HADAPI SENGKETA DEMI HAK CIPTA Tugas ini

HADAPI SENGKETA DEMI HAK CIPTA
Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum Bisnis

Disusun oleh:
1. WiIldan Maulana

(021303153)

2. Roy Roberto

(021304122)

UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS BUSINESS DAN MANAJEMEN
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat–Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum
Hak Cipta yang berjudul “Hadapi Sengketa Demi Hak Cipta” dalam memenuhi
syarat mata perkuliahan Hukum Bisnis semester genap 2014.

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin
untuk

itu

dengan

tidak

mengurangi

pembatasan-pembatasan

menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di Indonesia

sendiri, pelanggaran hak cipta menjadi hal yang telah


mendarah daging di masyarakat Indonesia. Masyarakat terkadang tidak
menyadari bahnya sebagian tindakan mereka seperti memfotokopi sebuah
buku merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak cipta.
Berbagai kasus dalam memperjuangkan hak cipta atas suatu karya telah
terjadi di Indonesia, salah satunya merupakan perdebatan hak cipta boneka Si
Unyil oleh Pak Raden kepada PPFN (Perum Produksi Film Indonesia) yang akan
kita bahas lebih terperinci di dalam makalah ini.
Kami berharap agar makalah Hukum Hak Cipta ini dapat bermanfaat
dalam proses belajar dan mengajar mata kuliah yang bersangkutan serta
dapat menjadi tambahan referensi informasi tentang Hukum Hak Cipta bagi
pembaca. Kami meminta maaf jika masih ada kekurangan dalam makalah ini
baik dari segi penulisan maupun isi sehingga kritik dan saran yang konstruktif
sangatlah

berarti

dalam

pembuatan


makalah

yang

lebih

baik

untuk

selanjutnya. Terima kasih.
Bandung,

8

November

2014


Penyusun

i

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH..........................................................................3
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 5
2.1 HAK CIPTA.............................................................................................. 5
2.2 PATEN.................................................................................................... 6
2.3 DESAIN INDUSTRI.................................................................................. 7
2.4 MEREK................................................................................................... 8
2.5 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU...................................................9
2.6 RAHASIA DAGANG................................................................................ 10

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................... 11
3.1 SEJARAH............................................................................................... 11
3.2 PERJANJIAN........................................................................................... 13
3.3 PERMASALAHAN.................................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................... 15
4.1 PAK RADEN DIRUGIKAN........................................................................15
4.2 TANGGAPAN PFN.................................................................................. 17
4.3 PROSES PENYELESAIAN SENGKETA......................................................19
4.2 AKKHIRI SENGKETA.............................................................................. 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................21
5.1 SIMPULAN............................................................................................ 21
5.2 SARAN.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat ‘HAKI’ adalah
padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property
Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia.
Pada intinya HAKI adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur
dalam HAKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia.
Secara garis besar HAKI dibagi dalam dua bagian, yaitu:
1. Hak Cipta (copy rights)
2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights), yang
mencakup:
-

Paten;

-

Desain Industri (Industrial designs);


-

Merek;

-

Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of
unfair competition);

-

Desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit);

-

Rahasia dagang (trade secret);

1.1.2 Badan Pengurus HAKI Di Indonesia Dan Dunia
Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HAKI

adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan

Intelektual

yang

selanjutnya

disebut

Ditjen

HAKI

mempunyai tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang
HAKI berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kebijakan Menteri. Ditjen HaKI mempunyai fungsi :
a.


Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan teknis di
bidang HAKI;

1

b. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan,
dan penyiapan standar di bidang HAKI;
c.

Pelayanan Teknis dan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Direktorat Jenderal HAKI.

Di dalam organisasi Direktorat Jenderal HAKI terdapat susunan
sebagai berikut :
a.

Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu,

dan Rahasia Dagang;
c.

Direktorat Paten;

d. Direktorat Merek;
e.

Direktorat

Kerjasama

dan

Pengembangan

Hak

Kekayaan


Intelektual;
f.

Direktorat Teknologi Informasi
Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang

khusus mengurusi masalah HKI yaitu suatu badan dari PBB yang
disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATIONS).
Pada saat ini, HAKI telah menjadi isu yang sangat penting
dan

mendapat

perhatian

baik

dalam

nasional

maupun

internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan WTO
di tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan
HKI di seluruh dunia. Dengan demikian pada saat ini permasalahan
HAKI tidak dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi.
Pentingnya HAKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan
telah memacu dimulai era baru pembangunan ekonomi yang
berdasar ilmu pengetahuan.
1.1.3 Dasar Hukum HAKI
Dasar hukum mengenai HAKI di Indonesia diatur dengan
Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Terdapat penjelasan
lengkap mengenai semua aturan tentang HKI.
Berikut penggalan UU No. 19 Tahun 2002.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
PASAL 72

2

1.

Barang

siapa

dengan

sengaja

dan

tanpa

hak

melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (1) atau pasal 49 dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau
denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
2.

Barang

siapa

dengan

sengaja

menyiarkan,

memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah).
3.

Barang
memperbanyak

siapa

dengan

penggunaan

sengaja

untuk

dan

kepentingan

tanpa

hak

komersial

suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
4.

Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 17
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.000,00 (Satu
milyar rupiah).

5.

Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 19,
pasal 20, atau pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta
rupiah).

6.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar pasal 24 atau pasal 55 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta
rupiah).

7.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling

3

lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
8.

Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
150.000.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).

9.

Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 28
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.000,00 (Satu
milyar lima ratus juta rupiah).

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dalam keterkaitannya dengan Hak dan Kekayaan

Intelektual,

kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya saja, tetapi dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan
dan industri yang melibatkan para penciptanya. Namun dalam hal ini
pengetahuan masyarakat Indonesia tentang UU Hak Cipta masih minim,
ditambah kurangnya kesadaran untuk mendaftarkan suatu karya sebagai
hasil karyanya sendiri menyebabkan semakin maraknya perdebatan
tentang kepemilikan suatu karya.
Dewasa ini banyak terjadi kasus pelanggaran hak cipta, mulai dari
kasus pembajakan sampai dengan perebutan hak cipta atas suatu karya.
Salah satu kasus yang sedang hangat dibicarakan adalah hak cipta atas
Boneka Unyil. Kasus ini melibatkan dua pihak yaitu antara Drs Suyadi
atau Pak Raden yang mengaku menciptakan tokoh-tokoh Si Unyil dengan
PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) yang menerbitkan tokoh Si Unyil.
Persoalan pokok tentang boneka Si Unyil milik Pak Raden terjadi karena
distorsi dalam perumusan kontrak yang bersifat tidak menguntungkan
bagi penciptanya. Namun timbul kerancuan ketika masing-masing pihak
mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta dari suatu karya bernama Si
Unyil.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tugas

kelompok

merupakan

bentuk

pemahaman

mahasiswa

terhadap bahan ajar yang diberikan dosen, dengan cara mengangkat dan
membahas kasus.

4

Adapun tujuan dari Tugas Kelompok Hukum dan Peraturan adalah
sebagai berikut :
1. Memahami Hak Kekayaan Intelektual dan dapat membedakan antara
Hak Cipta dengan Hak Kekayaan Industri (Hak paten; Desain Industri;
Merek; Penanggulangan praktik persaingan curang; Desain tata letak
sirkuit terpadu; Rahasia dagang.
2. Belajar dari peristiwa sengketa Pak Raden terhadap Boneka Si Unyil
3. Memahami dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual
4. Memahami pentingnya Hak Cipta

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HAK CIPTA
2.1.1 Pengertian Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan

menurut

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku.
2.1.2 Pencipta
Yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau
beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan

suatu

ciptaan

berdasarkan

kemampuan

pikiran,

imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan
dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
2.1.3 Pencipta atau pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang
terdiri atas beberapa bagian
Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian yang
diciptakan dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta
ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh
ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang
dianggap sebagai pencipta ialah orang yang menghimpunnya
dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian
ciptaannya itu.
2.1.4 Perancangan Suatu Ciptaan
Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan
dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan
orang

yang

merancang,

penciptanya

adalah

orang

yang

merancang ciptaan itu.
2.1.5 Ciptaan yang dibuat dalam hubungan dinas dan hubungan
kerja

6

Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan
pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta
adalah

pihak

yang

untuk

dan

dalam

dinasnya

ciptaan

itu

dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan
tidak mengurangi hak pembuat sebagai penciptanya apabila
penggunaan

ciptaan

itu

diperluas

keluar

hubungan

dinas.

Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak
lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.
Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap
sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila
diperjanjikan lain antara kedua pihak.
2.1.6 Pemegang Hak Cipta
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak
cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di
atas.
2.1.7 Ciptaan
Ciptaan

adalah

hasil

setiap

karya

pencipta

yang

menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni,
atau sastra.
2.1.8 Perlindungan Hak Cipta
Perlindungan terhadap suatu ciptaan timbul secara otomatis
sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk nyata. Pendaftaran
ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak
cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta
yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran
ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan
apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan
tersebut. Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau
gagasan, karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas,
bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang
lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas atau keahlian, sehingga
ciptaan itu dapat dilihat, dibaca atau didengar.

7

2.2 PATEN
2.2.1 Pengertian Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
2.2.2 Pemegang Paten atau Inventor
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa
orang

yang

dituangkan

secara
ke

dalam

besama-sama
kegiatan

melaksanakan

yang

ide

menghasilkan

yang

invensi.

Pemegang Paten adalah iventor sebagai pemilik paten atau pihak
yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain
yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam
daftar umum paten.
2.2.3 Invensi
Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu
kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi,
dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.
2.2.4 Hak eksklusif
Hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk
jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial
atau memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Dengan
demikian, orang lain dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa
persetujuan Pemegang Paten.
2.2.5 Hak Pemegang Paten
1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan
paten yang dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa
persetujuan:
(a) Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport,
menyewa, menyerahkan memakai, menyediakan untuk

8

dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
paten;
(b) Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi
yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan
lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.
2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain
berdasarkan surat perjanjian lisensi;
3) Pemegang

paten

berhak

menggugat

ganti

rugi

melalui

pengadilan negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam butir 1 di atas;
4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan
tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan
salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1
di atas.
2.3 DESAIN INDUSTRI
2.3.1 Pengertian Desain Industri
Desain

Industri

adalah

suatu

kreasi

tentang

bentuk,

konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna,
atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan.

2.3.2 Subjek dari Hak Desain Industri
1. Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain
atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain.
2. Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara
bersama, Hak Desain Industri diberikan kepada mereka secara
bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.
3. Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan dinas dengan
pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya atau yang dibuat
orang

lain berdasarkan

pesanan, pemegang Hak Desain

Industri adalah pihak yang untuk dan/atau dalam dinasnya

9

Desain Industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara
kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pendesain apabila
penggunaan Desain Industri itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas.
4. Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan, orang yang membuat Desain Industri itu
dianggap sebagai Pendesain dan Pemegang Hak Desain
Industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua pihak.
2.4 MEREK
2.4.1 Pengertian Merek
Merek adalah suatu "tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
2.4.2 Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenis lainnya.

2.4.3 Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
jasa-jasa sejenis lainnya.
2.4.4 Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang
dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang dengan
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.

10

2.4.5 Fungsi Merek
Pemakaian merek berfungsi sebagai:
1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang
dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau
badan hukum lainnya;
2. Sebagian

alat

promosi,

sehingga

mempromosikan

hasil

produksinya cukup dengan menyebut mereknya;
3.

Sebagai jaminan atas mutu barangnya;

4. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
2.4.6 Fungsi Pendaftaran Merek
1. Sebagai alat bukti sebagai pemilik yang berhak atas merek
yang didaftarkan;
2. Sebagai

dasar

penolakan

terhadap

merek

yang

sama

keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan
pendaftaran

oleh

orang

lain

untuk

barang/jasasejenisnya;
3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek
yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam
peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.
2.5 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
2.5.1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
1. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau
setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta
dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor
yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
2. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan
tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu
dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau
semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan
tiga

dimensi

tersebut

dimaksudkan

untuk

persiapan

pembuatan Sirkuit Terpadu.
3. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif
yang

diberikan

oleh

negara

Republik

Indonesia

kepada

11

Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan

sendiri,

atau

memberikan

persetujuannya

kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
2.6 RAHASIA DAGANG
2.6.1 Pengertian Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
2.6.2 Lingkup Rahasia Dagang
Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi
lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi
dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
2.6.3 Subjek Hak Atas Rahasia Dagang
Dalam UURD tidak ada ketentuan yang menjelaskan secara
rinci tentang istilah pemegang hak. Namun, jika dianalogikan
dengan hak-hak kekayaan intelektual lainnya, pemegang hak atas
rahasia dagang diartikan sebagai pemilik rahasia dagang atau
pihak lain yang menerima hak dari pemilik.

12

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 SEJARAH BONEKA LEGENDARIS INDONESIA “SI UNYIL"
Terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan Hak Kekayaan
Intelektual, salah satu yang akan dibahas adalah kasus perebutan Hak
Cipta “Si Unyil”, perseteruan tersebut terjadi antara Drs. Suyadi atau Pak
Raden dengan Pusat Produksi Film Negara (PFN). Masing-masing pihak
mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta Si Unyil.

Tokoh Boneka Unyil

Versi Pertama :
Awal sejarah terciptanya “Si Unyil” yang melegenda, Drs. Suyadi,
saat itu adalah salah satu ahli animasi di Indonesia yang jumlah
keseluruhannya bisa dihitung dengan jari. Pria kelahiran Jawa Timur 28
November 1932 ini adalah lulusan Senirupa ITB. Setelah lulus, dia
melanjutkan studinya pada bidang film, di Cineastes Associes and Les
Films Martin Boschet, Paris tahun 1961-1964. Awal nya dia bekerja
menjadi ilustrator buku, khususnya buku anak-anak.
Setelah

bertahun-tahun

menjadi

ilustrator,

Drs.

Suyadi

pun

berpindah dengan menggarap film-film animasi. Awalnya dia hanya
membuat film animasi untuk iklan-iklan masyarakat. Sampai akhirnya ia
menyentuh cita-cita nya, membuat film animasi untuk anak-anak dari
boneka.
Kurnain Suhardiman adalah orang dibalik cerita-cerita si unyil.
Kurnain lahir di Surabaya 5 Agustus 1928. Dia adalah sarjana hukum
Universitas Padjajaran. Sejak kecil Kurnain menyukai bidang tulis-menulis.

13

Dunia film dikenalnya sekitar tahun 1956 ketika dia belajar ke Kanada.
Awalnya Kurnain bekerja sebagai guru dan dimasa itulah gagasan si unyil
lahir. Dia memulainya di majalah Suluh Pelajar, membuat dongeng si
Unyil dengan beberapa karikatur yang dimuat secara bersambung. Pada
1961, setelah berhenti jadi guru, ia bergerak di bidang Film. Sebagai
Sutradara, beberapa film dihasilkan oleh tangannya. Pada tahun 1965,
dia bertemu Drs. Suyadi untuk membuat film animasi boneka. Sejak saat
itu, Si Unyil “dibonekakan”. Kurnain lah orang yang membuat tokoh si
unyil yang kita tahu sebagai tokoh Made In Indonesia,atau tokoh yang
memang benar buatan asli Indonesia.
Awal mula Kurnain bisa mendapat Inspirasi untuk membuat tokoh
ini

dari

seorang

sepupunya

yang

bernama

Julianto.Julianto

akrab

dipanggil si Kunyil oleh Kurnain, namun Kurnain sering menyingkat nya
menjadi si Unyil. Sebelum ada Boneka Si Unyil, memang tadinya cerita si
Unyil adalah cerita turun temurun keluarga yang dibuat sedemikian rupa.
Tokoh Mei Lan itu sebenarnya karena ada keluarga yang masih kecil
mukanya lucu seperti Mei Lan, sekarang dia sudah jadi Dirut suatu
perusahaan.
Terbentuknya

boneka

Si

Unyil

itu

berawal

ketika

Kurnain

mengetahui bahwa sepupunya yang bernama Julianto sedang gemar
membuat boneka sarung dari kain bekas dan dijahit. Inilah yang
membuat Kurnain terinspirasi untuk membuat boneka si unyil dan
akhirnya boneka si unyil pun terbentuk seperti yang kita tahu sampai
sekarang. Kurnain Suhardiman memang sudah tiada, tetapi karyanya
menjadi legenda di tanah air Indonesia. Siapa yang tidak kenal film
boneka Si Unyil yang ditayangkan di TVRI tahun 1981 – 1993.
Bapak Gufron Dwipayana, adalah Penanggung jawab dari film Si
Unyil dari PFN. PFN adalah Pusat Produksi Film Negara yang berlokasi di
Otista, Jakarta Timur. Bapak Dwipayana ini yang mempercayakan tim
produksi Si Unyil untuk berproduksi di studio PFN. Ditujukan kepada anakanak, film seri boneka ini menceritakan tentang seorang anak Sekolah
Dasar (yang lalu akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya bisa mencapai
posisi Sekolah Menengah Pertama) bernama Unyil dan petualangannya
bersama teman-temannya. Kata “Unyil” berasal dari “mungil” yang
berarti “kecil”.
Versi Kedua :

14

Namun ada juga beberapa sumber yang menyebutkan bahwa “Si
Unyil” merupakan hasil dari pemikiran Gufron Dwipayana yang ingin
mengeluarkan tontonan anak-anak, kemudian di bawah pengawasan PFN,
Gufron merekrut Drs. Suyadi dan Kurnain untuk menciptakan tokoh
animasi anak-anak tersebut. Dengan Drs. Suyadi sebagai pencipta
karakter animasi Si Unyil dan Kurnain sebagai penulis cerita atau naskah.
Pihak PFN pun telah membayar mereka berdua sebagai bentuk honor
karena Drs. Suyadi dan Kurnain bukanlah karyawan PFN. Jadi memang
pencipta Si Unyil adalah Drs. Suyadi dan Kurnain, namun mereka
menciptakan itu dibawah rancangan PFN, sehingga bisa dibilang PFN
adalah pencipta “Si Unyil”.

15

3.2 PERJANJIAN
Setelah beberapa tahun berjalan, kemudian dilakukan Perjanjian
antara PFN dengan Drs. Suyadi. Pada 1995, Pak Raden menandatangani
dua perjanjian

dengan

PFN.Pihak

pertama

dalam perjanjian yang

ditandatangani 14 Desember 1995 tersebut adalah Direktur Utama Perum
PFN, Amoroso Katamsi. Sedangkan Pak Raden merupakan tenaga ahli
PFN, yang menjadi pihak kedua dalam perjanjian itu.Dalam perjanjian
Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995 tersebut berisikan hal – hal berikut ini :


Pasal 1, Pak Raden menyerahkan pengurusan Hak Cipta atas
''Boneka Unyil'' kepada PPFN.



Pasal 2, menyatakan Pak Raden memberikan Hak Cipta ''Boneka
Unyil'' kepada PPFN untuk produksi film maupun video tanpa imbalan.
Meski demikian, Pak Raden tetap memperoleh royalti jika ''Boneka
Unyil" digunakan secara komersial untuk maksud di luar pembuatan
film atau video oleh Pihak Ketiga.



Pasal 3, menyatakan Pak Raden menerima 50 % royalti dari Pihak
Ketiga. Sedangkan 50 % lainnya diserahkan kepada PPFN sebagai Pihak
Kedua.



Pasal 4 : dinyatakan bila Si Unyil dijadikan buku, royalti diperuntukan
Pak Raden, dan Perum PFN akan mendapatkan 10 persen dari royalti
Pak Raden.



Pasal 5 : Apabila terjadi perselisihan pendapat antara kedua belah
pihak Pak Raden dan PFN, akan diselesaikan secara musyawarah.



Pasal 6 : menyatakan akan ada perjanjian tambahan, namun
menurut Pak Raden tidak ada perjanjian lainnya.



Pasal 7 : menyatakan jangka waktu berlakunya hak cipta kepada
PFN tersebut selama 5 tahun pada perjanjian pertama namun tidak
tercantung jangka waktu hak cipta tersebut di dalam perjanjian kedua.

3.3 PERMASALAHAN
Permasalahan dipicu oleh beberapa hal yang dirasa tidak sesuai
dengan isi perjanjian tersebut, mulai dari dalam kurun waktu 5 tahun, Pak
Raden atau Drs. Suyadi memang mendapat royalti 10% dari Unyil. Namun
sejak tahun 2000, Pak Raden sudah tidak menerima apa-apa karena

16

boneka Unyil ciptaannya sudah menjadi hak milik PPFN sepenuhnya.
Berdasarkan pasal – pasal yang terkandung dalam perjanjian antara PFN
dan Pak Raden selaku kreator dari tokoh si Unyil dalam perjanjian Nomor
139 / P.PFN / XII / 1995, terdapat kejanggalan yakni pada pasal 7.
Perbedaan yang terlampir yakni perbedaan jangka waktu kepemilikan hak
cipta kepada PFN yang tanpa batas pada perjanjian yang sama. Hak cipta
yang seharusnya kembali kepada Pak Raden 5 tahun kemudian setelah
perjanjian pertama ditandatangani namun tetap diberikannya royalty atas
tokoh dalam serial si Unyil selama jangka waktu itu.Pak Raden tidak
mendapatkan hak royalty lagi semenjak perjanjian kedua. Perjanjian
mengenai penyerahan hak cipta yang dibuat pada tanggal 14 Desember
1995 dan berlaku selama lima tahun itu, seharusnya sudah berakhir
tanggal 14 Desember 2000, tetapi pihak PFN berpendapat bahwa hak
cipta tetap ada pada PFN untuk selamanya. Begitu pula pendaftaran
tokoh-tokoh

Si

Unyil

ke

Departeman

Kehakiman

oleh

PFN.PFN

menganggap, Pak Raden tidak memiliki hak lagi atas tokoh – tokoh
ciptaannya untuk selamanya.
Diduga uang mengalir ke kocek pihak lain, bukan ke Pak Raden.
Karena itu Pak Raden berharap agar dia memegang kembali kepemilikan
hak cipta Si Unyil.

17

BAB IV
PEMBAHASAN
ANALISA HAK CIPTA
4.1 PAK RADEN MERASA DIRUGIKAN

Pada tahun 1998 Pak Raden menyerahkan 'hak ciptanya' kepada
PFN. Kemudian pada tahun 1999 pihak PFN mendaftarkannya ke HAKI
atas nama PFN. Sehingga sebelum adanya penyerahan ke PFN, Pak
Raden belum pernah mendaftarkan Hak Cipta itu ke HAKI hingga
akhirnya dipatenkan oleh PFN. Dikatakan bahwa PFN menjadi pemegang
hak cipta yang sah atas 11 karakter dalam tokoh si Unyil, karena telah
adanya penandatanganan Pak Raden selaku Kreator dari kesebelas
tokoh si Unyil pada 23 Desember 1998. Namun penandatanganan
perjanjian tersebut seolah menjadi keuntungan sendiri bagi pihak PFN
mengingat seharusnya Pak Raden tetap mendapatkan hak nya selaku
pencipta tokoh – tokoh dalam karakter si Unyil tersebut, namun hal itu
tidak terjadi sama sekali. Tidak didaftarkannya hak cipta atas tokoh si
Unyil oleh Pak Raden kepada Direktorat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
menjadi konsentrasi pemecahan masalah hak cipta ini.Namun meski
begitu hak intelektual tetap berada di tangan Pak Raden. Hak cipta
merupakan hak yang mendapat perlindungan kuat meskipun tidak
didaftarkan ke Ditjen HAKI.Rezim hukum yang berlaku telah memberikan
perlindungan terhadap suatu ciptaan yang telah lahir dan memenuhi
syarat seperti ciptaan Pak Raden yakni boneka tokoh cerita Unyil. Hak

cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".Hak cipta
dapat

juga

memungkinkan

pemegang

hak

tersebut

untuk

membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang
terbatas.
UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1,
Poin 2 menyebutkan bahwa :
“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan

18

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian
yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.”
Kemudian seperti yang berbunyi pada pasal 1 ayat 4 dalam UU nomor 19
Tahun 2002 tentang hak cipta, yakni:
‘Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau
pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.’
Pihak PPFN sebaliknya mengajukan permohonan pendaftaran hak cipta
kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).Surat
Penerimaan permohonan pendaftaran tersebut diterima pada 15 Januari
1999 oleh pihak PPFN dari Direktorat Jenderal Hak Cipta Paten dan Merek
Departemen Kehakiman atas 11 tokoh itu.
Pelanggaran perjanjian atas hak royalty yang seharusnya diberikan
kepada Pak Raden selaku kreator tokoh si Unyil dan kawan – kawan dari
pihak PPFN seharusnya dapat dituntut oleh pihak Pak Raden selaku
pencipta karya intelektualnya.Sesuai perjanjian yang terdapat dalam
perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995 dalam pasal 2, 3 dan 4, Pihak
Pak Raden selaku penciptanya seharusnya mendapatkan royalti seperti
yang tertera namun pada kenyataannya royalty tersebut tidak diterima
sepersenpun oleh pihak Pak Raden.
Pihak

PPFN

juga

seharusnya

dapat

dituntut

sebagaimana

telah

melanggar pemberian royalty sesuai dengan pasal 45 UU no 19 tahun
2002 pada ayat 3 dan 4 berbunyi:
‘(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban
pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi.;(4)
Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh
penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.
Pak Raden juga mengalami kerugian atas Hak moral yang mencakup hak
agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan penciptanya,
dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi
atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri

19

pencipta

atau

pelaku

(seni,

rekaman,

siaran)

yang

tidak

dapat

dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait
telah dialihkan.
Pada pelaksanaan hak moral yakni pencantuman nama pencipta pada
karya atau ciptaan dalam kasus ini yakni pencantuman nama Pak Raden
atas karya si Unyil walaupun hak cipta atas ciptaan tersebut dijual
maupun dimanfaatkan oleh pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–
26 Undang-undang Hak Cipta.

20

4.2 TANGGAPAN PIHAK PFN
.Berdasarkan kasus ini, telah diberikannya hak cipta kepada PFN
untuk jangka waktu tertentu pada perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII /
1995.Dimana Pak Raden memberikan pengalihan kepengurusan hak
cipta kepada pihak PFN atas kesebelas tokoh si Unyil. Dimana hal ini
diposisikan bahwa Pak Raden selaku pencipta memberi hak kepada
penerima hak cipta yakni PFN.Hal ini disetujui dan ditandatangani dalam
rangka merapikan iklan maupun penggunaan tokoh si unyil yang secara
liar. Hak cipta tersebut juga berlaku atas perbanyakan dan penyiaran
atas hasil karya tersebut dengan memberikan royalty sesuai dengan
perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua,
Pasal 7 menyebutkan bahwa :
“Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan
oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang
merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu.”
Seluruh biaya produksi dan biaya penelitian dari awal mula
pembuatan Si Unyil ditanggung oleh PFN, dan idenya pun berasal dari
PFN, sehingga walaupun Pencipta adalah Drs. Suyadi tetapi Drs. Suyadi
menciptakan

karakter

Si

Unyil

dibawah

rancngan

penelitian

PFN,

sehingga pemegang Hak Cipta tetap PFN.
Adapun dibuat perjanjian adalah untuk menyerahkan sepenuhnya
kewenangan

Hak

Cipta

kepada

PFN

untuk

tujuan

komersialisasi.

Keabsahan perjanjian tersebut juga dijamin oleh Undang-Undang.
UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian
kedua, Pasal 3 menyebutkan bahwa :
(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.
(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun
sebagian karena
a.

Pewarisan;

b. Hibah;
c.

Wasiat;

21

d. Perjanjian tertulis; atau
e.

Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan.
UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian

kedua, Pasal 7 menyebutkan bahwa :
(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak
yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak
Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi
Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan
dalam hubungan dinas.
(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai
Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain
antara kedua pihak.
Maka dengan alasan inilah PFN merasa berhak untuk mendaftarkan
Hak Cipta Si Unyil dan menjadi pemilik Hak Cipta Si Unyil sepenuhnya.

22

4.3 PROSES PENYELESAIAN SENGKETA

VIVAnews - Kuasa hukum Drs Suyadi atau lebih dikenal dengan sosok Pak
Raden, Dwiyanto Prihartono, menegaskan pilihan penyelesaian konflik hak cipta Si
Unyil lewat pengadilan hanya akan ditempuh jika cara musyawarah tak ditanggapi
pihak Perum Perusahaan Film Negara (PFN) dan mengatakan, "Kami akan
menyimpan terlebih dahulu upaya penyelesaian yang bersifat konflik di pengadilan
sepanjang belum diperlukan.” ujar Dwiyanto saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu,
25 April 2012.
Menurut Dwiyanto, Pak Raden sebetulnya menginginkan jalan musyawarah
dengan pihak Perum PFN dalam menyelesaikan masalah hak cipta Si Unyil.
Walaupun diakui kliennya itu sudah sejak tahun 1995 tidak mendapat hasil dari hak
ciptanya. Dwiyanto mengaku pihaknya saat ini masih mengatur jadwal pertemuan
dengan pihak Perum PFN untuk menggelar musyawarah tersebut. Langkah
musyawarah itu dianggap berdampak positif bagai berbagai pihak.
Namun, langkah musyawarah yang diajukan pihak Pak Raden sangat tergantung
pada ada tidaknya itikad baik dari pihak yang mengadakan perjanjian dengan Pak
Raden.
Dwiyanto juga mengungkapkan pihaknya telah bertemu dengan Dirjen Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM untuk membeberkan masalah
hak cipta Si Unyil yang memicu persoalan Pak Raden dan Perum PFN.
Dalam kesempatan itu, Pak Raden hadir didampingi Tim Advokasi dan Konsultan
melakukan pertemuan yang berlangsung dua jam itu dihadir oleh Dirjen HAKI
bersama Sekretaris Dirjen, Direktur Hak Cipta, Direktur Kerjasama, Direktur Merek,
dan Direktur Teknologi Informasi.
"Akhirnya unek-unek Pak Raden bisa beliau sampaikan kepada Dirjen HAKI hari ini,
HAKI akan melindungi dan menyikapi serius keinginan Pak Raden, siap membantu
apa yang dibutuhkan Pak Raden. Pak Raden inginkan Keadilan."ujarnya.
Pak Raden untuk jangka waktu yang lama

hidup dalam keadaan yang

memprihatinkan di kediaman kakaknya di Kawasan Petamburan, Jakarta. Untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia melukis dan menjual hasil karyanya itu.
Selama ini, sejumlah anak buahnya, yang sudah mengikutinya sejak 1980-an, juga
turut membantu membuat boneka dari tokoh yang diambil dari serial Si Unyil.
Sebagian dari boneka dan lukisan tersebut dikomersilkan.

23

4.4 AKHIRI SENGKETA
Pada tanggal 15 April 2014 menjadi hari bersejarah bagi Si Unyil. Setelah
sebelumnya terjadi sengketa mengenai masalah royalti, akhirnya Pak Raden dan
Perum Produksi Film Negara (Perum PFN) telah mencapai kata sepakat dalam hal
penanganan dan royalti atas Brand Si Unyil.

Kedua belah pihak merespon

himbauan Dirjen HAKI dalam proses penyelesaian sengketa, yaitu dengan
menggunakan cara out of court settlement (di luar pengadilan) dalam rangka
mencapai hasil maksimal dengan tetap mempertahankan aspek manfaat dan
ekonomi selain aspek moral atas suatu ciptaan. Kesepakatan baru ini terjalin antara
kedua belah pihak dalam Perjanjian Lisensi yang sudah ditandatangani bersama
pada hari Selasa 15 April 2014.
Atas dasar kesadaran kedua belah pihak yang ingin kembali menghadirkan
karakter Si Unyil ditengah masyarakat Indonesia khususnya bagi abak bangsa.
Sebelumnya .
Perjanjian Lisensi yang telah disepakati antara lain : Pak Raden memberikan
kepercayaan kepada PFN untuk mengelola hak ekonomi karakter Si Unyil selama
sepuluh tahun. Babak baru kesepakatan antara Pak Raden dan PFN ini otomatis
akan membuka peluang untuk menghidupkan kembali Si Unyil dalam bentuk karyakarya kreatif.
Kesepakatan yang ditandatangani oleh keduabelah pihak pada 15 April 2014
lalu, berhasil merubah segalanya. Pak Raden sepakat untuk berjalan beriringan
dengan PFN untuk menghadirkan kembali karakter Unyil sebagai aset penting
bangsa, khususnya bagi dunia anak-anak.
"Hak cipta selamanya ada para pencipta. Tapi hak untuk mengelola secara
ekonomis ada pada PFN, dalam jangka waktu tertentu," terang Pak Raden kepada
wartawan di kediamannya, kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).
Dwiyanto Prihartono, pengacara Pak Raden yang hadir di kesempatan itu,
mengungkapkan apresiasinya pada pihak PFN yang mau membuka jalur
komunikasi secara lebih terbuka. "Ini semua terjadi karena ada pikiran baru, ada
darah baru dari manajemen PFN yang sekarang. Sehingga segala sesuatunya bisa
lebih mencapai kepentingan bersama," ungkapnya.
Salah satu proyek yang akan segera direalisasikan usai tercapainya
kesepakatan tersebut, adalah menghadirkan Unyil dalam format 3 dimensi.
Targetnya, animasi 3D sudah bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di awal 2015

24

mendatang dikemukakan Shelvy Arifin selaku Direktur Utama Perum PFN yang
baru.

25

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1

SIMPULAN
Perlindungan Hak Cipta dapat dijalankan dengan baik sesuai
ketentuan UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, namun pada pelaksanaannya
banyak pemegang Hak Cipta merasa karyanya tidak dilindungi oleh
undang-undang dikarenakan maraknya pelanggaran yang merugikan
Pencipta.
Pada kasus Si Unyil ini, PFN mengakui bahwa Pencipta Si Unyil
adalah Drs. Suyadi (Pak Raden) dan FPN bertindak sebagai perancang
yang juga berhak untuk mengajukan Hak Cipta. Perjanjian yang dibuat
FPN untuk Pak Raden agar dapat mempermudah proses pengajuan Hak
Cipta ternyata dianggap merugikan Pak Raden dan Pak Raden merasa
ingin memperjuangkan salah satu haknya yang tidak dia dapatkan sejak
lama, sehingga dia menempuh jalur hukum dan mengajukan perjanjian
baru yang lebih baik demi kebaikan bersama.

5.2.

SARAN
Saran dari kelompok kami mengenai hal ini adalah
1. Sebaiknya PFN membayar sisa royalti yang belum dibayar, dengan
besar yang sesuai dengan isi perjanjian.
2. Sebaiknya pendaftaran Hak Cipta Si Unyil di HAKI ditinjau kembali
dengan melibatkan Drs. Suyadi (Pak Raden) dan pihak PFN.
3. Pentingnya pendaftaran Merk dan Hak Cipta atas suatu karya sebagai
bentuk apresiasi dan perlindungan terhadap intelektualitas.

26

DAFTAR PUSTAKA
http://www.apjii.or.id/DOC/Regulasi8/UU_HC_19.pdf
http://www.beritasatu.com/mobile/hiburan/45157-petaka-surat-perjanjian-pakraden-dan-pfn.html
http://www.dgip.go.id/
http://dailytechbytes.blogspot.com/2012/05/sejarah-penting-tokoh-unyilyang.html
http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/219391358/Wawancara-Tempocodengan-PFN-Soal-Unyil
http://tonihandoko.wordpress.com/2012/04/23/dibalik-si-unyil/
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/16/m2k87q-pfn-siunyil-milik-kami-bukan-pak-raden

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/307822-soal-si-unyil--pak-raden-pilihmusyawarah

27