METODE FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

METODE FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

  Oleh: Irma Suryani*

  Abstract: In terms of legal perspective, the fatawa issued by Indonesian Council of Islamic Scholars/Ulama (MUI) theoretically have tried to apply the principles of al-Qur’an,

  Hadits, Ijma, dan Qiyas as practiced by the Sunnites. However, in the realization, they suffered from inconsistency. There are many of the fatawas refering to books of fiqh (Islamic jurisprudence). In terms of the content, such factors as social and political environments yield influence toward the formulation of the fatawa. On the other hand, such influence give lessons to those who are interested in Islamic laws that the products of thoughts in Islamic laws cannot be separated from the social and political conditions when the thoughts were formulated.

  Kata kunci

  : metode, fatwa, majelis, ulama

  PENDAHULUAN

  atwa adalah materi hukum yang merupakan jawaban atas pertanyaan dari orang yang memin- ta fatwa (mustafti). Untuk itu usaha memberikan penjelasan hukum (Is- lam) oleh orang yang berkompeten dalam hal itu kepada orang yang be- lum mengetahuinya disebut ifta`.

  Fatwa bisa dilakukan oleh orang perorang secara individual dan bisa juga secara komunal atau kolektif melalui suatu lembaga atau organisasi fatwa yang bertugas dan berwenang untuk mengelurkan fat- wa. Kemudian dari segi sifatnya lembaga fatwa itu bisa dalam bentuk nonformal atau informal dan bisa ju- ga semi formal.

  Kategorisasi lembaga fatwa ke- pada informal dan semi formal me- nunjukkan bahwa lembaga fatwa itu berbeda dengan lembaga peradilan yang bersifat formal dan keputusan hukum yang dihasilkannya bersifat memaksa. Lembaga peradilan meru- pakan insitusi resmi (formal) peme- rintah, sehingga keputusannya sela- lu mengikat dan dapat memaksa. Se- dang institusi fatwa berada di luar lembaga pemerintahan, sehingga keputusannya bersifat sukarela dan tidak dapat memaksa dan perkem- bangannyapun berada di luar kon- trol pemerintah.

  Meski demikian, koleksi fatwa telah ada hampir di setiap zaman dalam lintas sejarah komunitas Is- lam, sejak dari koleksi fatwa Umar ibn Khattab (w. 24 H), koleksi fatwa Ibn Taymiyah (w. 728 H), Koleksi fatwa dar al-Ifta` di Kairo, sampai koleksi fatwa Majelis Ulama Indone- sia (MUI) yang dihasilkan sebagai

  F

  • *Penulis adalah Lektor dalam Mata kuliah Ushul Fiqh pada STAIN Batusangkar

    175

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

  jawaban terhadap berbagai proble- matika umat Islam Indonesia, teruta- ma untuk kasus-kasus kontemporer.

  Pemberian fatwa diyakini me- miliki peran penting dan signifikan dalam kehidupan beragama komuni- tas Islam. Urgensi dan signifikannya terlihat dari fungsinya sebagai me- diasi antara cita ideal hukum Islam di satu pihak dengan realitas-faktual masyarakat di pihak lain. Di sinilah setiap problem, keprihatinan, hara- pan, aspirasi dan pengalaman ma- syarakat disampaikan dan dikon- frontasikan untuk dicarikan titik te- mu dengan cita moral dan etika-reli- gius dalam syari’ah yang dimediasi oleh kecakapan intelektual seorang mufti .

  Salah satu lembaga fatwa yang bersifat semi-formal adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), ka- rena lembaga ini meskipun dibentuk secara resmi oleh pemerintah, na- mun ketetapannya tidak dapat me- maksa sebagaimana keputusan lem- baga peradilan. Sejak berdiri tahun 1975 MUI telah banyak mengeluar- kan fatwa baik atas permintaan individu atau kelompok masyarakat maupun atas permintaan pemerin- tah. Makalah sederhana ini akan mencoba untuk melihat dan meneliti beberapa fatwa yang telah dikeluar- kan MUI, terutama dari segi metode ijtihad yang digunakan dalam meru- muskan fatwanya.

  INDONESIA

  MUI merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia dan didiri- kan pada tanggal 27 Juli 1975 melalui sebuah kegiatan Muktamar Ulama yang diadakan dari tanggal 21 hingga 27 Juli 1975. Muktamar terse- but dihadiri oleh 53 orang peserta yang terdiri dari para wakil majelis- majelis ulama daerah yang baru terbentuk, para wakil pengurus pu- sat sepuluh organisasi Islam yang ada, sejumlah ulama bebas dan em- pat orang perwakilan rohaniawan ABRI menandantagani deklarasi pendirian Majelis Ulama Indonesia dan mengangkat Hamka sebagai Ke- tua Umum MUI pertama.

  Lembaga ini didirikan sebagai wadah dan organisasi yang meng- himpun ulama-ulama seluruh Indo- nesia. Di samping mewakili berbagai daerah di Indonesia anggota MUI ju- ga diwarnai oleh beberapa organisasi keagamaan di Indonesia. Sehingga akan terlihat para anggota MUI ter- sebut terdiri dari orang-orang yang berasal dari Muhammadiyah, NU, Persis dan organisasi keagamaan lainnya.

  Sebagai lembaga keagamaan MUI bertugas memberikan fatwa- fatwa dan nasehat, baik kepada pe- merintah maupun umat Islam sepu- tar persoalan keagamaan secara khu- sus dan persoalan yang dihadapi bangsa pada umumnya. Di samping itu MUI juga diharapkan mampu menggalakkan persatuan nasional, menjadi mediator antara pemerintah dan ulama dan mewakili kaum mus- limin dalam pertemuan antar go- longan agama. Termasuk juga dalam tugas MUI adalah untuk menjaga agar perundang-undangan di negeri ini tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam.

SEKILAS MAJELIS ULAMA

  Secara organisasi, MUI di sam- ping memiliki unsur-unsur pimpi- nan harian seperti Ketua Umum,

  Irma Suryani, Metode Ijtihad Majelis Ulama Indnesia

  Harus ada jaminan kelestarian pokok wakaf dalam bentuk uang ini dirasa penting karena sesuai dengan defenisi yang dipahami bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah me- nahan harta yang dapat dimanfaat- kan yang tidak lenyap bendanya, dengan cara tidak melakukan tinda- kan hukum terhadap benda tersebut, untuk disalurkan terhadap sesuatu yang mubah.

   ُﻞَﺜَﻣ َﻦﻳِﺬﱠﻟا َنﻮُﻘِﻔْﻨُـﻳ ْﻢَُﳍاَﻮْﻣَأ ِﰲ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻞَﺜَﻤَﻛ ٍﺔﱠﺒَﺣ ْﺖَﺘَﺒْـﻧَأ َﻊْﺒَﺳ َﺳ َﻞِﺑﺎَﻨ ِﰲ ِّﻞُﻛ ٍﺔَﻠُـﺒْﻨُﺳ ُﺔَﺋﺎِﻣ ٍﺔﱠﺒَﺣ ُﻒِﻋﺎَﻀُﻳ ْﻦَﻤِﻟ ُءﺎَﺸَﻳ ٌﻊِﺳاَو ﻢﻴِﻠَﻋ َﻦﻳِﺬﱠﻟا َنﻮُﻘِﻔْﻨُـﻳ ْﻢَُﳍاَﻮْﻣَأ ِﰲ ِﻞﻴِﺒَﺳ ﱠُﰒ ﻻ َنﻮُﻌِﺒْﺘُـﻳ ﺎَﻣ اﻮُﻘَﻔْـﻧَأ ﻻَو ىًذَأ ْﻢَُﳍ ْﻢُﻫُﺮْﺟَأ َﺪْﻨِﻋ ﻻَو ٌفْﻮَﺧ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﻻَو ْﻢُﻫ نﻮُﻧَﺰَْﳛ

  Q.S. al-Baqarah (2) ayat 261- 262:

   ْﻦَﻟ اﻮُﻟﺎَﻨَـﺗ ﱠِﱪْﻟا ﱠﱴَﺣ اﻮُﻘِﻔْﻨُـﺗ ﺎﱠِﳑ ُِﲢ َنﻮﱡﺒ ﺎَﻣَو اﻮُﻘِﻔْﻨُـﺗ ِﻣ ْﻦ ٍءْﻲَﺷ ﱠنِﺈَﻓ ِﻪِﺑ ﻢﻴِﻠَﻋ

  Q.S. Ali ‘Imran (3) ayat 92:

  a. Al-Qur`an

  MUI menyandarkan fatwanya kepada beberapa argumentasi:

  Dari diktum putusan MUI di atas dapat dipahami bahwa apabila seorang atau beberapa orang atau lembaga dan badan hukum membe- rikan sejumlah uang tunai dan atau dalam bentuk surat-surat berharga lainnya maka itu dibolehkan sepan- jang nilai pokok wakaf dalam bentuk uang dan atau surat berharga terse- but dapat terjamin kelestariannya.

  Umum yang ketiganya dibantu oleh beberapa orang Ketua, beberapa orang sekretaris dan beberapa orang bendahara, juga memiliki beberapa komisi, seperti Komisi Dakwah, Komisi Pendidikan dan Kebudaya- an, Komisi Fatwa dan Hukum, Ko- misi Luar Negeri dan sebagainya.

  d. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

  c. Wakaf uang hukumnya boleh.

  b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berhar- ga.

  a. Wakaf uang (waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

  Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 11 Mei 2002, telah mengeluarkan fatwa yang isinya:

  INDONESIA Wakaf dalam Bentuk Uang

  Komisi Fatwa diberi tugas dan wewenang untuk merundingkan dan mengeluarkan fatwa mengenai persoalan-persoalan hukum Islam yang dihadapi masyarakat. Persi- dangan-persidangan Komisi fatwa biasanya diadakan sesuai keperluan atau bila MUI telah dimintai penda- patnya oleh masyarakat maupun pe- merintah. Persidangan itu biasanya, di samping dihadiri oleh Ketua dan semua anggota Komisi Fatwa, juga dihadiri oleh undangan dari luar, seperti para ulama bebas dan ilmuan sekuler yang terkait dengan persoa-- -lan yang sedang dibicarakan.

FATWA MAJELIS ULAMA

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

b. Hadits

  ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ﱡﻰِﻠَﻋ ُﻦْﺑ ٍﺮْﺠُﺣ ﺎَﻧَﺮَـﺒْﺧَأ ُﻞﻴِﻋﺎَْﲰِإ ُﻦْﺑ ٍﺮَﻔْﻌَﺟ ِﻦَﻋ ِءَﻼَﻌْﻟا ِﻦْﺑ ِﺪْﺒَﻋ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ْﻦَﻋ ِﻪﻴِﺑَأ ْﻦَﻋ ِﰉَأ َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ﻰﺿر ﷲ ﻪﻨﻋ ﱠنَأ َلﻮُﺳَر - ﻰﻠﺻ ﷲ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳو - َلﺎَﻗ اَذِإ َتﺎَﻣ ُنﺎَﺴْﻧِﻹا َﻊَﻄَﻘْـﻧا ُﻪُﻠَﻤَﻋ ﱠﻻِإ ْﻦِﻣ ٍثَﻼَﺛ ٌﺔَﻗَﺪَﺻ ٌﺔَﻳِرﺎَﺟ ٌﻢْﻠِﻋَو ُﻊَﻔَـﺘْﻨُـﻳ ِﻪِﺑ ٌﺪَﻟَوَو ٌﺢِﻟﺎَﺻ ﻮُﻋْﺪَﻳ ﻪَﻟ

  Dari beberapa dasar hukum yang dikemukakan MUI, terlihat bahwa dalam menetapkan keten- tuan tentang kebolehan berwakaf dengan uang, diupayakan mencari dasar legitimasi dalam nas (al- Qur’an dan hadits). Untuk al- Qur`an, baik Q.S. Ali Imran ayat 92 maupun Q.S. al-Baqarah 262-262 dengan pemahaman, bahwa wakaf termasuk kepada umumnya penger- tian infak, sehingga salah satu ben- tuk infak itu adalah dengan cara mewakafkan sebagian harta untuk digunakan demi kemaslahatan umum.

  Hanya saja, baik itu al-Qur`an maupun hadits yang dijadikan dasar baru bersifat umum berbicara sepu- tar wakaf (dalam pengertian yang la-

  faat kepada si wakif, meskipun dia telah meninggal dunia. Sedang dua hadits berikutnya meskipun redaksi berbeda namun maknanya sama, dimana hadits tersebut mengindika- sikan spesifikasi dari wakaf, yaitu pokoknya ditahan, sementara hasil- nya disedekahkan kepada orang- orang yang membutuhkan.

  yah yang masih memberikan man-

  yang juga meliputi wakaf. Untuk itu wakaf merupakan salah satu bentuk dari sedekah jari-

  sadaqah jariyah

  Kemudian MUI juga mencari legitimasi keputusannya kepada ha- dits Nabi. Hadits Abu Hurairah menginkasikan keumuman makna

  Imam Syafi’i yang membolehkan wakaf dengan dinar dan dirham.

  Hadits riwayat al-Tirmizi dari Ibn Umar:

  Hadits riwayat al-Tirmizidari Abu Hurairah:

  d. Sebagian Hanafiyah memboleh- kan wakaf dengan uang atas dasar

  H.) yang berpendapat bahwa me- wakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha ke- mudian keuntungannya disalur- kan pada mauquf ‘alaih.

  c. Pendapat Imam al-Zuhri (w. 124

   ْﺲِﺒْﺣا ﺎَﻬَﻠْﺻَأ ْﻞِّﺒَﺳَو ﺎَﻬَـﺗَﺮََﲦ

  Hadits riwayat al-Nasa’I dari Ibn Umar:

   َبﺎَﺻَأ ُﺮَﻤُﻋ ﺎًﺿْرَأ َﺮَـﺒْﻴَِﲞ َـﻓ َلﺎَﻘ ﺎَﻳ َلﻮُﺳَر ُﺖْﺒَﺻَأ ًﻻﺎَﻣ َﺮَـﺒْﻴَِﲞ َْﱂ ْﺐِﺻُأ ًﻻﺎَﻣ ﱡﻂَﻗ َﺲَﻔْـﻧَأ ىِﺪْﻨِﻋ ُﻪْﻨِﻣ ﺎَﻤَﻓ ِﱏُﺮُﻣْﺄَﺗ َلﺎَﻗ ْنِإ َﺖْﺌ ِﺷ َﺖْﺴَﺒَﺣ ﺎَﻬَﻠْﺻَأ َﺖْﻗﱠﺪَﺼَﺗَو « . َقﱠﺪَﺼَﺘَـﻓ ُﺮَﻤُﻋ ﺎَﻬﱠـﻧَأ َﻻ ُعﺎَﺒُـﻳ ﺎَﻬُﻠْﺻَأ َﻻَو ُﺐَﻫﻮُﻳ َﻻَو ُثَرﻮُﻳ َقﱠﺪَﺼَﺗ ِﰱ ِءاَﺮَﻘُﻔْﻟا َﰉْﺮُﻘْﻟاَو ِﰱَو ِبﺎَﻗِّﺮﻟا ِﰱَو ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻦْﺑاَو ِﻞﻴِﺒﱠﺴﻟا ِﻒْﻴﱠﻀﻟاَو َﻻ َحﺎَﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋ ْﻦَﻣ ﺎَﻬَـﻴِﻟَو ْنَأ َﻞُﻛْﺄَﻳ ﺎَﻬْـﻨِﻣ ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ ْوَأ َﻢِﻌْﻄُﻳ ﺎًﻘﻳِﺪَﺻ َﺮْـﻴَﻏ ٍلِّﻮَﻤَﺘُﻣ ِﻪﻴِﻓ . َلﺎَﻗ َﻛَﺬَﻓ ُﻪُﺗْﺮ ِﺪﱠﻤَﺤُﻤِﻟ ِﻦْﺑ َﻦﻳِﲑِﺳ َلﺎَﻘَـﻓ َﺮْـﻴَﻏ ٍﻞِّﺛَﺄَﺘُﻣ ًﻻﺎَﻣ . َلﺎَﻗ ُﻦْﺑا ٍنْﻮَﻋ ِﲎَﺛﱠﺪَﺤَﻓ ِﻪِﺑ ٌﻞُﺟَر ُﺮَﺧآ ُﻪﱠﻧَأ ﺎَﻫَأَﺮَـﻗ ِﰱ ِﺔَﻌْﻄِﻗ ٍﱘِدَأ َﺮَْﲪَأ َﺮْـﻴَﻏ ٍﻞِّﺛَﺄَﺘُﻣ ًﻻﺎَﻣ . َلﺎَﻗ ُﻞﻴِﻋﺎَْﲰِإ ﺎَﻧَأَو ﺎَﻬُـﺗْأَﺮَـﻗ َﺪْﻨِﻋ ِﻦْﺑا ِﺪْﻴَـﺒُﻋ ِﻦْﺑ َﺮَﻤُﻋ َنﺎَﻜَﻓ ِﻪﻴِﻓ َﺮْـﻴَﻏ ٍﻞِّﺛَﺄَﺘُﻣ ًﻻﺎَﻣ . َلﺎَﻗ ﻮُﺑَأ ﻰَﺴﻴِﻋ اَﺬَﻫ ٌﺚﻳِﺪَﺣ ٌﻦَﺴَﺣ ٌﺢﻴ ِﺤَﺻ . ُﻞَﻤَﻌْﻟاَو ﻰَﻠَﻋ اَﺬَﻫ َﺪْﻨِﻋ ِﻞْﻫَأ ِﻢْﻠِﻌْﻟا ْﻦِﻣ ِبﺎَﺤْﺻَأ ِِّﱮﱠﻨﻟا - ﻰﻠﺻ ﷲ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳو - ْﻢِﻫِْﲑَﻏَو َﻻ ُﻢَﻠْﻌَـﻧ َْﲔَـﺑ َﲔِﻣِّﺪَﻘَـﺘُﻤْﻟا ِﻣ ْﻢُﻬْـﻨ ِﰱ َﻚِﻟَذ ﺎًﻓَﻼِﺘْﺧا ِﰱ ِةَزﺎَﺟِإ ِﻒْﻗَو َﲔِﺿَرَﻷا ِْﲑَﻏَو َﻚِﻟَذ

  istihsan bi al-‘urf . Demikian juga

  Irma Suryani, Metode Ijtihad Majelis Ulama Indnesia

  b. Nikah mut’ah bertentangan dengan tujuan perkawinan, yaitu mewujudkan keluarga yang sejah- tera dan memperoleh keturunan c. Nikah mut’ah bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, seperti UU Perkawinan, UU Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

  , karena nikah seperti itu tidak mampu mewujudkan ke- luarga yang sejahtera (mawaddah wa

  shid al-syari’ah

  MUI juga menerapkan pertim- bangan maqashid al-syari’ah, yaitu tujuan dilembagakannya hukum da- lam Islam. Nikah mut’ah berten- tangan dengan pertimbangan maqa-

  d. Nikah mut’ah tidak menyebabkan seseorang menjadi muhsan.

  c. Nikah mut’ah tidak mengurangi hak seseorang untuk kebolehan menikah sampai empat orang

  iddah nikah biasa

  b. Iddah nikah mut’ah tidak seperti

  Berdasarkan ketetapan dan da- lil yang dikemukan dapat disimpul- kan bahwa metode yang diterapkan MUI dalam mengharamkan nikah mut’ah adalah Q.S. al-Mukminun (23) ayat 5-6 yang menyatakan bah- wa hubungan kelamin hanya dibo- lehkan terhadap wanita yang ber- fungsi sebagai istri atau budak yang dimiliki, selain dari yang dua terse- but dilarang. Nikah mut’ah tidak ter- masuk salah satu dari keduanya, karena: a. Nikah mut’ah tidak memiliki kon- sekuensi logis untuk saling mewa- risi

   َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻫ ْﻢِﻬِﺟوُﺮُﻔِﻟ نﻮُﻈِﻓﺎَﺣ ﻻِإ ﻰَﻠَﻋ ْﻢِﻬ ِﺟاَوْزَأ ْوأ ﺎَﻣ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ْﻢُﻬُـﻧﺎَْﳝَأ َﻓ ْﻢُﻬﱠـﻧِﺈ ُﺮْـﻴَﻏ ﻲِﻣﻮُﻠَﻣ

  zim), belum secara spesifik berbicara tentang wakaf dalam bentuk uang. Kebolehan berwakaf dalam bentuk uang dengan merujuk kepada pan- dangan salah seorang tabi’in, yaitu Imam al-Zuhri. Pandangan inipun dianut juga oleh Imam Syafi’i dan sebagian kelompok Hanafiyah.

  a. Firman Allah Q.S. al-Mukminun (23) ayat 5-6:

  Sebagai dasar dan pertim- bangan MUI menyandarkan fatwa- nya kepada ketentuan berikut:

  bahkan pelakunya dipandang telah melanggar peraturan perundang- undangan yang berlaku tentang per- kawinan, untuk itu dapat dilakukan tindakan hukum dengan membawa pelakunya ke sidang pengadilan.

  mut’ah hukumnya adalah haram,

  25 Oktober 1997 telah mengeluarkan fatwa bahwa nikah

  Mejelis Ulama Indonesia pada tanggal

  Nikah Mut’ah

  ‘alaih .

  Kemudian, meskipun tidak se- cara langsung tampaknya MUI juga sepakat dengan kalangan Hanafiyah untuk menjadikan istihsan sebagai dasar hukum untuk membolehkan wakaf dengan uang. Artinya kalau berdasarkan ketentuan wakaf secara umum maka benda wakaf harus tetap, sementara uang bila dibelan- jakan akan habis. Namun karena uang dapat dijamin kelestariannya dalam bentuk modal yang telah bia- sa digunakan di Indonesia maka MUI memandang baik jika berwakaf dengan uang dengan men-jadikan- nya sebagai modal usaha yang ha- silnya dimanfaatkan untuk mauquf

  rahmah ) sebagai tujuan primer dalam

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

  Mewajibkan kepada pemerintah dan umat Islam, terutama tokoh- tokohnya, untuk memasyarakat- kan HAM yang sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya dan tata susila masyarakat, serta per- undang-undangan yang berlaku di Indonesia.

  ﺎَﻣَو َكﺎَﻨْﻠَﺳْرَأ ﻻِإ ًﺔَْﲪَر ﻲِﻤَﻟﺎَﻌْﻠِﻟ

  d. Q.S. al-Anbiya` (21) ayat 107:

   ْﺪَﻘَﻟَو ﺎَﻨْﻣﱠﺮَﻛ ِﲏَﺑ َمَدآ ْﻢُﻫﺎَﻨْﻠََﲪَو ِﰲ ِّﺮَـﺒْﻟا ِﺮْﺤَﺒْﻟاَو ْﻢُﻫﺎَﻨْـﻗَزَرَو َﻦِﻣ ِتﺎَﺒِّﻴﱠﻄﻟا ْﻠﱠﻀَﻓَو ْﻢُﻫﺎَﻨ ﻰَﻠَﻋ ٍﲑِﺜَﻛ ْﻦﱠِﳑ ﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﻞﻴِﻀْﻔَـﺗ

  c. Q.S. al-Isra` (17) ayat 70:

   ْﻦِﻣ ِﻞْﺟَأ َﻚِﻟَذ ﺎَﻨْـﺒَﺘَﻛ ﻰَﻠَﻋ ِﲏَﺑ َﻞﻴِﺋاَﺮْﺳِإ ُﻪﱠﻧَأ ْﻦَﻣ َﻞَﺘَـﻗ ﺎًﺴْﻔَـﻧ ِْﲑَﻐِﺑ ٍﺲْﻔَـﻧ ْوَأ ٍدﺎَﺴَﻓ ِﰲ ِضْرﻷا ﺎَﱠﳕَﺄَﻜَﻓ َﻞَﺘَـﻗ َسﺎﱠﻨﻟا ﺎًﻌﻴَِﲨ ْﻦَﻣَو ﺎَﻫﺎَﻴْﺣَأ ﺎَﱠﳕَﺄَﻜَﻓ ﺎَﻴْﺣَأ َسﺎﱠﻨﻟا ﺎًﻌﻴَِﲨ َﻘَﻟَو ْﺪ ْﻢُﻬْـﺗَءﺎَﺟ ﺎَﻨُﻠُﺳُر ِتﺎَﻨِّﻴَـﺒْﻟﺎِﺑ ﱠُﰒ ﱠنِإ اًﲑِﺜَﻛ ْﻢُﻬْـﻨِﻣ َﺪْﻌَـﺑ َﻚِﻟَذ ِﰲ ِضْرﻷا َنﻮُﻓِﺮْﺴُﻤَﻟ

  b. Q.S. al-Ma`idah (5) ayat 32:

  ﻻَو اﻮُﺤِﻜْﻨَـﺗ ِتﺎَﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا ﱠﱴَﺣ ﱠﻦِﻣْﺆُـﻳ ٌﺔَﻣﻷَو ٌﺔَﻨِﻣْﺆُﻣ ٌﺮْـﻴَﺧ ْﻦِﻣ ٍﺔَﻛِﺮْﺸُﻣ ْﻮَﻟَو ْﻢُﻜْﺘَﺒَﺠْﻋَأ ﻻَو اﻮُﺤِﻜْﻨُـﺗ َﲔِﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا ﱠﱴَﺣ اﻮُﻨِﻣْﺆُـﻳ ٌﺪْﺒَﻌَﻟَو ٌﻦِﻣْﺆُﻣ ٌﺮْـﻴَﺧ ْﻦِﻣ ٍكِﺮْﺸُﻣ ْﻮَﻟَو ْﻢُﻜَﺒَﺠْﻋَأ َﻚِﺌَﻟوُأ َنﻮُﻋْﺪَﻳ َﱃِإ ِرﺎﱠﻨﻟا ﻮُﻋْﺪَﻳ َﱃِإ ِﺔﱠﻨَْﳉا ِةَﺮِﻔْﻐَﻤْﻟاَو ِﻪِﻧْذِﺈِﺑ ُِّﲔَـﺒُـﻳَو ِﻪِﺗﺎَﻳآ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ ْﻢُﻬﱠﻠَﻌَﻟ ُﺮﱠﻛَﺬَﺘَـﻳ نو

  a. Firman Allah SWT Q.S. al- Baqarah (2)ayat 221:

  Sebagai dasar hukum, MUI mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut:

  c.

  rangka memelihara kelangsungan keturunan.

  tidak sejalan dengan ajaran Islam), umat Islam wajib berpegang te- bebasan mengamalkan ajaran aga- ma adalan bagian dari penegakan HAM.

  Decleration of Human Rights (yang

  Berkenaan dengan pasal 16 ayat 1 & 2 dan pasal 18 dari “Universal

  2) Pemahaman dan pelaksanaan HAM wajib memperhatikan ke- seimbangan antara hak indivi- du dengan kewajiban individu, antara hak individu dan hak masyarakat, serta antara hak kebebasan dan tanggung ja- wab; b.

  Wajib menerima, menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang bersifat uni- versal dengan syarat: 1) Menghargai dan menghormati perbedaan pemahaman, penaf- siran serta pelaksanaannya yang didasarkan oleh perbeda- an budaya, kesusilaan dan per- undang-undangan yang berla- ku di Negara masing-masing;

  VI tanggal 29 Juli 2000, MUI telah mengeluarkan fatwa yang berbunyi: a.

  Melalui Musyawarah Nasional

  Hak Asasi Manusia

  Dasar lain yang digunakan adalah metode sadd al-zari’ah, sebagai tindakan preventif untuk mencegah timbulnya kemudaratan yang lebih besar. Karena nikah mut’ah dampak- nya telah meresahkan orang tua, ka- langan pendidik dan masyarakat secara umum. Bahkan terindikasi di- jadikan sebagai propaganda paham syi’ah di Indonesia, dimana ajaran syi’ah tidak sesuai dengan ajaran sunni yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia.

  e. Q.S. Yunus (10) ayat 99:

  Irma Suryani, Metode Ijtihad Majelis Ulama Indnesia ْﻮَﻟَو َءﺎَﺷ َﻚﱡﺑَر َﻦَﻣﻵ ْﻦَﻣ ِﰲ ِضْرﻷا ُﻬﱡﻠُﻛ ْﻢ ﺎًﻌﻴَِﲨ َﺖْﻧَﺄَﻓَأ ُﻩِﺮْﻜُﺗ َسﺎﱠﻨﻟا ﱠﱴَﺣ ُﻜَﻳ اﻮُﻧﻮ ِﲏِﻣْﺆُﻣ

  f. Q.S. al-Rahman (55) ayat 7-9:

   َءﺎَﻤﱠﺴﻟاَو ﺎَﻬَﻌَـﻓَر َﻊَﺿَوَو َناَﺰﻴِﻤْﻟا ﻻَأ اْﻮَﻐْﻄَﺗ ِﰲ ِناَﺰﻴِﻤْﻟا اﻮُﻤﻴِﻗَأَو َنْزَﻮْﻟا ِﻂْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ ﻻَو اوُﺮ ِﺴُْﲣ ناَﺰﻴِﻤْﻟا

  g. Q.S. al-Baqarah (2) ayat 228:

   ُتﺎَﻘﱠﻠَﻄُﻤْﻟاَو َﻦْﺼﱠﺑَﺮَـﺘَـﻳ ِﺴُﻔْـﻧَﺄِﺑ ﱠﻦِﻬ َﺔَﺛﻼَﺛ ٍءوُﺮُـﻗ ﻻَو ﱡﻞَِﳛ ﱠﻦَُﳍ ْنَأ َﻦْﻤُﺘْﻜَﻳ ﺎَﻣ َﻖَﻠَﺧ ِﰲ ﱠﻦِﻬِﻣﺎَﺣْرَأ ْنِإ ﱠﻦُﻛ ﱠﻦِﻣْﺆُـﻳ ِمْﻮَـﻴْﻟاَو ِﺮِﺧﻵا ﱠﻦُﻬُـﺘَﻟﻮُﻌُـﺑَو ﱡﻖَﺣَأ ﱠﻦِﻫِّدَﺮِﺑ ِﰲ َﻚِﻟَذ ْنِإ اوُداَرَأ ﺎًﺣﻼْﺻِإ ﱠﻦَُﳍَو ُﻞْﺜِﻣ يِﺬﱠﻟا ِﻬْﻴَﻠَﻋ ﱠﻦ ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ ِلﺎَﺟِّﺮﻠِﻟَو ﱠﻦِﻬْﻴَﻠَﻋ ٌﺔَﺟَرَد ٌﺰﻳِﺰَﻋ ﻢﻴِﻜَﺣ

  h. Kaidah Fiqh:

  ﺼﳌا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﳌا ءرد ﺎ ﱀ

  Dilihat dari segi metode istinbat yang dipergunakan, MUI mendasar- kan fatwanya kepada beberapa ayat al-Qur`an. Penggunaan al-Qur`an se- bagai dalil didasarkan kepada pema- haman umum terhadap pesan moral yang dikandung ayat-ayat tersebut. Q.S. al-Baqarah (2) ayat 221 berbicara tentang orang-orang dan golongan yang tidak boleh dikawini. Q.S. al- Maidah (5) ayat 32 berbicara tentang asas universalisme dari ajaran Islam. Q.S. al-Isra` (17) ayat 70 tentang ma- nusia sebagai makhluk yang mulia. Q.S. al-Anbiya` (21) ayat 107 tentang misi Islam sebagai rahmatan lil’ala- min. Q.S. Yunus (10) ayat 99 tentang larangan memaksa orang untuk me- nerima agama Islam. Q.S. al-Rahman (55) ayat 7-9 tentang keseimbangan dan kejujuran dalam Islam. Q.S. al- Baqarah (2) ayat 228 berbicara ten- tang keseimbangan antara hak dan kewajiban di antara pasangan suami- istri.

  Kemudian MUI juga menyan- darkan fatwanya kepada kaidah: “Menolak kemudaratan itu lebih di- dahulukan dari pada meraih kemas- lahatan”. Hal ini tentu saja mengin- dikasikan bahwa pertimbangan mas-

  lahah juga menjadi bahan pertim- bangan dalam memberikan fatwa.

  Selain itu, dengan mencermati ketetapan MUI pada diktum “Mem- perhatikan” yang menyebutkan bah- wa dalam memberikan fatwa MUI juga memperhatikan ajaran Islam tentang mempertahankan al-ushul al-

  khmasah (menjaga agama, nyawa,

  akal, keturunan dan harta). Hal ini mengindikasikan bahwa adanya per- timbangan maqashisd al-syari’ah juga dikedepankan dalam memberikan fatwa. Sehingga meskipun menghor- mati dan melaksanakan HAM men- jadi kewajiban, namun jika terdapat beberapa pasal yang bertentangan dengan ajaran Islam maka ajaran Islam lebih diutamakan dalam rang- ka mewujudkan maqashid al-syari’ah, yaitu memelihara kepentingan aga- ma sebagai salah satu kebutuhan pri- mer.

  Dalam hal ini MUI sangat tegas dan mengatakan bahwa terdapat be- berapa pasal Deklerasi HAM terse- but yang terkesan sangat mengede- pankan hak-hak dan kebebasan indi- vidu dan mengabaikan keseim- bangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum, serta ke- seimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab. Jelas bahwa MUI tidak teropengaruh dengan tekanan pihak-pihak yang senantiasa menge- depankan dan memenangkan pan- dangan yang lebih membela HAM. Sehingga tidak berlebihan kalau di- katakan fatwa MUI bukan pesanan

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010) Pengiriman TKW ke Luar Negeri َﻦْﻈَﻔَْﳛَو ﱠﻦِﻫِرﺎَﺼْﺑَأ ْﻦِﻣ َﻦْﻀُﻀْﻐَـﻳ ِتﺎَﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ْﻞُﻗَو

  Melalui Musyawarah Nasional

   َﻦْﺑِﺮْﻀَﻴْﻟَو ﺎَﻬْـﻨِﻣ َﺮَﻬَﻇ ﺎَﻣ ﻻِإ ﱠﻦُﻬَـﺘَﻨﻳِز َﻦﻳِﺪْﺒُـﻳ ﻻَو ﱠﻦُﻬَﺟوُﺮُـﻓ

  VI tanggal 29 Juli 2000, MUI telah

   ﱠﻦِﻬِﺘَﻟﻮُﻌُـﺒِﻟ ﻻِإ ﱠﻦُﻬَـﺘَﻨﻳِز َﻦﻳِﺪْﺒُـﻳ ﻻَو ﻰَﻠَﻋ ﱠﻦِﻫِﺮُﻤُِﲞ

  mengeluarkan fatwa yang berbunyi:

   ِءﺎَﻨْـﺑَأ ْوَأ ﱠﻦِﻬِﺋﺎَﻨْـﺑَأ ْوَأ ﱠﻦِﻬِﺘَﻟﻮُﻌُـﺑ ِء ﺎَﺑآ ْوَأ ﱠﻦِﻬِﺋﺎَﺑآ ْوَأ

  a. Perempuan yang meninggal- kan keluarga untuk bekerja ke

   ْوَأ ِﲏَﺑ ْوَأ ِﲏَﺑ ْوَأ ْوَأ ﱠﻦِﻬِﺘَﻟﻮُﻌُـﺑ

  luar kota atau ke luar negeri,

   ِﱄوُأ ِْﲑَﻏ َﲔِﻌِﺑﺎﱠﺘﻟا ِوَأ ﱠﻦُﻬُـﻧﺎَْﳝَأ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْوَأ ﱠﻦِﻬِﺋﺎَﺴِﻧ

  pada prinsipnya boleh sepan- jang disertai mahram atau ke-

  ﻰَﻠَﻋ اوُﺮَﻬْﻈَﻳ َْﱂ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ِﻞْﻔِّﻄﻟ ا ِوَأ ِلﺎَﺟِّﺮﻟا َﻦِﻣ ِﺔَﺑْرﻹا

  luarga atau kelompok (lemba-

   ْﻦِﻣ َﲔِﻔُْﳜ ﺎَﻣ َﻢَﻠْﻌُـﻴِﻟ ﱠﻦِﻬِﻠُﺟْرَﺄِﺑ َﻦْﺑِﺮْﻀَﻳ ﻻَو ِءﺎَﺴِّﻨﻟا ِتاَرْﻮَﻋ

  ga) perempuan terpercaya (nis- wah tsiqah ).

   ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َنﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎًﻌﻴَِﲨ َﱃِإ اﻮُﺑﻮُﺗَو ﱠﻦِﻬِﺘَﻨﻳِز

  b. Jika tidak disertai mahram atau

   َنﻮُﺤِﻠْﻔُـﺗ niswah tsiqah maka hukumnya

  adalah haram, kecuali dalam

  b. Hadits Nabi riwayat Imam keadaan darurat yang benar- Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri: benar bisa dipertanggungja-

  اﺮﻔﺳ ﺮﻓﺎﺴﺗ نأ ﺮﺧﻵا مﻮﻴﻟاو ﻦﻣﺆﺗ ةأﺮﻣﻹ ﻞﳛ ﻻ

  wabkan secara syara’, peratu- ran perundang-undangan dan وأ ﺎﻬﻨﺑا وأ ﺎﻫﻮﺑأ ﺎﻬﻌﻣو ﻻإ اﺪﻋﺎﺼﻓ مﺎﻳأ ﺔﺛﻼﺛ نﻮﻜﻳ tradisi yang berlaku di masya-

  ﺎﻬﻨﻣ مﺮﳏ وذ وأ ﺎﻫﻮﺧأ وأ ﺎﻬﺟوز

  rakat serta dapat menjaga kese- Hadits Nabi riwayat Imam lamatan dan kehormatan TKW.

  c. Hukum haram juga berlaku ba- Muslim dari Ibn ‘Abbas: gi pihak-pihak atau lembaga

  ﺮﻓﺎ ﺴﺗ ﻻو مﺮﳏ وذ ﺎﻬﻌﻣو ﻻإ ةأﺮﻣﺎﺑ ﻞﺟر نﻮﻠﳜ ﻻ

  yang mengirimkan atau terlibat

  مﺮﳏ يذ ﻊﻣ ﻻإ ةأﺮﳌا

  dalam pengiriman, demikian juga penerimanya.

  Hadits riwayat Ibn Majah dari

  d. Mewajibkan kepda pemerintah, Ibn Abbas: lembaga dan pihak terkait lain-

  راﺮﺿ ﻻو رﺮﺿ ﻻ

  nya untuk menjamin dan me- lindungi keamanan dan kehor- c. Kaidah fiqhiyah: matan TKW, serta memberi kelompok atau lembaga perlin- ﱀﺎﺼﳌا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﳌا ءرد dungan hukum atau kelompok

  Kaidah Fiqhiyah:

  niswah tsiqah di setiap negara

  tertentu atau kota-kota tertentu

  ةروﺮﻀﻟا ﺔﻟﺰﻨﻣ لﺰﻨﺗ ةرﻮﻬﺸﳌا ﺔﺟﺎﳊا

  untuk menjamin dan melin-

  تارﻮﻈﳌا ﺢﻴﺒﺗ ةروﺮﻀﻟا

  dungi keamanan serta kehor- matan TKW.

  Dari sudut pandang metodolo- gi, terlihat MUI menampilkan ayat Ketetapan MUI ini didasarkan al-Qur`an dan hadits nabi sebagai kepada argumentasi sebagai berikut: dalil dan kaidah fiqhiyah.

  a. Q.S. al-Nur (24) ayat 31: Ayat al-Qur`an dijadikan san- daran untuk menerangkan bahwa perempuan harus menjaga kehorma-

  Irma Suryani, Metode Ijtihad Majelis Ulama Indnesia

  tannya dan larangan memperlihat- kan kehormatannya, kecuali kepada

  mahram dan orang tertentu saja, se- perti suami misalnya.

  Kemudian dua buah hadits yang ditampilkan menerangkan bah- wa larangan perempuan berdua- duaan dan berpergian kecuali jika bersama mahram-nya. Jika dikaitakan dengan hadits ketiga maka larangan itu sebagai tindakan preventif untuk tidak terjadi kemudaratan yang ba- rangkali akan timbul.

  Sedangkan kaidah fiqh yang pertama memberikan warning kepa- da kita bahwa jika terjadi benturan antara kemudaratan denga kemasla- hatan maka lebih didahulukan me- ninggalkan kemudaratan daripada meraih kemaslahatan. Sedang kai- dah kedua menjelaskan kebolehan melakukan hal-hal yang dilarang jika dalam kondisi darurat dan memang dihajatkan oleh manusia.

  Dari ketetapan MUI dan bebe- rapa dalil yang diajukan maka dapat disimpulkan bahwa seorang perem- puan boleh saja berpergian atau be- kerja sebagai TKW ke luar negeri sepanjang disertai dengan mahram atau niswah tsiqah (kelompok perem- puan terpercaya). Jika tidak maka haram hukumnya perempuan pergi ke luar negeri, apalagi belum ada jaminan keamanan yang pasti untuk keselamatan para TKW.

  Namun karena kebutuhan per- gi ke luar kota atau ke luar negeri karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal dan keter- batasan lapangan perkerjaan di Indonesia, maka berdasarkan kaidah yang telah disebutkan di atas maka pengiriman TKW menjadi diboleh- kan, namun dengan catatan harus puan yang akan melakukan perlin- dungan terhadap keselamatan dan keamanan para TKW tersebut.

  Dengan demikian legitimasi pengiriman TKW ke luar negeri di- justifikasi (dibenarkan) oleh kondisi darurat yang menyebabkan boleh- nya melakukan tindakan yang dila- rang. Namun fatwa ini terkesan ku- rang tegas dan menghindari bola panas untuk menghindari tekanan dari pemerintah dan pihak TKW sendiri. Hal ini didasari oleh Kenya- taan bahwa MUI sangat menyadari, TKW yang selama ini berkerja di luar negeri masih banyak yang be- lum mendapatkan perlindungan. Namun MUI tidak mau tegas dan tidak mau mengambil resiko untuk mengeluarkan fatwa yang berten- tangan dengan kebijakan pemerin- tah.

  Sungguhpun demikian MUI sangat berharap kepada pihak-pihak terkait, terutama pemerintah untuk lebih serius menangani persoalan TKI secara umum dan TKW secara khusus, sehingga perlindungan ter- hadap keselamatan dan kehormatan para TKW dapat dijaga, demi harkat dan martabat bangsa dan agama Islam.

  PENUTUP

  Dari apa yang telah dipaparkan dalam uraian tentang metode ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat disimpulkan:

  MUI berependapat bahwa wa- kaf dalam bentuk uang atau surat- surat berharga dibolehkan sepanjang dapat dijamin bahwa uang tersebut dapat dijaga kelestariannya sebagai pokok atau modal yang keuntungan-

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

  MUI menfatwakan bahwa ni- kah mut’ah hukumnya adalah ha- ram. Dasar pengharaman tersebut adalah karena nikah mut’ah tidak sejalan dengan maqashid al-syari’ah, yaitu tujuan dilembagakannya hu- kum dalam Islam. Dalam hal ini nikah mut’ah tidak dapat mewujud- kan kehidupan mawaddah dan rah-

  mah dalam kehidupan keluarga,

  padahal itu merupakan tujuan primer dilembagakannya pernikahan dalam Islam.

  Dalam persoalan Hak Asasi manusia (HAM), MUI mewajibkan untuk umat Islam untuk menghor- mati dan melaksanakan HAM sepan- jang tidak bertentangan dengan aja- ran Islam. Jika terjadi pertentangan maka ajaran Islam yang harus dida- hulukan, karena mendahulukan ajaran Islam sebagai realisasi dari penerapan maqashis al-syari’ah, yaitu menjaga kepentingan agama, sebagai penjagaan pertama di antara al-ushul

  al-khamsah .

  MUI menetapkan kebolehan pengiriman TKW ke luar negeri tan- pa mahram karena kondisi darurat, untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Namun MUI merekomen- dasikan pembentukan kelompok/ organisasi wanita (niswah tsiqah) yang akan memberikan perlindung- an kepada para TKW.

  Demikianlah makalah sederha- na ini dibuat dipresentasikan untuk didiskusikan dan dibicarakan guna mencari titik kebenaran. Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna apalagi kebenaran, untuk itu kritik konstruktif dari pe- serta diskusi dan bapak pembimbing senantiasa ditunggu.

DAFTAR PUSTAKA

  Fatwa Majelis Ulama Indonesia ,

  and Development, and Tarining, Jakarta, 2003

  ‘Isa al-, Sunan al-Tirmizi Beirut: Dar Ihya` al-Turats al-‘Arabi, Beirut, tth.

  Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Logos wacana Ilmu, Jakarta, 2008 Tirmizi, Muhammad ibn ‘Isa Abu

  Syarh al-Minhaj , Dar al-Fikr, Beirut, tth.

  Islami, Hlb, 1986 Ramli, Al-, Nihayah al-Muhtaj ila

  Nasa’i , Maktab al-Mathbu’at al-

  ‘abdurrahman al-, Sunan al-

  Muslim, Shahih Muslim,Dar Ihya` al- Turats al-‘Arabi, Beirut, tth. Nasa’i, Ahmad ibn Syu’aib Abu

  Indonesia: A Sosio-Historical Approach , Religious Research

  Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal DIRJEND Bimbaga Islam, 2003

  _____, Islam and Islamic Law in

  INIS, Jakarta,1993

  the Council of Indonesia Ulama: A Study of Islamic Legal Thought in Indonesia 1975-1988 ,

  Departemen Agama RI, Himpunan

  ttp.,1979 Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah, Dar al- Fikr, Beirut, tth.

  Madkhal al-Fiqh al-Qawa’id al- Kuliiyah, Dar al-Ma’arif,

  Khudri, Ahmad al-Hijji al-, al-

  Mudzhar, Muhammad Atho, Fatwas

  • *Penulis adalah Lektor dalam Mata kuliah Ushul Fiqh pada STAIN Batusangkar 175