Mengapa Harus Membuat Google Scholar EDIT

MENGAPA HARUS MEMBUAT GOOGLE SCHOLAR

  Google Scholar adalah salah satu mesin pengindeks untuk makalah, buku, dan karya-karya

kecendekiaan lainnya asalkan dalam bentuk tertulis. Mesin pengindeks yang lain adalah Scopus,

Index Copernicus, ProQuest, IEEXplore, dan sebagainya.

  Profile di Google Scholar berisi daftar semua tulisan seorang penulis (buku, makalah, artikel,

dsb) yang dikutip (citation) oleh penulis lain. Tulisan karya penulis tersebut diacu sebagai referensi

yang disebutkan di dalam daftar pustaka. Daftar semua kutipan tersebut berasal dari search.scholar

yg secara otomatis di-crawl oleh Google apabila artikel/makalah terkait bisa ditemukan oleh Google

  Wah, betapa kaget saya melihat profile saya sendiri, tidak menyangka sebanyak itu. Ternyata

Google Scholar tidak hanya berhasil mengumpulkan semua citation terhadap makalah-makalah saya,

tetapi juga semua citation buku dan diktat kuliah yang saya tulis. Buku saya yang sederhana, yaitu

Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik tenyata mempunyai citation tertinggi, yakni

dikutip oleh 169 makalah (status saat tulisan ini dibuat). Dengan mengklik angka cite maka anda

  1 https://rinaldimunir.wordpress.com/

  

mendapat citation, baik oleh penulis di dalam negeri maupun di luar negeri. Bahkan, beberapa

makalah penulis tersebut sudah terindeks pula di dalam IEEXplore. Memang tidak semua makalah

saya mendapat citation.

  Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah SWT bahwa apa yang saya tulis memberi nilai

tambah bagi orang lain. Jika semua karya kecendekiaan (scholar) kita di-online kan di internet, maka

akan banyak manfaat bagi orang lain yang membacanya. Jazakallah.

  Dengan menaruh makalah/artikel kita di Internet, maka mesin-mesin pencari akan

mengindeks tulisan kita tersebut. Dampaknya, selain terhadap si penulis, secara tidak langsung juga

akan meningkatkan penilaian oleh lembaga pemeringkat perguruan tinggi dunia seperti THES, sebab

salah satu kriteria pemeringkatan perguruan tinggi adalah jumlah citation index yang dikumpulkan

oleh mesin pencari. Hmmmm… saya berpikir alangkah baiknya para akademisi (mahasiswa, dosen,

peneliti) di seluruh Indonesia juga membuat scholar profile di Google.

  Catatan: Hal penting yang harus dimiliki oleh seorang dosen atau peneliti yaitu Profil google

  Profil google scholar merupakan identitas diri dosen atau peneliti serta terdapat daftar • artikel publikasi ilmiah yang pernah dilakukan.

  Artikel publikasi tersebut berasal dari seluruh Repository karya ilmiah perguruan tinggi • seluruh dunia yang terindeks oleh google terutama google scholar.

  Google scholar saat ini dapat mengindeks artikel yang memiliki format paper secara • otomatis sehingga materi file lain yang tidak memiliki format tersebut tidak akan terindeks oleh google scholar.

  Google Cendekia (Google Scholar) adalah layanan yang memungkinkan pengguna • melakukan pencarian materi-materi keilmuan berupa teks dalam berbagai format publikasi 2

http://www.google.co.id/url?url=http://unj.ac.id/lpp/wp-content/uploads/2015/09/Google-Scholar-Cecep-

Kustandi.pptx&rct=j&frm=1&q=&esrc=s&sa=U&ved=0ahUKEwjYs-

  L3wo7QAhXMK48KHQEKAvEQFgglMAM&usg=AFQjCNFj1FJ5Y0sjpLSw4nnraZeeH9gVYA secara luas

  • Google Scholar adalah salah satu mesin pengindeks untuk makalah, buku, dan karya- karya kecendekiaan lainnya asalkan dalam bentuk tertulis
  • Google merupakan salah satu search engine Google Scholar terbesar yang digunakan oleh

    pengguna intenet.
  • Apapun yang ingin dicari oleh setiap pengguna internet kebanyakan mereka terlebih dahulu membuka Google.
  • • Begitupun dengan Google Scholar yang merupakan salah satu layanan dari google untuk

  memudahkan pengguna internet mencari sesuatu di bidang akademik (karya ilmiah)

  • Banyak dosen yang sudah memiliki banyak penelitian dan membuat publikasi, tapi masih

  kesulitan publikasi melalui internet?

  • • Bagaimana caranya agar publikasi mudah ditemukan ketika orang lain mencari mengenai topic

    apa yang kita tulis.
  • Google Scholar dapat digunakan untuk mempublikasi hasil penelitian sehingga publikasi

  

mudah di-index oleh Google dan menjadi dokumentasi atas penelitian yang sudah dilakukan

Kelebihan indeks dari google scholar adalah dapat meningkatkan penilaian oleh

lembaga pemeringkat perguruan tinggi dunia seperti THES, sebab salah satu kriteria pemeringkatan perguruan tinggi adalah jumlah citation index yang dikumpulkan oleh mesin pencari.

  Google Cendekia bertujuan menyusun artikel seperti yang dilakukan peneliti, dengan • memperhatikan kelengkapan teks setiap artikel, penulis, publikasi yang menampilkan artikel, dan frekuensi penggunaan kutipan artikel dalam literatur akademis lainnya.

  Hasil paling relevan akan selalu muncul pada halaman pertama •

  • Profile di Google Scholar berisi daftar semua tulisan seorang penulis (buku, makalah, artikel, dsb) yang dikutip (citation) oleh penulis lain.

  Tulisan karya penulis tersebut diacu sebagai referensi yang disebutkan di dalam daftar • pustaka.

  Daftar semua kutipan tersebut berasal dari search.scholar yg secara otomatis di-crawl oleh • Google apabila artikel terkait bisa ditemukan oleh Google.

  • Lakukan login dengan akun gmail

  Buka alamat http://scholar.google.com atau • Klik link “My Citation” atau “Kutipan Saya” (jika di http://scholar.google.co.id) di kanan atas • atau kanan bawah Ikuti 3 langkah pada halaman tersebut • Edit data bila perlu (foto, affiliation dll.), kemudian klik “Make Public” agar bisa dilihat oleh • orang lain.

  Mudah bukan… Apakah anda sudah membuat profile di Google Scholar?

  LANGKAH – LANGKAH PEMBUATAN ACCOUNT GOOGLE SCHOLAR 1.

  Buka alamat http://scholar.google.com atau

  2. Masuk menggunakan accountarena untuk pemeringkatan Universitas Esa Unggul PEMBUATAN ACCOUNT GOOGLE

  SCHOLAR

4. Lalu isi Formulir (Langkah 1: Profil)

  

Pilih artikel yang Anda tulis (Langkah 2: Artikel)

7. Klik Perlihatkan ke Publik

  Kita dapat melihat artikel kita yang dikutip oleh orang lain.

  

Tidak Semua Tulisan Kita Terbaca oleh Google Scholar

  Bagaimana Cara Diindeks oleh Google Scholar

Bagi Anda yang mempunyai website yang dikelola dengan wordpress, patut rasanya Anda menginstall

plugin wordpress repository yang bisa membantu untuk mengekspos metadata dan mengelola

repositori untuk diindeks oleh google scholar atau google cendekia. Instalasinya sangat mudah, tinggal

di upload ke cpanel anda dan aktifkan. Penulis sendiri menggunakan wordpress 3.5.1 dan sejauh ini tidak ada masalah alias kompatibel. penampakannya seperti di bawah ini, enjoy it! Tips dan Trik Meningkatkan Sitasi atau Rujukan Tulisan Ilmiah

  

banyak tulisan kita disitasi atau dirujuk oleh peneliti lain. Dengan bantuan Scopus (h-index) atau

Google Scholar (h-index, i10 index) maka Anda dengan mudah melacak siapa saja yang merujuk

tulisan Anda. Berikut ini beberapa tips dan trik untuk meningkatkan jumlah sitasi kita yang saya adapt

dari

  1. Self-citation, why not? Asal relevan dan tidak ditujukan semata-mata hanya untuk mengangkat jumlah sitasi Anda. Metode ini juga ampuh menghindarkan kita dari self plagiarism.

  2. Publikasikan artikel Anda di salah satu jurnal terbaik di bidang Anda. Kalau merujuk standard dikti, tentunya yang terbaik masih didominasi dengan jurnal yang diindeks oleh Thomson Reuters dan Scopus.

  3. Gunakan nama yang konsisten, terutama jika nama Anda lebih dari dua suku kata.

  4. Buat artikel Anda mudah diakses, jika artikel Anda open access tentunya Anda bebas menempatkan artikel Anda dimanapun Anda suka, situs kampus, FB, atau situs Pribadi Anda.

  Jika Anda memiliki hak akses terbatas, cukup tampilkan abstraknya saja.

  5. Bergabunglah dengan media social academia, saya sangat menyarankan Anda mendistribusikan artikel Anda di

  6. Tergantung kreativitas Anda, ikut konferen atau memberikan signature email yang berisi link ke artikel Anda juga bermanfaat untuk mendongkrak visibilitas artikel Anda. Mengutip istilah If You Can’t Be Found, You Don’t Exist , so….do exist.

  

BERITA

  

Surabaya (Antara Jatim) – Indeks sitasi atau indeks rujukan publikasi ilmiah dari Universitas

Airlangga Surabaya oleh ilmuwan internasional menduduki peringkat tertinggi atau nomer satu

di tingkat Asia.

  "Hasil penelitian Unair banyak dijadikan rujukan ilmuwan internasional sehingga memperoleh indeks sitasi 100, mengungguli Tokyo Medical and Dental University (99,9) dan National University of Singapore (99,8)," kata Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair Dra Tjitjik Srie Tjahjandarie MS di Surabaya, Rabu.

  Dengan indeks sitasi yang tinggi, Unair menjadi peringkat 127 dalam "Top 200 Asian Universities" versi Quacquarelli Symonds World University Rankings (QSWUR). "Peringkat Unair tahun ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang menduduki peringkat 145. Tahun 2014, posisi Unair di tingkat nasional berada pada peringkat ke-3 Top 200 Asian Universities, yaitu UI (71), ITB (125), dan UGM (195)," katanya.

  Apalagi, dengan anggaran sebesar Rp800 miliar, Unair mampu mengungguli NUS yang anggarannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Unair, sedangkan anggaran UI dan UGM hampir Rp2 triliun. "Dengan demikian, Unair menunjukkan bahwa otonominya sebagai PTN BH dilaksanakan dengan bijak," katanya.

  Selain indeks sitasi, pertimbangan lembaga perangkingan universitas dunia itu adalah reputasi akademik, alumni, mahasiswa fakultas, paper per-fakultas, sitasi per-paper, dan kerja sama internasional. Kerja sama internasional yang dimaksud meliputi kedatangan dosen/mahasiswa asing ke Unair, jumlah mahasiswa asing yang kuliah di Unair serta pertukaran mahasiswa. "Indeks-indeks tersebut dinilai langsung oleh lembaga perangking yang melakukan survei ke pihak eksternal," kata anggota Dewan Pendidikan Tinggi Kemdikbud itu.

  Menurut dia, pencapaian Unair itu patut disyukuri, mengingat jumlah publikasi masih rendah, namun Unair berhasil mendapatkan indeks sitasi tertinggi di Asia. "Itu menunjukkan bahwa penelitian unair diperhitungkan internasional. Hasil itu tidak lepas dari komitmen semua ‘stakeholder’ (pemangku kepentingan) untuk mencapai ‘road map’," katanya.

  Ia menambahkan tujuan untuk tahun depan adalah mencapai "research excellence", sehingga semua didorong menuju ke sana. "Jadi, anggaran untuk penelitian dan publikasi ilmiah menjadi prioritas," katanya.

  Apalagi, lembaga penelitian Unair juga telah diakui internasional, salah satunya adalah Institute of Tropical Disease (ITD) Unair yang menjadi pusat studi pengendalian penyakit tropik dunia. Unair juga telah dipercaya Australia, Jepang dan Korea untuk melakukan penelitian bersama dalam pengendalian penyakit tropik dengan pendekatan "bioekososiokultural". "Pada bidang sosial, Unair juga mempersiapkan diri untuk menjadi pusat riset budaya Jawa Timur,"

  

  Editor : Didik Kusbiantoro

  Indonesian Citation Index 3 Source:

  Sumber:

  

  BANDUNG,– Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) ITB pada Jumat (31/01/13) lalu melakukan softlaunch sebuah situs web database abstrak dan sitasi dalam skala nasional yang bersumber dari seluruh jurnal, paper, atau artikel dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Indonesian Citation Index merupakan proyek kerjasama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai inisiator dan pihak ITB sebagai pelaksana teknis. Pengembangan proyek Indonesian Citation Index diserahkan kepada Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi, LPPM ITB. Proyek tersebt dipersiapkan oleh tim pengembang Indonesian Citation Index yang terdiri dari Prof. Dr. Edy Soewono; Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono; Ir. Dwi Hendratmo Widyantoro, M.Sc, Ph.D; Prof. Dr. Ismunandar; Beni Rio Hermanto, MBA; Dini Sofiani Permatasari, S. Si, MT; dan Muhammad Yusuf Hamdan, MT.

  Dilatarbelakangi oleh minimnya pengembangan jurnal dan artikel di Indonesia, LPPM ITB mengembangkan Indonesian Citation Index yang mencatat semua sitasi dari paper-paper yang berasal dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Semakin banyak suatu artikel atau paper di sitasi semakin baik kualitasnya, lebih baik lagi jika mampu menembus akreditasi jurnal internasional. Sampai hari ini, jumlah jurnal internasional terbitan Indonesia berjumlah 12 jurnal dengan 4 diantaranya merupakan jurnal terbitan ITB. Melihat jumlah jurnal Indonesia saat ini yang mampu menembus akreditasi Internasional, jumlah tersebut dapat dikatakan jauh sedikit jika dibandingkan dengan Singapura yang memiliki 94 jurnal internasional, Malaysia 45 jurnal, dan Filipina dengan 13 jurnal.

  Kesulitan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia dalam meningkatkan jurnal-jurnal ilmiah yang dikelolanya menjadi jurnal internasional sebagian besar terkendala pada kualitas dan pembiayaan. Adalah Scopus, database abstrak dan sitasi terbesar untuk pencarian literatur penelitian dan merupakan sumber referensi berbasis web. Umumnya dengan memasukkan jurnal ke dalam situs Scopus dapat meningkatkan jurnal ilmiah menjadi jurnal internasional. Melalui Scopus, sebuah jurnal dapat terliput dalam indeks yang diterbitkan sehingga mendapatkan pengakuan dunia sebagai jurnal bereputasi internasional. Selain melalui Scopus, suatu jurnal ilmiah nasional dapat meraih penghargaan setara jurnal internasional dengan memenuhi sejumlah persayaratan yang terdapat di pasal 12 Permendiknas no. 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah.

  Instrumen Menuju Internasional

  Indonesian Citation Index diharapkan mampu menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Dengan menjadi database abstrak sitasi tingkat nasional, Indonesia Citation Index diharapkan mampu mengembangkan riset tingkat nasional dan memperbaiki kualitas jurnal terbitan Indonesia. ICI juga diharapkan mampu bekerjasama dengan situs web sitasi tingkat Asia lainnya yang dimiliki oleh Malaysia, Thailand, atau Filipina." Semoga Indonesian Citation Index ini merupakan instrumen yang mampu membuat Indonesia menyusul ketertinggalannya selama ini. Sampai hari ini, Indonesian Citation Index sudah berisi 35 jurnal terakreditasi tingkat nasional dan 1040 artikel ilmiah yang akan bertambah karena selalu dikembangkan," ujar Edy Soewono selaku staf ahli Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi kepada Kantor Berita ITB. "Selain itu kelebihan dari Indonesian Citation Index adalah pengunjung situs web tersebut mampu membaca full paper, tidak hanya sampai pada bagian abstrak saja sehingga lebih memfokuskan pencarian."

  Dalam proses persiapan yang dimulai sejak Oktober 2011, rupanya terdapat kendala yang cukup berarti seperti pada proses ekstrasi jurnal-jurnal atau yang biasa disebut dengan "crawling". Jurnal-jurnal yang diperoleh dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia memiliki format penulisan yang berbeda-beda, terlebih lagi pada bagian referensi yang tentunya menjadi bagian penting untuk proses "crawling". "Dengan format penulisan yang berbeda-beda, terkadang terdapat referensi yang tidak ikut terindeks Indonesia Citation Index. Semoga Indonesia nantinya diharapkan memiliki standardisasi penulisan jurnal-paper ilmiah untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia sehingga tidak menyulitkan proses ekstraksi data," ujar Dini Sofiani.

  Harapannya, Edy Soewono menyatakan bahwa semoga Indonesian Citation Index dapat dikembangkan lebih baik lagi baik dari segi teknisnya maupun kualitasnya. "Lebih canggih lagi karena proyek ini sudah diberikan kepada ahlinya dan dikembangkan dengan sistem yang modern, semoga Indonesia semakin maju dalam mengembangkan budaya publikasi jurnal-jurnal ilmiahnya," ucap Edy Soewono mengakhiri wawancara.