EVALUASI KESESUAIAN LAHAN AKTUAL TAMBAK YANG ADA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI

Rachm ansyah dan Ak hm ad M ust af a

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makm ur Dg. Sit akka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selat an

E- m ail: [email protected]

(Naskah diterima: 18 April 2011; Disetujui publikasi: 11 Juli 2011)

ABST RAK

Tam bak di Kabupat en Tanj ung Jabung Bar at (Tanj abbar ), Pr ovinsi Jam bi m em ilik i p r od uk t ivit as yang r elat if r end ah d an t elah d it et ap k an seb agai salah sat u lok asi pengem bangan k awasan Minapolit an. Oleh k arena it u, dilak uk an penelit ian unt uk m enentukan kesesuaian lahan tam bak yang ada dem i peningkatan produktivitas tam bak ser t a m en d u k u n g p r o g r am p en g em b an g an k awasan Mi n ap o l i t an d i Kab u p at en Tanjabbar. Faktor yang dipertim bangkan dalam evaluasi lahan adalah: topografi dan elevasi, hidrologi, tanah, dan iklim . Analisis spasial dalam Sistem Inform asi Geografis

d igunak an unt uk p enent uan k esesuaian lahan b ud id aya t am b ak . Hasil p enelit ian m enunjukkan bahwa lahan t am bak di Kabupat en Tanjabbar didom inasi t anah sulfat m asam dengan unsur- unsur toksik yang t inggi dan sebaliknya unsur hara m akro yang rendah dengan tekstur tanah dom inan lem pung berliat dan lem pung berpasir. Topografi lahan um um nya relatif datar dan elevasi yang tergolong rendah. Salinitas air tergolong rendah dengan t ingkat t urbidit as yang t ergolong t inggi sert a pasang surut yang sangat tinggi (4,55 m ). Curah hujan yang m encapai 2.393 m m / tahun dengan 2 bulan kering. Hasil analisis k esesuaian lahan ak t ual m enunj uk k an b ahwa t am b ak yang ad a d i Kabupaten Tanjabbar seluas 617,14 ha, di m ana tidak ada lahan tam bak yang tergolong sangat sesuai (Kelas S1); 38,40 ha t ergolong cukup sesuai (Kelas S2); dan 222,82 ha yang t ergolong kurang sesuai (Kelas S3); dan 355,92 ha yang t ergolong t idak sesuai (Kelas N).

KATA KUNCI: k esesuaian lahan, t am bak , Kabupat en T anjung Jabung Bar at ABST RACT :

Act ual land suit ab ilit y evaluat ion of exist ing b r ack ishw at er ponds in T anjung Jabung Bar at Regency, Jam bi Pr ovince. By Rach m an syah an d Ak h m ad M u st af a

Brackishwater ponds in Tanjung Jabung Barat Regency, Jambi Province has low productivity. The area has also been designated as one of Minapolitan areas in Jambi Province. Therefore, the recent research was conducted to determine land suitability of the existing brackishwater ponds in the area which was hoped to serve as the baseline data for any programm to increase the brackishwater ponds productivity and also to support the development of the Minapolitan area. Factors considered in the land evaluation were topography and elevation, hydrology, soil along with climate. Spatial analysis in Geographical Information System was used to determine land suitability for brackishwater ponds. The results of the research show that soil in the brackishwater ponds of Tanjung Jabung Barat Regency is dominated by acid sulfate soil with high concentration of toxic elements. Low concentration of macro nutrient with soil texture dominated by clay loam and sandy loam is also the characteristics

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

of the area. Generally, its land topography is flat and the elevation is classified low. Water salinity is low with high turbidity. The area has also a very high tidal range (4.55 m). Rainfall can reach 2.393 mm/year with 2 dry months. The result of actual land suitability showed that the existing brackishwater pond in Tanjung Jabung Barat Regency was 617.14 ha, of which no brackishwater ponds land was classified as highly suitable (S1 Class). A total of 38.40 ha was classified as moderately suitable (S2 Class), 222.82 ha classified as marginally suitable (S3 Class) and 355.92 ha was lassified as unsuitable (N Class).

KEYWORD S: l an d su i t ab i l i t y, b r ack i sh w at er p on d , T an j u n g Jab u n g Bar at

Regency

PENDAHULUAN

lahan digunak an unt uk penggunaan lahan yang lebih bersif at k husus (Hardjowigeno,

2 0 0 3 ). Eval u asi k esesu ai an l ah an u n t u k yang memiliki lahan tambak dan potensi lahan

Salah sat u kabupat en di Provinsi Jam bi

budidaya tambak perlu dilakukan agar menjadi t am bak adalah Kabupat en Tanjung Jabung

d asar p er t i m b an g an d al am p en g am b i l an Barat (Tanjabbar). Nam un dem ikian, t am bak

keput usan t ent ang penggunaan lahan yang yang ada, masih memiliki tingkat produktivitas

co co k d en g an k esesu ai an n ya. M en u r u t t am bak yang t ergolong rendah. Kom odit as

Rossit er (1996), evaluasi k esesuaian lahan yang dibudidayak an di t am bak Kabupat en

sangat penting dilakukan karena lahan memiliki Tan j ab b ar ad al ah u d an g wi n d u (Penaeus

sifat fisik, sosial, ekonom i, dan geografi yang monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos).

bervariasi atau lahan diciptakan tidak sam a. Kom odit as lain yang dapat dibudidayakan di

t am bak adalah udang vanam e (Litopenaeus Eval u asi k esesu ai an l ah an m er u p ak an vannamei) d an r u m p u t l au t (Gracilaria

su at u p r o ses p en d u g aan k er ag aan l ah an verrucosa). Berdasarkan Keput usan Ment eri

apabila lahan digunakan untuk tujuan tertentu Kelaut an dan Perikanan Republik Indonesia

(FAO, 1985). Evaluasi kesesuaian lahan m em - Nomor KEP 32/ MEN/ 2010 Tentang Penetapan

prediksi keragaan lahan mengenai keuntungan Kaw asan M i n ap o l i t an t el ah d i t et ap k an

yang diharapkan dari penggunaan lahan dan Kabupaten Tanjabbar sebagai salah satu lokasi

k endala penggunaan lahan yang produk t if pengembangan kawasan Minapolitan di Indo-

serta degradasi lingkungan yang diperkirakan n esi a d en g an k om od i t as an d al an u d an g .

ak an t er j ad i k ar en a p en g g u n aan l ah an . Ko m o d i t as t er seb u t t er m asu k k o m o d i t as

Kesesuaian lahan m er up ak an suat u k unci perikanan yang berbasis lahan, m aka unt uk

su k ses d al am k eg i at an ak u ak u l t u r yan g dapat t um buh at au hidup dan berproduksi

m em p en g ar u h i k eb er h asi l an d an k eb er - secara opt im um m em erlukan persyarat an-

l an j u t an n y a (Pér ez et al. , 2 0 0 3 ) ser t a persyaratan lahan tertentu yang dapat berbeda

merupakan langkah awal bagi pengembangan satu sama lain.

i l m u p en g et ah u an d an ak u ak u l t u r yan g berkelanjutan (Karthik et al., 2005). Kesesuaian

Lahan adalah suat u lingkungan f isik yang lahan unt uk akuakult ur sebaiknya m em beri- terdiri atas tanah, topografi, hidrologi, vegetasi,

kan t ekanan sem inim um m ungkin t erhadap dan iklim di m ana pada bat as- bat as t ert ent u

lingkungan, memberikan potensial maksimum mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan

bagi pertumbuhan komoditas, meminimumkan (World Bank, 1995 dalam Rajitha et al., 2007).

b i aya p r od u k si d an m em i n i m u m k an at au Ol eh k ar en a i t u , p er b ed aan k o m b i n asi

m encegah pot ensial konf lik ant arpengguna penyusun lingkungan fisik lahan tersebut akan

(Pérez et al., 2003) dan membuat penggunaan memberikan karakteristik lahan yang berbeda

lahan lebih rasional (Hossain & Das, 2010). dan pada ak hirnya k esesuaian lahan yang

Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk berbeda pula. kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau

Si s t em ev al u as i l ah an y an g s er i n g setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan

d i g u n ak an d i In d o n esi a yai t u : k l asi f i k asi pot ensial). Kesesuaian lahan akt ual adalah kem am puan lahan dan klasifikasi kesesuaian

k esesu ai an l ah an b er d asar k an d at a si f at lahan. Klasifikasi kemampuan lahan digunakan

biof isik lahan sebelum lahan t er sebut di- untuk penggunaan lahan bersifat umum (dalam

berikan m asukan- m asukan yang diperlukan art i luas), sedangkan klasif ikasi kesesuaian

untuk mengatasi kendala (Ritung et al., 2007).

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang lapangan) dengan pH- meter (Ahern & Rayment, ber t uj uan unt uk m engevaluasi k esesuaian

1998) dan pH FOX (pH t anah yang diukur di l ah an ak t u al t am b ak yan g ad a ag ar p r o-

lapangan setelah dioksidasi dengan hidrogen

d u k t i vi t as t am b ak d ap at m en i n g k at d an peroksida (H 2 O 2 ) 30%) dengan pH- meter (Ahern

b er k el an j u t an ser t a d ap at m en j ad i acu an & Raym ent , 1 9 9 8 ) ser t a p ot ensial r ed ok s Pem er i n t ah Kab u p at en Tan j ab b ar secar a

dengan redox - m et er. Cont oh t anah diam bil khusus dan Pem erint ah Provinsi Jam bi secara

pada kedalam an t anah 0- 0,2 m dari perm u- um um dalam penent uan Rencana Tat a Ruang

kaan t anah. Unt uk analisis peubah kualit as Wilayah dan m endukung program pengem -

t anah lainnya, m aka cont oh t anah yang ada bangan kawasan Minapolitan.

secepatnya dimasukkan dalam kantong plastik dan selanjut nya dim asukkan dalam cold box

BAHAN DAN METODE

yang diberi es. Cont oh t anah diovenkan pada suhu 8 0 o

C selam a 4 8 j am (Aher n & Penelit ian dilaksanakan di wilayah pesisir Blunden, 1998). Set elah kering, cont oh t anah Kecam at an Seberang Kot a, Tungkal Ilir, dan

o C- 8 5

d i h al u sk an d en g an car a d i t u m b u k p ad a Kuala Bet ar a (Gam bar 1 ) yang m er upak an

lum pang porselin dan diayak dengan ayakan wilayah yang m em iliki t am bak di Kabupat en

ukuran lubang 2 mm dan selanjutnya dianalisis Tanjabbar Provinsi Jam bi pada bulan April

di Laborat orium Tanah Balai Riset Perikanan dan Mei 2010. Budidaya Air Payau (BRPBAP) di Maros. Kualitas

Dat a prim er yang dikum pulkan m eliput i tanah yang dianalisis di laboratorium meliputi

d at a b i of i si k l ah an yan g m el i p u t i f ak t or : pH KCl (pH dari ekst rak KCl) (McElnea & Ahern, t o p o g r af i , el evasi , t an ah , d an h i d r o l o g i .

2004a), pH OX (McElnea & Ahern, 2004b), S P Penentuan titik- titik pengambilan contoh tanah

(sulf ur peroksida) (Melville, 1993; McElnea & didasarkan pada pet a Sat uan Unit . Peubah

Aher n, 2 0 0 4 c), S KCl (sulf ur yang d iek st r ak k u al i t as t an ah yan g d i u k u r l an g su n g d i

dengan KCl) (Melville, 1 9 9 3 ; McElnea dan lapangan adalah pH F (pH tanah yang diukur di

Ahern, 2004d), S POS (S P -S KCl ) (Ahern & McElnea,

Gambar 1. Tit ik- t it ik pengukuran dan pengam bilan cont oh t anah dan air di kawasan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Figure 1. Soil and water measurement sampling points in the coastal area of Tanjung Jabung Barat Regency Jambi Province

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

2004), TPA (Titratable Peroxide Acidity at au sudah dikum pulkan, selanjut nya dilakukan sebelum nya dikenal dengan Total Potential

p en g o l ah an d at a d en g an m en g g u n ak an Acidity) (McElnea dan Ahern, 2004b), TAA

an al i si s sp asi al d al am Si st em In f o r m asi (Titratable Actual Acidity at au sebelum nya

Geograf is (SIG). Pada proses analisis m eng- dikenal dengan Total Actual Acidity) (McElnea

gunakan program ArcView 3.3 dengan cara & Ahern, 2004a), TSA (Titratable Sulfidic Acid-

m em asu k k an set i ap p eu b ah d at a u n t u k ity at au sebelum nya dikenal dengan Total

menghasilkan peta tematik bagi setiap peubah Sulfidic Acidity) (TPA- TAA) (McElnea & Ahern,

dat a. Selanjut nya dilakukan proses t um pang 2004b), pirit (Ahern et al., 1998a; 1998b),

tindih pada sem ua peubah yang m asuk dalam karbon organik dengan m et ode Walkley dan

criteria kesesuaian lahan tambak. Kriteria yang Black (Sulaem an et al., 2005), N- total dengan

digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan m et ode Kjedhal (Sulaem an et al., 2005), PO 4 untuk budidaya tambak mengacu pada kriteria

dengan metode Bray 1 (Sulaeman et al., 2005), yang ada (Must afa et al., 2007). Fe dengan spekt rof ot om et er (Menon, 1973),

Asum si yang dit erapkan dalam evaluasi Al dengan spekt rof ot om et er (Menon, 1973)

kesesuaian lahan t am bak disesuaikan pada dan tekstur dengan m etode hidrom eter (Agus

p eng elolaan yang r end ah at au sed er hana et al., 2006).

sampai sedang. Infrastruktur, aksesibilitas dan Topograf i dan elevasi diket ahui m elalui

pem asar an hasil pr oduk si t idak diper t im - pengam atan di lapangan. Data hidrologi yang

bangkan dalam evaluasi kesesuaian lahan ini. diukur adalah pasang surut dan kualit as air.

Hasi l p r o ses p en i l ai an k esesu ai an l ah an Pengukuran pasang surut dilakukan di salah

dit am pilkan dalam bent uk sist em klasif ikasi sat u t it ik pengam at an yang t erlet ak m uara

kesesuaian lahan akt ual. Sist em klasif ikasi Sungai Tungkal. Pengukuran pasang surut

kesesuaian lahan dit ent ukan sam pai t ingkat

d ilak uk an selam a 3 9 j am d engan int er val

kategori Kelas.

pengukuran 1 jam m enggunakan palem at au ram bu pengam at pasang surut . Pengukuran

HASIL DAN BAHASAN

d an p engam b ilan cont oh air d ilak uk an d i sungai, laut , saluran, dan t am bak pada pukul

Elevasi dan T opograf i

ant ara 09:00 dan 15:00 WIB. Pengukuran dan Kawasan pesisir dan daerah aliran sungai pengam bilan cont oh air di t am bak m engikut i

di Kabupat en Tanjabbar um um nya m em iliki t i t i k p en g am b i l an co n t o h t an ah . Peu b ah

kem iringan lereng yang t ergolong dat ar dan kualitas air yang diukur langsung di lapangan

el ev as i y an g r en d ah (A n o n i m , 2 0 0 9 ). adalah suhu, salinit as, oksigen t erlarut , dan

Chanrat chakool et al. (1995) m enyarankan pH dengan m enggunakan YSI 650. Contoh air

lahan yang baik untuk budidaya tambak adalah untuk analisis di laboratorium diambil dengan

relat if dat ar. Lokasi t am bak sebaiknya dipilih m enggunakan Kem m erer Wat er Sam pler dan

di t em pat yang m em punyai elevasi t ert ent u dipreservasi mengikuti petunjuk APHA (2005).

agar m em udahkan pengelolaan air, sehingga Peu b ah k u al i t as ai r y an g d i an al i si s d i

t am bak cuk up m endapat k an air pada saat Laborat orium Air BRPBAP di Maros m eliput i:

t erjadi pasang harian dan dapat dikeringkan NH 4 , NO 3 , NO 2 , dan mengikuti petunjuk Menon

pada saat surut harian (Poernom o, 1989). (1973) dan APHA (2005). Seluruh t it ik- t it ik

Menur ut Bose et al. (1 9 9 1 ), elevasi d asar pengam at an dan pengam bilan cont oh di-

tambak yang ideal adalah apabila dasar tambak t ent ukan t it ik koordinat nya dengan m eng-

dapat dikeringkan kapan saja dan dapat diisi gunakan Global Positioning System (GPS).

air secara gravit asi selam a 5 hari dari set iap Data sekunder term asuk data curah hujan

siklus pasang surut.

dikum pulkan m elalui penelusuran berbagai laporan, pust ak a dan hasil penelit ian dari

H i d r ol og i

b er b ag ai i n st an si t er k ai t . Pet a yan g d i - k u m p u l k an an t ar a l ai n p et a Ad m i n i st r asi

Pasan g su r u t yan g t er u k u r d i Su n g ai Kabupaten Tanjabbar.

Tu n g k al m en u n j u k k an b ah wa p er b ed aan pasang dan surut di Kabupat en Tanjabbar

Pet a Penut up / Penggunaan Lahan yang t ergolong sangat t inggi yait u m encapai 4,55 digunakan adalah citra dari Google Earth yang

m . Penurunan t inggi air t ergolong cepat , di diint egrasikan dengan pet a dasar dari pet a

mana terjadi penurunan tinggi air sebesar 2,68 Rupabum i Indonesia. Dat a prim er, sekunder

m dalam wakt u 1 jam set elah pasang t inggi dan pet a Penut up/ Penggunaan Lahan yang

(Gam bar 2). Poernom o (1989) berpendapat

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

ir a u k a

g g i m in T

Surface water height

Waktu pengam atan (jam ) Observation time (hour)

Gambar 2. Pasang surut di kawasan pesisir Kabupat en Tanjung Jabung

Barat Provinsi Jambi Figure 2. Tidal range variation in the coastal area of Tanjung Jabung

Barat Regency Jambi Province

bahwa lokasi yang fluktuasi pasangnya sedang Oksigen t erlarut air di kawasan pert am - (kisaran m aksim um nya ant ara 2 dan 3 m dan

bakan Kabupat en Tanjabbar berkisar ant ara rata- rata am plitudonya antara 1,1 dan 2,1 m )

5,66 dan 10,21 m g/ L. Oksigen t erlarut yang

ad alah layak b agi p engelolaan t am b ak d i t erukur pada siang hari ini dapat m endukung k awasan int er t idal. Dik at ak an pula bahwa

kehidupan organism e budidaya di t am bak. lokasi yang f lukt uasi pasangnya besar (lebih

Pad a k on sen t r asi ok si g en t er l ar u t an t ar a dari 4 m ) akan m enim bulkan m asalah, karena

1 , 5 d an 3 , 5 m g / L d ap at m en yeb ab k an

d i p er l u k an p em at an g yan g b esar u n t u k p er t u m b u h an ser t a k o n su m si p ak an d an m elindungi t am bak dari pasang t inggi dan

ef isiensi pakan pada udang windu m enjadi seb al i k nya m eni m b ul k an k esul i t an m em -

rendah (Tsai, 1989). Bat as oksigen t erlarut p er t ahank an air d alam t am b ak p ad a saat

unt uk udang windu adalah 3- 10 m g/ L dan surut rendah. Kisaran pasang surut ant ara 1

optimum 4- 7 mg/ L (Poernomo, 1989). dan 3 m lebih baik dalam pengisian sert a

Telah disebut kan sebelum nya bahwa ada pengeringan dan pem buangan lim bah dari

tiga sungai besar di Kabupaten Tanjabbar yang dalam t am bak (Chanrat chakool et al., 1995).

berm uara di Selat Berhala di Laut Cina Selatan Dengan dem ikian, pasang surut di kawasan

yang t ergolong sungai hidup yang berart i pesisir Kabupaten Tanjabbar tergolong kurang

memiliki sumber air tawar. Sebagai akibatnya, mendukung untuk budidaya tambak.

salinitas air yang terukur semuanya lebih kecil Suhu air yang t erukur di kawasan per-

dari salinitas air laut (< 34 ppt) (Tabel 1). Udang t am b ak an Kab u p at en Tan j ab b ar b er k i sar

windu m am pu m enyesuaikan diri t erhadap antara 25,52 o

sal i n i t as 3 - 4 5 p p t (Tsen g , 1 9 8 7 dalam 32,01 o

C dan 39,97 o

C dengan rata- rata

C (Tabel 1). Suhu air yang tinggi terukur Poernomo, 1988), namun untuk pertumbuhan pada t am bak dengan air yang sangat dangkal

o p t i m u m d i p er l u k an sal i n i t as 1 5 - 2 5 p p t (< 5 cm ). Suhu air yang layak unt uk budidaya

(Poernomo, 1988). Salinitas optimum untuk ikan udang windu berkisar ant ara 26 o

C dan 32 o C bandeng (Ismail et al., 1993) adalah 15 sampai (Poernom o, 1988) serta antara 13 o

C dan 33 o C dengan 25 ppt. Salinitas optimum untuk rumput (Pox t on, 2003) dan opt im um nya ant ara 29 o C laut adalah 15 sampai 25 ppt (Lin, 1974).

dan 30 o

C (Poernom o, 1988). Suhu air 25 o C- Kisaran pH air di kawasan pert am bakan

C adalah suhu yang baik unt uk budidaya Kab u p at en Tan j ab b ar cu k u p b esar yai t u rumput laut (Hurtado- Ponce & Umezaki, 1987).

30 o

antara 5,79 dan 10,29 dengan rata- rata 7,21.

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

Tabel 1. Kualitas air di kawasan pertambakan (n = 109) Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Provinsi Jambi Table 1.

Water quality in the brackishwater ponds area of Tanjung Jabung Barat Regency Jambi Province

St and ar d eviasi

Rat a-rat a Peub ah Va r ia b les

M aksimum

M inimum

St a n d a r d

Ma xim um

Aver a g e

d evia t ion

Suhu (Temperature ) ( o C)

25.52 39.97 32.01 2.70 Oksigen terlarut

Dissolved ox ygen (mg/ L)

5.66 10.21 6.91 0.69 Salinitas (Salinity ) (ppt)

0.72 23.52 9.94 6.16 pH

5.79 10.29 7.21 0.89 Turbiditas (Turbidity ) (NTU)

87.91 Nitrit (Nitrite ) (mg/ L)

0.1166 Nitrat (Nitrate ) (mg/ L)

0.3304 Amonia (Ammonia ) (mg/ L)

0.2273 Fosfat (Phosphate ) (mg/ L)

Kem asam an air yang t inggi at au pH rendah organism e akuat ik (Cech, 2010), Tingginya sebagai akibat adanya sum ber kem asam an

turbiditas diduga sebagai akibat dari liat lumpur yang dapat berasal dari t anah sulf at m asam

m aupun asam - asam hum us yang berasal dari m aupun t anah gam but yang m endom inasi

gambut.

t anah di Kabupat en Tanjabbar. Kisaran pH yang baik unt uk udang windu adalah 7,5- 8,7

Konsentrasi nitrit (NO 2 ) pada perairan relatif dengan opt im um 8,0- 8,5 (Poernom o, 1988;

kecil karena segera dioksidasi m enjadi nit rat . 1989). Menurut Swingle (1968), pada umumnya

Perairan alami mengandung NO 2 sekitar 0,001 pH air yang baik bagi organisme akuatik adalah

m g/ L d an seb alik nya t id ak m eleb ihi 0 ,0 6 6,5- 9,0; pada pH 9,5- 11,0; dan 4,0- 6,0 meng-

m g/ L (Canad ian Council of Resour ce and ak ib at k an p r od uk si r end ah d an j ik a leb ih

Environm ent Minist ers, 1987 dalam Ef f endi, rendah dari 4,0 at au lebih t inggi 11,0 akan

2003). Konsent rasi NO 2 yang lebih dari 0,05 m eracuni ikan. Dengan dem ikian, pH air di

m g/ L dapat bersif at t oksik bagi organism e kawasan pert am bakan Kabupat en Tanjabbar

akuat ik yang sangat sensit if (Moore, 1991). m asi h d ap at m end uk ung usaha b ud i d aya

Dengan dem ik ian, k onsent rasi nit rit air di tambak.

beberapa t em pat di kawasan pert am bakan Kab u p at en Tan j ab b ar t er g o l o n g k u r an g

Turbidit as m enggam barkan sifat opt ik air m en d u k u n g b u d i d aya t am b ak , wal au p u n yan g d i t en t u k an b er d asar k an b an yak n ya

secara rat a- rat a k onsent rasi nit rit sebesar cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh

0,0451 mg/ L (Tabel 1).

b ahan- b ahan yang t er d ap at d i d alam air . Tur bidit as disebabk an oleh adanya bahan

Tidak sepert i halnya dengan nit rit yang organik dan anorganik yang t ersuspensi dan

bersifat t oksik, bent uk nit rogen lainnya yait u t erlarut (m isalnya lum pur dan pasir halus),

nit rat (NO 3 ) t idak bersif at t ok sik t erhadap m aupun bahan anorganik dan organik yang

organisme akuatik, bahkan merupakan bentuk berupa plank t on dan m ik roorganism e lain

ut am a nit rogen di perairan alam i dan m eru- (Davi s & Co r n w el , 1 9 9 1 ; APHA, 2 0 0 5 ).

p ak an n u t r i en u t am a b ag i p er t u m b u h an Tam paknya, t urbidit as air di kawasan per-

t anam an dan alga. Konsent rasi NO 3 air di t am bak an Kabupat en Tanj abbar t ergolong

kawasan pert am bakan Kabupat en Tanjabbar t inggi yang dapat m enjadi f akt or pem bat as

berkisar antara 0,0027 dan 1,3266 dengan rata- dalam budidaya tambak. Turbiditas lebih besar

rata 0,2388 mg/ L (Tabel 1) yang menunjukkan

50 NTU sudah tergolong tinggi dan turbiditas bahwa k onsent rasi nit rat t ergolong t inggi. lebih besar 25 NTU sudah dapat m engganggu

Telah dilaporkan bahwa konsentrasi NO 3 pada

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

perairan alam i ham pir t idak pernah lebih dari konsent rasi unsur t oksik sepert i Fe (besi) dan

Al (aluminium) yang tinggi juga. 0,2 m g/ L dapat m engak ibat k an t erj adinya

0,1 m g/ L. Konsent rasi NO 3 yang lebih dari

Pot ensial redoks t anah m enggam barkan eut rof ikasi perairan yang selanjut nya m en-

kondisi tanah yang tereduksi atau teroksidasi. st im ulir pert um buhan alga dan t um buhan air

Dari Tabel 2 t erlihat bahwa pot ensial redoks secara pesat (Effendi, 2003).

tanah di Kabupaten Tanjabbar bernilai negatif

yang berarti tanah dalam kondisi tereduksi. Hal sudah m engham bat pertum buhan organism e

Konsentrasi amonia (NH 3 ) 0,05- 0,20 mg/ L

i ni seb ag ai ak i b at t anah yang t el ah l am a akuat ik pada um um nya. Apabila konsent rasi

t er genang pada saat pengam bilan cont oh NH 3 lebih dari 0,2 m g/ L, perairan bersif at

t anah, sehingga t erbent uk k ondisi reduksi t ok sik bagi beberapa jenis ik an (Swayer &

pada tanah dasar tambak. McCart y, 1978). Chanrat chakool et al. (1995)

Pada t anah sulf at m asam yang dicirikan

dengan konsentrasi pirit (FeS diperkenankan unt uk budidaya udang windu

2 ), maka salah satu sumber kemasamannya adalah sulfur. Pirit yang adalah kurang dari 0,1 mg/ L. Dengan demikian,

m enyat ak an b ahwa k onsent r asi NH 3 yang

teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat dan ada tem pat tertentu di kawasan pertam bakan

f errosulf at yang apabila bereaksi dengan air Kab u p at en T an j ab b ar y an g m em i l i k i

m el ep ask an f er r i su l f at yan g sel an j u t n ya k o n sen t r asi NH 3 yan g t er g o l o n g m em -

apabila teroksidasi kembali akan menghasilkan

b ahayak an k ehid up an or ganism e ak uat ik , asam sulfat. Dari Tabel 2 terlihat bahwa tanah sebab konsentrasinya dapat mencapai 1,5783

tambak di Kabupaten Tanjabbar mengandung mg/ L.. pirit 2,43± 1,82%, suatu konsentrasi FeS 2 yang

Konsent rasi f osf at (PO 4 ) air di k awasan

t ergolong t inggi.

pert am bakan Kabupat en Tanjabbar berkisar Tel ah d i seb u t k an seb el u m n ya b ah w a 0,0222 dan 1.1695 dengan rat a- rat a 0,2053

m g / L. Ber d asar k an k l asi f i k asi k esu b u r an t anah t am bak di Kabupat en Tanjabbar selain t ergolong t anah sulfat m asam juga t ergolong

perairan oleh Yoshim ura (1966) dalam Liaw t anah gam but at au t anah sulfat m asam yang

berasosiasi dengan tanah gambut. Hal ini dapat perairan dengan t ingkat kesuburan sangat

(1969), m aka konsent rasi PO 4 ini t ergolong

dit unjukkan oleh konsent rasi bahan organik

berkisar ant ara 0,005- 0,020 m g/ L (UNESCO/ tanah yang cukup tinggi yang dapat mencapai 30,61% (C- organik 17,71%). Tanah gam but

t inggi. Konsent rasi PO 4 pada perairan alam i

WHO/ UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003).

ad al ah t an ah y an g d i c i r i k an d en g an

Tanah

konsent rasi C- organik (karbon organik) yang t inggi yait u m elebihi 15% (Boyd et al., 2002).

Jenis t anah yang d ij um p ai d i k awasan Konsent rasi bahan organik yang t inggi dapat pertambakan Kabupaten Tanjabbar didominasi

m enyebabkan t erbent uknya senyawa m et an oleh t anah sulf at m asam dan sebagian kecil

d an h i d r o g en su l f i d a y an g m er u p ak an t anah gam but dan t anah sulf at m asam yang

senyawa yang dapat m em at ikan organism e berasosiasi dengan tanah gambut. Karakteristik

yang dibudidayak an. Dik at ak an oleh Boyd t anah yang d im ilik i t am b ak d i Kab up at en

(2008), konsentrasi karbon organik lebih dari Tanjabbar terlihat pada Tabel 2.

2 ,5 % sud ah t er m asuk b er leb ihan d an ad a pH

F ad al ah p H t an ah yan g d i u k u r d i anaerobik di dasar t am bak. Dikat akan pula lapangan dalam kondisi t anah jenuh dengan

k ec en d er u n g an ak an t er b en t u k z o n a

air, sedangkan pH adalah pH t anah yang bahwa bahwa k onsent r asi k ar bon or ganik

d i u k u r d i l ap an g an set el ah d i o k si d asi FOX sebesar 2,5% termasuk optimum untuk tambak sem purna dengan H 2 O

2 (hidrogen peroksida) 30% (Ahern & Raym ent, 1998) dan selisih nilai

yang dipupuk dan cukup sesuai untuk tambak

yang diberi pakan.

ant ara pH F dan pH FOX dapat digunakan unt uk Kebanyakan nit rogen dalam t anah dasar menentukan potensi kemasaman tanah. Rata-

t am bak t erk andung dalam bahan organik .

Analisis konsent rasi N- t ot al t anah dilakukan, 6,26; 1,80 dan 4,46 yang menunjukkan bahwa

rata nilai pH F , pH FOX dan pH F –pH FOX berturut- turut

bukan hanya unt uk m enget ahui konsent rasi tanah tambak di Kabupaten Tanjabbar memiliki

nitrogen tanah, tetapi juga untuk m engetahui pot ensi kem asam an yang t inggi. Hal ini juga

rasio C:N t anah. Tam paknya, rasio C:N t anah didukung dengan nilai pH KCl dan pH OX yang

t am bak di Kabupat en Tanjabbar t ergolong rendah serta nilai S POS dan TPA yang tinggi serta

sangat tinggi dapat mencapai nilai rata- rata 135.

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

Tabel 2. Kualit as t anah (kedalam an 0- 0,20 m ) t am bak di Kabupat en Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi (n = 105)

Table 2. Soil quality (at the depth of 0-0.20 m) of brackishwater ponds in Tanjung Jabung Barat Regency Jambi Province

St and ar d eviasi Peub ah ( Va r ia b les)

Rat a-rat a

Aver a g e

St a n d a r d d evia t ion

pH F 6.26 0.67 pH FOX

1.8 1.1 pH F -pH FOX

4.46 1.19 Potensial redoks (Redox potential ) (mV)

114 pH KCl

5.51 1.15 pH OX

2.01 0.88 S KCl (%)

0.32 0.21 S P (%)

1.67 0.86 S POS (%)

1.35 0.76 TPA (mol H + / ton)/ (mole H + /ton )

390 TAA (mol H + / ton)/ (mole H + /ton )

14 87 TSA (mol H + / ton)/ (mole H + /ton )

408 Pirit (Pyrite ) (%)

2.43 1.82 Bahan organik (Organic matter ) (%)

5.46 N-total (Total-N ) (%)

0.05 0.02 Rasio C:N (C:N ratio )

178 PO 4 (mg/ L)

21.83 20.08 Fe (mg/ L)

1111 Al (mg/ L)

83 Pasir (Sand ) (%)

11 10 Liat (Clay ) (%)

53 9 Debu (Silt ) (%)

36 11 Tekstur (Texture)

Lempung, Lempung berliat, Lempung berdebu, Lempung liat berpasir, Pasir berdebu (Loam , Clay loam , Silty loam , Sandy clay loam , Silty sand )

Telah dilaporkan sebelumnya bahwa rasio C:N adalah: liat , lem pung berliat , lem pung liat t anah gam but biasanya lebih besar dari 31:1

berdebu, lem pung berdebu, lem pung, dan (Mustafa, 1998; Barchia, 2006). Rasio C:N yang

lem p ung liat b er p asir (Ilyas et al., 1 9 8 7 ). ideal unt uk t am bak adalah 8:1 sam pai 12:1

Dik at ak an oleh Boyd (1 9 9 5 ) b ahwa suat u (Boyd, 2008).

m at erial t anah yang m erupak an cam puran Ketersediaan fosfat (PO ) > 60 mg/ L dalam

d ar i p ar t i k el yan g b er b ed a u k u r an d an tanah tambak dapat digolongkan sebagai slight 4

m engandung m inim um 30% liat adalah ideal at au t ergolong baik dengan f akt or pem bat as

untuk konstruksi tambak. Dari Tabel 2 terlihat yang sangat mudah diatasi (Karthik et al., 2005).

bahwa t ekst ur t anah t am bak di Kabupat en Tanjabbar adalah lem pung, lem pung berliat ,

t am b ak Kab u p at en Tan j ab b ar t er g o l o n g lem pung berdebu, lem pung liat berpasir, dan rendah sebab rata- rata hanya 21,83 mg/ L.

Oleh k arena it u, k onsent rasi PO 4 di t anah

pasir berdebu. Tekst ur t anah ini m endukung u s ah a b u d i d ay a t am b ak y an g m as i h

Tanah t am bak sering dijum pai bert ekst ur m em erlukan m akanan alam i sepert i klekap halus dengan konsentrasi liat minimal 20%- 30%

s eb ag ai s u m b er u t am a m ak an an b ag i untuk m enahan peresapan ke sam ping (Boyd,

organism e yang dibudidayakan di t am bak. 1995). Tekstur tanah yang baik untuk tam bak

Dal am h al i n i , t ek n o l o g i t r ad i si o n al d an

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

t radisional plus adalah pilihan yang dapat

b ah an b er acu n b er u p a h i d r o g en su l f i d a, dilakukan di tambak Kabupaten Tanjabbar.

am onia, dan m et an. Karena it u diperlukan

ad anya b ulan- b ulan k er ing t er t ent u p ad a

Iklim

set iap t ahun. Bulan Februari dan Juni adalah Salah satu faktor yang sangat berpengaruh

saat yang tepat dalam melaksanakan persiapan t erhadap budidaya t am bak t erm asuk kualit as

tambak di Kabupaten Tanjabbar. air tambak adalah iklim, terutama curah hujan.

Kesesuaian Lahan

Curah hujan bulanan di Kabupat en Tanjabbar dapat dilihat pada Gambar 3 dan menunjukkan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tambak bahwa setiap bulan terjadi hujan dengan curah

yan g ad a d i Kab u p at en Tan j ab b ar sel u as hujan m elebihi 100 m m / bulan. Curah hujan

617,14 ha. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan bulanan dan hari hujan yang rendah dijum pai

aktual dari tambak yang ada tersebut ternyata pada Februari dan Juni, sedangkan curah hujan

tidak ada lahan tambak yang tergolong sangat dan hari hujan yang lebih tinggi dijumpai pada

sesuai (Kelas S1), 38,40 ha t ergolong cukup bulan lainnya.

sesuai (Kelas S2) dan 222,82 ha yang t er- Cu r ah h u j an d i Kab u p at en Tan j ab b ar

golong kurang sesuai (Kelas S3) dan 355,92 mencapai 2.393 mm/ tahun. Curah hujan antara

ha yang t er g ol ong t i d ak sesuai (Kel as N) 2.000- 3.000 m m / tahun dengan bulan kering

(Gambar 4).

2- 3 bulan cukup baik untuk budidaya tambak. Seb agai f ak t or p em b at as ut am a k ese- Bulan kering di Tanjabbar t erjadi pada bulan

suaian lahan t am bak di Kabupat en Tanjabbar Februari dan Juni sepert i t elah disebut k an

adalah potensi kemasaman tanah yang tinggi. sebelum nya. Dengan dem ikian curah hujan di

Pengelolaan lahan terutam a tanah yang dapat Kabupat en Tanjabbar t ergolong m endukung

d i l ak u k an u n t u k m en u r u n k an p o t en s i unt uk usaha b ud id aya t am b ak . Per siap an

kem asam an t anah adalah m elalui rem ediasi tambak adalah salah satu kegiatan yang harus

b aik b er up a penger ingan d an p em b ilasan dilakukan sebelum dilakukan penebaran. Pada

t anah m aupun m elalui pengapuran. Selain saat persiapan tambak dilakukan pengeringan

perbaikan tanah, rekayasa tam bak yang tepat t am bak dengan t ujuan unt uk m em perbaiki

d ap at p ula m engop t im um k an p r od uk si d i sif at f isik t anah, m eningkat kan m ineralisasi

tambak tanah sulfat masam. Untuk mengurangi bahan organik dan m enghilangkan bahan-

masuknya asam- asam organik dari pematang

6 Rainfall day ( u ra

h h 150

u ja 100

ri Monthly rainfall h a

50 Curah hujan (Monthly rainfall) (m m )

Hari hujan (Rainfall day)

0.0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Se p Ok t N o v D es

Bulan (Month) Gambar 3. Curah hujan bulanan di kawasan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Provinsi Jambi Figure 3.

Monthly rainfall in the coastal area of Tanjung Jabung Barat Regency Jambi Province

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

103 o 20’0’’E

103 o 24’0’’E

103 o 28’0’’E

103 o 32’0’’E

103 o 20’0’’E

103 o 24’0’’E

103 o 28’0’’E

103 o 32’0’’E

Gambar 4. Kesesuaian lahan akt ual t am bak yang ada di Kabupat en Tanjung Jabung Barat

Provinsi Jambi Figure 4. Actual land suitability of the existing brackishwater ponds in Tanjung Jabung

Barat Regency Jambi Province

ke dalam t am bak pada saat hujan (t erut am a dapat m enurunkan rasio C:N t anah yang juga set elah panas yang lam a), m aka pada t am bak

dapat mempercepat proses penguraian bahan tanah sulfat masam sebaiknya pematang diberi

organik. Penguraian bahan organik dapat pula berm dan dit anam i rum put (Must af a, 2008).

d i p er cep at m el al u i r em ed i asi (Mu st af a & Penanam an rum put pada pem at ang ini juga

Rachm ansyah, 2008). dapat m engurangi erosi pem atang. Selain itu,

Pasan g su r u t yan g san g at t i n g g i j u g a unt uk m eng ur ang i m asuk nya asam - asam

m erupakan f akt or pem bat as dalam penge- organik dari dalam t anah pem at ang t am bak

l o l aan b u d i d ay a t am b ak d i Kab u p at en yan g d i b an g u n d i t an ah su l f at m asam , Tanjabbar. Pasang surut yang sangat t inggi disarankan m elakukan pengapuran berlapis

menuntut pematang tambak yang harus tinggi atau integrasi kapur ke dalam tanah pematang

dan lebar, sehingga konsekuensinya adalah pada saat pem buat an pem at ang baru at au

biaya pem buat an dan pem eliharaan t am bak rekonstruksi pematang. Sebaiknya, gundukan

yang tergolong tinggi. Pem atang utam a harus t anah yang ada dalam t am bak dikurangi dan lebih t inggi dari air pasang t ert inggi yang k al au p er l u d i t i ad ak an, seb ab k ond i si i ni

pernah t erjadi selam a 10- 15 t ahun t erakhir menyebabkan semakin luas permukaan tanah

(dela Cruz, 1983). Oleh k arena it u, t inggi sulfat masam yang teroksidasi, sehingga unsur

pem at ang harus diberi im buhan at au jagaan at au senyawa b er acun j uga sem ak in b er -

0,3- 0,6 m (Bose et al., 1991). Namun demikian, tambah.

f raksi liat t anah yang cukup t inggi (53± 9%) Bahan organik t anah yang sangat t inggi

dapat menjadi material pematang tambak yang juga dapat m enjadi f akt or pem bat as dalam

baik di Kabupat en Tanjabbar. Tanah t am bak k esesu ai an l ah an t am b ak d i Kab u p at en

dengan k onsent rasi liat m inim al 20%- 30% Tanjabbar. Penggunaan pupuk yang mengan-

dapat menahan peresapan ke samping (Boyd, dung nitrogen seperti pupuk Urea diharapkan

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

Salinit as air yang t ergolong relat if rendah Pasal 1 6 Kep p r es Nom or 3 2 t ah u n 1 9 9 0 unt uk budidaya t am bak yait u berkisar ant ara

t ent ang Pengelolaan Kawasan Lindung m aka 0,72 dan 23,52 dengan rata- rata 9,94 ppt dapat

lebar jalur hijau di t epi kiri dan kanan Sungai m enjadi f akt or pem bat as kesesuaian lahan

Pengabuan, Sungai Tungkal, dan Sungai Betara tambak di Kabupaten Tanjabbar. Udang windu,

adalah 100 m . Pada Pasal 13 Penjelasan UU RI udang vaname, dan ikan bandeng merupakan

Nom or 31 (2004) dikat akan bahwa salah sat u organism e eurihalin, nam un karena dibudi-

k awasan k o n ser vasi yan g t er k ai t d en g an

d ayak an u n t u k t u j u an k om er si al , k i sar an perikanan adalah mangrove. salinit as yang opt im um perlu dipert ahankan. Sal i n i t as o p t i m u m u n t u k u d an g w i n d u

KESIMPULAN DAN SARAN

(Poernomo, 1988) dan ikan bandeng (Ismail et al., 1993) adalah 15 sam pai dengan 25 ppt .

Hasi l k ar ak t er i sasi l ah an t am b ak d i Rum put laut t um buh opt im um pada salinit as

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

25 ppt (Lin, 1974; Tseng & Borowit zka, 2003) m en u n j u k k an b ah wa t an ah su l f at m asam

d an an t ar a 1 8 d an 3 0 p p t (Ch en , 1 9 7 6 ). adalah jenis t anah dom inan yang m em iliki Tampaknya, komoditas yang dapat beradaptasi

pot ensi kem asam an dan unsur- unsur t oksik t erhadap salinit as yang rendah sepert i udang

yang t inggi dan sebaliknya unsur hara m akro windu, udang vaname, ikan bandeng, dan nila

yang rendah dengan t ekst ur t anah dom inan merupakan komoditas yang dapat tumbuh dan

yang tergolong pasir berlempung dan lempung berkembang pada kondisi salinitas di kawasan

berpasir. Topograf i lahan um um nya relat if pertambakan Kabupaten Tanjabbar.

d at ar d an elevasi yang t er golong r end ah. Salinit as air t ergolong rendah dengan t ingkat Turbidit as air sum ber yang t inggi juga

t urbidit as yang t ergolong t inggi sert a pasang m enjadi fakt or pem bat as kesesuaian lahan di

surut yang sangat tinggi (4,55 m). Curah hujan Tanj abbar . Tam pak nya penggunaan pet ak

yang m encapai 2.393 m m / t ahun dengan 2 t an d o n u n t u k m en g u r an g i t u r b i d i t as ai r

b ulan k er ing. Hasil analisis m enunj uk k an m enjadi pent ing, di sam ping aplikasi kapur

b ah w a t am b ak yan g ad a d i Kab u p at en yang juga dapat m enurunkan t urbidit as air.

Tanjabbar seluas 617,14 ha, di mana tidak ada Turbidit as karena part ikel liat t anah dapat

lahan t am bak yang t ergolong sangat sesuai dikurangi m elalui aplikasi kapur (Masuda &

(Kelas S1), 38,40 ha t ergolong cukup sesuai Boyd, 1999; Ebeling et al., 2003).

(Kelas S2 ) d an 2 2 2 ,8 2 ha yang t er golong Hasil analisis kesesuaian lahan yang t elah

kurang sesuai (Kelas S3) dan 355,92 ha yang disebut kan t ersebut digolongkan kesesuaian

t ergolong t idak sesuai (Kelas N). lahan akt ual sebab dinilai unt uk kondisi saat

i n i b er d asar k an d at a si f at b i o f i si k l ah an

UCAPAN TERIMA KASIH

sebelum lahan t ersebut diberikan m asukan- Diucapk an t er im a k asih k epada Idham m asukan yang diperlukan unt uk m engat asi

Halid, Makmur, dan Mat Fahrur atas bantuannya kendala at au fakt or pem bat as. Apabila usaha

dalam pengukuran dan pengam bilan cont oh perbaikan dapat dilakukan sepert i juga t elah

t anah dan air m aupun pengukuran pasang dijelaskan sebelumnya, maka kelas kesesuaian

surut di lapangan; Rosiana Sabang, Kam ariah, lahan dapat naik sat u t ingkat pada golongan

Rahm iyah, dan Rism awat i at as bant uannya k esesuaian lahan p ot ensial (Rit ung et al.,

dalam analisis kualitas tanah serta Sutrisyani, 2007).

Siti Rohani, Andi Sahrijanna, dan Kurniati atas Pada lokasi yang t ergolong cukup sesuai

b ant uannya d alam analisis k ualit as air d i (Kel as S2 ) d i sar an k an u n t u k m el ak u k an

laborat orium . Terim a kasih juga diucapkan

b u d i d aya u d an g secar a t r ad i si o n al d an pada Kepala dan St af Dinas Kelaut an dan t radisional plus, pada lokasi yang t ergolong

Perikanan Kabupat en Tanjung Jabung Barat kurang sesuai (Kelas S3) disarankan melakukan

at as segala bant uannya selam a pelaksanaan budidaya bandeng at au nila sepanjang t ahun

penelit ian di lapangan. at au polikult ur rum put laut dengan bandeng

pada musim kemarau.

DAFTAR ACUAN

Berdasarkan Pasal 27 Keppres Nom or 32 Agus, F., Yusrial & Sut ono. 2006. Penet apan t ahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan

tekstur tanah. Dalam: Kurnia, U., Agus, F., Li n d u n g d an k i s ar an p as an g s u r u t d i

Adimihardja, A. dan Dariah, A. (Eds.), Sifat Kabupaten Tanjabbar maka lebar jalur hijau di

Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai t epi pant ai sekit ar 592 m dan berdasarkan

Besar Pen el i t i an d an Pen g em b an g an

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. hlm. Management. Oregon St at e Universit y,

43- 62. Corvallis, Oregon. 41 pp. Ahern, C.R. & Blunden. B. 1998. Designing a

Barchia, M.F. 2006. Gambut: Agroekosistem soil sam pling and analysis program . In:

dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada Ahern, C.R., Blunden, B. and Stone, Y. (eds.),

University Press, Yogyakarta. 196 hlm. Acid Sulfate Soils Laboratory Methods

Cech, T.V. 2010. Principles of Water Resources: Guidelines. Acid Sulfate Soil Managem ent

Hist ory, Developm ent , Managem ent and Advisory Com m ittee, Wollongbar, NSW. p.

Policy. Third edit ion. John Wiley & Sons,

2.1- 2.6. Inc. Hoboken. 549 pp. Ahern, C.R. & McElnea, A.E. 2004. Calculat ed

Chanratchakool, P., Turnbull, J.F., Funge- Smith, sulfur param et ers. In: Acid Sulfate Soils

S., & Lim suwan, C. 1995. Health Manage- Laboratory Methods Guidelines. Queensland

ment in Shrimp Ponds. Second edit ion. Depart m ent of Nat ural Resources, Mines

Aquat ic Anim al Healt h Research Inst it ut e, and Energy, Indooroopilly, Queensland,

Department of Fisheries, Kasetsart Univer- Australia. p. B11- 1- B11- 2.

sity Campus, Bangkok. 111 pp. Ahern, C.R., McElnea, A., & Baker, D.E. 1998a.

Chen, T.P. 1976. Culture of Gracilaria. In: Aqua- Perox ide ox idat ion com bined acidit y and

culture Practices in Taiwan. Page Bros., Lon- sulfat e. In: Ahern, C.R., B. Blunden and Y.

don. p. 145- 149.

Stone (eds.), Acid Sulfate Soils Laboratory Davis, M.L. & Cornwell, D.A. 1991. Introduction Methods Guidelines. Acid Sulfate Soil Man-

to Environmental Engineering. Second agement Advisory Committee, Wollongbar,

edit ion. McGraw- Hill, Inc., New York. 822 NSW. p. 4.1- 4.17.

pp.

Ahern, C.R., McElnea, A.E., & Baker, D.E. 1998b. dela Cruz, C.R. 1983. Fishpond Engineering: A Tot al ox idisable sulfur. In: Ahern, C.R.,

Technical Manual for Small- and Medium- Blunden, B. and St one, Y. (eds.), Acid Sul-

scale Coastal Fish Farms in Southeast Asia. fate Soils Laboratory Methods Guidelines.

Sout h China Sea Fisheries Developm ent Acid Sulf at e Soil Managem ent Advisory

and Coordinating Programme, Manila. 180 Committee, Wollongbar, NSW. p. 5.1- 5.7.

pp.

Ahern, C.R. & Raym ent , G.E. 1998. Codes for Eb eling, J.M., Sib r ell, P.L., Ogd en, S.R., & acid sulfat e soils analyt ical m et hods. In:

Summerfelt, S.T. 2003. Evaluation of chemi- Ahern, C.R., Blunden, B. and Stone, Y. (eds.),

cal coagulat ion- flocculat ion aids for t he Acid Sulfate Soils Laboratory Methods

removal of suspended solids and phospho- Guidelines. Acid Sulfate Soil Managem ent

rus from int ensive recirculat ing aquacul- Advisory Com m ittee, Wollongbar, NSW. p.

ture effluent discharge. Aquacultural Engi-

3.1- 3.5. neering, 29: 23- 42. Anonim . 2009. Geografi dan Iklim Kabupat en

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Penge- Tan j u n g Jab u n g Bar at , 2 0 0 9 . h t t p :/ /

lolaan Sumber Daya dan Lingkungan t an j ab b ar k ab . b p s. g o . i d / i n d ex . p h p /

Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. geografi.html. Diakses 12/ 02/ 2011.

258 hlm.

APHA (Am erican Public Healt h Associat ion). FAO (Food and Agr icult ur e Or ganiz at ion). 2005. Standard Methods for Examination

1985. Guidelines: land evaluation for irri- of Water and Wastewater. APHA- AWWA- WEF,

gat ed agricult ure. In: FAO Soil Bulletin 55. Washington, DC. 1185 pp.

Soil Resources Managem ent and Conser- Bose, A.N., Ghosh, S.N., Yang, C.T., & Mitra, A.

vat ion Service and Wat er Developm ent 1991. Coastal Aquaculture Engineering.

Division, FAO, Rome. 231 pp. Ox ford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd., New

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Delhi. 365 pp.

Pedogenesis. Ed i si Revi si . Ak ad em i k a Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment, and

Pressindo, Jakarta. 354 hlm. Pond Aquaculture. Chapman and Hall, New

Hossain, M.S. & Das, N.G. 2010. GIS- based multi- York. 348 pp.

criteria evaluation to land suitability mod- Boyd, C.E. 2008. Pond bot t om soil analyses.

elling f or giant prawn (Macrobrachium Global Aquaculture Advocate Septem ber/

rosenbergii) f ar m i n g i n Com p an i g on j October, 91- 92.

Upazila of Noakhali, Bangladesh. Comput- Boyd, C.E., Wood, C.W., & Thunjai, T. 2002.

ers and Electronics in Agriculture, 70(1): Aquaculture Pond Bottom Soil Quality

172- 186.

Evaluasi kesesuaian lahan aktual tambak yang ada ..... (Rachmansyah)

Hurtado- Ponce, A.Q. & Umezaki, I. 1987. Growth Soils Laboratory Methods Guidelines. r at e st u d i es o f Gracilaria verrucosa

Queensland Depart m ent of Nat ural Re- (Gi g ar t i n al es, Rh o d o p h yt a). Botanica

sources, Mines and Energy, Indooroopilly, Marina, 30: 223- 226.

Queensland, Australia. p. B7- 1- B7- 2. Ilyas, S., Cholik, F., Poernom o, A., Ism ail, W.,

McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004d. Sulfur 1M Ar i f u d i n , R. , D au l ay, T. , Ism ai l , A. ,

KCl ex t r act i o n (S KCl ). In: Acid Sulfate Koesoem adinat a, S., Rabegnat ar, I N.S.,

Soils Laboratory Methods Guidelines. Soepriyadi, H., Suharto, H.H., Azwar, Z.I., &

Queensland Depart m ent of Nat ural Re- Ekowardoyo, S. 1987. Petunjuk Teknis bagi

sources, Mines and Energy, Indooroopilly, Pengoperasian Unit Usaha Pembesaran

Queensland, Australia. p. B8- 1- B8- 2. Udang Windu. Pu sat Pen el i t i an d an

Melville, M.D. 1993. Soil Laboratory Manual. Pengembangan Perikanan, Jakarta. 100 hlm.

School of Geography, The Universit y of Ismail, A., Poernomo, A., Sunyoto, P., Wedjatmiko,

New Sout h Wales, Sydney. 74 pp. Dharmadi, & Budiman, R.A.I. 1993. Pedoman

Menon, R.G. 1973. Soil and Water Analysis: A Teknis Usaha Pembesaran Ikan Bandeng

Laboratory Manual for the Analysis of Soil di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengem-

and Water. Proyek Survey O.K.T. Sumatera bangan Perikanan, Jakarta. 93 hlm.

Selatan, Palembang. 190 pp. Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S.

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of 2005. Brack ish Wat er Aquacult ure Sit e

Surface Water. Springer- Verlag, New York. Select ion in Palghar Taluk, Thane dist rict

334 pp.

of Maharasht ra, India, Using t he Tech- niques of Remote Sensing and Geographi-

Must afa, A. 1998. Budi daya t am bak di lahan cal In f o r m at i o n Syst em . Aquacultural

gambut dan permasalahannya: studi kasus Engineering, 32:285- 302. di Sulawesi Selat an. Jurnal Litbang Per- tanian, XVII(3): 73- 82.

Liaw, W.K. 1 9 6 9 . Chem ical and b iological st udies of f ishponds and reservoirs in

Must af a, A. 2 0 0 8 . Desai n, t at a l et ak d an Taiwan. Rep. Fish Culture Res., Fish. Series,

konstruksi tambak. Media Akuakultur, 3(2): Chin. Am. Joint Commission on Rural

166- 174.

Reconstruction, 7: 1- 43. Must afa, A. & Rachm ansyah. 2008. Kebijakan Lin, M.N. 1974. Culture of Gracilaria. Fish

dalam pem anfaat an t anah sulfat m asam Research Institute, Keelung, Taipei. p. 1- 8.

untuk budidaya tambak. Dalam: Sudradjat, Masuda, K. & Boyd, C.E. 1999. Effect of aera-

A., Rusastra, I W. dan Budiharsono, S. (eds.), t ion, alum t reat m ent , lim ing, and organic

Analisis Kebijakan Pembangunan Per- m at t er applicat ion on phosphorus ex -

ikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan change bet ween soil and wat er in aquac-

Budidaya, Jakarta. hlm. 1- 11. ulture ponds at Auburn, Alabam a. Journal

Mustafa, A., Rachm ansyah, & Hanafi, A. 2007. of the World Aquaculture Society, 25(3): 405-

Kelayakan Lahan untuk Budi Daya 416.

Perikanan Pesisir. Dalam: Kumpulan Maka- McEl n ea, A.E. & Ah er n , C.R. 2 0 0 4 a. KCl

lah Bidang Riset Perikanan Budidaya. ex tractable pH (pH

Disampaikan pada Simposium Kelautan dan KCl ) and titratable actual acidity (TAA). In: Acid Sulfate Soils Labora-

Perikanan pada tanggal 7 Agustus 2007 di tory Methods Guidelines. Qu een sl an d

Ged ung Bi d ak ar a, Jak ar t a. Pusat Ri set Depart m ent of Nat ural Resources, Mines

Perikanan Budidaya, Jakarta. 28 hlm. and Energy, Indooroopilly, Queensland,

Pérez, O.M., Ross, L.G., Telfer, T.C., & del Campo Australia. p. B2- 1- B2- 3.

Barquin, L.M. 2003. Water quality require- McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004b. Perox ide

m en t s f o r m ar i n e f i sh cag e si t e pH (pH

selection in Tenerife (Canary Islands): pre- OX ), titartable perox ide acidity (TPA) an d ex cess aci d n eu t r al i si n g cap aci t y

dict ive m odelling and analysis using GIS. (ANC E ). In: Acid Sulfate Soils Laboratory

Aquaculture, 224: 51- 68. Methods Guidelines. Queensland Depart-

Po er n o m o , A. 1 9 8 8 . Pembuatan Tambak m ent of Nat ural Resources, Mines and

Udang di Indonesia. Seri Pengem bangan Energy, Indooroopilly, Queensland, Austra-

No. 7. Balai Penelitian Perikanan Budidaya lia. p. B3- 1- B3- 7.

Pantai, Maros. 30 hlm. McElnea, A.E. & Ahern, C.R. 2004c. Sulfur-

Poernomo, A. 1989. Faktor lingkungan dominan peroxide oxidation method. In: Acid Sulfate

pada budidaya udang int ensif . Dalam :

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 311-324

Dokumen yang terkait

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PERANCANGAN SEPATU MULTIFUNGSI KOMBINASI SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL YANG EKONOMIS BERDASARKAN ASPEK ERGONOMI BIDANG KEGIATAN: PKM KARSA CIPTA

0 0 24

USULAN KEGIATAN KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MAJALAH ONLINE INFO KOST SEBAGAI MEDIA PROMOSI KOST, RUMAH, DAN PENGINAPAN BAGI MAHASISWA DI SEKITAR KAMPUS DI JAKARTA

0 2 15

PENGARUH APLIKASI SUMBER C- KARBOHIDRAT (TEPUNG TAPIOKA) DAN FERMENTASI PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU, Penaeus monodon POLA INTENSIF DI TAMBAK

0 0 17

PENUNDAAN PEMBERIAN PAKAN ARTEMIATERHADAP PERFORMANSI BENIH IKAN COBIA (Rachycentron canadum) YANG DIPELIHARA SECARA TERKONTROL

0 0 10

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN PESISIR KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

0 1 11

KARAKTERISTIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN JENIS VEGETASI MANGROVE DAN KEDALAMAN TANAH BERBEDA SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS UNTUK TANAH TAMBAK DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

0 0 18

TEKNIK APLIKASI BAKTERI PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LABORATORIUM

0 0 12

PENGARUH PENGURANGAN RANSUM PAKAN SECARA PERIODIK TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN, DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

0 1 10

ANALISIS SPASIAL KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA KERANG HIJAU ( Perna viridis) BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT

0 0 12

PERUNTUKAN KAWASAN PESISIR KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN SEBAGAI LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK RAMAH LINGKUNGAN

0 0 15