TIPOLOGI METODE IJTIHAD FIKIH KONTEMPORER

T I PO LO G I M ET O D E I JT I H AD FI K I H K O N T EM PO RER

Basri Na’ali

Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi, [email protected]

Diterima: 13 September 2016

Direvisi : 25 November 2016

Diterbitkan: 26 Desember 2016

Abstract

This paper attempts to review the typology of the approach taken by the contemporary jurists in determining the law against new problems encountered in the community. Typology method of Contemporary Fiqh ijtihad is a method for understanding the growing Islamic law in the nowaday context , and in the dynamics and dialectics understanding context which are strongly associated with the dimensions of space and time. Every jurist has its own perspective in understanding the law passages. From the results of the study, authors concluded that the typology method of ijtihad Jurisprudence used by contemporary jurists can be categorized into seven forms, mazhabi, Intiqa’i, insya'i, Intiqa’i ainsya ' i, istishlahi, Zahiri and taswighi

Keywords: typology, ijtihat methods, contemporary fiqh

Abstrak

Tulisan ini bertujuan mengkaji tipologi pendekatan yang dilakukan oleh ulama fikih kontemporer dalam dalam menetapkan hukum terhadap permasalah baru yang dihadapi di tengah masyarakat. Tipologi metode ijtihad fikih kontemporer merupakan suatu metode untuk memahami hukum Islam yang berkembang dalam kontek sekarang, dan dalam konteks dinamika dan dialektika pemahaman yang sangat terkait dengan dimensi ruang dan waktu. Setiap ahli fikih memiliki cara pandang tersendiri dalam memahami nash hukum.Dari hasil kajian penulis menyimpulkan bahwa tipologi metode ijtihad fikih yang dipakai oleh ulama fikih kontemporer dapat dikategorikan menjadi tujuh bentuk, yaitu mazhabi, Intiqa’i, insya’i, Intiqa’i ainsya’i, istishlahi, zhahiri dan taswighi.

Kata kunci: Tipologi, metode ijtihad, fikih kontemporer

PENDAHULUAN.

Syafii, ushul fikih adalah pengetahuan Hukun Islam pada tataran fikih, mengenai dalil-dalil fikih yang bersifat global, merupakan sebuah prpoduk yang dihasilkan tatacara pengambilan hukum dari dalil-dalil itu, dari sebuah usaha ijtihad yang dilakukan oleh serta keadaan orang yang mengambil hukum. Ulama. Fikih yang dihasilkan melalui ijtihad

Di era glabalisasi, kemajuan ilmu tidak terlepas dari peran metode yang pengetahuan dan teknologi

informasi digunakannya. Bahkan, karakteristik fikih juga berimplikasi pada munculnya berbagai dipengaruhi oleh metode tersebut. Metode problematika kehidupan manusia. Hal ini ijtihad dalam khazanah hukum Islam disebut ditandai dengan munculnya permasalahan baru dengan uhsuûl fiqh. Menurut ulama ushûl fiqh yang belum dikaji oleh ulama klasik. Untuk mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali, ushûl perlu dirumuskan metode ijtihad yang relevan fiqh adalah kaidahkaidah ( qawâ’id) yang dapat untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. mengantarkan pada penggalian (istinbâth)

Tulisan ini berusaha melihat sekitar hukum syariat dari dalil-dalilnya yang ruang lingkup pemikiran ijtihad fikih ulama terperinci. Sedangkan menurut ulama mazhab kontemporer. Artinya melihat bagaimana Tulisan ini berusaha melihat sekitar hukum syariat dari dalil-dalilnya yang ruang lingkup pemikiran ijtihad fikih ulama terperinci. Sedangkan menurut ulama mazhab kontemporer. Artinya melihat bagaimana

mujtahid dalam memperoleh hukum-hukum syara’ baik aqliyah maupun naqliyah. Sedangkan

PENGERTIAN METODE IJTIHAD

yang dimaksud dengan langkah-langkah adalah

KONTEMPORER

proses atau prosedur yang dilalui oleh Dalam bahasa arab, kata metode mujtahid untuk sampai kepada hukum syara’

adalah al-manhaj. Secara bahasa berarti jalan

1 yang dibahas, di mana orang yang mengikuti yang jelas . Sedangkan secara istilah ada metode mazhab-sebagai contoh- akan

beberapa pengertian dikemukakan oleh menggunakan beberapa prosedur untuk beberapa ahli, di antaranya adalah:

sampai kepada suatu hukum, yang tergambar

نم عرف يأ في روملأل هيصقت في لماعلا هكلسي يذلا قيرطلا pada langkah-langkah berikut : pertama ia ةفرعلما عورف membahas (meneliti) nash imamnya dalam satu

masalah yang ada kemiripannya dengan Langkah yang ditempuh oleh seorang alim dalam

menyelelidiki secara

masalah yang dibahas (yang diteliti) hukumnya, permasalahan dalam satu cabang dari cabang kemudian mengikuti prosedur berikutnya

mendalam

terhadap

pengetahuan. 2 dengan mentakhrij (mengeluarkan hukum masalah yang diteliti hukumnya kepada hukum

Atau defenisi yang paling ringkas: masalah yang ada nash hukum oleh imam

ههحث في لماعلا ااكلسي تيلا تاوطلحا mazhab tertentu). Kalau ia mengikuti metode

Langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang alim zhahiri, maka untuk sampai kepada hukum ia dalam penelitian atau risetnya. 3 melakukan beberapa prosedur tergambar pada jika ia menemukan nash pada masalah yang

Sementara ijtihad secara bahasa berarti diteliti hukumnya, maka ia mengambil dengan mencurahkan kemampuan dalam mencari yang zhahir secara muthlak, sekalipun dengan

sesuatu. Sedangkan secara istilah ada beberap mengambil yang zhahir ketika itu bertentangan defenisi yang dikemukakan oleh para ahli. dengan maqasid syari’. Seperti itulah pada

Imam al-Gazali memberikan defenisi dengan : seluruh metode ijtihad yang ditempuh oleh para mujtahid dalam memperoleh hukum-

.ِةَعيِرَّشلا ِماَكْحَأِب ِمْلِعْلا ِبَلَط ِفي ُهَعْسُو ِدِاَتْجُمْلا لْذَب ْنِم ُّسُِيُ ُثْيَِحث ِبَلَّطلا ِفي َعْسُوْلا َلُذْبَ ي ْنَأ ُّماَّتلا ُداَاِتْج ِلِاَو hukum syara’.

Adapun dalam memberikan batasan

mu’ashir (kontemporer) terjadi perbedaan di Seorang mujtahid mencurahkan kemampuannya

kalangan ulama. Ada yang mengatakan bahwa dalam mencari ilmu tentang hukum syara’. Dan periode kontemporer dimulai semenjak tahun ijtihad sempurna adalah mencurahkan dalam mencari

di mana ia merasakan dari dalam diri 350 H/962M, dengan pertimbangan bahwa

ketidakmampuan untuk berbuat lebih dari itu. pada masa inilah dimulainya periode taklid fikih dan belum berakhir sampai sekarang. Ini adalah pendapat Musthafa Said al-Khin dalam bukunya “Dirasah Tarikhiyah li al-Fiqh wa al-

4 1 Muhammad ibn Abu Bakar Abdul Qadir al-

Ushul ihi”.

Razi, Muhktar al-Shihah, (Bairut: Dar al-Jail,1987), 681 2 Arif Izz Al-Din Hamid Hasunah

(selanjutnya disebut Hasunah) , Manahij al-Ijtihad al-Fiqh al- Mu’ashir, (Yordan: Kulliyah al-Dirasah al-

4 Mustafa Said al-Khin, Dirasah Tarikhiyah li al- ‘Ulya,2005),19

Fiqh wa Ushulihi, (Suriah: Al-Syrkah al-Muttahidah li al- 3 Ibid

T auzi’, 1984), 113

Pendapat kedua mengatakan bahwa sosial, serta jatuhnya daulah khilafah islamiah periode kontemporer dimulai semenjak tahun pada tahun 1924M (tiga tahun sebelumnya) 656H/1259M dan belum berakhir sampai yang mempunyai pengaruh terbesar dalam sekarang. Ini adalah pendapat Sjech

perjalanan fiqh kontemporer dan membalik Muhammad Ali Sayis, dan Abdul Karim keadaan dari satu kondisi ke kondisi lain.

Zaidan. 5

Pendapat ketiga mengatakan bahwa TIPOLOGI METODE IJTIHAD FIKIH periode kontemporer dimulai semenjak tahun KONTEMPORER

Metode Ijtihad mazhab

1287H/1871M dan berlanjut sampai hari ini.

6 Metode ini tidak terlepas dari Ini adalah pendapat Badran Abu al-Ainain,

pendapat para imam mazhab terdahulu. karena ini adalah sejarah munculnya majalah al-

Adapun cara atau metode yang dilakukan Ahkam al-Adliyah dan mulai meluasnya

oleh mujtahid mazhab adalah sebagai gerakan taqnin fiqh (kodifikasi fiqh) dan awal

berikut:

sejarah menggeliatnya kehidupan fiqh dan berakhir atau habisnya masa fanatisme kepada a. Mentakhrij atau menganalisa ushul imam

mazhab ( ta’assub mazhab) dan munculnya kajian mazhab yang diikutinya, atau ia fikih perbandingan (fiqh al-muqaran).

berijtihad dengan menggunakan ushul Pendapat keempat mengatakan bahwa

imamnya, yang langsung menganalisa periode kontemporer dimulai semenjak

Alquran dan sunnah Nabi SAW. tahun1355H/1937M dan berlanjut sampai hari

Adakalanya hukum yang dihasilkan ini. Ini adalah pendapat Sjech Mustafa al-

berbeda dengan hukum yang pernah

7 Zarqa’, 8 Umar al-Asyqar, karena paroan kedua ditetapkan oleh imam mazhabnya dan dari abad ke-13 H merupakan sejarah muncul

adakalanya sama dengan pendapat tanda-tanda penting dari masa ini, yaitu

imam mazhabnya, namun bukan berarti ia taqlid atau mengikuti saj

disingkirkan dan dijauhkannya syariat Islam dalam hukum di negara-negara Islam dan

pendapat imamnya itu, tetapi kebetulan digantikannya

pendapat mereka sama. konvensional. Ini adalah pendapat yang b. Mentakhrij atau menganalisa nash imam

oleh

undang-undang

terkuat, di mana periode kontemporer ( رودلا mazhab. Cara ini ditempuh dengan رصاعملا ) dimulai semenjak tahun 1355H proses: Mempelajari beberapa pendapat imam

bertepatan dengan tahun1937 M. Hal ini mazhab yang diikutinya, kemudian

ditandai dengan suatu tanda penting yang menganalisa kesamaan illatnya, lalu

membedakannya dengan periode-periode dirumuskan kaedah-kaedah

yang sebelumnya. Karena apa yang terjadi pada

menjadi dasar bagi ulama mazhab yang masa ini berupa disingkirkan dan dijauhkannya

diikutinya itu, dan mengidentifikasi syariat Islam dari kehidupan umum hampir

prinsip-prinsip umumnya. Kemudian pada semua sisi baik politik, ekonomi, dan

kaedah

digunakan untuk

itu

5 Abdul Karim Zaidan, Al-Madkhal Lidirasah

menetapkan hukum terhadap hal-hal

al- Syari’ah al-Islamiyah, (Bairut: Muassasah al-Risalah,

baru yang tidak ada pendapat imam

1995), 126-129 6 Badran Abu al- ‘Ainain Badran, Tarikh al-

tentangnya.

Fiqh al-Islami, (Bairut:

Arabiyah,1968), 106-107

Secara umum dapat dilihat

7 Mustafa Ahmad al-Al- Zarqa’, Al-Madkhal al-

bahwa apa yang dilakukan oleh

Fiqh al- ‘Am, (Bairut: Dar al-Qalam, 1998,), 225 8 Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh al-Fiqh al-

mujtahid mazhab dalam menganalisa

Islami, (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), 185 Islami, (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), 185

Hukum terhadap kasusu ini ditetapkan terhadap nash Alquran dan Sunnah.

dengan mengqiaskannya kepada nash Yaitu bahwa pada ijtihad mustaqil atau

Abu Hanifah. Menurut Abu Hanifah ijtihad yang menjadi objeknya adalah

jika seorang murid yang bekerja pada nash Alquran dan Sunnah, sedangkan

gurunya, lalu ia disuruh oleh guru itu pada ijtihad mazhab objeknya nash

untuk membawa lampu, lalu lampu itu atau pendapat ulama. Kemudian dari

jatuh dan mengenai sehelai baju, yang dianalisa itu akan ditemukan

hingga terbakar. Maka menurut Imam kaedah-kaedah yang akan dijadikan

Abu Hanifah, yang berkewajiban sebagai patokan untuk menjwawab

mengganti baju itu adalah guru. persoalan yang tidak ditemukan

Karena gurulah yang telah menyuruh ketetapan hukumnya dalam nash

murid itu untuk membawa lampu itu. tersebut.

Oleh sebab itu segala resiko yang Di antara contoh ijtihad

ditimbulkan oleh kebolehan yang ia kontemporer dengan menggunakan

berikan kepada muridnya itu berada di ijtihad mazhab adalah ketika ulama

bawahtanggung jawabnya. Demikian mazhab

juga dengan apa yang dilakukan oleh ketentuan tentang ganti rugi bagi sopir

Hanafiah

menetapkan

pekerja pada sebuah umum yang menabrak seseorang, lalu

seorang

perusahaan atau sebuah lembaga pada meninggal dunia. Kasus ini dikiyaskan

saat sekarang. Menurut Wahbah kepada pendapat Abu Hanifah bahwa

Zuhaili berdasarkan kaedah ( yang seseorang

diikuti bertanggungjawab terhadap menggembalakan sekelompok sapi,

yang

ditugaskan

pekerjaan yang mengikut ), maka orang lalu sapi menginjak seorang manusia

yang memberi perintah atau pimpinan sehingga meninggal dunia, maka bos

perusahaan bertanggung jawab atas atau tuannya ( ‘aqilah) penggembala

resiko yang ditimbulkan oleh pekerja itu berkewajiban untuk membayar

tersebut.

denda kepada keluarga orang yang Berdasarkan kedua nash imam meninggal

tersebut maka menurut Zuhaili dapat berhubungan dengan nyawa seseorang,

tersebut, karena ia

dipahami bahwa sebenarnya ketentuan sedangkan jika ia berhubungan dengan

itu tidak sejalan dengan ketentuan harta, maka yang bertanggung jawab

Alquran yang terdapat dalam surat al adalah pelaku itu sendiri. Maka untuk

Najm ayat 38 yang berarti bahwa masa sekarang, jika seorang sopir

(tidak diberi tanggung jawab seseorang umum menabrak seseorang, lalu orang

atas apa yang dilakukan oleh orang itu meninggal dunia, maka keluarga

lain), namun berdasarkan mashlahah

(‘aqilah)

dan ‘urf (kebiasaan yang berlaku di membayar denda kepada keluarga

sopir

berkewajiban

tengah masyarakat), bahwa yang orang yang meninggal dunia tersebut.

memikul tanggung jawab resiko yang Contoh selanjutnya adalah

dilakukan oleh seorang pekerja adalah tentang ijtihad ulama mazhab

punya pekerjaan. Hanfiyah tentang kewajiban mengganti

orang

yang

Mashlahahnya adalah bahwa menurut rugi terhadap kesalahan yang dilakukan

kebiasaannya seorang yang mau oleh seorang dipekerjakan oleh

melakukan pekerjaan orang lain, melakukan pekerjaan orang lain,

memilih salah satu dari pendapat yang jawab ganti rugi kepadanya. Begitu

dinukilkan dari warisan/khazanah fikih kita juga dengan adanya kebiasaan dalam

yang banyak untuk sebuah fatwa atau suatu masyarakat bahwa resiko yang

keputusan pengadilan dengan cara mentarjih ditimbulkan oleh seorang pekerja 9 dari pendapat-pendapat yang lain. Abdul

ditanggung

Aziz al-Tuwaijiri menambahkan bahwa mempekerjakannya. Contoh yang

oleh

yang

tersebut dengan cara ketiga tentang kewajiban hutang yang

pemilihan

membanding di antara berbagai pendapat harus di bayar ketika jenis hutang

antara satu dengan yang lainnya dan adalah emas dan perak yang nilainya

melakukan peninjauan kembali dalil yang tidak mengalami perubahan. Ulama

dijadikan sandarannya baik dalil tersebut sepakat bahwa uang yang terbuat dari

nash (Alquran dan Sunnah), maupun dalil emas dan perak jika berubah nilainya,

yang bersifat ijtihadiyah, untuk dipilih pada maka wajib hutang yang wajib

akhirnya pendapat mana yang lihat lebih dikembalikan adalah mitsilnya. Tetapi

kuat dalil dan hujjahnya, sesuai dengan jika objek hutang itu mengalami

kriteria tarjih dengan mempertimbangkan fluktuasi nilai seperti uang (fulus),

kebutuhan modern yang mengharuskan terjadi perbedaan pendapat ulama:

ahli fikih kontemporer untuk berorientasi Pendapat

mempertimbangkan kenyataan/ realita, pendapat Abu Hanifah dan Abu Yusuf

pertama

dari

kemudahan, dan keringanan dalam mengatakan bahwa yang wajib dibayar

hukum-hukum furu’iyah yang praktis. adalah semisal dengan yang diterima

Muhammad ibn diwaktu berhutang. Walaupun nilai

Sementara

Ibrahim mendefenisikan bahwa al- Intiqa’i uang itu berubah. Pendapat kedua

adalah memilih pendapat yang paling rajih mengatakan wajib mengeluarkan nilai

(kuat) dari warisan fikih kita yang agung di hutang itu seperti disaat yang

antara berbagai pendapat yang kita lihat berhutang menerima uang itu,

lebih mendekatkan kepada terealisasinya walaupun nilainya naik atau turun.

maqasid Syari ’ dan kemaslahatan hamba, Sedangkan

dan lebih sesuai dengan kondisi modern mengatakan jika terjadi perubahan nilai

pendapat

ketiga

baik kesesuaian itu dari segi waktu disaat akan membayar hutang itu maka 10 maupun tempat.

yang harus dikembalikan adalah Metode Intiqa’i dapat dilakukan nilainya.

dengan memilih salah satu dari pendapat Perbedaan pendapat di atas

beberapa imam mazhab atau memilih telah

salah satu pendapat dari beberapa pendapat pula generasi berikutnya,

mengakibatkan

perbedaan

pendapat dari satu orang imam mazhab. sebanding dengan pendapat yang ada di awalnya.

2. Metode Intiqa’i

3. Metode al- Insya’i

Al- Intiqa’i dinisbahkan kepada al- Intiqa’. Secara bahasa berarti pilihan atau

9 Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ijtihad fi al- Syari’ah al-

seleksi. Sedangkan secara istilah ada

Islamiyah, (Kuwait: Dar al-Qalam li al-Nasyr wa al-

beberapa defenisi dikemukakan oleh para

Tauzi’,1989), 115

10 Ibid

Al- Insya’i dinisbahkan kepada al- menambahkan beberapa syarat untuk Insya’ yang secara bahasa berarti al-khalq

sampai kepada hukum boleh berdasarkan (menciptakan), al-ikh tira’ (inovasi), dan

ijtihadnya.

ibtida’ (menciptakan sesuatu yang belum Adapun memilih sebagian dari ada).

satu pendapat seperti memilih dalam satu sebagaimana juga didefenisikan oleh

masalah pendapat yang membolehkan Yusuf

dengan beberapa syarat, kemudian mengistinbathkan hukum baru dalam satu

al-Qaradhawi-

adalah

mujtahid tersebut tidak memakai syarat masalah dari permasalahan yang tidak

yang ditetapkan. Seperti pendapat Syafi’i dikatakan oleh ulama terdahulu, baik

tentang kebolehan jual beli murabahah permasalahan itu adalah masalah klasik,

dengan beberapa syarat, lalu sebagian maupun masalah baru. 11 ulama kontemporer memilih pendapat

Karena defenisi Qardhawi ini imam syafi’iyah tetapi mereka mengambil tidak terlepas dari kritikan, maka

syarat yang ditetapkan oleh Imam Syafi’i. pengarang menawarkan sebuah defenisi

Sedangkan memilih sebagian dari

lain, yaitu mengistinbathkan hukum

beberapa pendapat, seperti mengambil dalam satu permasalahan, hukum itu

dalam sebagian masalah dengan satu bukan pendapat seseorang sebelumnya,

pendapat, pada bagian lain dalam masalah baik sebagiannya maupun keseluruhannya,

yang sama mengambil pendapat lain. baik masalah tersebut masalah klasik

Contohnya dalam hal wudhuk ia maupun masalah baru.

pendapat yang mengatakan bahwa wudhuk tidak batal

mengambil

satu

4. Metode al- Intiqa’i al-Insya’i

karena keluar darah, pendapat yang Ijtihad

mengatakan wudhuk tidak batal karena adakalanya Intiqa’i saja dan adakalanya

dalam

metode ini

dan pendapat yang Insya’i saja dan adakalanya Intiqa’i dan

bersentuhan,

mengatakan tidak karena darah istihadah, Insya’i sekaligus . Yang dimaksud dengan

lalu ia memunculkan pendapat baru metode ijtihad Intiqa’i al-Insya’i adalah

bahwa whuduk tidak batal dengan memilih satu pendapat dengan ada

keluarnya darah, bersentuhan dan darah penambahan padanya atau memilih

istihadah.

sebagian saja dari satu pendapat, atau Dalam memilih satu pendapat memilih sebagian dari beberapa pendapat

pada sebagian masalah dan memilih dari pilihan tersebut menghasilkan

pendapat yang lain pada sebagian masalah pendapat baru, yang mana pendapat itu

yang sama, menurut Yusuf Qardhawi cara lah yang terkuat di sisi orang yang

yang demikian tidak dinamakan dengan memilih tersebut dan pendapat tersebut

talfiq. Karena talfiq yang dimaksud adalah tidak ada sebelumnya. 12 menambal beberapa pendapat dengan

Di antara bentuk memilih satu sebagian tanpa ada dalil dan mengikuti pendapat dengan ada penambahan

sesuatu karena hawa nafsu, bukansesuatu padanya, seperti seorang mujtahid

yang benar dan sesuatu yang rajih, tetapi memilih satu pendapat dalam satu

di sini adalah mengikut berdasarkan dalil. masalah yang membolehkan secara

Dari pengertian di atas dapat muthlak, kemudian mujtahid tersebut

dipahami bahwa ijtihad Intiqa’i insya’i adalah menggabungkan antara 11 Intiqa’i dan

Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ijtihad …, 126 12 Ibid, 129

insya’i sekaligus, lalu ia memilih di antara insya’i sekaligus, lalu ia memilih di antara

5. Metode al-Istishlah.

lebih cocok dan kuat dan menambahkan Istishlah merupakan istilah lain kepadanya unsur-unsur ijtihad yang baru.

yang digunakan oleh para ulama bagi Metode Intiqa’i insya’i ini termasuk di

mashlahah mursalah, selain daripadanya antara Metode Ijtihad Kontemporer yang

adalah al Munâsib al Mursal dan adapula dapat juga kita namakan dengan Metode

istidlal al mursal serta mashlahah muthlaqah. Akademis, karena metode inilah yang

Ketiga istilah itu bermuara pada satu dipakai dalam kajian-kajian fikih yang

permasalahan yaitu mashlahah. Mashlahah dilakukan oleh guru-guru besar syari ’ah

memiliki makna yang sama dengan dan mahasiswa pascasarjana di perguruan-

manfaat dan arti dan wazannya. Ia perguruan tinggi dalam penulisan disertasi

merupakan mashdar yang bermakna al mereka. Karena pada hakikatnya kajian-

shilâh seperti lafadz manfa’at bermakna al kajian tersebut tidak keluar dari memilih

lafadz mashlahah salah satu pendapat ulama terdahulu

naf’u.

semua

mengandung makna manfaat baik secara dalam suatu masalah yang ditarjihnya

asal maupun melalui suatu proses. daripada pendapat-pendapat lain dengan

Manfaat yang dimaksud oleh pembuat menambahkan sesuatu padanya atau

hukum syara’ kepada hamba-Nya adalah kadang menguranginya.

dalam menjaga agama, jiwa, akal,

Muhammad Imbabi mengatakan: 13 keturunan dan harta mereka. “ Di antara kajian fikih modern juga

etimologi istishlah adalah

Secara

mengandung arti mencari kemaslahatan dilakukan oleh mahasiswa program

penelitian-penelitian

yang

(thalab al-shalah) sebagai lawan dari kata pascasarjana untuk mendapatkan gelar

istifsad (melakukan mafsadah). Sedangkan magister dan doktor dalam fikih Islam.

istislah adalah upaya Kajian

pengertian

penelusuran dalil dengan menggunakan keistimewaan karena mengambil satu

mashlahah mursalah ketika menetapkan topik

suatu hukum syara’( al-istidlal bi al- menjelaskan, menganalisanya dan masuk

mashlahah al- mursalah ‘ala al-hukm al- ke dalam inti permasalahannya yang 14 syar’i). Dengan demikian ada perbedaan

dalam, kemudian sampai

antara mashlahah mursalah dengan kesimpulan baru yang ditambahkan ke

kepada

Istishlah merupakan fikih Islami yang mana sebelum tidak jelas

ishtishlah.

menetapkan hukum baru sesuai dengan atau tersembunyi. Dan kami tidak

sementara mashlahah menamakan metode Intiqa’i insya’i dengan

kemaslahatan

mursalah adalah kemashlahatn itu sendiri. metode akademis, karena metode ini tidak

istihslah merupakan terbatas dikalangan akademisi baik dosen

Masalah

permasalahan yang menjadi bahan maupun mahasiswa saja, tapi juga

perdebatan di kalangan para ulama. Perlu dilakukan oleh ulama dan sjech dalam

kita ketahui bahwa yang menjadi kajian mereka dan mereka tidak berafiliasi

perbedaan pendapat adalah pada posisi pada satu perguruan tinggi pusat akademi,

mashlahah mursalah dijadikan sebagai bahkan mereka adalah orang yang tidak

salah satu sumber hukum Islam. pernah belajar di perguruan tinggi selama

hidupnya. Oleh karena itu penamaan

13 Muhammad Said Ramadhan al Buthiy,

Intiqa’i insya’i lebih dan lebih mencakup.

Dhawabit al Maslahah Fî al Syarî’ati al Islâmiyyah, (Beirut :

Muassasah al Risâlah, 2001), hal 27

14 Hasunah, op.cit, 175

Sedangkan pada posisi, mashlahah

7. Metode

al-Taswighi (Mencari

mursalah sebagai suatu kemaslahatan yang

Pembenaran/Justifikasi).

harus dijaga sebagaimana tujuan syar’iat, Yaitu berpegang dengan subhat maka seluruh ulama menyepakatinya.

dalil (sesuatu yang menyerupai dalil) padahal bukanlah dalil sehingga sesuatu

6. Metode Al-Zhahiri

tanpaknya seperi Menurut Hanusah ada tiga

yang

terlarang

dibolehkan/ masyru’ untuk menjustifikasi karakteristis yang menjadi ciri khas dari

suatu realita yang terjadi atau diduga akan metode ini, yaitu tidak mau melakukan

terjadi. Di antara bentuk subhat dalil adalah ta’lil terhadap hukum, tidak mau

mengugunakan dalil yang lemah, alasan melakukan takwil, dan berpegang kepada

dharurah ,mashlahah, padahal setelah makna yang lansung dipahami dari nash

dilakukan pengkajian yang mendalam tanpa memperhatikan maqasid syariah

tidak demikian keadaannya. baik dalam memahami maupun dalam

Di antara contoh metode ini penerapan hukum. 15 Sementara Yusuf al-

adalah tentang halalnya bunga bank Qaradhawi mengatakan terdapat empat

sebagaimana difatwakan oleh Sjech landasan yang dipakai oleh Zhahiri di

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Abdul dalam ijtihadnya. Pertama memahami

Mun’im al-Namr, Ma’ruf al-Dhawalibi, nash/teks secara literal tanpa melihat

Muhammad Sayid al-Thanthawi (mantan kepada illat dan maksud-maksud yang 20 mufti Mesir dan mantan sjech al-Azhar).

terkandung dalam teks tersebut. Kedua mengingkari ta’lil hukum yang berasal dari akal dan ijtihad manusia. Ketiga kurang

KEHUJAHAN METODE INTIQA’I

menghargai akal dan cenderung tidak Memilih satu pendapat secara utuh menggunakan akal untuk memahami teks.

tanpa ada penambahannya berdasarkan hasil Keempat

ijtihad dan pemikiran yang mendalam terhadap (tasyaddud) dalam menetapkan hukum. 16 dalilnya dan alasan menguatkannya, yang

Salah satu bentuk ijtihad yang demikian bukanlah taklid. Maka orang yang dihasilkan oleh metode ini adalah

melakukan piilihan adalah mujtahid bukan mengugurkan kewajiban zakat harta

mukallid, hanya saja ijtihadnya sama dengan perdagangan, 17 zakat fitrah harus ijtihad orang yang dipilih pendapatnya. Oleh

dikeluarkan dalam bentuk makanan karena itu ijtihad Intiqa’i dalam metode ini saja, 18 dan mengharamkan dengan keras hukumnya tidak keluar dari hukum berijtihad

foto sebagaimana yang manusia zaman dalam suatu masalah pada pertama kali sekarang dan televisi. 19 sebelum terjadi khilaf padanya. Dari sini jika

ijtihad dalam masalah tersebut adalah wajib, seperti tidak ada mujtahid yang berijtihad padanya , maka ketika itu ijtihad adalah wajib.

15 Hanunah, op.cit, 265

16 Jika yang melakukan ijtihad Intiq Yusuf al-Qaradhawi, Dirasah fi Fiqh Maqasid a’i dari orang

al- Syari’ah baina al-Maqasid al-Kulliah wa al-Nusush al-

yang memenuhi keahlian untuk berijtihad,

Juziyah,( Kairo: Dar al-Syuruq, 2008), 62-65

maka ketika itu ijtihadnya muktabar, jika tidak

17 Ibid, 69

18 Ibid, 72 maka ijtihadnya ditolak, tidak diterima.Yang

19 Lihat fatwa Sjech Ibn Usaimin dan Sjech

dipilihnya ketika itu adalah pilihanberdasarkan

Bin Baz, dalam Khalid ibn Abdurrahman al-Juraisi, Fatawa ‘Ulama al-Balad al-Haram, (Riyad: Maktabah al- Malik Fahd al-Wathaniyah, 2011), 417-429

20 Ibid, 382 20 Ibid, 382

ijma’ yang menghalangi memunculkan dari orang yang belum terpenuhi padanay pendapat ketiga. Ini adalah pendapat sebagian

syarat keahlian sebagai seorang mujtahid hanafiyah dan sebagian zhahiriyah. murajjih.

Pendapat ketiga, Jika pendapat ketiga tersebut Imam Abu Syamah mengatakan: “ membawa

kepada menghilang Bagi orang yang menyibukkan diri dengan (menghapuskan) kedua pendapat sebelumnya, fikih sepantasnya tidak terikat dengan mazhab maka tidak dibolehkan, jika tidak maka imam tertentu, dia harus melihat mazhab dibolehkan. Pendapat di diriwayatkan dari setiap imam dan meyakini setiap masalah Syafi’i dan dipilih oleh sebagian mutaakhirin, adalah syah selama paling dekat kepada dalalh seperti Amidi, al-Razi, dan al-Baidhawi. Dan al-Kitab dan Sunnah.

dikuatkan oleh sebagian ahli ushul seperti Ibnu Wahbah Zuhaili mengatakan: “ Hajib, Ibnu al-Luham al-Hanbali dan Adapun ulama sekalipun belum memiliki dinisbahkan kepada al-Tufi. Contoh yang kapasitas untuk berijtihad tidak boleh terikat menghilangkan (menghapuskan) pendapat dengan semua yang terdapat di dalam mazhab, sebelumnya, seperti kewarisan kakek bersama mereka harus melihat setiap hukum-hukum saudara.Pendapat pertama mengatakan bahwa fikih secara cermat, mengambil apa yang hanya kakek yang mendapat warisan, pendapat dikuatkan oleh dalil dan menolak selainnya kedua mengatakan keduanya berserikat (sama- tanpa fanatik kepada satu mazhab.

sama mendapat warisan). Maka ketika itu tidak boleh memunculkan pendapat ketika dengan

KEHUJJAHAN METODE INSYA’I

menjadikan warisan hanya untuk saudara saja. Maksud insya’i sebagaimana disebut Karena dengan demikian ketika itu sebelumnya adalah mengistinbathkan hukum membatalkan apa yang sudah menjadi i jma’ baru dalam satu masalah dari beberapa sebelumnya bahwa kakek mendapat warisan ( masalah yang belum dikatakan oleh satu baik dia sendiri saja atau bersama dengan orangpun sebelumnya.

saudara).

Untuk menjelaskan kehujahan metode Adapun memunculkan pendapat yang insya’i perlu dijelaskan terlebih dahulu apakah tidak menghilangkan (menghapuskan) apa perbedaan pendapat dalam satu masalah yang yang sudah disepakati sebelumnya seperti berakhir kepada dua pendapat merupakan boleh fasakh pernikahan karen adanya salah ijma’ sehingga tidak dilarang memunculkan satu dari aib (cacat) yang lima. Pendapat kedua pendapat yang ketiga ? Artinya apabila semua mengatakan tidak boleh difasakhkan sama mujtahid dalam suatu masalah telah sekali, maka ketika itu boleh memunculkan membicarakan dan mereka berbeda kepada pendapat ketiga yang mengatakan boleh fasakh dua pendapat, maka apakah boleh pernikahan dengan sebagian cacat tersebut memunculkan pendapat pendapat baru atau tidak dengan sebagian yang lain.Karena tidak?. Dalam hal ini ada tiga pendapat:

pendapat ketiga ini tidak menghilangkan apa Pendapat pertama, melarang memunculkan yang sudah disepakati tetapi menyetujui pada pendapat yang ketiga sama sekali, karena sebagian dari kedua pendapat sebelumnya.

CONTOH METODE INTIQA’I INSYA’I Ibnu Jauzi mengharamkan aborsi secara

DALAM IJTIHAD KONTEMPORER

muthlak, walaupun 40 hari pertama.

Hukum Aborsi

Demikianlah pendapat imam-imam Seluruh ulama sepakat tentang

mazhb dalam masalah ini. Kemudian Lajnah keharaman aborsi dengan menggugurkan janin Fatwa negara Kuwait, memunculkan pendapat

stelah ditiupkan ruh padanya, yaitu setelah baru yang merupakan kombinasi dari semua sempurna 120 hari (4 bulan) menurut pendapat ulama-ulama terdahulu, yang mana kebanyakan ulama. Secara zhahir dari pendapat ini belum dikeluarkan oleh seorang pernyataan mereka haram menggugurkan ulama pun sebelumnya. ketika itu sekalipun keberadaannya di dalam

Pendapat tersebut menyatakan bahwa rahim ibu membahayakan ibu. Dan sebagian haram bagi dokter menggugurkan kandungan fukaha’’ membolehkan mengorbankan janin seorang perempuan hamil yang telah

demi mempertahankan kehidupan ibu, karena sempurna 140 hari dari semenjak ‘uluq ( hidupnya

ibu meyakinkan sedangkan menempel di dinding rahim), kecuali untuk kehidupan janin masih dikeragui. Kaedah menyelamatkan wanita tersebut dari bahaya mengatakan: Sesuatu yang meyakinkan tidak bisa yang dipastikan disebabkan kehamilan hilang dengan keraguan. Mereka berbeda tersebut. Dan boleh melakukan aborsi dengan pendapat sebelum ditiupkan ruh.

keridhaan suami isteri, jika kehamilan belum Sebagian

sempurna 40 hari semenjak ‘uluq ( terjadinya membolehkan menggugurkan kandungan penempelan di dinding rahim). Apabila

besar

Hanafiyah

sebelum ditiupkan ruh, dengan syarat kehamilan melewati 40 hari dan belum pengguguran itu atas izin suami dan isteri. melewati 120 hari, tidak boleh melakukan Sebagian mereka mengharamkan,karena janin aborsi kecuali dua hal: adalah asal bagi manusia.

 Apabila kehamilan tersebut memberikan Adapun Malikiyah, sebagian besar di

kemudharatan kepada ibu secara serius antara mereka mengharamkannya sebelum

yang tidak mungkin dipikulnya, atau ditiupkan ruh. Dan sebagian mereka

kemudharatan tersebut berlanjut setelah memakruhkannya sebelum 40 hari.

melahirkan.

Adapun syafi’iyah sebagaimana yang mu’tamad  Jika terbukti bahwa janin tersebut akan dalam mazhab mereka berpendapat bahwa lahir dalam keadaan cacat serius baik cacat aborsi dibolehkan secara mutlak selama ruh fisik, atau otak yang tidak ada harapan belum ditiupkan pada janin tersebut. Sebagian

akan sembuh.

mereka mengharamkan setelah fase nutfah dan ‘alaqah. Karena fase setelahnya di anggap Wajib dilakukan proses pengguguran di

rumah sakit pemerintah. Tidak dilakukan sebagai harim ( sesuatu yang harus dilindungi) prosedur pengguguran setelah kehamilan 40 bagi ruh, karena tidak diketahui secara pasti hari kecuali berdasarkan keputusan dari komite kapan ruh ditiupkan pada 40 yang ketiga. dari tiga orang dokter spesialis, salah satunya Sementara Ghazali mengharamkan secara adalah dokter ahli kandungan, dan dengan muthlak. syarat keputusan itu di setujui oleh dua orang Hanabilah menurut yang kuat dari

dokter muslim yang adil.

mazhab mereka boleh melakukan aborsi pada Fatwa ini sejalan dengan pendapat fase pertama, yaitu fase nutfah. Jangka sebagian besar hanabilah yang membolehkan waktunya menurut mereka adalah 40 hari aborsi pada 40 hari pertama saja, jika dilakukan pertama. Adapun setelah 40 hari pertama, dengan keridhaan kedua pasangan. Dan fatwa maka tidak boleh melakukan aborsi. Sementara tersebut mengamalkannya ketika hamil itu mazhab mereka boleh melakukan aborsi pada Fatwa ini sejalan dengan pendapat fase pertama, yaitu fase nutfah. Jangka sebagian besar hanabilah yang membolehkan waktunya menurut mereka adalah 40 hari aborsi pada 40 hari pertama saja, jika dilakukan pertama. Adapun setelah 40 hari pertama, dengan keridhaan kedua pasangan. Dan fatwa maka tidak boleh melakukan aborsi. Sementara tersebut mengamalkannya ketika hamil itu

dengan pendapat semua fukaha’’ malikiyah, CONTOH IJTIHAD INTIQA’I MURNI

sebagian fukaha’’ hanafiyah, sebagian besar Hukum Melempar Jumrah Sebelum Zawal hanabilah, dan Ghazali dari kalangan syafi’iyah (Tergelincir Matahari) Bagi Jemaah Haji Hari melempar itu ada empat: Yaum al-

dalam pengharaman aborsi pada 40 hari kedua. nahr, dan tiga hari Tayriq setelah yaum al-nahar.

Fatwa tersebut juga selaras dengan pendapat Hari nahar hanya melempar jumrah ‘aqabah seluruh malikiyah, sebagian besar fukaha’’

saja. Ad apun melempar jumrah ‘aqabah pada hanabila,

sebagian

syafi’iyah

dalam

hari nahar, kaum muslimin telah ijma’ bahwa pengharamannya pada 40 hari ketiga. Hanya orang yang melempar jumrah pada hari nahar saja fatwa tersebut mengamalkan pendapat mulai terbit matahari sampai zawal maka ia ulama di atas pada selain kondisi keberadaan mendapatkan sunnah dan ia telah melempar janin membahayakan kepada ibu dan pada pada waktu mustahab ( waktu sunah). Yang kondisi anak terlahir dalam keadaan cacat. menjadi permasalahan di sini bagaimana Karena pada kedua kondisi ini fatwa lajnah hukumnya melempar jumrah pada hari tasyriq sejalan dengan pendapat sebagian besar fukaha’’ hanafiyah, Jumhur fukaha’; syafi’iyah, sebelum zawal. Dalam hal terdapat perbedaan

dan Ibnu ‘Aqil dengan dibolehkannya aborsi pendapat. Jumhur fukaha’’ dari kalangan hanafiyah,

dan hanabilah Semua ini adalah memilih pendapat- berpendapat bahwa melempar pada setiap hari pendapat imam-imam mazhab dalam satu tasyriq wajib setelah tergelincir matahari, masalah dengan menghimpun semuanya kecuali Abu Hanifah dan Ishak bin Rahawaih dengan cara muncul darinya pendapat baru membolehkan nya sebelum zawal pada hari yang belum ada sebelumnya. Karena ulama ketiga dari hari tasyriq, sekalipun disunahkan yang mengatakan boleh menggugurkan setelah zawal. Sebagaimana Imam Syafi’i

pada 40 hari kedua dan ketiga.

malikiyah,

syafi’iyah,

kandungan pada 40 hari pertama saja, mereka membolehkan sebelum zawal bagi orang yang tidak mengatakan dibolehkan setelah 40 hari mengqadhanya karena ketinggalan melempar pertama, meskipun keberadaan janin akan

pada hari sebelumnya.

membahayakan ibu, atau janin akan lahir

Thawus, Abu Ja’far dalam keadaan cacat. Begitu juga ulama yang Muhammad ibn Ali, Ibnu Jauzi dari hanabilah, membolehkan 40 hari pertama dan kedua saja, dan pendapat yang dari kalangan syafi’iyah

‘Atha’,

mereka tidak membolehkannya pada 40 hari membolehkan melempar sebelum zawal secara ketiga, sekalipun akan membahayakan ibu atau muthlak. Artinya dibolehkan pada setiap bayi akan lahir dalam keadaan cacat. melempar (hari nahar, dan tiga hari tasyriq). Di Di antara yang menguatkan pemilihan antara pendapat fukaha’’ mazhab dalam pendapat dalam fatwa ini adalah kemajuan

masalah ini:

pengetahuan modern

dalam

bidang

Imam al-Kasani mengatakan: Adapun kedokteran. Karena peralatan kedokteran yang waktu melempar pada hari ketiga dari hari canggih itu mampu mengungkapkan kepada tasyriq, maka waktu sunahnya adalah setelah dokter sesuatu yang boleh jadi cacat menimpa Imam al-Kasani mengatakan: Adapun kedokteran. Karena peralatan kedokteran yang waktu melempar pada hari ketiga dari hari canggih itu mampu mengungkapkan kepada tasyriq, maka waktu sunahnya adalah setelah dokter sesuatu yang boleh jadi cacat menimpa

membolehkan pada hari nafar (hari ketiga dari Di dalam kitab al-Mudawwanah Imam hari tasyriq) melempar sebelum zawal bagi Malik mengatakan: “Siapa yang melempar jumrah musafir yang segera akan meninggalkan mina.

yang tiga sebelum tergelincir matahari, maka Hanabilah membolehkan bagi haji untuk hendaklah ia mengulang lagi, tidak ada melempar mengakhirkan meundanya pada hari terakhir, pada hari tasyriq kecuali setelah tergelincir matahari. sebagaimana mereka membolehkan melempar Zarqani mengatakan : ”siapa yang melempar jumrah hari ini dilakukan pada hari berikutnya,

sebelum tergelincir matahari ia harus mengulangi lagi dan boleh menunda melempar sampai malam sesudahnya. ”

harinya, maka tidak mengharuskan terikat Imam Nawawi berkata: “Adapun hari melempar

waktu zawal dan tasyriq, maka menurut mazhab kami, mazhab terbenamnya matahari. Keempat, tidak ada Malik, Ahmad, dan Jumhur ulama adalah tidak nash dari Nabi saw tentang larangan melempar boleh melempar pada hari tasyriq yang tiga kecuali sebelum zawal. Yang hanyalah Nabi melempar setelah tergelincir matahari berdasarkan hadis setelah zawal, yaitu hadis yang diriwayatkan shahih ”. Imam Syaukani berkata: “Hadis Jabir oleh Jabir ra bahwa Nabi saw melempar pada bahwa Nabi saw melempar pada hari nahar pada hari nahar pada waktu dhuha, dan melempar waktu dhuha dan melempar setelah itu setelah setelah itu setelah zawal. Perbuatan Nabi tergelincir matahari ”. Inilah pendapat Jumhur, semata, tidak menunjukkan melebihi dari kecuali

antara

‘Atha’ dan Thawwus yang disyari’atkannya melempar setelah zawal atau membolehkan melempar sebelum zawal secara di sunahkannya. Adapun mewajibkannya muthlak.

mestilah ada dalil yang lain. Hadis Rsulullah Dari pendapat imam-imam mazhab saw : “Ambilah dari ku tata cara haji kamu”, ini, Sjech Abdullah bin Zaid al-Mahmud- tidak menunjukkan bahwa semua perbuatan Ketua Mahkamah Syari’ah Qatar- memilih haji yang diambil dari Nabi adalah wajib, pendapat yang membolehkan melempar sebagaimana sabda Nabi saw: “Shalatlah kamu jumrah bagi jema’ah haji sebelum tergelincir sebagaimana kamu melihat saya shalat ” tidak matahari secara muthlak. Artinya pada setiap menunjukkan bahwa semua perbuatan shalat jumrah: hari nahar, dan tiga hari tasyriq. Ini yang diriwayatkan dari Nabi saw adalah wajib, adalah pendapat ‘Atha’, Thawus, Abu Ja’far ada yang rukun, wajib, dan sunat. Muhammad bin Ali, Ibnu Jauzi, dan pendapat

Inilah beberapa penguat yang yang lemah dari syafi’iyah. Pendapat ini dipilih dipertimbangkan untuk memilih pendapat oleh Sjech Abdullah bin Zaid al-Mahmud membolehkan melempar jumrah bagi jema’ah sekalipun berbeda dengan pendapat Jumhur haji sebelum zawal secara muthlak. dengan beberapa pertimbangan: Pertama

karena hajah (kebutuhan) telah sampai pada CONTOH IJTIHAD INSYA’I MURNI

tingkatan dharurah pada tahun-tahun tertentu

1. Bolehnya gambar fotografi

ketika terjadinya desakan yang sangat sehingga Ini adalah masalah baru yang banyak manusia yang terinjak oleh kaki

belum dibicarakan oleh imam-imam belum dibicarakan oleh imam-imam

al- ‘Allamah Muhammad hikmah meletakkan miqat pada tempat Buhait al- Muthi’i pada masa sekarang

yang sekarang karena keadaan tempat- telah melakukan sebuah ijtihad dalam

tempat tersebut merupakan jalan/gerbang risalahnya yang berjudul “al-Qaul al-Kafi fi

yang dilalui manusia menuju Mekah, Ibahah al-Tashwir al- Futughrafi”. Dalam

dimana mereka datang dari negeri mereka risalah tersebut beliau melakukan ijtihad

menuju Mekah. Hari ini Jedah telah insya’i murni, dari sana Sjech al-Muthi’i

menjadi gerbang bagi semua jemaah haji sampai

penumpang pesawat terbang, bukan melahirkan pendapat baru, bahwa gambar

miqat-miqat negeri mereka. Yang mana adalah boleh. Karena illat diharamkannya

mikat tersebut tidak lagi menjadi pintu menggambar adalah menyamai ciptaan

mereka. Karena Allah. Gambar fotografi ini bukanlah

gerbang

bagi

sesungguhnya mereka melewati miqat menyamai ciptaan Allah tetapi ia adalah

tersebut ketika mereka terbang di atasnya. ciptaan Allah itu sendiri yang memantul

Karena itu jika penumpang pesawat harus kepada kertas, sebagaimana pantulan

bermiqat, maka ketika itu wajib gambar manusia kepada cermin. Batas

miqat bagi mereka maksimal dari gambar tersebut adalah

menentukan

sebagaimana Umar menentukan Zatu bahwa

‘Irqin sebagai miqat bagi penduduk Irak pengetahuannya dapat memperlihatkan

disaat mereka membutuhkannya. Adalah gambar yang memantul tersebut ke atas

baik menetapkan Jedah sebagai miqat bagi kertas dengan perantara alat tertentu yaitu

mereka, karena mereka dalam perjalan kamera, dan semisalnya.

menuju Mekah tidak melewati kecuali Mengomentari ijtihad Muthi’i ini,

melalui Jedah, maka menetapkan Jedah Yusuf Qaradhawi mengatakan: “Ini

sebagai miqat bagi mereka lebih utama menurut pendapatku adalah ijtihad insya’i yang

dari tempat lain.

benar ”. Karena masyarakat Qatar dan Adapun ketika mereka terbang di negara-negara Teluk menamakan tashwir

udara melewati miqat selain Jedah, tidak serta (menggambar) dengan ‘aks, shuwar merta menjadikan miqat tersebut lebih utama (gambar) dengan ‘ukus, dan mushawwir

dari Jedah, maka tidak mesti juga mereka (penggambar) dengan ‘ukas.

berihram ketika melewatinya, dan tidak wajib membayar dam ketika melewatinya. Tidak

2. Kebolehan Ihram dari Jedah bagi menjadikan miqat tersebut lebih utama dari

penumpang pesawat terbang

Jedah bagi penumpang pesawat,karena tidak Pesawat terbang belum dikenal

mungkin menjadikan miqat di atas udara atau oleh fukaha’’ klasik, maka karena itu di tegah lautan dan sulit ketika itu melakukan

mereka tidak membicarakan tempat yang apa yang harus dilakukan oleh orang yang pantas melakukan ihram bagi jemaah haji

berihram semisal menanggalkan pakaian, penumpang pesawat terbang. Dalam

mandi, shalat, dan melakukan seluruh sunah- masalah ini Sjech Abdullah bin Zaid al- sunah ihram. Apa lagi di atas pesawat tidak ada

Mahmud juga melakukan ijtihad. Hasil kamar mandi, dan tempat shalat. dari ijtihadnya melahirkan pendapat baru,

Adapun bagi penumpang pesawat yang yaitu bahwa miqat bagi penumpang

terbang di atas tempat-tempat miqat tidak pesawat terbang adalah Jedah dimana

mesti berihram dan tidak membayar dam pesawat turun di bandara King Abdul mesti berihram dan tidak membayar dam pesawat turun di bandara King Abdul

sekarang yang menjadi نهلهأ ريغ نم نهيلع ىتأ نمل و نهل نه pertimbangan untuk mentarjih dan memilih Maka penumpang yang terbang di atas udara pendapat ini adalah bahwa perempuan pada miqat

pada masa

masa mutaakhirin (belakangan) terkungkung di mendatanginya, karena terbang di atas dalam rumah, tidak keluar kecuali jarang sekali, udaranya (al- tahliq fi sama’iha) tidak dinamakan dan ia keluar hanya untuk keperluan yang dengan ityan ‘alaiha (mendatanginya) baik mendesak. Setelah terjadinya perubahan sosial secara bahasa maup un secara kebiasaan (‘uruf), pada hari ini, para perempuan telah keluar karena mendatangi sesuatu secara bahasa dan rumahnya menuju sekolah, kampus, pasar, ‘urf adalah sampai kepadanya (pada tempat piknik, dan tempat kerja, di mana hal tempatnya). Orang yang terbang di atas udara itu menghendaki kebolehan perempuan untuk miqat tidak sampai kepadanya, karena itu ia keluar ke mesjid, agar masjid tidak menjadi tidak mendatanginya, maka tidak berlaku satu-satunya tempat yang diharamkan baginya. padanya orang yang datang kepadanya. Oleh Dalam waktu yang bersamaan kita melihat karena itu tidak wajib baginya ihram ketika perempuan-perempuan di dunia ini dari terbang di udara dan tidak berdosa kalangan nasrani, yahudi dan perempuan melewatinya tanpa ihram.

agama lain mereka pergi ke gereja, sinagok dan tempat-tempat ibadah mereka. Sementara

PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI, satu-satunya perempuan yang dilarang pergi ke DAN POLITIK, BAIK LOKAL MAUPUN mesjid adalah perempuan muslimah. Di INTERNASIONAL.

samping itu masjid juga bukanlah tempat Pada sekarang ini terjadi perubahan ibadah saja, tetapi mesjid merupakan jami’ah

besar dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan (perguruan) untuk menuntut ilmu.

kebudayaan, baik dalam skala loka/nasional, Contoh lain adalah memilih pendapat

maupun internasional. Perubahan tersebut Malikiyah, Zhahiriyah dan Abu Yusuf dari

menuntut mujtahid untuk memperhatikan hanafiyah tentang larangan ihtikar tidak saja dalam ijtihad dan tarjihnya. Di mana ia

terbatas pada makanan pokok. Begitu juga dihadapkan di dalam memilih di antara

memilih pendapat Ibnu Taimiyah yang berbagai pendapat dalam satu masalah

apabila pedagang sebagian pendapat ulama klasik yang tidak lagi

mewajibkan

tas’ir

mempermainkan harga, dan banyak lagi cocok dengan masa yang telah berubah ini. Di

pendapat yang lain. Ini adalah di antara contoh antara contoh pengaruh modern dalam ijtihad

dalam mempertimbangkan bentuk-bentuk Intiqa’i adalah mentarjih pendapat mayoritas perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang

ulama hanabilah dan Ibnu Hazm al-Zhahiri terjadi pada masa sekarang ini.

tentang kebolehan wanita keluar pergi ke

masjid. Pendapat ini sekalipun berlawanan ILMU DAN PENGETAHUAN dengan pendapat sebagian besar fukaha’’ MODERN

mutaakhirin dalam hal melarang perempuan Di antara yang mempengaruhi dalam pergi ke masjid, lebih-lebih lagi para mentarjih satu pendapat atas pendapat yang remajanya,

karena lain dan memilihnya pada masa kita sekarang pertimbangan perubahan sosial yang terjadi adalah perkembangan ilmu dan pengetahuan pada masa sekarang. Pendapat lebih pantas yang belum dijumpai pada masa fukaha’’ klasik, dan cocok untuk zaman sekarang.

namun

diambil

lebih khusus lagi ilmu fisika (alam) yang belum lebih khusus lagi ilmu fisika (alam) yang belum

dengan dalih bahwa jika pembuahan bisa Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi karena bertemunya sperma seorang modern tersebut telah meluruskan beberapa laki-laki dengan sel telur seorang perempuan, informasi klasik baik yang berkaitan dengan tentu mungkin juga terjadi pembuahan dengan fisika, falak, kimia, kedokteran, anatomi, dan bertemunya sperma dua orang laki-laki dengan lain-lainya.

itu seorang perempuan. Karena itu sebagian berkembang hari demi hari. Pengetahuan fukaha’’

Karena

pengetahuan

membolehkan seorang anak tersebut dapat membantu ahli fikih modern dinisbahkan kepada tiga, empat atau lima untuk memberikan penilaian beberapa bapak, jika seorang al-qafah menisbahkan pendapat fikih klasik dan memilih di antara

kepada lebih dari satu orang bapak, karena berbagai pendapat tersebut dengan ditopang apabila boleh terjadinya pembuahan melalui oleh ilmu pengetahuan serta meninggalkan sperma dua laki-laki, maka tentu boleh juga pendapat lainnya setelah terbukti tidak sesuai terjadinya pembuahan dari tiga, empat, atau dengan ilmu pengetahuan. Di antara contoh lima laki-laki. faktor ilmu modern dalam memilih dan

Pendapat syafi’yah dipilih, bukan mentarjih