Analisis Produktivitas Parsial Tenaga Ke

BAB I
Pendahuluan
A. Sejarah pendirian perusahaan
Pada tahun 1987 Dutapalma sebagai induk perusahaan mendirikan anak
perusahaan yang digunakan untuk memproduksi minyak kelapa sawit dari
pengolahan CPO. Perusahaan ini dinamakan PT Darmex Oils and Fats
.Perusahaan ini berdiri dengan skala internasional. Seperti yang telah diketahui
bahwa Dutapalma merupakan satu perusahaan grup terbesar yang bergerak
dibidang industri pertanian yaitu kelapa sawit. Bahkan hasil produksi yang
dilakukan oleh grub ini tsudah diekspor keluar negeri sejak perusahaan ini
didirikan. Perusahaan ini pun semakin berkembanng pesat dengan semakin
banyaknya permintaan global akan kelapa sawit baik masih dalam keadaan
mentah maupun sudah dalam bentuk minyak.
Pada tahun 1988 kebun kelapa sawit didirikan di Kalimantan Barat, yaitu
diwilayah Kuatan Hilir, Kuatan Tengah, Kuantan Mudik, dan sebagian lagi di
Indragiri Hulu, dengan cakupan luas mencapa 11.260 ha di Riau.. Disamping
membangun budidaya kelapa sawit pada tahun yang sama PT Darmex juga
mendirikan pabrik CPO pertama yang didirikan dengan kapasitas produksi
mencapa 27.500 ton CPO pertahun. Pada tahun berikutnya grup ini juga
mendirikan produksi minyak goreng dengan merek “Palma” dengan nama
perusahaan PT Darmex Oils and Fats.

Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan dari pasar global PT
Darmex Oils and Fats mendirikan kilang minyak dengan kapasitas 1200 ton
perhari. Dengan dibangunya kilang minyak ini diharapkan akan mampu
menampung hasil produksi minyak sebelum dikemas dan dapat digunakan untuk
penyimpanan sementara waktu. Kilang ini didirikan di pabrik PT Darmex Oils
and Fats yang terletak Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. Fraksinasi dan
pemurnian menghasilkan turunan CPO berupa Refined Bleached and Deodorized
Palm Oil (RBDPO), Palm Fatty acid, RBD stearin dan RBD Olein. Sebagian
besar produk minyak goreng yang dihasilkan habis dijual untuk memenuhi

1

permintaan dalam negeri dan sebagian produk di ekspor untuk pasar
International . Pada tahun 1997 perkebunan telah mencapai 50.000 Ha. Pada
tahun 2000 , PT Darmex Oils and Fats memulai operasi pembuatan Palm Kernel
dibawah PT . Teluk Kuantan Perkasa di Dumai Riau . Pada Tahun 2002 , PT
Darmex Oil adn Fats juga mendirikan pabrik “soap noodle”. Pabrik ini memiliki
kapasitas 72 ton per hari dan dimaksudkan untuk memenuhi permintaan dalam
negeri . Selain menghasilkan soap noodle dan minyak goreng, PT Darmex Oil and
Fats juga menghasilkan glycerine dengan kapasitas 1.200 ton per tahun. Pada

tahun 2004 PT Darmex Oils and Fats mendirikan kebun Pembibitan seluas 60 Ha
di Pekanbaru. Perusahaan mulai ekspansi perkebunan area di Kalimantan Barat
dengan 14.400 Ha. Pada tahun 2006 , PT Darmex biofuels didirikan dengan
kapasitas terpasang 150.000 ton / tahun. Pada tahun 2008, dibuat road map untuk
melengkapi implementasi SAP dan ISO. Sekarang, pembudidayaan terletak di
Riau dan Kalimantan dengan total 8 penggilingan di Pekanbaru , Jambi dan
Kalimantan, total produksi dari Crude Palm Oil ( CPO) sekitar 36.000 matrix ton
per bulan. Hasil produksi paling banyak diperuntukkan untuk proses lanjutan di
kilang minyak untuk membuat turunan lain seperti minyak goreng, soap noodle ,
RBD Stearin, PFAD dan lain – lain .
B. Tujuan Pendirian Perusahaan
Secara umum pendirian perusahaan dapat dibedakan menjadi tujuan
ekonomis dan tujuan sosial. Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya
perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini perusahaan
berupaya menciptakan laba, menciptakan pelanggan dan menjalankan upayaupaya pengembangan dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan masyarakat
dalam hal produk yang diinginkan, kualitas, harga, kuantitas, waktu pelayanan
dan sebagainya. Sedangkan untuk tujuan sosial, perusahaan diharapkan untuk
memperhatikan keinginan investor, karyawan maupun masyarakat luas. Kedua
tujuan tersebut saling mendukung untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu
memberikan kepuasan pada keinginan konsumen maupun pelanggan (Fuad,2000).

PT Darmex Oils and Fats juga mempunyai misi adalah untuk menjadi

2

“The leading sustainable palm oil in Indonesia”, sehingga untuk mencapai visi
tersebut maka disusunlah misi sebagai berikut :
 Fokus pada ekspansi bisnis kelapa sawit yang terintegrasi
 Membangun dan mengembangkan produk hilir untuk mendapatkan



keuntungan dan produktifitas maksimal
Menyediakan produk dengan standar kualitas tertinggi
Mencapai nilai maksimum dan atau pengembalian terhadap shareholder



dan stakeholder
Pengembangan sumber daya manusia dan menyediakan lapangan




pekerjaan untuk orang Indonesia
Peduli tehadap kesejahteraan dan kebahagian pekerja maupun untuk

seluruh rakyat indonesia
C. Lokasi Perusahaan
PT Darmex Oils and Fat berlokasi di Jalan Raya Bekasi KM 27 no 1 , Kali
Abang Tengah, Bekasi Utara, Jawa Barat. PT . Darmex Oils and Fat
merupakan bagian dari grup usaha Dutapalma.

Gambar 1.1 Peta Kota Bekasi dan Citra Satelit PT. Darmex Oils and Fats

BAB II
PROSES PRODUKSI DAN PRODUK
3

A. Tinjauan Umum Bahan Baku
1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan

tropisgolongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang
dikenal ialah jenis Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan
berdasarkanpenampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang
tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis,
sedangkan tenera yang merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera
menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar.
Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir.
Setiapbulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.
Buah sawityang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat
padakernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan
sifatfisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah
100 harisetelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam
buah, minyakyang sudah jenuh. Jika dalam buah tidak ada lagi pembentukan
minyak, maka yangterjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas
dan gliserol.
2. Morfologi Tanaman
a. Akar
Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut.

Perakarannya sangat kuat. Akar yang tua tetap kuat dan tetap utuh tidak
membusuk sekalipun telah mati. Sistem penyebaran akar tersebut terkonsentrasi
pada tanah lapisan atas. Karena sistem perakarannya kuat tadi maka jarang
ditemukan tanamanyang roboh atau tumbang.

b. Batang

4

Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas, diameternya dapat mencapai
40-60cm. pada tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena
tertutup olehpelepah daun yang tumbuh rapat mengelilinginya. Pertumbuhan
meninggi batang barujelas terlihat sesudah tanaman berumur 4 tahun. Rata-rata
pertumbuhan tinggi batangadalah 25-40 cm per tahun. Namun demikian, hal ini
tergantung selain pada jenis,kesuburan lahan serta iklim setempat.
c. Daun
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya
dapat mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri
maupun kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah
dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang.

Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus.
Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang
membentuk konfigurasi spiral. Daun kelapa sawit tumbuh pada batang, sifatnya
bergerombol, roset. Daun yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan
pucat sebelum rontok meninggalkan bekas pada batang. Pertambahan jumlah
daun pada kanopi tanaman lebih cepat dibandingkan dengan jumlah daun yang
gugur. Oleh karenanya tampakdaun kelapa sawit tumbuh bergerombol dibagian
atas tanaman.
d. Bunga
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu.
Monoecious bermakna bahwa bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu
tanaman. Namun demikian, bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betinanya.
Bunga kelapa sawit atau yang juga disebut tandan muncul pada ketiak daun.
Rumus bunga betina adalah : K3, C3, A0, G(3) sedangkan rumus bunga jantannya
adalah K3, C3, A(6), G0. Dimana : K adalah kaliks/kelopak (sepal) ; C corolla
(petal) ; A androecioum (bunga jantan) dan G adalah gynoecioum (bunga betina).

e. Buah

5


Buah kelapa sawit terbentuk sesudah terjadi penyerbukan (pollination) dan
pembuahan (fertilization). Bakal buah (ovary) tumbuh berkembang menjadi buah
sedangkan bakal biji (ovule) tumbuh menjadi biji. Buah kelapa sawit memiliki
bagian – bagian sebagai berikut :
1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,
warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah
menjadi orange merah atau kuning orange.
2. Mesokarp atau Sabut
Diantara jaringan – jaringanya ada sel pengisi seperti spons atau karet busa
yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Endokarp atau Tempurung
Ketika buah masih muda endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih.
Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam.
Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contoh varietas dura memiliki
endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis,bahkan tanpa
endokarp.
4. Kernel atau Biji atau Inti
Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya
lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar

3% dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.
f. Biji
Bagian biji kelapa sawit penting artinya bagi eksistensi generasi
berikutnya. Bagian biji kelapa sawit terdiri atas kulit biji, tali pusat dan inti biji
atau isi biji. Kulit biji yang berasal dari selaput bakal biji (integument) sangat
keras seperti batu. Bagian ini berfungsi untuk melindungi biji bagian dalam yang
lunak. Tali pusat merupakan bagian biji yang menghubungkannya dengan papan
biji. Inti biji merupakan bagian yang penting untuk alih generasi. Bagian inti biji
terdiri atas lembaga atau embrio dan cadangan makanan (endosperm).

3. Pengolahan Kelapa Sawit

6

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa
sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai
unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi

perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas
produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan
kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahuibahwa kualitas
hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS)
yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya
berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO
yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam
pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi
CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti
dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari
beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain
kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses
berikutnya.
4. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di
pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Jika diangkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum
pembongkaran dan pemuatannya ke dalam keranjang rebusan. Sesudah itu di

timbang lagi dalam keadaan rebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang.
Penampungan dapat dilakukan seluruhnya dalam keranjang rebusan, atau dalam
tempat khusus untuk itu, yaitu pelataran bongkar-pindah yang sekaligus menjadi
tempat timbun.

7

TBS mengandung sejumlah zat yang harus dihilangkan terlebih dahulu
untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi
dalam rebusan akan mengaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang
terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas
dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang
dipanen harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya.
Untuk mencegah oksidasi selama perebusan, udara harus dikosongkan
sama sekali dari dalam rebusan. Hal ini juga perlu untuk mencapai suhu yang
diperlukan (udara adalah penghantar panas yang jelek). Cara terbaik adalah cara
triple peak sterilization. Pemasukan uap harus secara berangsur untuk
menghindarkan pemanasan lanjut pada tempat-tempat tertentu. Minyak yang
berasal dari air rebusan sangat jelek daya pucatnya dan mengandung banyak besi,
maka seharusnya tidak dicampur dengan minyak produksi utama. Buah yang
sudah direbus mudah diserang mikroba dan cepat busuk. Karena itu bila tidak
selesai diolah, sebaiknya tandan disimpan sebelum perebusan.
Setelah dilakukan perebusan dilanjutkan pada proses pemisahan. Dengan
tahapan seperti berikut:
a. Penebahan
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan
yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang
sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar dari pada ukuran
berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan
mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik
tertinggi pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan
setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi
berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol.
Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan minyak
oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga
buah bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu
banyak di atas talang pengumpan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah
akan terperas minyaknya dan terserap oleh tangkai tandan.

8

b. Peremasan
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu
sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa
pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya
menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah
dan di antara massa remasan buah sehingga daging buah lepas dari biji dan
menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas
sebanyaknya pada pengempaan berikutnya.
Untuk memperoleh peremasan yang baik kondisi yang menghasilkan
gesekan sebesar-besarnya perlu dipertahankan. Massa dijaga tidak sampai
menjadi bubur, maka lubang perforasi dijaga tidak sampai tersumbat (secara terus
menerus harus terlihat adanya aliran tirisan yang cukup). Ketel harus dijaga tetap
penuh untuk menjaga tekanan (gaya gesekan) yang konstan, dan waktu
pengadukan yang cukup. Massa dijaga tidak sampai mendidih agar tidak
terbentuk emulsi. Suhu dijaga tetap tinggi untuk mengurangi efek pelumasan dari
minyak.
Peremasan yang baik ialah jika dalam massa remasan yang masuk
kedalam kempa tidak terdapat satupun buah yang masih utuh atau yang daging
buahnya belum terlepas sepenuhnya dari biji. Daging buah tidak boleh diremas
sampai halus, seratseratnya harus masih kelihatan utuh. Massa remasan harus
homogen, tidak ada biji – biji yang mengumpul di bagian bawah. Penirisan cairan
kelihatan lancar. Selama peremasan massa tidak sampai mendidih, namun suhu
harus dipertahankan tinggi, yaitu mendekati titik didih air.
c. Pengempaan
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari
massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini
umumnya telah dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling
sesuai untuk buah Tenera. Di dalam suatu silinder mendatar yang dindingnya
berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung
pengeluaran silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa
yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi

9

konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan
pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan
semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa
dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa
makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang
pecah dalam kempa.
d. Penghembusan Serabut (pemisahan biji dari ampas)
Ampas kempa yang keluar dari kempa berupa bongkahan dan masih
terlalu basah untuk mudah dihembus serabutnya oleh angin. Oleh karena itu
ularan yang membawa ampas kempa ke kolom pemisah serabut dilengkapi
dengan lengan-lengan pemecah yang letaknya pada sumbu ularan sedemikian
sehingga membentuk ulir, dan dinding ularan dilengkapi pula dengan mantel uap
pemanas. Dengan ularan bergaris tengah lebih besar (700 mm) dan didahului
pengempaan yang sempurna tidak diperlukan lagi mantel pemanas.Dengan
demikian ampas akan dipecah menjadi longgar dan air yang terkandung dalamnya
dapat menguap dengan leluasa sehingga menjadi cukup kering untuk
penghembusan dengan angin.
Penghembusan dilakukan dalam suatu kolom vertikal. Kecepatan angin
selain diatur oleh putaran kipas juga dapat disesuaikan dengan mengatur
penyempitan ruang

kolom dengan mengatur maju mundur letak salah satu

dindingnya, atau dengan suatu klep dalam kolom. Kecepatan angin diatur
sedemikian rupa sehingga biji menjadi bersih dari sisa serabut, tetapi inti (berasal
dari biji pecah dalam kempa) yang turut terhembus supaya sedikit mungkin. Biji
yang jatuh ditampung kedalam suatu teromol yang datar berputar dan dilengkapi
dengan sejumlah sudu-sudu yang membantu mengangkat biji ke titik tertinggi.
Pada waktu biji jatuh kembali, karena aliran angin di dalamnya, sisa serabut akan
terhembus masuk ke dalam kolom. Biji dalam teromol akan saling bergesekan dan
saling memoles. Dengan demikian biji yang keluar akan bersih dari sisa serabut
yang masih melekat.

10

e. Pengendapan (Pemisahan Minyak dari Air)
Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana peremas dan
yang sangat tercampur dengan air, terutama berasal dari perasan kempa. Upaya
pertama adalah memisahkan serabut dan cangkang halus dengan menyaring
minyak mentah pada saringan getar melalui kawat saringan ukuran 30 mesh/inci,
atau saringan bertingkat dua, dengan ukuran 16 dan 40 mesh/inci. Zat padat yang
tersaring dikemblikan ke bejana peremas. Sebelum atau pada saat penyaringan
biasanya ditambahkan air panas (sekaligus pembilas kempa atau saringan) untuk
mengurangi viskositas minyak mentah sehingga memudahkan pemisahan minyak
dari drab pada pengendapan berikutnya. Pengendapan dilakukan secara
bersinambungan dalam suatu bak horizontal yang terdiri atas tiga ruangan.
Ruangan pertama tempat pemanasan minyak mentah dengan uap langsung agar
kembali mencapai suhu 950 C. Ruangan kedua tempat berlangsungnya
pengendapan. Di sini cairan harus mengalir dengan tenang tanpa ada pemanasan
lagi. Waktu pengendapan disini sekitar 1-1,5 jam. Ruangan ketiga tempat
pengeluaran drab. Sisa minyak yang masih terdapat dalam drab dikutip lagi
dengan pengendapan dalam alat sentrifus dengan gaya sentrifugal.
f. Pengeringan Biji (Pemisahan inti dari biji)
Sebelum inti dapat dilepaskan dari biji, biji perlu dikeringkan terlebih
dahulu. Dengan pengeringan ini inti akan lekang dari cangkang dan cangkang
menjadi lebih rapuh. Kadar air yang semula sekitar 25 % akan diturunkan menjadi
8-10 %. Pengeringan dilakukan dalam suatu silo pengering. Biji dicurahkan dari
bagian atas silo, dan berlawanan arah dengan ini terdapat aliran angin panas yang
dihembuskan dari bagian bawah dan dari bagian tengah. Pengeringan berlangsung
lambat selama 12-14 jam pada suhu 600 C.
g. Pemecahan Biji
Pembersihan dan pengeringan biji adalah untuk mencapai efisiensi
pemecahan yang tinggi. Pemecahan biji dilakukan dalam alat pemecah
sentrifugal. Pemecah biji terdiri atas suatu rotor berputaran tinggi yang dilengkapi
dengan sejumlah alur atau celah radial di sepanjang mukanya.Biji yang

11

dimasukkan melalui rotor akan terlempar melalui celah ke arah cincin pemecah
dengan gaya sentripetal.
h. Pemisahan Cangkang
Campuran pecahan terdiri atas cangkang, inti, dan biji tak pecah.
Pemisahan inti dari campuran tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan bentuk
antara inti dan cangkang atau perbedaan berat jenis inti dari cangkang dan biji.
Prinsip pemisahan tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan (media) larutan
atau suspensi, air jernih, atau angin.
Bahan baku yaitu CPO merupakan bahan utama penyusun suatu produk
minyak kelapa sawit. Dalam hal ini PT Darmex Oils and Fats menggunakan
bahan baku berupa Crude Palm Oil atau biasa disebut CPO. Bahan baku CPO
yang digunakan PT Darmex Oils and Fats didapat dari pengolahan biji kelapa
sawit dari kebun milik PT Darmex Oils and Fats. Kebun kelapa sawit berada di
wilayah Sumatra dan sebagian Kalimantan, dengan luas kebun 155.000 ha.
CPO ini didistribusikan menggunakan kapal tongkang kemudian
dilanjutkan dengan truk tangki minyak. Setelah sampai pabrik CPO ditimbang di
stasiun penimbangan sebelum masuk pada penyimpanan dan proses selanjutnya,
yaitu pembuatan minyak kelapa sawit.

Sumber:http://4.bp.blogspot.com
Gambar 2.1 Butir Kelapa Sawit dan Bagianya
CPO yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng berupa CPO
dengan kandungan FFA kurang dari 4,5% karena jika kadar FFA dalam CPO
lebih dari 4,5% membuat CPO menjadi mudah rusak atau busuk. Persediaan
bahan baku datang sesuai dengan setok dari pemerasan biji kelapa sawit.

12

Sehingga kapasitasnya tidak stabil. Oleh karenanya PT. Darmex Oils and Fats
Oils and Fats mensiasati dengan penyimpanan pada tangki penyimpanan dengan
empat belas tangki. Sehingga persediaan bahan baku bisa olah secara kontinyu
dengan kapasitas produksi yang sama besar.
Namun produksi pada industri ini masih menggunakan CPO yang
mempunyai level di grade dua atau dibawahnya ini dikarenakan produk utamanya
yaitu CPO grade pertama langsung diekspor oleh pihak perusahaan. Ini dilakukan
karena PT. Darmex Oils and Fats memproduksi dari kebun sendiri. CPO dengan
kadar FFA kurang dari 5% digunakan untuk bahan baku minyak goreng kemasan
sedangkan CPO dengan kadar FFA lebih dari 5% digunakan untuk bahan baku
pembuatan glycerin dan FAME di PT Darmex Biofuels.
Dalam proses produksi minyak goreng dari CPO digunakan bahan
tambahan seperti Phosphoric Acid (PA) dan Bleaching Earth (BE). Adapun fungsi
penambahan ialah sebagai berikut:
Bleaching Earth digunakan untuk memucatkan warna yang menyerap
unsur – unsur pembawa warna yang melekat pada CPO. Zat warna dalam minyak
akan diserap oleh permukaan absorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum
dan resin) serta hasil degradasi minyak seperti peroksida. BE ditambahkan pada
saat minyak bersuhu 70 – 800 C. Daya pemucat BE akan lebih efektif bila
adsorben memiliki kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH mendekati
normal. Dosis penggunaan tergantng kualitas CPO yang digunakan. Cara
menentukan kualitas CPO tidak ada standar yang pasti.

Sumber: www.indiamart.com/superminerals/organic-chemicals.html
Gambar 2.2 Phosphoric Acid
13

Yang dapat dikontrol adalah penambahan BE tidak diijinkan jika langsung
dalam jumlah banyak, yang benar adalah dengan menambahkan BE secara
perlahan – lahan sampai didapatkan umlah yang optimum.
Bahan yang tidak ikut selama proses namun dibutuhkan selam proses yaitu :


Air : air ini diperoleh dari PDAM yang digunakan untuk cooler (air
bersih) dan proses vakum (air kotor)



Udara bertekanan : diperoleh dari Compressor yang digunakan untuk
proses pengeringan dan untuk membuka katup pipa.



Steam : diperoleh dari High Pressure Boiler yang terdapat di Power
Plant PT DOF Bekasi yang digunakan untuk steam boster, steam
injection, pengaduk pada deodorizer dan pemanasan pada proses awal
serta pengeringan.



Sumber listrik : diperoleh dari GenSet (Generator Set) yang terdapat
pada pada Power Plant.

Jenis-Jenis Bleaching Earth
a. Simnit
Simnit merupakan nama dagang untuk sejenis tanah lempung yaitu kaolin. Kaolin
adalah mineral lempung berwarna putih, bersusunan kimia Al2O32SiO22H2O
(hidrous aluminium silikat) yang merupakan hasil ubahan atau pelapukan dari
felspar atau mika. Kaolin memiliki nilai ekonomi cukup besar sebagai bahan
keramik, pemutih dan pengisi kertas.
b. Carbon Aktif
Carbon (arang) merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap
zat-zat dalam larutan. Zat ini dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat warna
dalam larutan. Aktivasi carbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan
arang dsengan membuka poripori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas
adsorbsi terhadap zat warna
c. Bentonite sebagai tanah pemucat
Bentonite merupakan nama perdagangan untuk sejenis lempung yang
mengandung mineral monmorilonite (pembangun struktur bentonite). Lempungini
merupakan batuan silica yang berasal dari kerangka organisme aquatic
14

mikroskopik. Sisa kerangka ini pertama - tama membentuk lumpur yang
kemudian termampatkan. Rumus kimia bentonite adalah (MgCa)Oal2O35SiO28
Simnit mempunyai daya serap yang lebih baik dibanding dengan bentonite
clay dan karbon aktif dikarenakan simnit mempunyai luas permukaan yang lebih
luas atau partikelnya sangat halus, dan dengan penambahan asam phospat sebagai
pengaktif akan menyebabkan penyerapan terhadap warna (karoten) dan pengotorpengotor yang terdapat pada minyak mentah (CPO) itu lebih optimum. Pemucatan
dengan asam akan lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pemakaian tanah
pemucat saja. Karena asam akan merombak struktur tanah dan mengeluarkan air
dari partikel tanah pemucat sehingga luas permukaan tanah lebih besar. Selain itu
komposisi mineral penyusun bleaching earth juga mempengaruhi kemampuan
penyerapannya.

Sumber: www.diytrade.com
Gambar 2.3 Bleaching Earth
Bentonite mempunyai kemampuan untuk menyerap lebih buruk bila
dibandingkan dengan simnit, hal ini disebabkan oleh mudahnya partikel bentonite
mengembang apabila terkena air. Akibatnya partikel tersebut akan lebih besar,
partikel yang lebih besar akan memiliki luas permukaan penyerapan yang lebih
kecil dan mengurangi aktifitas tanah pemucat. Demikian halnya dengan carbon
aktif, karena efisiensi adsorbs arang tergentung dari perbedaan muatan listrik
arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik
positip akan diserap lebih efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa, dan
sebaliknya. (Nasution,2003).

15

B. Proses Pengolahan
Pada pengolahan CPO ini ditampilkan PPO seperti berikut:

PETA PROSES OPERASI
Nama Obhyek
Dipetakan Oleh
Tanggal Pemetaan
No Peta

: Pembuatan Minyak Goreng
: Muhammad Robbi Sudarna
: 17 Mei 2014
: 01

RINGKASAN
Kegiatan

Jumlah

Waktu

Operasi

6

1248,9’

Inspeksi

7

1263,9’

Penyimpanan

1

Gambar 2.4 Pembuatan Minyak Goreng
16

Proses secara umum yang terjadi pada CPO (Crude Palm Oil) atau bahan baku
selama berada di dalam Refinery Plant adalah :
1. Proses Degumming, adalah proses penambahan Phosphoric Acid (PA)
yang berfungsi untuk mengikat getah (gum). Degumming merupakan suatu
proses yang bertujuan. Proses penghilangan getah merupakan suatu proses
pemisahan getah dan lendirlendir yang terdiri dari fosfatida, protein,
residu, karbohidrat, air, resin, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas
dalam minyak. Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah Degummed
Palm Oil (DPO).
2. Proses Bleaching, adalah proses penambahan Bleaching Earth (BE), pada
CPO yang telah diberi Phosporic Acid (PA). Dengan cara pemucatan ini
maka standar warna yang diinginkan dapat diupayakan sesuai dengan
keinginan konsumen. Dalam proses pemucatan ini digunakan bahan
pemucat (bleaching earth) yang sering juga disebut adsorben. Pemakaian
bleaching earth ini harus optimum, sesuai dengan standar mutu warna
BPO (bleaching palm oil atau minyak yang dihasilkan dari pemucatan).
Dimana BPO yang dihasilkan akan memiliki mutu yang berbeda jika
menggunakan jenis bleaching earth yang berbeda dan mutu BPO ini perlu
untuk diperhatikan.
3. Proses Deodorizing, merupakan proses tahap pemurnian yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa tidak enak dalam minyak. Prinsip
penghilangan bau yaitu penyulinganminyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfer atau keadaan vakum.
Proses pengolahan CPO sebagai feed atau bahan baku dimulai dari CPO yang
terdapat pada tangki storage dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu
500 C. Tujuan dilakukan pemanasan adalah agar CPO tidak beku sehingga proses
dapat berlangsung stabil. Pemanasan dilakukan dengan uap panas dari steam.
Kemudian CPO dipanaskan lagi dengan Heat Exchanger hingga mencapai suhu
120 C. Pemanasan kedua ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga
kelembabannya turun. Saat pertama kali atau operasi pertama kali pada bagian
Refinery Plant , maka sumber panas yang adalah steam yang ada pada plate Heat

17

Exchanger (PHE2) untuk memanaskan CPO. Namun jika pabrik sudah beroperasi
maka pemanas ynag digunakan adalah RBDPO atau minyak panas yang sudah
matang. Jadi pemanasan pada CPO dapat dilakukan hanya pada PHE1 yang
menggunakan sumber panas RBDPO dan proses pada PHE2 dapat dilewatu.
Pemindahahn panas pada PHE1 dilakukan dengan cara CPO dilewatkan pada
RBDPO yang shunya lebih tinggi daripada CPO yang keluar dari High
Temperature Economizer. Selanjutnya CPO dialirkan ke tangki degumming.
CPO yang kemudian ditambahkan asam phospat dengan dosis 0,04% - 0,06%
kedalam tangki degumming fungsi penambahan asam phospat untuk mengikat
getah (flok) dari kelapa sawit yang bercampur dengan CPO sehingga terbentuk
gumpalan – gumpalan yang telah menggumpal dalam tangki degumming
dialirkan ke tangki slurry, kemudian ditambahkan Bleaching Earth dengan dosis
1% - 1,2% dari CPO yang diproses. Proses bleaching dilakukan selama 50 menit
agar terjadi penyerapan (absorbs) terhadap bahan –bahan yang tidak dibutuhkan.
Selain itu proses Bleaching juga bertujuan ntuk mengoksidasi bahan dan
memisahkan dari bahan – bahan yang tidak dibutuhkan. Hasil dari proses
bleaching ini kemudian disaring dalam proses filtrasi sehingga terpisah antara
spent earth (kotoran minyak) dengan Bleach Palm Oil (BPO).
Dari proses tersebut, kemudian CPO yang suhunya sudah tinggi dibawa ke
mixer (MI) untuk kemudian ditambahkan dengan Phosporic Acid (PA) melalui
Dosing Pump Acid. CPO ditambahkan asam phospat dengan dosis 0,04% - 0,06%
kedalam tangki degumming. Fungsi penambahan asam phospat adalah sebagai
koagulan untuk mengikat getah (flok) dari kelapa sawit yang bercampur dengan
CPO sehingga terbentuk gumpalan – gumpalan yang telah menggumpal dalam
tangki degumming dialirkan ke tangki slurry.

Penambahan PA dilakukan

tergantung pada kandungan FFA atau Asam lemak bebas dalam CPO. Semakin
tinggi FFA dari CPO yang digunakan maka semakin banyak pula PA yang
ditambahkan. Waktu terjadinya reaksi tersebut tergantung dari kandungan FFA,
PA yang ditambahkan dan kapasitas dari CPO itu sendiri. Jika waktu reaksi terlalu
cepat maka kemampuan PA menkristalkan gum-gum

dari CPO tidak baik.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa proses pengkristalan gum tidak berjalan

18

dengan sempurna. Sebaliknya jika terlalu lama maka PA yang bentuknya cair
akan tertarik ke vakum dan kembali ke bentuknya yang semula atau mencair.
Hasil yang diperoleh dari proses penambahan PA ini adalah Degummed Palm Oil
(DPO).
Proses selanjutnya, DPO dibawa menuju Slurry Tank (ST) kemudian
dilakukan penambahan Bleaching Earth (BE) yang berbentuk bubuk ntuk
memucatkan warna dari DPO. Penambahan BE tergantung dari kualitas minyak
itu sendiri dimana penambahan Bleaching Earth (BE) tergantung dari kualitas
minyak itu sendiri dimana penambahannya akan semakin sedikit jika FFA-nya
tinggi (produksi minyak curah) dan penambahannya akan semakin banyak jika
FFA-nya rendah (produksi minyak Palma Stand Pouchl). Rata – rata ditambahkan
Bleaching Earth dengan dosis 1% - 1,2% dari CPO yang diproses. Proses
bleaching dilakukan selama 50 menit agar terjadi penyerapan (absorbs) terhadap
bahan –bahan yang tidak dibutuhkan. Pada Slurry tank (ST) ini selain terjadi
penambahan BE, dibawah tangki terdapat sparger steam yang berfungsi untuk
memanaskan dan proses pengadukan. Hasil yang diperoleh disebut Degummed
Bleached Palm Oil (DBPO). DBPO yang dihasilkan ini mengandung aldehida,
keton, alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, dan bahan lain
hasil dekomposisi peroksida dan pigmen. Walaupun konsentrasi bahan-bahan
tersebut kecil, bahan-bahan tersebut dapat terdeteksi oleh rasa dan aroma
minyaknya. Bahan-bahan tersebut lebih volatil pada tekanan rendah dan
temperatur tinggi
DBPO yang terbentuk selanjutnya dibawa ke Filter Niagara (FN1, FN2,
FN3), Filter Niagara ini adalah alat penyaring minyak yang berisi penyaring
berbentuk lempengan dan berpori, yang berfungsi untuk menyaring BE dalam
DBPO. Mlah lempengan ini ada 17 dengan luas penyaringan yang berbeda –
beda. Pada Filter Niagara ini terdapat dua buah filter namun pada kenyataanya
proses yang terjadi selama ini, tidak perlu dilewatkan pada kedua filter. Yang
dilakukan selama hanya dilewatkan pada satu filter saja. Sehingga jika satu filter
dalam keadaan beroperasi maka satu filter yang lain dicuci dan stand by untuk
proses selanjutnya. Tujuan DBPO dilewatkan ke Filter Niagara adalah agar

19

kotoran dapat tersaring. Kotoran yang tersaring ini berupa BE yang sudah tidak
terpakai lagi. Proses yang terjadi dalam Filter adalah :
1. Vakum.
2. Filling, merupakan proses pengisian minyak ke dalam filter.
3. Blask Run atau Pemurnian
4. Filtration
5. Circulation, proses ini dapat terjadi pada da kondisi yaitu :
a. Posisi Bleacher Low Level.
b. Posisi Tanki Filtrat High Level.
6. Emptying atau proses pengosongan filter. Proses ini dilakukan dengan
meninggalkan kotoran pada filter.
7. Drying, merupakan proses pengeringan kotoran yang basah menjadi
blotong yang kering (Spent Earth) yang menempel pada lempengan filter.
Blotong atau Spent Earth

ini dirontokkan lalu dikeluarkan. Untuk

pengeringan BE dan penggerak vibrator digunakan udara.
Minyak yang lolos dari Filter difiltrasi lagi dengan menggunakan 4 filter
yaitu 2 Cartridge Filter (FC) dan 2 Bag Filter (FB). Hasil samping dari kedua
filter ini masih berupa BE yang ukurannya lebih kecil dari yang dihasilkan di
Filter Niagara. Setelah lolos maka DBPO akan masuk ke dalam tanki filtrat (TF)
lalu dipompa dengan menggunakan pompa masuk ke Plate Heat Exchanger lalu
masuk kedalam Final Heater (FH) untuk dipanaskan dengan pemanas yang
disuplai dari High Pressure Boiler yang berbahan bakar solar. Setelah itu masuk
ke dalam Separator (S) dan dilanjutkan ke deodorizer, dimana pada deodorizer
terdapat 17 tray untuk menghilangkan warna, odor dan mengurangi kandungan
FFA.
Proses deodorisasi pada intinya adalah distilasi uap pada keadaan vakum
untuk menguapkan aldehid dan senyawa aromatik. DBPO diproses dalam tangki
Deodorizer pada temperatur 260°C. Pada proses deodorisasi ini digunakan steam
untuk mengaduk minyak sehingga bergolak. Karena golakan itu akan ada minyak
yang keluar lalu terlepas yang disebut splash oil yang ditampung di tanki tampung
yang dipompa ke tanki filtrat untuk diproses lagi sebab minyak tersebut masih

20

mentah. Pada deodorizer, kondisi minyak panas dan tentu saja dalam kondisi
sepertimitu akan ada minyak yang menguap di mana uap tersebut divakum dan
dikondensasikan pada Tanki Splash Oil (TSO) untuk menjadi cair kembali. Jika
TSO tersebut penuh maka akan secara otomatis terpompa ke tanki tampung (TT)
sebagai by product. By Product ini disebut sebagai PFAD atau Palm Fatty Acid
Destilate. PFAD ini disimpan di tanki penampung untuk digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biofuel oleh PT Darmex Bio Fuel (DBF) yang terletak disamping
refinery plant PT DOF. Minyak yang matang hasil deodorisasi masuk ke dalam
High Temperature Economizer (E) lalu ke Plate Heat Exchanger (PHE). Hasil
proses deodorizing yang bersuhu sangat tinggi mencapai 180°C didinginkan
dalam Cooler dengan menggunakan air hingga mencapai 60°C. Lalu kemudian
difiltrasi dengan F1 dan F2. Hasil yang diperoleh dari rafinasi setelah didinginkan
dan difilter disebut sebagai Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO)
sebanyak ±93,5% (menyusut 6,5 %). RBDPO ini kemudian dikirim ke Plant
Fraksinasi untuk diolah lebih lanjut menjadi minyak goreng.
Seluruh alat yang digunakan pada Refinery Plant ini dioperasikan dalam
keadaan vakum yang bertujuan untuk menghilangkan kelembaban dan mencegah
minyak teroksidasi dengan oksigen (O2). Prinsip vakum ini digunakan dengan
menggunakan steam sebagai penghisap udara. Di setiap pipa aliran proses ini
terdapat trising yang berguna untuk pemanas awal pipa agar minyak-minyak
yang mengendap dan menempel pada pipa dapat mencair terlebih dahulu.
Biasanya dilakukan sebelum pengoperasian awal. Media pemanas trising adalah
steam. RBDPO dan PFAD hasil dari proses ini diperiksa setiap jamnya oleh
bagian laboratorium untuk menganalisa kandungan FFA dan warna untuk RBDPO
sedangkan PFAD adalah kandungan RBDPO-nya. Jika kandungan RBDPO dalam
PFAD terlalu banyak maa PFAD akan dimasukkan lagi ke dalam deodorizer
untuk diproses ulang.

21

Fractination Plant
Dalam plant fraksinasi pada intinya terdapat 2 proses yaitu kristalisasi dan
filtrasi dengan 2 jenis alat utama yaitu Crystalizer dan Filter Press. Kapasitas
proses pada plant ini dibedakan berdasarkan kulitas masing – masing jenis
minyak goreng yang diproduksi PT DOF. Flow Rate terbesar apabila sedang
mempross minyak curah, sedangkan yang terkecil adalah jenis Palma Stand
Pouch.
Proses yang terjadi pada plant fraksinasi adalah sebagai berikut :
Minyak yang telah diproses di Plant Refinery yakni RBDPO kemudian dibawa ke
Plant fraksinasi untuk diolah lebih lanjut. RBDPO diambil dari storage tank atau
dialirkan langsung dari Refinery Plant. Sistem yang digunakan pada plant ini
adalah sistem semi continous. Proses pertama yang dilakukan adalah RBDPO
dialirkan ke Bufffer Tank. Pada buffer tank ini terjadi proses preheating yang
digunakan untuk menghomogenkan olein yang diolah menjadi minyak goreng.
Setelah tangki buffer sudah terisi penuh oleh RBDPO maka 85-90 % dari volume
tangki ini dialirkan ke Crystalizer Tank. Crystalizer tank berfungsi untuk
mengkristalkan fraksi cair RBDPO yaitu Olein

yang akan dipisahkan dari

Stearin-nya (Fraksi padat). Tangki ini dilengkapi dengan pipa-pipa di sekeliling
dinding tangki yang berguna untuk memanaskan ataupun mendinginkan, selain
itu terdapat juga pengaduk yang berfungsi untuk meratakan pemanasan ataupun
pendinginan dan menyeragamkan ukuran kristal yang terbentuk.
Pada proses ini minyak didinginkan pada kondisi dan temperatur yang
terkontrol sehingga kandungan sterin dalam minyak berubah menjadi kristal
sedangkan olein tetap cair. Hal ini disebabkan perbedaan fraksi dari zat yang
terkandung dalam minyak fraksi padat (sterin).
Cara fractination plant beroperasi pertama – tama mesin cooling tower
dijalankan untuk menurunkan suhu air selama proses, kemudian dilanjutkan
dengan menjalankan mesin chiller untuk mensuplai air yang akan didinginkan.
Air chiller digunalakan untuk pendinginan pada step W1 sampai terkahir
tercapainya suhu akhir dari akhir tersebut.

22

Selanjutnya dijalankan alat untuk pengatur distribusi steam berdasarkan
tekanan yang bekerja secara konstan yaitu alat stema reducing valve. Fungsi dari
alat ini adalah untuk memanaskan minyak di dalam crystalyzer sampai suhu yang
ditentukan.
Tahapan proses yang terjadi di dalam tangki adalah :
1. Loading : Tahap memasukkan RBDPO ke dalam crystalizer tank
, jika ketinggian liquid sudah mencapai batas tertentu maka tahap
selanjutnya dapat dilakukan. Saat pengisian dilakukan tidak
sampai memenuhi crystalizer tank untuk mengantisipasi
melubernya liquid.
2. Heating : Tahap pemanasan sampai tertentu yang berfungsi
untuk mencairkan kristal – kristal yang sudah terbentuk
sebelumnya. Media pemanas yang digunakan adalah air yang
dipanaskan dengan steam. Kecepatan putaran pengaduk diset
pada putaran paling cepat. Tahap ini dilakukan jika RBDPO
yang dimasukkan ke buffer tank mempunyai suhu yang rendah,
jika RBDPO mempunyai suhu di atas suhu pemanasan maka
proses ini tidak perlu dilakukan.
3. Delay Before Cooling : Tahap mendiamkan beberapa saat
RBDPO sambil diaduk (suhu tetap dipertahanakan dengan
pemanasan) hal ini berfngsi untuk menghomogenkan RBDPO
yang sudahpanas. Selain itu juga berfngsi dalam pengaturan
waktu proses antara crystalizer tank yang satu dengan yang lain
sehingga tidak terjadi waktu filtrasi yang bersamaan.
4. Cooling I. : Tahap pendinginan pada suhu tertentu sampai
terbentuk kristal. Media pendinginan yang digunakan adalah air
bersuhu rendah yang berasal dari cooling tower. Pada tahap ini
terjadi perbedaan sushu antara air pendingin dengan minyak
yang disebut dengan delta T1 dan delta T2 yang berfungsi untuk
memperlambat penurunan suhu dengan cara pengaturan debit air
pendingin pada saat mulai terbentuk kristal. Penetapan suhu

23

masuk air pendingin ini ditentukan oleh hasil analisa Iodine
value (IV) dari RBDPO yang diperiksa pada saat tahap cooling
delay berlangsung. Dari hasil pemeriksaan didapatkan semakin
besar nilai IV maka kemampuan penurunan suhu minyak menuju
ke suhu kristalisasi makin besar sedangkan semakin kecil nilai
IV maka kemampuan penurunan suhu minyak semakin kecil.
Sehingga delta T1 dan delta T2 diatur sedemikian rupa melalui
sirkulasi air pendingin agar shu yang diinginkan dapat tercapai.
Pada

tahap

pendinginan

kecepatan

putaran

pengaduk

diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya butir – butir
kristal stearin yang semakin lama semakin besar dan semakin
banyak jumlahnya. Pada tahap awal pembentukan kristal maka
deta T2 ini membatasi suplai air pendingin sehingga suhu
minyak tidak semakin dingin, tetapi dapat diperlambat.
5. Crystal time : Merupakan waktu yang diperlukan untuk
mempertahankan atau memperlambat penurunan suhu RBDPO
kristal. Pada tahap ini dengan waktu yang ditentukan diperoleh
pembentkan kristal yang baik, seragam, kecil, dan keras. Crystal
time ini berbeda – beda untuk tiap jenis minyak goreng yang
dihasilkan oleh PT DOF, untuk pembuatan Palma Stand Pouch
misalnya waktu pembentukan kristal dilakukan paling lama, agar
seluruh stearin dapat dibentuk menjadi kristal.
6. Cooling

II

:

Tahap

pendinginan

dilanjutkan

dengan

menggunakan air dingin bersuhu rendah yang berfungsi untuk
memperkeras kristal – kristal yang telah terbentuk. Media
pendingi yang digunakan adalah air dari Chiller. Pada tahap ini
perbedaan suhu antara minyak dengan air pendingin (delta T3)
tidak dipaksakan dan tidak ditahan. Kecepatan pemutaran
pengaduk lebih diperlambat lagi. Suhu air yang digunakan untuk
mendinginkan ditahan pada suhu tertentu sehingga minyak akan

24

perlahan – lahan mencapai suhu akhir dari pendinginan ini
(sesuai dengan suhu filtrasi).
7. End of Cooling : Tahap ini adalah tahapan akhir dari pendinginan
pada proses kristalisasi yang diatur sedemikian rupa (dengan
cara pengaturan debit air pendingin) sehingga suhu akhir
pendinginan dapat tercapai. Suhu akhir ini berbeda – beda sesuai
masing – masing jenis minyak (misalnya untuk Palma Stand
Pouch end of cooling paling rendah).
8. Holding
menuju

: Merupakan waktu tunggu dari tahap kristalisasi
ke

tahap

filtras.

Holding

ini

berfungsi

untuk

memperbaiki mutu minyak. Bagian QC menguji mutu minyak
yang dihasilkan selama proses kristalisasi dengan melakukan
pengambilan sampel untuk analisa kandungan IV pada bagian
awal proses. Kandungan IV jika belum sesuai maka holding time
diperpanjang sambil terus didinginkan dan diaduk. Bagian QC
juga memberikan hasil analisa waktu yang dibutuhkan untk
tahap filtrasi.
Tahap proses setelah proses kristalisasi adalah tahapan pengepresan atau
yang dikenal sebagai tahap filtrasi. Tahapan filtrasi terjadi melalui Filter Press.
Proses yang pertama adalah load yaitu pengisian dari kristaliser ke filter press
kemudian squeezing atau pengepresan. Pada proses ini olein yang merupakan
fase cair dimasukkan ke tanki olein. Setelah masuk ke tanki olein kemudian di
difilter dengan menggunakan Filter Bag. Setelah itu terjadi blowing. Olein yang
tertinggal pada filter press di-blowing supaya olein yang menempel pada filter
press ikut masuk ke olein tank. Proses berikutnya adalah release dimana tekana
yang besar pada filter press dilepaskan dan dijaga supaya tekanannya tetap. Jika
tekanannya terlalu tinggi maka filter plate dapat menjadi retak. Jika tekanan
terlalu rendah maka udara yang digunakan akan menggembungkan terlalu besar,
di mana jika filter bag ini mengembang terlalu besar maka membran filter dapat
menjadi robek. Tahap selanjutnya adalah double shift yaitu pemisahan stearin

25

(pemasukkan stearin ke tanki stearin). Jika filter press tidak kotor maka proses
berlanjut (load) tetapi jika kotor maka akan dicuci terlebih dahulu. Hasil yang
diperoleh disebt sebagai Olein dan Stearin.

Gambar 2.5 Storage tank
Di dalam plant fraksinasi ini pada intinya terdapat dua proses kristalisasi
dan filtrasi dengan 2 jenis alat utama yaitu:
Setelah terbentuk kristal sterin secara optimal kemudian fraksi padat dan
fraksi cair dipisahkan dengan Rotary Vacuum Drum Filter (RVDF) dengan
pelindung yang sekaligus berfungsi sebagai pengumpul fraksi padat. Hasil dari
proses ini adalah RBDPL (Olein) sebanyak 79% dari RBDPO yang diolah dengan
hasil samping RBDPS (Stearin) dengan temperatur 18 – 240 C.
C. Spesifikasi produk / standar mutu / pengembangan produk
PT Darmex oil & fats menghasilkan 3 grade minyak goreng yaitu grade 1
merupakan minyak goreng dalam kemasan stand pouch 1 dan 2 liter. Grade 2
merupakan minyak goreng dalam jerigen 5 dan 18 liter. Sedangkan grade 3
merupakan minyak goreng curah yang dijual tanpa kemasan. Selain itu PT
Darmex Oil and Fats merupakan salah satu perusahaan yang ditunjuk pemerintah
untuk memproduksi minyak goreng dalam kemasan dengan merk “MINYAK
KITA” ini merupakan minyak goreng grade 3 yang dikemas dengan tujuan
menjaga higienitas minyak yang dijual dipasaran. “MINYAK KITA” juga
diproduksi dengan tujuan untuk berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah
seperti operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng dipasaran

26

serta untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan pemerintah saat terjadi bencana
alam.
D. Sistem kendali mutu produk
Sistem kendali mutu merupakan kumpulan dari kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas produk demi tercapainya kepuasan konsumen.
Sistem kendali mutu pada PT Darnex Oil & Fats tidak hanya mengacu pada hasil
produk akhir semata, namun dilakukan secara menyelruh dimulai dari penerimaan
bahan baku sampai distribusi produk ke konsumen. diterapkan dengan selalu
menguji sampel pada tiap tahapan proses produksi minyak goreng.
Sistem kendali mutu dapat dilaksanakan dengan tiga tindakan utama yaitu :
1. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan dengan metode Total Productive
Maintenance. TPM dilakukan dengan cara melakukan maintenance rutin
pada mesin dan alat sesuai dengan jadwal periode maintenance, sehingga
tidak terjadi kerusakan mesin di saat produksi berjalan. Selain itu juga selalu
di sediakan mesin cadangan yang siap menggantikan mesin yang mengalami
kerusakan total. Akan tetapi pada kenyataannya penerapan TPM pada PT
Darmex Oil & Fats masih diabaikan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya
kerusakan mesin pada saat melakukan produksi. Maintenance alat dan mesin
juga belum terjadwal dengan teratur sehingga mesin yang rusak tidak
langsung ditangani. Sehingga dapat menggangg proses produksi yang
berjalan. Tindakan pencegahan dilakukan dengan tujuan menjamin
kelancaran proses produksi sehingga didapatkan produk akhir sesuai dengan
yang telah ditargetkan.
2. Tindakan Pengawasan
Tindakan pengawasan dilakukan ketika proses produksi berjalan.
Pengawasan dilakukan untuk mendapatkan proses yang paling optimal dalam
suatu produksi. Pengawasan dilakukan hampir pada semua proses produksi,
diantaranya adalah pada saat melakukan pemucatan minyak (bleaching),
penghilangan bau (deodorizing), pengawasan tekanan steam, suhu, tekanan
press, dan waktu pengkristalan.

27

PT Darmex Oil and Fats melakukan pengawasan mutu selama 24 jam
dalam sehari untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan memenuhi
spesifikasi atau standar yang ditetapkan sehingga produk yang dihasilkan tetap
terjaga kualitasnya. Selain itu juga untuk dapat mencapai kapasitas produksi yang
maksimal. Pengawasan dilakukan oleh staff yang bekerja di bagian QC yang
mengawasi proses produksi dengan sistem shift

yang terbagi dalam 3 shift.

Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari pengiriman bahan baku di kapal yakni CPO
yang berasal dari kebun di Riau dan Kalimantan Barat, CPO ini sudah diperiksa
dan dianalisa mutu CPO dan juga selama proses produksi CPO berlangsung.
Analisa terhadap mutu dalam proses produksi minyak goreng dilakukan secara
periodik agar minyak yang diproduksi terjaga kualitasnya dan sampai ke tangan
konsumen dengan hasil yang terbaik. Tujuan analisa adalah untuk memastikan
spesifikasi dari mutu dapat terpenuhi. Semua kegiatan di bagian QC adalah untuk
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan pada produk-prodk perusahaan yang
diperuntukkan untuk konsumen.
Pengendalian mutu dilakukan pada laboratorium ini meliputi uji mutu
bahan baku, bahan setengah jadi dan juga bahan jadi. Laboratorium atau yang
lebih dikenal sebagai Quality Control atau QC ini merupakan sebuah depart

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Menuju Desa Mandiri Energi

25 108 26