7. Siti Asiyah Mardani Arifal Aris Priyoto. 52 57
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI
DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI DI DESA KEDUNG
KUMPUL KECAMATAN SARIREJO KABUPATEN LAMONGAN
…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….
Siti Asiyah Mardani*, Arifal Aris**, Priyoto***
ABSTRAK
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ seksual atau reproduksi
merupakan awal dari usaha menjaga kebersihan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah
dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan organ reproduksi
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan peyakit pada
saluran reproduksi.Survey awal dilakukan pada 10 remaja putri yang sedang menstruasi di Desa
Kedungkumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan, dan seluruhnya remaja putri
kurang dalam melakukan personal hygiene terhadap organ reproduksi. Tujuan penelitian
adalah mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan
perilaku personal hygiene menstruasi. Desain penelitian ini adalah Case Control.
Pengambilan sampel dengan teknik Consecutive. Populasinya adalah seluruh remaja putri
di Desa Kedungkumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan. Sampel yang diperoleh
sebanyak 60 responden pada tanggal 1-8 Oktober 2010. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner yang telah di isi oleh responden. Setelah itu data ditabulasi dan
dianalisa menggunakan tabulasi silang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%)
berpengetahuan kurang dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal
hygienen ya kurang. Hasil tabulasi silang menunjukkan lebih dari setengah remaja putri
(60%) memilki pengetahuan kurang serta seluruhnya memiliki perilaku personal hygiene
yang kurang, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene.Melihat hasil ini maka perlu adanya penyuluhan berkala guna memperbaiki perilaku personal hygiene remaja putri saat menstruasi.
Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene PENDAHULUAN … … … …
Kebiasaan menjaga kebersihan, . . . termasuk kebersihan organ-organ seksual
Pubertas merupakan masa ketika atau reproduksi merupakan awal dari usaha seorang anak mengalami perubahan fisik, menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pembuluh darah dalam rahim sangat mudah pubertas dalam kehidupan biasanya dimulai terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan saat berumur 8-10 tahun dan berakhir lebih daerah genitalia harus lebih dijaga karena kurang di usia 15-16 tahun. Pada masa ini kuman mudah sekali masuk dan dapat pertumbuhan dan perkembangan berlangsung menimbulkan penyakit pada saluran dengan cepat. Bentuk fisik mereka akan reproduksi. Salah satu keluhan yang berubah cepat sejak awal pubertas dan akan dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa membawa mereka ke dalam dunia remaja. gatal yang disebabkan oleh jamur yang subur
Pada remaja putri di awal pubertas akan tumbuhnya saat haid. ditandai dengan adanya proses menstruasi (Jeanny, 2009).
Dari hasil suatu penelitian di SLTP Bogor yang melakukan perawatan genitalia secara benar pada saat tidak menstruasi sebesar 49,6% dan 45,5% pada saat menstruasi dan di SLTP 27 Kota Semarang diperoleh 41,01% yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan benar (Teguh Prawono S, 2007). Dari survey awal di Desa Kedung Kumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan tanggal 17 Mei 2010 pada 10 (100%) responden didapatkan bahwa mereka mencuci alat kelaminnya yaitu dari arah belakang ke depan saat menstruasi. Hal ini membuktikan bahwa masih tingginya remaja yang perilaku higienenya rendah saat menstruasi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan seseorang. Bila pengetahuan baik maka akan mempengaruhi sikap dan perilaku yang baik pula. Seperti Di Desa Kedung Kumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan, banyak remaja yang kurang mengetahui dampak dari perilaku personal
hygiene
yang kurang, sehingga mereka selalu mengabaikan faktor-faktor resiko yang akan terjadi. Perilaku personal hygiene merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam.
Hal ini karena berdasarkan kajian teoritis yang ada salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku
personal hygiene . Namun demikian perilaku personal hygiene pada saat menstruasi tidak
akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Syaifuddin, 2002).
Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksi dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Maka seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memilih perilaku yang tepat, artinya perilaku tersebut akan mampu mempertahankan kualitas atau kondisi kesehatan reproduksinya. Jika terkait dengan menstruasi maka yang akan dipilih adalah perilaku personal higiene pada saat menstruasi.
Menurut Wilopo, kesehatan reproduksi sebagaimana tercantum dalam konvensi kependudukan dan pengembangan ICPD tahun 1994 di Cairo, yakni keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kekurangan sesuatu yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi, serta proses-prosesnya. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah banyaknya informasi yang diperoleh tentang keadaan seksualitas sehat, baik secara fisik, psikis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi serta proses sistem reproduksi (BKKBN, 2003).
Dampak yang terjadi apabila perilaku
personal higiene tersebut tidak dilakukan
antara lain remaja putri tidak akan bisa memenuhi kebersihan alat reproduksinya, penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi juga tidak terjaga, sehingga dapat terkena kanker rahim, keputihan dan dijauhi teman-teman karena bau badan amis. Untuk itu remaja putri perlu mengetahui tentang kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja putri memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku personal
hygiene pada saat menstruasi adalah aktifitas
atau kegiatan yang dilakukan oleh perempuan untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan pada saat terjadinya proses pendarahan yang disebabkan oleh luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Dari latar belakang yang telah disampaikan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi di Desa Kedung Kumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan.
METODE PENELITIAN .… … .…
pendidikan SD yaitu 8 remaja putri atau 13,3%. Desain penelitian ini adalah menggunakan metode analitik yaitu mencari
2. Data Khusus keterkaitan antara dua variabel. 1) Distribusi pengetahuan kesehatan
Pendekatannya dengan cara Case Control reproduksi yaitu peneliti melakukanpengukuran pada
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan
variabel dependen terlebih dahulu, sedangkan
pengetahuan kesehatan
variabel independen ditelusuri secara
reproduksi remaja putri di Desa
retrospektif untuk menentukan ada tidaknya
Kedungkumpul Kecamatan faktor yang berperan (Nursalam, 2003). Sarirejo Kabupaten Lamongan HASIL PENELITIAN … .
Tahun 2010.
1. Data Umum
No. Pengetahuan Jumlah Prosentase
1) Gambaran Umum Responden
kesehatan
(1) Distribusi responden berdasarkan umur
reproduksi Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan
1. Baik 3 5% umur di Desa Kedungkumpul
2. Cukup 21 35% Kecamatan Sarirejo Kabupaten
3. Kurang 36 60% Lamongan Tahun 2010
Jumlah 60 100% No Umur Jumlah Prosentase (%)
Berdasarkan tabel 3 menunjukkkan
1 12-15 Tahun
25
42
bahwa lebih dari setengah remaja putri
2 16-28 Tahun
35
58
berpengetahuan kurang sebanyak 36 remaja
Jumlah 60 100
putri atau 60% dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 3 remaja putri Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan atau 5%. bahwa lebih dari sebagian remaja putri yang
2) Distribusi perilaku personal hygiene berumur 16-20 tahun yaitu 35 atau 58% dan
Table 4 Distribusi responden berdasarkan
hampir setengah remaja putri yang berumur
perilaku personal hygiene 11-15 tahun yaitu 25 atau 42%. menstruasi di Desa Kedungkumpul Kecamatan
(2) Distribusi responden berdasarkan
Sarirejo Kabupaten Lamongan
pendidikan Tahun 2010.
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Desa No Perilaku Jumlah Prosentase (%)
Kedungkumpul Kecamatan personal
Sarirejo Kabupaten Lamongan hygiene
Tahun 2010
1. Baik 2 3,33
2. Cukup 1 1,7 No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
3. Kurang
57
95
1 SD 8 13,3 Jumlah 60 100
2 SMP
33
55
3 SMA 19 31,7 Jumlah 60 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja putri perilaku Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan personal hygiene nya kurang saat menstruasi bahwa lebih dari setengah remaja putri sebanyak 57 remaja putri atau 95% dan memiliki latar belakang pendidikan SMP sebagian kecil berperilaku cukup sebanyak 1 yaitu 33 orang remaja putri atau 55% dan remaja putri atau 1,7%. sebagian kecil memiliki latar belakang
3) Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan perilaku
Total 57 95,0
1 1,7
2 3,3 60 100Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya yaitu 57 remaja putri atau 95% yang perilaku personal hygienenya kurang. Hal ini dikarenakan pengetahuan remaja putri yang kurang, sebab perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Ada dua faktor ynag mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan, yakni faktor ekstern dan intern, faktor intern mencakup pengetahuan,
2. Perilaku personal hygiene menstruasi
Pengetahuan diperoleh dari adanya suatu proses pendidikan utamanya pendidikan formal dimana pendidikan yang terlalu rendah akan sulit mencerna pesan dan informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Dengan teori tersebut maka pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam proses peningkatan pengetahuan dan tidak mengenyampingkan faktor lainya yang juga dapat mendukung peningkatan pengetahuan itu sendiri seperti penghasilan.
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari lebih dari setengah remaja putri berpengetahuan kurang yaitu 36 atau 60% dan sebagian kecil berpengetahuan baik yaitu 3 remaja putri atau 5%. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi dan ini sesuai dengan Tabel 4 yang menyatakan bahwa lebih dari setengah responden memiliki latar belakang pendidikan SMP sebanyak 33 responden atau 55%, sehingga remaja putri masih sulit untuk menerima informasi. Selain itu, umur juga mempengaruhi pengetahuan dimana semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang, dasar berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang telah dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo, 2003).
PEMBAHASAN .… .…
Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamaongan tahun 2010.
hygiene menstruasi di Desa Kedungkumpul
demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan perilaku personal
hygiene yang baik dan cukup, dengan
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruhnya yaitu 36 remaja putri atau 100% memiliki pengetahuan kurang serta tidak satupun memiliki perilaku personal
3 100 100 100
personal hygiene menstruasi.
21
36
1 4,8 33,3
1
1 4,8
2 100 90,5 66,7
19
36
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang Cukup Baik
Pengetahuan Perilaku Kurang Cukup Baik Jumlah %
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja putri dengan perilaku personal hygiene pada saat menstruasi di Desa Kedungkumpul Kec. Sarirejo Kab. Lamongan Tahun 2010.1. Pengetahuan kesehatan reproduksi
kecerdasan, sikap atau persepsi, emosi dan sebainya yang berfungsi mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor
Kesehatan Reproduksi Remaja Putri dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi di Desa Kedungkumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan.
terungkap dan menggunakan sampel yang lebih besar, kuesioner yang telah di uji cobakan sehingga hasilnya lebih valid serta dapat digeneralisasikan.
hygiene dengan faktor lain yang belum
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan perilaku remaja putri dalam memperbaiki personal
langsung kepada remaja putri. Sehingga remaja putri faham tentang pentingnya perilaku personal hygiene.
hygiene baik melalui kader atau secara
Merupakan bahan pertimbangan untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Perlunya meningkatkan penyuluhan tentang perilaku personal
hygiene sehingga kesehatan alat reproduksi pun meningkat.
Dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi untuk memperbaiki perilaku personal
Keluarga perlu meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang perlunya perilaku personal hygiene remaja putri pada saat menstruasi.
2. Saran
(95%). 3) Ada Hubungan Pengetahuan
ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik
1) Lebih dari setengah remaja putri berpengetahuan kurang (60%). 2) Hampir seluruhnya remaja putri perilaku personal hygienenye kurang
1. Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN . …
(Syaifuddin, 2002). Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan perilaku personal hygiene menstruasi.
Pengetahuan kesehatan reproduksi yang kurang akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan seseorang. Bila pengetahuan baik maka akan mempengaruhi sikap dan perilaku yang baik pula dan sebaliknya. Jika pengetahuan kesehatan reproduksi kurang maka dampak yang akan terjadi selalu diabaikan. Hal ini karena berdasarkan kajian teoritis yang ada salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku personal hygiene. Namun demikian perilaku personal hygiene pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah yaitu 36 remaja putri atau 60% memiliki pengetahuan kurang serta seluruhnya yaitu 36 remaja putri atau 100% memiliki perilaku personal hygiene yang kurang. Perilaku ini dipengaruhi oleh bermacam-macam hal diantaranya pengetahuan. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Soekidjo, 2003).
Kedungkumpul juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana diwilayah tersebut kebanyakan mengikuti adat bahwa dalam kondisi menstruasi tidak diperkenankan untuk mencuci rambut dan memotong kuku sehingga personal hygiene kurang terjaga.
personal hygiene remaja putri Desa
Selain pengetahuan, perilaku
fisik maupun non fisik seperti peran orang tua, mutu pelayanan kesehatan, sosial budaya dan sebagianya (Soekidjo, 2007).
3. Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan perilaku personal hygiene menstruasi
- (2003). Pendidikan dan
Sunaryo, (2004). Psikologi untuk
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba
Mustika Nursalam & Siti Pariani, (2001). Pendekatan
Praktis Metodologi Riset Keperawatan . Jakarta : Salemba
Medika. Syaifuddin, (2002). Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : YBPSP
Syaifuddin, (2006). Anatomi Fisiologi untuk
Mahasiswa . Jakarta : YBPSP
Keperawatan . Jakarta : EGC
dan Ilmu Perilaku . Jakarta : Rineka
Soedjiningsih, (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya .
Jakarta : Sagung Seta Wahit iqbal Mubarak, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC
Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan ProsesKeperawatan .
Jakarta : Salemba Medika Wiknjosastro, hanifah. (1999). Ilmu
Kandungan . Jakarta : YBPSP
Yudhi, (2008). Untaian Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Awal. www.yudhim.blogspot.com di akses pada tanggal 16 maret 2010, pukul
Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Cipta
- (2007). Promosi Kesehatan
Keperawatan dan Teknik Analisis Data . Jakarta : Salemba Mustika
. . . DAFTAR PUSTAKA . . .
Al-Mighwar, Muhammad, (2004). Psikologi
Remaja . Bandung : CV Pustaka Setia Bobak, (2004). Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC Harahap, julianto. (2003). Kesehatan
Reproduksi pdf. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Hidayat,(2009). Konsep Personal Hygiene. www.asetmandiri.com di akses pada tanggal 16 maret 2010, pukul 09.00 WIB
Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, AAA. (2007). Metode Penelitian
Hurlock, (2001). Psikologi Perkembangan
Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
. Jakarta : Erlangga Ivones, jeanny (2009). Menstruasi . www.tanyadokter.com di akses pada tanggal 16 maret 2010, pukul 10.12 WIB
Manuaba,
IBG . (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta : EGC Niken jayanti, (2010). Konsep Remaja . www.rentalhikari.com di akses pada tanggal 16 maret, pukul 09.05 WIB
Nilna, (2009). Hygiene Menstruasi. www.inioke.com di akses pada tanggal 16 maret 2010, pukul 10.15 WIB
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan . Jakarta :
Rineka Cipta
10.00 WIB