Transaksi Dengan Mata UAng asing Pertemuan 11

  

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

Dasar teori

  Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.

  Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar forward. Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.

  Perspektif Transaksi Ganda, Pada perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan.

2.2 Akuntansi untuk transaksi mata uang asing

  Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam dua cara, yaitu:

  1. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing.

  Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas, sedangkan definisi dari mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana suatu entitas beroperasi.

  2. Memiliki kegiatan usaha luar negeri.

  Definisi dari kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan entitas anak, perusahaan asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara atau menggunakan mata uang selain mata uang entitas pelapor.

  3. Selain dua diatas pemerintah juga berpera dalam hal ini. Disamping dua hal di atas, suatu entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang asing. Permasalahan utama dalam hal yang menyangkut masalah valuta asing adalah nilai tukar mana yang digunakan dan bagaimana melaporkan pengaruh dari perubahan nilai tukar dalam laporan keuangan.

2.3 Mata uang fungsional

  Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam menentukan mata uang fungsionalnya:

  1. Mata uang

  a) Yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan

  b) Dari sautu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya.

  2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, amterial dan biaya-biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan). Faktor-faktor lain berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas:

  a. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan.

  b. Mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.

  Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura bersama):

  a. Apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan.

  b. Tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi dengan entitas c. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor.

  d. Apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk membayar kewajiban instrumen utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor. Ketika indikator-indikator yang telah disebutkan di atas tidak jelas, manajemen akan menggunakan pertimbangan untuk menentukan mata uang fungsional mana yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi-transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasarinya.

  Jika mata uang fungsional telah ditentukan maka tidak akan berubah kecuali jika ada perubahan pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasasri pemilihan mata uang fungsional tersebut.

2.3.1 Pelaporan transaksi mata uang asing ke dalam mata uang fungsional

  Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas:

  a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

  b. Meminjam atau meminjamkan dana dengan utang atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau c. Memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban yang didenominasikan dalam mata uang asing. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional.

  Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.

2.3.2 Pengakuan Awal Transaksi Mata Uang Asing

  Suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi. Nilai tukar spot adalah nilai tukar untuk pengiriman segera. Sedangkan yang dimaksud dengantanggal suatu transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali, suatu transaksi memenuhi untuk kriteria pengakuan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi sering digunakan. Contoh, suatu kurs rata-rata untuk seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk semua transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut. Namun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.

  Penerapan pada Tanggal Pelaporan

   pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup. Kurs penutup adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan. Sedangkan pengertian dari pos-pos moneter adalah unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta liabilitis yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang pasti atau dapat ditentukan. Contoh dari pos-pos moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lainnya yang harus dibayar dalam kas, kewajiban estimasi yang harus dibayar dengan kas serta dividen kas. Yang berbentuk uang  pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan berory bentuk aset/ invent  pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

2.4 Selisih kurs

  Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda. Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya.

  Ketika pos moneter timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam

nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai

tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat

transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu.

  Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai

tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan

perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode.

  Ketika suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam

pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu

harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.Sebaliknya, ketika keuntungan atau kerugian

  

keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi.Pernyataan lain

mensyaratkan keuntungan atau kerugian harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.

Contohnya,Asset Tetap mensyaratkan beberapa keuntungan atau kerugian yang timbul pada

suatu penilaian kembali aset tetap diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Karena

merupakan pos nonmeneter Ketika suatu aset diukur dalam mata uang asing mensyaratkan jumlah yang dinilai

kembali harus dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal di mana nilai itu ditentukan, yang

menghasilkan suatu selisih nilai tukar yang juga harus diakui dalam pendapatan komprehensif

income lain.

  Selisih nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter yang membentuk bagian dari

investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri harus diakui dalam

laba atau rugi dalam laporan keuangan terpisah dari entitas pelapor atau laporan keuangan

individual dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang

memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (misalnya laporan

keuangan konsolidasian ketikakegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas anak), selisih nilai

tukar harus diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan dikelompokkan kembali

dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat pelepasan investasi neto.

  Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor

dalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional dari

entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan individual kegiatan

usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional dari

kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan terpisah

suatu entitas pelapor. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata uang selain

mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai

tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuangan

individual kegiatan usaha luar negeri.

  Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan

keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan

yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan, dikonsolidasikan secara

proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode ekuitas).

  Ketika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam suatu mata uang

selain mata uangfungsional nya, pada waktu entitas menyiapkan laporan keuangannya, semua

jumlah harus dijabarkan ke dalam mata uang fungsional. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama

di dalam mata uang fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pos-pos

tersebut telah dicatat diawal dalam mata uang fungsional. Contohnya, pos moneter dijabarkan ke

dalam mata uang fungsional menggunakan kurs penutup, dan pos nonmoneter yang diukur

berdasarkan nilai historis dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi saat

diakuinya pos tersebut.

2.4.1 Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar

  Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu kegiatan usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. Jiidia rugi akan mengurangi pajak juga sebaliknya.

  2.5 Pengungkapan Suatu entitas mengungkapkan:

  a) Jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih nilai

  tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnyamelalui laba atau rugi.

  b) selisih nilai tukar neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan

  dalam komponen ekuitas terpisah, dan juga harus mengungkapkan rekonsiliasi dari selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode.

  2.6 Translasi

  Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Alasan dilakukannya tranlasi adalah sebagai berikut:

  1. Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik domestik dan luar negeri.

  2. Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan da kerugian translasi.

  3. Untuk mencatat transaksi matauang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing.

  4. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.

  5. Meluasnya peningkataan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di negara lain, yang timbul dengan tujuan untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri, melakukan akuisis atauusaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnya.

  Studi kasus

  Pada tanggal 1 Desember 19x4 PT. AKYU menjual 1 juta krona (SEK) Kurs 0.20 (SEK I) Jatuh tempo piutang 90 hari Tanggal 31 Desember 19x4 terjadi perubahan kurs menjadi 0.19 (SEK I) Tanggal 1 Maret 19x5 terjadi perubahan kurs kembali menjadi 0.17 (SEK I)

  JURNAL :

A. SUDUT PANDANG TRANSAKSI TUNGGAL

TANGGAL TRANSAKSI

  >200.000 Piutang >1.000.000 >>200.000

  1/12/’84 Penjualan >> 1.000.000 (1 juta x 0.2) Penjualan

  Piutang

  (Penguarangan kurs berpengaruh >10.000 terhadap >>10.000

  31/12/’84 penjualan) (0.2-0.19) x 1 juta

R/E

  Piutang (Pengurangan kurs >20.000 berpengaruh ke >>20.000

  1/3/’85 R/E) (0.19-0.17) x 1 juta NOTE :

  a. pengurangan itu berada di tahun yang sama pada saat transaksi maka pengurangan dilakukan di penjualan; b. Kalau pengurangan itu berada di tahun yang beda pada saat transaksi maka pengurangan dilakukan di R/E

  >170.000 >>170.000

  Valuta Asing >1.000.000 200.000- 1/3/’85 Piutang >>1.000.000 (10.000+20.000)

B. SUDUT PANDANG TRANSAKSI GANDA

  >200.000 Piutang >1.000.000 >>200.000

  1/12/’84 Penjualan >> 1.000.000 (1 juta x 0.2) 31/12/’84 Kerugian Valuta Asing >10.000

  Piutang >>10.000

  (0.2-0.19) x 1 juta

  1/3/’85 Valuta Asing

  Kerugian Valuta Asing Piutang

  >1.000.000 >1.000.000

  >170.000 > 20.000

  >>190.000

  

Daftar Pustaka