prapenuntutan tp perikanan
ILLEGAL
FISHING
Dr. SETYO UTOMO, SH., M.Hum
ILLEGAL FISHING
Antara lain :
1.Penangkapan ikan di WPPRI tanpa izin.
2.Menggunakan izin palsu.
3.Tidak dilaporkan di pelabuhan pangkalan.
4.Membawa hasil tangkapan langsung ke luar
negeri.
5.Menggunakan alat penangkapan ikan
terlarang.
6.Menggunakan alat penangkapan ikan
dengan jenis / ukuran alat tangkap yang tidak
sesuai dengan izin.
MODUS OPERANDI :
1. Double Flagging.
2. Manipulasi data dalam mendaftarkan
kapal eks. Asing menjadi KII (manipulasi
Delition certificate dan Bill of Sale).
3. Transhipment di tengah laut.
4. Mematikan
/
memindahkan
Vesel
Monitoring System (VMS) ke kapal lain.
5. Satu izin untuk beberapa kapal yang
sengaja dibuat serupa (bentuk dan
warna).
MODUS OPERANDI LANJUTAN :
6. Memasuki wilayah indonesia dengan
alasan tersesat atau menghindar dari
badai.
7. Melakukan lintas damai namun tidak
menyimpan alat penangkapan di
dalam palka (alat penangkapan
kedapatan dalam kondisi basah).
8. Alasan Traditional Fishing Right
(kapal-kapal pump boat).
9. Transhipment di tengah laut (kapal
penangkap menangkap di WPPRI dan
memindahkan hasil tangkapan ke
kapal
pengumpul
yang
sdh
menunggu di batas luar ZEEI).
MODUS OPERANDI LANJUTAN :
10.Menangkap
tidak
pada
fishing
ground yang ditetapkan.
11.Untuk alat tangkap pukat ikan
ukuran mata jaring < dari 50 mm,
head rope dan ground rope melebihi
yang tertera pada izin.
12.Jaring insang (Gill Nett melebihi
panjang maksimal / 10.000 m).
13.Menggunakan Pukat Harimau (Trawl)
atau pukat yang ditarik dua kapal
(Pair Trawl).
14.Dll.
MENGAPA ILLEGAL
FISHING?NEG
• INDUSTRI PENGOLAHAN
TETANGGA HARUS BERTAHAN
• FISHING GROUND DI NEGARA LAIN
MAKIN HABIS RASIONALISASI
ARMADA
• DISPARITAS HARGA IKAN
• LAUT INDONESIA TERBUKA
• PENGAWASAN LEMAH
Dimana illegal
fishing?
• Zona ekonomi ekksklusif indonesia
• Laut teritorial
• Laut Natuna:
– Taiwan, Vietnam, Thailand, Malaysia
• Utara Sulawesi Utara: Phillippine
• Laut Arafura:
– Thailand, RRC, Taiwan
TINGKAT PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN PERIKANAN DI WPP-RI
Illegal fishing
terutama oleh
kapal Thailand
IUU Fishing
terutama oleh
kapal Philippines
IUU Fishing
terutama
oleh kapal
Thailand dan PR
China
Ukuran lingkaran
menunjukkan tingkat
pelanggaran
ASAL KAPAL PERIKANAN ILEGAL DI WPP-INDONESIA
mcs
satelite
radar
satelit VMS
vessel
monitoring
system (VMS)
kapal
patroli
alat komunikasi
processing
center
pusat
kendali
radar
pantai
SISWASMA
S
CDB
IMPLEMENTASI MCS PENGAWASAN
SATELIT VMS
SATELIT
RADAR
MSA
LAPORA
N
NELAYAN
PUSKODAL
KAPAL PENGAWAS
LAPORAN
MASYARAKAT
/
POKMASWAS
PPNS
KAPAL IKAN
MARITIME SURVEILLANCE AIRCRAFT
In cooperation with Indonesian Air Force
and Navy
RADAR SATELITE
Has been tested using Radarsat and
Envisat for Arafura Sea and South
China/Natuna Sea in 2004 and 2007
Transhipment
Pair trawl
FOTO UDARA
HASIL PEMANTAUAN UDARA TNI
ANGKATAN UDARA
Menggunakan Pesawat Boeing 737
Dua Kapal Ikan Menarik Jaring
Trawl
Manuver Kapal-Kapal Ikan
Dua Kapal Ikan dengan Satu Jaring
16
Peunututan terhadap TP Perikanan dilakukan oleh
penuntut umum yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
Berpengalaman menjadi penuntut umum minimal 2
(dua) tahun;
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis di
bidang perikanan;
Cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama
menjalankan tugasnya;
Aparat penegah hukum yang berhasil menjalankan
tugasnya dengan baik dapat diberikan “penghargaan”
yang berupa:
- Insentif
- Piagam
- Kenaikan pangkat
17
1. Kelemahan pada Aspek Manajemen Pengelolaan
Perikanan
Belum adanya mekanisme koordinasi antar
instansi;
Terjadinya benturan kepentingan dalam
pengelolaan perikanan
2. Kelemahan pada Aspek Hukum
Permasalahan Penegakan Hukum;
Rumusan sanksi
Yurisdiksi atau kompetensi relatif
Pengadilan Negeri
18
1. Pengawasan dan Penegakan Hukum:
Mekanisme koordinasi antar instansi penyidik dlm
penyidikan TP Perikanan;
Penerapan sanksi (pidana atau denda);
Hukum acara (batas waktu penyelesaian perkara);
Kemungkinan penenggelaman kapal asing
2. Pengelolaan Perikanan:
Kepelabuhan perikanan;
Konservasi;
Perijinan;
Kesyahbandaran;
3. Perluasan Yuridiksi Pengadilan Perikanan:
19
Penyidik memberitahukan dimulainya
penyidikan kepada Penuntut Umum
paling lama 7 (tujuh) hari sejak
ditemukan adanya tindak pidana di
bidang perikanan
20
1. Penyidik tindak pidana di bidang perikananan di wilayah
pengelolaan perikanan NKRI dilakukan oleh:
- PPNS Perikanan;
- Penyidak Perwira TNI AL; dan/atau
- Penyidik Polri.
2. JPU hanya menerima berkas perkara yang disidik oleh PPNS
KKP dan Perwira TNI AL dengan locus delicti di ZEE.
3. Berkas Perkara TP Perikanan dengan locus delicti di ZEE yang
disidik oleh Penyidik Polri, JPU agar memberikan petunjuk untuk
disidik ulang oleh penyidik yang berwenang sesuai Pasal 73
ayat (2) UU No. 45 Tahun 1999 PPNS Perikanan/Perwira
TNI AL.
21
Identitas tersangka;
Penahanan, Penyitaan;
Daftar Barang Bukti;
Dsb.
Locus, tempus delicti;
Unsur pasal yg
disangkakan;
Peran masing-masing;
Keterangan saksi, ahli;
Kompetensi absolut/relatif
22
Penelitian Berkas Perkara maksimal 5 hari,
terhitung sejak tanggal diterimanya berkas
penyidikan.
Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam
waktu 5 hari PU tidak mengembalikan Berkas
Perkara kepada penyidik.
Dalam waktu paling lama 10 hari terhitung sejak
tanggal penerimaan berkas, penyidik harus
menyampaikan kembali berkas perkara tersebut
kepada PU.
PU menyampaikan berkas perkara kepada Ketua
PN, paling lama 30 hari sejak tanggal penerimaan
berkas perkara dari penyidik dinyatakan lengkap.
23
1. Penyidikan
Penyidik dapat menahan tersangka maksimal 20 hari;
Perpanjangan oleh Penuntut Umum maksimal 10 hari;
Setelah waktu 30 hari, penyidik harus mengeluarkan
tersangka dari tahanan;
2. Penuntutan
PU dapat menahan tersangka maksimal 10 hari;
Perpanjangan oleh Ketua PN maksimal 10 hari;
24
1. Surat JAKSA AGUNG RI No. B-093/A/Ft.2/12/2008 tgl 24 Desember
2008 perihal pengendalian dan percepatan tuntutan perkara TP
Perikanan
2. Surat Jaksa Agung RI No. B-003/A/Ft.2/01/2009 tangal 14 Januari
2009 perihal pengendalian dan percepatan tuntutan perkara TP
Kepabeanan dan Cukai;
3. Surat JAM Pidsus No. B-27/F/Ft.2/01/2010 tgl 8 Januari 2010
Perihal: Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan
Perkara TP Perikanan;
4. Surat JAM PIDSUS No. B-434/F/Ft.2/03/2010 tgl 3 Maret 2010
perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan
Perkara Tindak Pidana Perikanan;
5. Surat JAM Piidsus No. B-735/F/Ft.2/04/2010 tanggal 5 April 2010
perihal pemahaman dan penerapan UU Np. 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas UU No. 31/1999 tentang Perikanan.
25
1. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI
a. Tdw anak di bawah umur;
b. Kapal berbendara IND, milik WNI, bobot
< 5 GT dgn SIB yang dikeluaRkan
syahbandar;
c. Nelayan tradisional, perahu muat 2
orang, menangkap ikan menggunakan
racun/potasium;
d. Nelayan tradisional, perahu muat 2
orang, mengambil soft coral (karang
lunak);
2. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
e. TP terjadi di perairan pedalaman
Di luar a, b, c, d, e.
26
3. JAKSA AGUNG CQ JAM PIDSUS
a. Kapal milik WNA, berbendera
asing/nahkoda WNA/ABK WNA,
kapalmilik WNI/ berbendera IND
yang mengalihkan muatan ke kapal
asing ditengah laut
b. Perkara menarik perhatian
masyarakat, berskala
nasional/internasional/menjadi
perhatian pimpinan
27
JPU tidak diperkenankan membuat
dakwaan tunggal
Dalam BAP I beri petunjuk penyidik
dg sangkaam
subsidaritas/alternatif
Pembuktiannya secara optimal
terhadap dakwaan dengan
ancaman hukuman terberat
MENOLAK BERKAS PERKARA T.P.P YANG
MENERAPKAN PASAL 102 UU NO. 31 TAHUN 2004
KARENA DAPAT MELEPAS TERSANGKA DARI JERATAN
HUKUM KECUALI PENYIDIK DAPAT MELAMPIRKAN
DOKUMEN BAHWA TERSANGKA BENAR BERASAL DARI
NEGARA YANG TELAH ADA PERJANJIAN T.P.P DENGAN
PEMERINTAH RI.
Laporan penanganan perkara
perikanan secara berjenjang
28
Benda/alat yang digunakan/dihasilkan dari TP
Perikanan dapat dirampas untuk negara atau
dimusnahkan setelah mendapat persetujuan
Ketua PN;
Barang bukti hasil TP Perikanan yang mudah
rusak/memerlukan biaya perawatan tinggi dapat
dilelang dengan persetujuan Ketua Pengadilan
Negeri;
Barang bukti hasil TP Perikanan yang mudah
rusak berupa jenis ikan terlebih dahulu disisihkan
sebagian untuk kepentingan pembuktian di
pengadilan;
29
SURAT KEPUTUSAN JAKSA
AGUNG RI
NO. KEP-112/JA/10/1989
TTG MEKANISME
PENERIMAAN,
PENYIMPANAN DAN
PENATAAN BARANG BUKTI
30
SURAT JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA KHUSUS
NO. B-621/F/Fek.2/11/1992
TTG SIDANG IN ABSENTIA
31
Benda/alat yang dirampas untuk negara dari hasil
TP Perikanan, dapat dilelang untuk negara;
Pelaksanaan lelang dilakukan oleh badan lelang
negara;
Uang hasil pelelangan dari hasil penyitaan TP
Perikanan disetor ke kas negara sebagai PNBP;
32
Benda/alat yang dirampas dari hasil TP Perikanan
berupa kapal perikanan, dapat diserahkan kepada
kelompok usaha bersama nelayan dan/atau koperasi
perikanan;
Mengingat belum adanya Peraturan Pemerintah tentang
Pelaksanaan UU No. 45/1999, maka ketentuan Pasal 76C
ayat (5) tersebut belum dapat dilaksanakan.
33
• KEJUJURAN DAN DISIPLIN
NAFASKU
• LOYALITAS DAN
INTEGRITAS DARAHKU
• SEDERHANA URAT
NADIKU
TERIMA
KASIH
FISHING
Dr. SETYO UTOMO, SH., M.Hum
ILLEGAL FISHING
Antara lain :
1.Penangkapan ikan di WPPRI tanpa izin.
2.Menggunakan izin palsu.
3.Tidak dilaporkan di pelabuhan pangkalan.
4.Membawa hasil tangkapan langsung ke luar
negeri.
5.Menggunakan alat penangkapan ikan
terlarang.
6.Menggunakan alat penangkapan ikan
dengan jenis / ukuran alat tangkap yang tidak
sesuai dengan izin.
MODUS OPERANDI :
1. Double Flagging.
2. Manipulasi data dalam mendaftarkan
kapal eks. Asing menjadi KII (manipulasi
Delition certificate dan Bill of Sale).
3. Transhipment di tengah laut.
4. Mematikan
/
memindahkan
Vesel
Monitoring System (VMS) ke kapal lain.
5. Satu izin untuk beberapa kapal yang
sengaja dibuat serupa (bentuk dan
warna).
MODUS OPERANDI LANJUTAN :
6. Memasuki wilayah indonesia dengan
alasan tersesat atau menghindar dari
badai.
7. Melakukan lintas damai namun tidak
menyimpan alat penangkapan di
dalam palka (alat penangkapan
kedapatan dalam kondisi basah).
8. Alasan Traditional Fishing Right
(kapal-kapal pump boat).
9. Transhipment di tengah laut (kapal
penangkap menangkap di WPPRI dan
memindahkan hasil tangkapan ke
kapal
pengumpul
yang
sdh
menunggu di batas luar ZEEI).
MODUS OPERANDI LANJUTAN :
10.Menangkap
tidak
pada
fishing
ground yang ditetapkan.
11.Untuk alat tangkap pukat ikan
ukuran mata jaring < dari 50 mm,
head rope dan ground rope melebihi
yang tertera pada izin.
12.Jaring insang (Gill Nett melebihi
panjang maksimal / 10.000 m).
13.Menggunakan Pukat Harimau (Trawl)
atau pukat yang ditarik dua kapal
(Pair Trawl).
14.Dll.
MENGAPA ILLEGAL
FISHING?NEG
• INDUSTRI PENGOLAHAN
TETANGGA HARUS BERTAHAN
• FISHING GROUND DI NEGARA LAIN
MAKIN HABIS RASIONALISASI
ARMADA
• DISPARITAS HARGA IKAN
• LAUT INDONESIA TERBUKA
• PENGAWASAN LEMAH
Dimana illegal
fishing?
• Zona ekonomi ekksklusif indonesia
• Laut teritorial
• Laut Natuna:
– Taiwan, Vietnam, Thailand, Malaysia
• Utara Sulawesi Utara: Phillippine
• Laut Arafura:
– Thailand, RRC, Taiwan
TINGKAT PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN PERIKANAN DI WPP-RI
Illegal fishing
terutama oleh
kapal Thailand
IUU Fishing
terutama oleh
kapal Philippines
IUU Fishing
terutama
oleh kapal
Thailand dan PR
China
Ukuran lingkaran
menunjukkan tingkat
pelanggaran
ASAL KAPAL PERIKANAN ILEGAL DI WPP-INDONESIA
mcs
satelite
radar
satelit VMS
vessel
monitoring
system (VMS)
kapal
patroli
alat komunikasi
processing
center
pusat
kendali
radar
pantai
SISWASMA
S
CDB
IMPLEMENTASI MCS PENGAWASAN
SATELIT VMS
SATELIT
RADAR
MSA
LAPORA
N
NELAYAN
PUSKODAL
KAPAL PENGAWAS
LAPORAN
MASYARAKAT
/
POKMASWAS
PPNS
KAPAL IKAN
MARITIME SURVEILLANCE AIRCRAFT
In cooperation with Indonesian Air Force
and Navy
RADAR SATELITE
Has been tested using Radarsat and
Envisat for Arafura Sea and South
China/Natuna Sea in 2004 and 2007
Transhipment
Pair trawl
FOTO UDARA
HASIL PEMANTAUAN UDARA TNI
ANGKATAN UDARA
Menggunakan Pesawat Boeing 737
Dua Kapal Ikan Menarik Jaring
Trawl
Manuver Kapal-Kapal Ikan
Dua Kapal Ikan dengan Satu Jaring
16
Peunututan terhadap TP Perikanan dilakukan oleh
penuntut umum yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
Berpengalaman menjadi penuntut umum minimal 2
(dua) tahun;
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis di
bidang perikanan;
Cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama
menjalankan tugasnya;
Aparat penegah hukum yang berhasil menjalankan
tugasnya dengan baik dapat diberikan “penghargaan”
yang berupa:
- Insentif
- Piagam
- Kenaikan pangkat
17
1. Kelemahan pada Aspek Manajemen Pengelolaan
Perikanan
Belum adanya mekanisme koordinasi antar
instansi;
Terjadinya benturan kepentingan dalam
pengelolaan perikanan
2. Kelemahan pada Aspek Hukum
Permasalahan Penegakan Hukum;
Rumusan sanksi
Yurisdiksi atau kompetensi relatif
Pengadilan Negeri
18
1. Pengawasan dan Penegakan Hukum:
Mekanisme koordinasi antar instansi penyidik dlm
penyidikan TP Perikanan;
Penerapan sanksi (pidana atau denda);
Hukum acara (batas waktu penyelesaian perkara);
Kemungkinan penenggelaman kapal asing
2. Pengelolaan Perikanan:
Kepelabuhan perikanan;
Konservasi;
Perijinan;
Kesyahbandaran;
3. Perluasan Yuridiksi Pengadilan Perikanan:
19
Penyidik memberitahukan dimulainya
penyidikan kepada Penuntut Umum
paling lama 7 (tujuh) hari sejak
ditemukan adanya tindak pidana di
bidang perikanan
20
1. Penyidik tindak pidana di bidang perikananan di wilayah
pengelolaan perikanan NKRI dilakukan oleh:
- PPNS Perikanan;
- Penyidak Perwira TNI AL; dan/atau
- Penyidik Polri.
2. JPU hanya menerima berkas perkara yang disidik oleh PPNS
KKP dan Perwira TNI AL dengan locus delicti di ZEE.
3. Berkas Perkara TP Perikanan dengan locus delicti di ZEE yang
disidik oleh Penyidik Polri, JPU agar memberikan petunjuk untuk
disidik ulang oleh penyidik yang berwenang sesuai Pasal 73
ayat (2) UU No. 45 Tahun 1999 PPNS Perikanan/Perwira
TNI AL.
21
Identitas tersangka;
Penahanan, Penyitaan;
Daftar Barang Bukti;
Dsb.
Locus, tempus delicti;
Unsur pasal yg
disangkakan;
Peran masing-masing;
Keterangan saksi, ahli;
Kompetensi absolut/relatif
22
Penelitian Berkas Perkara maksimal 5 hari,
terhitung sejak tanggal diterimanya berkas
penyidikan.
Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam
waktu 5 hari PU tidak mengembalikan Berkas
Perkara kepada penyidik.
Dalam waktu paling lama 10 hari terhitung sejak
tanggal penerimaan berkas, penyidik harus
menyampaikan kembali berkas perkara tersebut
kepada PU.
PU menyampaikan berkas perkara kepada Ketua
PN, paling lama 30 hari sejak tanggal penerimaan
berkas perkara dari penyidik dinyatakan lengkap.
23
1. Penyidikan
Penyidik dapat menahan tersangka maksimal 20 hari;
Perpanjangan oleh Penuntut Umum maksimal 10 hari;
Setelah waktu 30 hari, penyidik harus mengeluarkan
tersangka dari tahanan;
2. Penuntutan
PU dapat menahan tersangka maksimal 10 hari;
Perpanjangan oleh Ketua PN maksimal 10 hari;
24
1. Surat JAKSA AGUNG RI No. B-093/A/Ft.2/12/2008 tgl 24 Desember
2008 perihal pengendalian dan percepatan tuntutan perkara TP
Perikanan
2. Surat Jaksa Agung RI No. B-003/A/Ft.2/01/2009 tangal 14 Januari
2009 perihal pengendalian dan percepatan tuntutan perkara TP
Kepabeanan dan Cukai;
3. Surat JAM Pidsus No. B-27/F/Ft.2/01/2010 tgl 8 Januari 2010
Perihal: Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan
Perkara TP Perikanan;
4. Surat JAM PIDSUS No. B-434/F/Ft.2/03/2010 tgl 3 Maret 2010
perihal Pendelegasian Kewenangan Pengendalian Penuntutan
Perkara Tindak Pidana Perikanan;
5. Surat JAM Piidsus No. B-735/F/Ft.2/04/2010 tanggal 5 April 2010
perihal pemahaman dan penerapan UU Np. 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas UU No. 31/1999 tentang Perikanan.
25
1. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI
a. Tdw anak di bawah umur;
b. Kapal berbendara IND, milik WNI, bobot
< 5 GT dgn SIB yang dikeluaRkan
syahbandar;
c. Nelayan tradisional, perahu muat 2
orang, menangkap ikan menggunakan
racun/potasium;
d. Nelayan tradisional, perahu muat 2
orang, mengambil soft coral (karang
lunak);
2. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
e. TP terjadi di perairan pedalaman
Di luar a, b, c, d, e.
26
3. JAKSA AGUNG CQ JAM PIDSUS
a. Kapal milik WNA, berbendera
asing/nahkoda WNA/ABK WNA,
kapalmilik WNI/ berbendera IND
yang mengalihkan muatan ke kapal
asing ditengah laut
b. Perkara menarik perhatian
masyarakat, berskala
nasional/internasional/menjadi
perhatian pimpinan
27
JPU tidak diperkenankan membuat
dakwaan tunggal
Dalam BAP I beri petunjuk penyidik
dg sangkaam
subsidaritas/alternatif
Pembuktiannya secara optimal
terhadap dakwaan dengan
ancaman hukuman terberat
MENOLAK BERKAS PERKARA T.P.P YANG
MENERAPKAN PASAL 102 UU NO. 31 TAHUN 2004
KARENA DAPAT MELEPAS TERSANGKA DARI JERATAN
HUKUM KECUALI PENYIDIK DAPAT MELAMPIRKAN
DOKUMEN BAHWA TERSANGKA BENAR BERASAL DARI
NEGARA YANG TELAH ADA PERJANJIAN T.P.P DENGAN
PEMERINTAH RI.
Laporan penanganan perkara
perikanan secara berjenjang
28
Benda/alat yang digunakan/dihasilkan dari TP
Perikanan dapat dirampas untuk negara atau
dimusnahkan setelah mendapat persetujuan
Ketua PN;
Barang bukti hasil TP Perikanan yang mudah
rusak/memerlukan biaya perawatan tinggi dapat
dilelang dengan persetujuan Ketua Pengadilan
Negeri;
Barang bukti hasil TP Perikanan yang mudah
rusak berupa jenis ikan terlebih dahulu disisihkan
sebagian untuk kepentingan pembuktian di
pengadilan;
29
SURAT KEPUTUSAN JAKSA
AGUNG RI
NO. KEP-112/JA/10/1989
TTG MEKANISME
PENERIMAAN,
PENYIMPANAN DAN
PENATAAN BARANG BUKTI
30
SURAT JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA KHUSUS
NO. B-621/F/Fek.2/11/1992
TTG SIDANG IN ABSENTIA
31
Benda/alat yang dirampas untuk negara dari hasil
TP Perikanan, dapat dilelang untuk negara;
Pelaksanaan lelang dilakukan oleh badan lelang
negara;
Uang hasil pelelangan dari hasil penyitaan TP
Perikanan disetor ke kas negara sebagai PNBP;
32
Benda/alat yang dirampas dari hasil TP Perikanan
berupa kapal perikanan, dapat diserahkan kepada
kelompok usaha bersama nelayan dan/atau koperasi
perikanan;
Mengingat belum adanya Peraturan Pemerintah tentang
Pelaksanaan UU No. 45/1999, maka ketentuan Pasal 76C
ayat (5) tersebut belum dapat dilaksanakan.
33
• KEJUJURAN DAN DISIPLIN
NAFASKU
• LOYALITAS DAN
INTEGRITAS DARAHKU
• SEDERHANA URAT
NADIKU
TERIMA
KASIH