MODEL PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN: RESEPSI TERHADAP KITAB MUQADDIMAH LEARNING MODEL IN THE PERSPECTIVE OF IBN KHALDUN: RECEPTION TO MUQADDIMAH BOOK Juju Saepudin
MODEL PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN: RESEPSI TERHADAP KITAB MUQADDIMAH LEARNING MODEL IN THE PERSPECTIVE OF IBN KHALDUN: RECEPTION TO MUQADDIMAH BOOK
Juju Saepudin
Balai Litbang Agama Jakarta Jl. Rawa Kuning nO. 6 Pulo Gebang Cakung Jakarta Timur Email: saep.17.khasep@gmail.com
Abstract
Education today is colored and dominated by theories derived from Western thought, while theories of Muslim scientists who refer to al-Quran and al-Hadith are much neglected even though their thoughts are very interesting and important for the development of model of Islamic education in Indonesia. The article presents the results of the reception of the book of Muqaddimah authored by Ibn Khaldun related to learning model. The data was collected by heuristic and hermeneutic reading (analytical reading) on the book. Results of the analysis showed that the learning model (rihlah) done by many teachers through direct face-to-face learning patterns (sorogan, wetonan or bandongan) can maintain the validity of the science and expand knowledge and foster social institutions that can provide a very meaningful experience for educators and learners.Kata Kunci: Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Resepsi, Model Pembelajaran
Keywords: Ibn Khaldun, Muqaddimah, receptions, Learning Model
Abstrak
Dunia pendidikan saat ini banyak diwarnai dan didominasi oleh teori-teori yang bersumber dari pemikiran Barat, sementara teori-teori dari ilmuan muslim yang mengambil sumber dari al- Quran dan al-Hadist banyak terabaikan, padahal buah fikir mereka sangat menarik dan penting untuk pengembangan model pendidikan Islam di Indonesia.Tulisan ini menyajikan hasil resepsi terhadap kitab Muqaddimah karya Ibnu Khaldun terkait model pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik (pembacaan analitis) atas kitab tersebut. Hasil analisis menunjukan bahwa model pembelajaran (rihlah) yang dilakukan dengan banyak guru melalui pola pembelajaran langsung bertatap muka (sorogan, wetonan atau bandongan) dapat menjaga validitas ilmu dan memperluas pengetahuan serta menumbuhkan pranata sosial yang bisa memberikan pengalaman yang sangat bermakna bagi pendidik dan peserta didik.
Kata Kunci: Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Resepsi, Model Pembelajaran Kata Kunci: Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Resepsi, Model Pembelajaran
PENDAHULUAN
kitan dan keruntuhan dinasti yang berkuasa
(daulah) dan peradaban (‘umran). Tetapi bukan hanya itu saja yang dibahas,
Ibnu Khaldun 1 terkenal sebagai ilmu-
wan besar adalah karena karyanya
2 Rasanya memang aneh Muqaddimah juga berisi diskusi ekonomi, “Muqaddimah”.
sosiologi dan ilmu politik, yang merupakan ia terkenal justru karena Muqaddimah kontribusi orisinil Ibnu Khaldun untuk
bukan karena karyanya yang pokok (al- ‘Ibar), namun pengantar al-‘Ibar membuat cabang-cabang ilmu tersebut. Ibnu Khaldun
juga layak mendapatkan penghargaan atas namanya diagung-agungkan dalam sejarah
formula dan ekspresinya yang lebih jelas intelektualisme. Karya monumental itu
dan elegan dari hasil karya pendahulunya telah membuat para sarjana baik di Barat
atau hasil karya ilmuwan yang sejaman maupun di Timur begitu mengaguminya.
Windellband dalam filsafat sejarahnya dengannya. menyebutnya sebagai “tokoh ajaib yang
Ibnu Khaldun sudah memulai kariernya
sama sekali lepas, baik dari masa lampau dalam bidang tulis menulis semenjak masa
maupun masa yang akan datang”. 3 mudanya, tatkala ia masih menuntut ilmu Muqaddimah mencoba untuk menjelaskan pengetahuan dan kemudian dilanjutkan
ketika ia aktif dalam dunia politik dan prinsip-prinsip yang menentukan kebang-
pemerintahan. Adapun hasil karya-karyanya
yang terkenal di antaranya adalah: Pertama,
1 Nama lengkapnya Abbdurrahman Abu Zaid
Waliuddin bin Khaldun, nama panggilannya Abu
kitab Muqaddimah, yang merupakan buku
Zaid diambil dari nama putra yang sulung dan
pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri
memiliki gelar waliuddin yang diberikan sewaktu dia memangku jabatan hakim (qadli), lihat Ali Abdul
dari bagian Muqaddimah (pengantar) yang
Wahid Wafi, Ibnu Khaldun: Riwayat dan Karyanya,
mengandung tema tentang gejala-gejala
(Jakarta: Grafitipers, 1985),h.3., Pendapat lain
sosial dan sejarahnya. Buku pengantar
mengatakan nama aslinya Abdurrahman Ibnu Khaldun al-Maghribi al-Hadramani Al-Maliki. Lihat
yang panjang inilah yang merupakan inti
Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin dari seluruh persoalan, dan buku tersebut Khaldun. 2001. Mukaddimah Ibnu Khaldun, Cetakan
pulalah yang mengangkat nama Ibnu
III. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi.diterjemahkan oleh Masturi Ilham, dkk. 2012. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Khaldun menjadi begitu harum.
h.1080.
Kedua, Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-
2 Hal ini dikarenakan seluruh bangunan teori
Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa
tentang ilmu-ilmu sosial, sejarah, politik dan kebudayaan termuat dalam Muqaddimah, sedangkan
al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min
al-Ibar hanya berisi bukti-bukti empiris dari teori-
Dzawi as-Sulthani al-‘Akbar. (Kitab pelajaran
teori yang telah dikembangkan. Lihat Ahmad Syafi’i
dan arsip sejarah zaman permulaan dan
Ma’arif. 1996. Ibnu khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur. Jakarta: GIP. h.1.
zaman akhir yang mencakup peristiwa
3 Masturi Ilham, dkk., Ibnu Khaldun....., h.1085.,
politik mengenai orang-orang Arab, non-
Sejalan dengan itu Arnold Toynbee menegaskan: “In
Arab dan Barbar serta raja-raja besar yang
the Prolegomena [Muqaddimat] to his Universal History
semasa dengan mereka), yang kemudian
he has conceived and formulated a philosophy of history which is undoubtedly the greatest work of his kind that
terkenal dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari
has ever yet been created by any man in any time or place.
tiga buku: Buku pertama, adalah sebagai
Lihat Arnold Toynbee. 1962.
A Study Of History: The
kitab
Muqaddimah, atau jilid pertama
Growths of Civilizations. New York: Oxford University
Press. h. 321.
yang berisi tentang: masyarakat dan ciri-
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
cirinya yang hakiki, yaitu pemerintahan, membalik atau mereversi gelombang kekuasaan, pencaharian, penghidupan, penurunan peradaban Islam. Ia sangat keahlian-keahlian dan ilmu pengetahuan menyadari bahwa reversi tersebut tidak akan dengan segala sebab dan alasan-alasannya.
dapat tegambarkan tanpa menggambarkan
Buku kedua terdiri dari empat jilid, yaitu pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih jilid kedua, ketiga, keempat, dan kelima, dahulu untuk menentukan faktor-faktor yang menguraikan tentang sejarah bangsa yang membawa sebuah peradaban besar Arab, generasi-generasi mereka serta melemah dan menurun drastis. dinasti-dinasti mereka. Di samping itu juga
Apresiasi masyarakat internasional mengandung ulasan tentang bangsa-bangsa
pada Ibnu Khaldun terus bermunculan, terkenal dan negara yang sezaman dengan
bulan November 2006, setidaknya tiga mereka, seperti bangsa Syiria, Persia, Yahudi
konferensi internasional telah digelar dalam (Israel), Yunani, Romawi, Turki dan Franka
memperingati 600 tahun wafatnya ilmuan (orang-orang Eropa). Kemudian Buku Ketiga
besar. Pertama, 3-5 Nop 2006 di Madrid terdiri dari dua jilid yaitu jilid keenam dan
Spanyol, kerjasama Islamic Research and ketujuh, yang berisi tentang sejarah bahasa
Training Institute (IRTI) dengan Universidad Barbar dan Zanata yang merupakan bagian
Nacional de Educacion a Distance (UNED) dan
dari mereka, khususnya kerajaan dan Pusat Kebudayaan Islam setempat. Kedua, negara-negara Maghribi (Afrika Utara).
diselenggarakan di kampus Johann Wolfgang Ketiga, kitab at-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa
Goethe-Universitaet Frankfrut, Jerman pada Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut
11 November 2006 dan ketiga, pada 20- secara ringkas dengan istilah at-Ta’rif, dan
22 Nopember di Kuala Lumpur diadakan
oleh orang-orang Barat disebut dengan oleh Internasional Institute of Islamic Thought otobiografi, 4 merupakan bagian terakhir dari
and Civilizarion (ISTAC) dengan tema “Ibnu kitab al-‘Ibar yang berisi mengenai kehidupan
Khaldun’s Legacy and Its Contemporary Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya 6 Significance”.
secara sistematis dengan menggunakan Kesibukannya sebagai pejabat tinggi metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-
negara dan keterlibatannya dalam politik
bab, tapi saling berhubungan antara satu serta rihlah ilmiahnya yang begitu panjang
dengan yang lain. 5 menjadikan Ibnu Khaldun sebagai ilmuan Sebagai ilmuwan muslim, Ibnu Khaldun
yang multi talenta. Beliau dikenal sebagai
tekun mengamati bagaimana caranya pakar hukum tata negara yang bekerja
sebagai hakim di Kairo, juga seorang
politikus ulung, filsuf dan peletak dara ilmu
4 Otobiografi atau autobiografi adalah
suatu tulisan yang ditulis dari subjeknya sendiri
sosiologi, sehingga ia lebih dikenal sebagai
atau dapat dikatakan menulis biografi sendiri.
‘Bapak Sosiologi’
Autobiografi menulis riwayat dirinya sendiri berdasarkan pengalaman yang dilewatinya atau
Padahal menilik jauh ke belakang guna
ingatan pengarang. Autobiografi biasanya lebih
melihat konsep-kensep pendidikan yang
mengandlakan dokumen sebagai referensi tulisannya dan berbagai sudut pandang penulis.
5 Masturi Ilham, dkk., Ibnu Khaldun ... h. 1085- 6 Majalah Hidayatullah. 2006. Ibnu Khaldun dan 1086.
Kejayaan Umat, edisi Desember.
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
pernah berlangsung atau digagas oleh mempunyai kemampuan yang tinggi dalam para tokoh pendidikan serta menemukan
berfikir dan juga ilmu pengetahuan. 8 relevansinya terhadap zaman yang terus
Kajian ide-ide pemikiran Ibnu Khal- bekembang merupakan suatu keniscayaan,
dun tentang pendidikan sudah pernah jika tidak melibatkan Ibnu Khaldun. karena
dilaku kan, misalnya Rovi’in dalam pene- beiau adalah pecinta ilmu sekaligus praktisi
litian Tesisnya di Pascasarjana IAIN Wali-
dan pakar dalam bidang pendidikan, songo Semarang. Dalam penelitian ter- dibuktikan dengan menjadi guru besar sebut, Rovi’in menganalisis faktor-faktor Universitas Al-Azhar Mesir, sehingga teori-
dalam pendidikan yang meliputi tujuan
teori terkait pendidikan sangat relevan pendidikan, materi pendidikan, pendidik, untuk dijadikan acuan dalam rangka peserta didik, metode pendidikan dan memaksimalkan peran dan fungsi pen-
lingkungan pendidikan. Pendidikan me- didikan dalam kehidupan.
rupa kan suatu proses pembekalan ilmu Di antara gagasan dan konsep para dan keterampilan terhadap anak didik Di tokoh-tokoh pendidikan (Islam) di masa samping pembinaan akhlak, agar menjadi lalu, Ibnu Khaldun merupakan salah satu sempurna pertumbuhan jasmani dan dintaranya. Ia tidak sedikit berbicara tentang
rohaninya. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
pendidikan di samping pembicaraannya tidak hanya membentuk generasi yang mengenai sejarah, politik dan lain sebagai-
pandai saja tetapi juga terampil dan nya. Gagasan dan teori-teori yang pernah berakhlak. dikemukakannya, terutama dalam kitab
Selain itu, yang menarik mengenai Muqaddimah laksana mata air zamzam yang
pendidikan Ibnu Khaldun adalah pendidik tak pernah kering untuk diminum. Sampai
harus mengutamakan ilmu-ilmu pokok
akhir tahun 1970-an telah tercatat 854 daripada ilmu-ilmu alat. Ibnu Khaldun juga buku, artikel, review, disertasi dan bentuk memandang bahwa pendidikan sebagai publikasi ilmiah lainnya yang ditulis oleh sesuatu yang alami bagi manusia. Artinya para sarjana (Barat dan Timur) tentang Ibnu
seseorang itu tidak hanya ditentukan oleh Khaldun dan pemikirannya terutama yang
faktor bakat dan keturunan, tetapi juga tertuang dalam kitab Muqaddimah, sebuah
ditentukan oleh faktor lingkungan dalam karya klasik yang dinilai memuat dimensi proses pendidikan1. 9
modern dalam ilmu-ilmu sosial. 7 Di samping tulisan Rovi’in, ada tulisan Sebuah bangsa akan menjadi besar dan
lain mengenai pemikiran pendidikan Ibnu berjaya bila ia melakukan resepsi terhadap
Khaldun, yaitu Konsep Pendidikan Ibnu karya-karya para ulama dalam membangun
Khaldun: Suatu Analisa Fenomenologi yang peradaban. Karya tersebut hanya mungkin
ditulis oleh Marasudin Siregar. Dalam karya di dapat dengan perhatian yang besar
terhadap pertumbuhan ilmu pengetahuan.
8 Hakimul Ikhwan Affandi. 2004. Akar Konflik
Ibnu Khaldun melihat kejayaan yang pernah
Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibnu Khaldun,
diraih umat Islam dikarenakan mereka Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h.208-209
9 Rovi’in. 2013. “Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun”, Tesis, Pascasarjana IAIN
7 Ahmad Syafii Ma’arif, Ibnu Khaldun....., h. ix Walisongo Semarang.
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
tersebut, Marasudin mencoba memahami perantaraan panca indera. 11 Gagasannya
pemikiran Ibnu Khaldun dan menemukan mengenai hal tersebut dalam Muqaddimah bahwa pendidikan dilakukan untuk berhubungan dengan pentahapan dan melahirkan masyarakat yang berkebudayaan
cara memperoleh ilmu pengetahuan
serta berusaha untuk melestarikan sangat menarik untuk di kaji secara eksistensi masyarakat yang akan datang, mendalam. Untuk itu, tulisan ini hendak sehingga pendidikan akan mengarah kepada
mencoba meneliti tentang bagaimana pengembangan sumber daya manusia yang
model pembelajaran dalam perspektif Ibnu berkualitas. 10 Karya tersebut memandang Khaldun dan relevansinya dalam pendidikan ide-ide pemikiran Ibnu Khaldun dari aspek
Islam di Indonesia.
sosiologis. Analisa yang digunakan adalah
fenomenologis, deskriptif dan kualitatif Kerangka Konseptual
dalam merumuskan paradigma pendidikan.
Model Pembelajaran
Dua kajian yang disebutkan diatas meng gambarkan konsep pendidikan Ibnu
Model adalah adalah pola, contoh, Khaldun secara umun, namun secara khusus
acuan, ragam dan sebagainya dari sesuatu
belum tentang model pembelajaran secara 12 yang akan dibuat atau dihasilkan. Definisi sistematis yang digali dari kitab Muqaddimah.
lain dari model adalah abstraksi dari sistem Padahal dalam dunia pendidikan, ada sebuah
sebenarnya, dalam gambaran yang lebih ungkapan yang populer “metode jauh lebih
sederhana serta mempunyai prosentase,
penting dari materi” dan bisa dikatakan yang bersifat menyeluruh atau abstraksi dari bahwa metode atau model pembelajaran realitas dengan memusatkan perhatian pada yang baik dapat membawa peserta didik beberapa bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya. pada pemahaman terhadap materi yang 13
diberikan, selain itu seorang guru yang Pemilihan model yang digunakan ter-
menggunakan metode dengan bervariasi gantung pada fenomena (sistem) yang akan membuat peserta didik semangat, dihadapi. Kredibilitas suatu model ter- tidak akan jenuh ataupun bosan dalam gantung pada efektifitas model. Menurut menerima pelajaran. Oleh sebab itu, seorang
Sitompul suatu model keberhasilannya
pendidik dituntut agar cermat memilih dapat diukur dan ditentukan oleh kom- dan menetapkan metode apa yang tepat ponen-komponen berikut ini: 1) akurat, digunakan untuk menyampaikan “ilmu” yaitu model dikatakan akurat jika kepada peserta didik.
penyelesaian model dapat menggambarkan Teori tentang ilmu menunjukkan bahwa
fenomena dengan akurat, namun biasanya Ibnu Khaldun adalah seorang yang empiris,
yaitu semua pengetahuan didapat dari
11 Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani. 1990 Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. h. 63
12 W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. cet. V, h. 653
10 Marasudin Siregar. 1999. Konsep Pendidikan 13 Simarmata. (1983). Dirujuk dari http:// Ibnu Khaldun: Suatu Analisa Fenomenologi. Yogyakarta:
damandiri.or.id/file/abdwahid chairulah unair bab2. Pustaka Pelajar. h.10
pdf, di unduh pada tanggal 9 Desember 2014
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
sulit diukur, lebih mudah bila menggunakan Syaiful Sagala berpendapat pembelajaran “cocok” atau “sesuai”; 2) realistik deskriptif,
adalah kegiatan guru secara terprogram yaitu apa bila asumsi-asumsi yang digunakan
dalam desain intruksional, untuk membuat
ada lah benar; 3) tepat (seksama), yaitu siswa belajar secara aktif, yang menekankan apabila prediksinya menggunakan bilangan-
pada penyediaan sumber belajar. 16 Dengan
bilangan tertentu atau istilah-istilah demikian, pembelajaran merupakan proses matematika tertentu seperti fungsi, gambar
belajar yang dibangun oleh guru untuk geometris dan sebagainya; 4) awet (robust),
mengembangkan kreatifitas yang dapat yaitu apabila model tidak terpengaruh oleh
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, alat dalam input data; 5) umum (general),
serta dapat meningkatkan kemampuan yaitu apabila model dapat digunakan dalam
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
berbagai situasi yang lebih luas, dan; 6) upaya meningkatkan penguasaan yang baik berguna, yaitu apabila konklusi bermanfaat
terhadap materi pelajaran.
dan dapat dipakai untuk menghasilkan Model pembelajaran adalah suatu model yang baik. 14 perencanaan atau suatu pola yang digunakan
Istilah belajar dan pembelajaran me- sebagai pedoman dalam merencanakan rupakan suatu istilah yang memiliki keter-
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
kaitan yang sangat erat dan tidak dapat mengacu pada pendekatan pembelajaran dipisahkan satu sama lain dalam proses
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya pendidikan.
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
Pembelajaran
seharus nya
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan menciptakan suasana atau memberikan pembelajaran dan pengelolaan kelas. 17 pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu,
Dari beberapa paparan di atas, model
harus dipahami agar siswa memperoleh pembelajaran dapat diartikan sebagai ke- pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika
rangka konseptual yang me lukis kan prosedur guru dapat memahami proses pemerolehan
meng orga nisasikan pengetahuan, maka guru akan dapat menen-
sistematik
dalam
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tukan strategi pembelajaran yang tepat pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi bagi siswanya.
pedoman bagi peran cang pembelajaran Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dan para guru dalam me rancang dan pembelajaran merupakan setiap upaya melaksanakan proses belajar mengajar. yang dilakukan dengan sengaja oleh
Model pembelajaran pada dasarnya pendidik yang dapat menyebabkan pe-
merupakan bentuk pembelajaran yang serta didik melakukan kegiatan belajar. 15 tergambar dari awal sampai akhir yang
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono dalam disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan
14 Sitompul (2007) di rujuk dari http://staff.uny. ac.id/sites/default/files/Model Pendidikan Kewira-
usahaan bagi RPS di DIY. Pdf, di unduh pada tanggal 16 Saiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna 9 Desember 2014
Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. h.62
15 Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan, 17 Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: UNY Press. h.80
(Jakarta: Bumi Aksara. h.51
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu tepat, maka akan sulit sekali mengharapkan
pendekatan, metode, tehnik dan taknik hasil yang maksimal. Harapandi mena- pembelajaran. Kendati demikian, seringkali
warkan sejumlah model yang dapat diguna-
penggunaan istilah model pembelajaran kan oleh para pendidik, antara lain: 1) tersebut diidentikkan dengan strategi Model informatif, yaitu metode untuk pembelajaran.
menyampaikan informasi. Bentuknya bisa Menurut Trianto fungsi model pem-
berupa sorogan, wetonan, ceramah atau
belajaran adalah sebagai pedoman bagi diskusi panel. 2) Model partisipatif, yaitu perancang pengajar dan para guru dalam metode yang digunakan untuk melibatkan
peserta didik dalam pengelolaan materi. milih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat
melaksanakan pembelajaran. 18 Untuk me-
Bentuknya tanya jawab, diskusi kelompok
dari materi yang akan diajarkan dan juga atau curahan gagasan (brain storming). 3) dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
Model eksperensial, yaitu metode yang
dalam pengajaran tersebut serta tingkat memungkinkan peserta didik ikut terlibat kemampuan peserta didik. Di samping dalam pengalaman untuk belajar. Bentuknya itu pula, setiap model pembelajaran juga dapat berupa latihan kepekaan, demontrasi atau latihan. mempunyai tahapan-tahapan (sintaks) 19
yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu
Analisis Resepsi
dengan sintaks yang lain juga mempunyai Secara defenitif “resepsi” berasal perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, Di
dari kata “ recipere” (Latin) dan “reception”
antaranya pembukaan dan penutupan (Inggris) yang berarti penerimaan atau pe-
pembelajaran yang berbeda antara satu nyam butan. 20 Istilah resepsi bermula dari
dengan yang lain. Oleh karena itu, guru sebuah teori sastra yang menekankan pada perlu menguasai dan dapat menerapkan analisis pembaca karya sastra, merupakan berbagai keterampilan mengajar, agar tanggapan yang bersifat penafsiran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
penilaian terhadap karya sastra yang terbit beraneka ragam dalam lingkungan belajar
dalam rentang waktu tertentu. 21
yang menjadi ciri khas sekolah. Perkembangan berikutnya konsep re-
Model pembelajaran mempunyai peran- sepsi selain digunakan dalam kerangka an yang sangat besar dalam sebuah proses
sastra, juga dipakai dalam kajian teks-teks
pendidikan. Kesadaran akan pentingnya non sastra. Resepsi dimaksudkan, respon model pembelajaran yang sistematis dan terencana sudah diakui oleh semua ahli
pendidikan, karena melalui model yang 19 Harapandi Dahri, dkk. 2008. Mastery Learning
digunakan akan dapat diprediksi dan Pada Pondok Pesantren. Jakarta: BLA Jakarta. h. 10 20
Nyoman Kutha Ratna. 2008. Teori, Metode dan
dianalisis sampai sejauh mana keberhasilan
Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,.
sebuah proses. Apabila dalam proses h.165 pendidikan tidak memakai model yang 21 Abdul Razak Zaidan, dkk. 2004. Kamus Istilah
sastra. Jakarta: Balai Pustaka. h. 72. Lihat pula Panuti Sudjiman (ed). 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI 18 Ibid, h. 53 Pres. h. 78
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
pembaca dalam memberikan makna ter- oleh si pembuat program. Kedua negotiated hadap teks naskah yang dibacanya, sehingga
reading, yaitu pembaca dalam batas-batas
dapat memberikan reaksi atau tanggapan tertentu sejalan dengan kode-kode program terhadapnya. Tanggapan itu ada yang dan pada dasarnya menerima makna yang bersifat pasif, yaitu seorang pembaca dapat
disodorkan oleh si pembuat program
memahami karya itu atau dapat melihat namun memodifikasikannya sedemikian hakikat estetika yang ada di dalamnya. rupa sehingga mencerminkan posisi dan Bahkan ada juga yang bersifat aktif, yaitu minat-minat pribadinya. Ketiga oppositional pembaca merealisasikannya. Karena itu, (‘counter hegemonic’) reading, yaitu pembaca pengertian resepsi mempuyai lapangan tidak sejalan dengan kode-kode program yang luas dengan berbagai kemungkinan dan menolak makna atau pembacaan yang penggunaan.
disodorkan, dan kemudian menentukan Resepsi telah membawa suatu per-
frame alternatif sendiri di dalam meng- ubahan (besar) dalam penelitian sastra, interpretasikan pesan atau program. 23 yang berbeda dari kecenderungan pada
umumnya. Selama ini tekanan diberikan Metode Penelitian
kepada teks dan untuk kepentingan teks Penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut, biasanya seorang peneliti pergi kualitatif dengan sumber data primer kepada penulis (teks) 22 kitab Muqaddimah karya Ibnu Khaldun. Pemanfaatan teori resepsi sebagai pen- Data penelitian ini berupa paparan bahasa dukung dalam kajian ini, hendak menem- yang merupakan sebuah wacana atau patkan khalayak tidak semata pasif namun teks. Penelusuran data dilakukan dengan dilihat sebagai agen kultural ( cultural agent) pembacaan analitis yaitu kegiatan membaca yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menyeluruh, membaca lengkap seluruh teks
menghasilkan makna dari wacana yang bacaan sehingga memperoleh pemahaman
ditawarkan naskah. Makna yang diusung bisa bersifat terbuka atau
polysemic bahkan yang lebih dalam terhadap hal-hal yang tertulis dalam naskah. bisa ditanggapi secara oposisi oleh khalayak. 24
David Morley mempublikasikan Studi of Dalam penelitian ini, pembacaan analitis
the Nationawide Audience kemudian dikenal dilakukan untuk menemukan pemahaman sebagai pakar yang mempraktikkan analisis
terkait model pembelajaran yang tersurat resepsi secara mendalam. Ia mengemukakan
dalam pasal 41 kitab Muqaddimah. Dalam tiga posisi hipotesis di dalam membaca rangka memahami dan mengungkap
teks: pertama dominant atau hegemonic makna dalam teks naskah tersebut, penulis reading, yaitu pembaca sejalan dengan kode-kode program (yang didalamnya
terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan 23 David Morley. 1986. Family Television: Cultural
Power and Domestic Leisure. London: A Comedia Book.,
dan asumsi) dan secara penuh menerima baca juga Paul Marris & Sue Thornham. 1996. Media makna yang disodorkan dan dikehendaki Studies A Reader 2ed. Edinburgh: Edinburgh University
Press Ltd. h.474-475
24 Burhan Nurgiantoro. 2013. Teori Pengkajian 22 Umar Junus. 1985. Resepsi Sastra. Jakarta: PT
Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cet Gra media. h.1
ke-10, h. 39
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
menggunakan prinsip pembacaan heuristik
َو .اًخْو ُسُر َو ِتاَكَلَمْلا ُلْو ُصُح ُنْوُكَي ِخْوُي ُّشلا ِةَْثَك
dan hermeneutik. Kerja pembacaan pada
level heuristik menghasilkan makna َلَع ٌةَطِلْخُم ِمْوُلُعْلا ِمْيِلْعَت ْ ِف ا ًضْيَأ ُتاَح َل ِط ْصِْلاا langsung yang tersurat, makna denotatif َنِم ٌءْزُج اَهَّنَأ ْمُهْنِم ٌ ْيِثَك ُّنُظَي ْدَقَل ىَّتَح ِمِّلَعَتُمْلا
atau makna semiotik tingkat pertama.
Dengan membaca heuristik ini dapat ِف َلِتْخ ِلا ُهُتَ َشاَبُم َّلاِإ َكِلَذ ُهْنَع ُعَفْدُي َلا َو . ِمْلِعْلا dimungkinkan pemaknaan unsur-unsur َو ِمْوُلُعْلا ِلْهَأ ُءاَقِلَف .َ ْيِمِّلَعُمْلا َنِم اَهْيِف ِقُرُّطلا
naskah dalam jalinan strukturnya. Namun
belum mendapatkan makna konotatif, ُهاَرَي اَ ِب ِتاَح َل ِط ْصِ ْلاا ُزْيِيْ َت ُهُدْيِفُي ِخِياَشَمْلا ُدُّدَعَت
makna intensional atau makna aktual yang
َو اَهْنَع ُمْلِعْلا ُدِّرَجُيَف اَهْيِف ْمِهِقُرُط ِف َلِتْخا َنِم
dimaksudkan oleh penulis naskah, sehingga perlu dilakukan pembacan hermeneutik.
ُضَهْنَت َو ُل ِصْوُت ٌقُرُط َو ٍمْيِلْعَت ُءاَحْنَأ اَهَّنَأ ُمَلْعُي Pembacan hermeneutik adalah ُحِّح َصُت َو ِناَكَمْلا ِف ِماَكْحِت ْسِ ْلاا َو ِخْو ُسُّرلا َلِإ ُهاَوُق
pembacaan dan pemahaman pada tataran semiotik tingkat kedua. Artinya, berdasarkan
ِهِتَكَلَم ِةَيِوْقَت َعَم اَهاَوِس ْنَع اَهُزِّيَ ُت َو ُهَفِراَعَم
makna dari kerja pembacaan heuristik َدْنِع ِةَخْي ِشَمْلا َنِم َمِهِتَْثَك َو ِ ْيِقْلَّتلا َو ِةَ َشاَبُمْلاِب
diatas, penulis mencoba menafsirkan kemungkinan-kemungkinan makna tersirat,
ِهْيَلَع ُهللا َ َّسَي ْنَمِل اَذَه َو .ْمِهِعُّوَنَت َو ْمِهِدُّدَعَت
konotasi atau signifikansinya. Jika pada
ِبَلَط ْ ِف اَهْنِم َّدُب َلا ُةَلْحِّرلاَف .ِةَياَدِهْلا َو ِمْلِعْلا َقُرُط
pada tataran kerja heuristik dibutuhkan
pengetahuan kode bahasa, maka pada َو ِخِيا َشَمْلا ِءاَقِلِب ِل َمَكْلا َو ِدِئاَوَفْلا ِبا َسِتْك ِلا ِمْلِعْلا
ٍطاَ ِص َلِإ ُءاَشَي ْنَم ْيِدْهَي ُهللا َو .ِلاَجِّرلا ِةَ َشاَبُم
kerja pembacaan hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode budaya. 25
26 . ٍمْيِقَت ْسُم
Pasal 41: Perjalanan Mencari Ilmu dan Bertemu Langsung Para Syaikh Menambah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suntingan Teks Kitab Muqaddimah
Kesempurnaan Belajar.
ِبَلَط ْ ِف َةَلْحِّرلا َّنَأ ْ ِف :َنْوُعَبْرَ ْلأا َو ُّيِداَحْلا ُل ْصَفْلَا
“Hal ini disebabkan karena manusia
ِمُّلَعَّتلا ِل َمَك ُةَدْيِزَم ِةَخْي ِشَمْلا ِءاَقِل َو ِمْوُلُعْلا.
mendapatkan pengetahuan, akhlak dan segala sesuatu yang dapat diambil dari ajaran dan
َو ْمُهَفِراَعَم َنْوُذُخْأَي َ َشَبْلا َّنَأ َكِلَذ ْ ِف ُبَب َّسلا َو
keutamaan. Kadang hal ini berasal dari ilmu
:ِلِئا َضَفْلا َو ِبِهاَذَمْلا َنِم ِهِب َنْوُلِحَتْنَي اَم َو ْمُهَق َلْخَأ pengetahuan, pendidikan dan kadang pula
dari pengajaran langsung. Namun, hasil yang
اًنْيِقْلَت َو ًةاَكاَحُم ًةَراَت َو ًءاَقْلِإ َو ًمْيِلْعَت َو ًمْلِع ًةَراَت
di dapatkan dari pertemuan secara langsung
َو ِةَ َشاَبُمْلا ِنَع ِتاَكَلَمْلا َلْو ُصُح َّنَأ َّلاِإ .ِةَ َشاَبُمْلاِب lebih kuat dan lebih baik. Makin banyak
guru, makin baik pula yang akan dicapai.
ِرْدَق َلَعَف .اًخو ُسُر ىَوْقَأ َو اًماَكْحِت ْسا ُّدَشَأ ِ ْيِقْلَّتلا
Peristilahan-peristilahan ilmu juga kadang
25 Agus Iswanto. 2011. “Novel 99 Cahaya di Langit Eropa: Ekspresi Islam Moderat”, Jurnal Penamas,
26 Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin Vol.27, No.1, h.5
Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun...., h.258
230
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 231
model PemBelAJARAn dAlAm PeRsPeKtif iBnu KHAldun: ResePsi teRHAdAP KitAB muqAddimAH
rancu bagi seorang pelajar. Hal ini membuat mereka harus belajar langsung kepada para guru. Sebab, metode yang dipakai oleh para pengajar berbeda-beda. Bertemu langsung dengan orang-orang yang kompeten di bidang ilmu tertentu dan banyaknya guru sangat bermanfaat untuk memahami peristilahan yang mereka pakai, didasarkan pada apa yang ia lihat dari perbedaan cara yang mereka pakai, dengan begitu, sang pelajar mampu membedakan antara ilmu dan istilah. Ia tahu bahwa hal tersebut adalah lingkup pengajaran dan sebagai jalan untuk membangkitkan kekuatannya sehingga makin mantap dan dapat meluruskan pengetahuannya dan membedakan dengan yang lainnya. Juga untuk menguatkan nalurinya dengan cara bertemu langsung dan mempunyai banyak guru. Hal ini bagi orang yang dimudahkan oleh Allah dalam mencari ilmu dan hidayah. Pengembaraan adalah suatu keniscayaan dalam mencari ilmu untuk mengambil manfaat. Sangat jelas manfaat bertemu para guru dan ahli. Tuhan Dzat yang menunjukkan jalan yang lurus kepada orang yang dikehendaki-Nya” 27
Analisis Resepsi Naskah
Islam sudah mengatur agar manusia menjadi seseorang yang berpendidikan. Hal itu dibuktikan dengan anjuran agar umatnya sungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Di dalam pendidkan tidak lepas dari berbagai komponen, salah satu Di antaranya model pembelajaran yang merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
27 Ibid
Dalam tataran konseptual proses pen- carian ilmu, Ibnu Khaldun mem perkenalkan istilah “rihlah”. Rihlah adalah ungkapan dalam bahasa Arab (
arti literal “perjalanan”) untuk praktek menempuh
perjalanan panjang bahkan hingga ke luar negeri, dengan makna khusus yaitu sebuah petualangan untuk mencari dan mengumpulkan hadits atau menuntut ilmu agama, juga makna secara umum untuk perjalanan dalam rangka penelitian atau melancong. 28
Rihlah merupakan hajatun basyariah
(kebutuhan) karena setiap manusia mem- butuhkan refreshment baik terhadap jiwa maupun tubuh, oleh sebab itu Islam menyerukan agar manusia dalam bepergian dan bergerak menghasilkan kebaikan (ilmu) dunia dan akhirat, sehingga manusia akan mendapatkan nilai plus pada rihlah.
Menurut Abdul Hakam Ash-Sha’idi
dalam bukunya berjudul Ar-Rihlatu fi Islami, Islam membagi bepergian atau perjalanan dalam lima kelompok:1) bepergian untuk mencari keselamatan seperti hijrah yaitu keluar dari negara yang penuh bid’ah atau dominasi haram; 2)bepergian untuk tujuan keagamaan seperti menuntut ilmu, menunaikan ibadah haji, jihad di jalan Allah, berziarah ke tempat-tempat mulia, mengunjungi kerabat atau saudara karena Allah, dan bepergian untuk mengambil ibrah atau menegakkan kebenaran dan keadilan; 3)bepergian untuk kemaslahatan duniawi seperti mencari kebutuhan hidup, mencari nafkah; 4) bepergian karena urusan kemasyarakatan seperti menengahi pertikaian, menyampaikan dakwah, ber-
28 http://id.wikipedia.org/wiki/Rihlah, di unduh pada tanggal 8 Desember 2014
J UJ U S A E P U D I N
musyawarah dan; 5)bepergian untuk kepen- sehingga kegiatan atau proses pembelajaran tingan turisme atau kesenangan semata. 29 yang dilakukan di lembaga pendidikan,
Rihlah telah menjadi kebiasaan para benar-benar merupakan suatu kegiatan ber- Nabi dan para ulama dalam rangka menuntut
tujuan untuk memanusiakan manusia (ber- ilmu. 30 Mereka bersabar hidup jauh dari adab) yang tertata secara rapi dan sistematis. sanak kerabat dan orang-orang yang dicintai
Hasan Asari juga menjelaskan tentang demi mendapatkan warisan para Nabi yaitu
fungsi dalam peradaban intelektual Islam, ilmu. Para ulama memahami bahwa ilmu itu
yang bersifat ilmiyah antara lain: 1) sebagai perlu dicari dan didatangi, dia tidak datang
cara untuk mencari guru yang baik; 2) dengan sendirinya.
sebagai sebuah cara untuk memperluas Islam membekali berbagai etika rihlah:
wawasan; 3) sebagai modus penyebaran
1)niat baik mencari keridhaan Allah ilmu pengetahuan dan; 4) sebagai perajut SWT; 2) ikhlas karena Allah; 3) berakhlak kesatuan peradaban Islam. 32 mulia; 4) berhati-hati dan cermat; 5) tidak
Rihlah digunakan untuk setiap per-
dicampuri dengan kemaksiatan; 5) selalu jalanan guna menuntut ilmu, mencari
minta pertolongan kepada Allah SWT. 31 tempat belajar yang baik, mencari guru
Etika tersebut sesuai dengan pedoman yang lebih bisa memimpin pelajaran dengan para perancang ilmu dalam merencanakan
baik pula, atau juga perjalanan seseorang
dan melaksanakan proses pembelajaran, ilmuan ke berbagai tempat, baik secara
formal melakukan aktivitas akademis atau
sebaliknya. Dengan demikian rihlah bisa saja
Abdul Hakam Ash-Sha’idi. 1988. Ar-Rihlatu fi Islami, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattanie.
mencakup sebuah perjalanan yang memang
Jakarta: Gema Insani Press h. 17.
direncanakan untuk tujuan ilmiah (belajar,
30 Lihat kisah Nabi Musa mengikuti Khidir,
mengajar, diskusi, mencari kitab dan lain
dengan susah payah Nabi Musa berusaha mencari Khidir lalu mengikutinya untuk mendapatkan sebagainya), atau sekedar perjalanan biasa ilmu yang ia belum miliki atau ketahui (lihat kisah
yang dilakukan oleh orang-orang yang
selengkapnya di dalam surat al Kahfi ayat 60-82)., Jabir
terlihat dalam kegiatan keilmuan.
bin Abdillah pernah mengadakan perjalanan selama satu bulan menuju Syam hanya untuk mendapatkan
Ibnu Khaldun menganjurkan rihlah
satu hadits., Imam Abu Hatim Ar Razi rahimahullah
ilmiyah dan bahkan memandangnya sebagai
pernah mengatakan bahwa dirinya pernah berjalan kaki lebih dari 1000
farsakh. Padahal satu farsakh pendukung penting yang dapat membantu
lebih dari 5 km. Jadi imam ini pernah berjalan kaki
keberhasilan seseorang dalam kegiatan
lebih dari 5000 km untuk menuntut ilmu., Imam
menuntut ilmu pengetahuan. Ia melihat
Baqiy bin Makhlad al-Andalusi rahimahullah. Beliau melakukan perjalanan dari Andalus lalu ke Afrika lalu
manfaat yang sangat besar dari praktek ini,
ke Baghdad hanya untuk belajar pada Imam Ahmad
bahkan memandang rihlah ilmiyah memiliki
bin Hambal rahimahullah., Imam Ahmad bin Hambal
relevansi yang sangat tinggi dengan model
sendiri telah melakukan perjalanan yang begitu jauh dalam menuntut ilmu sehingga ia menjadi
pembelajaran.
imam besar dalam Islam. Ibnu Jauzi mengatakan, “ Imam Ahmad pernah mengelilingi dunia dua kali sampai ia mengumpulkan kitab al Musnad”. di unduh pada tanggal 9 Desember 2014
32 Hasan Asari. 2006. Menguak Sejarah Mencari 31 Ahmad Ramashan. tt. al-Rihlat wa al-Rahalat al-
Ibrah, Risalah Sejarah Sosial-Intelektual Mus lim Klasik. Muslimun. Jeddah: Dar al-Bayan. h. 21
Bandung: Citapustaka. h. 198
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Model pembelajaran merupakan suatu khususnya dilingkungan sekolah-sekolah rencana atau pola yang bisa dipergunakan
Islam, istilah guru dipakai secara umum, dalam pengembangan kurikulum, meran-
sedang istilah ustadz dipakai untuk cang materi pembelajaran, dan membimbing
sebutan guru khusus yaitu yang memiliki pembelajaran. Sebagai seorang pendidik, pengetahuan dan pengamalan agama guru harus mampu memilih model yang mendalam. Menurut Zakiah Daradjat
pem belajaran yang tepat bagi peserta dalam Syaiful Bahri, seorang guru tidak
didik. Karena itu dalam memilih model sembarangan tetapi harus memenuhi pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa persyaratan di bawah ini:1)taqwa keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran
kepada Allah SWT; 2)berilmu; 3)sehat serta sumber-sumber belajar yang ada agar
jasmani dan; 4)berkelakuan baik. 34
penggunaan model pembelajaran dapat Dalam kacamata Ibnu Khaldun, guru
diterapkan secara efektif dan menunjang merupakan figur manusia yang menempati keberhasilan belajar siswa.
posisi terhormat dan memegang peranan Istilah ‘guru’ berasal dari kata yang penting dalam pendidikan. Oleh sebab itu sama dalam bahasa India yang artinya ia mengarahkan murid-muridnya untuk “orang yang mengajarkan tentang kele-
belajar kebanyak guru. 35 Ayahnya Abu
pasan dari sengsara”. Dalam bahasa Arab Abdullah Muhammad merupakan guru kosa kata guru dikenal dengan al-mu’alim
pertamanya, ia belajar membaca, menulis atau
dan bahasa Arab. al-ustadz yang bertugas memberikan 36 Lebih lanjut, berikut ini ilmu dalam majelis taklim. 33 Dengan guru-guru yang sempat dihampiri oleh Ibnu
demikian sama dengan pengertian guru Khaldun untuk belajar yaitu: Abu ‘Abdullah pada agama Hindu, al-mu’alim atau al- Muhammad ibnu Sa’ad bin Burral al-Ansari, ustadz dalam hal ini juga mempunyai darinya ia belajar al-Quran dan al-Qiraat pengertian orang yang mempunyai tugas al-Hasayiri., Muhammad al-Syawwasy al- untuk membangun aspek spiritual manusia.
Zarzali, Ahmad ibnu al-Qassar dari mereka Pengertian guru kemudian menjadi semakin
belajar bahasa Arab., Syaikh Syamsuddin Abu
meluas, tidak hanya sebatas kecerdasan Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, darinya spiritual dan kecerdasan intelektual tetapi ia belajar ilmu hadits, bahasa Arab dan fikih., juga menyangkut kecerdasan kinestetik Abdullah Muhammad ibnu Abdussalam ia jasmaniah.
mempelajari kitab al-Muwatta karya Imam Dalam bahasa Indonesia terdapat isti-
lah guru, Di samping istilah pengajar dan
34 Syaiful Bahri Jumarah. 2000. Guru dan Anak
pendidik. Dua istilah terakhir merupa-
Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. h.
kan bagian tugas terpenting dari guru, 32-33. yaitu mengajar sekaligus mendidik siswa- 35 Di antara murid-murid Ibnu Khaldun yang
terpenting dan ternama adalah sejarawan ulung
nya. Walaupun antara guru dan ustadz bernama Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi pengertiannya sama namun dalam praktik,
pengarang buku al-Suluk li Ma’rifah Duwad al muluk dan Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang ahli hadits. Lihat Masturi Ilham, dkk., Mukaddimah ...., h.1082
33 Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: 36 Muhammad Abdullah Enan. 2003. Biografi Ibnu Hikayat Publising. h.9
Khaldun. Jakarta; Mizan. h.21
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
Malik., Muhammad ibnu Sulaiman al-Satti cerdaskan kehidupan anak didik, sehingga ‘Abd al-Muhaimin al-Hadrami, Muhammad
setiap anak menerima pengaruh dari
ibnu Ibrahim al-Abili darinya ia belajar seseorang atau sekelompok orang yang ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu (teknik)
menjalankan kegiatan pendidikan. Di
kebijakan dan pengajaran di samping dua samping itu ia juga menganggap persoalan
ilmu pokok (Qur’an dan Hadits). 37 perbedaan individual anak didik perlu Hasil dari rihlah ilmiah yang begitu mendapat perhatian dari guru sehubungan
panjang dengan informan yang handal dengan pengelolaan pengajaran agar dapat menghasikan sosok Ibnu Khaldun yang luar
berjalan secara efektif.
biasa. Ibnu Khaldun menjadi produk sejarah Guru juga diharapkan memiliki motivasi
yang tak ternilai harganya. Pemikirannya dan semangat pembaharuan dalam proses tidak dapat dipisahkan dari akar pemikiran
pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Islamnya, begitu pula semangat Muqaddimah
Sardiman, guru yang kompeten adalah guru
merupakan manifestasi pemikiran Ibnu yang mampu mengelola program belajar- khaldun yang diilhami dari al-Quran sebagai
mengajar. 40 Mengelola di sini memiliki
sumber utama dan pertama dari ajaran arti yang luas, menyangkut kemampuan Islam. Ungkapan ini dituliskan Ibnu Khaldun
menguasai keterampilan dasar mengajar, secara eksplisit dalam Muqaddimah, bahwa
seperti membuka dan menutup pelajaran,
dasar dari semua ilmu adalah materi sah menjelaskan, menvariasi media, bertanya,
dari al-Quran dan Sunnah. 38 memberi penguatan dan sebagainya, juga Merujuk kepada kitab Muqaddimah, maka
bisa menerapkan strategi, teori belajar dan
akan didapati corak dari pemikiran Ibnu pembelajaran serta dapat melaksanakan Khaldun bahwa dalam setiap analisisnya pembelajaran yang kondusif. yang tajam dan rasional, ia senantiasa
Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin
mengkonsultasikan antara fakta empirik Marsh yang menyatakan bahwa guru harus dan rasional dengan wahyu. Wahyu tidaklah
memiliki kompetensi mengajar, memotivasi dia letakan sebagai premis minor dalam tata
peserta didik, membuat model instruksional, fikir yang dikembangkannya, tetapi sebagai
mengelola kelas, berkomunikasi, meren- premis mayor yang menjadi referensi setiap
cana kan pembelajaran dan meng evaluasi. 41 pemecahan masalah. 39 Semua kompetensi tersebut men dukung Ibnu Khaldun berpandangan bahwa keberhasilan guru dalam mengajar. Setiap figur guru dapat mendidik anak menjadi
guru harus memiliki kompetensi adaptif orang yang berkepribadian mulia, guru terhadap setiap perkembangan ilmu mempunyai tanggung jawab untuk men-
pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan
kualitas pembelajaran maupun segala hal
Masturi Ilham, dkk., Mukaddimah....., h.1082- 1083 38 Ahmadie Thoha (Penj). 2011. Ibnu Khaldun,
40 Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus. cet ke-10, h.544
Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali. h.165
39 Warul Walidin. 2003. Konstelasi Pemikiran 41 Colin Marsh. 1996. Handbook for beginning Pedagogik Ibnu Khaldun: Perspektif Pendidikan Modern.
teachers. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Aceh: Yayasan Nadia. h.66
Pry Limited. h.10
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
yang berkaitan dengan peningkatan prestasi (bahasa Jawa) yang berarti waktu. Sebab belajar peserta didiknya.
pengajian tersebut diberikan pada-waktu- Interaksi personal yang berlandaskan waktu tertentu, biasanya sebelum atau sudah
asas kemesraan antara pendidik dan melakukan shalat fardhu. Metode wetonan peserta didik merupakan ciri khas dari pola
ini merupakan metode kuliah, dimana para
pembelajaran yang di kembangkan oleh santri mengikuti pelajaran dengan duduk di Ibnu Khaldun. Dalam dunia pendidikan sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran di Indonesia, model pembelajaran seperti kuliah, santri menyimak kitab masing- itu dikenal dengan istilah sorogan, wetonan
masing dan membuat catatan padanya. atau bandongan yang mengharuskan adanya
Istilah wetonan di Jawa barat di sebut pertemuan tatap muka langsung antara 43 bandongan.
kyai–santri dan masih berkembang di Kedua model ini kerap dikategorikan pesantren-pesantren salaf.
klasik karena pertama kali digunakan pada Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa pesantren-pesantren salaf. Namun demikian,
Jawa) yang berarti menyodorkan kitabnya dalam proses pembelajaran tampak adanya dihadapan kyai atau pembantunya transformasi nilai-nilai kesabaran dari kyai (
badal, asisten kyai). 42 Metode sorogan ini atau guru kepada para santri dan keteladanan merupakan model pembelajaran individual,
kyai merupakan panutan utama para santri. dimana seorang santri berhadapan langsung
Kitab yang dipelajari masing-masing santri dengan seorang guru, dan terjadi interaksi
berbeda sesuai selera dan bakat para santri
saling mengenal Di antara keduanya. yang bersangkutan, akibatnya keberagaman Model sorogan ini terbukti sangat efektif materi dan tingkat kemampuan serta sebagai taraf pertama bagi seorang murid penempatan yang proposional para santri yang bercita-cita ingin mendalami ilmu tampak tercermin dalam pola pembelajaran agama karena memungkinkan seorang kitab kuning dengan sistem sorogan ini. guru mengawasi, menilai dan membimbing
Model pembelajaran informatif yang di secara maksimal kemampuan seorang santri
kenalkan oleh Ibnu Khaldun menampakan dalam menguasai materi pembelajaran.
bentuk variatif yang bisa diadopsi dalam Pelaksanaan model ini, biasanya santri
pendidikan modern, karena model ini yang banyak datang secara bersama-sama,
tetap survive dan menjadi bagian dari kemudian mereka antri menunggu giliran keanekaragaman (pluralitas) ditengah masing-masing. Proses pembelajaran seperti
model-model pendidikan yang berkembang
itulah yang membuat hubungan antara di Indonesia . Sorogan, wetonanan atau santri dan kyai begitu akrab dan dekat, bandongan dipandang efektif dan praktis sebab kyai dapat mengenal kemampuan untuk menggali ilmu pengetahuan serta santri satu persatu.
pembinaan aqidah islamiyah, syariah dan akhlaqul karimah.
Adapun model wetonan, berasal dari istilah weton yang diambil dari kata wektu
Sorogan, wetonanan atau bandongan sampai saat ini mampu memberikan solusi
42 Ach Fathan. 1998. Model Pengajaran Sistem Sorogan. Malang: FPK. h.71
43 Harapandi Dahri, Mastery Learning...., h.265
Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015
J UJ U S A E P U D I N
terhadap kebutuhan pengajaran yang harus proses pembelajaran dengan istilah rihlah
mengakomodir seluruh kepentingan dan merupakan kata yang sarat dengan makna., kemampuan siswa, serta memiliki manfaat
kebijakannya dalam mencari ilmu kepada
yang sangat baik untuk mempermudah banyak guru dan tidak pandang bulu dalam memahami suatu materi pelajaran, melahirkan validasi ilmu dan memperluas karena dalam metode ini dapat dideteksi pengetahuan, dan kesakralannya dalam secara langsung yang salah dan yang menuntut ilmu melalui tatap muka langsung benar. Model ini telah terbukti berkiprah ( sorogan, wetonanan atau bandongan) akan dalam kancah pendidikan di Indonesia menumbuhkan pranata sosial yang bisa dengan menghasilkan lulusan-lulusan yang
memberikan pengalaman bermakna ke pada berkualitas demi membangun peradaban.
peserta didik.
Bedasarkan hal tersebut di atas, perlu
PENUTUP
adanya upaya revitalisasi dan sosialisasi tentang kajian-kajian pendidikan yang
Ibnu Khaldun merupakan seorang kaya dengan nuansa khazanah keislaman
ilmuan muslim yang menaruh perhatian yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah,
besar terhadap pendidikan. Pemikiran- sehingga melahirkan konsep pendidikan
pemikirannya yang cemerlang baik dalam yang utuh. Gagasan-gagasan brilian yang
bidang pendidikan maupun lainnya selalu telah dilontarkan Ibun Khaldun terkait
mendasarkannya kepada fakta empirik yang model pembelajarn sangat baik diterapkan
kemudian dikonsultasikannya dengan al- dalam pendidikan di Indonesia pada seluruh
Qur’an dan Sunnah. Resepsi terhadap kitab bentuk dan tipologi pendidikan, bukan
monumentalnya terkait model pembelajaran hanya di pesantren namun juga di sekolah -
melahirkan sebuah model pembelajaran sekolah umum baik di dalam maupun diluar
terpadu sebagai suatu konsep yang utuh,
kurikulum.
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
SUMBER BACAAN
M, Sardiman A. (2004): Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta, Rajawali.
Abdurrahman, Al-Allamah bin Muhammad Ma’arif , Ahmad Syafi’i (1996): Ibnu khaldun
bin Khaldun (2001): Mukaddimah Ibnu dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Khaldun, cetakan III, Beirut, Dar al-Kitab
Jakarta, GIP.
al-‘Arabi. Marsh, Colin (1996): Handbook for beginning Affandi, Hakimul Ikhwan (2004): Akar Konflik
teachers, Sydney, Addison Wesley Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibnu
Longman Australia Pry Limited. Khaldun, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Morley, David (1986): Family Television: Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani (1990):
Cultural Power and Domestic Leisure. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, Rineka
London, A Comedia Book.
Cipta. Nurgiantoro, Burhan (2013): Teori Pengkajian Asari, Hasan (2006): Menguak Sejarah Mencari
Fiksi, Yogyakarta, Gajah Mada University Ibrah, Risalah Sejarah Sosial-Intelektual
Press.
Muslim Klasik, Bandung, Citapustaka. Paul Marries & Sue Thornham (1996): Ash-Sha’idi, Abdul Hakam (1988): Ar-Rihlatu
Media Studies A Reader 2ed, Edinburgh, fi Islami, diterjemahkan oleh Abdul University Press Ltd.
Hayyie al-Kattanie, Jakarta, Gema Poerwadarminta, W.J.S. (1976) Kamus Umum Insani Press.
Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Dahri, Harapandi., dkk. (2008): Mastery
Ramashan , Ahmad (tt): al-Rihlat wa al-Rahalat Learning Pada Pondok Pesantren, Jakarta,
al-Muslimun. Jeddah, Dar al-Bayan. BLA Jakarta.
Ratna, Nyoman Kutha (2008): Teori, Metode Enan, Muhammad Abdullah (2003): Biografi
dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta, Ibnu Khaldun, Jakarta, Mizan.
Pustaka Pelajar.
Fathan, Ach. (1998) Model Pengajaran Sistem Rovi’in (2013): “Pemikiran Pendidikan Islam Sorogan, Malang, FPK.
Menurut Ibnu Khaldun”, Tesis, Pasca- Ilham, Masturi., dkk (Penj): (2012): Ibnu