional
dan regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan rumahtangga
atau individu karena ketersediaan pangan dan ketahanan pangan
ditentukan oleh akses untuk mendapatkan pangan (Saliem et al., 2005).
B. Tujuan
1. Menyelesaikan tugas Blok Food Safety and Nutrition Security II yaitu
melakukan pengamatan ketahanan pangan keluarga dengan
kuesioner yang telah disediakan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan suatu keluarga.
3. Mahasiswa dapat mengetahui serta menentukan bagaimana suatu
keluarga dapat digolongkan tahan pangan dan rawan pangan.
BAB II
ISI
A. Gambaran Lokasi
a. Ekonomi menengah ke bawah
Lokasi terletak di daerah Rungkemn Rt 03, Taman Tirto, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta. Memiliki kriteria sebagai berikut yaitu:
rumah dengan atap genting, berdinding tembok dan sebagian
berdinding anyaman bambu, memiliki 1 ruang kamar dan 1
kamar
mandi,
berlantai
dasar
tanah,
setiap
harinya
menggunakan perapian berbahan bakar kayu.
b. Ekonomi menengah ke atas
Lokasi terletak di dusun Tundan, Taman Tirto, Bantul, Yogyakarta.
Dengan kriteria sebagai berikut yaitu: rumah yang beratapkan
genting,
dengan
dinding
tembok,
berlantai
dasar(sudah
bertekel), memiliki 6 ruang kamar, 1 ruang tamu dan 3 kamar
mandi, serta memiliki 1 ruang untuk memasak atau dapur yang
setiap
harinya
digunakan
untuk
memasak
yang
sudah
menggunakan kompor gas.
B. Karakteristik Sampel
a. Ekonomi menengah ke bawah
Pada keluarga ini memiliki 2 orang anggota keluarga yaitu: 1
orang sebagai kepala rumah tangga yang juga bertugas untuk
mencari nafkah dan 1 orang sebagai ibu rumah tangga
b. Ekonomi menengah ke atas
Pada keluarga ini memiliki 4 orang anggota keluarga yaitu 1
orang sebagai kepala rumah tangga yang juga bertugas untuk
mencari nafkah, 1 orang ibu rumah tangga, 2 orang anak (salah
satu anaknya masih bersekolah dan yang satunya tidak
bekerja).
C. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil form penilaian pada Bapak A
Katego
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan
Apakah anda khawatir keluarga anda akan
0 =Tidak
1
kehabisan makanan sebelum anda punya
Apakah
anda membelinya
khawatir anda
tidak punya cukup
uang untuk
kembali?
1
uang untuk membeli makanan yang cukup
Apakah
gizi? anda berharap dapat membeli
makanan lebih banyak, jika anda punya uang
yang lebih?
Apakah
keluarga anda pernah kehabisan
0
0
makanan, karena anda tidak punya uang
Apakah keluarga anda pernah makan dengan
1
makanan yang sama selama beberapa hari,
Apakah
makan
sedikit
dari
yang
karena anda
anda pernah
tidak punya
uang
untuk
membeli
1
anda inginkan, karena anda tidak punya cukup
Apakah
anak membeli
anda, termasuk
anda sendiri
uang untuk
makanan?
1
pernah tidak cukup makan karena anda tidak
Apakah
anda untuk
tidak punya
cukup
uang untuk
punya uang
membeli
makanan
1
membeli makanan yang sehat dan bergizi
Kadang
kalaanda?
berat badan seseorang turun
bagi anak
karena kurang makan. Apakah dalam satu
1 =Ya
0
tahun terakhir berat badan keluarga anda
b. Hasil form penilaian pada Bapak K
No
1
2
Pertanyaan
Apakah anda khawatir keluarga anda akan
kehabisan makanan sebelum anda punya
Apakah
anda membelinya
khawatir anda
tidak punya cukup
uang untuk
kembali?
uang untuk membeli makanan yang cukup
Apakah anda berharap dapat membeli
3 gizi?
makanan lebih banyak, jika anda punya uang
Apakah
keluarga anda pernah kehabisan
yang lebih?
4
makanan, karena anda tidak punya uang
Katego
0 =Tidak 1 =Ya
0
0
0
0
untuk membeli
Apakah
keluarga makanan?
anda pernah makan dengan
5
makanan yang sama selama beberapa hari,
karena anda tidak punya uang untuk membeli
makanan yang berbeda?
0
6
7
8
9
Apakah anda pernah makan sedikit dari yang
0
anda inginkan, karena anda tidak punya cukup
Apakah
anak membeli
anda, termasuk
anda sendiri
uang untuk
makanan?
0
pernah tidak cukup makan karena anda tidak
Apakah
anda untuk
tidak punya
cukup
uang untuk
punya uang
membeli
makanan
0
membeli makanan yang sehat dan bergizi
Kadang
berat badan seseorang turun
bagian kala
aanda?
0
karena kurang makan. Apakah dalam satu
tahun terakhir berat badan keluarga anda
Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi setiap saat. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN)
yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 dalam Susilowati (2014)
mendefinisikan
bahwa:
“Ketahanan
pangan
rumah
tangga
(household food security) adalah kemampuan rumah tangga untuk
memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar
dapat
hidup
sehat
dan
mampu
melakukan
kegiatan
sehari-
hari”kemudian dalam sidang Committee on World Food Security
1996 definisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan
“Harus diterima oleh budaya setempat (acceptable with given
culture)”.
Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan
yang
menyatakan
bahwa
ketahanan
pangan
adalah
kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan. Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO
(1996) dan UU RI No. 18 tahun 2012, yang mengadopsi definisi dari
FAO, ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu:
kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan,
aksesibilitas terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
di
kawasan
Asia
Tenggara.
Sebagai
konsekuensi
negara
berkembang, tentu tidak luput dari kemiskinan. Berdasarkan data
dari BPS, pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan Rp271.626,00) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang
(11,37 persen).
Menurut Mubyarto (1994: 158) yang dimaksud kelompok
miskin ialah mereka yang aktif bekerja namun memiliki penghasilan
yang rendah sekali, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang mereka perlukan khususnya kebutuhan pangan. Konsumsi
makanan pokok mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860
kalori sehari, dengan orang dewasanya memperoleh maksimum
2000 kalori seorang perhari. Suatu jumlah yang sangat rendah bagi
seorang
tenaga
kasar
karena
seorang
petani
pencangkul
memerlukan 3500 kalori sehari.
Menurut UU No 52 tahun 2009 yang dimaksud keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Keluarga merupakan lingkungan dimana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Mereka saling
berinteraksi satu sama lain. Keluarga adalah tempat pertama dan
utama dalam pembentukan karakter seseorang.
Menurut Susilowati (2014) yang dimaksud dengan pendapatan
rumah tangga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
semua
anggota
keluarga
yang
bekerja
dalam
satu
bulan.
Pendapatan masing-masing anggota keluarga tersebut kemudian
dijumlahkan menjadi satu.
Keynes
dalam
Nopirin
(1997:
80)
menyatakan
bahwa
pengeluaran konsumsi (C) terutama tergantung dari pendapatan
(Y), makin tinggi pendapatan makin tinggi konsumsi. Pengeluaran
konsumsi merupakan fungsi (linier) terhadap pendapatan. Adapun
fungsi konsumsi tersebut adalah sebagai berikut:
C = a + bY
Keterangan:
C = konsumsi
a = konstanta
b = perubahan konsumsi per unit perubahan pendapatan (ΔC/ΔY)
atau biasa disebut marginal propensity to consume (MPC)
Menurut
berpengaruh
Susilowati
positif
(2014)
terhadap
pendapatan
ketahanan
rumah
pangan
tangga
RTM
yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumah tangga
maka semakin tinggi pula probabilitas RTM masuk dalam kategori
tahan pangan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan sangat terlihat
dengan jelas perbedaan antara keluarga bapak K yang merupakan
golongan ekonomi menengah keatas dan bapak A yang merupakan
golongan
ekonomi
menengah
kebawah.
Perbedaan
tersebut
diakibatkan oleh perbedaan perkapita keluarga bapak K dan bapak
A.
Data
yang
telah
didapatkan
juga
menunjukkan
bahwa
keluarga bapak K termasuk golongan tahan pangan dan keluarga
bapak A termasuk golongan keluarga rawan pangan. Penggolongan
ini
didapatkan dari uraian Tim Dosen Blok Food Safety and
Nutrition Security II (2015) yang menuturkan bahwa apabila
terdapat satu jawaban dari kuesioner yang dijawab “Ya” maka
rumah tangga tersebut dinyatakan Tidak Tahan Pangan.
BAB III
Kesimpulan
Dari data yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap ketahanan pangan suatu keluarga atau
rumah tangga adalah faktor pendapatan perkapita rumah tangga
tersebut.
2. Dari kedua sampel dapat digolongkan rumah tangga yang tahan
pangan adalah keluarga bapak K , kemudian rumah tangga bapak A
termasuk golongan rawan pangan atau tidak tahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arumsari, Vini dan Wulandari Dwi Etika Rini. 2007. “Peran Wanita Tani
dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan pada Tingkat Rumahtangga di Kabupaten
Sleman,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta”.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan Vol. 13 No.1, April 2008 Hal: 71-82. (Situs
Universitas
Islam
Indonesia
http://journal.uii.ac.id/index.Php/
JEP/article/viewFile/52/150).
FAO. 1996. World Food Summit, 13-17 Nopember 1996. Volume 1, 2
dan 3. FAO, Rome.
Indaryanti, Y. 2003. “Analisis Strategi Ketahanan Pangan Komunitas Petani
(Studi
Kasus
di
Desa
Sidajaya,
Kecamatan
Cipunagara,
Kabupaten Subang, Jawa Barat)”. Tesis pada Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Mubyarto. 1994. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
LP3ES, Indonesia.
Nopirin. 1997. “Ekonomi Moneter”. Yogyakarta: BPFE
Rahayu, D. 2007. “Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau
Andalan Pulp And Paper Dalam Kaitannya dengan Upaya
Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga”. Tesis pada
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Saliem, Handewi P., Adreng P., Gatoet S. H., Tri B. P., Yana S., Yuni M., dan
Waluyo. 2005. “Manajemen Ketahanan Pangan Era Otonomi
Daerah dan Perum BULOG”. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan
Pertanian,
Badan
Penelitian
Pertanian, Departemen Pertanian.
dan
Pengembangan
Susilowati, Heni. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Srandakan Bantul”.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Tim Dosen Blok Food Safety and Nutrition Security II. 2015. “Petunjuk
Praktikum Food Safety and Nutrition Security II”. Universitas
Alma Ata. Yogyakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2012 tentang Pangan
(diakses
dari
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=5AkiVMaTGpCVuASX7oCIAQ=
UndangUndang+Republik+Indonesia+No+18+tahun+2012+ten
tang+Pangan)
Undang-Undang
Republik
Perkembangan
(diakses
Indonesia
Kependudukan
dari
No
52
dan
tahun
2009
Pembangunan
tentang
Keluarga
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=5AkiVMaTGpCVuASX7oCIAQ#q=UndangUndang+
Republik+Indonesia+No+52+tahun+2009+tentang+Perkemban
gan++Kependudukan+dan+Pembangunan+Keluarga