MENGAPA HARUS bekeja lebih KARTINI

MENGAPA HARUS KARTINI ?
Mengapa harus Kartini? Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari
Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani
dibandingkan Kartini?
Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah
menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional
Indonesia.
Di sini penulis tiada maksud sama sekali untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai
positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang keIndonesia-an.,tentang otentitas sejarah.
Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi
Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional
pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk
menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia?
Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari
Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu?
Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua
orang Indonesia paham maknanya.
Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asalmuasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini
kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane
diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan semasa era Politik

Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon
tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai
orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita
yang berpikiran sekritis dan semaju itu.
Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada
banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika
di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini
pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih
dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang
pendidikan kaum wanita.

Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri
(1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (18841972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah
Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi
jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai
jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Kalau Kartini hanya menyampaikan dalam surat, Sartika dan Rohana sudah lebih jauh
melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh
Abendanon yang ber inisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya
secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu

(Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera
(Medan).
Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiran-pikiran Rohana dalam berbagai surat kabar
itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau
melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah
Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri
pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat
yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku
Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama wanita.
Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa
bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih
Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak
Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti
menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.
Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman
yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita
tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah
wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat
jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya
hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.

Jadi, secara sederhana kita bisa simpulkan bahwa disini banyak sekali terjadi Distorsi
(pengkaburan) sejarah yang berlangsung secara sistematis, massif dan terstruktur. Kita selaku
umat harus kritis menyikapi hal ini. Jangan sampai senang terus-menerus dicekcoki oleh
sejarah-sejarah manupulatif bikinan Kolonial penjajah beserta antek-anteknya.

Masyarakat Indonesia, khususnya umat islam, sesungguhnya memiliki sejarah keemasan
yang panjang. Baik pada zaman kerajaan-kerajaan, zaman pra kemerdekaan, serta pada saat
perjuangan kemerdekaan. Namun, sepertinya banyak pihak yang ingin menegasikan hal
tersebut. Banyak pihak yang sedari awal sampai dengan sekarang mencoba menjauhkan islam
dari umat islam Indonesia (sekularisasi). Salah satu caranya adalah dengan mengkaburkan
sejarah negeri mereka sendiri. Waspadalah !
Sumber :
Fanpage Facebook UEFA Champions League News

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI WANITA SEKAR KARTINI JEMBER (FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS IN KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER)

0 23 4

Sunat memperluas basuhan dari yang wajib, seperti membasuh muka lebih luas, tangan, kaki_1

0 4 1

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL TRY OUT BENTUK OBJEKTIF PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XII JURUSAN AKUNTANSI SMK KARTINI JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

0 6 8

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL TRY OUT BENTUK OBJEKTIF PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XII JURUSAN AKUNTANSI SMK KARTINI JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

0 12 18

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK PAUD KARTINI DI KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 13 15

Info lebih lanjut hub: Lembaga Penelitian Universitas Jember Jl. Kalimantan No.37 Jember telp. 0331-339385 Fax. 0331-337818

0 24 2

Kajian diksi dan gaya bahasa pada ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri Berbahasa Indonesia melalui SMS ini, dimaksudkan untuk menganalisis lebih dalam isi ucapan tersebut. Ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri melalui kartu ucapan kini mulai tergusur karena

0 25 14

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi Un

0 9 361

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DITINJAU DARI BAURAN PEMASARAN PADA PASAR TRADISIONAL BAMBU KUNING DIBANDINGKAN DENGAN PASAR MODERN MALL KARTINI (Studi pada Pasar Tradisional Bambu Kuning Bandar Lampung)

0 17 61

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD GUGUS KARTINI JEPARA

0 20 269