Administrasi Negara Berkembang Fred W.

MAKALAH
ADMINISTRASI NEGARA
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI NEGARA DI NEGARA-NEGARA
BERKEMBANG

KELOMPPOK 3 :
1.

8.

2.

9.

3.

10.

4.

11.


5.

12.

6.

12.

7.

14.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TAHUN AJARAN 2015/2016
DAFTAR ISI

1.

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Ujuan Penulisan

2.

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 METODE DAN RUANG LINGKUP
a. Gambaran Tentang Administrasi Negara
b. Ciri-Ciri Masyarakat Transisi
c. Pendekatan Struktural Fungsional
d. Variabel-Variabel Yang Bersangkutan
e.Perubahan Endogen Dan Eksogen
f. Dinamika Perubahan Dalam Masyarakat Transisi

2.2 ADMINISTRASI NEGARA PRISMATIK MODEL SALA
a. Kekuasaan Birokrasi Dan Pemborosan
b. Pembalikan Rasio Kekuasaan Birokrasi Terhadap Efisiensi
c. Biro Prismatik Atau Model Sala
d. Birokratisme Dan Perekrutan Elite

e. Poli-Normatifisme Dan Disensus Dalam Model Sala

3.

BAB III : PENUTUP
3.1

Kesimpulan

3.2

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam Negara-negara berkembang membutukan administrasi Negara untuk itu dalam
makalah ini kita akan membahas bagaimana administras negara di Negara-negara berkembang.
Fred W Riggs menciptakan model khusus digunakan untuk menelaah dan menganalisis sistem
administrasi negara yang ditemukan dan berada di dalam masyarakat yang sedang berkembang

atau berubah dalam proses perubahan yang terjadi dari tipe masyarakat yang tradisional ke tipe
masyarakat modern.
Didalam administrasi Negara di Negara-negara berkembang memeliki dua model yaitu
model sala dan model prismatik.Asumsi yang digunakan dalam munculnya Model SALA, adalah
bahwa

Masyarakat berubah dan berkembang secara unilinear/searah dari kutub tradisional

menuju kutub yang lain yaitu modern, Percepatan perubahan yang dialami dan dilakukan oleh
negara, bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia tidak sama, Negara yang dapat diklasifikasikan
ke dalam kutub tradisional sebagai awal perkembangan masyarakat sudah amat sulit ditemukan
atau boleh disebut hampir tidak ada. Nama SALA sebagai sebutan administrasi Negara pada
Negara-negara atau masyarakat yang sedang berkembang (prismatic society), diambilkan dari
nama sebuah bagian dari bangunan rumah tinggal yang ditemukan di daerah Amerika Selatan.
Bangunan ini agak terpisah dari rumah induk tetapi tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan
atau tetap masih menyatu dan ada fasilitas penghubungnya. Bangunan ini oleh orang-orang
Eropa/Barat biasa menyebutnya sebagai Paviliun. Bentuk bangunan seperti ini hanya ditemukan
pada sedikit orang dalam masyarakat atau hanya pada orang-orang tertentu saja (yang biasanya
memiliki kemampuan yang lebih besar dalam banyak hal). Bagian bangunan yang pada
umumnya tidak lebih besar dari bangunan induk digunakan secara khusus untuk melakukan

aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan masyarakat luas. Jadi merupakan konsep rumah
tinggal yang menyatu dengan tempat bekerja.
Masyarakat yang sedang berubah/bergeser/berproses/bergerak dari model masyarakat
tradisional ke model masyarakat modern oleh Fred W Riggs diberi nama model Masyarakat
Prismatik yang di dalamnya tercampur karakteristik tradisional sekaligus juga karakteristik
modern yang diakui dan berlaku di dalam masyarakat. Model Prismatik yang digunakan oleh
Fred W Riggs untuk menyebut masyarakat yang sedang berkembang atau berubah berasal dari

kata prisma. Prisma merupakan sebuah benda yang berbentuk bidang segitiga yang mampu
memunculkan beraneka warna yang berbeda jika ada sebuah sinar disorotkan kepadanya, atau
dari satu menjadi banyak dengan warna yang berbeda-beda dalam suatu waktu dan tempat ibarat
seperti pelangi
Masyarakat diasumsikan seperti itu, yaitu masyarakat tradisional dianalogkan sebagai sinar
yang tunggal (sebelum masuk ke dalam bidang prisma), sedang masyarakat modern dianalogkan
sebagai aneka warna (yang muncul selepas bidang prisma) dan masyarakat yang sedang
berkembang atau prismatik adalah bidang prisma itu sendiri yang didalamnya terjadi proses
berubahnya sinar yang tunggal untuk menjadi beraneka warna.
Pada kondisi sekarang sulit mendapatkan realitas yang berada di kedua ujung ekstrim dari
model agraria dan industria, yang ada kebanyakan dalam keadaan transisi (transitional society)
dari tradisonal/agraris ke modern/industri. Untuk ini diciptakanlah model masyarakat prismatik

(prismatic society), yaitu suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri tradisional atau agraria
bersamaan dengan ciri-ciri modern atu industria.
1.2 Perumusan Masalah
A.Metode dan Ruang lingkup
1. Bagaimana gembaran tentang administrasi Negara
2. Bagaimana ciri-ciri masyarakat transisi
3. Apa pendekatan struktur fungsional
4. Apa variable –veriabel yang bersangkutan
5. Bagaimana perubahan endogen dan eksogen
6. Bagaimana perubahan dalam masyarakat transisi
B. Administrasi dalam Negara pismatik dalam model sala
1. Bagaimana kekuasaan birokrasi dan pemborosan
2. Bagaimana Pembalikan rasio kekuasaan birokrasi
3. Apa biro prismatik atau model sala
4. Bagaimana Birokratisme dan perekrutan elit
5. Bagaimana Poli-Normatifisme dan sensus dalam model sala

1.3 Tujuan penulisan
A.Metode dan Ruang lingkup
1. Utuk mengetahui bagaimana gambaran tentang administrasi negara.

2. Uuntuk mengetahui bagaimana cirri-ciri masyarakat transisi.
3. Untuk mengetahui Apa pendektan dari structural fungsional.
4. Untuk mengetahui Apa variable- yang bersangkutan.
5. Untuk mengetahui Bagaimana perubahan Endogen dan Eksogen.
6. Untuk mengetahui Bagaimana dinamika perubahan dalam masyarakat transisi.
B. Administrasi Negara prismatic model sala
1. Untuk mengetahui bagaimana kekuasaan birokrasi dan pemborosan
2. Untuk mengetahui bagaimana pembalikan rasio kekuasaan birokrasi
3. Untuk mengetahui Apa itu biro prismatic atau model sala
4. Untuk mengetahui Bagaimana birokratisme dan perekrutan
5. Untuk mengetahui Bagaimana poli-normatif dan disensus dalam model sala

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 METODE DAN RUANG LINGKUP
A. Gambaran Tentang Administrasi Negara
Kita tidak baas bicara tentang administrasi tanpa memiliki model – model tertentu atau
konsep tentang bagaimana system administrasi itu berjalan, sama halnya dengan gagasan
yang kita miliki tentang bagaimana system pasar berjalan, bagaimana harga di sesuaikan

agar tercapai keseimbangan penawaran dan permitaan.Dalam kasus administrasi,model
dasar ini menganggap eksistensi pemerintahan yang berbeda secara struktural tunduk pada
control organisasi politik seperti partai politik parlemen dan pendapat umum .Organisasi
politik yang dibentuk menurut rumusan yang disebut “Konstitusi” ini meletakkan
seperangkat tujuan serta kebijakan yang dikenal sebagai” Hukum” dan “Peraturan”.
Dibawah control organisasi terdapat perlengkapan administrasi atau birokrasi yang
bertugas melaksanakan hukum. Birokrasi, secara politis di anggap netral : tidak ikut
menentukan kebijakan, tidak memiliki kepentingan sendiri, menjalankan kekuasaaan yang
penting-penting dengan kata lain ia adalah pegawai pemerintah yang patuh, yang berarti
juga pelayanan masyarakat yang dimiliki suatu rezim.
Model dministrasi Negara boleh dikatakan sama dengan model pasar dalam contoh situ
sumberdaya yang mesti dipencar di anggap lanngkah, sedang tujuan – tujuan yang harus di
capai dianggap sudah ada - memperbesar keuntungan mejalankan kebijakan- sehingga
tujuannya adalah mengalokasikan sarana – sarana material dan manusia secara nasional
dengan kata lain dalam suatu situasi tertentu model administrasi menganggap bahwa
berbagai pilihan harus dapat dan mesti dilakukan Karena sarana – sarana yang ada memang
tidaklah memadai.
Ada beberapa model administratif yaitu :
1. Model-Model Administrative Substantive Versus Formal
Oleh sebab itu, apakah dalam administrasi kita tidak bisa menerapkan kperbedaan yang

sama seperti yang dijabarkan Polanyi pada ekonomi yaitu perbedaan antara
administrative formal dengan substantive. Walaupun administrasi substantive harus

terjadi tanpa suatu biro, persis seperti ekonomi substantive yang tidak perlu mensyaratkan
adanya pasar akan tetapi tanpa kebijakan-kebijakan dan birokrat-birokrat, kegiatan
pemerintah

tidak dapat dilakukan. Walaupun demikian, yang penting dewasa ini

bukanlah masalah cara pemerintahan yang birokratis lawan traadisional. Dalam dunia
kontemporer masayarakat-masayarakat transisi itu berusaha untuk tetap hidup dan
melindungi nilai-nilai mereka yang paling luhur. Untuk itu, mereka tidak dapat lagi
mengandalkan metode-metode administrative dan ekonomi teradisional.
2. Model Deskriptif Lawan Preskriptif
Seperti halnya ekonomi formal yang mengharapkan adanya pasar yang rasional maka teori
administrative formal pun mensyaratkan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan sebagai
suatu tujuan normative. Dengan kata lain, teori administrative tidak hanya meminta kita
untuk melihat apa yang ada sekarang ini atau apa yang telah ada tetapi juga apa yang
seharusnya ada. Sebenarnya titik berat pembicaraan dalam buku-buku administrative
lebih banyak berbicara dengan preskripti, apa yang disebut dengan prinsip-prinsip

administrasi Negara antara lain ialah kekuasaan harus disesuaikan dengan tanggung
jawab, fungsi staf harus jelas tepisah dengan fungsi lini, komunikasi harus dua arah, gaji
harus sesuai dengan kerja.
Pertanyaannya adalah apakah suatu model ini dapat diterapkan pada semua kasus atau
tidak. Mungkin pertanyaan ini dapat dijawab kecuali kita tahu banyak tentang kasus itu.
Dengan kata lain kita membutuhkan kemampuan analitis serta deskriptif yang menyeluruh
mengenai apa yang terjadi sekarang sebelum kita dapat membuar penilaian-penilaian yang
bermanfaat mengenai apa yang harus dilakukan, perubahan-perubahan yang harus dibuat.
Model perilaku administrasi sebagaimana hal dengan model ekonomi diilhami dari
pengalaman masyarakat barat dengan pasar dan bironya telah dan setidak-tidaknya
disamakan gambaran yang telah ada pada model tersebut. Tentu saja kita tidak
menganggap bahwa dalam masyarakat transisi dapat diuraikan dengan tepat dalam istilah
yang demikian walaupun sebenarnya kita terpancing utnuk melakukannya.
Kecenderungan untuk menerima begitu saja model-model itu sebagaimana berasalnya
dari kurangnya model-model alternative. Para administrator kerajaan inggris yang
dibingungkan oleh masalah hasil tanah jelas telah memiliki suatu pendangan yang berbeda

dengan mengenggap bahwa ada alternative berupa dikotomi antara sewa dan pajak. Ketika
model redistributive diketengahkan maka kemungkinan alternative menjadi jelas.
Demikian juga halnya dengan kemungkinan menguraikan realitas administrative dalam

istilah lain dari biro administrasi formal serta criteria efisiensi lahir hanya ketika modelmodel alternative telah tersedia. Alternative yang demikian selanjutnya member kita suatu
cara yang mudah untuk menganalisa kondisi-kondisi dimana suatu prinsip administrasi
yang khusus mejadi relevan dan bermanfaat.
B. Ciri-Ciri Masyarakat Transisi
Dewasa ini neagaara yang sedang mencoba untuk mempercepat industrialisasinya yang
popular dipanggil dengan sebutan “masyarakat transisi”. Kita dapat beranggapan bahwa
pemerintahan transisi khususnya merupakan campuran daari tradisional dan modern, ketua
desa atau pimpinan suku bergabung dengan pejabat secretariat yang berpengalaman dan
berasal dari kota, gabungan iini dapat terjadi disepanjang berbagai dimensi, misalnya
dimensi kota-desa. Sejumlah besar campuran sikap, praktek serta sifat heterogenitas ini, satu
model yang hanya menandai satu elemen dalam campuran tesebut. Kita dapat menerima
bahwa administrasi subtansif dalam setiap masyarakat transisi sangat heterogen.
Ada 3 ciri-ciri masyarakat transisi :
1. Heterogenitas
Yakni perbedaan dan percampuran yang nyata antara sifat-sifat tradisional dan modern.
Pada masyarakat yang sedang berada dalam proses industrialisasi dan modernisasi,
dimana yang lama dan yang baru berada dalam suatu campuran yang heterogen, kadangkadang mempunyai kesan bahwa administrasi dapat dilihat sebagai hal yang terpisah.
2. Overlaping
Merupakan gambaran kelaziman adanya tindakan antara berbagai struktur formal yang
dideferensiasikan dan dispesialisasikan dengan berbagai struktur informal yang belum
dideferensiasikan dan dispesialisasikan.
3. Formalisme
Menggambarkan adanya ketidaksesuaian dalam kadar yang cukup tinggi antara berbagai
hal yang telah ditetapkan secara formal dengan praktek atau tindakan nyata di lapangan.

Ketidaksesuaian antara norma-norma formal dengan realita. Semakin formalistis situasi
administrasi maka semakin kurang pengaruhnya terhadap perubahan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma yang digariskan. Sebaliknya, bila satu sistem sangat realistis, maka
realisme tersebut dapat dicapai hanya melalui usaha yang terus-menerus untuk
mempertahankan persesuaian
C. Pendekatan Struktural Fungsional
Suatu struktur adalah setiap pola perilaku yang telah menjadi ukuran dasar suatu sistem
sosial. Jadi, suatu biro pemerintahan dapat dilihat sebagai suatu “struktur”, atau perangkat
keseluruhan struktur yang terdiri dari sejumlah besar kegiatan yang dilakukan oleh para
pegawai dalam suatu biro. Struktur mencakup juga tindakan-tindakan, yang hanya
berhubungan dengan tujuan serta kerja biro. Adapun fungsi ialah setiap konsekuensi dari
suatu struktur, sejauh mempengaruhi struktur-struktur lain atau sistem secara keseluruhan
dimana struktur itu merupakan bagiannya. Analisa struktural tentu saja menjurus kepada
pengkajian fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh struktur, dampaknya terhadap struktur
yang relevan lainnya.
Ciri-ciri hubungan umum antara struktur dan fungsi akan membantu mengenali
perbedaan penting antara sistem administratif tradisional, transisi dan modern. Berdasarkan
fungsi-fungsi yang dilakukan, struktur beragam adanya. Dengan pengertian ini, keluarga,
terutama keluarga besar masyarakat tradisional, boleh jadi melaksanakan beberapa fungsi
yang sangat luas, tidak hanya berperan sebagai pelacak keturunan atau reproduksi biologis,
tetapi juga dalam fungsi pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. Sebaliknya
suatu biro statistik tenaga kerja memiliki fungsi yang jauh lebih terbatas dan eksklusif,
seperti mengumpulkan serta mengkomunikasikan jumlah pengangguran dan tingkat upah.
Apabila satu struktur melaksanakan sejumlah besar fungsi, maka struktur tersebut
“tersebar secara fungsional” dan disebut model memencar (diffracted); yang demikian
merupakan gambaran masyarakat modern. Bilamana satu struktur melaksanakan fungsi
terbatas, maka struktur tersebut “khusus secara fungsional”dan disebut model memusat
(fused); yang demikian merupakan gambaran masyarakat tradisional. Sedangkan masyarakat
prismatik (transisi) adalah antara kedua masyarakat sebelumnya tradisional dan modern.
Terminologi tersebut diambil dari analisa cahaya dan fisika menunjuk pada proses di mana

cahaya yang berwarna putih dipencar oleh panjang garis gelombang ke dalam spektrum
pelangi berwarna banyak.
Sinar yang menyatu terdiri dari semua frekuensi, seperti halnya dengan sinar berwarna
putih; sedang sinar yang membias memisahkan komponen frekuensi, seperti dalam
spektrum. Oleh karena itu, struktur komponen masyarakat “yang memusat” sangat
menyebar; sedang dalam masyarakat “diffracted” sangat terinci.

D. Variabel-Variabel Yang Bersangkutan
Perlu diingat bahwa skala ini hanya ditujukan pada variable penting yaitu tingkat
kekhususan fungsional struktur, yang kelak akan dimasukan ke dalam analisa. Kembali
pada variable terolah pada kaum parsonian, kita dapat berhipotesa bahwa universalisme
orientasi prestasi akan menduduki peringkat tertinggi dalam model memencar sedang
partikularisme dan askripsi menduduki peringkat tertinggi dalam model memusat
sementara model prismatic berada di antara skala itu. Tetapi korelasi yang demikian
merupakan masalah hipotesis bukan masalah defenisi. Atau yang tidak korelasi tersebut
dalam dunia nyata dapat diuji melalui pengamatan. Batasan model memencar hanya
menegaskan bahwa

system itu terdiri dari struktur yang secara fungsional spesifik.

Semasih merupakan masalah penelitian. Mungkin masalah itu dapat diperjelas dengan
menggunakan beberapa variable yang tak dapat dianggap berkorelasi yang alamiah dengan
tingkat pemencaran. Kepadatan penduduk mmisalnya, adalah variable demografi yang
penting, tetapi orang tentu saja kepadatan penduduk itu cenderung tinggi atau rendah dalam
system memencar atau dalam sistem prismatic atau memusat. Dilain pihak mungkin bisa
diduga adanya korelasi kasar atau ukuran penduduk memencar. Boleh jadi system politik
yang memencar dapat mempertahankan control efektif atas daerah-daerah yang memencar
ketimbang system politik yang memusat, dan kebutuhan bagi suatu daerah substantive
untuk menopang organisasi masyarakat memencar yang komplek akan lebih besar dari
pada mempertahankan aturan-aturan masyarakat memusat yang sederhana. Walau demikian
orang dapat membayangkan bahwa masyarakat memusat memiliki jumlah penduduk padat
dan masyarakat memencar memiliki penduduk jarang. Kasus yang tipikal mungkin dapat
dilihat pada AS dan US yang dinggap memencar dn berpenduduk padat. Masyarakat
Afrika, Suku Indian Amerika dianggap relative memusat dan berpenduduk jarang.

Salah satu variable penting untuk tujuan kita adalah bagaimana cara distribusi kekuasaan
dalam satu masyarakat. Kita dapat membayangkan satu skala distribusi kekuasaan berkisar
dari system yang sangat terkonsilidasi ke system yang sangat terpilah-pilah. Ketika
semakin banyak variable yang dimasukan dalam skema analisis ini, maka pendekatan yang
diketengahkan bukan sederhana atau merupakan skema evolusioner satu arah. Menyatakan
bahwa dua Negara pada waktu tertentu sama-sama model perismatik, tidak harus
mencakup adanya persamaan yang lebih besar diantara mereka daripada menyatakan
bahwa mereka memiliki ukuran penduduk atau tingkat kematian bati, atau pendapatn per
kepala, tingkat konsumsi kalori yang sama. Semua variable dapat berubah satu dengan
yang lainnya. Dua msayarakat yang sama-sama prismatic dalam hal tertentu dapat sangat
berbeda satu sama lain. Tentu saja masyarakat tidak dapat berbaur secara homogen. Kita
mengetahui bahwa tingkat heterigenitas yang tinggi merupakan kualitas prismatic tetapi
tingkat heterogenitas itu sendiri berbeda dalam dua masyarakat yang sama- sama condong
ke masyarakat prismatic. Misalnya orang berharap bahwa Negara yang sebesar India akan
menunjukkan heterogenitas yang lebih tinggi ketimbang Muangthai. Dengan demikian kita
dapat melihat bahwa semakian prismatic dan heterogen suatu masyarakat maka akan
semakin besar kesenjangan masyarakat pedesaan dan perkotaannya. Dalam msyarakat
memusat itu, jarak kota dan desa itu tidak begitu besar. Dalam masyarakat memusat kita
sebaliknya tidak berharap untuk menemukan struktur yang secara khusus terorientasi kea
rah fungsi administartif. Hal ini tidak berarti bahwa fungsi-fungsi administrative tidak
dijalankan tetapi hasil-hasil itu lebih bersifat insidentil dari pelaksanaan fungsi yang bukan
terspesialisasi. Adalah lebih sulit menandai struktur dalam model prismatic. Walau
demikian kita dapat membahas beberapa hal tentang hal itu. Fungsi-fungsi administrated
dapat dijalankan baik oleh struktur konkrit yang berorientasi terutama pada struktur
maupun pada fungsi administrative tertentu yang berjalan dengan sangat efektif dan efisien
seddang struktur yang demikian tidak ditemukan dalam lapangan atau bagian lain dalam
satu masyarakat. Pada pemerintahan pusat di dalam masyarakat transisi, dapat ditemukan
lembaga-lembaga yang efisien untuk mengatur telekomunikasi sedang si desa-desa atau
daerah terpencil tidak terdapat badan-badan yang terspesialisasi bagi administrative.
E. Perubahan Endogen Dan Eksogen

Grafik diatas menunjukan, sumbu horizontal untuk mengukur kekuatan tenaga endogen
sedang sumbu vertical mengukur kekuatan teanga eksogen. Kurva I menunjukan tingaka

pemencaran yang sangat tinggi. Kurva III menunjukan pemencaran yang rendah, dan kurva
II menunjukan tingkan antara (model prismatic).
Suatu masyarakat yang terletak dibutir 1 adalah masyarakat yang pertama memperoleh
status memencar yang sangat tinggi disebabkan oleh tenaga endogennya.butir ke-2 kurang
memiliki dasar endogen bagi pemencara, tetapi disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang
memaksa dari tenaga endogen terhadap masyarakat itu, maka mungkin ia akan sangat
memencar. Di butir 3 kombinasi tenaga endogen dan eksogen yang lunak menghasillkan
tingkat pemencaran yang tinggi.
Pada ujung sebaliknya, masyarakat di butir 6 relatif tetap merupakan masyaarakat
memusat, ini disebabkan oleh lembaga tenaga endogen utuk sebuah perubahan, sedang
pengaruh luar untuk pemencaran tidak begitu berarti selama semua masyarakat lain tetap

merupakan masyarakat memusat dan tenaga endogen bagi pemencaaran tetap lemah, maka
sebagian besar masyarakat yang ada tetap berada dekat dengan butir 6.
Masayrakat dapat menjadi prismatic apakah di bawah pengaruh dominan kekuatan
endogen, seperti dibutir 4, atau dibawah pengaruh dominan kekuatan eksogen, seperti
dibutir 5. Dari penjelasan itu jelas bahwa konfigurasi kekuatan menimbulkan perubahan di
butir 4 akan berbeda dengan butir 5. Yang pertama adalah masyarakat endo-prismatik atau
pra-modern, sedang yang kedua adalah masyarakat ekso-prismatik atau trasnsisi.
Masyaratkat yang mengalami pemencarn melalui kekuatan endogen dapat disbut sebagai
endo-prismatik, sedang masyarakat yang berubah disebabkan oleh tekanan yang berasal dari
luar atau eksogen disebut system ekso-prismatik.
6. Dinamika Perubahan Dalam Masyarakat Transisi
Secara konkrit beberapa perubahan yang terjadi ketika masyarakat tradisional berhadapan
dengan ancaman kekuasaan masyarakat industry. Di tingkat yang paling sederhana, dampak
eksternal Negara industry terhadap massyarakat tradisonal dapat dilihat dalam dunia militer.
Kekuatan dari luar tiba dengan organisasi dan persenjataan yang jauh lebih unggul serta
tidak dapat dilawan hnya dengan menggunkan busur dan panah. Karena itu Negara yang
terancam perlu untuk meniru organisasi militer dan persenjataan modern tersebut.
Masalah pertahanan tersebut tidak hanya mencapuk aspek militer saja. Organisasi internal
Negara tradisional itu harus disusun kembali, termasuk penataan birokrasi Negara. Ancaman
militer biasanya muncul bukan dalam bentuk serangan langsung terhadap rezim di pusat,
tetapi sebagai serangan terhadap daerah pinggir di perbatasan. Daerah yang demikian
mungkin sekali kurang terorganisisr pertahanannya, dan penguasa atau administrator daerah
yang mungkin sedang terlihat dalam usaha perbutan kekuasaan dengan pemerintah pusat
yan mungkin feudal atau birokratis, atau dengan Negara bagian dan suku lain. Karena itu
pertama-tama mungkin ada sambutan bagi pejabat atau pedagang asing, sebab meraka
menyediakan sarana untuk memperkuat atau memperkaya kedudukan penguasa daerah yang
sedang berhadapan langsung dengan pemerintah pusat atau penguasa serta pemimpin
saingan yang menuntut lebih banyak upeti atau memaksa untuk menghabiskan lebih banyak
lagi biaya untuk pertahanan.

Tetapi pada akhir konflik kepentingan dengan orang-orang asing tersebut menjurus pada
pertikaian; pihak musuh atau asing yang sudah sempat berakar itu untuk menutut perluasan
atau proteksi bagi pabrik-pabrik, konsesi, hal-hal pribadi dan sebagainya.
Danil Lerner menyimpulkan bahwa masyarakat tradisional sudah memudar dalam
kehidupan sosial budayannya. Disebabkan adanya ekspansi Barat sejak 1500, akan tetapi
berbentuk kolonialisme dan imperialism.Sehingga untuk pertama kali menghubungkan
masyarakat seluruhnya

menjadi satu ikatan pergaulan. Tesis utama memudarnya

masyarakat tradisional adalah penyangkalan terhadap “karakter manusia” dan “determinasi
sosial” persfektif pokok memudarnya masyarakat adalah perilaku dalam konteks perubahan
sosial. Memudarnya masyarakt tradisional akan tampak jelas apabila dilihat dari tiga
dimensi perubahan sosial yaitu: dimensi structural, kulturaldan interaksionial.
Perubahan dari masayarakt transisi ke masyarakat tradisi adalah terjadinya konflik nilai.
Keadaan konflik nilai ini akan menghasilkan sesuatu yang polinartif dalam berbagai hal.
Dalam hal mobilitas pada masyarakat trdisional cenderung manjadi mobilitas sistematis.
Artinya, mobilitas sosial, fisik dan jiwa berjalan bersama. Pada masyarakat transisi, terjasi
pengujian lembaga atau institusi ke dalam keutuhan mendesak atau aspirasi baru sebagai
hasil pemikiran atau gagasan baru. Proses modernisasi yang digerakkan pemerintah
menimbulkan berbagai bentuk gabungan antara tradisi dengan modern, sebagai contoh
perpaduan antara tradisi dengan modern. Dalam masyarakat prismatic, gerakan perubahan
cenderung munsul akibat system “eksoprismatik” Nampak lebih memungkinkan. Mengingat
isu stabilitas lebih diutamakan bahkan menjadi panglima dalam pengaturan masyarakat.
Keadaan ini jelas mempunyai implikasi terhadap pengembangan teori perubahan. Sebab
bagaimanapun kuatnya pengaruh “eksoprismatik”, unsur “endoprismatik” merupakan
sesuatu yang harus diperhitungkan. Fenomena ini terlihat pada semakin berkembang dan
kuatnya lembaga swadaya masyarakat dan semakin kuatnya keinginan mandiri dari
kelompok-kelompok pembangunan di pedesaan.

2.1 ADMINISTRASI NEGARA PRISMATIK MODEL SALA
A. Kekuasaan Birokrasi Dan Pemborosan
Masalah utama administrasi yang menjadi perhatian ialah efiaensi dan efektifitas
pelaksanaan kebijakan, yakni orietasi yang menggunakan symbol: POSDCORB.
Administrasi ditinjauh dari perngertian manajerial, kesinambungan kegaitan,analisis
kegiatan dimana didalamnya ditentukan berbagai peraturan, udang-undang, kode, dan
norma-norma yang harus dilaksanakan dengan segera dan sederahan. Demi kepentingan
penyederhanaan maka pegawai pemerintahaan merupakan instrument yang mempunyai nilai
netral (value neutral), dia bukan mekanisme birokrasi, hanya sekedar menjadi pelaksana dan
tidak perlu mengetahui ataupun menayankan kearah mana tujuan tersebut.
Beberapa sarjana ilmu administrasi Negara yang menerapkan pendekatan perilaku telah
menentang asumsi-asumsi tersebut. Mereka menyatakan bahwa organisasi administrasi
sebagai suatu system social, mengkaji karakteristik hubungan-hubungan antar pribadi dan
berbagai factor yang telah mempengaruhi kelangsungan hidup suatu kelompok dan respon
kelompok tersebut terhadap lingkungan meraka.
Namun, kamu behavioralis tidak begitu berminat dengan penggunana kekuasaan yang
dilaksanakan oleh para pejabat pemerintah yang berici birokratis. Dwight Waldo
mengemukakan berbagai asumsi implisit, dimana dinyatakan bahwa kekuasaan tidak
relevan jika tidak ada campur tangan dari para politisi, maka para administrator tersbut akan
dapat mencapi symbol atau epitome rasionalitas, dan menjadi administrator negara yang
baik secara implisit administrastor secara rendah hati mau meneriama peraturan-peraturan
yang digariskan oleh politik, baik secara actual maupun secara ideal. Mereka harus berupaya
melaksanakan peraturan-peraturan tersebut secara rasional, memaksimumkan pengeluaran
pemerintah dan meminimalkan biaya operasional, dan apabila tidak terwujud akan
menghambat pelaksaan kebijakan.
Sebaliknya ada beberapa pendapat menyatakan bahwa bahwa justru para politisilah yang
mempunyai pandangan tidak rasional, tanpa camput tangan politisi, para administrator akan
dapat melaksanakan bidang tugasnya secara rasional secara efektif demi tercapainya
kepentingan masyarakat. Tak dapat diragukan, bahwa literature tentang pengendalian
admnistrasi dan tanggung jawab pegawai pemerintah berkaitan erat dengan masalah krusial
mengenai birokasi. . Namun sebagian besar literature mendukung pandangan bahwa

eksistensi lembaga politik serta peradilan mampu menerapkan wewenang mereka
mengawasi para pejabat pemerintah. Terbitnya literature tersebut setidaknya merupakan cara
untuk memilih antara teknik pengendalian secara efektif dengan teknik pencapaian efisiensi
secara maksimal.
Kita harus mengadopsi berbagai asumsi yang berbada menurut sudut pandang ini, jika
kita hendak memahami model prismatic. Berbagai asumsi tersebut berkandaskan pada dalil
yang sebagian besar berkenan dengan masyarakat memencar, dalam mana fungsi-fungsi
politik dan admnistrasi pada tingst tertentu dilembagakan sebagai struktur yang terpisah.
Berdasarkan pengertian model prismatic tampak jelas bahwa para birokrat sering
menggunakan kekuasaan tertentu dan memiliki kepentingan yang sesuai dengan kekhususan
birokrasi. Oleh karena administrator dipandang penting, jika berbagai peraturan yang rumit
dalam masyarakat industry hendak diterapkan, suatu permasalahan krusial akan dihadaoi
oleh setiap masyarakat politik (polity) yang sedang berkembang yaitu bagaimana
menjadikan para birokrat berada di bawah pengendalian yang cukup efektif agar terjamin
reliabilitas mereka sebagai instrument kebijakan umum.
Tentu saja jika seseorang berhubungan dengan administrasi yang efektif dalam
masyarakat transisi dimana berbbagai kondisi prismatic hadir pada tingkat subtansi tertentu,
maka membangun fondasi politik bagi admnistrasi merupakan pra-syarat penting untuk
mekanisme kerja yang secara formal terinci menjadi perencanaan, personalia, pembelajaan
koordinasi dan semua jaringan dalam POSDCORB.
B. Pembalikan Rasio Kekuasaan Birokrasi Terhadap Efisiensi
Kekuasaan birokrasi dalam model prismatic secara relative lebih besar daripada bobot
kekuasaan birokrasi baik dalam model memusat maupun dalam model memencar. Akibatnya
tingkat efisiensi administrasi birokrasi berubah-ubah secara terbalik menurut bobot
kekuasaan birokrasi itu sendiri. Sehingga efisiensi administrasi dalam system prismatic
lebih rendah daripada dalaam system memusat atau system memencar. Ini pada dasarnya
merupakan kesia-siaan dan pemborosan.
Konsep efisiensi haruslah dibedahkan dengan konsep efektivitas. Efektivitas lebih
mengacu pada jangkauan tujuan yang akan dicapai, sedangkan efisiensi secara relative lebih
mengarah kepada biaya yang dikeluarkan.

Birokrasi prismatic mungkin lebig efektif daripada birokrasi model memusat. Diaktakan
efektif, sepanjang birokrasi dapat mengoperasikan angkutan udara, memfungsikan jaringan
kereta api, membangun pertanian, mendirikan stasiun TV suatu hasil yang secara teknik tak
mungkin dilaksanakan oleh birokrasi model memusat. Akan tetapi biaya per unit untuk
pelaksanaan kegiatan itu bahkan lebih besar dalam birokrasi model prisamtik daripada
jumlah biaya yang dibutuhkan untuk ativitas dalam model memusat.
Motivasi bawaan yang mungkin mendorong pejabat pelaksana berusaha dan mengikuti
jalan rumit untuk mencapai efisiensi, meskipun dengan demikian mereka tergelincir dengan
cara yang lebih mudah ke dalam penyalahgunaan pengelolaan dan kecurangan administrasi
atai disebut administrative prodigality (pemborosan administrasi). Secara singkat
pemerintah prismatic lebih dapat berbuat banyak daripada model memusat, tetapi
membutuhakan biaya yang jauh lebih besar untuk setiap unit keluaran.
Konsep efisiensi juga harus secara jelas dibedakan dari pengertian kepentingan umum.
Disebabkan mitos politik modern berlandas pada asumsi kedaulatan rakyat, maka mitos
politik modern mensyaratkan bahwa basis tunggal bagi keabsahan tindakan pemerintah
adalah pelayanan untuk kepetingan masyarakat.
Dalam system prismatic, bahkan menurut teori perwalian pada dasarnya masyarakat
merupakan pihak keuntungan terpenting dari hasil kegiatan pemerintah, walaupun ia
tergolong sebagai penentang kekuasaan yang nyata. Karena itu pergesaran kepentingan
umum, paling tidak harus Nampak seolah-olah menjadi tujuan pemerintah, yang melekat
dalam dalam model primatik dalam bentuk eksogen.
Hubungan antara kekuasaan ekstra dan efisiensi admnistrasi dapat diungkapkan secara
sederhana. Apabila lembga politik mampu menyusun peraturan secara jelas dan masuk aka,
berikut sanksi-sanksi guna mendukung tercapainya tujuan melalui pemanfaatan birokrasi,
maka para pelaksana akan mempunyai stimulasi yang kuat untuk mendapatkan cara yang
efisien melaksanakan peraturan yang berlaku. Kegagalan akan mendapat hukuman
sedangkan keberhasilan akan mendapatkan penghargaan.
C. Biro Prismatik Atau Model Sala
Untuk setiap model kegaitan birokrasi, kita memerlukan istilah yang sifatnya umum.
Istilah biro dan kantor perlu dipertimbangkan. Biro dapat dengan mudah diberi batasan

sebagai lembaga khusus yang bersifat fungsional yang mengutamakan bidang fungsi
admnistraif, karena sifat secara khas berciri difraksi atau memencar. Dalam konsekuensinya,
istilah biro didefinisikan sebagai suatu skena birokratis yang mencakup tiga model, yaitu :
1. Memencar

Yaitu penemuan baru yang hasilnya memancarkan pengaruh dalam berbagai bidang
kehidupan di masyarakat seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan lain-lain.
Dengan kata lain penemuan baru yang diterapkan di masyarakat mempunyai dampak
yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Keterpengaruhan tata kehidupan
masyarakat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh penemuan
baru dapat berdampak pada perubahan struktur kehidupan sosial budaya masyarakat.
Penemuan baru seperti televisi,radio,internet pengaruhnya memancar ke berbagai arah
yang menyebabkan perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.
2. Prismatik
Yaitu suatu penemuan baru menyebabkan perubahan-perubahan yang menjalar dari
suatu lembaga kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainya. Penemuan
pesawat terbang membawa pengaruh terhadap metode peperangan, kemudian
menambah perbedaan kekuatan antara negara-negara besar dengan negara-negara kecil,
kemudian berpengaruh pada kekuasaan industri-industri besar, dan seterusnya.
3. Memusat
Yaitu beberapa penemuan baru mengakibatkan satu jenis perubahan.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa para petugas adalah para birokrat model memencar
istilah yang dikhususkan untuk bidang admministratif dan secara relative dan efisien.para
birokrat menggunakan kekuasaan secara terbatas serta mendapat pengawasan yang cukup
ketat, agar segala kebijakan yang dilaksanakan terjamin dalam efisiensi tinggi.
Dalam model sala, ketidakpastian harga berarti bahwa beberapa biro mendapatkan
anggaran lebih, sedang biro lain serba kekurangan, semua tergantung apda keahlian serta
besarnya pengaruh pejabat yang harus mempertahankan pengajuan anggaran. Sebagai
konsekuensinya, beberapa ketentuan tidak dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan
anggaran suatu biro.

D. Birokratisme Dan Perekrutan Elite
Pola perekrutan kelompok elit yang mewarnai model prismatic juga memiliki
konsekuensi penting bagi administrasi Negara dan berpengaruh terhadap efisiensi para
pejabat model sala.diketahui bahwa dalam model memencar perekrutan elit politik
berlangsung terutama sekali di luar birokrasi dan khususnya melalui partai partai politik.
Ini berarti keinginan untuk mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan tidak lebih besar
daripada bentuk keududkan lainnya. Bagi mereka yang berusaha mendapatkan kedudukan
di dalam pemerintahan nilai intrinsuknya sama dengan tertarik doleh kepuasan untuk
memperoleh jenjang karir professional, atau kepuasan menerima gaji kecil atau
memperhitungkan keselamatan kerja. Perekrutan pegawai berdasarkan atas penyaringan
dan system jasa. Kan tetapi dalam suatu massyarakat yang memencar, hubungan kesetiaan
keluarga semakin rengang dan timbullah suatu keluarga kecil yang bercorak “keluarga
batih” sehingga pengaruh kekeluargaan dalam proses perekrutan menjadi berkurang.
Sehingga, dalam model prismatic, walaupun pemelihan pegawai juga didasarkan pada
hasil pengujian (formalitas), namun ciri akhir tetap mencerminkan nepotisme. Nepotisme
merupakan cara penerimaan pegawai model prismatic, dimana peertimbangan keluarga
sangat memegan peranan, walaupun dalam pengangkatan, peraturan resmi meneentukan
pengujian non-askriptif. Karena perekrutan lebih dicurahkan pada kepentingan keluarga
dan nepotisme, perhatian terhadap perekrutan yang seharusnya jadi terlupakan. Dalam
model memencar ganjaran terhadap jabatan didasarkan terutama pada profesionalitas,
tetapi dilandaskan akan harapan menyandang predikat penguasa. Jadi pada prakteknya,
para pejabat model sala, direkrut tidak hanya didasarkan atas kemampuan teknis akan tetapi
juga disertai pandangan terhadap mobilitas politiknya, kemampuan untuk mendapatkan
status sebagai elit atau kemampuan membantu rekan merealisasikan ambisi mereka. Calon
pegawai sama diarahkan, baik yang berkaitan dengan potensi kekuasaan jabatan maupun
tanggung jawab profesionalitasnya dan pejabat yang mempunyai wewenang menerima
pegawai baru, cenderung lebih tertarik pasa potensi impak yang akan memperkuat posisi
jabatannya ketimbang konsekuensi aadministratifnya. Kau dihadapkan pada pilihan antara
kesetiaan atau kemampuan bekerja, maka para pejabat model sala lebih memilih kesetiaan.
Jadi, titik-titik untuk menerima keluarga atau teman dekat (persistensis pengaruh
familistis), janganlah diapandang sebagai kelambanan budaya (cultural lag) lembaga

tradisional atau dorongan hubungan darah (kinship), melainkan sebagai kebutuhan para
pejabat model sala memperkuat posisi kedudukannya yaitu dengan mengangkat orangorang yang dapat dipercaya.
Perekrutan yang berbahaya adalah perekrutan yang didasarkan pada komunalisme, karena
itu berarti diskriminasi terhadap kaum minoritas. Akibat komunal didalam hal perekrutan
bisa menimbulkan pengaruh tertentu pada hubungan dengan pengikut. Dakam model sala
bagi mereka yang tidak mendapat posisi pejabat berarti kurang kekuasaan. (tentu saja,
dalam ukuran tertenetu, hal ini tidak berlaku terhadap model memencar karena apabila
beberapa anggota masyarakat tidak memiliki kedudukan, mereka akan mencoba
mengatasinya dengan ccara memperoleh kekuasaan melalui partai politik serta
menggunakan hak pilihnya. Mereka bisa memaksa pihak pemerintah mengambil kebijkankebijakan yang selaras dengan kepentingan komunal meraka). Dalam model prismatic,
bagaimanapun juga, jalur ekstra birokrasi menuju kearah kekuasaan juga tertutup bagi
anggota masyrakat biasa.
Dalam model sala perekrutan birokrasi dilaksanakan sejalan dengan jabatan resmi(seperti
dalam departemen-departemen atau instansi-instansi yang sama), yaitu orang-orang yang
mempunyai indentitas symbol yang sama dengan kedudukan resmi meraka.
5. Poli-Normatifisme Dan Disensus Dalam Model Sala
Semua gambaran model/sala dapatlah kita pertegas sebagai fenomena yang disebut PoliNormativisme. Kalau di dalam instansi yang berciri memencar mensyaratkan adanya
seperangkat “aturan dasar” ataupun “formula” yang dapat diterima oleh para anggota, baik
oleh para pejabat dalam suatu biro maupun para pengikut yang dilayani atau yang diatur.
Walaupun ada juga oposisi terhadap kebijakan tertentu ataupun terhadap peraturan-peraturan
pemerintah serta pelaksanaan administrasinya, namun terdapat semacam kesejajaran
pandangan terhadap ketentuan-ketentuan penting yang mengatur penerapan norma dan
prosedur yang sesuai dangan perubahan-perubahan norman dan hal tersebut merupakan
dasar bagi pemerintah. Bahkan mereka yang tidak menyetujui suatu peraturan tertentu
sekalipun, umpamanya peraturan perpajakan, prosedur perkantoran, tapi umumnya mereka
tetap melaksanakannya secara patuh, sementara terus melancarkan protes berusaha mencari
jalan keluar melalui jalur resmi. Setidaknya keadaan tersebut merupakan gambaran ideal

dari pola masyarakat politik modern dan merupakan persyaratan logis ari suatu system yang
memencar.
Dalam model prismatic, kondisi ini tidak akan pernah ada. Disini seperangkat norma
baru, formula politik dan mitos lama yang didasarkan atas pengalaman Negara luar
mendapat tempat utama dalam tata social, yang secara sinambung telah menyatuh dengan
norma tradisi kuno, formula-formula seta mitos lama. Hasilnya tentu saja menimbulkan
disensus, poli-normativisme serta ketiadaan norma (normlessness).
Pejabat model sala, sementara secara formal mentaati norma-norma yang bersifat spesifik
tetapi secara diam-diam menolak bahkan menganggap tidak berarti atau menganggap tidak
ada norma.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Administrasi negara di negara berkembang terdiri dari beberapa kelompok masyarakat dan
menganut model-model admnistrasi negara model memusat, memencar dan prismatik/model
sala. Salah satu kelompok masyarakat yang di jelaskan oleh Fred W. Riggs adalah masyarakat
transisi. Kata tranisi itu sendiri berarti masyarakat yang berada atau yang sedang bgazeranjak
dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Pada umunya masyarakat yang berada di
negara-negara berkembang adalah masyarakat transisi yang terdiri dari tradisonal sekaligus
masyarakat modern. Fred W. Riggs menempatkan fase transisi didalam perkembangan suatu
masyarakat sebagai prismatik soceity yang apabila ditarik linear terletak anatara apa yang
dinamakan sebagai fused model soceity sebagai masyarakat tradisional dan diffracted soceity
sebagai masyarakat modern. Masyarakat tradisional (fused soceity) disebut riggs dengan
chamber, sedangkan masyarakat modern disebut sebagai office. Adapun suatu masyarakat
yang terletak diantara nya, birokrasiny disebut model sala. Inilah yang dikatakan sebagai
masyarakat prismatik. Masyarakat primatik memiliki 3 ciri-ciri yaitu heterogonitas,
overlapping, dan formalisme.
Didalam negara berkembang juga terdapat Birokrasi merupakan instrumen penting dalam
masyarakat modern yang kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini
sebagai

konsekuensi

logis

dari

tugas

utama

negara

(pemerintahan)

untuk

menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut terlibat dalam
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public goods and services)
baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam keadaan tertentu negara yang
memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara mernbangun sistem
administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan
istilah birokrasi.
Birokrasi bagi sebagian orang dimaknai sebagai prosedur yang berbelit-belit, menyulitkan
dan menjengkelkan. Namun bagi sebagian yang lain birokrasi dipahami dari perspektif yang
positif yakni sebagai upaya untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar
lebih tertib. Ketertiban yang dimaksud adalah ketertiban dalam hal mengelola berbagai

sumber daya yang mendistribusikan sumber daya tersebut kepada setiap anggota
masyarakat secara berkeadilan.

3.2 DAFTAR PUSTAKA
 Fred W. Riggs
Administrasi Negara-negara Berkembang
Teori Masyarakat Prismatik
Diterbitkan untuk Yayasan solidaritas Gadja Mada