2 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK LURUS BERATURAN DI SMA

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK LURUS BERATURAN DI SMA

ARTIKEL

OLEH:

WERY SAPUTRA

NIM. F15112032

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK LURUS BERATURAN DI SMA

Wery Saputra, Edy Tandililing, Syukran Mursyid

  

Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Email: werisapoetera@gmail.com

Abstract

  

The objective of this research is to determine the influence of student learning

outcomes on straight irregular motion material through cooperative learning

model. The research was conducted at SMA Taman Mulia Kabupaten Kubu

Raya. The type of research is Quasi Experimental Design with Nonequivalent

Control Group Design. The sample of the research were XA class students as

experimental class and XB students as control class with the sample number of

64 students selected through random sampling technique. Data collection tool

in the form of a description of 10 questions. The result of t-test shows that there

is influence of cooperative learning model to learning result from N-Gain

result with t count <t tabel . Effect Size value obtained by 0.82 with high category.

Based on these results it is concluded that students who learn with cooperative

learning model can improve student learning outcomes.

  Keywords: Student outcomes, Cooperative learning model, Uniform rectilinear motion material PENDAHULUAN

  Fisika merupakan salah satu pelajaran sains yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Mudilarto (2002: 5), mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Amiruddin (2010: 48), menjelaskan masalah yang sering muncul ketika mempelajari fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu pelajaran fisika memberi kesan sulit karena terlalu banyak perhitungan matematika dan beberapa konsepnya bersifat abstrak, sehingga menjadi tidak menarik dan membosankan.

  Menurut Aunurrahman (2012: 34- 35), proses pembelajaran yang baik menurut tuntutan kurikulum, seorang guru harus mampu melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, agar keadaan belajar siswa aktif dan dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapan. Karena sekolah tempat penelitian ini adalah SMA Taman Mulia yang masih menggunakan KTSP berikut ini disajikan tujuan pembelajaran fisika SMA. “Tujuan pembelajaran fisika sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pembelajaran yang membekali siswa pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi” (Depdiknas, 2006). Pembelajaran fisika dalam KTSP dilaksanakan dalam suasana penemuan ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi. Selain itu, proses pembelajaran fisika KTSP lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung (BSNP, 2006).

  Hasil Trends in International

  Mathematics and Science Study (TIMSS),

  menunjukkan bahwa kualitas pencapaian siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun (Napitupulu dan Mulyadi, 2012). Prestasi siswa Indonesia masih dalam level rendah. Hasil bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Menurut Aunurrahman (2012: 188-195) penyebabnya berasal dari guru, lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), kurikulum sekolah, dan sarana prasarana.

  Salah satu materi ajar fisika dalam KTSP yaitu gerak lurus beraturan (GLB). Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari- hari yang berhubungan dengan konsep Gerak Lurus Beraturan (GLB). Misalnya, mobil yang berjalan konstan dilintasan lurus, langkah kaki yang bergerak konstan, dan sebagainya.

  Diskusi yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Fisika di SMA Taman Mulia pada tanggal 5 Februari 2016, mengungkapkan hasil belajar pada pembelajaran fisika di kelas X masih rendah dibuktikan dengan data hasil ulangan harian pada materi kinematika gerak lurus tahun ajaran 2015/2016.

  

Tabel 1. Rata-rata nilai ulangan

  No Kelas Rata-rata

  1 X A

  40

  2 X B 54,11

  3 X C 32,5 Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian pada materi kinematika gerak, bahwa nilai siswa tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Hal ini karena pada kegiatan pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran langsung yang berupa metode ceramah, tugas dan tanya jawab. Akibatnya, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwasiswa kurang berminat mengikuti pelajaran, siswa juga merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran, siswa tidak mempunyai motivasi dari diri untuk mempelajari fisika. Hal ini berdampak pada nilai latihan, ulangan harian dan ulangan semester, masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan pembelajaran fisika.

  Pra riset dan observasi yang dilakukan tanggal

  19 April 2016 menemukan selama proses belajar mengajar berlangsung, banyak siswa yang bermalas-malasan, berbicara dengan teman sebangku, sibuk menggambar, dan sibuk mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Guru menggunakan metode pembelajaran yang membuat aktivitas belajar siswa tidak menarik.Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian yang dilakukan ini menggunakan model pembelajaran yang membuat parasiswa tidak lagi banyak berbicara dengan teman sebangku, sibuk menggambar, dan sibuk mengerjakan tugas mata pelajaran lain karena diarahkan untuk melakukan kegiatan bersama yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah memahami konsep pada materi Gerak Lurus Beraturan (GLB), selain itu juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Fenomena kesulitan memahami materi atau konsep dapat terjadi di berbagai materi fisika. Salah satunya adalah materi Gerak lurus Beraturan (GLB).

  Menurut Rusman (2013), pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Terdapat empat hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni: (1) siswa dalam kelompok, (2) ada aturan main (role) dalam kelompok, (3) ada upaya belajar dalam kelompok, (4) ada kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa bekerja sama dalam kelompok, untuk mencapai tujuan bersama.

  Penelitian ini dilakukan di SMA Taman Mulia Kubu Raya, karena diharapkan dapat membantu sekolah untuk menyelesaikan beberapa masalah yang ditemukan dalam diskusi dengan guru fisika dan observasi lapangan yang telah disajikan sehingga hasil belajar mereka meningkat.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Bentuk penelitian yang digunakan berupa Quasi Experimental

  Design dengan rancanganNonequivalent Control Grup Design .

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Taman mulia yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XA, kelas XB, dan kelas XC tahun ajaran 2016/2017 yang mengikuti mata pelajaran fisika yang berjumlah 95 orang.

  Sampel dalam penelitian ini diambil secara intact group (kelompok utuh). Kelas yang dipilih untuk menjadi sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak melalui teknik cabut undi dari ketiga kelas yang ada. Kemudian dari hasil cabut undi dipilih dua kelas. Kedua kelas ini kemudian dicabut undi lagi untuk dipilih menjadi kelas ekperimen dan kelas kontrol.

  Penelitian dilakukan di SMA Taman Mulia Kab. Kubu Raya. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XA dan XB yang terdiri dari 64 siswa dengan komposisi perempuan 36 siswa dan laki- laki 28 siswa. SMA Taman Mulia merupakan salah satu sekolah Swasta yang ada di Kecamatan Sungai Raya. Kelas X terdiri dari 3 kelas dan 1 orang guru yang mengajar fisika.

  Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan. Soal tersebut dibuat oleh guru fisika, cara ini dipilih agar penelitian ini sungguh membantu menyelesaikan beberapa masalah pembelajaran fisika di SMA Taman Mulia.Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.

  Dalam penelitian ini, validasi yang diuji adalah validasi isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2009: 67). Untuk mengetahui validasi isi test, maka test tersebut divalidasi oleh 1 orang yang terdiri dari dosen pendidikan fisika FKIP UNTAN.

METODE PENELITIAN

  Pengujian validasi isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 182). Adapun kriteria penilaian untuk tiap butir soal adalah kesesuaian materi dengan indikator, kesesuaian indikator dengan soal, dan kesesuaian materi dengan soal. Skala penilaian validasi yang digunakan yaitu 1= sangat rendah, 2= rendah, 3= sedang, 4= tinggi, 5= sangat tinggi.

  Setelah divalidasi oleh dosen fisika didapatkan bahwa materi dan kesesuiaan soal diperoleh dengan skala 4 atau dalam kategori tinggi dan dapat digunakan dengan sedikit revisi, selanjutnya peneliti melakukan revisi, yaitu memperbaiki konteks bahasa yang digunakan.

  Setelah soal yang digunakan dalam penelitian dinyatakan valid, langkah selanjutnya adalah melakukan uji realibitastes. Realibitas tes adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek sama (Arikunto, 2009: 90). Realibilitastes dilakukan disekolah yang memiliki akreditasi yang sama dengan SMA Taman Mulia. Pengujian realibilitas test pada penelitian ini menggunakan

  Internal Consistency Realiability yaitu

  dengan mengujikan sebanyak satu kali ke sekolah uji coba. Internal Consistency

  Realiability dipilih karena peneliti ingin

  mengetahui konsistensi hasil dari setiap item tes pada tes yang sama terhadap tes keseluruhan. Untuk melihat tingkat reliabilitas instrumen penelitian maka dapat digunakan rumus yang digunakan dalam mencari koefisien reliabilitas tersebut adalah rumus Alpha crombach, setelah dianalisis didapatkan bahwa nilai

  Alpha Crombach didapatkan alpha sebesar 0,445.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pretest dan posttest kelas Ekperime

Diagram 1. Hasil pretest dan posttest kelas ekperimen

  Berdasarkan Diagram 1 tentang hasil nilai hasil pretest dan posttest siswa terlihat bahwa hasil belajar siswa tentang gerak lurus beraturan terdapat peningkatan. Rata-rata hasil posttest untuk materi gerak lurus beraturan dari 32 siswa adalah 71,75. Sedangkan rata-rata hasil pretest adalah 15, 62.Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian berjumlah 10 soal dengan skor maksimum 100. Pada kelas ekperimen peningkatan pembelajaran lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dikarenakan pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran menggunakan model kooperatif yang membantu siswa memahami materi dengan lebih mudah disbanding pada kelas kontrol yang belajar menggunkan model konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunkan pembelajran model kooperatif lebih baik dibandingkan hasil belajar konvensional dengan metode ceramah dan demonstrasi. Dari 32 orang siswa, semua siswa mengalami peningkatan tapi hanya 18 orang siswa yang tuntas yaitu diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 14 siswa diketahui bahwa nilai- nilai masih dibawah KKM atau masih rendah. Hal ini disebabkan oleh siswa masih mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan soal sehingga jawaban mereka keliru.Hal ini disebabkan karena penguasaan konsep mereka masih rendah terhadap materi yang dipelajari dan ketidakseriusan siswa tersebut dalam kelompok belajar. Selain itu, jika dilihat dari proses pembelajaran, beberapa siswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik, yaitu tidak terlalu memperhatikan penjelasan guru dan cenderung melakukan aktivitasnya sendiri dan tidak terlibat aktif dalam kelompoknya.

  P R E T E S T P O S T T E S T

  15,62 71,75

  Hasil pretest dan posttest kelas Kontrol

Diagram 1. Hasil pretest dan posttest kelas Kontrol

  Berikut penjelasan Diagram 2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest 17,62 dan rata-rata skor posttest 61,06 jadi terdapat peningkatan rata-rata siswa pada kelas kontrol. Pada kelas kontrol banyak siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar (posttest ). Dari 32 orang siswa, semua siswa mengalami peningkatan tapi hanya 6 orang siswa yang tuntas yaitu diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 26 siswa diketahui bahwa nilai- nilai masih dibawah KKM atau masih rendah. Hal ini disebabkan oleh siswa masih mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan soal sehingga jawaban mereka keliru.Hal ini disebabkan karena penguasaan konsep mereka masih rendah terhadap materi yang dipelajari dan ketidakseriusan siswa tersebut dalam menjawab soal. Selain itu, jika dilihat dari proses pembelajaran, beberapa siswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik, yaitu tidak terlalu memperhatikan penjelasan guru dan cenderung melakukan aktivitas yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran.

  Pengujian Prasaratan Analisis Data

  Sebelum hipotesis dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis: uji normalitas dan uji homogenitas data. Tabel 2 menyajikan rekapitulasi hasil Uji prasaratan.

  

Tabel 2. Rekapitulasi Uji Prasarat pretest

  Pretest Rata- rata Ekperimen

  15.62 Rata-rata Kontrol

  17.62 χ Hitung χ Tabel

  Uji normalitas χ ekperimen = 33.00

  28.30 χ kontrol = 13.00

  35.71 Ekperimen : χ Hitung > χ Tabel (berdistribusi tidak normal) Kontrol : χ Hitung < χ Tabel (berdistribusi tidak normal) Z hitung Z tabel

  Uji U mann whitney -2.25 -1.96 Z hitung < Z tabel Ha diterima (terdapat perbedaan antara kemampuan awal siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol)

  P R E T E S T P O S T E S T

  17,62 61,06

  

Analisis Data Hasil Pretest U Mann Whitney . Berdasarkan uji U Mann

  Pretest yang diberikan pada sampel Whitney , diperoleh Z hitung sebesar -2.25 penelitian bertujuan untuk mengetahui dan Z tabel diperoleh -1.96 sehingga Z hitung tabel a kemampuan awal siswa pada kelas < Z maka H diterima. Hal ini berarti ekperimen dan kelas kontrol. Karena terdapat perbedaan antara kemampuan jumlah sampel diatas 30 maka hasil pretest awal siswa kelas ekperimen dan kelas 2 tersebut diuji normalitas melalui uji χ ( kontrol.

  Chi-square ). Pada kelas ekperimen 2 2

  diperoleh χ hitung sebesar 33,00 dengan χ Analisis Data Hasil Pretest tabel hitung tabel 2 2 28,30 maka χ >χ , berarti data Pada nilai pretest kedua kelompok tidak berdistribusi normal, sedangkan penelitian sudah berbeda, sehingga untuk 2 pada kelas kontrol diperoleh χ hitung uji hipotesis digunakan selisih nilai 2 tabel 2 hitung <χ tabel , berarti data berdistribusi merupakan hasil N-Gain pada kelas sebesar 13,00 dengan χ 35,71 maka χ pretest dan postest . Dibawah ini 2 normal. Karena antara kedua kelas ada ekperimen maupun kelas kontrol adalah yang berdistribusi tidak normal , maka sebagai berikut. Tabel 3 Hasil N-Gain digunakan uji statistic nonparametric, yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol.

  

Tabel 3. Hasil N-Gain kelas ekperimen dan kelas kontrol

  No Kelas n Nilai Skor ideal Nilai Nilai Rata-rata minimum maksimum

  1 Ekperimen 32 100 0.25 0.858824 0.653618

  2 Kontrol 32 100 0.075 0.85 0.513874 Pada data N-Gain kelas kontrol dan lanjutan. Tabel 4 menyajikan rekapitulasi kelas ekperimen kemudian dilakukan uji hasil uji hipotesis. normalitas, uji homogenitas dan uji

  

Tabel 4. Rekapitulasi hasil uji hipotesis dengan N-Gain

  Gain skor χ ekperimen 0.653618 χ kontrol 0.513874

  χ hitung χ tabel Uji 0.937 43.773 Normalitas 4.250 41.337

  Ekperimen: χhitung< χtabel (berdistribusi normal) Kontrol: χhitung< χtabel (berdistribusi normal)

  F hitung F tabel Uji 4.590

  2.95 Homogenitas F hitung > F table (homogen) t hitung t tabel

  Uji t 3.639 1.69552 t hitung > t table H a diterima(terdapat pengaruh model kooperatif terhadap hasil belajar)

  Postest yang diberikan pada sampel penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Karena jumlah sampel lebih dari 30 orang maka hasil tersebut di uji normalitas melalui uji χ 2 ( Chi-

  square ). Pada kelas ekperimen diperoleh

  χ 2 hitung sebesar 0,937 dengan χ 2 tabel 43,7 maka χ 2 hitung <χ 2 tabel , berarti data berdistribusi normal, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh χ 2 hitung sebesar

  4,250 dengan χ 2 tabel 41,33 maka χ 2 hitung <χ 2 tabel , berarti data berdistribusi normal.

  Karena antara kedua kelas berdistribusi normal, maka selanjutnya digunakan uji statistic parametrik, yaitu uji Homogenitas.Berdasarkan uji Homogenitas, diperoleh F hitung sebesar 4,590 dan F tabel diperoleh 2,95 sehingga F hitung > F tabel maka data berdistribusi homogen. Selanjutnya, karena data tersebut normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji t. Berdasarkan uji t, diperoleh t hitung sebesar 3,639 dan t tabel diperoleh 1,69 sehingga t hitung > t tabel maka H a diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis alternatif (H a ) diterima yang artinya terdapat pengaruh model kooperatif terhadap hasil belajar.

  Perhitungan Effect Size

  Perhitungan effect size dilakukan untuk mengetahui besar efektifitas pembelajaran model kooperatif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan Hasil perhitungan diperoleh effect size sebesar 0,82. Nilai ini termasuk dalam rentang ES > 0,4, sehingga digolongkan dalam kriteria tinggi.Hal ini menunjukkan Pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Taman Mulia pada materi gerak lurus beraturan.

  Pembahasan Proses Pembelajaran dikelas Ekperimen

  Kelas yang dijadikan kelas ekperimen dalam penelitian ini adalah kelas X A. Pembelajaran yang dilakukan di kelas ekperimen adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dikelas ekperimen dilaksanakan 2 kali pertemuan dimana setiap pertemuan terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

  Pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan pertama dikelas ekperimen berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun yaitu selama 2 jam pelajaran ( 90 menit) dengan materi ajar yaitu pengertian gerak, jarak, perpindahan, kecepatan dan kelajuan.

  Pada kegiatan pendahuluan setelah guru memasuki ruangan, guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengecek kehadiran dan kesiapan siswa dan ternyata seluruh siswa yang menjadi sampel kelas ekperimen hadir seluruhnya pada pertemuan pertama ini. Untuk menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran, maka guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, memang bukanlah masalah guru. Karena didalam diri siswa tersebut ada motivasi. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi belajar siswa adalah dengan menimbulkan rasa ingin Siswa tahu yang berkaitan dengan pokok pelajaran. Dalam hal ini, guru meminta Seorang siswa untuk maju ke depan kelas dan meminta siswa tersebut berjalan bolak balik sejauh 6 langkah. Kemudian guru bertanya kepada seluruh siswa “apa yang dilakukan fuad?”. Siswa menjawab bahwa fuad bergerak. Kemudian guru mengajukan pertanyaan lebih lanjut yaitu “ bagaimana dengan jarak dan perpindahan yang dilakukan fuad?”.

  Untuk pertanyaan ini, siswa menjawab secara bervariasi. Ada yang menjawab jarak dan perpindahan fuad sama, dan ada juga yang menjawab tidak tahu. Selanjutnya guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

  Sesuai dengan pendapat Suprijono (2009) yang mengemukakan bahwa melalui interaksi dalam kelompok belajar, siswa akan menjadi lebih terbantu dalam proses pengetahuan dan memantapkan pengetahuan yang baru diperolehnya sehingga dapat bertahan lebih lama. Siswa yang kesulitan memahami materi secara sendiri, akan terbantu oleh temannya yang lebih pandai. Hal, demikian merupakan keuntungan dari pembentukan kelompok yang heterogen, yaitu penggabungan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Selain itu, kegiatan kooperatif dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga menjadi penting untuk dilakukan, sebab anak akan merasa senang.

  Pada pertemuan pertama, saat mengisi LKS masih banyak siswa yang hanya mengandalkan temannya yang mampu untuk mengerjakan LKS. Hanya terdapat 3 kelompok saja yang terlihat bekerjasama dalam mengerjakan LKS. Untuk itu, guru mengigatkan kembali kepada siswa bahwa LKS ini bertujuan membantu mereka dalam mempersiapkan turnamen kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama untuk memahami cara mengerjakan LKS agar nantinya mereka dapat berkompetisi dengan kelompok lainnya dalam menyumbangkan skor bagi timnya. Mendenggar hal ini, masing- masing anggota kelompok pun mulai saling bekerjasama dalam menyelesaikan LKS.

  Pada pertemuan kedua, masing- masing anggota kelompok dalam tim terlihat semakin akrab. Mereka berusaha saling tanya mengenai cara menyelesaikan soal dan siswa yang pandaipun mengajari temannya satu kelompok yang kurang memahami materi. Bahkan ada siswa yang meminta petunjuk cara mengerjakan soal yang tidak mereka mengerti kepada kelompok lain. Tidak sedikit pula siswa yang bertanya kepada guru mengenai soal yang tidak mereka pahami.

  Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, guru meminta 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan kelompok yang tidak presentasi dipersilakan untuk menanggapi. Kemudian guru memberikan umpan balik atas presentasi dari kedua kelompok.

  Proses Belajar di Kelas Kontrol

  Kelas yang dijadikan kelas kontrol adalah kelas X B. Proses belajar dikelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan model ceramah dan demonstrasi. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 90 menit.

  Pada pertemuan pertama, pembelajaran dikelas diawali dengan memberikan motivasi kepada siswa yaitu guru meminta seorang siswa untuk maju kedepan kelas dan meminta siswa tersebut untuk berjalan bolak balik sejauh 6 langkah. Kemudian guru bertanya kepada seluruh siswa” apa yang sedang dilakukan fuad?”. Salah seorang siswa menjawab bahwa fuad sedang berjalan dan siswa yang lain ada yang menjawab fuad sedang bergerak. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi gerak, jarak perpindahan, kecepatan dan kelajuan. Setelah menjelaskan materi, guru memberikan contoh soal dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang mereka tidak pahami. Hanya seorang siswa saja yang bertanya kepada guru yaitu mengenai arah dari jarak dan perpindahan. Pertanyaan ini tidak langsung dijawab oleh guru, akan tetapi diberikan kesempatan dahulu kepada siswa lainnya untuk menjawab pertanyaan temannya tersebut.

  Pada kegiatan penutup, guru menuntun siswa membuat kesimpulan mengenai materi gerak yang telah diajarkan. Membuat kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran yang dimaksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi hanya sebagian guru yang ikut berpartisipasi dan siswa lainnya hanya diam dan mendengarkan saja apa yang disebutkan oleh teman-teman mereka. Setelah itu guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan mengigatkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

  Pada pertemuan kedua dikelas kontrol, sebelum memulai pembelajaran guru terlebih dahulu meminta siswa mengumpulkan PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Namun, terdapat 5 siswa yang tidak mengerjakan PR dan guru memberikan teguran kepada kelima siswa tersebut. Setelah semua siswa mengumpulkan PR, guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan ‘’ Apa yang dimaksud dengan gerak?”. Hampir seluruh siswa lupa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Terlihat dari masing-masing siswa yang sibuk membuka catatan atau buku untuk mencari jawaban. Hanya ada 1 siswa yang dapat menjawab dengan benar tanpa membuka catatan atau buku. Kemudian guru memberikan pertanyaan lain mengenai materi yang dipelajari pada pertemuan yang lalu yaitu “ apakah perbedaan jarak dan perpindahan?. Untuk pertanyaan ini, guru menginstruksikan kepada siswa untuk menutup catatan atau buku. Karena tidak seorangpun yang mau menjawab, guru kemudian menunjuk seorang siswa untuk menjawab. Namun siswa tersebut terlihat bingung dan berbalik bertanya dengan teman sebangkunya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kurang memahami materi yang telah disampaikan guru pada pertemuan sebelumnya.

  Kegiatan inti pada pertemuan kedua ini, guru juga menjelaskan materi yaitu tentang gerak lurus beraturan. Tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, dipertemuan ini siswa juga masih cenderung pasif. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa yang diam dan hanya 2 orang siswa saja yang bertanya pada saat pelajaran berlangsung. Saat siswa diminta untuk menyelesaikan contoh-contoh soal didepan kelas, hanya terdapat beberapa orang siswa (2-3 orang) yang bersedia maju kedepan kelas.

  Sama halnya dengan kegiatan penutup pada pertemuan pertama, pertemuan kedua ini guru juga menuntun siswa membuat kesimpulan mengenai materi gerak lurus beraturan yang telah diajarkan. Terdapat sedikit peningkatan partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi tersebut. Walaupun masih ada juga siswa yang bergurau dan tidak memperhatikan pada saat menyimpulkan materi.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi gerak lurus beraturan kelas X SMA Taman Mulia tahun pembelajaran 2016/2017. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung yaitu 3.639 dengan taraf Hamdani.(2010). Strategi Belajar kepercayaan 95% (α = 0,05). Effect size Mengajar.Jakarta: Rineka cipta sebesar 0,82 yang tergolong dalam kriteria Hamalik.(2013). Proses Belajar tinggi menurut kriteria barometer effect Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. size Jhon Hattie. Komalasari, Kokom.(2014).

  Saran Pembelajaran Kontekstual.

  Berdasarkan hasil penelitian di SMA Bandung: Refika Aditama. Taman Mulia Kab. Kubu raya, maka Mudilarto. (2002). Kapita Selekta peneliti memberikan saran sebagai Pendidikan Fisika. (Online). berikut: (1) Penerapan model kooperatif (http://staff.uny.ac.id/sites/default/file dapat digunakan sebagai salah satu s/130681033/Bab%20I%20&%20II.p alternatif model pembelajaran dalam df, diakses 8 Februari 2016) upaya meningkatkan hasil belajar kognitif

  Rusman. (2013). Model-model siswa. Untuk itu, penelitian selanjutnya Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja disarankan untuk mencoba model Grafindo. kooperatif pada pokok bahasan yang lain; Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (2) Untuk mendapatkan hasil penelitian Pendidikan (Pendekatan yang baik, sebaiknya sebelum melakukan

  Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

  penelitian pada kelas yang akan Bandung: Alfabeta. menggunakan model kooperatif. Trianto.(2007). Model Pembelajaran Dilakukan pembiasaan penerapan

  Terpadu Dalam Teori dan

  kooperatif terlebih dahulu, agar siswa Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka sudah terbiasa dan tidak kesulitan Publisher. mengikuti proses pembelajaran; (3) Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, seharusnya kemampuan awal dari kedua kelas harus sama walaupun untuk perlakuan yang diberikan berbeda, sehingga dalam penelitian hasil postest tidak lemah, karena dari awal kemampuan siswa sudah berbeda.

DAFTAR REFERENSI

  Aunurahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Amiruddin, Stefanus Santosa. (2010).

  Sistem Pembelajaran Berbasis LTSA Materi Gelombang dan Sifat-Sifatnya Dengan Metode Problem Solving.

  (online).(httpswww.google.comsearc hq=Amirudin+%282010%29.+Siste m+pembelajaran+berbasis+LTSA+m ateri+gelombang+dan+sifatsifat+den gan+metode+problem+solving.+Jurn al+teknologi+informasi%2C+volume

  • 6+nomor+1%3A&ie=utf-8&oe=utf- 8. Pdf. Diakses 4 april 2016).

  Djamarah dan Zain.(2010). Belajar dan

  Pembelajaran.Bandung: Alfabeta